membedakan pengorganisasian kelembagaan penyuluhan pertanian di era reformasi dibandingkan pada orde lama dan orde baru.
Hal ini dapat dilihat pada keragaan kelembagaan penyuluhan pertanian. Pada kabupaten yang penyuluhnya bersatminkal di beberapa dinas sub sektor
telah membagi habis BPP di Kabupaten sesuai dengan komoditas daerah, yaitu BPP pertanian, peternakan dan perikanan. Kondisi ini sangat menyulitkan bagi
penyuluh dan petani terutama dalam menyelesai permasalahan yang berbeda dengan komoditas yang ditangani BPP. Dengan keberadaan BPP saat ini
menyebabkan terhambatnya arus informasi dan pertukaran informasi baik antar petani maupun petani dengan penyuluh dan berkurangnya keakraban serta
kerjasama antar mereka. BPP yang merupakan kelembagaan terdepan penyuluhan pertanian dan simpul koordinasi dari berbagai kepentingan program serta satuan
operasional penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kecamatan saat ini sudah tidak terlihat lagi gerakannya, bahkan beberapa BPP beralih fungsi menjadi
Kantor Cabang Dinas.
5.2. Pelaksanaan Sistem Kerja Penyuluhan Pertanian
5.2.1. Sistem Penyuluhan
Berdasarkan kajian secara komprehensif tentang potensi-potensi yang ada di masyarakat dan hasil evaluasi terhadap program penyuluhan pertanian yang
telah dilaksanakan oleh kelembagaan penyuluhan yang ada dilokasi penyuluhan, menunjukkan bahwa bahwa fungsi pelayanan dan fungsi pengaturan masih
mendominasi sistim kerja penyuluhan. Keadaan ini terlihat hampir sama disemua Kabupaten sampel .
Fungsi lainnya masih bersifat pelengkap, yaitu fungsi informasi, fungsi
penelitian dan fungsi pasar Tabel 16 .Hal ini mengindikasikan bahwa petani sedang berubah dari petani sub sistem menjadi petani komersil .
Tabel 16. Sistem Penyuluhan Pada Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Di Tiga KabupatenKota
No Aspek Uraian Kampar
Pekanbaru Pelalawan
a. Fungsi Penelitian
Sesuai 36 11
29 Kurang sesuai
40 50
47 Tidak sesuai
24 31
24
b. Fungsi Penyuluhan
Sesuai 25 19
25 Kurang sesuai
45 56
36 Tidak sesuai
30 25
39 c. Fungsi
Pengaturan Sesuai
45 51
41 Kurang
sesuai 40
37 34
Tidak sesuai
15 12
25 d.
Fungsi Pelayanan Sesuai
42 50
41 Kurang
sesuai 38
29 24
Tidak sesuai
20 21
25 e.
Fungsi Informasi Sesuai
34 21
22 Kurang
sesuai 36
55 45
Tidak sesuai
30 24
33 Keterangan: Angka dalam tabel adalah persentase pernyataan responden
Penyuluh Menurut Padmanegara 1996 , perubahan tersebut bervariasi yaitu mulai
pemula, berkembang dan yang maju. Pada tahap pemula petani menerima ide baru perbaikan usahatani secara parsial dengan Indeks Panen 100 , perencanaan
usahatani berasal dari Penyuluh, kurang informatif dan produk usahatani untuk kebutuhan sendiri. Pada tahap berkembang petani menerima ide baru perbaikan
usahatani dengan komoditas ganda, merencanakan usahatani bersama Penyuluh,
informatif dan usahatani utama berorientasi pasar. Pada wilayah maju petani menerima dan menggunakan ide baru, perbaikan usahatani dengan IP 100 ,
merencanakan usahatani sendiri, informatif, berorientasi pasar dimana pendapatan riil melatar belakangi usahatani. Variasi perubahan usahatani menghendaki
adanya strategi, metode maupun teknik penyuluhan yang berbeda. Pada tahap pemula lebih menekankan pada cara-cara penerapan ide baru, Tahap berkembang
lebih menekankan pada alasan-alasan mengapa ide baru diterapkan. Dari kategori tersebut dapat disimpulkan bahwa daerah penelitian merupakan tahap berkembang
dimana fungsi penyuluhan lebih menekankan pada prinsip pengembangan pengetahuan dan keterampilan serta pendapatan usahatani.
5.2.2. Persepsi Penyuluh Terhadap Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan
Menilik kepada tugas yang menjadi mandatnya, maka peranan penyuluh pertanian banyak menentukan keberhasilan pembangunan pertanian, sehingga
kepada mereka perlu diberikan dorongan atau motivasi yang dapat mendukung pelaksanaan tugas pokoknya. Untuk meningkatkan motivasi penyuluh, secara
internal mereka harus membangun kesadarannya akan tugas dan fungsinya serta keberpihakannya terhadap kepentingan petani dan berinsiatif untuk melengkapi
dirinya dengan informasi dan inovasi terbaru serta menterjemahkannya sesuai dengan kondisi petani. Selain itu faktor eksternal seperti dukungan berbagai pihak
terhadap eksistensi penyuluh serta ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kegiatan penyuluhan akan sangat berpengaruh terhadap etos kerja penyuluh.
Persepsi penyuluh tentang keberadaan kelembagaan penyuluh di tiga kabupaten menunjukkan, bahwa penyuluh di kabupaten Kampar memberikan
persepsi 91 persen managemen telah sesuai dengan fungsi penyuluhan, 93 persen
tugas pokok telah sesuai dengan sistem penyelenggaraan penyuluhan, 81 persen penyuluh menyatakan ketersediaan sarana penunjang telah sesuai, dan 91 persen
penyuluh mempunyai persepsi bahwa eksistensi kelembagaan penyuluhan dalam meningkatkan etos kerja penyuluh Tabel 17.
Tabel 17. Persepsi Penyuluh Tentang Keberadaan Kelembagaan Penyuluh di Tiga KabupatenKota
No Aspek Uraian
Pelalawa n
Kampar Pekanbaru a.
Kesesuaian managemen dg fungsi penyuluhan
Sesuai 70 91
77 Kurang sesuai
21 9
19 Tidak sesuai
9 2
4
b.
Kesesuaian Tupok dg sistim Penyelenggaraan
Penyuluhan
Sesuai 74 93
75 Kurang sesuai
21 6
21 Tidak sesuai
5 1
4
c. Ketersediaan sarana