19
Peningkatan SPL per dekade dihitung sebesar 0,4 C secara global. Stasiun
pengamatannya diambil jauh dari kegiatan manusia sehingga hanya dipengaruhi oleh dinamika regional dan global. Studi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada hasil antara perubahan SPL di Laut Jawa dengan Perubahan secara global.
Secara umum dapat dilihat bahwa peningkatan SPL di laut jawa pada periode pengamatan lebih kecil dibandingkaan perubahan SPL secara global.
Bahkan pada beberapa lokasi terjadi penurunan nilai SPL. Berbeda halnya dengan yang dikemukakan IPCC 2003 bahwa rata-rata suhu meningkat sebesar 0.004
C per tahun sejak tahun 1850 hingga sekarang dan akan terus meningkat sebesar
0.06 C pertahun hingga tahun 2100. Hal ini dapat disebabkan oleh rentang waktu
yang kurang panjang untuk melakukan analisis deret waktu.
4.5 Kondisi Oseanografi Fisik di Laut Jawa
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gaol dan Sadhotomo 2007 dengan menggunakan data insitu, pola sebaran SPL secara spasial di Laut Jawa
ditunjukkan pada Gambar 7. Pada saat musim timur, SPL dibagian timur lebih rendah dibandingkan lokasi pengamatan lainnya. Pada saat musim barat, SPL di
bagian barat lebih rendah dibandingkan pada kedua lokasi pengamatan. Wyrtki 1961 mengemukakan, pada periode musim timur Mei
– Agustus, angin bergerak dari wilayah timur menuju barat sehingga membawa massa air yang
bersuhu relatif lebih rendah dari wilayah timur menuju barat, sedangkan pada saat musim barat November
– Februari, angin dan arus bergerak dari barat menuju timur sehingga massa air dari Laut Cina Selatan dengan suhu lebih rendah
mengisi Laut Jawa. Pergerakan massa air dari wilayah timur menuju barat pada
20
saat musim timur terlihat seperti membentuk ujung lidah pada wilayah barat Gaol dan Sadhotomo, 2007.
Gambar 7. Sebaran SPL secara spasial dari data insitu periode musim timur atas dan periode musim barat bawah Gaol dan Sadhotomo, 2007
Mengacu pada penelitian Sadhotomo 2006 dan laporan Wyrtki 1961, fluktuasi suhu permukaan laut atau dekat permukaan laut secara relatif sangat
kecil. Perbedaan antara nilai suhu minimum dan yang maksimum di Laut Jawa kurang dari 2°C dengan nilai suhu rata-rata berkisar antara 27
C - 29°C. Distribusi suhu permukaan laut secara horisontal pada umumnya sangat
dipengaruhi gejala musiman Sadhotomo, 2006. pada area yang lebih luas, gradien suhu disebabkan oleh massa air secara musiman yang masuk Laut Jawa.
seperti digambarkan kontur suhu berdasarkan pengamatan pada bulan Februari dan Oktober, perubahan gradien yang kecil terlihat pada bagian selatan dan utara
Gambar 8. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat sebaran SPL cenderung homogen di Laut Jawa. Hal ini dikarenakan pada musim peralihan Oktober dan
21
Februari, angin dan arus bergerak dengan arah yang tidak beraturan dan kecepatannya lemah Wyrtki, 1961.
Gambar 8. Kontur suhu pada 2 lapisan kedalaman berdasarkan pengamatan dengan menggunakan track akustik pada bulan Oktober atas dan
pada bulan Februari bawah Sadhotomo, 2006
Sepanjang angin musim barat Februari, suhu yang paling tinggi cenderung ditemukan pada bagian timur, sebaliknya, sepanjang angin musim
Timur Oktober suhu tertinggi terdapat pada bagian barat Sadhotomo, 2006.
22
Mengacu pada penjelasan yang sebelumnya, gradien ini sangat dipengaruhi arus yang menuju barat dan timur yang membawa massa air dari perairan sekitar Laut
Jawa. Massa air yang masuk perairan Laut Jawa memiliki suhu yang lebih randah dibandingkan suhu di Laut jawa itu sendiri.
Temperatur yang lebih tinggi pada massa air di pantai dapat diindikasikan sebagai hasil percampuran dengan air tawar. Oleh Karena itu, air tawar dari
wilayah run off pasti lebih hangat dibanding air laut. Perbandingan antara gradien temperatur permukaan dan kedalaman 20 - 30 m tidak memiliki perbedaan,
walaupun lapisan yang lebih dalam mempunyai suhu sedikit lebih rendah. Hal ini dikarenakan kedalaman perairan 20
– 30 m merupakan lapisan homogen. Lapisan ini sangat dipengaruhi oleh musim dan letak geografis. Pada musim
TimurTenggara, lapisan ini dapat mencapai 30-40 m dan bertambah dalam saat musim Barat, yaitu mencapai 70-90 m sehingga mempengaruhi sirkulasi vertikal
perairan Ilahude, 1997. Sebaran spasial SPL di Laut Jawa sangat dipengaruhi pola pergerakan
arus. Pola pergerakan arus menurut Wyrtki 1961 ditunjukkan pada Gambar 9. Berdasarkan gambar terlihat pada saat musim barat arus bergerak dari wilayah
barat laut menuju tenggara dari wilayah Laut Cina Selatan dan berbelok menuju arah timur ketika memasuki perairan Laut Jawa . Pada saat musim timur, arus
bergerak dari wilayah timur menuju ke barat. Pola pergerakan arus yang ditunjukkan Wyrtki 1961 mendukung fenomena persebaran SPL pada penelitian
ini.
23
Gambar 9. Pola pergerakan arus pada musim barat atas dan pada musim timur bawah Wyrtki, 1961
…………….
24
Selain arus, angin juga mempengaruhi persebaran suhu permukaan di Laut Jawa. Berdasarkan penelitian sadhotomo 2006, angin musim mempengaruhi
suatu area yang luas mulai dari timur Afrika hingga bagian selatan Jepang. Laut Jawa merupakan bagian dari area yang terpengaruh angin musim. Angin musim
bisa digambarkan sebagai suatu pembalikan setengah tahunan tentang angin dan arus Sadhotomo, 2006. Area yang dipengaruhi oleh angin musim bisa
dinyatakan berdasarkan parameter yang berhubungan dengan laut dan atmosfer Pedelabord, 1970. Berdasarkan definisi ini, angin musim dan arus di area Laut
Jawa bisa berlaku secara musiman, dimana perubahan arah angin dan arus lebih dari 90
, yaitu barat laut ke arah bagian tenggara selama angin musim barat dan arah kebalikan selama angin musim timur Gambar 10. Sebagai akibat perubahan
musiman ini, angin musim berdampak pada perubahan parameter Atmosfer di Laut Jawa secara berkala. Selama angin musim barat November - Februari
angin badai umum datang dari barat laut menuju bagian tenggara dengan udara yang lembab dari Lautan India.
Gambar 10. Arah angin musim selama Januari atas Dan Juli bawah Fleux, 1987 dalam Sadhotomo, 2006
25
Gambar 11 menunjukkan sebaran spasial suhu secara vertikal di Laut Jawa berdasarkan data insitu hasil penelitian Gaol dan Sadhotomo 2007. Berdasarkan
Gambar, sebaran spasial suhu secara vertikal menunjukkan pola yang homogen hingga kedalaman 50 m. pada saat musim timur, wilayah pengamatan Laut Jawa
bagian timur memiliki suhu yang lebih rendah dan menyebar homogen secara vertikal hingga kedalaman 50 m. pada kedalaman 50 m, nilai suhu mulai
mengalami penurunan seiring bertambahnya kedalaman. Pada wilayah bagian barat dan tengah, sebaran vertikal suhu cenderung homogen hingga dasar perairan
dengan kedalaman 20 – 40 m. hal ini disebabkan intrusi massa air oseanik dari
timur ke barat pada periode ini, terjadi pada seluruh kolom perairan Gaol dan Sadhotomo, 2007.
Gambar 11. Sebaran vertikal suhu di Laut Jawa pada musim Timur atas dan musim barat bawah Gaol dan Sadhotomo, 2007
...
26
Pada saat musim barat, wilayah bagian barat memiliki suhu yang lebih rendah dan menyebar secara homogen hingga dasar perairan. Hal ini
menyebabkan massa air di wilayah timur lebih tinggi dari bagian barat Gaol dan Sadhotomo, 2007 Sama halnya seperti pada wilayah bagian barat, sebaran SPL
secara vertikal di wilayah bagian tengah juga cenderung homogeny hingga dasar perairan dengan kedalaman 20
– 30 m. pada wilayah timur, SPL menyebar homogen hingga kedalaman 50 m, kemudian SPL menurun dengan meningkatnya
kedalaman Gaol dan Sadhotomo, 2007.
27
3. BAHAN DAN METODE
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Studi wilayah kajian penelitian adalah Laut Jawa, terletak pada koordinat 02
o
00’LS – 07
o
00’LS dan 105
o
00’BT – 120
O
00’BT Gambar 12. Lokasi penelitan di bagi dalam tiga wilayah pengamatan yaitu Laut Jawa bagian barat
pada koordinat 02
o
00’LS – 07
o
00’LS dan 105
o
00’BT – 110
o
00’BT, Laut Jawa bagian tengah pada koordinat 02
o
00’LS – 07
o
00’LS dan 110
o
00’BT – 115
o
00’BT, dan Laut Jawa bagian timur pada Koordinat 02
o
00’LS – 07
o
00’LS dan 115
o
00’BT – 120
o
00’BT. Pembagian lokasi pengamatan didasarkan pada karakteristik lokasi yang berbeda. Pada lokasi bagian barat, perairan Laut Jawa mendapatkan
pengaruh dari massa air Laut Cina Selatan, pada lokasi Bagian timur mendapat pengaruh massa air dari Laut Timur dan Selat Malaka, sedangkan pada bagian
tengah di pengaruhi oleh massa air dari wilayah Laut Cina Selatan dan Laut Timur. Peta lokasi penelitian ditunjukkan pada Gambar 12.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Oktober 2009 hingga Februari 2010. Perolehan, pengolahan dan analisis data citra satelit Aqua dan Terra MODIS
dilakukan di laboratorium Inderaja dan Sistem Informasi Geografis Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
3.2 Alat dan Bahan
Alat pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat keras berupa Personal komputer PC dengan sistem operasi Windows
XP SP3 beserta perlengkapannya. Perangkat lunak berupa software pengolahan