2.6 Tenaga Kerja Wanita
Ismantoro Dwi Yuwono dalam bukunya yang berjudul Hak –Hak
Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri menjelaskan mengenai pengertian tenaga kerja wanita, yaitu :
Tenaga kerja wanita merupakan satu pekerja berjenis kelamin wanita yang ikut berperan serta dalam pembangunan baik
tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Wanita dalam pembangunan bangsa, wanita baik sebagai warga negara
maupun sebagai sumber bagi pembangunan mempunyai hak serta kewajiban dan kesempatan yang sama dengan pria
disegala bidang kehidupan bangsa dalam segenap kegiatan pembangunan Yuwono, 2011:34.
2.7 Korban
Pasal 1 angka 2 Undang – Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban menyatakan korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental danatau kerugian yang diakibatkan
oleh suatu tindak pidana. Korban kejahatan dalam sistem peradilan pidana, menurut Stanciu
yang dikutip Teguh Prasetyo dalam buku berjudul Viktimologi dalam Sistem Peradilan Pidana oleh Siswanto Sunarso, yang dimaksud dengan
korban dalam arti luas adalah : Orang yang menderita akibat dari ketidakadilan.Staciu
selanjutnya menyatakan, bahwa ada sifat yang mendasar melekat darikorban tersebut, yaitu suffering penderitaan dan
injustice
ketidakadilan.Timbulnya korban
tidak dapat
dipandang sebagai akibat perbuatan illegal sebab hukum legal sebenarnya juga dapat menimbulkan ketidakadilan selanjutnya
menimbulkan korban, seperti korban akibat prosedur hukum Sunarso, 2012: 42.
Dikutip dari Boy Mardjono Reksodiputro, Rena Yulia dalam bukunya yang berjudul Viktimologi Perlindungan Hukum Terhadap
Korban Kejahatan menjelaskan ada 4 empat pengertian korban yaitu : 1.
Korban kejahatan konvensional seperti pembunuhan, perkosaan, penganiayaan, pencurian.
2. Korban kejahatan non konvensional seperti terorisme,
pembajakan, perdagangan narkotika secara tidak sah, kejahatan terorganisasi dan kejahatan melalui komputer.
3. Korban penyalahgunaan secara melawan hukum kekuasaan
ekonomi illegal abuses of economic power seperti pelanggaran
terhadap peraturan
perburuhan, penipuan
konsumen, pelanggaran terhadap peraturan lingkungan, penyelewengan di bidang pemasaran dan perdagangan oleh
perusahaan-perusahaan transnasional, pelanggaran peraturan devisa, pelanggaran peraturan pajak dan lain sebagainya.
4. Korban penyalahgunaan secara melawan hukum kekuasaan
umum illegal abuses of public power seperti pelanggaran terhadap hak asasi manusia, penyalahgunaan wewenang oleh
alat penguasa, termasuk penangkapan serta penahanan yang melanggar hukum dan lain sebagainya Yulia, 2010:88.
Declaration of Basic Principles of Justice for Victims of Crime and Abuses of Power mendefinisikan korban sebagai berikut:
“Victims‖ means persons who, individually, or collectively, have suffered harm, including physical or mental injury, emotional
suffering, economic loss or substantial impairment of their fundamental rights, through acts or ommisions that are in
violation of criminal laws operative within Member States, including those laws proscribing criminal abuse of power.
Korban kejahatan diartikan sebagai orang yang secara perseorangan atau bersama-sama, menderita kerugian, termasuk kerugian fisik atau
mental, penderitaan emosional, kerugian ekonomis atau pelemahan substansial dari hak-hak dasar mereka, melalui tindakan atau kelalaianyang
merupakan pelanggaran terhadap hukum yang berlaku di negara-negara
anggota termasuk hukum-hukum yang melarang penyalahgunaan kekuasaan yang bersifat pidana.
Von Hentig membagi enam kategori korban dilihat dari keadaan psikologis masing
– masing, yaitu : 1.
The depressed, who are weak and submissive, 2.
The acquisitive, who succumb to confidence games and racketeers,
3. The waton, who seek escapimin forbidden vices,
4. The lonesome and heartbroken, who are susceptible to theft
and fraud, 5.
The termentors, who provoke violence 6.
The blocked and fighting, who are unable to take normal defensive measture
Yulia, 2010 : 52-53.
2.8 Perkosaan