Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PETERNAKAN
AYAM BROILER DI KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR

BAGUS BIMMA PRIYAMBADA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

i

ABSTRAK
BAGUS BIMMA PRIYAMBADA. Analisis Risiko Produksi ayam broiler di
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.
Kecamatan Ciampea merupakan salahsatu daerah sentra produksi ayam
broiler di Kabupaten Bogor. Adanya fluktuasi produksi ayam broiler di

Kecamatan Ciampea mengindikasikan adanya risiko produksi. Analisis risiko
produksi ayam broiler ini dikaji menggunakan data primer dan data sekunder.
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif menggunakan data
kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan analisis risiko menggunakan data kuantitatif.
Sumber-sumber risiko produksi ayam broiler yaitu penyakit, cuaca, hama, dan
kualitas DOC. Sumber risiko akibat serangan penyakit memiliki probabilitas dan
dampak paling besar yaitu 46% dan dampaknya Rp15 628 053. Hasil pemetaan
risiko menunjukan bahwa penyakit, cuaca dan DOC dapat ditangani dengan
strategi preventif.
Kata kunci : Risiko produksi, sumber-sumber risiko, strategi preventif.

ABSTRACT
BAGUS BIMMA PRIYAMBADA. Risk Analysis of Broiler Production in
Ciampea, Bogor. Supervised by DWI RACHMINA.
Ciampea is one of the main areas centre broiler production in Bogor
Regency. Fluctuation product in Ciampea indicates production risk. The risk
analysis of broiler chicken production is investigated by using primary and
secondary data. Data analysis method used is descriptive analysis by using
qualitative data and quantitative. Then risk analysis by using quantitative data.
Based on the observation in the research site, risk sources of broiler chicken are

disease, climate, pest, and quality of DOC. Disease outbreaks is the risk
sourcethat probably happens and the biggest effect that is 46% and at least Rp15
628 053. The risk mapping result shows that disease, climate and DOC can be
solved with preventive strategy.
Keywords: Risk analysis production, risk sources, preventive strategy

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN
HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Risiko
Produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.


Bogor, September 2013

Bagus Bimma Priyambada
NIM H34114034

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

v

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PETERNAKAN
AYAM BROILER DI KECAMATAN CIAMPEA,
KABUPATEN BOGOR

BAGUS BIMMA PRIYAMBADA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi

pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013

vii

Judul Skripsi : Analisis Risiko Produksi Peternakan Ayam Broiler Di
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Nama
: Bagus Bimma Priyambada
NIM
: H34114034

Disetujui oleh

Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

x

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2013
ini adalah risiko, dengan judul Analisis Risiko Produksi Ayam Broiler di
Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, arahan dan
dukungan Dr. Ir. Dwi Rachmina, MSi selaku dosen pembimbing, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih secara tertulis

sebagai bentuk penghargaan kepada kedua orang tua serta kakak tercinta yang
telah memberikan dukungan, doa, dan materi yang mengantarkan penulis pada
satu titik menuju masa depan. Penulis berterima kasih kepada Dr. Ir. Anna
Fariyanti, MSi sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberikan banyak
saran, peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea yang telah memberikan
kesempatan untuk melaksanakan kegiatan penelitian dan telah membantu selama
pengumpulan data, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu
yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor, Juli 2013

Bagus Bimma Priyambada

xi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Sumber – Sumber Risiko Produksi
Pengukuran dan Besar Risiko Produksi
Strategi Penanganan Risiko
Persamaan dan Perbedaan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Metode Analisis Data
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Profil Petani dan Lokasi Penelitian
Kegiatan Produksi Ayam Broiler di Kecamatan Ciampea

RISIKO PRODUKSI PETERNAKAN AYAM BROILER
Identifikasi Sumber-Sumber Risiko
Analisis Probabilitas Risiko Produksi
Analisis Dampak Risiko Produksi
Pemetaan Risiko
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

xii
xiii
1
1
5
7
7
7
8

8
8
9
10
11
11
16
18
18
18
19
27
27
30
33
34
42
44
47
54

54
54
55
66

xii

DAFTAR TABEL
1 Total produksi nasional daging, susu, dan telur di Indonesia 2001-2012
2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging di
Jawa Barat tahun 2008 – 2012
3 Harga komoditi daging hasil ternak di Jawa Barat Februari 2013
4 Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional tahun
2001-2011
5 Perkembangan populasi dan Kontribusi ayam broiler (ekor) di Kabupaten
Bogor dan Jawa Barat tahun 2005-2011
6 Tabel populasi peternak ayam broiler dan populasi ayam broiler di
Kecamatan Ciampea tahun 2009-2012
7 Fluktuasi Produksi Peternakan Ayam Broiler Milik Bapak Restu
8 Nama desa dan jumlah penduduk tiap desa di Kecamatan Ciampea 2012

9 Keadaan geografis Kecamatan Ciampea tahun 2012
10 Penggunaan lahan kering dan lahan basah di Kecamatan Ciampea tahun
2012
11 Survival rate ayam broiler di Kecamatan Ciampea Januari 2012 hingga
Desember 2012.
12 Kematian ayam broiler karena penyakit pada tahun 2012
13 Kematian ayam broiler karena cuaca pada tahun 2012
14 Kematian ayam broiler diakibatkan serangan hama pada tahun 2012
15 Kematian ayam broiler diakibatkan oleh kualitas DOC tahun 2012
16 Probabilitas dari masing-masing sumber risiko produksi ayam broiler di
Kecamatan Ciampea tahun 2012
17 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi
karena serangan penyakit tahun 2012
18 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi
karena perubahan cuaca tahun 2012
19 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi
karena rendahnya kualitas DOC 2012
20 Dampak kerugian peternakan ayam broiler akibat sumber risiko produksi
karena serangan penyakit tahun 2012
21 Status risiko produksi budidaya pembesaran ayam broiler di Kecamatan
Ciampea 2012

1
2
2
3
4
4
5
27
28
28
34
36
38
39
41
42
45
46
46
47
48

xiii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Hasil produksi ternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun 2012
Proses pegelolaan risiko perusahaan
Kerangka pemikiran operasional
Pemetaan risiko produksi ayam broiler
Preventif risiko produksi peternakan ayam broiler
Mitigasi risiko produksi peternakan ayam broiler
Organisasi peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea
Fluktuasi rata-rata produksi ayam broiler bulan Januari 2012 hingga
Desember 2012
9 Pemetaan sumber risiko produksi ayam broiler di Kecamatan Ciampea

6
13
17
23
25
26
29
33
49

DAFTAR LAMPIRAN
1 Data mortalitas rate peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun
2012
2 Kontrak budidaya ayam broiler antara peternak plasma dengan perusahaan
inti.
3 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal
dari serangan penyakit
4 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal
dari perubahan cuaca
5 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal
dari hama
6 Probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi ayam broiler berasal
dari rendahnya kualitas DOC
7 Obat dan vitamin yang digunakan produksi pembesaran ayam broiler
8 Sarana produksi ayam broiler
9 Kegiatan penimbangan dan pengangkutan saat panen ayam broiler
10 Riwayat Hidup Penulis

57
58
59
60
61
62
63
64
65
66

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat
potensial dikembangkan. Subsektor peternakan perlu dikembangkan karena
subsektor ini dapat memberikan kontribusi bagi pertanian Indonesia. Daging, susu
dan telur merupakan komoditas yang dihasilkan dari subsektor peternakan, hasil
komoditas daging, susu, dan telur dapat menjadi tolak ukur pertumbuhan
peternakan di Indonesia.
Tabel 1 Total produksi nasional daging, susu, dan telur di Indonesia tahun 20012012
Tahun
Daging (000 Ton)
Telur (000 Ton)
Susu (000 Ton)
2001
1 561
850
480
2002
1 770
946
493
2003
1 872
973
553
2004
2 020
1 107
550
2005
1 817
1 051
536
2006
2 063
1 204
616
2007
2 068
1 382
568
2008
2 137
1 324
647
2009
2 205
1 307
827
2010
2 366
1 366
910
2011
2 522
1 466
975
2012
2 689
1 548
1 018
Laju (%/Tahun)
5.26
5.83
7.48
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 1, terlihat perkembangan produksi diantara ketiga
produk andalan subsektor peternakan yaitu daging, susu dan telur. Jika di lihat
dari rata-rata tingkat kelajuan dari tahun 2001 sampai dengan 2012, kelajuan
produksi susu tertinggi, yaitu 7.48 %, dan kelajuan pertumbuhan daging jika
dibandingkan ketiga komoditas susu dan telur paling kecil pertumbuhannya hanya
5.26 %. Tetapi daging merupakan produk yang berkontribusi tinggi dalam
pengadaan hasil peternakan, bila dibandingkan diantara ketiga produk hasil
peternakan. Dengan rata-rata 2 093 300 ton produksi pertahunnya, dari tahun 2001
sampai dengan 2012. Ayam broiler merupakan salah satu ternak yang diambil
dagingnya oleh manusia. Saat ini budidaya ayam broiler terus menunjukan tren
positif, yaitu terjadi peningkatan jumlah daging yang dihasilkan, karena proses
budidaya ayam broiler relatif cepat jika dibandingkan dengan sapi, domba atau
hewan lain yang dibudidaya juga diambil dagingnya. Salah satu sentra budidaya
ayam broiler di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat. Tabel 2 memperlihatkan
kontribusi total daging ayam broiler terhadap produksi daging di Jawa Barat.

2

Tabel 2 Kontribusi total kuantitas daging ayam broiler terhadap produksi daging
di Jawa Barat tahun 2008 – 2012
Tahun
Daging Ayam Broiler
Produksi Daging Kontribusi
(Ton)
(Ton)
(%)
2008
335 151
478 717
70.01
2009
365 573
524 163
69.74
2010
399 745
550 717
72.59
2011
492 413
646 796
76.13
2012
565 973
725 844
77.97
Laju (%/Tahun)
12.2
9.8
2.6
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, daging yang dihasilkan ayam broiler memberikan
kontribusi sangat besar bagi pasokan daging di Jawa Barat, dengan rata-rata
kontribusi sebesar 73.29 % dalam kurun waktu lima tahun, mulai dari tahun 2008
sampai tahun 2012. Daging ayam juga memiliki tingkat kelajuan pertumbuhan
yang cukup baik, tingkat kelajuan rata-rata daging ayam sebesar 12.2 % per tahun
dalam kurun waktu tahun 2008 hingga 2012. Hal ini jelas mengindikasikan bahwa
ayam broiler merupakan jenis ternak yang berpengaruh besar bagi perekonomian
ataupun kehidupan masyarakat.
Daging ayam selain memberikan kontibusi yang baik bagi pengadaan
daging, harga daging ayam relatif lebih murah dibandingkan dengan daging sapi
ataupun daging kambing. Tabel 3 menampilkan harga beberapa jenis daging
ternak di Jawa Barat, yang dapat menjadi alasan minat masyarakat mengkonsumsi
daging ayam.
Tabel 3 Harga komoditi daging hasil ternak di Jawa Barat bulan Februari 2013
Komoditi
Harga Rata-rata (Rupiah/kg)
Produsen
Grosir
Konsumen
Daging ayam ras
27 000
28 000
30 000
Daging sapi murni
79 000
81 000
83 000
Daging sapi bistik
80 000
82 000
85 000
86 000
90 000
Daging sapi has
85 000
Daging kambing/ domba
75 000
78 000
80 000
58 000
60 000
Hati sapi
52 000
Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013 (bulan Februari 2013)

Berdasarkan Tabel 3, dapat dilihat bahwa harga daging yang paling murah
yaitu daging ayam ras, dengan kisaran harga Rp30 000 Untuk setiap kilogramnya.
Hal ini membuat daging ayam lebih dicari dibandingkan dengan daging lainnya
seperti kambing, domba, dan daging hasil peternakan lainnya.
Peternakan ayam broiler mempunyai prospek yang sangat baik untuk
dikembangkan, baik dalam skala besar maupun skala kecil atau peternakan rakyat.
Hal tersebut diperkuat dengan perkembangan populasi ayam broiler khususnya di
provinsi yang menjadi sentra produksi. Pada alinea sebelumnya telah dijelaskan
bahwa daging ayam broiler merupakan kontribusi terbesar terhadap penyediaan
daging. Tentu saja hasil tersebut berbanding lurus dengan peningkatan
populasinya, karena dengan peningkatan populasi maka daging yang dihasilkan
juga akan semakin meningkat. Begitu juga sebaliknya apabila populasi ayam

3

broiler tersebut menurun maka akan berdampak besar bagi produksi daging.
Berdasarkan fakta seperti itu, sangat penting untuk terus meningkatkan populasi
ayam broiler karena kebutuhan daging ayam pada dasarnya akan semakin
meningkat pula. Tabel 4 menunjukkan populasi ayam broiler di Jawa Barat yang
dari tahun ke tahun jika dilihat memiliki tren meningkat, dan dalam Tabel 4 akan
ada persentase populasi di Jawa Barat terhadap populasi ayam di tingkat nasional.
Tabel 4

Kontribusi populasi ayam broiler Jawa Barat terhadap nasional tahun
2001-2011
Tahun
Jawa Barat (Ekor)
Nasional (Ekor)
Kontribusi (%)
2001
238 050 365
621 870 428
38.28
2002
269 778 372
865 074 785
31.18
2003
296 160 072
847 743 895
34.93
2004
328 015 536
778 969 843
42.10
2005
352 434 300
811 188 684
43.45
2006
343 954 090
797 527 446
43.13
2007
377 549 055
891 659 346
42.34
2008
417 373 596
902 052 418
46.27
2009
455 258 895
1 026 378 580
40.36
2010
497 814 154
986 871 711
50.44
2011
526 931 620
1 041 968 244
50.57
Laju (%/Tahun)
7.6
4.5
2.0

Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan. 2013

Berdasarkan Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa populasi ayam broiler
mengalami tren positif, dengan rata-rata kontribusi populasi ayam di Jawa Barat
terhadap populasi nasional sebesar 42.10 %, dalam kurun waktu 10 tahun dari
2001 hingga tahun 2011. Akan tetapi kenaikan populasi tersebut tidak dialami
setiap tahunnya, hal tersebut terkait bahwa ayam broiler memiliki risiko produksi
yang bersumber dari cuaca, hama, penyakit, kepadatan ruang. Salah satu sumber
risiko yang dihapai oleh peternak ayam broiler pada tahun 2006 yaitu sumber
risiko berasal pada penyakit, tahun tersebut merupakan tahun yang berat dialami
oleh peternak ayam broiler, karena wabah penyakit flu burung yang menyerang
unggas sangat tinggi, penyakit tersebut membuat populasi ayam broiler di tingkat
Jawa Barat mengalami penurunan, hal tersebut berbanding lurus dengan jumlah
populasi nasional yang mengalami penurunan.
Tingkat kontribusi populasi ayam broiler Provinsi Jawa Barat terhadap
populasi nasional sangat tinggi, lebih dari 30 % kontribusi populasi ayam broiler
terhadap populasi nasional. Tingkat kelajuan pertumbuhan ayam broiler di Jawa
Barat memiliki rata-rata kelajuan 7.6 % pertahunnya. Data Direktorat Jenderal
Peternakan tahun 2013 ini mengindikasi tingginya potensi pengembangan usaha
ayam broiler di Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki beberapa kabupaten
yang menjadi sentra produksi dan salah satunya adalah Kabupaten Bogor,
pemilihan Kabupaten Bogor didasarkan pada tren pertumbuhan populasi di daerah
ini yang semakin tinggi. Secara statistik populasi ayam broiler sejak tahun 2005
hingga 2011 mengalami tren meningkat. Tren pertumbuhan populasi ayam broiler
juga selalu positif sejak tahun 2005 hingga 2011.

4

Tabel 5 Perkembangan populasi dan kontribusi ayam broiler (ekor) di Kabupaten
Bogor dan Jawa Barat tahun 2005-2011
Tahun
Kabupaten Bogor
Jawa Barat
Kontribusi
(%)
2005
8 257 900
352 434 300
2.34
2006
11 864 000
343 954 090
3.45
2007
12 756 300
377 549 055
3.38
2008
13 775 475
417 373 596
3.30
2009
14 363 496
455 258 895
3.16
2010
15 771 780
497 814 154
3.17
2011
17 175 032
526 931 620
3.26
Total (%/Tahun)
7.47
6.40
3.15
Sumber : Dinas peternakan dan perikanan kabupaten Bogor 2013

Berdasarkan Tabel 5 bahwa Kabupaten Bogor memiliki perkembangan
populasi yang baik pada peternakan ayam broiler, hal ini ditunjang dengan ratarata kelajuan peningkatan populasi sebesar 7.47 dari tahun 2005 hingga tahun
2011. Kabupaten Bogor juga termasuk salah satu kabupaten yang cukup memiliki
kontribusi dalam penambahan jumlah populasi di provinsi Jawa Barat. Dengan
rata-rata sebesar 3.15 % dalam kurun waktu enam tahun, mulai dari tahun 2005
hingga 2011. Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa Kabupaten Bogor cukup
berperan baik bagi Provinsi Jawa Barat, dengan adanya kontribusi dari berbagai
Kabupaten di Jawa Barat, populasi di Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan
populasi yang cukup baik, dengan rata-rata 6.40 % pertahun dari tahun 2005
hingga 2011.
Kecamatan Ciampea merupakan salah satu daerah sentra peternakan ayam
broiler di Kabupaten Bogor. Banyak peternak ayam broiler yang melakukan
budidaya di Kecamatan Ciampea. Hal tersebut dapat dilihat dari data jumlah
populasi peternak dan populasi ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Berikut tabel
populasi ayam broiler dan peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea.
Tabel 6

Tabel populasi peternak ayam broiler dan populasi ayam broiler di
Kecamatan Ciampea tahun 2009-2012
Tahun
Jumlah Peternak (Orang)
Jumlah populasi (Ekor)
2009
23 Orang
193 000
2010
20 Orang
185 000
2011
22 Orang
241 000
2012
22 Orang
241 000
Total (% / Tahun)
(2%)
6%

Sumber : Unit Pelaksana teknis kesehatan hewan dan ikan VI

Berdasarkan Tabel 6 bahwa Kecamatan Ciampea memiliki trend positif
dalam perkembangan populasi ayam broiler, dimana pada tahun 2009 hingga
tahun 2012 mengalami kelajuan pertumbuhan sebesar 6%. Tetapi mengalami
penurunan sebesar 2% pada jumlah peternak ayam boiler di Kecamatan Ciampea.
Para peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea dalam melakukan
budidaya pembesaran ayam broiler menghadapi beberapa risiko. Seperti risiko
harga, risiko pasar, dan risiko produksi. Risiko harga sangat berpengaruh besar
bagi peternak ayam broiler, akan tetapi peternak di Kecamatan Ciampea

5

melakukan cara dalam menangani perubahan harga dengan cara melakukan
kemitraan dengan perusahaan inti. Karena dengan melakukan kemitraan dengan
perusahaan inti peternak ayam tidak terlalu besar dalam menghadapi risiko
perubahan harga. Manfaat lain dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan
inti yaitu adanya jaminan pasar, karena jumlah ayam yang panen di beli oleh
perusahaan inti. Hanya saat ini risiko yang dihadapi oleh peternak ayam broiler di
Kecamatan Ciampea yaitu risiko produksi. Risiko produksi menjadi salah satu
risiko yang dihadapi peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea.
Perumusan Masalah
Budidaya pembesaran ayam broiler merupakan kegiatan bisnis yang
memiliki prospek cukup baik, hal tersebut dilihat dari beberapa faktor yaitu proses
produksi yang relatif mudah, dan waktu pemeliharaannya relatif cepat. peternak
ayam broiler dalam melakukan budidaya pembesaran ayam broiler hampir
mengalami ketidakstabilan dalam menghasilkan produksi ayam broiler saat panen.
Hal tersebut dilihat oleh adanya fluktuasi produksi setiap periodenya.
Salahsatunya yaitu peternak ayam broiler milik Bapak Restu yang berada di Desa
Cijayanti, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor.
Tabel 7. Fluktuasi produksi peternakan ayam broiler milik Bapak Restu

12/6/2009 s/d 21/7/2009

Jumlah
DOC
(Ekor)
38 000

Jumlah
Panen
(Ekor)
36 934

Jumlah
kematian
(Ekor)
1 066

Tingkat
mortalitas
(%)
2.81

2

7/8/2009 s/d 12/9/2009

40 000

38 108

1 892

4.73

3

5/10/2009 s/d 14/11/2009

38 000

35 214

2 786

7.33

4

11/12/2009 s/d 21/1/2010

40 000

38 303

1 697

4.24

5

22/2/2010 s/d 5/4/2010

38 000

35 642

2 358

6.21

6

3/5/2010 s/d 13/6/2010

43 000

40 126

2 874

6.68

7

13/7/2010 s/d 18/8/2010

43 000

41 300

1 700

3.95

8

24/9/2010 s/d 8/11/2010

43 000

40 266

2 734

6.36

9

11/12/2010 s/d 21/1/2010

43 000

40 781

2 219

5.16

10
11/2/2011 s/d 22/3/2011
Sumber: Pinto 2011

43 000

39 475

3 525

8.2

Periode

Waktu

1

Berdasarkan Tabel 7 bahwa usaha peternakan ayam yang dimiliki oleh
Bapak Restu mengalami fluktuasi produksi, dimana hasil produksi tidak sama
antar periode. Hal tersebut dilihat dari persentase mortalitas produksi ayam broiler
setiap periodenya. Fluktuasi produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak
Restu mengindikasikan bahwa peternakan yang dijalankan oleh Bapak Restu
memiliki risiko produksi. Mengacu pada (Rasyaf 2007) mortalitas ideal yaitu 5%,
tetapi hasil produksi pada peternakan ayam broiler milik Bapak Restu ada yang
tingkat mortalitasnya lebih dari 5%. Artinya bahwa nilai yang diharapkan tidak
sesuai dengan nilai aktual. Hal ini pun mengindikasi bahwa peternakan milik
Bapak Restu menghadapi suatu risiko produksi.

6

Pemaparan adanya indikasi risiko produksi ayam broiler yang berada pada
peternakan ayam broiler milik Bapak Restu, dapat disimpulkan bahwa dalam
kegiatan budidaya ayam broiler memiliki risiko produksi, hal tersebut dialami
oleh beberapa peternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea. Indikasi peternak
ayam broiler menghadapi suatu risiko produksi yaitu ditandai dengan terjadinya
fluktuasi hasil produksi setiap periodenya dan tidak tercapainya hasil produksi
yang diharapkan dengan hasil produksi yang aktual. Fluktuasi produksi di sajikan
pada Gambar 1.
7.33%

8.00%
7.00%

6.26%
5.69%

6.00%

4.91%

4.77%

4.50%

Periode 2

Periode 3

Periode 4

5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
Periode 1

Periode 5

Periode 6

Gambar 1 Hasil produksi ternak ayam broiler di Kecamatan Ciampea tahun 2012
Berdasarkana hasil Gambar 1 bahwa hasil produksi dari 20 peternak yang
berada di Kecamatan Ciampea mengalami fluktuasi, dimana hal tersebut dilihat
dari fluktuasi produksi berdasarkan tingkat mortalitas antar periode. Gap antara
hasil produksi yang diharapkan dengan hasil produksi aktual juga terjadi di
Kecamatan Ciampea, hal ini mengindikasikan bahwa peternak ayam broiler di
Kecamatan Ciampea menghadapi suatu risiko produksi.
Sumber risiko produksi ayam broiler yang dihadapi peternak dalam kegiatan
budidaya pembesaran ayam broiler di Kecamatan Ciampea diakibatkan oleh
beberapa sumber yang dampaknya merugikan bagi peternak ayam broiler.
Berdasarkan penelitian sebelumnya sumber risiko produksi berasal dari cuaca,
penyakit, iklim, hama,dan kepadatan ruang (Aziz, 2009 dan Pinto, 2011). Salah
satu sumber risiko yaitu cuaca dan iklim yang tidak menentu sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ternak ayam broiler. Saat musim hujan, suhu udara
dikandang semakin dingin, dan udara dikandang semakin lembab. Sebaliknya
pada musim kemarau, suhu udara dikandang menjadi panas, kadar karbondioksida
meningkat dan udara dalam kandang terasa lebih pengap. Kondisi ini sulit
dihindari dan mengakibatkan kematian dengan tingkat mortalitas yang cukup
tinggi. Pada dasarnya suhu potensial untuk pemeliharaan ayam broiler adalah
sebesar 180-260C. Berdasarkan kondisi peternakan ayam broiler yang telah
dipaparkan di atas, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai
berikut :

7

1. Sumber risiko produksi yang dominan pada produksi peternakan ayam broiler
di Kecamatan Ciampea?
2. Berapa peluang dan dampak risiko produksi dalam kegiatan usaha peternakan
ayam broiler di Kecamatan Ciampea?
3. Bagaimana alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko produksi
yang dihadapi oleh usaha peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi yang paling besar pengaruhnya pada
peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.
2. Bagaimana peluang dan dampak risiko produksi pada usaha peternakan ayam
broiler di Kecamatan Ciampea.
3. Menganalisis alternatif strategi yang diterapkan untuk mengatasi risiko
produksi yang dihadapi oleh peternakan ayam broiler di Kecamatan Ciampea.
Manfaat Penelitian
1.
2.

3.

Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait terutama peternak
dalam menangani risiko produksi ayam broiler.
Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dan sebagai bahan perbandingan
untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian risiko produksi ayam
broiler.
Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan menulis dan
menganalisis terhadap suatu permasalahan yang kompleks terkait dengan
agribisnis, khususnya di bidang peternakan ayam broiler. Harapannya yaitu
penulis bisa mengapresiasikan hasil tulisannya dengan mencoba merintis
usaha peternakan di masa yang akan datang.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai batasan-batasan agar dapat lebih terarah
dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Komoditi yang dikaji pada
penelitian ini adalah ayam broiler yang dibudidayakan di Kecamatan Ciampea dan
difokuskan mengenai risiko produksi yang dihadapi beserta strategi yang
diterapkan untuk menanganinya.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Sumber – Sumber Risiko Produksi
Penelitian terlebih dahulu mengenai risiko produksi diperlukan sebagai
gambaran bagi penulis dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian yang terkait dengan risiko produksi peternakan yaitu Permatasari
(2010) yang melakukan analisis risiko produksi usaha pembiakan Anjing
Labrador Retreiner, yang bertempat di Sun Flower Kennel, Mampang. Aziz
(2009) yang melakukan penelitian analisis risiko produksi dalam usaha ternak
ayam broiler studi kasus usaha peternakan X di Desa Tapos. Ruslan (2012)
analisis risiko produksi usaha pembibitan domba di mitra tani farm, desa tegal
waru. Pinto (2011) analisis risiko produksi pada peternakan ayam broiler di
Kecamatan Ciampea di Desa Cijayanti.
Risiko Produksi yang berada dalam penelitian Aziz (2009) bersumber dari
cuaca, iklim dan penyakit. Sedangkan Penelitian yang dilakukan Pinto (2011)
sumber risiko produksi pada penelitian pinto yaitu cuaca dan iklim, kepadatan
ruang, penyakit dan hama. Penelitin yang telah dilakukan Permatasari (2010)
sumber risiko berasal dari kegagalan atau tidak tepatnya pemacakan, penyakit,
mortalitas anakan, keguguran, kesulitan persalinan, warna anakan tidak sesuai
harapan, jenis anakan yang tidak sesuai harapan. Dan penelitian yang telah
dilakukan oleh Ruslan (2012) sumber risiko produksi berasal dari mortalitas
anakan, mortalitas indukan betina, keguguran, kesulitan persalinan. Dari
penelitian terdahulu, pada komoditas ayam memiliki beberapa pesamaan yaitu
sumber risiko yang berasal dari cuaca. Ini yang menjadi sumber risiko bagi setiap
usaha peternakan ayam broiler.
Pengukuran dan Besar Risiko Produksi
Jika dilihat dari pengukuran kemungkinan terjadinya pada penelitian
Permatasari (2010) kemungkinan terjadi terbesarnya yaitu pada kegagalan atau
tidak tepatnya pemacakan sebesar 20 %, berarti kemungkinan besar dalam
produksi anjing labrador di Sun Flower Kennel kurang dari tingkat SR normal
adalah 0.20 atau 20 %. Sedangkan pengukuran dampak risiko menggunakan
metode VaR (Value at Risk) Rp89 920 000. yang dapat kita yakini 95 % bahwa
perusahaan mendapatkan kerugian akibat kegagalan atau tidak tepatnya
pemacakan dan mortalitas anakan.
Dilihat dari besarnya kemungkinan terjadinya dalam penelitian yang telah
dilakukan Ruslan (2012) yaitu pada Mortalitas anakan sebesar 52 %. Artinya
kemungkinan besar dalam produksi pem bibitan domba di Mitra Tani Farm,
kurang dari tingkat SR normal adalah 52 %. Sedangkan pengukuran dampak
risiko menggunakan metode VaR (Value at Risk) Rp221 100 000. yang dapat kita
yakini 95 % bahwa perusahaan mendapatkan kerugian akibat kegagalan karena
tingkat mortalitas anakan yang tinggi.
Dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Aziz (2009) rata-rata expected
return yang diterima di perusahaan X adalah Rp5 768 199. selama 12 periode
nilai ini mengkan bahwa pendapatan bersih yang diharapkan dapat diperoleh
usaha peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah sebesar Rp5
768 199. Standar Deviasi yang diperoleh usaha peternakan X adalah Rp10 095

9

088. Nilai tersebut menunjukan bahwa risiko yang harus dihadapi usaha
peternakan X setiap periode di masa yang akan datang adalah Rp10 095 088.
(Cateris paribus). Nilai standar deviasi sebesar Rp10 095 088. menunjukan
bahwa usaha peternakan X memiliki risiko yang sangat tinggi. Tingginya risiko
tersebut disebabkan oleh tingginya tingkat mortalitas yang mencapai rata-rata
sebesar 10 % setiap periodenya. Tingkat mortalitas yang mencapai 10 % setiap
periodenya. Tingkat mortalitas tertinggi terjadi pada periode ke-12 yaitu sebesar
49.75 %. Tingginya tingkat mortalitas ini menyebabkan rendahnya hasil panen
yang didapatkan. Rendahnya hasil panen ini menyebabkan kerugian pada periode
ke 12 yan mencapai Rp21 213 029. Besarnya kerugian ini menyebabkan nilai
variance usaha peternakan X adalah sebesar 1.75. Nilai coeficient variation
sebesar 1.75 menunjukan bahwa risiko yang diterima oleh pengusaha sebesar 175
% dari nilai return yang diperoleh. Artinya setiap return Rp 1 yang diterima
peternak menghasilkan risiko sebesar Rp1.75. Nilai coeficient yang lebih besar
dari 0.5 menunjukan bahwa usaha peternakan X akan menghadapi peluang merugi
pada setiap periode di masa yang akan datang. (Cateris Paribus).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Pinto (2011) kemungkinan terjadinya
risiko terbesarnya yaitu hama sebesar 38.4 %. Artinya kemungkinan besar dalam
produksi pembesaran ayam broiler di Kecamatan Ciampea kurang dari tingkat SR
normal adalah 38.4 %. Sedangkan pengukuran dampak risiko menggunakan
metode VaR (Value at Risk) Rp20 177 598. yang dapat kita yakini 95 % bahwa
perusahaan mendapatkan kerugian akibat kematian dikarenakan terserang
penyakit.
Strategi Penanganan Risiko
Dalam menjalankan usaha dibidang peternakan, pengusaha dituntut dalam
membuat suatu strategi yang tujuannya untuk menangani suatu risiko yang akan
dihadapi. Beberapa strategi yang dapat digunakan yaitu strategi preventif dan
mitigasi. Strategi preventif adalah strategi yang dijalankan untuk menghindari
terjadinya risiko. Strategi preventif yang dijalankan oleh perusahaan dalam
penelitian yang dilakukan Permatasari (2010) yaitu dengan melakukan
pemeriksaan USG, perbaikan sumber daya manusia, Operasi caesar. Sedangkan
yang dilakukan perusahaan tempat penelitian Ruslan (2012) strategi preventif
dilakukan dengan melakukan perawatan indukan bunting, perbaikan sumber daya
manusia. Sedangkan Strategi preventif yang dijalankan oleh perusahaan dalam
penelitian yang telah dilakukan oleh Pinto (2011) yaitu dengan membuat jaring
kawat, pemakaian ventilasi bantuan, meningkatkan kedisplinan anak kandang
menjaga sarana dan prasarana
Selain preventif penanganan risiko bisa dilakukan dengan cara strategi
mitigasi, mitigasi merupakan salah satu strategi dalam menangani risiko dengan
cara meminimalkan dampak risiko. Banyak perusahaan yang berusaha dibidang
peternakan menggunakan strategi ini, salah satunya strategi mitigasi yang
dilakukan oleh perusahaan tempat Permatasari (2010) yaitu melakukan vaksinasi,
pemberian vitamin dan obat cacing, membersihkan kandang, pengendalian
penyakit, pengobatan penyakit, menjual anjing pelacak, dan melakukan usaha
sampingan. Strategi mitigasi yang dijalankan oleh peruahaan dalam penelitian
Ruslan (2012) yaitu vaksinasi, pemberian vitamin dan obat cacing, membersihkan
kandang, pengobatan penyakit, meakukan usaha terintegrasi. sedangkan strategi

10

mitigasi yang dijalankan perusahaan tempat penelitian Pinto (2011) dengan
melakukan pemakaian obat dan vaksin secara selang seling, cara dan waktu
pemberian obat dan vaksin harus benar dan tepat. Selain strategi mitigasi dan
preventif ada banyak strategi yang dijalankan oleh perusahaan dalam menangani
risiko produksi seperti strategi yang dilakukan oleh perusahaan tempat aziz (2009)
melakukan penelitian yaitu strategi penanganan risiko produksi dengan
manajemen risiko pada tahap periode pemanasan itu meliputi penggunaan
lingkaran pelindung, menaburkan sekam yang telah di fumigasi, menggunakan
pemanas untuk kebutuhan temperatur ayam dalam kandang, menggunakan
termometer dalam menentukan temperatur kandang, membersihkan air gula saat
DOC masuk kandang, melakukan program vaksinasi pada ayam. Manajemen pada
tahap pertumbuhan meliputi melakukan pengobatan secara intensif pada ayam,
melakukan seleksi dan grading secara intensif, melakukan sanitasi peralatan
kandang dan mengatur sirkulasi kandang. Manajemen risiko tahap pemanenan
meliputi strategi memperhatikan dengan cermat kapan sebaiknya ayam dijual,
mempertimbangkan jumlah pakan yang sudah digunakan, berapa bobot rata-rata
ayam yang akan dijual, dan berapa kisaran harga jual ayam boriler pada saat
pemanenan dilakukan.
Persamaan dan Perbedaan
Dari beberapa penelitian terdahulu yang diamati, ada beberapa kesamaan
Pinto (2011) dan Aziz (2009) komoditas yang di teliti yaitu ayam broiler.
Kesamaan yang lain yaitu Pinto (2011), Ruslan (2012), Permatasari (2010) dalam
menganalisis pengukuran kemungkinan terjadinya risiko dan dampak dari risiko
yang ditimbulkan menggunakan analisis risiko z-score dan Value at Risk.
Kesamaan lainnya dari beberapa peneliti Pinto (2011), Ruslan (2009) dan
Permatasari (2010) dalam melakukan manajemen risiko menggunakan strategi
preventif dan strategi mitigasi. Selain kesamaan ada beberapa perbedaan dari
keempat peneliti terdahulu yang di amati, dari jenis komoditas yang di amati,
Permatasi (2010) mengamati tentang anjing labrador, Ruslan (2012) mengenai
domba, Aziz (2009) dan Pinto (2011) komoditas yang diteliti yaitu ayam broiler.
Selain itu Aziz (2009) dalam melakukan manajemen risiko menggunakan
identifikasi , Expected Return, Variance, Standar Deviation, dan Coefficien
Variation hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Permatasari
(2010), Ruslan (2012), dan Pinto (2011) manajemen risiko menggunakan z-score
dalam mengukur kemungkinan terjadinya suatu risiko dan VaR (Value at Risk)
dalam mengukur dampak kerugian yang terjadi akibat risiko.

11

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini,
merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian
risiko, pengukuran risiko, dan strategi pengelolaan risiko yang relevan dengan
permasalahan penelitian. Oleh karena itu akan dijabarkan secara spesifik pada
sub-sub bab berikut.
Konsep Risiko
Risiko menunjukan situasi, dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan
dari suatu keputusan dan peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut
diketahui atau dapat diestimasi. Risiko mengharuskan manajer sebagai pengambil
keputusan untuk mengetahui segala kemungkinan hasil dari suatu keputusan dan
juga peluang dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Risiko merupakan peluang terjadinya hasil yang tidak dinginkan sehingga
risiko hanya terkait dengan situasi yang tidak memungkinkan munculnya hasil
negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil
negatif. Basyaib (2007)
Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu kejadian dan berkaitan dengan
ketidakpastian yang dapat menimbulkan kerugian dan tidak dapat diketahui secara
pasti oleh pengambil keputusan. Menurut Hardwood et al (1999).
Risiko itu sama dengan uncrtainty atau ketidakpastian. Risiko merupakan
ketidakpastian yang sering kali digunakan dengan arti yang sama, penggunaannya
saling dipertukarkan dengan maksud yang sama atau interchangeably. Akan tetapi
dalam pendefinisiannya memiliki banyak arti, akan tetapi lebih cenderung kepada
ketidakpastian. Ketidakpastian itu bisa rugi atau tidak menyebabkan kerugian.
Siahaan (2007)
Risiko terkait dengan keadaan adanya ketidakpastian dan tingkat
ketidakpastiannya terukur secara kuantitatif. Risiko terkait dengan keadaan
adanya ketidakpastian menurut Djohanputro (2008), menurut Kountur (2008) Tiga
unsur penting dari suatu kejadian yang dianggap risiko, yaitu: (1) Merupakan
suatu kejadian. (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan, bisa terjadi
bisa tidak. (3) jika sampai terjadi maka akan menimbulkan kerugian. sedangkan
risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang
tidak diinginkan atau tidak terduga. Penggunaan kata “kemungkinan” tersebut
menunjukan adanya ketidakpastian, ketidak pastian tersebut merupakan kondisi
yang menyebabkan tumbuhnya risiko. sedangkan “kondisi yang tidak pasti”
timbul karena berbagai macam hal, antara lain :
1. Jarak waktu dimulai perencanaan atas kegiatan sampai kegiatan itu berakhir.
2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
3. Keterbatasan pengetahuan atau keterampilan mengambil keputusan, dan lain
sebagainya.

12

Klasifikasi Risiko
Menurut Harwood et al (1999), sumber-sumber risiko yang dapat dihadapi
petani meliputi (1) risiko produksi, (2) risiko kelembagaan, (3) risiko pasar atau
harga, (4) risiko kebijakan, dan (5) risiko finansial.
1.

2.

3.

4.

5.

Beberapa sumber risiko yang berasal dari risiko produksi yaitu gagal panen,
rendahnya produktivitas, kerusakan barang (mutu tidak sesuai) yang
ditimbulkan oleh serangan hama penyakit, perbedaan iklim, kesalahan
sumberdaya manusia dan lain sebagainya.
Risiko yang ditimbulkan dari aspek kelembagaan diantaranya yaitu aturan
tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjadi kesulitan untuk
memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksinya.
Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya yaitu barang yang tidak
dapat dijual yang diakibatkan ketidakpastian mutu, permintaan rendah,
ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan dan
lain sebagainya, sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga yaitu harga
yang naik akibat dari adanya inflasi.
Risiko yang disebabkan karena kebijakan antara lain adanya suatu kebijakan
tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan
tarif ekspor.
Risiko yang ditimbulkan oleh risiko finansial meliputi adanya piutang tak
tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi
terhambat, putaran barang rendah, laba menurun karena terjadinya krisis
ekonomi dan lain-lain.

Kategori Risiko
Risiko jika dilihat dari sudut pandang terjadinya risiko, ada dua macam
risiko yaitu risiko keuangan dari operasional. Risiko keuangan adalah risiko yang
disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti harga, tingkat bunga, dan nilai
tukar. Sedangkan risiko opeasional adalah risiko-risiko yang disebabkan oleh
faktor-faktor non keuangan seperti manusia, teknologi dan alam. Suatu
perusahaan akan selalu dihadapkan dengan berbagai macam risiko operasional
seperti kualitas produk, produk yang rusak atau mati, bencana alam, hujan badai
dan lain-lain. Oleh sebab itu manusia, teknologi dan alam dapat dikatakan sebagai
sumber risiko.
Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalaisis
serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk
efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu perlu terlebih dahulu
memahami tentang konsep-konsep yang dapat memberi makna, cakupan yang
luas dalam rangka memahami proses manajemen tersebut. Hal ini sesuai dengan
definisi yang ditetapkan oleh (Darmawi 2005).
Cara-cara yang digunakan manajemen untuk menangani berbagai
permasalahan yang disebabkan oleh adanya risiko merupakan definisi manajemen
risiko menurut (Kountur 2008). Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh
kemampuan manajemen menggunkan berbagai sumberdaya yang ada untuk
mencapai tujuan perusahaan. Dengan adanya penanganan risiko yang baik, segala
kemungkinan kerugian yang dapat menimpa perusahaan dapat diminimalkan

13

sehingga biaya menjadi lebih kecil dan akhirnya perusahaan mendapatkan
keuntungan yang lebih besar. Selanjutnya kontur mengatakan dalam menangani
risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan
istilah proses pengelolaan risiko. Proses manajemen atau pengelolaan risiko dapat
dilakukan dengan mengindentifikasi risiko-risiko apa saja yang dihadapi oleh
perusahaan, kemudian mengukur risiko-risiko yang telah teridentifikasi untuk
mengetahui seberapa besar kemungkinan terjadinya risiko dan seberapa besar
konsekuensi dari risiko tersebut. Tahap berikutnya yaitu dengan menangani
risiko-risiko tersebut yang selanjutnya dilakukan evaluasi untuk mengetahui
sejauh mana manajemen risiko telah diterapkan. Proses pengelolaan risiko
perusahaan dapat dilihat di Gambar 2
Identifikasi Risiko

Evaluasi

Pengukuran Risiko

Penanganan Risiko
Gambar 2 Proses pegelolaan risiko perusahaan
Sumber : (Kountur 2008)

Ada beberapa cara menangani risiko menurut (Kountur 2008), yaitu dengan
cara menerima atau menghadapi risiko, mengendalikan risiko dan mengalihkan
risiko. Mengendalikan risiko yaitu mengelola risiko dengan meminimalkan risiko
melalui pencegahan, sedangkan mengalihkan risiko dapat dilakukan dengan
mengalihkan kepada pihak lain seperti asuransi, hedging, leasing, outsourcing dan
kontrak. Alternatif penanganan risiko pada produk pertanian dilakukan dengan
berbagai cara yaitu diversifikasi usaha, integrasi vertikal, kontrak produksi,
kontrak pemasaran, perlindungan nilai dan asuransi.
Pengukuran Risiko
Pengukuran risiko selalu mengacu pada dua ukuan yaitu probabilitas atau
tingkat keumungkinan atau dampak atau kuantitas risiko, yaitu ukuran mengenai
berapa besar akibat yang ditimbulkan bila risiko terjadi. Probabilitas merupakan
rentan yang sangat lebar, dari mendekati 0% (nyaris tidak akan terjadi), sampai
100% (nyaris terjadi). Probabilitas dinyatakan dalam persentase. Dampak juga
dinyatakan dalam rentangan. Dampak terkecil adalah mendekati Rp 0, dan
dampak terbesar sangat sulit dalam menentukan batas atasnya karena sangat
tergantung pada masing-masing risiko. Dampak risiko dapat berakibat langsung
maupun tidak langsung. Djohanputro (2008).
Menurut Darmawi (2010), setelah tahap identifikasi risiko selanjutnya risiko
diukur untuk mengetahui informasi yang akan membantu dalam menetapkan
kombinasi peralatan manajemen risiko yang cocok untuk digunakan. Informasi
yang diperlukan terkait dengan dua dimensi yang perlu diukur. Yaitu frekuensi
atau jumlah kerugian yang akan terjadi dan keparahan dari kerugian. Sedangkan

14

paling sedikit untuk masing-masing dimensi itu, yang ingin diketahui adalah ratarata nilai dalam periode anggaran, variasi nilai itu, dari satu periode anggaran ke
periode anggaran sebelum berikutnya. Dan dampak keseluruhan dari kerugiankerugian itu jika seandainya kerugian itu ditanggung sendiri.
Pemetaan Risiko
Menurut Kountur (2008) Probabilitas merupakan dimensi pertama yang
menyatakan tingkat kemungkinan status risiko terjadi. Semakin tinggi
kemungkinan risiko terjadi, maka semakin perlu mendapatkan perhatian.
Sebaliknya jika semakin rendah kemungkinan risiko terjadi, maka semakin rendah
perhatian yang diberikan. Ukuran probabilitas dibagi menjadi tiga kategori yaitu
tinggi, sedang, dan rendah.
Dimensi kedua yaitu dampak yang merupakan tingkat kegawatan atau biaya
yang terjadi jika risiko yang bersangkutan benar-benar terjadi kenyataan. Semakin
tinggi suatu damapk suatu risiko, maka akan semakin perlu mendapat perhatian
khusus. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah dampak yang terjadi akibat suatu
risiko maka semakin rendah perhatian yang perlu diberikan. Umumnya dimensi
dampak dibagi menjadi dua tingkat yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Matrik antara kedua dimensi menghasilkan empat kuadran utama. Kuadran I
merupakan area dengan tingkat probabilitas tinggi, dan berdampak kecil. Kuadran
II area dengan tingkat probabilitas yang sama dengan kuadran I yaitu probabilitas
tinggi, dan pada kuadran II memiliki dampak tinggi. Pada kuadran III memiliki
probabilitas rendah dan memiliki dampak kecil. Dan kuadran IV yaitu kudran
yang memiliki probabilitas rendah dan dampak tinggi.
Penanganan Risiko
Menurut Kountur (2006), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara
penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi
penanganan risiko, yaitu :
1.

Preventif
Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau
memperbaiki sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusia, dan (3)
Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2.

Mitigasi
Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk
memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi
dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat
besar.

a.

Diversifikasi
Diversifikasi adalah cara menempatkan aset atau harta dibeberapa tempat
sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menghabiskan
semua aset yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara
pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

15

b.

c.

Penggabungan
Penggabungan atau yang lebih dikenal dengan istilah merger menekankan
pola penanganan risiko pada kegiatan penggabungan dengan pihak
perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan
merger atau dengan melakukan akuisisi.

Pengalihan Risiko
Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penanganan risiko
dengan mengalihkan dampak dari risiko kepihak lain. Cara ini bermaksud
jika terjadi kerugian pada perusahaan maka yang menanggung kerugian
tersebut adalah pihak lain. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengalihkan dampak risiko ke pihak lain, diantaranya melalui asuransi,
leasing, outsourching, dan hedging.
Pengalihan risiko dapat dilakukan dengan cara mengasuransikan aset
perusahaan yang dampak risikonya besar sehingga jika terjadi kerugian
maka pihak asuransi yang akan menanggung kerugian yang dialami
perusahaan sesuai dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati oleh
pihak perusahaan dan pihak asuransi. Leasing adalah cara dimana aset
digunakan tetapi kepemilikannya adalah pihak lain. Jika terjadi sesuatu pada
aset tersebut maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset
tersebut.
Outsourching merupakan cara dimana pekerjaan diberikan kepada pihak
lain untuk mengerjakannya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan
tidak menanggung kerugian melainkan pihak yang melakukan pekerjaan
tersebutlah yang menanggung kerugiannya. Hedging merupakan cara
pengalihan risiko dengan mengurangi dampak risiko melalui transaksi
penjualan atau pembelian. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melakukan hedging adalah melalui forward contract, future contract,
option, dan swap.
Selain penanganan strategi menggunakan preventif dan strategi mitigasi,
peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea dapat melakukan
penanganan risiko dan juga meminimalisir risiko dengan 5 cara menurut Harwood
et al (1999), beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain :
1.
Diversifikasi usaha (enterprise diversification)
Diversifikasi adalah suatu strategi pengelolaan risiko yang sering
digunakan yang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Strategi
diversifikasi ini dilakukan dengan alasan bahwa apabila satu unit usaha
memiliki hasil yang rendah maka unit-unit usaha yang lain mungkin akan
memiliki hasil yang lebih tinggi.
2.
Integrasi vertikal (vertical integration)
Integrasi vertikal merupakan salah satu strategi dalam payung koordinasi
vertical yang meliputi seluruh cara yang mana output dari satu tahapan
produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Dari sisi petani,
keputusan untuk melakukan integrasi vertikal tergantung pada banyak
faktor, antara lain perubahan keuntungan dengan adanya integrasi vertikal,
risiko pada kuantitas dan kualitas pasokan input (atau output) sebelum dan
sesudah integrasi vertikal, dan faktor-faktor lainnya.

16

3.

4.

5.

6.

Kontrak produksi (production contract)
Kontrak produksi ini biasanya menetapkan dengan rinci suplai input
produksi oleh pembeli, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akan
diproduksi, dan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani.
Kontrak pemasaran (marketing contract)
Kontrak pemasaran berisikan perjanjian, baik secara tertulis maupun lisan,
antara pedagang dan produsen tentang penetapan harga dan penjualan suatu
komoditi sebelum panen atau sebelum komoditi siap dipasarkan.
Kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk
keputusan manajemen, seperti menentukan varietas benih, penggunaan input
dan kapan waktunya.
Perlindungan nilai (hedging)
Perlindungan nilai dilakukan untuk mengalihkan risiko pada pihak lain
yang lebih baik dalam manajemen risikonya melalui transaksi instrumen
keuangan.
Asuransi (insurance)
Asuransi adalah kontrak perjanjian pihak yang diasuransikan dengan
perusahaan. Perusahaan bersedia memberikan kompensasi atas kerugian
yang dialami pihak yang diasuransikan. Premi asuransi akan diterima oleh
pihak yang diasuransikan sebagai kompensasinya.
Kerangka Pemikiran Operasional

Dalam menjalankan usaha budidaya pembesaran ayam broiler kendala yang
dihadapi oleh peternak ayam broiler yang berada di Kecamatan Ciampea adalah
risiko produksi yang diindikasikan dengan adanya fluktuasi produksi hasil panen.
Faktor yang menjadi penyebab terjadinya risiko produksi dalam budidaya
pembesaran ayam broiler di Kecamatan Ciampea antara lain kondisi cuaca yang
sering berubah-rubah, serangan hama pada ayam DOC, serangan penyakit dan
kualitas DOC yang rendah. Kerugian akibat risiko produksi yang dialami adalah
jumlah produksi yang rendah.
Penelitian ini akan dilakukan ident