Do'a Sebelum dan Sesudah Makan

Do'a Sebelum dan Sesudah Makan
DOA SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN
Pertanyaan Dari:
Abizar Purnama, NBM. 1.055.532, SD Muhammadiyah Manyar Gresik
(disidangkan pada hari Jum’at, 22 Zulhijjah 1433 H / 18 November 2012 M)

Pertanyaan:
Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ustadz, saya tidak tahu harus dengan cara apa menyampaikan pertanyaan, maka saya tulis
saja pertanyaan di sini.
Begini, ini yang menjadi kegelisahan saya beberapa bulan ini. Di sekolah tempat saya
mengajar, dalam memberi bimbingan mengenai doa sebelum makan adalah dengan lafal
"Allahumma baarik lana..dst." dan doa setelah makan dengan lafal "Alhamdulillahi ladzii
ath'amanaa wa saqaana..dst".. Padahal di tuntunan doa sehari-hari di website
muhammadiyah.or.id tidak demikian. Saya menemukan artikel baik buku maupun internet pun
menyatakan bahwa doa yang kami ajarkan selama ini ternyata dari hadis lemah, sehingga tidak
dapat dijadikan hujjah. Mohon penjelasannya. Terima kasih.
Wassalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jawaban:
Wa’alaikumus-salam w. w.
Terimakasih kami ucapkan kepada Bapak Abizar Purnama atas pertanyaan yang

disampaikan kepada tim fatwa MTT-PP Muhammadiyah.
Kegundahan dan kegelisahan yang Bapak alami itu patut disyukuri, karena itu pertanda
positif, bahwa Bapak memiliki rasa kepedulian terhadap persoalan agama, serta ingin
melaksanakan amalan-amalan sesuai dengan tuntunan dan berlandaskan dalil yang kuat.
Setelah menyimak pertanyaan Bapak, maka substansi pertanyaan Bapak menyangkut dua
hal, yaitu:

Pertama, terkait dengan validitas atau kekuatan dalil (hadis) tentang tuntunan doa sebelum dan
sesudah makan. Kedua; bagaimana menyikapi kebiasaan di sekolah bapak khususnya dan di
masyarakat pada umumnya yang mengajarkan dan mengamalkan doa yang bersumber dari dalil
yang lemah.
a.

Doa Sebelum Makan
Doa yang Bapak tanyakan tersebut diriwayatkan oleh Imam Ibn al-Sunni dalam kitab
beliau ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah dengan sanad dan matan sebagai berikut :

‫ ث‬، ‫ ث مح بْن عيْس بْن س يْع‬، ‫ ث هش بن ع‬، ْ‫ق ابْن الس ي ح ث ي ف ْ ل بْن س ي‬
‫ ضي‬، ْ ‫ ع ْن ج ع ْ ه بْن ع‬، ‫ ع ْن أبيْه‬، ‫ ع ْن ع ْ بْن ش يْب‬، ‫مح بْن أبي الزعيْزعة‬
ْ ‫ ال م ب‬: ‫ل ْيه‬

‫اق‬
‫ أنه ك ي ْو في الط‬، ‫ عن ال ي ص ه ع يْه س م‬، ْ ‫ه ع‬
. ‫ ب سْم ه‬،
‫ ق ع ا ال‬، ‫ْق‬
‫ل ف ْي‬
Artinya: “Ibn as-Sunni berkata Fadhl bin Sulaiman menceritakan kepadaku bahwa Hisyam bin
Ammar menceritakan kepada kami bahwa Muhammad bin Isa bin Sumai’ menceritakan kepada
kami bahwa Muhammad bin Abi Zu’aizi’ah menceritakan kepada kami dari Amr bin Syu’aib
dari bapaknya dari kakeknya Abdullah bin Amr ra, dari Nabi saw, bahwasanya beliau membaca
pada saat makanan didekatkan ke beliau, “Allahumma Bârik Lanâ Fîmaa Razaqtanâ wa Qinâ
‘Adzâban Nâr, Bismillah” (“Ya Allah berkahilah apa yang Engkau rezkikan kepada kami dan
jauhkanlah dari kami siksa neraka, dengan menyebut nama Allah”)
Berdasarkan kaidah ilmu musthalah al-hadits, memang benar bahwa hadis tentang doa
sebelum dan sesudah makan seperti yang bapak tanyakan di atas termasuk kategori hadis lemah
(dha’if). Sebab dalam rangkaian sanad hadis tersebut terdapat seorang rawi bernama Muhammad
bin Abu Zu’aizi’ah, yang dianggap lemah oleh para imam ahli hadis, antara lain; Imam alBukhari dalam kitabnya Al-Tarikh al-Kabir jilid satu halaman 88, Imam Abu Nu’aim Al
Ashfahani dalam kitabnya Adh-Dhu’afa, Imam Ibnu Hibban Al Busti dalam kitabnya AlMajruhin, Abu Hatim ar-Razi dan Ibn Abi Hatim Ar-Razi dalam kitab ‘Ilal Al hadits dan kitab
Al-Jarh wa A- Ta’di, Al-Hafizh Muhammad bin Thahir Al-Maqdisi dalam kitab Dzakhirah AlHuffaz, seluruhnya mengatakan bahwa Ibnu Abi Zu’aizi’ah adalah rawi yang lemah (dha’if),
munkar dan hadisnya tersebut tidak diperhitungkan. Bahkan Al-Hafizh Muhammad bin Thahir
Al-Maqdisi dalam kitab Ma’rifah At-Tadzkirah lil Ahadits al-Maudhu’ah beliau mengatakan

bahwa Ibn Abi Zu’aizi’ah adalah dha’if, hadisnya mungkar, dajjal (pendusta besar) dan tidak
berhak dijadikan hujjah.
Begitu pula halnya dengan rawi yang bernama Muhammad bin Isa bin Suma’i,
dilemahkan oleh Al Hafizh Ibnu Thahir Al Maqdisi. Dari penjelasan para ulama Al-Jarh wa atta’dil di atas semakin jelas bahwa rawi yang terdapat dalam sanad hadis di atas memiliki
kelemahan yang sangat berat, sehingga menyebabkan hadis yang diriwayatkan termasuk kategori
hadis yang sangat lemah pula.
Selain ibn al-Sunni, matan hadis yang sama juga diriwayatkan oleh imam Malik dalam
kitab Muwattha’ pada kitab al-Jâmi’ hadis nomor 1465, sekalipun doa yang diriwayatkan oleh

ibnu as-Sunni tersebut tidak selengkap pada matan hadis yang diriwayatkan oleh imam Malik,
sebagai berikut:

‫َش ا ح‬
‫بْن ع ْ ع ْن أبيه أنه ك َ ي ْ ت أب ا بط‬
ْ ‫ْالح ْ ل ال ه ان أ‬
ْ ‫ه أ ْك ال م أ ْلن‬
‫س ن ن‬
َ
‫أ ْمس ْي ب ل خ ْي ف سْألك ت م ش ْ ه َ خ ْي َ خ ْي‬
‫الْ ل ين الْح ْ ل َ له َ ه م ش ء ه َ قو َ ب ل ال م‬

]‫ [ ا م لك‬. ‫ْق ق ع ا ال‬
‫في‬

‫ح ث ي ع ْن م لك ع ْن هش‬
ْ ‫ال اء في‬
‫ط ه أ ْ ي ْش به َ ق‬
ْ ‫ن ْ ك ب ل ش فأصْ حْ م‬
‫له الص لحين‬
‫له غ ْي‬
‫ب ْل‬

Artinya: “Dan telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Hisyam bin ‘Urwah dari ‘Urwah
bahwasanya ia selamanya tidak diberikan kepadanya makanan atau minuman sampai obat yang
dimakan atau diminumnya kecuali ia mengucapkan (segala puji bagi Allah yang telah
memberikan kepada kami dan memberikan kami makan dan minum dan telah memberikan kami
nikmat…..”Ya Allah, berkahilah kami pada apa-apa yang telah Engkau rizkikan
(anugerahkan) kepada kami dan jauhilah kami dari siksa apai neraka.” [HR. Malik]
Dalam kitab jami’ al-ushûl min ahâdits al-Rasûl, dijelaskan bahwa hadis tersebut
diriwayatkan oleh imam Malik dalam kitab Muwattha’ dari Hisyam dari ‘Urwah secara mauquf
(hanya sampai pada rawi yang bernama ‘Urwah(, dan sama sekali tidak menyebutkan dari salah

seorang sahabat dan tidak pula dari Nabi saw. Dari penjelasan ini, tampak jelas bahwa otentitas
hadis tersebut sangat diragukan dan tidak dapat dipastikan berasal dari Nabi saw.
Setelah memperhatikan penjelasan tentang doa sebelum makan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa matan hadis yang bapak tanyakan tersebut memiliki kualitas yang sangat
lemah. Maka untuk menyikapi hal tersebut, sepatutnya seseorang beralih dari suatu yang lemah
menuju yang terkuat, dari suatu yang diperselisihkan kualitasnya menuju sesuatu yang tidak
diperselisihkan (al-khuruj min al-khilaf mustahabbun: keluar dari suatu yang diperselisihkan
sangat dicintai/diutamakan). Adapun alternatif doa sebelum makan berdasarkan dalil yang
terkuat dan jelas keshahihannya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dan
Muslim berikut ini:

ْ ‫ع ْن ع بْن أبي س ة ي و ك ْت غَم في ح ْ سو ه ص ه ع يْه س م ك‬
‫نت ي‬
‫تطيش في الصحْ نة ف لي سو ه ص ه ع يْه س م ي غَ سم ه كلْ بي ي ك كلْ م‬
ْ ‫ي يك ف ال‬
]
‫ [ ا ال‬. ْ ‫ت ت ْك ْ ي ب‬
Artinya: "Diriwayatkan dari Umar bin Abu Salamah berkata; Waktu aku masih kecil dan berada
di bawah asuhan Rasulullah saw, tanganku bersileweran di nampan saat makan. Lalu
Rasulullah saw bersabda kepadaku: "Wahai Ghulam, bacalah Bismilllah, makanlah dengan

tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu." Maka seperti itulah gaya
makanku setelah itu.” [HR. al-Bukhari]
Hadis ini diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dalam kitab al-Ath’imah nomor 4957, imam
Muslim bab al-asyribah nomor 3767, Abu dawud nomor 3284, Ibnu Majah nomor 3258, imam
Ahmad bab awwalu al-Madaniyin ajma’in nomor 15745, imam Malik dalam kitab Muwattha’-

nya hadis nomor 1463, dan al-Darimy nomor 1934. Hadis tersebut menjelaskan bahwa jika
seseorang ingin makan hendaknya menggunakan tangan kanan seraya membaca basmalah, lalu
mengambil makanan dari hidangan yang terdekat dengan dirinya. Adapun bacaan basmalah
tersebut, bisa cukup dengan ucapan “bismillah” (‫ )ه بسم‬atau bacaan yang lebih lengkap, yaitu;
“bismillahirrahmanirrahim” )‫)بسم ه ال ح ن ال حيم‬.
Apabila seseorang lupa membaca “basmalah” sebelum makan, maka ia dapat membacanya
pada saat ia ingat di waktu makan. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

‫ا أكل أح ك ْم ف ْي ْ ك ْ اسْم ه‬
‫ع ْن ع ئشة ضي ه ع ْ أ سو ه ص ه ع يْه س م ق‬
. ‫ت ل ف ْ نسي أ ْ ي ْ ك اسْم ه ت ل في أ له ف ْي لْ بسْم ه أ له آخ‬
] ‫[ ا أبو ا‬
Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra., bahwasanya Rasulullah saw bersabda: Apabila salah
seorang diantara kalian makan maka ucapkanlah nama Allah Ta’ala, jika lupa membacanya

pada permulaan makan, maka bacalah (saat teringat), ‘Bismillah awwalahu wa âkhirahu’
(Bismillah (untuk) awal dan akhirnya)” [HR. Abu Dawud]
Hadis ini diriwayatkan oleh imam Abu Dawud dalam kitab al-Ath’imah, bab al-tasmiyah
‘ala al-tha’am nomor 3257, al-Tirmidzi, bab al-ath’imah ‘an Rasulillah nomor 1781, ibnu
Majah bab al-ath’imah nomor 3255, Ahmad bab baqi musnad al-Anshar nomor 23954, dan alDarimi bab al-ath’imah nomor 1935. Hadis ini termasuk hadis shahih, dan masing-masing jalur
saling menguatkan antara satu dengan lainnya.
b. Doa Sesudah Makan
Dalam hadis riwayat Abu Dawud, al-Tirmidzi dan Ibn Majah dari Abu Said al-Khudri
jelaskan tentang doa setelah makan sebagai berikut:

‫ح ث مح بْن الْ َء ح ث كيع ع ْن س ْني ع ْن أبي ه شم ْالواسطي ع ْن ْس يل بْن ب ع ْن‬
‫ا ف م ْن مه ق‬
‫أبيه أ ْ غ ْي ع ْن أبي س ي ْال ْ أ ال ي ص ه ع يْه س م ك‬
ْ ‫ْالح ْ ل ال أ‬
] ‫ [ ا أبو ا‬.‫س ن ج م ْس ين‬
Artinya: “… dari Abi Sa’id al-Khudri ra., bahwasanya Nabi saw apabila selesai dari makan,
(beliau) mengucapkan; segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami makan dan
memberikan kami minum, dan menjadikan kami orang-orang Islam.” [HR. Abu Dawud]

‫بْن أ ْ ع ْن ي‬

‫أبو خ ل ْاْحْ ع ْن ح‬
‫ح ث أبو س ي ْاْشج ح ث ح ْنص بْن غي‬
‫بْن ع ي ق ح ْنص ع ْن ابْن أخي أبي س ي ق أبو خ ل ع ْن م ْول ْبي س ي ع ْن أبي س ي‬
ْ ‫ضي ه ع ْه ق ك ال ي ص ه ع يْه س م ا أكل أ ْ ش ق ْالح ْ ل ال أ‬
] ‫ [ ا ال مي‬.‫س ن ج م ْس ين‬

Artinya: “…Adalah Nabi saw apabila beliau makan atau minum, (beliau) mengucapkan; segala
puji bagi Allah yang telah memberikan kami makan dan memberikan kami minum, dan
menjadikan kami orang-orang Islam.” [HR. Tirmidzi]

‫ع ْن ي بْن ع ي ع ْن م ْول ْبي‬
‫ح ث أبو ب ْ بْن أبي ش ْي ة ح ث أبو خ ل ْاْحْ ع ْن ح‬
ْ ‫س ي ع ْن أبي س ي ق ك ال ي ص ه ع يْه س م ا أكل م ق ْالح ْ ل ال أ‬
]‫ [ ا ابن م جه‬.‫س ن ج م ْس ين‬
Artinya: “…Adalah Nabi saw apabila memakan makanan, (beliau) mengucapkan; segala puji
bagi Allah yang telah memberikan kami makan dan memberikan kami minum, dan menjadikan
kami orang-orang Islam.” [HR. Abu Dawud]
Dalam sanad hadis pertama terdapat rawi yang bernama Isma’il bin abi Rabah yang
dikomentari oleh Ali bin al-Madiny dan al-Dzahabi dengan kata saya tidak kenal/ majhul (lâ
a’rifuhu, majhûl), dan rawi yang tidak jelas (mubham) identitasnya. Sedangkan dalam sanad

hadis kedua terdapat dua orang rawi yang dituduh mudallis (melakukan rekayasa dengan cara
menyembunyikan kecacatan hadis dan menggantinya dengan rawi yang kuat), ada rawi yang
tidak dikenal (majhûl) dan tidak jelas identitasnya (mubham), serta rawi yang dikomentari
dengan kata laisa bihujjah (tidak dapat dijadikan hujjah). Begitu pula dengan sanad hadis ketiga,
dalam sanadnya terdapat rawi bernama Abu Khalid al-Ahmar yang dikomentari dengan kalimat
laisa bihujjah, rawi bernama Hajjaj dikomentari sebagai rawi yang mudallis, serta ada pula rawi
yang samar atau tidak jelas identitasnya (mubham).
Dengan demikian, ketiga hadis tentang doa setelah makan dengan redaksi tersebut di atas
seluruhnya termasuk kategori hadis lemah (dha’if) yang bersumber dari sahabat yang sama, serta
kedha’ifannya cukup berat )karena ada beberapa rawi yang tidak dikenal identitasnya) sehingga
tidak dapat saling menguatkan antara satu dengan lainnya.
Dengan semangat yang sama sebagaimana dijelaskan di atas, maka alternatif bacaan doa
setelah makan yang memiliki dasar yang kuat dan sharih (jelas) adalah sebagaimana
diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, sebagai berikut:

‫ح ث أبو ع صم ع ْن ث ْو بْن يزي ع ْن خ ل بْن م ْ ا ع ْن أبي أم مة أ ال ي ص ه ع يْه‬
‫ا فع م ئ ته ق ْالح ْ ل ال كن ن أ ْ ان غ ْي‬
‫مه ق م‬
‫ا ف م ْن‬
‫سم ك‬

ْ
‫ [ ا‬. ‫ب‬
‫م ْ ني َ م ْ نو ق م الح ْ ل ب غ ْي م ْ ني َ مو ع َ م ْس ْغ‬
]
‫ال‬
Artinya: “….dari Abu Umamah bahwa Nabi saw jika selesai dari makan, sekali waktu dengan
lafadz, jika mengangkat lambungnya, beliau mengucapkan: Segala puji hanya milik Allah yang
telah memberi kecukupan kami dan menghilangkan rasa haus, bukan nikmat yang tidak
dianggap dan tidak diingkari)', dan sekali waktu beliau mengucapkan; Segala puji hanya milik
Allah tuhan kami, bukan pujian yang tidak dianggap dan tidak dibutuhkan oleh tuhan kami."
[HR. al-Bukhari]

Atau dengan mengucapkan:

‫ح ث أبو ن يْم ح ث س ْني ع ْن ث ْو ع ْن خ ل بْن م ْ ا ع ْن أبي أم مة أ ال ي ص ه ع يْه‬
َ ‫ا فع م ئ ته ق ْالح ْ ل (ح ْ ا)ك ي ا ي م ك فيه غ ْي م ْ ني َ مو ع‬
‫سمك‬
]‫ال عة‬
‫ [ ا ال‬. ‫م ْس ْغ ع ْه ب‬
Artinya: “… dari Abu Umamah; bahwasanya Nabi saw apabila mengangkat bejananya (selesai

makan) beliau mengucapkan: Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi
penuh berkah. Tidak ada memberi kecukupan, pemberi simpanan dan pemberi kekayaan atas
makanan itu selain Engkau wahai Tuhan kami”. [HR. al-Bukhari]
Atau cukup dengan hanya membaca “Alhamdulillah”. Sebagaimana hadis riwayat Muslim
dari Anas bin Malik ra.:
‫ع يْ أ ْ ي ْش‬

ْ
ْ‫عن ْال ْ أ ْ يأْكل ْاْ ْك ة فيح‬
‫سو ه ص ه ع يْه س م ه لي ْ ض‬
]‫ [ ا مس م‬. ‫الش ْ بة فيحْ ع ْي‬

ْ
‫عن أنس بْن م لك ق ق‬

Artinya: “Dari Anas bin Malik berkata; Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah sangat
ridha kepada seorang hamba yang makan satu suapan kemudian memuji-Nya dan minum satu
teguk air, kemudian ia memuji-Nya”. [HR. Muslim]
Atau dapat pula dengan membaca doa lain sebagaimana diriwayatkan oleh imam alTirmidzi sebagai berikut:

‫بْن أبي أيو ح ث ي أبو‬
‫ه ع يْه س م م ْن أكل‬
‫َ قو غن له م ت م ْن‬
‫ [ ا‬. ‫ال حيم بْن ميْ و‬

‫ح ث مح بْن ْس يل ح ث ع ْ ه بْن يزي الْ ْ ح ث س ي‬
‫م ْ حو ع ْن س ْل بْن م بْن أنس ع ْن أبيه ق ق سو ه ص‬
‫ق يه م ْن غ ْي ح ْو م ي‬
‫ْالح ْ ل ال أ ْ ي ه ا‬
‫م ف‬
ْ ‫ْن ه ق أبو عيس ه ا ح يث حسن غ يب أبو م ْ حو ا ْس ه ع‬
] ‫ال مي‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Muadz bin Anas ra., ia berkata; bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda: “Siapa saja yang makan suatu makanan kemudian mengucapkan: “Segala puji bagi
Allah yang telah memberi makan kepadaku ini dan telah memberiku rezeki tersebut, tanpa usaha
dan kekuatan dariku". Orang itu akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. [HR. Abu
Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dengan sanad hasan. Imam at-Tirmidzi menjelaskan bahwa
Abu Marhum nama sebenarnya adalah Abdurrahim bin Maimun)]
Hadis yang diriwayatkan oleh imam al-Tirmidzi tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif bacaan doa setelah makan. Sekalipun hadis tersebut tidak termasuk hadis shahih,
namun hadis tersebut termasuk hadis hasan sebagaimana dijelaskan oleh imam al-Tirmidzi, dan
hadis hasan termasuk hadis yang maqbul (sunnah maqbulah).

Sedangkan untuk menyikapi kegelisahan bapak, karena doa sebelum dan sesudah makan
yang diajarkan di sekolah tempat bapak mengajar bersumber dari hadis-hadis lemah (dha’if),
maka perlu dijelaskan sebagai berikut:
Dalam doa-doa tertentu seperti doasebelum dan sesudah makan, doa sebelum dan sesudah
tidur, doa masuk dan keluar kamar kecil, serta beberapa jenis doa tertentu lainnya memang telah
diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Maka tentunya contoh-contoh yang berasal dari
Rasulullah saw dalam hadis sahihnya seharusnya diprioritaskan dan menjadi pilihan utama.
Namun pada sisi lain terjadi perbedaan pendapat, apakah doa pada umumnya termasuk ibadah
mahdhah yang tata cara dan bacaannnya harus sama persis sebagaimana terdapat dalam ayat
maupun hadis Nabi, ataukah tidak. Akibatnya banyak orang yang mengamalkan doa seperti yang
dijelaskan di atas. Sedangkan faktor lainnya ialah karena sebagian umat Islam tidak terlalu
memperhatikan kualitas hadis yang diamalkan, apakah shahih, dhai’f ataukan maudhu’ (palsu),
serta beberapa faktor lainnya.
Namun karena persoalan ini sudah sangat umum dilakukan di lingkungan umat Islam
(termasuk warga persyarikatan), maka seharusnya disikapi dengan lebih hati-hati dan bijaksana,
sehingga tidak terjadi sesuatu yang kontra produktif. Bapak bisa menjelaskan posisi dan kualitas
hadis sesuai dengan kaidah-kaidahnya secara tepat dan benar disertai dengan metode da’wah
yang santun dan bijak. Memberikan solusi yang terkuat tanpa menghujat atau menyalahkan
pihak lain yang masih menggunakannya.
Wallahu A’lam bish-shawab. *rf)

Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah
E-mail: tarjih_ppmuh@yahoo.com dan ppmuh_tarjih@yahoo.com