kuman yaitu usia, keturunan, stress fisik dan emosional, status nutrisi, terafi medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
e. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenisitas mikroorganisme
dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan
penyakit. Perkembangan infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari system imun memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik yang jika utuh, berfungsi
mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel- sel ganas. Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik
respon spesifik maupun non spesifik bisa gagal dan hal tersebut bisa mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-orang
yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah.
Sedangkan orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik disebut hospes yang
terimunosupres.Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah : infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit,
diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut : 1 Periode inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama.
2 Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik malaise, demam ringan, keletihan sampai gejala yang spesifik. Selama
masa ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain.
3 Tahap sakit Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik
terhadap jenis infeksi. 4 Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.
f. Pertahanan terhadap infeksi
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi. Flora normal tubuh yang tinggal didalam dan luar tubuh melindungi
seseorang dari beberapa pathogen. Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan terhadap agen infeksius. Flora normal,
system pertahanan tubuh dan inflamasi adalah pertahanan non spesifik yang melindungi terhadap mikroorganisme.
1 Flora normal Secara normal tubuh memiliki mikroorganisme yang ada
pada lapisan permukaan dan didalam kulit, saliva, mukosa oral dan saluran gastrointestinal. Manusia secara normal
mengekskresi setiap hari triliyunan mikroba melalui usus. Flora normal biasanya tidak menyebabkan sakit tetapi biasanya justru
turut berperan dalam memelihara kesehatan. Flora ini bersaing dengan mikroorganisme penyebab penyakit untuk mendapatkan
makanan. Flora normal juga mengekskresi substansi antibakteri dalam usus. Flora normal kulit menggunakan tindakan protektif
dengan menghambat multiplikasi organisme yang menempel dikulit. Flora normal dalam jumlah banyak mempertahankan
keseimbangan yang sensitive dengan mikroorganisme lain untuk mencegah infeksi. Setiap faktor yang mengganggu keseimbangan
ini mengakibatkan individu semakin beresiko mendapatkan penyakit infeksi.
2 Pertahanan system tubuh Sejumlah system organ tubuh memiliki pertahanan unik
terhadap mikroorganisme. Kulit, saluran pernafasan dan saluran gastrointestinal sangat mudah dimasuki oleh mikroorganisme.
Organisme pathogen dengan mudah menempel pada permukaan kulit, di inhalasi melalui pernafasan atau dicerna melalui makanan.
Setiap system organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya. Berikut ini
adalah mekanisme pertahanan normal terhadap infeksi :
3 Inflamasi Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskular dengan
menghantarkan cairan, produk darah dan nutrien ke jaringan interstisial ke daerah cidera. Proses ini menetralisasi dan
mengeliminasi patogen atau jaringan mati nekrotik dan memulai cara-cara perbaikan jaringan tubuh. Tanda inflamasi termasuk
bengkak, kemerahan, panas, nyerinyeri tekan, dan hilangnya fungsi bagian tubuh yang terinflamasi. Bila inflamasi menjadi
sistemik akan muncul tanda dan gejala demam, leukositas, malaise, anoreksia, mual, muntah dan pembesaran kelenjar limfe.
Respon inflamasi dapat dicetuskan oleh agen fisik, kimiawi atau mikroorganisme. Respon inflamasi termasuk hal berikut ini:
a Respon seluler dan vaskuler Arteriol yang menyuplai darah yang terinfeksi atau yang
cidera berdilatasi, memungkinkan lebih banyak darah masuk dala
sirkulasi. Peningkatan darah tersebut menyebabkan kemerahan pada inflamasi. Gejala hangat lokal dihasilkan dari volume darah
yang meningkat pada area yanginflamasi. Cidera menyebabkan nekrosis jaringan dan akibatnya tubuh mengeluarkan histamin,
bradikinin, prostaglandin dan serotonin. Mediator kimiawi tersebut meningkatkan permeabilitas pembuluh darah kecil. Cairan, protein
dan sel memasuki ruang interstisial, akibatnya muncul edema lokal. Tanda lain inflamasi adalah nyeri. Pembengkakan jaringan
yang terinflamasi meningkatkan tekanan pada ujung syaraf yang mengakibatkan nyeri.
b Pembentukan eksudat inflamasi akumulasi cairan dan jaringan mati serta SDP membentuk
eksudat pada daerah inflamasi. Eksudat dapat berupa serosa jernih seperti plasma, sanguinosa mengandung sel darah
merah atau purulen mengandung SDP dan bakteri. Akhirnya eksudat disapu melalui drainase limfatik. Trombosit dan protein
plasma seperti fibrinogen membentuk matriks yang berbentuk jala pada tempat inflamasi untuk mencegah penyebaran.
c Perbaikan jaringan Sel yang rusak akhirnya digantikan oleh sel baru yang sehat.
Sel baru mengalami maturasi bertahap sampai sel tersebut mencapai karakteristik struktur dan bentuk yang sama dengan sel
sebelumnya.
g. Respon Imun