Mulyadi : “Bersih itu enak dipandang mata”

Dari pemaparan Muhammad Yahsya bahwa lingkungan tempat pelelangan ikan termasuk kotor karena banyaknya sampah berserakan yang di buang sembarangan oleh penjual ikan tersebut. Sebagai tempat berjualan maka karakteristik sampah yang dihasilkan didominansi oleh sampah organik, sampah non organik yang basah dan mudah busuk serta memiliki volume besar. Menurut Slamet 2004 pengaruh sampah-sampah terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi efek yang langsung dan tidak langsung. Efek langsung disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya sampah beracun, sampah korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman patogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. efek tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah.

4. Nur Sari : “Bersih itu gak ada tikus”

Nur Sari merupakan orang tua tunggal dari tiga orang anak ini hampir dua puluh tahun bekerja sebagai penjual ikan. Nur Sari mengakui bahwa tempat pelelangan ikan ini belum termasuk bersih karena masih terdapat tikus yang sering berkeliaran di tempat pelelangan ikan seperti yang dinyatakan dalam wawancara sebagai berikut. “Lingkungan disini mah belum termasuk bersih mbak, walaupun tiap sebulan sekali ada kerja bakti karena masih ada tikus yang berkeliaran disini dan tikusnya pun gede-gede mbak. Jijik lho mbak kalo gak sengaja ngeliatnya. Terus masih banyak sampah yang berserakan dimana-mana” Hasil wawancara dengan Nur Sari pada 12 November 2015. Dari pemaparan Nur Sari dengan adanya kerja bakti tidak membuat lingkungan tempat pelelangan ikan terasa bersih karena kerja bakti dilakukan setiap satu bulan sekali. Bersihnya hanya pada saat dilakukan kerja bakti saja. Akan lebih baik jika kerja bakti tersebut dilaksanakan lebih dari 1 kali dalam sebulan karena sampah-sampah akan bertambah setiap hari. Dari pernyataan keempat informan diketahui informan merasa bahwa TPI termasuk kategori kotor. Informan juga pada umumnya melihat kotor atau tidaknya suatu tempat dilihat dari keberadaan sampah sehingga menurut Muhammad Yahsya dan Nur Sari makna bersih adalah tidak ada sampah dimana-mana dan tidak ada vektor pembawa penyakit seperti tikus. Makna “kotor” dan ukuran “kotor” juga umumnya mengacu pada cara masyarakat itu sendiri terhadap kondisi yang dianggap “kotor”, atau ukuran “kotor” bagi informan dalam penelitian ini dan berikut adalah makna “kotor” bagi para informan :

1. Mulyadi : “Kotor itu tidak enak dipandang mata dan sampahnya dimana-mana

Mulyadi memaknai bersih adalah higienis, tidak kotor dan jauh dari sumber pembawa penyakit maka makna kotor bagi Mulyadi adalah tidak enak dipandang mata dan sampahnya dimana-mana. Hal ini di ungkapkan dalam wawancara berikut.