MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK (TPA)

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK
(TPA)

SKRIPSI

Oleh :
Eko Bagoes Himawan
201010230311274

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK
(TPA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi


Oleh :
Eko Bagoes Himawan
201010230311274

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

ii

LEMBAR PENGESAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Judul Skripsi

Nama Peneliti
NIM
Fakultas
Perguruan Tinggi
Waktu Penelitian

: Motif Orang Tua Dalam Memilih Tempat Penitipan Anak (TPA)
: Eko Bagoes Himawan
: 201010230311274
: Psikologi
: Universitas Muhammadiyah Malang
: Februari 2014 – Desember 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 22 April 2016
Dewan Penguji
Ketua Penguji

: Zakarija Achmat, S.Psi, Msi

(


)

Anggota Penguji

: 1. Trimuji Ingarianti, S.Psi, M.Psi

(

)

2. Zainul Anwar, S.Psi, M.Psi

(

)

3.Susanti Prasetyaningrum, S.Psi, M.Psi

(


)

Pembimbing I

Pembimbing II

Zakarija Achmat, S.Psi, Msi

Trimuji Ingarianti, S.Psi, M.Psi

Malang, 23 Mei 2016
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

i

SURAT PERNYATAAN


Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
Nim
Fakultas / Jurusan
Perguruan Tinggi

: Eko Bagoes Himawan
:201010230311274
: Psikologi
: Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Motif Orang Tua Dalam Memilih Tempat Penitipan Anak (TPA)
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk
kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas
Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini
tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.


Malang, 23 Mei2016
Mengetahui
Ketua Program Studi

Yang menyatakan

Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si

Eko Bagoes Himawan

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, serta shalawat dan salam yang
hanya tercurah kepada Rasulullah Muhammad S.A.W, penulisan skripsi ini dengan judul
“Motif Orang Tua Dalam Memilih Tempat Penitipan Anak (TPA)” diajukan sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhamadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

petunjukserta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Malang.
2. Bapak Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah
mengajarkan, memberikan arahan, memberikan motivasi dan pengetahuanuntuk
menyelesaikan penulisan skripsi ini.
3. Ibu Trimuji Ingarianti, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II, yang telah banyak
memberikan masukan dan mengajarkantentang bagaimana menyelesaikan tugas
skripsi ini dengan baik.
4. Ayah dan Ibuku tercinta beserta keluarga yang tidak pernah berhenti mendoakan dan
memberikan dukungan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
5. Calon pendampingku Emanita Soraya S.Farm yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku Yusub, Deni, Baskoro, Yoga, Syahrul, Pramudi, Alvan, Aldo,
Nofal Galahad,teman-teman kos B.7, yang selalu membantu dan mengingatkan dalam
penyelesaian tugas skripsi ini.
7. Teman-teman angkatan 2010, 2009 dan angkatan 2011 Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan

skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan
bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran
demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap
semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 23 Mei2016
Penulis,

Eko Bagoes Himawan
iii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... i
SURAT PENYATAAN ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... vi
INTISARI ................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .................................................................................................... 2
LANDASAN TEORI ............................................................................................... 5
Motif ......................................................................................................................... 5
Ciri-Ciri Motif ........................................................................................................... 5
Fungsi Motif .............................................................................................................. 6
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif ................................................................ 6
Jenis Motif ................................................................................................................. 7
Karakteristik Individu Dalam Penggunaan Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik .... 7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik ................ 7
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 8
Rancangan Penelitian ................................................................................................ 8
Subjek Penelitian ....................................................................................................... 8
Tujuan Penelitian....................................................................................................... 8
Manfaat Penelitian......................................................................................................8
Variabel dan Instrumen Penelitian ............................................................................ 9
Prosedur dan Analisa Data Penelitian ....................................................................... 9
HASIL PENELITIAN ............................................................................................. 9
DISKUSI .................................................................................................................. 11
SIMPULAN DAN IMPLIKASI ............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

LAMPIRAN ............................................................................................................. 17
iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. DeskripsiMotif Subjek ................................................................................ 10

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran
1.
2.
3.
4.
5.

Skala Penelitian ............................................................................................. 17
Data Kasar Hasil Penelitian........................................................................... 21

Surat Keterangan Penelitian 1 ....................................................................... 23
Surat Keterangan Penelitian 2 ....................................................................... 24
Hasil try out ................................................................................................... 25

vi

MOTIF ORANG TUA DALAM MEMILIH TEMPAT PENITIPAN ANAK
(TPA)
Eko Bagoes Himawan
Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang
koko_himawan23@yahoo.com

Orang tua tentu akan sangat hati-hati dalam memilih tempat penitipan anak untuk anaknya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif orang tua dalam memilih tempat
penitipan anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Jumlah subjek
sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik purpose sampling dalam pengambilan
sampelnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam memilih tempat penitipan anak, orang
tua cenderung menggunakan motif intrinsik dibandingkan dengan menggunakan motif
ekstrinsik. Yaitu dari keseluruhan subjek yang berjumlah 100 orang, terdapat 58% subjek
menggunakan motif intrinsik, dan terdapat 42% subjek yang menggunakan motif ekstrinsik
dalam memilih tempat penitipan anak. Hal ini berarti dalam memilih tempat penitipan anak,
orang tua lebih menggunakan dorongan yang berasal dari dalam diri yang menggerakkan
untuk bertingkah laku atau mengambil keputusan karena adanya kebutuhan yang ingin
dipenuhi.
Kata Kunci: Motif, orang tua, tempat penitipan anak
Parents would be very careful in choosing a daycare for their children. The purpose of this
study was to determine the motives of parents in choosing daycare. This type of research is
descriptive quantitative. Number of subjects as many as 100 people by using purposive
sampling technique in sample collection. The results showed that in choosing a daycare,
parents tend to use the intrinsic motif compared to using extrinsic motives . That is from the
whole subject of the 100 people, There are 58 % of the subjects using the intrinsic motives,
and there are 42 % of the subjects who use extrinsic motives in choosing a daycare. This
means choosing a daycare, parents prefer using the boost comes from within that drives to
behave or make decisions for their needs to be met.
Keywords: Motif, parents, daycare

1

Anak adalah pusaka orang tua. Hampir segala sesuatu yang dilakukan oleh orang tua, selalu
mempertimbangkan anak. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa dalam
mengambil keputusan terkait anak, apapunakandilakukan orang tua demi kebaikananaknya.
Keluarga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang befungsi sebagai pengembangan
keturunan melalui perkawinan serta sebagai tempat pemeliharaan anak. Adanya perkawinan
bertujuan melestarikan keturunan supaya ada generasi penerus. Keluarga merupakan tempat
sosialisasi pertama yang diperoleh anak. Selain itu peran orang tua diperlukan dalam proses
tumbuh kembang anak. Peran orang tua dalam keluarga terkandung dalam pasal 1 ayat 11
Undang-Undang no. 23 thn. 2002 tentang perlindungan anak (UU perlindungan anak)
terdapat istilah “Kuasa Asuh” yaitu kekuasaan orang tua untuk mengasuh, mendidik,
memelihara, membina, melindungi dan menumbuh kembangkan anak sesuai dengan agama
yang di anutnya dan kemampuan bakat serta minatnya. Kewajiban sebagai orang tua adalah
memberikan kasih sayang dan cinta terhadap anak, dan kasih sayang orang tua kepada anak
diwujudkan dengan pemenuhan kebutuhan hak anak secara layak.
Permasalahan ekonomi keluarga biasanya menyebabkan perubahan pada peran perempuan
atau istri. Akibatnya perempuan memiliki peran ganda selain menjadi ibu tetapi juga menjadi
perempuan yang bekerja. Semula perempuan hanya disibukkan dengan urusan domestik
seperti rumah tangga dan pengasuhan anak. Kini perempuan mulai masuk ranah publik
dengan bekerja keluar rumah untuk mencari nafkah tambahan meskipun pencari nafkah utama
adalah suami. Datasatuankerjanasional (Sakernas) terlihat bahwa presentase perempuan yang
bekerja semakin meningkat dari tahun 2012-2014. Hal ini mengindikasikan bahwa
kesempatan bekerja untuk perempuan semakin meningkat sehingga laki-laki dengan
perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengakses pekerjaan (Radarmalang.co.id
pada 26 Juli 2014).
Rutinitas sehari-hari yang dilakukan orang tua diluar rumah membuat waktu bersama anak
menjadi sedikit. Kewajiban orang tua akan pemberian kasih sayang kepada anak berkurang.
Orang tua tidak bisa mendampingi anak selama 24 jam penuh. Waktu bermain anak dengan
orang tua menjadi kurang intensif. Bekerja atau mengasuh anak,inilah akhirnya dua pilihan
yang kerap membuat para wanita yang baru melahirkan mengalami dilema. Di satu sisi,
wanita memiliki keinginan membantu suami memenuhi kebutuhan rumah tangga dengan
bekerja, namun di sisi lain seorang ibu tidak tega melepas si buah hati di rumah.
Fenomena banyaknya wanita yang tetap memilih bekerja setelah melahirkan dilirik sebagai
peluang. Maka, kini muncullah jasa penitipan anak atau daycare. Tempat penitipan anak atau
daycare adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat
jam kerja. Daycare merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar
rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat
dilaksanakan secara lengkap. Dalam hal ini, pengertian tempat penitipan anak atau daycare
hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan
orangtua (Perserikatan Bangsa-bangsa, 1990).
Dengan semakin banyaknya para orang tua pekerja terutama seorang ibu sebagai pengasuh
dan pendidik anaknya, memicu banyaknya daycare yang bermunculan di kota-kota besar di
Indonesia. Apabila ditela’ah lebih jauh, ini bisa menjadi salah satu celah bisnis yang dapat
dikembangkan, terutama bagi para sarjana-sarjana psikologi. Secara umum, sebetulnya bukan
budaya orang Indonesia untuk menitipkan anak di daycare, semua orang pasti lebih merasa
aman bila anak-anak dijaga anggota keluarga atau pembantu dirumah. Namun, bila
diperhatikan ternyata kebutuhan akan daycare pun semakin meningkat. Beberapa daya tarik
2

daycare yang memicu orang tua untuk menitipkan anaknya, diantaranya adalah adanya misi
edukasi, dimana anak-anak hanya diberikan permainan yang interaktif dan edukatif, misalnya
dengan aneka permainan tradisional jaman dulu, belajar bahasa Inggris sederhana, pengasuh
daycare yang benar-benar mencintai dan konsentrasi dengan dunia bermain sambil belajar
dengan sang anak.
Sehingga pada dewasa ini, menitipkan anak pada daycare mulai menjadi alternatif banyak
orangtua yang bekerja. Hal ini karena tidak semua orangtua masih bisa meminta tolong kakek
atau nenek serta anggota keluarga besar lainnya dan semakin tidak mudahnya mencari
pengasuh anak pada masa sekarang. Selain itu, adanya pertimbangan bahwaakan ada beberapa
keuntungan yang bisa didapat jika menitipkan anak di daycare. Misalnya saja adanya
kesempatan anak untuk mengembangkan kemampuan sosial lewat bersosialisasi dengan anakanak lain dan adanya program-program pembelajaran lain yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak misalnya dalam kemandirian, kemampuan motorik, dan kemampuan
bahasanya.
Anak-anak yang dititipkan pada daycare yang berkualitas memiliki kemampuan kognitif dan
bahasa yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mendapatkan pendidikan seperti
yang diberikan oleh daycare tersebut.Di daycare anak mendapat kesempatan yang lebih luas
untuk bersosialisasi dengan anak-anak lain seusianya dibandingkan di rumah, sehingga lebih
terekspos pada berbagai pengalaman dan pemikiran. (Gibson, 2004). Anak-anak yang
dititipkan di daycare yang berkualitas, tidak hanya memiliki kemampuan sosialisasi yang
baik, tapi juga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan kemampuan memimpin
(leadership).Umumnya pengasuh di daycare diberi pelatihan khusus tentang pendidikan anak
usia dini, sehingga dapat mengasuh anak dengan lebih baik dibanding babysitter.Bila
pengasuh anak sakit, akan ada pengasuh lain di daycare tersebut yang menggantikan,
sehingga tidak merepotkan orang tua. Berbeda halnya bila babysitter atau pembantu di rumah
sedang sakit, maka orang tua akan kerepotan mencari pengganti pengasuh untuk anak.
Hasil penelitian yang dilakukanMcCartney (2010), menunjukkan bahwa menitipkan anak
di daycare tidak otomatis membuat ikatan anak dengan orang tua rusak. Dari hasil penelitian
tersebut diketahui bahwa dampak negatif terhadap ikatan anak dengan orang tua biasanya
terjadi bila anak tidak menerima pengasuhan yang baik di daycare (kualitas daycare buruk),
anak terlalu lama dititipkan di daycare, dan anak tidak menerima perhatian yang cukup dari
orang tua ketika orang tua sedang tidak bekerja. Adapun penelitian yang dilakukan oleh
Ahnert & E. Lamb (2010) menunjukkan bahwa anak yang dititipkan di tempat penitipan anak,
memberikan peluang yang sangat baik untuk mereka belajar aturan interaksi sosial,
bagaimana untuk mengevaluasi tawaran sosial, untuk melakukan dialog dengan teman,
menyesuaikan diri dengan rutinitas, juga belajar untuk menyelesaikan konflik dengan teman.
Dari dua penelitian tersebut, jelas terlihat bahwa menitipkan anak di daycare tidaklah
berdampak negatif bagi anak, maupun bagi ikatan antara anak dengan orang tua, asalkan
kualitas daycare dimana anak dititipkan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Feinberg
(2007)Juga menunjukkan bahwa anak-anak yang dititipkan pada daycare yang berkualitas
memiliki kemampuan kognitif dan bahasa yang lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak
mendapatkan pendidikan seperti yang diberikan oleh daycare tersebut.
Di daycare anak mendapat kesempatan yang lebih luas untuk bersosialisasi dengan anak-anak
lain seusianya dibandingkan di rumah, sehingga lebih terekspos pada berbagai pengalaman
dan pemikiran. Anak-anak yang dititipkan di daycare yang berkualitas, tidak hanya memiliki
kemampuan sosialisasi yang baik, tapi juga memiliki kepercayaan diri yang kuat dan
3

kemampuan memimpin (leadership). Alternatif menitipkan anak di tempat penitipan anak
dengan segala kelebihan dan kekurangannya memang terbilang baru merebak di Indonesia,
namun di negara-negara maju seperti di Eropa, alternatif tersebut merupakan suatu hal yang
sangat umum. Oleh karena itu, sudah ada beberapa hasil penelitian tentang dampak
menitipkan anak ditempat penitipan anak di negara-negara maju tersebut. Salah satunya
adalah, menurut sebuah penelitian terbaru dari University of MontrealdanCHU Sainte-Justine
Hospital Research Centre,yang dilansir dari the daily news. Daycare berisiko membuat balita
mudah gemuk. Hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di Amerika Serikat pada
tahun 2006 mengungkap bahwa ada 35% anak dititipkan pada TPA atau daycare, anak
dititipkan pada orang tua asuh atau babbysitter sebanyak 30%, anak dititipkan pada anggota
keluarga sebanyak 20%, dan anak diasuh oleh orang tua kandung sebanyak 15%. Setelah 5
tahun, balita yang belum bersekolah (umumnya usia 1, 3-4 tahun) yang sering dititipkan di
daycare ternyata cenderung mengalami kelebihan berat badan. (Merdeka.com 21 november
2012).
Jikaberbicaratentangperkembangantempatpenitipananak di Indonesia, khususnya di Kota
Malang, halinimengalamipeningkatan yang cukupsignifikan. Dari data Dinas Pendidikan
(Disdik) Kota Malang menyebutkan bahwa tahun 2013 hanya ada 7 TPA, sementara sampai
tahun 2014 berkembang sampai 15 TPA.Namun seiring dengan melonjaknya jumlah tempat
penitipan anak (daycare) di Kota Malang, terdapat juga beberapa kecurangan yang dilakukan
oleh beberapa tempat penitipan anak di Kota Malang, bahwa ada beberapa tempat penitipan
anak yang belum bahkan enggan mendaftarkan tempat penitipan anak mereka ke Dinas
Pendidikan Kota Malang. Salah satu alasan mereka belum mendaftar adalah karena fasilitas
yang mereka miliki belum memenuhi standar yang ditetapkan pusat, terutama masalah
gedung dan sarana untuk bermain dan istirahat anak asuh. (Radarmalang.co.id pada 21
agustus 2014).
Menitipkan anak di daycare bisa dibilang adalah sebuah pilihan bagi orang tua karir, namun
disisi lain menitipkan anak di daycare ternyata juga memiliki resiko. Data dari Jawapos.com
pada 20 september 2014 menyebutkan, pada bulan Mei 2014 di salah satu tempat penitipan
anak di Jakarta telah terjadi tindak kekerasan, korban anak asuh berumur 14 bulan, pada bulan
Agustus 2014 di salah satu tempat penitipan anak di Jakarta telah terjadi tindakan kekerasan
seksual yang dilakukan oleh babbysitter kepada anak asuhnya yang berumur 3 tahun. Dan
pada bulan September 2014 di salah satu tempat penitipan anak di Batam telah terjadi tindak
kekerasan terhadap anak asuh yang berumur 2 tahun, hingga korban mengalami luka lebam di
pipi bagian kanan.
Adapun kekurangan menggunakan jasa daycare antara lain :
1. Biaya pendaftaran dan bulanan daycare cukup tinggi, selain itu di daycare umumnya ada
biaya tambahan bila orang tua menjemput anak lebih lambat dari waktu yang telah
ditetapkan. Di banyak keluarga yang menitipkan anaknya di daycare, pos biaya daycare
umumnya merupakan pos biaya tertinggi. Terlebih bila daycare yang dipakai berlokasi di
pusat kota, karena daycare di pusat kota umumnya lebih mahal dibandingkan daycare
yang berlokasi di daerah pinggiran kota karena kebutuhan akan fasilitas daycare biasanya
paling banyak di pusat kota dimana banyak gedung perkantoran (hukum supply &
demand). Selain itu, umumnya biaya daycare untuk anak di bawah usia 2 tahun lebih
mahal karena jumlah anak kelompok usia tersebut yang dapat diasuh oleh seorang

4

pengasuh terbatas. Biasanya posisinya sebagai pos biaya tertinggi turun, baru setelah anak
memasuki usia sekolah, karena digantikan oleh pos biaya sekolah.
2. Menitipkan anak di daycare memerlukan usaha lebih dari orang tua, karena perlu
mengantar anak setiap pagi dan menjemputnya kembali di sore hari.
3. Anak yang dititipkan di daycare lebih terekspos pada penyakit, karena ia terekspos pada
lebih banyak anak lain. Bila ada anak lain yang sakit, ia lebih mudah tertular.Bila anak
menderita sakit yang cukup serius, orang tua tetap perlu memikirkan rencana lain
untukanak, karena biasanya anak yang demikian tidak diperbolehkan untuk berada di
daycare sampai ia pulih kembali(Jawapos.com pada 6 maret 2014).
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui motif orang tua dalam memilih
tempat penitipan anak atau daycare. Peneliti juga berharap bahwa penelitian ini akan
senantiasa bermanfaat bagi semua pihak. Bagi peneliti, maupun bagi tempat penitipan anak
atau daycare itu sendiri.Manfaat bagi peneliti yaitu sebagai sarana untuk menambah ilmu
pengetahuan tentang tempat penitipan anak maupun tentang motif orang tua dalam memilih
tempat penitipan anak, bagi tempat penitipan anak atau daycareyaitusebagai bahan evaluasi
untuk menciptakan program pengasuhan yang lebih bagus dan lebih baik lagi bagi anak.
Motif
Dalam menentukan pilihan atau dalam proses pengambilan keputusan memilih tempat
penitipan anak, orang tua membutuhkan dorongan atau daya penggerak untuk mencapai
tujuan dan kepuasan. Dorongan atau daya penggerak ituadalah yang disebut sebagai
motif.Menurut Berelson dan Steiner (2006) motif berarti dorongan, sebab atau alasan
seseorang melakukan sesuatu, dengan demikian motif berarti suatu kondisi yang mendorong
atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, yang berlangsung
secara sadar. Sebagaimana (Gerungan, 2008) juga menjelaskan, bahwa motif adalah suatu
kekuatan penggerak dalam diri seseorang yang memaksanya untuk bertindak atau melakukan
sesuatu. Apa yang dipikirkan seseorang, dirasakan, kebiasaan-kebiasaan baru, semuanya
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan untuk mencapai tujuan yang diperjuangkan
(kebutuhan). Secara bahasa, motif adalah suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan
seseorang berbuat sesuatu, melakukan tindakan atau bersikap tertentu. Secara etimologis
motif adalah kondisi seseorang yang mendorong untuk mencari suatu kepuasan atau mencapai
suatu tujuan. Dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan gerak, yaitu
gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif dalam
psikologi berarti juga rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu
perbuatan (action) atau perilaku (behavior).
Ciri-Ciri Motif
Lebih lanjut, menurut Brown (2009) menjelaskan ada beberapa ciri-ciri motif yaitu :
1. Motif itu kompleks, dalam suatu perbuatan tidak hanya mempunyai satu tujuan, tetapi
beberapa tujuan yang berlangsung bersama-sama yang dipengaruhi individu itu sendiri.
2. Beberapa motif tidak didasari individu itu sendiri, banyak tingkah laku manusia yang tidak
didasari oleh pelakunya.
3. Motif itu berubah-ubah, motif bagi seseorang seringkali mengalami perubahan, ini
disebabkan oleh keinginan manusia yang sering berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
4. Tiap individu motifnya berbeda-beda, dua orang yang mengikuti kegiatan tertentu ada
kalanya mempunyai motif yang berbeda.
5

5. Motif dapat bervariasi, hal ini tergantung pada tujuan individu tersebut, apabila tujuannya
bermacam-macam maka motifnya juga bervariasi.
Fungsi Motif
Dalam menentukan keputusan memilih tempat penitipan anak, tentu karena adanya motif
pada orang tua sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, motif juga berfungsi sebagai
pendorong timbulnya suatu keputusan ataupun tindakan, serta motif sebagai pengarah dan
penggerak pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan yang diinginkan oleh orang tua.
Sebagaimana Siagian (2004) menjelaskan tentang fungsi motif sebagai berikut :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan
energi. Motif dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian
motif dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuan yang sudah direncanakan sebelumnya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan perbuatan apa yang harus dikerjakan
yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut. Pilihan perbuatan yang sudah ditentukan atau dikerjakan
akan memberikan kepercayaan diri yang tinggi karena sudah melakukan proses
penyeleksian
Faktor-Faktor yang MempengaruhiMotif
Di dalam motif juga terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi, sebagaimana dijelaskan oleh
Sardiman (2002) bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi motif seseorang, yaitu
sebagai berikut :
1. Motif merupakan suatu tenaga yang dinamis bagi seseorang. Maksudnya walaupun motif
sebenarnya sudah ada pada diri individu sendiri, akan tetapi untuk munculnya diperlukan
adanya rangsangan baik dari dalam maupun yang berasal dari luar.
2. Motif akan dirancang karena adanya tujuan. Motif dalam hal ini sebenarnya merupakan
respon dari suatu stimulus dalam pencapaian tujuan. Motif muncul dalam diri seseorang
secara otomatis, selain itu juga motif akan muncul karena adanya rangsangan dari luar.
3. Motif berhubungan dengan sejumlah kebutuhan dalam diri seseorang yang memunculkan
dorongan, sehingga dengan melakukan perbuatan tersebut kebutuhannya itu akan segera
dapat terpenuhi dan memuaskan.
4. Motif merupakan suatu reaksi pilihan bagi tercapainya suatu tujuan. Manusia memiliki
sejumlah perhatian terhadap lingkungannya dan motif ini merupakan pengarahan batiniyah
terhadap suatu objek tertentu, dengan demikian sikapnya yang dilandasi motif ini
merupakan sikap pilihan yang dianggapnya paling cocok tertuju kepada objek tingkah laku
yang bersangkutan.

6

Jenis Motif
Motif merupakan dorongan yang menyebabkan terjadinya suatu pengambilan keputusan
maupun terjadinya suatu tindakan, suatu pengambilan keputusan dan tindakan juga dapat
terjadi karena adanya pengaruh dari dalam diri individu juga pengaruh dari luar individu
tersebut. Menurut Burton (2003) motif terbagi menjadi dua jenis, yaitu motif intrinsik dan
motif ekstrinsik.
1. Motif intrinsik
Suatu dorongan yang berasal dari dalam diri individu yang menggerakkan individu itu
bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi.
2. Motif ekstrinsik
Dorongan atau rangsangan yang berasal dari luar diri individu yang menggerakan individu
itu bertingkah laku dikarenakan adanya kebutuhan – kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa orang tua tentu akan sangat hati-hati
dalam memilih tempat penitipan anak (TPA) untuk anaknya. Tentu juga adanya dorongandorongan dari dalam diri individu (orang tua) maupun dari luar individu (orang tua) dalam
memilih tempat penitipan anak, demi mencapai apa yang diinginkan oleh para orang tua
tersebut, juga demi untuk memberikan yang terbaik untuk anaknya.
Karakteristik Individu Dalam PenggunaanMotif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Burton (2003) menjelaskan kriteria individu dalam penggunaan motif intrinsik dan ekstrinsik
sebagai berikut :
1. Motif instrinsik
Individu mengambil keputusan maupun melakukan tindakan murni karena keinginan atau
kebutuhan yang ingin dicapai yang muncul dari dalam diri individu itu tanpa ada pengaruh
dari luar diri individu tersebut.
Orang tua memilih tempat penitipan anak (TPA) karena adanya keinginan dan suatu
dorongan dari dalam diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang ingin dipenuhi.
2. Motif ekstrinsik
Individu dalam mengambil keputusan maupun melakukan tindakan adalah karena adanya
pengaruh dari luar individu tersebut, sehingga tindakan yang dilakukan tidak murni berasal
dari keinginan individu itu sendiri melainkan adanya pengaruh dari luar.
Orang tua memilih tempat penitipan anak (TPA) karena adanya dorongan atau rangsangan
yang berasal dari luar diri individu (orang tua) untuk memenuhi kebutuhan yang ingin
dipenuhi.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa dalam menentukan sikap maupun dalam
pengambilan keputusan dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai, seseorang
memiliki pilihan dalam menggunakan motif intrinsik atau motif ekstrinsik, namun pada
akhirnya akan ada satu motif yang akan digunakan oleh seseorang tersebut dalam menentukan
sikap maupun tindakan, tergantung pada kecenderungan pengaruh terhadap salah satu motif
tersebut. Menurut Burton (2003) hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya motif intrinsik
dan motif ekstrinsik seseorang adalah sebagai berikut :

7

1. Motif intrinsik
a. Keyakinan
Keyakinan individu pada keputusan yang akan diambil dan keyakinan akan
tercapainya tujuan akan memicu timbulnya perilaku maupun tindakan yang murni
berasal dari dalam diri individu tersebut.
Orang tua memilih tempat penitipan anak, dikarenakan keinginannya sendiri tanpa
adanya pengaruh dari orang lain atau lingkungan.
2. Motif ekstrinsik
b. Dorongan dari keluarga dan lingkungan
Adanya dorongan dari keluarga maupun lingkungan, dapat menyebabkan timbulnya
tindakan atau perilaku yang tidak murni berasal dari dalam diri individu melainkan
timbul karena adanya pengaruh dari luar individu tersebut.
Orang tua memilih tempat penitipan anak, dikarenakan adanya pengaruh dari orang
lain atau lingkungan.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptifkuantitatif, penelitiandeskriptifyaitupenelitian
yang menggambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang
berkenaan dengan masalah yang diteliti (IndriantodanSupomo, 2002). Sedangkan penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena
serta ubungan-hubungannya (Sugiyono, 2007).
Subjek Penelitian
Subjek yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 orang. Adapun
karakteristik subjek penelitian adalah orang tua yang menitipkan anak di tempat penitipan
anak. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah purposive sampling. Yaitu dengan memberikan
skala motif kepada subjek penelitian yaitu orang tua yang menitipkan anak di tempat
penitipan anak (TPA). Sebagaimana Sugiyono (2007) menyatakan bahwa purposive sampling
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
Variabel dan Instrumen Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah motif. Motif adalah suatu dorongan dan kekuatan yang
berasal dari dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai
tujuan tertentu. Skala motif terdiri dari 2 aspek berdasarkan teori Burton (2003), yaitu (1)
motif instrinsik dan (2) motif ekstrinsik. Yang akan diungkap dengan menggunakan skala
Guttman. Skala Guttman yaitu skala yang menginginkan tipe jawaban tegas, seperti jawaban
benar-salah, ya-tidak, pernah-tidak pernah, postitif-negatif, tinggi-rendah, baik-buruk, dan
seterusnya. Pada skala Guttman hanya ada dua interval, yaitu setuju dan tidak setuju. Skala
Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun daftar cheklist. (Ridwan &
Sunarto, 2009).
Skala motif terdiri dari 2 aspek yang dikemukakan oleh Burton (2003), adalah (1) motif
intrinsik, yaitu orang tua memilih tempat penitipan anak (daycare) karena adanya keinginan
dan suatu dorongan dari diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan yang ingin dipenuhi, (2)
8

motif ekstrinsik, yaitu Orang tua memilih tempat penitipan anak (daycare) karena adanya
dorongan atau rangsangan yang berasal dari luar diri individu (orang tua) untuk memenuhi
kebutuhan yang ingin dipenuhi.
Berdasarkan hasil try outyang dilakukan, dari 17 item yang diujikan, didapatkan 15 item yang
dinyatakan valid. Validitas dengan menggunakan korelasi skor item dan skor total, indeks
validitas bergerak antara 0,387-0,692. Sedangkan reliabilitas dengan menggunakan alpha
cronbach sebesar 0,841. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrument skala motif yang
dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat alpha cronbach yaitu
0,6 atau 60% (Priyatno, 2011).
Prosedur dan Analisa Data Penelitian
Prosedur awal penelitian diawali dengan menyusun instrumen skala penelitian berupa skala
guttman, skala Guttman merupakan skala kumulatif. Skala Guttman mengukur suatu dimensi
saja dari suatu variabel yang multidimensi. Skala Guttman disebut juga skala scalogram yang
sangat baik untuk menyakinkan peneliti tentang kesatuan dimensi dan sikap atau sifat yang
diteliti yang sering disebut dengan atribut universal. Skala pengukuran dengan tipe ini akan
didapat jawaban yang tegas yaitu : benar-salah, pernah-tidak pernah, ya-tidak. Skala ini dapat
dibuat dengan bentuk centang maupun pilihan ganda.Skala ini dipakai bila ingin mendapat
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2007). Skala
disusun dalam bentuk checklist yang disusun juga berdasarkan dari teori Burnot (2003) yang
disesuaikan dengan tujuan peneliti. Selanjutnya dilakukan penyebaran angket untuk try
outkepada 30 orang tua yang menitipkan anak di tempat penitipan anak di Kota Mojokerto
pada 6 Desember sampai 9 Desember 2015. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya,
skala yang telah di try out kan kemudian disebarkan untuk penelitian yang sesungguhnya di
Rumah Penitipan Sabilillah dan juga di Taman Sosialisasi Anak Samuphahita di Kota Malang
pada 17 Desember sampai dengan 21 Desember 2015. Teknik analisa data yang digunakan
adalah teknik analisis hitung deskriptif untuk mendeskripsikan variabel penelitian dalam
pengukuran dan tidak menggunakan statistik inferensial karena tidak ada hipotesis dalam
penelitian ini. Adapun teknik statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek yang menggunakan motif intrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak lebih banyak daripada subjek yang menggunakan motif
ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
subjek yang berusia kurang dari 30 tahun lebih banyak menggunakan motif intrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak, sementara subjek yang berusia lebih dari 30 tahun lebih
banyak menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak, dan hasil
penelitian juga menunjukkan bahwa subjek dengan kategori pekerjaan pegawai swasta,
wirausaha, dan profesional lebih banyak menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat
penitipan anak. Sementara subjek dengan kategori pekerjaan pegawai negri lebih banyak
menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Seperti pada tabel
berikut :
9

Tabel 1. Deskripsi Motif Subjek
Kategori
Motif
Usia
30
Pekerjaan
Pegawai negeri
Pegawai swasta
Wirausaha
Profesional

Jumlah Subjek

Motif

Persentase
Ekstrinsik

Intrinsik

Ekstrinsik

Intrinsik

100

58

42

58%

42%

66
34

43
15

23
19

65%
44%

35%
56%

49
9
35
7

20
6
27
5

29
3
8
2

41%
67%
77%
71%

59%
33%
23%
29%

Berdasarkan tabel diatasmaka diperoleh data bahwa dalam memilih tempat penitipan anak,
subjek yang menggunakan motif intrinsik lebih banyak daripada subjek yang menggunakan
motif ekstrinsik. Hal tersebut ditandai dengan hasil yang diperoleh dari total 100 subjek, ada
58 subjek yang dikategorikan menggunakan motif intrinsik, yaitu berarti ada 58% subjek dari
jumlah total subjek yang dikategorikan menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat
penitipan anak. Sedangkan subjek yang dikategorikan menggunakan motif ekstrinsik
sebanyak 42, yaitu berarti hanya ada 42% subjek dari jumlah total subjek yang menggunakan
motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa dari keseluruhan jumlah subjek, subjek cenderung menggunakan motif instrinsik
dalam memilih tempat penitipan anak.
Berdasarkan juga tabel diatas,maka diperoleh data bahwa subjek dengan kategori usia kurang
dari 30 tahun sebanyak 66 subjek. Dari 66 subjek terdapat 43 subjek yang menggunakan
motif intrinsik, dan terdapat 23 subjek yang menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti dari
total 66 subjek dengan kategori usia kurang dari 30 tahun, ada 65 % subjek yang
menggunakan motif intrinsik, dan ada 35 % subjek yang menggunakan motif ekstrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dengan
kategori usia kurang dari 30 tahun, cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih
tempat penitipan anak.
Sementara pada subjek dengan kategori usia diatas 30 tahun ada sebanyak 34 subjek. Dari 34
subjek terdapat 15 subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 19 subjek yang
menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 44 % subjek menggunakan motif intrinsik dan
56 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dengan kategori usia lebih dari 30 tahun, cenderung
menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.
Dan berdasarkan tabel diatas dapat diketahui juga bahwa subjek dengan kategori pekerjaan
pegawai negri sebanyak 49 subjek. Dari 49 subjek terdapat 20 subjek yang menggunakan
motif intrinsik dan 29 subjek yang menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 41 % subjek
menggunakan motif intrinsik dan 59 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih
tempat penitipan anak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dengan kategori
pekerjaan pegawai negri cenderung menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat
penitipan anak.

10

Pada kategori pekerjaan pegawai swasta, data hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 9
subjek dengan kategori pekerjaan pegawai swasta, dari 9 subjek, terdapat 6 subjek yang
menggunakan motif intrinsik dan 3 subjek menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 67 %
subjek menggunakan motif intrinsik dan 33 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada kategori
pekerjaan pegawai swasta cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat
penitipan anak.
Pada kategori pekerjaan wirausaha, data hasil penelitian menunjukkan ada sebanyak 35
subjek dengan kategori pekerjaan wirausaha, dari 35 subjek, terdapat 27 subjek yang
menggunakan motif intrinsik dan 8 subjek menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada 77%
subjek menggunakan motif intrinsik dan 23 % subjek menggunakan motif ekstrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada kategori
pekerjaan wirausaha cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan
anak.
Selanjutnya pada kategori pekerjaan profesional, data hasil penelitian menunjukkan ada
sebanyak 7 subjek dengan kategori pekerjaan profesional, dari 7 subjek, terdapat 5 subjek
yang menggunakan motif intrinsik dan 2 subjek menggunakan motif ekstrinsik. Itu berarti ada
71 % subjek menggunakan motif intrinsik dan 29 % subjek menggunakan motif ekstrinsik
dalam memilih tempat penitipan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa subjek pada
kategori pekerjaan profesional cenderung menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat
penitipan anak.
Berdasarkan juga pada hasil penelitian yang didapat, bahwa alasan orang tua menitipkan anak
pada daycare adalah karena tuntutan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, juga karena
program pengasuhan pada daycare yang lebih bagus bagi anak dibandingkan dengan
dititipkan pada babbysitter maupun pada anggota keluarga.

DISKUSI
Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa motif orang tua dalam memilih tempat penitipan
anak adalah motif intrinsik. Hal itu berarti dalam memilih tempat penitipan anak, orang tua
lebih menggunakan dorongan yang berasal dari dalam diri yang menggerakkan untuk
bertingkah laku atau mengambil keputusan dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang
ingin dipenuhi, dan bukan karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar individu
maupun lingkungan yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan orang tua dalam
memilih tempat penitipan anak.
Sebagaimana Nielson, et al. (2008) menjelaskan bahwa motif merupakan sebuah dorongan,
sebab atau alasan seseorang. Motif intrinsik merupakan faktor pendorong yang sangat kuat
dari dalam diri individu karena di dalam motif intrinsik terdapat muatan keinginan yang ingin
dicapai. Salah satu penyebab munculnya motif intrinsik adalah karena adanya keinginan yang
muncul dari dalam diri individu tanpa ada campur tangan orang lain. Hal tersebut juga dapat
disebabkan oleh faktor yang mempengaruhi motif intrinsik yaitu keyakinan, orang tua
menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak karena adanya keyakinan
terhadap tempat penitipan anak yang telah dipilih untuk memberikan pengasuhan dan
pelayanan yang baik terhadap anaknya, sehingga anaknya akan bertumbuh dan berkembang
menjadi lebih baik sesuai dengan keinginan orang tua.
11

Dalam memilih tempat penitipan anak, tentunya orang tua telah memiliki pertimbangan
maupun keyakinan terhadap apa yang ingin dicapai. Motif intrinsik yang berasal dari dalam
diri seseorang menentukan arah keputusan dan perbuatan, yakni kearah tujuan yang ingin
dicapai. Juga berfungsi sebagai pengarah, yakni mengarahkan keputusan, keyakinan maupun
sikap terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan (Rodwell, 2010 ).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hickman, et al. (2005) seseorang yang
menggunakan motif intrinsik dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh faktor
keyakinan, melalui bertindak dan belajar orang mendapatkan keyakinan dan sikap, kemudian
keduanya mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan. Keyakinan dapat diartikan
sebagai gambaran pemikiran seseorang tentang gambaran sesuatu yang ingin dicapai.
Keyakinan seseorang tentang tujuan atau keinginan yang ingin dicapai akan mempengaruhi
proses pengambilan keputusan individu tersebut.
Jika ditinjau dari segi usia, terdapat perbedaan dalam penggunaan motif memilih tempat
penitipan anak pada subjek, sebagaimana dalam penelitian ini terdapat 2 kategori usia pada
subjek, kategori pertama adalah usia kurang dari 30 tahun, dan kategori kedua adalah usia
lebih dari 30 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek pada kategori usia kurang
dari 30 tahun lebih menggunakan motif intrinsik dalam proses pengambilan keputusan atau
dalam hal ini memilih tempat penitipan anak. Dibuktikan dari hasil penelitian terdapat 65 %
subjek yang menggunakan motif intrinsik dan 35 % subjek yang menggunakan motif
ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak.
Namun hal ini berbeda dengan kategori subjek pada usia lebih dari 30 tahun, pada subjek
dengan kategori usia lebih dari 30 tahun cenderung menggunakan motif ekstrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak. Dibuktikan dari hasil penelitian terdapat 44 % subjek yang
menggunakan motif intrinsik dan 56 % yang menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih
tempat penitipan anak. Hal ini dapat disebabkan bahwa pada setiap kategori usia mempunyai
perbedaan dalam hal berfikir, mengambil keputusan, maupun menentukan sikap. Sehingga
pada setiap batasan-batasan usia berpotensi dapat terjadi perbedaan dalam cara pengambilan
keputusan maupun cara berfikir.
Selanjutnya jika dilihat dari segi pekerjaan, juga terdapat perbedaan penggunaan motif pada
subjek dalam memilih tempat penitipan anak, dalam penelitian ini terdapat 4 kategori
pekerjaan subjek, yaitu kategori pekerjaan pegawai negri, kategori pekerjaan swasta, kategori
pekerjaan wirausaha, dan kategori pekerjaan profesional. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pada subjek dengan kategori pekerjaan pegawai negri cenderung menggunakan motif
ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak, dibuktikan pada hasil penelitian bahwa
terdapat 59 % subjek menggunakan motif ekstrinsik, sementara hanya ada 41 % subjek yang
menggunakan motif intrinsik dalam memilih tempat penitipan anak. Hal ini dapat disebabkan
karena faktor lingkungan dan pekerjaan yang mempengaruhi motif subjek yang berkategori
sebagai pegawai negri dalam memilih tempat penitipan anak, karena pegawai negri adalah
pegawai yang terikat oleh instansi pemerintah dan mempunyai kegiatan serta aturan-aturan
baku yang harus dipatuhi, sehingga dapat mempengaruhi waktu kebersamaan dengan anak,
atau berdampak pada pengasuhan yang kurang maksimal terhadap anak, sehingga dapat
mempengaruhi proses pengambilan keputusan subjek dalam memilih tempat penitipan anak.
Pada kategori pekerjaan pegawai swasta, wirausaha, dan profesional data hasil penelitian
menunjukkan bahwa kebanyakan subjek cenderung menggunakan motif intrinsik dalam
memilih tempat penitipan anak. Dibuktikan dari hasil data penelitian menunjukkan yaitu
12

subjek pada kategori pegawai swasta menggunakan motif intrinsik sebesar 67%, sementara
yang menggunakan motif ekstrinsik hanya sebesar 33%. Subjek dengan kategori pekerjaan
wirausaha menggunakan motif intrinsik sebesar 77%, sementara yang menggunakan motif
ekstrinsik hanya sebesar 23%. Dan subjek dengan kategori pekerjaan profesional
menggunakan motif intrinsik sebesar 71%, sementara yang menggunakan motif ekstrinsik
hanya sebesar 29%. hal ini berbeda dengan subjek dengan kategori pekerjaan pegawai negri
yang cenderung menggunakan motif ekstrinsik dalam memilih tempat penitipan anak, ini
dapat disebabkan karena pada kategori pekerjaan pegawai swasta, wirausaha dan profesional,
tidak terikat oleh aturan-aturan yang baku dari pemerintah, sehingga subjek pada kategori
pekerjaan pegawai swasta, wirausaha, dan profesional tidak terpengaruh dari pihak luar dalam
memilih tempat penitipan anak, dengan kata lain subjek pada kategori pekerjaan tersebut
menentukan pilihan dalam memilih tempat penitipan anak adalah karena adanya tujuan yang
ingin dicapai serta keinginan yang timbul dari diri sendiri tanpa adanya pengaruh dari luar.
Terlepas dari semua penjelasan yang telah diuraikan, dalam penelitian ini juga masih terdapat
beberapa kelemahan yang membuat hasil penelitian ini tidak terlalu maksimal, salah satunya
adalah pada saat pengisian kuisioner sebagai sumber data penelitian, banyak diantara subjek
yang terburu-buru ataupun kurang fokus, bahkan memberi jawaban yang sama dalam mengisi
kuisioner.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa subjek lebih cenderung menggunakan
motif intrinsik yaitu sebesar 58%. Ditinjau dari segi usia, subjek dengan usia kurang dari 30
tahun lebih cenderung menggunakan motif intrinsik yaitu sebesar 65% sedangkan subjek
yang berusia lebih dari 30 tahun cenderung menggunakan motif ekstrinsik yaitu sebesar 56%.
Ditinjau dari jenis pekerjaan, subjek dengan pekerjaan wirausaha paling banyak
menggunakan motif intrinsik yaitu sebesar 77%. Sedangkan subjek dengan pekerjaan pegawai
negeri paling banyak menggunakan motif ekstrinsik yaitu sebesar 59%.
Implikasi dari penelitian yang dilaksanakan adalah bagi orang tua hendaknya lebih
memperhatikan kebahagiaan, tumbuh kembang, dan kenyamanan anak. karena anak adalah
rahmat yang tidak ternilai harganya yang diberikan tuhan, jika orang tua salah dalam
pengambilan keputusan, anak bisa jadi akan menerima akibat yang fatal. Anak akan
senantiasa berkembang menjadi lebih baik jika orang tua selalu mempertimbangkan
keputusan berdasarkan kebahagiaan, kebutuhan dan kenyamanan anak. Juga pada tempat
penitipan anak agar dapat lebih meningkatkan lagi pengembangan kualitas, pelayanan,
kenyamanan, dan keamanan bagi anak. Untuk peneliti berikutnya hendaknya memperhatikan
teknik pengambilan data, dan sampel yang berbeda serta menyempurnakan instrumen yang
akan digunakan dalam proses pengambilan data penelitian.

13

DAFTAR PUSTAKA
Ahnert, Lieelotte. PhD, &. Lamb. E.M. PhD. (2004).Child Care and Its Impact on Young
Children.Journal of internet psychology. 12, accessed on January 23, 2015
fromhttp://www.journalofinternetpsychology.com/volume12/3876/journal/pdf.
Ahmadi, Abu. (2006). PsikologiSosial. Jakarta: PT RinekaCipta.
Azwar, M. (2010). Penelitian kuantitatif. Jakarta : PT JayaAbadi.
Anggara, D. (20 Agustus 2014). Meningkatnya tindak kekerasan di TPA. Diambil 11 Januari
2015. Dari http://www.jawapos.com
Adnamazida, Rizky. (21 November 2012). menitipkan balita di daycare membuat mereka
gemuk. Diambil 10 Januari 2015. Dari http://www.merdeka.com
Burton,