y = -0.033x + 3.3291 R
2
= 0.597
0.5 1
1.5 2
2.5 3
30 40
50 60
70 80
90 Nilai FCG
Total Klorofil U molg
Gambar 12 Hubungan total klorofil dengan FCG benih jarak pagar IP-1P selama
proses pemasakan benih.
E. Hubungan Total Karotenoid Benih dengan Tolok Ukur Viabilitas Potensial dan Vigor Benih
Tabel 7 menunjukkan persamaan garis dan koefisien determinasi R
2
pada tolok ukur viabilitas potensial dan vigor benih terhadap total karotenoid pada benih jarak pagar.
Tabel 7 Hubungan total karotenoid dengan viabilitas potensial dan vigor benih jarak pagar IP-1P.
Tolok Ukur Persamaan Garis
Koefisien Determinasi R
2
BKB Y = 414.06-8.6065 X
0.0016
tn
DB Y = 373.37-1.1081 X
0.0337
tn
T
50
Y = 0.0167-28.829 X 0.0167
tn
K
CT
Y = 358.49-5.7786 X 0.0219
tn
FCG Y = 353.60-0.8906 X
0.0177
tn
Keterangan : tn = Tidak nyata
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan total karotenoid dengan masing - masing tolok ukur daya berkecambah, kecepatan tumbuh dan first count
germination nilai koefisien determinasi R
2
yang sangat kecil pada semua tolok
ukur standar yang digunakan. Hal ini mengindikasikan bahwa tolok ukur BKB, DB, T
50
, K
CT
dan FCG tidak berhubungan dengan keragaman nilai kandungan karotenoid benih jarak pagar IP-1P.
Berdasarkan efisiensi waktu, tolok ukur yang biasa digunakan untuk menentukan masak fisiologi mempunyai kelemahan dalam menentukan waktu
panen benih dengan tepat. Tolok ukur daya berkecambah benih, bobot kering benih, kecepatan tumbuh benih, waktu mencapai 50 perkecambahan dan first
count germination membutuhkan waktu beberapa hari dalam penentuannya, sementara tolok ukur kadar air benih lebih cepat namun sangat dipengaruhi oleh
lingkungan. Total klorofil pada benih jarak pagar sangat erat hubungannya dengan viabilitas potensial dan vigor benih terutama dengan tolok ukur DB, K
CT
dan FCG, hal ini mengindikasikan bahwa total klorofil pada benih jarak pagar IP- 1P berpotensi digunakan sebagai tolok ukur baru untuk mendeteksi masak
fisiologis benih.
Percobaan II
Pengaruh Periode Simpan dan Tingkat Kemasakan Terhadap Viabilitas dan Vigor Benih Jarak Pagar.
Kondisi Umum
Penyimpanan benih dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Ilmu dan Teknologi Benih IPB. Benih di simpan selama 0 sampai 4 bulan pada suhu ruang
berkisar 25-28
o
C dan RH 46 - 80 . Benih di kemas dalam plastik seal dengan kadar air benih 9,50 – 11,31 pada saat awal penyimpanan. Benih di tanam di
rumah kaca Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Bogor. Benih ditanam pada boks – boks plastik dan diletakkan dalam rumah kaca
Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, sehingga asumsinya kebutuhan cahaya dapat tercukupi dan merata. Hama yang menyerang diantaranya
adalah semut dan lalat, penyakit yang menyerang adalah busuk kecambah dan jamur.
Berdasarkan rekapitulasi analisis ragam pada Tabel 8 dapat diketahui bahwa perlakuan periode simpan berpengaruh sangat nyata terhadap semua tolok
ukur yang digunakan kecuali pada tolok ukur total klorofil hanya berpengaruh
nyata. Perlakuan tingkat kemasakan benih berpengaruh sangat nyata terhadap tolok ukur K
CT ,
KLT, ALB dan total karotenoid, pengaruh yang nyata ditunjukkan oleh DB dan FCG sementara tolok ukur KA, T
50
dan total klorofil tidak berpengaruh nyata. Analisis ragam untuk masing – masing tolok ukur ditampilkan
di Lampiran 14 – 22. Interaksi antara perlakuan periode simpan dan tingkat kemasakan benih
jarak pagar berpengaruh sangat nyata terhadap K
CT
, KLT dan ALB. Sementara tolok ukur KA, DB, T
50
, FCG, total karotenoid dan klorofil tidak nyata Tabel 8. Tabel 8 Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh periode simpan P dan
tingkat kemasakan K serta interaksinya KxP terhadap parameter viabilitas potesial, V
KT
, V
DS
dan V
biok
benih jarak pagar .
Tolok Ukur Perlakuan
K P
KxP Kadar Air
tn tn
Daya Berkecambah tn
Kecepatan Tumbuh etmal T
50
hari tn
tn First Count Germination
tn Kadar Lemak Total
Kadar Asam Lemak Bebas Total Karotenoid µmolg
tn Total Klorofilµ molg
tn tn
Keterangan: tn = Tidak nyata = Nyata pada taraf uji 5
= Sangat nyata pada taraf uji 1
Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Tingkat Kemasakan Terhadap Tolok Ukur Vigor Kekuatan Tumbuh
Vigor kekuatan tumbuh dapat dilihat dari tolok ukur kecepatan tumbuh. Menurut Sadjad 1993 tolok ukur kecepatan tumbuh K
CT
mengindikasikan V
KT
karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang suboptimum.
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada penyimpanan 0 dan 1 bulan, K
CT
benih pada semua tingkat kemasakan menunjukkan nilai yang sama. Selanjutnya pada
periode simpan 2 bulan, K
CT
benih pada tingkat kemasakan 52 HSA memiliki persentase tertinggi sebesar 14.94 KNetmal, disusul oleh benih pada tingkat
kemasakan 57 HSA sebesar 14.67 KNetmal, dan yang rendah pada tingkat kemasakan 47 HSA sebesar 13.44 KNetmal. Hal yang sama dengan nilai yang
berbeda juga terjadi pada periode simpan 3 dan 4 bulan. Perbedaan nilai K
CT
benih terutama pada periode simpan 4 bulan antara tingkat kemasakan 47 HSA
dengan 52 dan 57 HSA mengindikasikan adanya perbedaan vigor. Tabel 9 Pengaruh interaksi periode simpan dan tingkat kemasakan terhadap tolok
ukur kecepatan tumbuh KNetmal
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DMRT
Persentase K
CT
benih dari ketiga tingkat kemasakan menunjukkan peningkatan seiring dengan semakin lama periode simpan dan menunjukkan
pengaruh yang nyata. Pada tingkat kemasakan 47 HSA nilai K
CT
mengalami peningkatan, terutama setelah benih di simpan selama 3 bulan yang berbeda nyata
dengan 0 bulan simpan selanjutnya pada periode simpan 4 bulan nilai K
CT
benih secara tidak nyata menurun kembali, hal yang sama juga terjadi pada tingkat
kemasakan 52 HSA. Sementara pada tingkat kemasakan 57 HSA mulai periode simpan 1 bulan sudah menunjukkan peningkatan nilai K
CT
benih, peningkatan terus berlanjut sampai pada periode simpan 3 bulan, selanjutnya pada periode
simpan 4 bulan terjadi penurunan kembali namun tidak berbeda nyata. Meningkatnya nilai K
CT
pada ketiga tingkat kemasakan setelah benih disimpan 1 bulan mengindikasikan bahwa benih jarak pagar mengalami masa after- ripening.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Jepsen et al.,2004 yang menyatakan bahwa benih jarak pagar yang baru dipanen mengindikasikan adanya
Periode Simpan Tingkat Kemasakan Benih
Bulan 47 HSA
52 HSA 57 HSA
11.69
g
11.44
g
12.22
fg
1 12.54
efg
12.54
efg
14.13
cde
2 13.44
def
14.94
abc
14.67
abcde
3 14.17
bcde
15.77
a
15.57
ab
4 13.23
ef
15.51
ab
14.89
abcd
after-ripening, hal yang sama juga dinyatakan oleh Hasnam 2006 dan Kusmarya 2007.
Pengaruh Interaksi Periode Simpan dan Tingkat Kemasakan Terhadap Tolok Ukur Biokimiawi Benih
Benih jarak pagar menghasilkan kadar lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 40.57 – 41.25 . Tabel 10 menunjukkan persentase kadar lemak total pada
awal penyimpanan adalah sama. Semakin lama periode simpan kadar lemak total dari setiap tingkat kemasakan semakin menurun dan menunjukkan perbedaan
yang nyata. Pada periode simpan 1 bulan penurunan total lemak mulai terlihat pada tingkat kemasakan 57 HSA sebesar 37.55 yang berbeda nyata dengan 47
HSA sebesar 39.97 . Sementara antara 57 dengan 52 HSA tidak berbeda nyata demikian juga antara 52 dengan 47 HSA. Hal yang sama juga terjadi pada periode
simpan 2 bulan. Penurunan kadar lemak total terus berlanjut sampai pada periode simpan 4 bulan, dimana kadar lemak total terendah ditunjukkan oleh 57 HSA
18.96 dan 52 HSA 20.41 yang berbeda nyata dengan 47 HSA 33.71. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase kandungan lemak total
menurun seiring dengan semakin meningkatnya kemasakan benih dan semakin lamanya periode simpan. Penurunan kadar lemak total pada penelitian ini juga
terjadi pada benih dengan kadar lemak tinggi lainnya seperti yang dilaporkan oleh Vivantar i 1994 pada benih wijen Sesamum indikum L. yang sudah disimpan
selama 6 bulan dan penelitian Syamsuddin 1998 pada benih gmelina yang sudah disimpan 4 bulan.
Tabel 10 Pengaruh interaksi periode simpan dan tingkat kemasakan terhadap tolok ukur kadar lemak total
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DMRT
Periode Simpan Tingkat Kemasakan Benih
Bulan 47 HSA
52 HSA 57 HSA
41.25
a
40.57
a
40.82
a
1 39.97
ab
38.87
bc
37.55
cde
2 38.16
dc
37.22
de
36.90
de
3 36.31
e
36.18
e
35.86
e
4 33.71
f
20.41
g
18.98
g
Tabel 11 menunjukkan bahwa pada 0 dan 1 bulan penyimpanan kandungan asam lemak bebas tidak berbeda nyata dari setiap tingkat kemasakan, akan tetapi
dengan semakin lama periode simpan kandungan asam lemak bebas semakin meningkat. Pada periode simpan 2 bulan kandungan asam lemak bebas meningkat
pada 57 HSA yang berbeda nyata dengan 52 dan 47 HSA. Peningkatan asam lemak bebas yang sangat signifikan terlihat pada periode simpan 3 bulan yang
berbeda nyata pada setiap tingkat kemasakan. Peningkatan kandungan asam lemak bebas terus berlanjut sampai periode simpan 4 bulan, dimana asam lemak
bebas tertinggi pada tingkat kemasakan 57 HSA sebesar 2.51 yang berbeda nyata dengan 52 dan 47 HSA.
Ketaren 2008 menyatakan bahwa salah satu penyebab kerusakan lemak yang ada di dalam jaringan adalah adanya enzim yang dapat menghidrolisis
lemak. Semua enzim yang termasuk golongan lipase, mampu menghidrolisa lemak netral trigliserida, sehingga menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol,
namun enzim tersebut inaktif oleh panas. Demikian juga menurut Pomeranz 1992 dan Priestly 1986, melaporkan bahwa
lemak biji-bijian dapat dipecah oleh lipase menjadi asam lemak bebas dan gliserol, terutama jika suhu dan kadar
air bahan tinggi. Asam lemak bebas merupakan indeks kerusakan biji-bijian yang mengandung lemak selama penyimpanan. Selanjutnya Ketaren 2008
menambahkan bahwa lemak dari suatu bahan bisa rusak dan terurai melalui proses hidrolisis. Pada reaksi hidrolisis, lemak akan dirubah menjadi asam – asam lemak
bebas dan gliserol Gambar 13. O
lemak asam
gliserol air
da trigliseri
OH C
H R
C O
C H
O OH
C R
OH HC
O H
R C
O HC
O O
OH C
H R
C O
C H
− −
− −
− −
+ −
→ +
− −
− −
− −
−
2 3
2 2
2 2
1 2
3 3
Gambar 13 Reaksi hidrolis is lemak Ketaren 2008
Tabel 11 Pengaruh interaksi periode simpan dan tingkat kemasakan terhadap tolok ukur asam lemak bebas
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DMRT
Penurunan kadar lemak total dan meningkatnya asam lemak bebas pada tingkat kemasakan yang berbeda selama periode simpan, mengindikasikan bahwa
setiap lot benih mempunyai tingkat metabolisme yang berbeda, seperti yang diutarakan oleh Heydecker 1977 bahwa perbedaan tingkat kemasakan benih
akan menyebabkan perbedaan vigor dalam satu lot benih. Berdasarkan Tabel 10 dan 11, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan total lemak dan
peningkatan asam lemak bebas selama periode simpan paling cepat terjadi pada tingkat kemasakan 57 HSA disusul 52 HSA dan terakhir 47 HSA.
Hubungan Kandungan Asam Lemak Bebas dengan Tolok Ukur DB, K
CT
, T
50
dan FCG Selama Periode Simpan Pada Benih Jarak Pagar .
Tabel 12 menunjukkan bahwa persamaan regresi yang menggambarkan hubungan antara kandungan asam lemak bebas dengan tolok ukur V
P
dan V
KT
. Nilai koefisien determinasi yang sangat kecil 0 – 0.16 pada kandungan asam
lemak bebas, menjelaskan selama periode simpan tidak ada hubungan yang erat antara tolok ukur V
P
dan V
KT
dengan kandungan asam lemak bebas .
Hal ini menjelaskan bahwa bila tolok ukur biokimia perubahan asam lemak pada benih
dihubungkan dengan tolok ukur fisiologi benih, maka dapat dikatakan bahwa perubahan asam lemak tidak berkorelasi dengan tolok ukur fisiologi benih. Pada
akhir periode simpan, nilai DB dan FCG masih sangat baik. Periode Simpan
Tingkat Kemasakan Benih Bulan
47 HSA 52 HSA
57 HSA 0.22
f
0.24
f
0.25
f
1 0.28
ef
0.29
ef
0.32
ef
2 0.33
ef
0.36
e
0.62
d
3 0.57
d
0.75
c
2.30
b
4 0.78
c
0.79
c
2.51
a
Tabel 12 Hubungan kandungan asam lemak bebas dengan V
P
dan V
KT
selama periode simpan jarak pagar IP-1P.
Tolok Ukur Persamaan Garis
Koefisien Determinasi R
2
DB Y = - 1.9441 + 0.0293 X
0.1613
tn
T
50
Y = 0.9309 - 0.0658 X 0.0019
tn
K
CT
Y = - 0.4816 + 0.3396 X 0.0476
tn
FCG Y = - 1.1307 + 0.0211 X
0.1281
tn
Keterangan : tn = Tidak nyata.
Hasil penelitian ini berbeda dengan dengan hasil penelitian Kusmarya 2007 yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan asam lemak bebas secara nyata
pada benih jarak pagar mulai umur simpan 2 - 3 bulan sebesar 21.15 - 21.46 yang diikuti menurunnya tingkat V
P
dan V
KT
secara nyata juga. Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh faktor genetik, lokasi dan perlakuan benih serta lot
benihnya yang berbeda.
Pengaruh Faktor Tunggal Tingkat Kemasakan BenihTerhadap Viabilitas Potensial, Vigor kekuatan Tumbuh Benih V
KT
danVigor Biokimiawi V
biok
Benih Jarak Pagar.
Tingkat kemasakan benih jarak pagar yang berbeda berpengaruh nyata terhadap tolok ukur DB,
FCG dan total karotenoid. Pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap viabilitas potensial, vigor kekuatan tumbuh benih V
KT
dan vigor biokimiawi V
biok
benih jarak pagar ditunjukkan pada Tabel 13 dan 14.
Viabilitas Potensial dan Vigor Kekuatan Tumbuh.
Sadjad 1993 menyatakan bahwa viabilitas potensial benih dapat dideteksi dengan beberapa pendekatan. Pendekatan yang paling lazim adalah
melalui pendekatan fisiologi yaitu dengan mengamati kemampuan berkecambah suatu lot benih. Salah satu tolok ukur yang dapat menunjukkan parameter
viabilitas potensial benih adalah daya berkecambah.
Tabel 13 Pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap daya berkecambah dan FCG benih jarak pagar IP-1P.
Tingkat Kemasakan Tolok Ukur
Daya berkecambah First count germination
1. 47 HSA 87.73
b
82.93
b
2. 52 HSA 91.20
ab
88.80
a
3. 57 HSA 92.53
a
90.13
a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DRMT.
Tabel 13 menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya tingkat kemasakan pada benih, persentase nilai daya berkecambah semakin meningkat.
Pada tingkat kemasakan 47 HSA daya berkecambah sebesar 87.73 tidak berbeda nyata dengan tingkat kemasakan 52 HSA 91.20, peningkatan daya
berkecambah berlanjut sampai pada 57 HSA sebesar 92.53 yang berbeda nyata dengan 47 HSA namun tidak berbeda nyata dengan 52 HSA.
Persentase First Count Germination FCG merupakan salah satu tolok ukur vigor benih yang menggambarkan kemampuan tumbuh benih dilapang. Pada
tingkat kemasakan 57 dan 52 HSA nilai FCG tertinggi yang berbeda nyata dengan 47 HSA. Menurut Kolasinska et al. 2000 menyatakan bahwa persentase
kecambah normal pada pengamatan pertama first count berhubungan lebih erat dengan kemampuan benih berkecambah dilapang dibandingkan dengan persentase
kecambah pada akhir pengamatan final count. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tingkat kemasakan 52 dan 57 HSA menunjukkan kemampuan tumbuh benih
dilapang paling tinggi bila dibandingkan dengan benih yang dipanen pada tingkat kemasakan 47 HSA. Walaupun terjadi peningkatan DB dan FCG yang sangat
signifikan pada 57 HSA akan tetapi pada tingkat kemasakan 47 HSA benih jarak pagar IP-1P sudah mencapai viabilitas dan vigor diatas 80 . Hal ini
menunjukkan bahwa mulai tingkat kemasakan 47 HSA buah jarak pagar IP-1P sudah dapat dipanen untuk dijadikan benih sesuai dengan pernyataan dari
Dirjenbun 2006 yang menyebutkan bahwa nilai daya berkecambah yang baik pada benih jarak pagar adalah =80. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda
dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Adikadarsih dan Hartono 2007 menyatakan benih jarak pagar yang dipanen pada saat buah berwarna kuning atau
lebih dari 50 telah berwarna kuning kehitaman atau telah berumur 45-55 HSA menghasilkan vigor dan daya berkecambah yang paling baik.
Vigor biokimia benih V
biok
.
Sadjad et al, 1999 mengemukakan bahwa membahas vigor benih juga dapat dikaitkan bagaimana unsur-unsur biokimiawi dan genetik yang berpengaruh
atau berdampak pada tingkat vigor seperti dampak perlakuan etanol terhadap unsur- unsur biokimia pada berbagai enzim, asam lemak bebas.
Seperti penjelasan pada percobaan I bahwa selama proses pemasakan benih, kandungan karotenoid berhubungan erat dengan kandungan klorofil. Tabel
14 menunjukkan bahwa pada tingkat kemasakan 57 HSA terjadi peningkatan total karotenoid sebesar 281.81 µmolg yang berbeda nyata dengan 47 dan 52
HSA, namun antara tingkat kemasakan 47 dengan 52 HSA tidak berbeda nyata Tabel 14 Pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap kandungan karotenoid
benih jarak pagar pada tiga tingkat kemasakan benih. Tingkat Kemasakan
Tolok Ukur Total klorofil
µmolg
Total karotenoid
µmolg
1. 47 HSA 0.8687 1.15
216.38 2.31
b
2. 52 HSA 0.7080 1.08
228.44 2.33
b
3. 57 HSA 0.6867 1.08
281.81 2.43
a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DRMT. =Data di dalam kurung adalah data transformasi
5 .
+ X
,
=Data di dalam kurung adalah data transformasi Logx.
Klorofil dan karotenoid sangat berhungan dengan asam absisat ABA dan giberelin GA. ABA dan GA sangat berperan dalam perkembangan benih
Bewley dan Black, 1994. Suhartanto 2003 menambahkan bahwa benih tomat yang defisien GA memilik i kandungan klorofil yang lebih tinggi dibanding
dengan tetuanya, sedangkan benih yang defisien ABA memiliki klorofil yang paling rendah. Hal ini diduga disebabkan oleh adanya hubungan proses biosintesis
ABA, GA dan klorofil. Defisiensi GA setelah terjadinya hambatan dalam tahap
spesifik pada biosintesis GA akan meningkatkan pigmentasi, baik klorofil maupun karotenoid.
Maluf et al, 1997 menyatakan bahwa mutan benih jagung yang mengalami defisien ABA juga akan mengalami defisien klorofil dan karotenoid.
Mutan ini memiliki ekspresi geranil-geranil pirofosfat sintase yang rendah. Enzim tersebut bertanggung jawab dalam proses sintesis geranil-geranil pirofosfat
klorofil dan karotenoid yang merupakan prekusor ABA. Menurut Copeland dan McDonald 2001 ABA merupakan salah satu jenis inhibitor yang menghambat
perkecambahan pada benih. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada tingkat kemasakan 57 HSA persentase total karotenoid sangat tinggi. Karotenoid
sebagai prekursor ABA dalam benih, maka jumlah ABA juga bertambah seiring dengan meningkatnya karotenoid dalam benih yang berperan sebagai inhibitor
untuk melindungi sel dalam benih akibat perombakan cadangan makanan selama pemasakan benih dalam benih, selain itu diduga salah satu penyebab terjadinya
after ripening pada benih jarak pagar adalah adanya ABA yang menghambat perkecambahan pada benih.
Pengaruh Faktor Tunggal Periode Simpan BenihTerhadap Kadar Air, Viabilitas Potensial, Vigor kekuatan Tumbuh V
KT
danVigor Biokimiawi V
biok
Benih Jarak Pagar.
Byrd 1983 menyatakan tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin.
Selama proses penyimpanan, benih secara alami akan mengalami kemunduran viabilitas sejalan dengan berlangsungnya waktu penyimpanan. Periode simpan
benih jarak pagar yang berbeda menyebabkan pengaruh yang nyata terhadap semua tolok ukur yang digunakan.
Menentukan periode simpan yang tepat untuk benih jarak pagar merupakan salah satu tujuan dari penelitian ini. Daya simpan merupakan
prakiraan waktu benih mampu untuk disimpan. Daya simpan merupakan parameter lot benih dalam satuan waktu untuk suatu periode simpan. Periode
simpan ialah kurun waktu simpan benih, dari benih siap disimpan sampai benih siap ditanam Sadjad et. al, 1999.
Kadar Air Benih KA.
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan dan kemunduran benih selama periode simpan adalah kadar air. Kadar air yang tinggi memberikan
peluang yang besar bagi pertumbuhan dan perkembangan cendawan. Direktorat Jendral Perkebunan dan Hasnam 2007 menetapkan salah satu persyaratan mutu
benih jarak pagar yaitu kadar airnya berkisar 7 – 9 . Pada penelitian ini rata-rata kadar air benih setelah disimpan 1- 4 bulan sebesar 7.91 – 8.69 .
Tabel 15 menunjukkan pengaruh kadar air benih selama periode simpan dari 0 sampai 4 bulan penyimpanan. Kadar air benih sebelum simpan terlihat
sangat tinggi 10.47 yang berbeda nyata dengan 1 sampai 4 bulan periode simpan. Penurunan kadar air yang sangat signifikan mulai terlihat pada periode
simpan 1 bulan sebesar 7.91, selanjutnya kadar air benih konstan sampai periode simpan 4 bulan. Hal ini menunjukkan telah terjadi kadar air keseimbangan
dengan ruang simpan yaitu 7.91 - 8.69. Saenong 1986 menyatakan bahwa pada umumnya kadar air keseimbangan benih berlemak lebih rendah daripada
benih bertepung pada kondisi kelembaban relatif dan suhu yang sama. Tabel 15 Pengaruh periode simpan benih terhadap kadar air dan viabilitas
potensial V
P
benih jarak pagar. Periode Simpan
Tolok Ukur Kadar air
Daya berkecambah 0 bulan
10.47
a
76.44
c
1 bulan 7.91
b
89.78
b
2 bulan 7.94
b
93.33
ab
3 bulan 8.34
b
97.33
a
4 bulan 8.69
b
95.56
ab
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DRMT.
Viabilitas potensial V
P
Tabel 15 menunjukkan pada periode simpan 0 bulan nilai daya berkecambah masih rendah 76.44. Setelah benih di simpan 1 bulan, mulai
terjadi peningkatan nilai daya berkecambah yang sangat signifikan sebesar 89.78 yang tidak berbeda nyata dengan periode simpan 2 dan 4 bulan.
Selanjutnya persentase daya berkecambah terus meningkat tidak nyata dan mencapai maksimum pada periode simpan 3 bulan 97.33.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa benih jarak pagar IP-1P yang disimpan sampai 4 bulan dengan suhu ruang berkisar 25-28
o
C dan RH 46 - 80 mempunyai persentase daya berkecambah di atas 90. Hasil observasi di
Kebun Percobaan Muktiharjo tentang daya simpan benih jarak pagar, menunjukkan bahwa penyimpanan benih pada kadar air sekitar 7 , dalam wadah
kalengblek tertutup rapat, hasil pengujian Daya Berkecambah DB pada bulan ke-12 masih dapat mencapai 90 Yoga 2007.
Vigor Kekuatan Tumbuh V
KT
Benih yang vigornya tinggi merupakan dambaan oleh setiap petani karena benih yang vigornya tinggi tidak hanya ditentukan oleh kemampuan benih tumbuh
secara normal pada lingkungan yang suboptimum tatapi juga mempunyai daya simpan yang panjang untuk ditanam pada musim selanjutnya. Vigor daya simpan
ialah suatu parameter vigor benih yang ditunjukkan dengan kemampuan benih untuk disimpan dalam keadaan suboptimum. Vigor benih selama penyimpanan
dapat dilihat dari tolok ukur T
50
dan FCG Sadjad et al.,1999. Tabel 16 Pengaruh periode simpan benih terhadap vigor kekuatan tumbuh benih
V
KT
benih jarak pagar.
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DRMT.
Tabel 16 menunjukkan waktu untuk mencapai 50 total perkecambahan T
50
pada periode simpan 2 bulan mulai mengalami peningkatan yang berbeda nyata dengan 0, 1 dan 3 bulan simpan, sementara tidak berbeda nyata dengan
Periode Simpan Tolok Ukur
T
50
Hari First count germination
0 bulan 3.60
a
69.33
b
1 bulan 3.44
ab
87.55
a
2 bulan 3.15
c
92.44
a
3 bulan 2.69
d
95.55
a
4 bulan 3.24
bc
91.56
a
periode simpan 4 bulan. Peningkatan T
50
terus berlanjut sampai pada periode simpan 3 bulan sebesar 2.69 hari yang berbeda nyata dengan periode simpan 0,
1, 2 dan 4 bulan selanjutnya pada periode simpan 4 bulan T
50
mengalami penurunan kembali yang tidak berbeda nyata dengan 1 dan 2 bulan, namun
berbeda nyata dengan 0 dan 4 bulan. Sementara nilai First Count Germination FCG juga mengalami peningkatan selama periode simpan, sebelum simpan 0
bulan nilai FCG masih rendah 63.33, selanjutnya meningkat mencapai maksimum pada periode simpan 3 bulan sebesar 95.55 walaupun secara statistik
tidak berbeda nyata dengan periode simpan 1, 2 dan 4 bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa vigor benih jarak pagar IP-1P sampai pada periode simpan 4
bulan masih tinggi. Hasil pengamatan tolok ukur fisiologi pada benih jarak pagar selama
periode simpan menunjukkan bahwa meningkatnya nilai DB, K
CT
, T
50
dan FCG yang sangat signifikan pada periode simpan 1 bulan mengindikasikan adanya
after- ripening pada benih jarak pagar selama 1 bulan. After- ripening termasuk tipe innate dormansi yang membutuhkan waktu penyimpanan kering tertentu.
Dormansi pada benih tersebut akan hilang sendirinya setelah disimpan pada suhu dan waktu tertentu tanpa perlakuan apapun. Hasil yang sama juga ditunjukkan
oleh Kusmarya 2007 bahwa benih jarak pagar mengalami after- ripening selama 1 bulan. Jepsen et al. 2004 menyebutkan bahwa benih-benih jarak pagar yang
baru dipanen mengindikasikan adanya after-ripening. Hasil penelitian Hasnam dan Mahmud 2006 menyatakan bahwa benih-benih jarak pagar yang baru
dipanen mengalami dormansi, yang ditandai dengan rendahnya daya berkecambah benih. Heller 1996 menambahkan bahwa benih jarak pagar memiliki sifat “
innate dormansi” yaitu dormansi primer yang berasal dari dalam benih itu sendiri. Namun tidak sama halnya dengan hasil penelitian Sinaga 2008 yang
menunjukkan tidak ada masa after- ripening pada benih jarak pagar dari berbagai provenan dan improved population yang diujikan hal ini didukung oleh nilai DB
pada kontrol diatas 80, hasil yang sama pada benih jarak pagar juga dibuktikan oleh Worang 2008. Perbedaan ini diduga adanya pengaruh faktor lingkungan
berupa panjang hari, kelembaban, nutrisi mineral, suhu dan waktu panen yang berbeda Copeland dan McDonald, 2001.
Baskin dan Baskin 2001 menyatakan variasi perkecambahan dapat terjadi pada beberapa spesies benih yang dipanen dari tempat yang sama dalam
tahun yang berbeda. Demikian juga hasil penelitian Santika 2006 bahwa biji padi yang dipanen pada musim kering memiliki masa dormansi yang lebih pendek
dibanding dengan benih yang dipanen pada musim hujan.
Vigor biokimia benih V
biok
.
Benih yang merupakan benda hidup selama periode simpan akan selalu beradaptasi dengan lingkungannya. Selama masa penyimpanan benih berespirasi
dan bermetabolisme sehingga terjadinya perubahan-perubahan bahan kimia dalam benih. Perubahan secara biokimia benih dapat ditinjau dari total kandungan
klorofil dan total kandungan karotenoid yang terjadi pada benih jarak pagar selama periode simpan.
Selama periode simpan total klorofil Tabel 17 mengalami penurunan sampai pada periode simpan 4 bulan yang berbeda nyata dengan 0 dan 1 bulan
simpan dan tidak berbeda nyata dengan 2 dan 4 bulan simpan. sementara nilai total klorofil 0 sampai 3 bulan simpan menurun secara tidak nyata, hal ini
mengindikasikan bahwa selama masa penyimpanan proses degradasi klorofil pada benih jarak pagar terus berlanjut seperti halnya yang dilaporkan oleh Suhartanto
2003 pada benih tomat, degradasi klorofil pada benih tomat terus berlanjut meskipun benih sudah dikeringkan. Degradasi klorofil pada benih selama periode
simpan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya temperatur, cahaya dan kelembaban. Selanjutnya Suhartanto 2003 menambahkan bahwa benih tomat
yang di simpan pada ruang simpan cahaya merah menurun klorofilnya tetapi pada ruang simpan gelap klorofil relatif tetap dan daya simpan pada cahaya merah lebih
baik bila dibandingkan ruang gelap. Diduga klorofil dari benih dapat menjadi sumber radikal bebas yang dapat mempengaruhi viabilitas benih.
Salisbury dan Ross 1995 menyatakan bahwa karoten merupakan antioksidan yang terdapat pada biji-bijian, merupakan turunan senyawa
isoprenoid, termasuk didalamnya karotenoid. Prekursor vitamin A yaitu ß-karoten merupakan karotenoid yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat
tinggi. Prekursor utama pembentukan karotenoid adalah asam mevalonat.
Tabel 17 Pengaruh periode simpan benih terhadap vigor biokimiawi V
biok
benih jarak pagar. Periode
Simpan Tolok Ukur
Total klorofil
µmolg.
Total karotenoid
µmolg.
0 bulan 0.99 1.21
a
167.43 2.22
c
1 bulan 0.95 1.19
a
191.15 2.28
bc
2 bulan 0.73 1.10
ab
216.78 2.32
b
3 bulan 0.60 1.04
ab
295.61 2.47
a
4 bulan 0.49 0.99
b
340.08 2.52
a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada tingkat peluang 0.05 Uji DRMT, =Data di dalam kurung adalah
data transformasi
5 .
+ X
,
=Data di dalam kurung adalah data transformasi Logx.
Pada Tabel 17 jelas terlihat bahwa kandungan karotenoid terus mengalami peningkatan selama periode simpan. Pada awal penyimpanan 0 bulan total
karotenoid hanya 167.43 µ molg dan mulai periode simpan 2 bulan total karotenoid mulai terlihat peningkatannya yang tidak berbeda nyata dengan 1
bulan simpan. Selanjutnya peningkatan terus berlanjut sampai pada periode simpan 4 bulan 340.08 µ molg yang berbeda nyata dengan 0 sampai dengan 3
bulan penyimpanan. Meningkatnya asam lemak bebas pada benih jarak pagar selama periode
simpan diikuti dengan peningkatan total karotenoid. Selama proses penyimpanan pada benih jarak pagar diduga terjadi proses perombakan lipid menjadi asam
lemak bebas oleh enzim lipase yang tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk perkecambahan benih. Sadjad et. al,. 1999 menyatakan bahwa enzim
lipoksigenase berperan dalam proses peroksidasi lemak. Enzim ini tetap aktif dalam benih walaupun benih dalam keadaan kering kadar air dibawah 8.
Proses peroksidasi komponen lemak, terutama asam linoleat dan asam linolenat dalam membran menyebabkan kebocoran membran sel makin membesar. Untuk
menetralisir proses peroksidasi komponen lemak menjadi asam lemak dalam benih maka sel berusaha melindungi kerusakan membran akibat proses tersebut
dengan melibatkan senyawa scavenger yang bereaksi dengan radikal bebas superoksida untuk membentuk oksigen. Hasil penelitian Pinzino 1999
menyatakan bahwa pada benih Wheat mengandung lutein, suatu karotenoid yang
bertindak sebagai penangkap radikal scavenger. Antioksidan adalah senyawa scavenger yang berfungsi mencegah pembentukan radikal bebas, sehingga secara
teori dapat menurunkan laju kemunduran benih dan meningkatkan daya simpan benih Siregar, 2004. Pada penelitian ini diduga peningkatan karotenoid selama
proses penyimpanan dapat melindungi kerusakan membran sel akibat dari hidrolisis lemak menjadi asam lemak bebas. Hal ini yang diduga menyebabkan
viabilitas benih masih tetap tinggi walaupun sudah di simpan selama 4 bulan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Percobaan I.
Masak fisiologi benih jarak pagar dari provenan Lampung IP-1P tercapai mulai pada tingkat kemasakan 47 HSA dan maksimum pada 57 HSA dengan
kriteria warna kulit buah kuning kecoklatan, kulit buah tidak keras, mudah dibuka dengan tangan dan biji bewarna hitam kusam. Maksimum tercapainya masak
fisiologi pada 57 HSA didukung dengan maksimumnya nilai BKB, DB dan FCG serta minimumnya nilai klorofil dan KA.
Total klorofil berpotensi digunakan untuk menentukan tingkat masak fisiologi pada benih jarak pagar IP-1P yang berhubungan erat dengan tolok ukur
DB, K
CT
dan FCG yang umum digunakan untuk menentukan tingkat masak fisiologi.
Percobaan II.
Sebagai bahan tanam berupa benih jarak pagar IP-1P pada tingkat kemasakan 52 – 57 HSA sudah dapat dijadikan sebagai benih, hal ini didukung
oleh nilai V
P
dan V
KT
diatas 85. Pada periode simpan 4 bulan, dengan kondisi suhu ruang 25 – 28
C dan RH 46 – 80 dan kadar air 7.91 – 8.69 , viabilitas benih jarak pagar IP-1P masih baik diatas 90, hal ini menunjukkan bahwa
dengan kondisi tersebut benih dapat disimpan selama 4 bulan. Saran
Perlu dipelajari lebih lanjut tentang pengaruh kandungan klorofil dan karotenoid serta viabilitas benih dengan periode simpan lebih dari 4 bulan simpan.
DAFTAR PUSTAKA
Adikadarsih R, Hartono J. 2007. Pengaruh kemasakan buah terhadap mutu benih jarak pagar Jatropha curcas L. Di dalam : Status teknologi tanaman jarak
pagar Jatropha curcas L. Prosiding Lokakarya II ; Bogor; Badan penelitian
dan pengembangan pertanian; Pusat penelitian dan
pengembangan perkebunan. Vol 2: 143-148. Agrawal RL. 1980. Seed Technology. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.
685 p. Almela L, Fernandez-Lopez JA, Candela ME, Egea C, Alcazar MD. 1996.
Change in pigments, chlorophylase activity, and chloroplast ultrastructure in repening pepper for paprika. J. Agric. Food. Chem. 447:1704-1711.
Alamsyah AN. 2006. Biodiesel Jarak Pagar Bahan bakar Alternatif yang Ramah Lingkungan. Depok: P.T. AgroMedia Pustaka ; 115 halaman.
Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarwati., Budiyanto S. 1989. Analisis Pangan. Petunjuk praktikum. Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi, IPB, Bogor. Baskin CC, Baskin JM. 2001.Seed “ Ecology, Biogeography, and Evolution of
Dormancy and Germination”. Academic Press.London. 666 p. Bewley JD, Black M. 1994. Seed, Physiology of Development and Germination
Second Edition. New York and London : Plenum Press. Bosland PW, Votava EJ. 1999. Peppers: Vegetable and Spice Capsicum. CABI
Publishing. New York: 204 p. Britton G. 1976. Biossynthesis of Caroteniods. Pp 262-327. In: Googwin T. W.
ed. Chemistry and Biochemistry of Plant Pigments. London: AcademicPress.
Byrd HW. 1983. Pedoman Teknologi Benih. terjemahan. PT. Pembimbing Masa. Jakarta. 79 hal.
Copeland LO, McDonald MB. 2001. Principle of Seed Science and Technology. 4
th
edition. Kluwer Academic Publishers. London. 467 hal. Delouche JC.1983. Seed Maturation. Reference on Seed Operation for Workshop
on secondary Food Crop Seed. Mississippi, pp: 1-2. [Dirjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2006. Pedoman Mutu Benih Jarak
Pagar Sistem dan Prosedur Pembangunan Sumber Benih dan Peredaran Benih Jarak Pagar.Jakarta: Dirjenbun.
Freisleben HJ. 2002. Free radicals and antioxidant network. Di dalam: Freisleben HJ dan Deisinger B, editor. Free radicals-related diseases and antioxidants
in Indonesia. Makalah Simposium. Gross J. 1991. Carotenoids. Pp 75-278. In Pigments in Vegetables. Van Nostrand
Rienhold. New York.
Hambali E, Suryani A, Hariyadi D, Hanafie A. 2006. Jarak Pagar Tanaman Penghasil Biodiesel. Jakarta: Penebar Swadaya.131 halaman.
Hambali E. 2006. Diversifikasi produk olahan jarak pagar Jatropha curcas L. Makalah Dalam Lokakarya –II. Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar.
Tanggal 29 Nopember 2006. LPPM- IPB. Bogor. Hariyadi. 2005. Budidaya tanaman jarak Jatropha curcas Linn. Sebagai Bahan
Alternatif Biofuel. Makalah dalam Fokus Grup Diskusi FGD Pemanfaatan Lahan Kritis di Daerah untuk Penyediaan Bahan Baku
Biofuel Sebagai Sumber Energi Alternatif Pada Deputi Bidang Pengembangan SITEKNAS. Kementerian Negara Riset dan Teknologi
Tanggal 14-15 September 2005. 6 hal.
Hasnam. 2007. Pengelolaan Kebun Induk untuk Produksi Benih Jarak Pagar Jatropha curcas L.. Pelatihan Pembangunan Kebun Induk Jarak Pagar.
Puslitbang Perkebunan. Hasnam. 2006. Info Tek Jarak Pagar.Volume 1, Nomor 4, Maret 2006. ISSN
1907-1647. Bogor :Puslitbang. Hasnam, Hartati. 2006. Penyediaan benih unggul harapan jarak pagar, Jatropha
curcas L. Makalah dalam Status teknologi budidaya jarak pagar Jatropha curcas L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan
penelitian dan pengembangan pertanian. Jakarta Tanggal 11-12 April. 13 hal.
Hasnam, Mahmud Z. 2006. Panduan Perbenihan Jarak Pagar Jatropha curcas L.. Puslitbang Perkebunan. Badan Penelitian Pengembangan Pertanian.
Departemem Pertanian. Bogor. Heller J. 1996. Physic Nut, Jatropha curcas L. Promoting The Concervation and
Use of Underutilized and Negleted Crops 1. International Plant Genetic Resoursce Institute. Rome.66p.
Henning RK. 2004. The Jatropha System. Economy and Dissemination Strategy. International Conference of Renewable 2004. Germany: Bonn 1-4 2004.
Heydecker W, Coolbear P. 1977. Seed Treatments for improved performance- survey and attempted prognosis. Seed Sci. and Technol. 5: 353-425.
Ilyas S. 2004. Ilmu Benih. Diktat Kuliah. Departemen Agronomi. IPB. Bogor. Info Tek. 2006. Jarak Pagar Jatropha curcas L.. Volume 2, Nomor 3, Maret
2006. ISSN 1907-1647. Bogor : Puslitbang. ISTA. 2004. International Rules For seed Testing. Proc. Int. Seed Testing
Association 31 1 Wageningen. 333 p. Jepsen J, Joker D, 2004. Jatropha curcas L.
www.dfsc.dk . 20 Juni 2009.
Jones N, Miller J H. 1992. Jatropha curcas . A multipurpose spesies for problematic sites. The World Bank. Asia Technical Departement.
Agricultural Divis ion. . Justice OL, Bass LN. 1994. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih. Jakarta
:Rajawali Press. 446 hal.
Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan.Jakarta: Universitas Indonesia UI – Press. 315 hal.
Kermode AR. 1990. Regulatory mechanism involved in the transition from seed development to germination. Critical Rev. Plant Sci. 92 : 155-195.
Khan AA. 1992. Preplant Physiological Seed Conditioning. pp 131 -181. In. Janick J. ed..Horticulture Review. NewYork: Wiley and Sons Inc.
Kolasinska K, Szyrmer J, Dul S. 2000. Relationship between laboratory seed quality tests a and field emergence of common bean seed. Crop. Sci. 40:
470-475. Kurniasari D. 1993. Pengaruh komposisi gas dan kondisi simpan benih terhadap
viabilitas benih kacang tanah Arachis hypogaea [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Kusmarya A. 2007. Pengaruh umur pohon induk dan umur simpan terhadap viabilitas benih jarak pagar Jatropha curcas L. [Skripsi]. Bogor:
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. . Kwong FY. 1991. Research need in the production of high quality seeds.
http:books.google.Co . 20 Juni 2009.
Maluf MP, Saab IN, Wurtzel ET, Sach MM. 1997. The vivaparous 12 maize mutant is deficient is abscisic acid, carotenoid and chlorophyll synthesis. J.
Exp. Bot. 48: 1259 – 1268 p. Mugnisjah W, Setiawan A. 1990. Pengantar Produksi Benih. Jakarta : Rajawali
Press. 610 hal. Ningrum SI. 1994. Studi fenologi serta pengaruh tingkat kemasakan, kondisi awal
dan lama konservasi terhadap viabilitas benih makadamia Makadamia integrifolia Maiden Betch [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Okabe T, Somabhi M. 1989. Eco-physiological studies on drought tolerant crops suited to the Northeast Thailand. Technical Paper No.5 . Agricultural
Development Research Center in Northeast Thailand. Moe Din Daeng, Khon Kaen 40000, Thailand.
Pinzino C. 1999. Aging, free radicals and antioxidants in Wheat seeds. J. Agric. Food Chem. 47: 1333-1339.
Pomeranz Y. 1992. Biological, Functional, and Nutritive Changes of Cereal Grains and Their Product. St. Paul: American of Cereal Chemist Inc.55 -
141 hal. Pranoto HS, Mugnisjah WQ, Murniati E. 1990. Biologi Benih. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Bogor: Institut Pertanian Bogor . 138 hal. Prasetyantiningsih GW. 2006. Kemungkinan karotenoid sebagai indikator tingkat
masak fisiologi benih jagung Zea mays saccharata Sturt. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Priestley DA. 1986. Seed Aging. London : Cornell University Press. 433 p.
Prihatiningsih, 2001. Pengaruh waktu panen terhadap produksi dan mutu fisik gabah dan beras pada beberapa varietas padi Oryza sativa L. [Skripsi].
Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 42 hal. Prihandana, Hendroko, 2006. Petunjuk Budidaya Jarak Pagar. Depok:
AgroMedia Pustaka. 78 hal. Ratnasari RH. 1996. Kemungkinan arginin sebagai indikasi tingkat kemasakan
fisiologi benih kacang tanah Arachis hygaea L. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 42 hal.
Rivaie AA, Allorerung D, Mahmud Z. 2006. Petunjuk teknis budidaya jarak pagar Jatropha curcas L. Makalah dalam Status teknologi budidaya
jarak pagar Jatropha curcas L. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Badan penelitian dan pengembangan pertanian. Jakarta
Tanggal 11-12 April. 8 hal.
Roberts EH. 1972. Cytologycal, genetical, and metabolic changes associated with loss of viability. Chapmannd Hall Ltd. P.253-306. London.
Sadjad S. 1980. Panduan Pembinaan Mutu Benih Tanaman Kehutanan di Indonesia. Proyek Pusat Pembinaan Kehutanan Direktorat Reboisasi dan
Rehabilitasi. Bogor: Lembaga Alfiliasi, Institut Pertanian Bogor. 320 hal. Sadjad S.1993. Dari Benih Kepada Benih. Jakarta: Grasindo.143 hal
Sadjad S. Murniati E, Ilyas S. 1999. Parameter Pengujian Vigor Benih. Jakarta: Grasindo. 185 hal.
Saenong S.1986. Kontribusi vigor awal terhadap daya simpan benih jagung Zea mays L. dan kedelai Gycine max L. Merr. [Disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2.LukmanDR dan
Sumaryono, penerjemah. Bandung: ITB Press- Wadsworth Publ.Co. Terjemahan dari: Plant Physiology.
Santika A. 2006. Teknik pengujian masa dormansi padi Oryza sativa L.. Bul.Teknik Pertanian.112:67-71.
Sim DA, Gamon JA. 2002. Relationships between leaf pigment content and spectral reflectance across a wide range of species, leaf structures and
developmental stages. Remote Sensing of environment 81:337-354. Sinaga R. 2008. Penentuan periode after ripening benih jarak pagar Jatropha
curcas L. pada berbagai provenan dan improved population. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 50 hal.
Sinuraya F. 2007. Indikator karatenoid untuk menentukan masak fisiologi benih cabai awit Capsicum frutescens L. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor. Siregar AN. 2004. Perubahan fisiologi dan biokimiawi benih kacang tanah selama
penyimpanan. [topik khusus]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Stuckey BN.1972. Antioxidant as food stabilizers. In T. E. Furia. Handbook of Food Additives. CRC. Press Division of Chemical Rubber Co. Ohio. New
York.771 p. Sudjindro, Adikadarsih S. 2007. Informasi viabilitas benih jarak pagar Jatropha
curcas L. IP-1A Sebelum Penyimpanan. Bogor: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balitbang.
Suhartanto MR. 2003. Fluoresen klorofil benih: parameter baru penentuan mutu benih. Bul. Agron. 311: 26-30.
Suhartanto MR. 2002. Chlorophyll in tomato sedd: Marker for seed performance?. Wageningen Universiteit. Wageningen. 150 p.
Syamsuddin. 1998. Pengaruh kondisi simpan dan perlakuan osmoconditioning terhadap viabilitas benih gmelina Gmelina arborea Roxb [Tesis]. Bogor:
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Utomo BP. 2007. Fenologi pembungaan dan pembuahan jarak pagar Jatropha
curcas L. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Vivantari ACGP.1994. Perubahan kandungan asam lemak benih wijen Sesamum
indicum L. dan hubungannya dengan viabilitas dengan benih selama penyimpanan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. 46 hal.
Waemata S, Ilyas S. 1986. Pengaruh tingkat kemasakan, kelembaban relatif ruang simpan dan periode simpan terhadap viabilitas benih buncis
Phaseolus vulgaris L.. Bul. Agron. XVIII 2: 27-34. Winarno FG. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.Jakarta: Gramedia. 253 hal.
Worang RL. 2008. Karakteristik hidratasi biji dan pengaruhnya terhadap perubahan mutu biji jarak pagar Jatropha curcas L. [Disertasi] Bogor :
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Wulandari A. 2008. Penentuan kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan
vigor bibit jarak pagar Jatropha curcas L. [Skripsi] Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Yoga S. 2007. Info Tek Jarak Pagar.Volume 2, Nomor 5, Maret 2007. ISSN 1907-1647. Bogor : Puslitbang.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi jarak pagar IP – 1P
Deskripsi Jarak Pagar IP -1P IP – 1P
Asal : Hasil seleksi massa populasi Lampung dan Jabar
Mulai berbunga : ± 4 bulan setelah tanam atau 6 bulan setelah semai.
Bentuk daun : Bulat dengan tulang daun menjari, permukaan daun
bergelombang Warna daun
: Hijau Tangkai daun
: Umumnya pendek dan kaku. Jmlh buah malai
: 10 -28. Jmlh malai tnm
: 5 pada panen pertama, tahun pertama. Jmlh buah tnm
: 50 pada panen pertama, tahun pertama. Berat 1000 butir
: 700 – 850 gram. Potensi produksi
: 0.25 -0.3 ton tahun I, 4 – 5 ton pada tahun kelima, dengan pemeliharaan optimal.
Kesesuaian daerah : direkomendas ikan untuk daerah beriklim basah.
Lampiran 2 Alat Spektrofotometer Tipe UV-1201
Keterangan; A = Tempat media dalam wadah, B = Monitor, C = Printer, D = Card memori.
B
C
D A
Lampiran 3 Diagram metode soxhlet
Labu lemak dioven, desikator, dimasukkan batu didih, ditimbang x g
Sebanyak 250 mi heksana teknis dimasukkan dalam labu lemak
Refulks dilakukan selama 6 jam 24 kali running
Pelarut didestilasi dan ditampung
Labu lemak yang be risi lemak hasil ekstraksi dioven pada suhu 105
o
selama 2 jam, didesikator selama 30 menit
Labu lemak dan batu didih ditimbang y g
Persentase Kadar Lemak Total dapat dihitung dengan rumus:
Y- X g lemak Kadar Lemak Total = ----------------------- X 100
Berat contoh
Lampiran 4 Rangkaian alat soxhlet
Keterngan: A = Tabung destilasi, B = Tabung ekstraksi, C = Labu lemak, D = Aot plate.
A
B
C D
Lampiran 5 Analisis ragam pengaruh daya berkecambah terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
Pr F
Perlakuan 4
1326.933333 331.733333
2.87 0.0957
Ulangan 2
642.133333 321.066667
2.77 0.1216
Galat 8
925.866667 115.733333
Total 14
2894.933333 Kk = 15.58
Lampiran 6 Analisis ragam pengaruh berat kering benih terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung
Pr F
Perlakuan 4
0.42500000 0.10625000
0.47 0.0005
Ulangan 2
0.02164000 0.01082000
0.05 0.9532
Galat 8
1.79456000 0.22432000
Total 14
2.24120000 Kk = 3.48
Lampiran 7 Analisis ragam pengaruh kecepatan tumbuh terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
31.19202667 7.79800667
2.15 0.1653
Ulangan 2
8.86721333 4.43360667
1.22 0.3437
Galat 8
28.97605333 3.62200667
Total 14
69.03529333 Kk =17.84
Lampiran 8 Analisis ragam pengaruh T
50
terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
0.76780000 0.19195000
1.23 0.3717
Ulangan 2
0.10416000 0.05208000
0.33 0.7262
Galat 8
1.25084000 0.15635500
Total 14
2.12280000 Kk = 14.12 .
Lampiran 9 Analisis ragam pengaruh FCG terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
782.9333333 195.7333333
1.22 0.0076
Ulangan 2
283.7333333 141.8666667
0.88 0.4500
Galat 8
1284.266667 160.533333
Total 14
2350.933333 Kk = 19.87
Lampiran 10 Analisis ragam pengaruh total lemak terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
12.84353333 3.21088333
4.95 0.0265
Ulangan 2
0.17728000 0.08864000
0.14 0.8744
Galat 8
5.19378667 0.64922333
Total 14
18.21460000 Kk= 1.98
Lampiran 11 Analisis ragam pengaruh ALB terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
0.02153333 0.00538333
6.96 0.0102
Ulangan 2
0.00028000 0.00014000
0.18 0.8377
Galat 8
0.00618667 0.00077333
Total 14
0.02800000 Kk= 12.09
Lampiran 12 Analisis ragam pengaruh total klorofil terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
0.18066667 0.04516667
1.32 0.3414
Ulangan 2
0.09904000 0.04952000
1.45 0.2909
Galat 8
0.27389333 0.03423667
Total 14
0.55360000 Kk= 14.23
Lampiran 13 Analisis ragam pengaruh total karotenoid terhadap tingkat kemasakan benih jarak pagar
Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Perlakuan 4
0.09102667 0.02275667
1.03 0.4494
Ulangan 2
0.07633333 0.03816667
1.72 0.2388
Galat 8
0.17733333 0.02216667
Total 14
0.34469333 Kk= 6.03
Lampiran 14 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan dan interaksinya terhadap K
CT
benih jarak pagar Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Periode 4
52.29652146 13.07413037
19.91 0.0001
Galat I 10
20.30587778 2.03058778
3.11 0.0203
Kemasakan 2
13.73194686 6.86597343
10.46 0.0009
PeriodeKemasakan 8
22.80806425 2.85100803
4.34 0.0041
Galat II 20
12.47490556 0.62374278
Total Koreksi 44
121.6173159 Kk = 5.88 .
Lampiran 15 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan dan interaksinya terhadap total lemak benih jarak pagar.
Sumber keragaman Derajat
Bebas Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hitung
Pr F Periode
4 1510.163356
377.540839 454.63
.0001 Galat I
10 8.321178
0.832118 1.00
0.4741 Kemasakan
2 128.711613
64.355807 77.5
.0001 PeriodeKemasakan
8 279.829431
34.978679 42.12
.0001 Galat II
20 16.608822
0.830441 Total koreksi
44 1943.644400
Kk = 2.60
Lampiran 16 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan dan interaksinya terhadap total asam lemak bebas benih jarak
pagar. Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Periode 4
10.27812 2.56953
620.66 .0001
Galat I 10
0.0236 0.00236
0.57 0.819
Kemasakan 2
5.46569333 2.73284667
660.11 .0001
PeriodeKemasakan 8
6.02830667 0.75353833
182.01 .0001
Galat II 20
0.08280000 0.0041400
Total koreksi 44
21.87852000
Kk = 9.08
Lampiran 17 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan terhadap kadar air benih jarak pagar
Sumber keragaman Derajat
Bebas Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hitung
Pr F Periode
4 40.04952444
10.01238111 8.66
0.0003 Galat I
10 6.51202222
0.65120222 0.56
0.8241 Kemasakan
2 1.58105333
0.79052667 0.68
0.5161 PeriodeKemasakan
8 6.21416889
0.77677111 0.67
0.7102 Galat II
20 23.11831111
1.15591556 Total koreksi
44 77.47508000
Kk = 12.40 Lampiran 18 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan
terhadap daya berkecambah benih jarak pagar Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Periode 4
2505.244444 626.311111
20.6 .0001
Galat I 10
437.333333 43.733333
1.44 0.2341
Kemasakan 2
184.177778 92.088889
3.03 0.0309
PeriodeKemasakan 8
370.488889 46.311111
1.52 0.2112
Galat II 20
608.000000 30.400000
Total koreksi 44
4105.244444 Kk = 6.09
Lampiran 19 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan terhadap T
50
benih jarak pagar Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Periode 4
4.28927556 1.07231889
11.51 0.0001
Galat I 10
1.18502222 0.11850222
0.57 0.7906
Kemasakan 2
0.21441778 0.10720889
1.15 0.3364
PeriodeKemasakan 8
0.58160444 0.07270056
0.78 0.6247
Galat II 20
1.86297778 0.26126333
Total koreksi 44
8.13329778 Kk = 9.47
Lampiran 20 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan terhadap FCG benih jarak pagar
Sumber keragaman Derajat
Bebas Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hitung
Pr F Periode
4 3920.355556
980.088889 23.07
.0001 Galat I
10 654.222222
65.422222 1.54
0.1972 Kemasakan
2 440.177778
220.088889 5.18
0.0154 Periodekemasakan
8 448.711111
56.088889 1.32
0.2897 Galat II
20 849.777778
42.488889 Total koreksi
44 6313.244444
Kk = 7.47 Lampiran 21 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan
terhadap total karotenoid benih jarak pagar Sumber keragaman
Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F Hitung Pr F
Periode 4
0.58334222 0.24583556
51.69 0.0001
Galat I 10
0.03744444 0.00374444
1.36 0.2736
Kemasakan 2
0.11905333 0.05952667
21.10 0.0001
PeriodeKemasakan 8
0.03665778 0.00458222
1.62 0.1802
Galat II 20
0.05642222 0.002282111
Total koreksi 44
0.83292000 Kk = 2.25 .
Lampiran 22 Analisis ragam pengaruh tingkat kemasakan dan periode simpan terhadap total klorofil benih jarak pagar
Sumber keragaman Derajat
Bebas Jumlah
Kuadrat Kuadrat
Tengah F Hitung
Pr F Periode
4 0.35476889
0.08869222 3.31
0.0311 Galat II
10 0.22602222
0.02260222 1.02
0.4507 Kemasakan
2 0.05383111
0.02691556 1.00
0.3845 PeriodeKemasakan
8 0.30305778
0.03788222 1.41
0.2514 Galat II
20 0.53664444
0.02683222 Total koreksi
44 1.47432444
Kk = 14.82
1. JUSTIFIKASI ANGGARAN Rincian Anggaran