ANALISIS RESIDU ANTIBIOTIK DOKSISIKLIN DAN ERITROMISIN PADA HATI AYAM BROILER DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (Penelitian di Peternakan Ayam Broiler Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

SKRIPSI
PUPUT WIJAYANTI
ANALISIS RESIDU ANTIBIOTIK
DOKSISIKLIN DAN ERITROMISIN PADA
HATI AYAM BROILER DENGAN METODE
KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
(Penelitian di Peternakan Ayam Broiler
Kecamatan Jabung Kabupaten Malang)

PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
karunia dan kasih sayang kepada setiap hambaNya karena hanya dengan
pertolonganNya skripsi yang berjudul “ANALISIS RESIDU ANTIBIOTIK
DOKSISIKLIN DAN ERITROMISIN PADA HATI AYAM BROILER
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (Pada

Peternakan Ayam Broiler di Kecamatan Jabung Kabupaten Malang” sebagai
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Program Studi Farmasi Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dapat terselesaikan tepat
waktu dan sebaik-baiknya.
Selanjutnya, penulis mengucapkan terimakasih dengan sepenuh hati kepada
berbagai pihak yang turut berkontribusi memberikan bimbingan, bantuan serta
do’a dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih kepada:
1. Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp.Kom. selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Nailis Syifa’, S.farm., M.sc., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Sovia Aprina Basuki, S.Farm., M.Si., Apt. Sebagai pembimbing I dan
Engrid Juni Astuti, S.Farm., M.Farm., Apt. Sebagai pembimbing II, yang
telah membimbing dan selalu meluangkan waktu untuk memberikan
arahan-arahan terbaik, dan selalu memberikan solusi apabila penulis
mengalami kebingungan terkait skripsi, serta dorongan moral kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. dan Dian Ernawati, M.Farm., Apt.
sebagai tim penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang
membangun demi terselesaikannya skripsi yang penulis kerjakan.

5. Sovia Apriani Basuki, M.Si., Apt. sebagai kepala Laboratorium Farmasi
dan staf dosen kimia yang telah memberikan dukungan dan bantuan
selama penulis menggunakan instrument KCKT di Laboratorium Kimia
Terpadu II Universitas Muhammadiyah Malang.

6. Program Studi Farmasi berserta seluruh dosen, laboran dan staff Tata
Usaha Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang
telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama saya
mengikuti program sarjana.
7. Kepala PT. IFARS PHARMACEUTICAL & LAB. Telah dengan
sukarela memberikan bantuan berupa doksisiklin pro analisis dan
eritromisin pro analisis.
8. Teman-teman: Anjar Dwi Artika, Ferawati Fajriyah, Cintya Eka Safitri,
dan seluruh farmasi angkatan 2012 UMM terimakasih atas persahabatan
kita selama ini.
9. Teman-teman satu tim penelitian kimia analisis: Cintya Eka, Bima
Anestya, dan Evy Febri, yang telah menemani perjalanan penelitian,
menjadi tempat penulis untuk bertukar pikiran, saling memberikan
motivasi, dan saling membantu dari awal hingga akhir.
10. Keluarga tercinta, ayahanda Hariyanto, ibunda Kartini dan kakakku satusatunya Agustin Rafikayanti, S.Farm yang hanya mau dipanggil Mbak

ika dimanapun berada, terimakasih atas segala doa, dukungan, perhatian,
cinta dan kasih sayang yang berlimpah untuk saya.
Akhir kata, penulis menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak
yang mungkin pernah mengalami hal yang kurang berkenan selama berinteraksi
dengan penulis dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Hanya Allah
S.W.T yang dapat membalas kebaikan Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
kita semua. Amin.
Wassalammualaikum wr. wb.
Malang, 16 Mei 2016

Puput Wijayanti

RINGKASAN
Konsumsi hati ayam broiler semakin meningkat dari tahun ke tahun
(Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013). Peternak
diharuskan menghasilkan produksi hati ayam broiler berkualitas dalam waktu
singkat. Peternak memberikan antibiotik selama masa pemeliharaan ayam broiler
untuk mencegah penyakit infeksi dan mempercepat pertumbuhan ayam broiler
(Attari et al., 2014).

Antibiotik yang diberikan dari DOC (Day Old Chick) atau bibit ayam
broiler hingga masa panen, dapat meninggalkan residu antibiotik dalam organ hati
apabila disembelih tanpa memperhatikan waktu eliminasi antibiotik (withdrawal
periode). Beberapa studi menunjukkan di Negara Asia Tenggara yang sedang
berkembang, resisten antimikroba semakin meningkat karena penggunaan
antibiotik dalam pakan ternak yang kurang tepat (Usui et al., 2014). Salain itu,
residu antibiotik berbahaya untuk kesehatan konsumen karena dapat
menyebabkan reaksi alergi, gangguan pencernaan, dan beberapa masalah lain
(Attari et al.,2014).
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, hanya satu peternakan yang
bersedia memberikan informasi bahwa peternakan tersebut memberikan antibiotik
selama pemeliharaan ayam broiler. Peternakan tersebut berada di kecamatan
Jabung, kabupaten Malang. Dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi residu
antibiotik doksisiklin dan eritromisin dalam hati ayam dari peternakan tersebut
dan berapakah kadar residu antibiotik doksisiklin dan eritromisin yang
teridentifikasi.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Terpadu II Universitas
Muhammadiyah Malang. Sampel berupa hati ayam broiler yang diberikan
antibiotik doksisiklin hidroklorida dan eritromisin tiosianat dan diambil dari
peternakan tersebut di atas. Sampel diambil secara acak sebanyak 15 hati ayam

broiler. Sejumlah sampel tersebut dihaluskan dan ditimbang ±4,000gram
sebanyak tiga kali kemudian disebut R1, R2, dan R3.
Baku kerja tunggal terdiri dari larutan standart doksisiklin dan eritromisin
konsentrasi 1000 ppm. Baku kerja tunggal digunakan sebagai bahan uji untuk
optimasi fase gerak dan diperoleh hasil retention time (Rt) doksisiklin 6,207 menit
dan eritromisin 4,796 menit. Baku induk eritromisin terdiri dari baku induk I
eritromisin (212 ppm) dan baku induk II eritromisin (102 ppm). Baku kerja
eritromisin dibuat dari mengencerkan baku induk II eritromisin sampai didapat 7
konsentrasi yaitu 10,6 ppm, 21,2 ppm, 31,8 ppm, 42,4 ppm, 53,0 ppm, 63,6 ppm,
dan 74,2 ppm.
Sampel diekstraksi menggunakan 400 µl EDTA 0,1 M. Dihomogenkan
menggunakan vortex selama 2 menit. Ditambakan air 2,0 ml kemudian
dihomogenkan kembali selama 5 menit. Campuran didiamkan 10 menit pada
keadaan gelap dan suhu rendah ±4oC. Setelah itu, ditambahkan asetonitril 20 ml

dan dihomogenkan selama 10 menit. Campuran dipisahkan antara endapan dan
filtrate menggunakan sentrifus selama 45 menit. Filtrat diuapkan selama ±24jam
pada suhu ruang. Selanjutnya, dilarutkan kembali dengan air 2,0 ml dan
diultrasonik selama 10 menit. Larutan disentrifus selama 10 menit, supernatant
yang dihasilkan disaring dengan filter membrane 0,45µl.

Penelitian menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT) dengan kondisi KCKT sebagai berikut: kolom yang digunakan adalah
Merck Phenomenex RP C-18 (4,6 x 250 mm). KCKT menggunakan Diode-array
detector (DAD). Pompa yang digunakan mode aliran tetap (isocratic). Fase gerak
adalah campuran pelarut dengan komposisi asetonitril : metanol : ammonium
asetat : air (45 : 10 : 10 : 35) dengan larutan dibuat pH 7.0, fase gerak tersebut
adalah yang paling optimum dari berbagai fase gerak yang diujikan terhadap
standart doksisiklin dan eritromisin masing-masing 100 ppm. Laju alir dari eluen
adalah 1,000 ml/menit dengan suhu kolom 27oC. Panjang gelombang 210 nm.
Volume injeksi sampel sebesar 20 µl.
Analisis kualitatif terdiri dari λmaks atau panjang gelombang maksimum,
waktu tambat (Rt), pola spektra, peak purity, dan match factor atau faktor
kecocokan. Analisis kuantitatif terdiri dari analisis linieritas dan penetapan kadar
doksisiklin dan eritromisin dalam sampel.
Pengujian dari 3 replikasi, diperoleh hasil parameter kualitatif untuk
eritromisin λmaks di 210 nm, Rt pada R1, R2, dan R3 adalah 4,11 menit, 4,10
menit, dan 4,10 menit. Pola spektra dari ketiga replikasi menunjukkan pola yang
tidak jauh berbeda. Peak purity, dan match factor dari ketiga replikasi memenuhi
syarat yaitu antara 900 sampai 1000. Berdasarkan data kualitatif tersebut, sampel
positif mengandung residu eritromisin. Dapat dihitung rata-rata kadar residu

eritromisin dalam sampel yaitu 50,221±0,624 mg/kg sampel. Dengan demikian,
sampel positif mengandung residu eritromisin. Hasil parameter kualitatif untuk
doksisiklin diperoleh Rt pada R1, R2, dan R3 adalah 6,588 menit, 6,573 menit,
dan 6,847 menit. Peak purity memenuhi syarat yaitu antara 900 sampai 1000.
Sedangkan untuk parameter kualitatif yang lain dan parameter kuantatif tidak
dapat dianalisis karena strandart doksisiklin mengalami degrasi. Dapat
disimpulkan bahwa.
Dari Hasil penelitian tersebut, disarankan untuk dilakukan penelitian
residu antibiotik pada peternakan lain, khususnya di kawasan Malang. Selain itu,
perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terkait residu antibiotik pada hati ayam
broiler yang telah diolah.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................i
HALAMAN JUDUL...........................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
RINGKASAN .....................................................................................................vii
ABSTRAK ..........................................................................................................ix

DAFTAR ISI .......................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................xiv
DAFTAR TABEL ...............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
SINGKATAN .....................................................................................................xvii
Bab I Pendahuluan ................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Hipotesis .......................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka ........................................................................................ 5
2.1 Ayam Broiler................................................................................................... 5
2.1.1 Deskripsi Ayam Broiler .......................................................................... 5
2.1.2 Teknis Pemeliharaan Ayam Broiler ........................................................ 6
2.1.3 Pencegahan Penyakit pada Ayam Broiler ............................................... 6
2.2 Antibiotik ........................................................................................................ 8
2.2.1 Deskripsi Antibiotik ................................................................................ 8
2.2.2 Doksisiklin ............................................................................................... 9
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) .................................................... 17

2.3.1 Deskripsi KCKT....................................................................................... 17

2.3.2 Cara Kerja KCKT dan Instrumentasi KCKT ........................................... 18
Bab III Kerangka Konseptual................................................................................ 23
3.2 Penjelasan dari Kerangka Konseptual ............................................................. 34
Bab IV Metode Penelitian ..................................................................................... 26
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ...................................................................... 26
4.2 Sampel ............................................................................................................. 26
4.3 Metode Sampling ............................................................................................ 26
4.3.1 Teknik Sampling .................................................................................... 26
4.3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 26
4.4 Prosedur Kerja................................................................................................. 26
4.4.1 Alat-alat .................................................................................................. 26
4.4.2 Bahan-bahan ........................................................................................... 27
4.4.3 Pembuatan Fase Gerak ........................................................................... 27
4.4.4 Pembuatan Larutan Baku Pembanding .................................................. 27
4.4.5 Preparasi Sampel .................................................................................... 29
4.5 Persiapan Analisis .......................................................................................... 29
4.5.1 Penyiapan Instrumen KCKT .................................................................. 29
4.5.2 Kondisi KCKT ....................................................................................... 30

4.6 Analisis Uji Kualitatif ..................................................................................... 30
4.6.1 Panjang Gelombang Maksimum ............................................................ 30
4.6.2 Waktu Tambat (Rt) ................................................................................ 30
4.6.3 Pola Spektra ........................................................................................... 31
4.6.4 Peak Purity ............................................................................................ 31
4.6.5 Match Factor atau faktor Kecocokan .................................................... 31
4.7 Analisis Uji Kuantitatif ................................................................................... 31
4.7.1 Analisis Linieritas ................................................................................... 31
4.7.2 Penentuan Kadar Doksisiklin dan Eritromisin dalam Sampel Hati Ayam
Broiler ...................................................................................................................
............................................................................................................................... 32
Bab V Hasil Penelitian .......................................................................................... 33

5.1 Jumlah Sampel dan Cara Pengambilan Sampel .............................................. 33
5.2 Hasil Pembuatan Baku Pembanding ............................................................... 33
5.2.1 Hasil Pembuatan Baku Tunggal ............................................................. 33
5.2.2 Hasil Pembuatan Baku Kerja Eritromisin .............................................. 34
5.2.3 Hasil Ekstraksi dan Pembuatan Sampel ................................................. 34
5.3 Hasil Optimasi Kondisi KCKT ...................................................................... 35
5.4.6 Data Hasil Analisis ....................................................................................... 39

5.4.1 Data Hasil Analisis Uji Kualitatif ......................................................... 39
5.4.2 Data Hasil Analisis Uji Kuantitatif ........................................................ 41
Bab VI Pembahasan ............................................................................................. 43
Bab VII Kesimpulan dan Saran............................................................................. 49
7.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 49
7.2 Saran................................................................................................................ 49
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 50
Lampiran ............................................................................................................... 54

DAFTAR GAMBAR

Gambar

halaman

2.1 Ayam Broiler Saat Berada di Kandang ................................................. 5
2.2 Struktur Kimia Doksisiklin ................................................................... 10
2.3 Doksisiklin dengan HCl ........................................................................ 11
2.4 Struktur Eritromisin .............................................................................. 11
2.5 Konversi Eritromisin Stearat dan Eritromisin Estolat menjadi Eritromisin
..................................................................................................................... 16
2.6 Struktur Kimia Eritromisin Tiosianat.................................................... 17
2.7 Komponen-komponen KCKT ............................................................... 18
3.1 Kerangka Konseptual ............................................................................ 23
5.1 Kromatogram Doksisiklin pada Kondisi Optimum .............................. 38
5.2 Kromatogram Eritromisin pada Kondisi Optimum............................... 38
5.3 Panjang Gelombang Maksimum untuk Doksisiklin pada 274 nm ........ 39
5.4 Panjang Gelombang Maksimum untuk Eritromisin pada 208 nm ........ 39
5.5 Kurva Regresi Area terhadap Konsentrasi Baku Kerja Eritromisin ..... 41

DAFTAR TABEL
Tabel

halaman

II.1 Beberapa Antibiotik yang Sering Digunakan oleh Peternak ..................... 7
II.2 Perbedaan Eritromisin Berdasarkan Struktur Kimia13
II.3 Perbedaan Eritromisin Terkait Struktur Kimia.......................................... 16
II.4 Deret Eluotropik pelarut-pelarut untuk KCKT.......................................... 19
V.1 Hasil Penimbangan Sampel Hati ayam Broiler ......................................... 34
V.2 Hasil Optimasi Kondisi KCKT ................................................................. 36
V.3 Data Hasil Uji Kualitatif Baku Tunggal Doksisiklin dan Eritromisin ...... 40
V.4 Data Hasil Uji Kualitatif Baku Kerja Eritromisin ..................................... 40
V.5 Data Hasil Uji Kualitatif Doksisiklin pada Sampel Hati Ayam Broiler ... 40
V.6 Data Hasil Uji Kualitatif Eritromisin pada Sampel Hati Ayam Broiler .... 40
V.7 Konsentrasi dan Area Baku Kerja Eritromisin .......................................... 41
V.8 Data Hasil Analisis Uji Kuantitatif ........................................................... 42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

halaman

I.

Perhitungan Kadar Baku Tunggal Doksisiklin dan Eritromisin ...... 54

II.

Perhitungan Kadar Baku Induk 1 Eritromisin ................................ 55

III.

Kromatogram Hasil Optimasi Fase Gerak Larutan Baku Pembanding
Doksisiklin dan Eritromisin ............................................................ 56

IV.

Kromatogram Hasil Penyuntikan Larutan Baku Kerja ................... 69

V.

Hasil Kromatogram Doksisiklin pada Sampel ................................ 73

VI.

Hasil Kromatogram Eritromisin pada Sampel ................................ 75

VII.

Hasil Peak Purity Baku Tunggal Doksisiklin dan Eritromisin ....... 77

VIII.

Hasil Peak Purity Baku Kerja Eritromisin ...................................... 78

IX.

Hasil Peak Purity Doksisiklin dan Eritromisin pada Sampel.......... 82

X.

Hasil Match Factor Eritromisin pada Sampel ................................. 85

XI.

Perhitungan Kadar Eritromisin pada Sampel .................................. 87

XII.

Nilai R Tabel ................................................................................... 89

XIII.

Metode Farmakope Indonesia Untuk Fase Gerak Eritromisin ........ 90

XIV. Dokumentasi Penelitian................................................................... 91
XV.

Sertifikat Analisis Eritromisin ......................................................... 94

XVI. Sertifikat Analisis Doksisiklin ........................................................ 95
XVII. Daftar Riwayat Hidup ..................................................................... 96
XVIII. Surat Pernyataan .............................................................................. 97

DAFTAR SINGKATAN

KBBI

: Kamus Besar Bahasa Indonesia

BSN

: Badan Standarisasi Nasional

BMR

: Batas Maksimal Residu

DAD

: Diode Array Detector

DOC

: Day old chick

DNA

: Deoxyribonucleic acid

EDTA

: Diaminetetraacetate

FDA

: Food Drug Administration

GIT

: Gastrointestinal Tract

HPLC

: High Performance Liquid Chromatography

KBM

: Kadar bunuh minimal

KHM

: Kadar hambatan minimum

KCKT

: Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

MS

: Mass Spectrometry

mRNA

: Messenger-RNA

MRSA

: Methicillin- resistant Staphylococcus

LC-MS/MS

: Liquid Chromatography-Mass Spectrometry and tandem Mass
Spectrometry

ODS

: Oktadesil Silika

pH

: Potential of Hydrogen

RNA

: Ribonucleic acid

rpm

: rotation per minute

Rt

: Retention Time

SD

: Standard Deviation

tRNA

: Transfer-RNA

UV

: UltraViolet

Uv-Vis

: UltraViolet-Visible Spectroscopy

VRE

: Vancomycin-Resistant Enterococci

WHO

: World Health Organization

DAFTAR PUSTAKA

Abdel-Mohsein, H. S., Mahmoud, M. A. M., Ibrahim, A. A., 2015. Tetracycline
Residue in Intensive Broiler Farms in Upper Egypt: Hazards and Risks.
Journal of World’s Poultry Research: Vol. 5, No. 3, p. 48-58.
Ahuja, S., and Dong. M., W., 2005. Handbook of Pharmaceutical Analysis by
HPLC. United Kingdom: Elsevier Academic Press.
Anonim, 2008. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Anonim, 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Anonim,
2014.
Peraturan
Menteri
Pertanian
Nomor:
31/Permentan/OT.140/2/2014 tentang Pedoman Budi Daya Ayam
Pedaging dan Ayam Petelur yang Baik. Jakarta: Kementerian Pertanian.
Anonim,
2014.
Chemistry
Stack
Exchange.
26
Maret
2014.
http://chemistry.stackexchange.com/questions/9499/what-is-the-differencebetween-doxycycline-hcl-and-doxycycline-hyclate. Diakses tanggal 22
Desember 2015.
Anonim, 2015. Arti kata “Broiler” menurut KBBI: KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia) co.id, http://kbbi.co.id broiler, Diakses tanggal 29 November
2015.
Anonim2, 2015. Ayam Broiler. Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Jum’at, 25
September 2015. https://id.wikipedia.org/wiki/Ayam_broiler. Diakses
tanggal 29 November 2015.
Anonim, 2015. Pubchem compound Doxycycline Hydrochloride. Open Chemistry
Data
Base.
Sabtu,
21
November
2015.
http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/54685920. Diakses tanggal 25
November 2015.
Anonim,
2015.
Chemspider
Search
and
share
chemistry.
http://www.chemspider.com/Default.aspx. Diakses tanggal 13 Januari 2016.
Attari, Vahideh E., Abbasi, Mehran M., Abedimanesh, Nasim., Ostadrahimi, A.,
Gorbani, A., 2014. Investigation of Enrofloxacin and Chloramphenicol
Residues in Broiler Chickens Carcasses Collected From Local Markets of
Tabriz, Northwestern Iran. Health Promotion Perspectives, Vol. 4 No. 2,
p. 151-157.
Bahri, S., Masbulan, E., Kusumaningsih, A., 2005. Proses Praproduksi Sebagai
Faktor Penting Dalam Menghasilkan Produk Ternak yang Aman Untuk
Manusia. Jurnal Litbang Pertanian, Vol. 24(1)

Bahri, S., 2008. Beberapa Aspek Keamanan Pangan Asal Ternak di Indonesia.
Pengembangan Inovasi Pertanian. Vol. 1, No. 3, p. 225-242.
Bupp, J., E., and Tanga, M., J., 2016. Synthesis of a Doxycycline-[13CD3]
Standard. Journal of Labelled Compounds and Radiopharmaceuticals.
Butaye, P., Devriese, L. A., and Haesebrouck, F., 2003. Antimicrobial Growth
Promoters Used in Animal Feed: Effects of Less Well Known Antibiotics
on Gram-Positive Bacteria. Clinical Microbiology Reviews, Vol 16 No. 2,
p. 175–188.
Council Regulation. 2004. MRL of Doxycycline. Diakses 30 April 2015. Tersedia
pada: http://coe.int/
Evaluations of The Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives. 2010.
General Information Erythromycin. Diakses 30 April 2015). Tersedia pada:
http://apps.who.int/Jecfa/Erythromycin/
Elayyan1, S., Karaman1, D., Mecca, G., Scrano, L., Bufo, S. A., Karaman, R.,
2015. Antibacterial Predrugs-From 1899 Till 2015. World Journal Of
Pharmacy And Pharmaceutical Sciences. Vol. 4 Issue 08, 1504-1529.
Fadilah, R. 2013. Beternak Ayam Broiler. Jakarta: PT AgroMedia Pustaka.
Gandjar, I., G., Rohman, A., 2012. Analisis Obat Secara Spektrofotometri dan
Kromatografi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, p. 417-439.
Gandjar, I., G., Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, p. 378-393.
Gupta, V., Ahlawat, S., Patel, B., Shankar, O., Kumar, K., Shukla, S., K., Shukla,
S., Kaur, N., Dubey, M., Singh, L., V., 2014. High-performance liquid
chromatography method validation for determination of tetracycline
residues in poultry meat. Chronicles of Young Scientists, Vol. 5.
Herlinae dan Yemima, 2014. Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler pada Rumah
Tangga di Perumahan Bereng Kalingu I di Kelurahan Kereng Bangkirai
Kota Palangka Raya. Jurnal Ilmu Hewani Tropika, Vol. 3 No. 2, 23017783.
Hessib., S. T., Zaher, M. A., 2011. Development and Validation of RP-HPLC
Stability-indicating Methods for The Determination of Butamirate Citrate
and Sodium Cromoglycate. J. Chem. Pharmaceut. Vol. 3, 2011, pp. 243258.
Huesgen, G. A., 2014. Analysis of Degradation Products Doxycycline in Solution
Exposed to Light and Eleveted Temperatured Using The Agilent 1200
Infinity Series Hight Dinamic Range Diode Array Detector Impurity
Analyzer System. Agilent Technologies.

Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives, 2006. Residue
Evaluation of Certain Veterinary Drugs. Roma: FAO Jecfa Monographs
ISSN 1817-7077.
Kee, J., L., dan Hayes, E., R., 1996. Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Fadilah, R., 2013. Beternak Ayam Broiler. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Kibwage, I., O., Hoogramtens, J., Roets, E., Vanderhaeghe, H., Verbist, L.,
Dubost, M., Pascal, V., C., Petitjean, P., and Levol, G., 1985. Antibacterial
Activities of Erythromycins A, B, C, and D and Some of Their Derivatives.
Antimicrobial Agents And Chemotherapy, 28, No. 5. p. 630-633 Vol.
Kusumaningsih, A., 2012. Faktor Pemicu Kasus Foodborne Diseases Asal
Ternak. Balai Besar Penelitian Veteriner, Vol. 22 No. 3.
Lee, M. H., Lee, H. J., Ryu, P. D., 2000. Public Health Risks: Chemical and
Antibiotic Residue. Beijing: Seminar on Public Health Issues in Animal
Production.
Lindholm, J., 2004. Development and Validation of HPLC Methods for
Analytical and Preparative Purposes. Uppsala: Dissertation.
Meyer, V. R., 2010. Practical High-Performance Liquid Chromatography.
United Kingdom: John Wiley & Sons Ltd.
Moldeveanu, S. C., and David, V., 2012. Essentials in Modern HPLC
Separations. United Kingdom: Elsevier Academic Press.
Mutschler, E., 1991. Dinamika Obat, Edisi ke-5. Bandung: Penerbit ITB.
Murtidjo, B.a., 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Jakarta: PT Agromedia
Pustaka.
Narantaka, A., 2013. Budidaya Ayam Broiler Komersial. Yogyakarta:
Javalitera.
Papadoyanis, I., N., & Gika, H., G., 2004. Peak Purity Determination with a
DiodeArray Detector. Journal of Liquid Chromatography & Related
Technologies, Vol. 27 Issue 6.
Pineau, T., Galtier, P., Bonfils, C., Derancourt, J., Maurel, P. (1990). Purification
of a sheep liver cytochrome P-450 from the P450IIIA gene subfamily: its
contribution to the N dealkylation of veterinary drugs. Biochemical
Pharmacology, 39 (5), 901-909.
Rasyaf, M. 2006. Beternak Ayam Pedaging. Cet. Ke-26. Jakarta: Penebar
Swadaya
Rasyaf, M. 2007. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cet. Ke-26. Jakarta:
Penebar Swadaya

Sudjadi dan Rohman, A., 2012 Analisis Farmasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sahu, R., Saxena, P., Mathur, H. B., Agarwal, H. C., 2014. Antibiotics in
Chicken Meat. New Delhi: Centre For Science And Environment.
Syukma, D., Y., 2015. Budidaya dan Analisa Ayam broiler Menggunakan
Vitamin dan Ayam Tidak Menggunakan Vitamin (Ayam Herbal). Jurnal
Nasional Ecopedon. Vol. 3 No. 1, p. 77-082.
Sweetman, S. C., 2009. Martindale: The Complete Drug Reference. The
Pharmaceutical Press, pp. 160 and 162.
Sa´enz, Y., Brin˜as, L., Domínguez, E., Ruiz, J., Zarazaga, M., Vila, J., and
Torres, C., 2004. Mechanisms of Resistance in Multiple-AntibioticResistant Escherichia coli Strains of Human, Animal, and Food Origins.
Antimicrobial Agent and Chemotherapy. Vol. 48, No. 10. P. 3996-4001.
Tjay, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan,
dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi ke VI. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Usui, M., Ozawa, S., Onozato, H., Kuge R., Obata, Y., Uemae, T., Ngoc, Pham
T., Heriyanto, A., Chalemchaikit, T., Makita, K., Muramatsu, Y., and
Tamura, Y., 2014. Antimicrobial Susceptibility of Indicator Bacteria
Isolated from Chickens in Southeast Asian Countries (Vietnam, Indonesia
and Thailand). J. Vet. Med. Sci, Vol. 76 No. 5, p. 685–692.
Werdiningsih, S., Unang, P., Novida, A., Ambarwati dan Eli, N. 2013. Pengkajian
residu tetrasiklin dalam paha, hati dan telur ayam pada beberapa Provinsi di
Indonesia. Buletin Pengujian Mutu Obat Hewan No. 19 Tahun 2013.
Balai Besar Pengujian Mutu dan Sertifikasi Obat Hewan. Bogor.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Ayam menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah unggas yang

pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara. Sedangkan,
Ayam broiler adalah ayam ras yang produksi utamanya adalah daging (Herlinae
dan Yemima, 2014). Ayam broiler merupakan sumber protein hewani asal ternak
yang menjadi komoditas unggulan (Syukma, 2015). Selain daging, masyarakat
juga mengkonsumsi hati ayam broiler. Konsumsi hati ayam broiler oleh
masyarakat semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data statistik menunjukkan,
konsumsi hati ayam broiler di Indonesia tahun 2009 hingga 2012 yaitu 0,052
kg/kapita/tahun, 0,052 kg/kapita/tahun, 0,104 kg/kapita/tahun, dan 0,156
kg/kapita/tahun (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2013).
Permintaan pasar yang besar membuat peternak meningkatkan jumlah
produksi ayam broiler. Ayam broiler dapat terserang penyakit infeksi bahkan
hingga mati. Hal ini tentu saja dapat menurunkan produksi ayam yang secara
langsung berdampak pada turunnya omset. Sebagai langkah antisipasi untuk
mencegah hal tersebut, maka peternak memberikan antibiotik pada ayam. Saat ini
antibiotik menjadi bagian kebutuhan pada industri peternakan ayam (Bahri, 2008).
Antibiotik digunakan untuk beberapa tujuan seperti mengobati dan mencegah
beberapa

penyakit.

Sekaligus

untuk

memperbaiki

efisiensi

makanan,

meningkatkan pertumbuhan, dan juga menghindari kerugian secara ekonomi
(Attari et al., 2014).
Beberapa studi menunjukkan di Negara Asia Tenggara yang sedang
berkembang, resisten antimikroba semakin meningkat karena penggunaan
antibiotik dalam pakan ternak yang kurang tepat (Usui et al., 2014). Salain itu,
residu

antibiotik

berbahaya

untuk

kesehatan

konsumen

karena

dapat

menyebabkan reaksi alergi, gangguan pencernaan, dan beberapa masalah lain
(Attari et al.,2014).

2

World Health Organization (WHO) sebagai badan regulasi kesehatan
dunia, membuat aturan terkait batas maksimum residu antibiotik pada hati ayam
broiler, yaitu sebesar 0,1 mg/kg untuk eritromisin, dan Council Regulation
No.2377/90 menyatakan bahwa batas residu doksisiklin pada hati sebesar 0,3
ppm. Beberapa Negara di dunia memiliki regulasi masing-masing untuk
menetapkan batas maksimum kadar residu antibiotik pada berbagai organ ayam.
Indonesia juga memiliki regulasi sendiri terkait residu antibiotik pada makanan
asal hewan yaitu Badan Standarisasi Nasional (BSN). Namun, data yang
ditunjukkan barulah batas maksimum residu (BMR) untuk daging, susu, dan telur.
Penelitian dilakukan terhadap residu antibiotik pada hati ayam broiler di 6
provinsi di Indonesia. Sebanyak 2,7% sampel hati ayam broiler positif
mengandung residu antibiotik golongan tetrasiklin (Werdiningsih, dkk., 2013).
Metode analisis yang digunakan seperti metode spectrometer massa (MS),
metode bioassay dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Di Indonesia
tidak banyak yang melukan penelitian dengan metode tersebut, dan belum pernah
dilakukan penelitian khusus untuk daerah malang. Sehingga melalui penelitian ini
akan diketahui kadar antibiotik tertentu yang terdapat dalam hati ayam broiler di
daerah Malang masih terjamin keamanannya atau tidak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT). Metode ini dipilih karena saat ini merupakan yang
popular untuk digunakan pada analisis farmasi. Selain itu karena kemampuannya
menganalisa dengan cepat dan dapat digunakan untuk sampel tunggal maupun
campuran dalam satu prosedur (Hassib, et al., 2011). Pada penelitian ini, sampel
berupa hati ayam broiler segar siap panen yang diambil dari salah satu peternakan
di kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Berdasarkan observasi yang dilakukan,
antibiotik yang digunakan adalah campuran doksisiklin dan eritromisin. Oleh
karena itu, keberhasilan penelitian ini akan sangat bermanfaat dalam upaya
memberikan informasi mengenai adanya residu antibiotik pada ayam broiler
yang ada selama budi daya. Hal ini sebagai upaya perlindungan kesehatan
terhadap masyarakat agar pemerintah dapat lebih memperhatikan dampak adanya
residu antibiotik pada ayam broiler sehingga menjamin keamanan makanan yang
dikonsumsi oleh masyarakat.

3

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.

Apakah terdapat residu antibiotik doksisiklin dan eritromisin dalam organ
hati ayam broiler di peternakan daerah Kecamatan Jabung, Kabupaten
Malang ?

2.

Berapa kadar antibiotik doksisiklin dan eritromisin yang terkandung dalam
organ hati ayam broiler di peternakan Kecamatan Jabung, Kabupaten
Malang ?

1.3

Tujuan Penelitian

1.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis adanya antibiotik doksisiklin
dan eritromisin dalam organ hati ayam broiler dengan memakai metode
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) di Kecamatan Jabung,
Kabupaten Malang.

2.

Untuk mengetahui kadar antibiotik doksisiklin dan eritromisin yang
terkandung dalam organ hati ayam broiler di Kecamatan Jabung,
Kabupaten Malang.

1.4

Hipotesis
Ayam broiler diberikan antibiotik doksisiklin dan eritromisin oleh peternak

untuk mencegah penyakit infeksi dan mempercepat pertumbuhan. Antibiotik
tersebut dapat menembus kedalam jaringan tubuh ayam dan tersimpan selama
beberapa waktu didalamnya, kemudian habis terekskresi sampai waktu eliminasi
(withdrawal periode) selesai. Jika antibiotik digunakan secara berlebihan dan atau
tidak memenuhi waktu eliminasi saat disembelih maka residu antibiotik masih
tertinggal didalam organ. Antibiotik banyak tersimpan di hati karena organ
tersebut merupakan tempat metabolisme berbagai zat yang masuk dalam tubuh.

4

1.5

Manfaat Penelitian

1.

Bagi Masyarakat
Memberikan informasi tentang adanya residu antibiotik pada organ hati

ayam broiler bila saat pemeliharaan diberikan antibiotik tanpa memperhatikan
dosis dan waktu eliminasi antibiotik.
2.

Bagi Penulis

a.

Untuk

meningkatkan

kinerja

penulis agar

lebih

mampu

dalam

menganalisis untuk melakukan pola berfikir agar lebih baik lagi.
b.

Untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama menempuh
pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang dengan membuat
laporan penelitian secara ilmiah dan sistematis tentang adanya residu
antibiotik yang terdapat pada ayam broiler terutama pada organ hati.

c.

Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, pengenalan dan
pengamatan tentang residu antibiotik yang terdapat pada ayam broiler
sehingga penulis melakukan penelitian untuk menyelesaikan Skripsi.

3.

Bagi Pemerintah
Sebagai informasi tentang adanya residu antibiotik yang terdapat pada

ayam broiler ,terutama pada organ hati. Hal ini dapat menjadi pemicu resistensi
terhadap antibiotik, sehingga dapat dibuat regulasi oleh pemerintah tentang
konsumsi yang aman dan tidak toksik dalam rangka melindungi keamanan dan
kesehatan pangan masyarakat.