PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN BASIS SUKROSA (Dibuat Dengan Metode Granulasi Basah)

(1)

SKRIPSI

SHERLY DIAMA

PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP

MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK

TEMULAWAK (

Curcuma xanthorrhiza

Roxb.)

DENGAN BASIS SUKROSA

(Dibuat Dengan Metode Granulasi Basah)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2016


(2)

(3)

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “PENGARUH KADAR PVP K30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET

HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza) DENGAN BASIS

SUKROSA” untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik dalam menyelesaikan

Program Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari berbagai pihak

yang memberikan bimbingan, bantuan serta do’a sehingga penulis dapat

menyelesaikannya dengan baik. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar besarnya kepada:

1. Dr. H. Achmad Rajaram, Apt. Sebagai pembimbing I dan Dian Ermawati S.Farm., M.Farm., Apt. Sebagai pembimbing II yang telah tulus ikhlas dan penuh kesabaran, membimbing dan selalu meluangkan waktu maupun dorongan moral memberi arahan-arahan terbaik kepada saya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Drs. H. Achmad Inoni, Apt. dan Dra. Uswatun Chasanah. M.Kes., Apt sebagai tim penguji yang memberikan saran, masukan, dan kritik yang membangun terhadap skripsi yang telah saya kerjakan.

3. Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp.Kom. selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. selaku ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang.

5. Program Studi Farmasi berserta seluruh staf pengajar Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan selama saya mengikuti program sarjana.


(5)

(6)

vi

RINGKASAN

Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan ikon tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Rimpang temulawak mengandung senyawa Curcumin yang berkhasiat sebagai hepatoprotektor. Berdasarkan khasiat tersebut maka dilakukan penelitian untuk mengembangkan ekstrak rimpang temulawak menjadi sediaan tablet hisap yang memenuhi persyaratan farmasetik. Pembuatan tablet hisap merupakan upaya pengembangan tanaman obat agar lebih praktis dan efektif dalam penggunaannya. Tablet hisap yang dibuat menggunakan metode granulasi basah dengan penambahan PVP K30 sebagai bahan pengikat untuk meningkatkan kompaktibilitas serta kekerasan tablet. Sehingga, pada penelitian ini dilakukan pengamatan pengaruh kadar PVP K30 terhadap mutu fisik tablet hisap ekstrak rimpang temulawak. Pemberian kadar bahan pengikat yang berbeda diharapkan dapat memberikan mutu fisik tablet yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan pengaruh kadar PVP K-30 0%, 1%, 2%, 3% terhadap mutu fisik tablet hisap dengan basis sukrosa dan kadar PVP K-30 yang dibutuhkan untuk dapat membentuk tablet yang memenuhi persyaratan farmasetik.

Penelitian ini diawali dengan pembuatan ekstrak rimpang temulawak menggunakan metode maserasi dan dilanjutkan dengan uji identifikasi senyawa

Curcumin yang terkandung dalam ekstrak. Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa ekstrak rimpang temulawak benar mengandung senyawa Curcumin. Selanjutnya dilakukan uji identifikasi bahan tambahan tablet dengan menggunakan spektrofotometri inframerah. Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa bahan yang diperiksa adalah benar merupakan Sukrosa dan PVP K30.

Pembuatan tablet hisap ekstrak rimpang temulawak menggunakan metode granulasi basah dengan menggunakan alkohol. Granul yang dihasilkan akan diuji kandungan lengas, kadar fines dalam granul, uji kecepatan alir, sudut diam, dan uji kompaktibilitas. Pencetakan tablet dilakukan dengan kekuatan pengempaan 2 ton dilanjutkan dengan pemeriksaan mutu fisik tablet meliputi kekerasan, kerapuhan, dan waktu hancur tablet.

Dari uji yang dilakukan diketahui bahwa kandungan lembab F1, F2, F3, dan F4 memenuhi persyaratan 1-2%. Jumlah fines keempat formula telah memenuhi persyaratan <20%. Untuk kecepatan alir massa granul cetak untuk F1, F2, F3 dan F4 memiliki karakteristik mudah mengalir (4-10 gram/detik). Hasil uji kompaktibilitas menunjukan bahwa antara tekanan 1 ton dan 2 ton menghasilkan kekerasan yang semakin meningkat. Untuk mutu fisik tablet, kekerasan yang dihasilkan F3 dan F4 memenuhi persyaratan yaitu 10-20 kg, sedangkan F1 dan F2 <10 kg. Pada uji kerapuhan dan waktu melarut tablet hisap keempat formula memenuhi persyaratan yaitu <1% untuk kerapuhan tablet dan 5-10 menit untuk waktu hancur tablet hisap.

Hasil analisis statistik menunjukan adanya perbedaan bermakna dari masing-masing formula terhadap peningkatan kadar PVP K30. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi kadar pengikat yang ditambahkan akan meningkatkan kekerasan, waktu melarut dan mengurangi kerapuhan tablet hisap dari ekstrak rimpang temulawak.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iv

RINGKASAN ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 3

1.3Tujuan Penelitian ... 3

1.4Hipotesis ... 4

1.5Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1Tinjauan tentang Temulawak ... 5

2.1.1 Tinjauan tentang Kandungan Temulawak ... 6

2.2 Tinjauan tentang Ekstrak ... 9

2.2.1 Metode Ekstraksi ... 9

2.3 Tablet Hisap ... 10

2.3.1 Pembuatan Tablet dengan Metode Granulasi Basah ... 11

2.4 Tinjauan Tentang Bahan Tablet Hisap... 12

2.4.1 Sukrosa ... 12

2.4.2 PVPK-30 ... 13

2.4.3 Mg Stearat dan Talkum ... 14

2.4.4 PEG 6000 ... 14

2.4.5 Aspartam ... 14

2.5 Tinjauan Karakteristik Granul ... 15


(8)

vii

2.5.2 Kecepatan Alir Granul dan Sudut Diam ... 15

2.5.3 Penentuan % Kompresibilitas ... 16

2.5.4 Kadar Fines ... 17

2.5.5 Uji Kompaktibilitas ... 18

2.6 Tinjauan Mutu Fisik Tablet... 18

2.6.1 Kekerasan Tablet ... 18

2.6.2 Keregasan Tablet ... 19

2.6.3 Waktu Melarut ... 19

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 20

3.1 Uraian Kerangka Konseptual ... 20

3.2 Alur Kerangka Konseptual... 22

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1 Bahan Penelitian ... 23

4.2 Alat Penelitian ... 23

4.3 Rancangan Penelitian ... 23

4.4 Metode Penelitian ... 24

4.4.1 Pembuatan dan Pemeriksaan Ekstrak Temulawak ... 27

4.4.1.1 Pembuatan Ekstrak Temulawak dengan Metode Maserasi .... 27

4.4.1.2 Pemeriksaan Kualitatif Ekstrak Temulawak ... 27

4.4.1.3 Pemeriksaan Kuantitatif Ekstrak Temulawak ... 28

4.4.2 Pemeriksaan Kualitatif Eksipien ... 28

4.4.2.1 Uji Kualitatif PVP K-30 ... 28

4.4.2.2 Uji Kualitatif Sukrosa ... 28

4.4.3 Pemeriksaan Mutu Fisik Granul ... 28

4.4.3.1 Kecepatan Alir Granul dan Sudut Diam ... 28

4.4.3.2 Kandungan Lengas ... 29

4.4.3.4 Kadar Fines ... 29

4.4.3.5 Uji Kompresibilitas ... 29

4.4.3.6 Uji Kompaktibilitas ... 30


(9)

4.4.4.1 Kekerasan Tablet ... 30

4.4.4.2 Kerapuhan Tablet (Friability) ... 30

4.4.4.3 Waktu Melarut ... 31

4.5 Analisis Statistika ... 31

BAB V HASIL PENELITIAN ... 32

5.1 Pemeriksaan Ekstrak Temulawak ... 32

5.2 Pemeriksaan Kualitatif Bahan Tambahan ... 33

5.2.1 Pemeriksaan Kualitatif PVP K-30 ... 33

5.2.2 Pemeriksaan Kualitatif Sukrosa ... 33

5.3 Pemeriksaan Mutu Fisik Granul ... 34

5.4 Pemeriksaan Mutu Fisik Tablet ... 36

5.5 Analisis Statistik Mutu Fisik Tablet ... 38

5.5.1 Analisis Statistik Kekerasan Tablet ... 38

5.5.2 Analisis Statistik Kerapuhan Tablet ... 39

5.5.3 Analisis Statistik Waktu Larut Tablet ... 40

BAB VI PEMBAHASAN ... 42

BAB VII KESIMPULAN ... 46

7.1 Kesimpulan ... 46

7.2 Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Temulawak ... 6

Gambar 2.2 Struktur Kimia Kurkumin ... 8

Gambar 2.3 Struktur Kimia Tumeron ... 9

Gambar 2.4 Struktur Kimia Sukrosa ... 12

Gambar 2.5 Struktur Kimia Povidone ... 13

Gambar 2.6 Metode Pengukuran Sifat Alir dan Sudut Diam ... 16

Gambar 2.7 Friability Tester ... 19

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual ... 22

Gambar 4.1 Skema Metode Penelitian ... 26

Gambar 5.1 Histogram Pengaruh Tekanan Terhadap Uji Kompaktibilitas ... 35

Gambar 5.2 Histogram Pengaruh Tekanan Terhadap Kekerasan ... 37

Gambar 5.3 Histogram Pengaruh Tekanan Terhadap Kerapuhan ... 37


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Komponen Rimpang Temulawak... 6

Tabel II.2 Hubungan Indeks Kompresibilitas dan Kemampuan Alir ... 17

Tabel IV.1 Rancangan Formula Tablet Hisap Temulawak ... 24

Tabel V.1 Uji Kualitatif Ekstrak Temulawak ... 32

Tabel V.2 Uji Spektrofotometri ... 32

Tabel V.3 Hasil Pemeriksaan Spektrum Inframerah PVP K-30 ... 33

Tabel V.4 Hasil Pemeriksaan Spektrum Inframerah Sukrosa... 34

Tabel V.5 Hasil Uji Mutu Fisik Granul ... 35

Tabel V.6 Hasil Uji Mutu Fisik Tablet ... 36

Tabel V.7 Pengamatan Hasil Uji Kekerasan Tablet ... 38

Tabel V.8 Pengamatan Hasil Uji Tukey HSD Kekerasan Tablet ... 39

Tabel V.9 Pengamatan Hasil Uji Kerapuhan Tablet ... 39

Tabel V.10 Pengamatan Hasil Uji Tukey HSD Kerapuhan Tablet ... 40

Tabel V.11 Pengamatan Hasil Uji Waktu Larut Tablet ... 40


(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Biodata ... 51

Lampiran 2 Surat Pernyataan ... 52

Lampiran 3 Sertifikat Analisis Rimpang Temulawak... 53

Lampiran 4 Perhitungan Rendemen ... 54

Lampiran 5 Perhitungan Penimbangan Bahan ... 55

Lampiran 6 Perencanaan Penelitian ... 60

Lampiran 7 Sertifikat Analisi PVP K-30 ... 62

Lampiran 8 Preparasi Ekstrak Temulawak ... 63

Lampiran 9 Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Temulawak ... 64

Lampiran 10 Hasil FT IR PVP K-30 ... 65

Lampiran 11 Hasil FT IR Sukrosa ... 67

Lampiran 12 Hasil Uji Mutu Fisik Granul ... 69

Lampiran 13 Hasil Uji Mutu Fisik Tablet ... 75

Lampiran 14 Hasil Analisis Kekerasan ... 78

Lampiran 15 Hasil Analisis Kerapuhan ... 80

Lampiran 16 Hasil Analisis Waktu Larut ... 82

Lampiran 17 Foto Granul Ekstrak Temulawak... 84

Lampiran 18 Foto Tablet Ekstrak Temulawak ... 85

Lampiran 19 Tabel Gugus Fungsi FT IR ... 86

Lampiran 20 Tabel F Probabiliti ... 88


(13)

DAFTAR SINGKATAN

α = alpha

β = beta

λ = lamda % = persen

° C = derajat celcius µl = mikroliter cm = sentimeter dt = detik

CMC – Na = Natrium– Carboxymethyle Cellulose g = gram

HPMC = Hydroxypropyl methylcellulose Kg = kilogram

KBr = Kalsium Bromida MC = moisture content Mg Stearat = Magnesium Stearat ml = mililiter

mm = milimeter mol = molar nm = nanometer PEG = Polyethilenglicol pH = potensial hidrogen PVP = Polivinil Piridone Rf = Faktor Retansi rpm = Rotation Per Minute SD = standar devisiasi


(14)

xiii

SGPT = Serum Glutamic Pyruvic Transaminase SGOT =Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Goeswin. 2008. Pengembangan Sediaan Farmasi. Edisi Revisi dan

Perluasan. Bandung. ITB

Agoes, Goeswin. 2009. Teknologi Bahan Alam. Edisi Revisi dan Perluasan. Bandung. ITB

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat. Bandung: ITB

Allen, L. V. Jr., Popovich, N. G., and Ansel, H.C. 2005. Ansel’s Pharmaceutical

Dosage Form and Drug Delivery System. Eight Edition. Lippincot Williams

and Wilkins, Philadelphia.

Anggoro, Dwimas, Rajian Sobri Rezki, dan Siswarni M. S. 2015. Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Menggunakan Etanol. Jurnal Teknik Kimia USU. Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara. Medan. Vol 4

Ansel, H. C., 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : UI-Press.

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat. Jakarta: UI-Press

Aspamuvita, Nuroh, dkk. 2013. Efek Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb) Terhadap Memori Spasial Tikus Model Demensia yang Diinduksi Trimethyltin. Pharmaciana. Fakultas Farmasi. Universitas Ahmad Dahlan. Yogyakarta. Vol 3.

Aulton, M., and Summers M. 2002. Tablet and Compaction in: Pharmaceutics

The Sciences of Dosage From Design. 2th. Churchill Livingstone:

Philadelphia.

Azizah, Barokati, dkk. 2013. Standarisasi Parameter Non Spesifik dan Perbandingan Kadar Kurkumin Ekstrak Etanol dan Ekstrak Terpurifikasi Rimpang Kunyit.

Jurnal Ilmiah Kefarmasian. Fakultas Farmasi. Universitas Ahmad Dahlan.


(16)

xv

BPOM. 2005. InfoPom: Gerakan Minum Temulawak. Badan POM RI. Vol 6 Bugay, D. E., and Findly, P. W., 1999. Pharmateutical Exepien : Characteristic by

IR, Rahman, and NMR Spectroscopy (Drug and Pharmateutical sciencs).

Banakar, U.V. 1992. Pharmaceutical Dissolution Testing. Marcel Dekker Inc. New York.

Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta : Trubus Agriwidya.

Dayanti, R., dan Suyatno., 2012. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bagian

Batang Tumbuhan Paku Nephrolepis Radicans (Burm.) KUHN.UNESA

Journal of Chemistry Vol. 1, No. 1.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi

Ketiga. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Ilmu Resep Teori: Jilid II. Departemen Kesehatan RI: Jakarta

Devaraj, S., dkk, 2010. Evaluation Pd the Hepatoprotective Activity of Standardized Ethanolic Extract of Curcuma xanthorhiza Roxb. Journal of Medicinal

Plants Research. University Sains Malaysia. Malaysia. Vol. 4.

Itokawa H, Hirayama F, Takeya K. 1985. Studies on the antitumor bisabolane

sesquiterpenoids isolated from Curcuma xanthorrhiza. Chem Pharm

Bull33:3488-3492.

King, Robert E. 1980. Tablets, Capsules, and Pills, in Osol A, Chase G. D., Gennaro A. R., Gibson M. R., Granberg C. B., Harvey S. C., King R. E., Martin A. N., Swinyard E. A., Zink G. L. Remington’s Pharmaceutical

Sciences 16th Edition, Volume 2. Mack Publishing Company: Easton.

Kusumopradono, 1990. Perubahan Warna Kurkumin pada Pelbagai pH. Laporan


(17)

Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman, and Joseph L. Kanig. 2012. Teori dan

Praktek Farmasi Industri. Edisi Pertama. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta

Martin, A. 1993. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu

Farmasetik. Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta

Mathews, V. V., P. Binu, M. V. Saugant, Paul, M. Abhilash, Alex Manju, and R. Harikumaran, Nair. 2012. Hepatoprotective Efficacy of Curcumin Against Arsenic Trioxide Toxicity. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. Mahatma Gandhi University. India.

Mendes, R. W., and Bhargava H. 2007. Lozenges in: Swarbirick, James.

Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition, Volume 4.

Marcel Dekker Inc: New York.

Moelyono, M. W. 2007. Temulawak Ikon Obat Herbal Indonesia.

http://blogs.unpad.ac.id/moelyono/2007/09/21 (diakses tanggal 18 Januari 2016).

Mohammad, R., Ahmad, M., Daud, J.M., 2007. Potensi Kurkumin Sebagai

Penunjuk pH Semula jadi Untuk Pembangunan Sensor Optik pH.

M.J.A.S II.

Muktamar, T. R. 2007. Pengaruh Penambahan PVP (Polivinil Pirolidon) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik dan Profil Disolusi Tablet

Parasetamol dengan Metode Granulasi Basah. Surakarta: Skripsi Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nugrahani, I., Rahmat, H., dan Djajadisastra, J., 2005, Karakteristik Granul dan Tablet Propanol Hidroklorida dengan Metode Granulasi Peleburan. Majalah

Ilmu Kefarmasian. Vol. II, No. 2. FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.

Peters, D. 1989. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceuties. 3 Rd Edition. Burgess Publishing Company. Mineapolis.


(18)

xvii

Parthasarathy VA, Chempakam B, Zachariah TJ. 2008. Chemistry of Spices. CABI. Oxford.

Ravindran, P. N., K. Nirmal Abu, Ana K. Sivaraman. 2007. Tumeric The Genus Curcuma (Medicinal and Aromatic Plants).Taylor and Francis Group. New York.

Rivera, Espinoza Yadira, and Pablo Muriel. 2009. Pharmacological Actions of Curcumin in Liver Diseases or Damage. Liver International. Mexico

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Weller, P. J. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipient. Sixth Edition. The Pharmaceutical Press and The American

Pharmaceutical Association. London.

Rukmana, Ir. Rahmat. 1995. Temulawak: Tanaman Rempah dan Obat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sidik, Mulyono MW, Mutadi A. 1995. Temulawak (Curcuma Xanthorriza Robx). Jakarta : Phyto Medika.

Stankovic, I. 2004. Curcumin. Chemical and Technical Assessment (CTA). FAO. p.1-8.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta : Bandung.

Yohana, Anis, Chaerunisa, dkk. 2009. Farmasetika Dasar: Konsep Teoritis dan

Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjajaran: Bandung.

Zahro, Laely, dkk. 2009. Profil Tampilan Fisik dan Kandungan Kurkuminoid dari Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada Beberapa Metode Pengeringan. Jurnal Sains dan Matematika. Volume 17

Zebua, Nur Imam. 2011. Aktifitas Hambatan Gabungan Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Va), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb), dan Lempuyang (Zingiber zerumbet) Terhadap Proliferasi Sel Kanker Usus Besar HCT.Bogor


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Di Indonesia bahan alam yang digunakan dalam pengobatan menunjukkan peningkatan dalam penggunaannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat percaya terhadap khasiat dari obat yang berasal dari tanaman. Pemanfaatan obat herbal di Indonesia sudah cukup luas, meskipun masih terbatas penggunaannya. Produk tanaman obat dari tahap pertama yaitu simplisia berubah posisi menjadi ekstrak yang digunakan sebagai bahan dasar obat dari produk sediaan.

Temulawak merupakan salah satu tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat atau bahan obat. Temulawak secara empiris banyak digunakan sebagai obat tunggal maupun campuran. Temulawak memiliki kandungan utama yaitu kurkumin dan minyak atsiri tumeron dimana kurkumin mempunyai khasiat sebagai heptoprotektor dan minyak atsiri tumeron sebagai antiinflamasi (BPOM RI, 2005). Mekanisme kurkumin sebagai hepatoprotektif terjadi karena efek kurkumin sebagai antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar ion superoksida (O2-) (Raviera et al, 2009).

Temulawak yang dikenal dikalangan masyarakat sebagai obat herbal penggunaannya mengalami perkembangan. Dari hal tersebut dilakukan pengembangan produk sediaan temulawak yang awal mula hanya digunakan dalam bentuk obat tradisional yang belum mempunyai jaminan pengendalian kualitas menjadi sediaan fitofarmaka yang sudah terbukti khasiatnya. Hal ini juga memicu perkembangan bentuk sediaan yang lebih praktis dan efisien. Saat ini sudah banyak bentuk sediaan ekstrak rimpang temulawak yang beredar di pasaran seperti syrup, tablet dan serbuk effervescent. Perkembangan bentuk sediaan farmasi berjalan terus-menerus kearah yang lebih modern agar memudahkan dan mencapai tujuan dari pengobatan tersebut dengan ditemukannya formulasi tablet hisap


(20)

2

Tablet hisap (lozenges) merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut (Syamsuni, 2006). Tablet hisap ini memiliki keuntungan dari sediaan yang telah beredar dipasaran. Keuntungan dari tablet hisap sendiri sangat mudah untuk di konsumsi, praktis mudah dibawa dan memiliki rasa yang manis.

Tablet hisap dapat dibuat dengan cara peleburan atau dengan cara kempa. Metode pengempaan merupakan yang paling sering digunakan oleh industri farmasi untuk membuat tablet hisap. Pengempaan ini dilakukan dengan metode granulasi basah (Ansel, 2008). Hal ini sangat tergantung dengan sifat ekstrak temulawak yang akan diformulasi. Ekstrak temulawak memiliki sifat alir dan kompatibilitas yang jelek. Penggunaaan metode granulasi basah pada proses pembuatan tablet hisap dengan bahan aktif kurkumin pada sifat alir yang kurang baik sangat efektif. Metode ini dapat meningkatkan homogenitas kurkumin, namun perlu diperhatikan suhu kestabilannya pada saat proses pengeringan.

Dalam pembuatan tablet hisap pada umumnya memiliki bahan dasar yang manis. Bahan dasar yang biasa digunakan sukrosa, manitol, sorbitol dan dekstrosa. Penambahan bahan ini diharapkan dapat memberikan rasa manis pada tablet hisap ini. Jika rasa manis dari bahan tersebut tidak bisa menutupi rasa yang kurang enak dari ekstrak temulawak bisa ditambahkan pemanis lain sebagai alternatif untuk menutupi rasa dari ekstrak temulawak. Pada penelitian ini digunakan bahan pengisi sukrosa dan pemanis tambahan aspartam. Sukrosa memiliki rasa manis yang cukup, sifat alir yang baik, dan dapat membentuk ikatan yang kuat sehingga dapat mneingkatkan kekerasan tablet hisap. Tablet hisap diinginkan dapat melarut dalam mulut, dilihat dari sifat ekstrak temulawak sendiri praktis tidak larut dalam air sehingga daya ikat ekstrak sulit yang dikarenakan mengandung minyak atsiri sehingga perlu dilakukan peningkatan optimasi untuk mendapatkan bahan pengikat yang sesuai. (Ravindran et al, 2007). Pada pengembangan formula perlu ditambahkan bahan untuk mempengaruhi


(21)

3

kelarutannya seperti PEG 6000. Pada pengembangan formula ini perlu ditambahkan PEG 6000 untuk mempengaruhi kelarutannya.

Selain itu pembuatan tablet hisap perlu bahan tambahan seperti bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan yaitu PVP K-30, gelatin, HPMC, CMC-Na, dan metil selulose. Pada penelitian ini bahan pengikat yang digunakan adalah PVP (Polivinil Piridone) K-30. Rentang konsentrasi yang digunakan untuk bahan pengikat sekitar 0.5-5%. PVP K-30 ditambahkan ke campuran bubuk dalam bentuk kering dengan penambahan air , alkohol , atau solusi hydroalcoholic (Rowe et al, 2009). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan formulasi tablet hisap yaitu 0%, 1%, 2% dan 3%. Dengan adanya bahan pengikat yang dicampur dengan bahan yang lain secara basah diharapkan dapat terdispersi secara merata dan didapatkan campuran bahan yang baik dan homogen, sehingga tablet hisap yang dihasilkan memiliki kekerasan dan kerapuhan yang cukup. PVP K-30 juga memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan menghasilkan daya kompaktibilitas lebih baik (Muktamar, 2007).

Berdasarkan pertimbangan dan hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh PVP K-30 sebagai pengikat tablet hisap ekstrak temulawak sebagai hepatoprotektor terhadap kekerasan, kerapuhan dan waktu melarut tablet dengan basis sukrosa yang memenuhi persyaratan.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh kadar bahan pengikat PVP K-30 0%, 1%, 2%, 3% terhadap kekerasan, kerapuhan dan waktu larut tablet hisap ekstrak temulawak dengan basis sukrosa dan berapa kadar PVP K-30 yang dibutuhkan untuk dapat membentuk tablet yang memenuhi persyaratan farmasetik ?

1.3Tujuan Penelitian

Menentukan pengaruh kadar PVP K-30 0%, 1%, 2%, 3% terhadap mutu fisik tablet hisap dengan basis sukrosa dan berapa kadar PVP K-30 yang dibutuhkan untuk dapat membentuk tablet yang memenuhi persyaratan farmasetik.


(22)

4

1.4Hipotesis

Adanya perubahan kadar pengikat PVP K-30 dapat meningkatkan mutu fisik tablet hisap. Peningkatan kadar PVP K-30 dapat meningkatkan kekerasan, mengurangi kerapuhan, dan memperlambat waktu larut tablet hisap ekstrak temulawak.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang formulasi tablet hisap ekstrak temulawak dengan bahan pengikat PVP K-30 yang meningkatkan mutu fisik tablet hisap sehingga dapat memenuhi persyaratan.


(1)

Lachman, Leon, Herbert A. Lieberman, and Joseph L. Kanig. 2012. Teori dan

Praktek Farmasi Industri. Edisi Pertama. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta

Martin, A. 1993. Farmasi Fisik: Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu

Farmasetik. Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta

Mathews, V. V., P. Binu, M. V. Saugant, Paul, M. Abhilash, Alex Manju, and R. Harikumaran, Nair. 2012. Hepatoprotective Efficacy of Curcumin Against Arsenic Trioxide Toxicity. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. Mahatma Gandhi University. India.

Mendes, R. W., and Bhargava H. 2007. Lozenges in: Swarbirick, James.

Encyclopedia of Pharmaceutical Technology Third Edition, Volume 4.

Marcel Dekker Inc: New York.

Moelyono, M. W. 2007. Temulawak Ikon Obat Herbal Indonesia. http://blogs.unpad.ac.id/moelyono/2007/09/21 (diakses tanggal 18 Januari 2016).

Mohammad, R., Ahmad, M., Daud, J.M., 2007. Potensi Kurkumin Sebagai

Penunjuk pH Semula jadi Untuk Pembangunan Sensor Optik pH.

M.J.A.S II.

Muktamar, T. R. 2007. Pengaruh Penambahan PVP (Polivinil Pirolidon) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik dan Profil Disolusi Tablet

Parasetamol dengan Metode Granulasi Basah. Surakarta: Skripsi Fakultas

Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Nugrahani, I., Rahmat, H., dan Djajadisastra, J., 2005, Karakteristik Granul dan Tablet Propanol Hidroklorida dengan Metode Granulasi Peleburan. Majalah

Ilmu Kefarmasian. Vol. II, No. 2. FMIPA Universitas Indonesia, Jakarta.

Peters, D. 1989. Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceuties. 3 Rd Edition. Burgess Publishing Company. Mineapolis.


(2)

Ravindran, P. N., K. Nirmal Abu, Ana K. Sivaraman. 2007. Tumeric The Genus Curcuma (Medicinal and Aromatic Plants).Taylor and Francis Group. New York.

Rivera, Espinoza Yadira, and Pablo Muriel. 2009. Pharmacological Actions of Curcumin in Liver Diseases or Damage. Liver International. Mexico

Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Weller, P. J. 2009. Handbook of Pharmaceutical

Excipient. Sixth Edition. The Pharmaceutical Press and The American

Pharmaceutical Association. London.

Rukmana, Ir. Rahmat. 1995. Temulawak: Tanaman Rempah dan Obat. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sidik, Mulyono MW, Mutadi A. 1995. Temulawak (Curcuma Xanthorriza Robx). Jakarta : Phyto Medika.

Stankovic, I. 2004. Curcumin. Chemical and Technical Assessment (CTA). FAO. p.1-8.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Penerbit Alfabeta : Bandung.

Yohana, Anis, Chaerunisa, dkk. 2009. Farmasetika Dasar: Konsep Teoritis dan

Aplikasi Pembuatan Obat. Widya Padjajaran: Bandung.

Zahro, Laely, dkk. 2009. Profil Tampilan Fisik dan Kandungan Kurkuminoid dari Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Pada Beberapa Metode Pengeringan. Jurnal Sains dan Matematika. Volume 17

Zebua, Nur Imam. 2011. Aktifitas Hambatan Gabungan Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica Va), Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb), dan Lempuyang (Zingiber zerumbet) Terhadap Proliferasi Sel Kanker Usus Besar HCT.Bogor


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Di Indonesia bahan alam yang digunakan dalam pengobatan menunjukkan peningkatan dalam penggunaannya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat percaya terhadap khasiat dari obat yang berasal dari tanaman. Pemanfaatan obat herbal di Indonesia sudah cukup luas, meskipun masih terbatas penggunaannya. Produk tanaman obat dari tahap pertama yaitu simplisia berubah posisi menjadi ekstrak yang digunakan sebagai bahan dasar obat dari produk sediaan.

Temulawak merupakan salah satu tumbuhan yang banyak digunakan sebagai obat atau bahan obat. Temulawak secara empiris banyak digunakan sebagai obat tunggal maupun campuran. Temulawak memiliki kandungan utama yaitu kurkumin dan minyak atsiri tumeron dimana kurkumin mempunyai khasiat sebagai heptoprotektor dan minyak atsiri tumeron sebagai antiinflamasi (BPOM RI, 2005). Mekanisme kurkumin sebagai hepatoprotektif terjadi karena efek kurkumin sebagai antioksidan yang mampu menangkap ion superoksida dan memutus rantai antar ion superoksida (O2-) (Raviera et al, 2009).

Temulawak yang dikenal dikalangan masyarakat sebagai obat herbal penggunaannya mengalami perkembangan. Dari hal tersebut dilakukan pengembangan produk sediaan temulawak yang awal mula hanya digunakan dalam bentuk obat tradisional yang belum mempunyai jaminan pengendalian kualitas menjadi sediaan fitofarmaka yang sudah terbukti khasiatnya. Hal ini juga memicu perkembangan bentuk sediaan yang lebih praktis dan efisien. Saat ini sudah banyak bentuk sediaan ekstrak rimpang temulawak yang beredar di pasaran seperti syrup, tablet dan serbuk effervescent. Perkembangan bentuk sediaan farmasi berjalan terus-menerus kearah yang lebih modern agar memudahkan dan mencapai tujuan dari pengobatan tersebut dengan ditemukannya formulasi tablet hisap


(4)

Tablet hisap (lozenges) merupakan sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-lahan dalam mulut (Syamsuni, 2006). Tablet hisap ini memiliki keuntungan dari sediaan yang telah beredar dipasaran. Keuntungan dari tablet hisap sendiri sangat mudah untuk di konsumsi, praktis mudah dibawa dan memiliki rasa yang manis.

Tablet hisap dapat dibuat dengan cara peleburan atau dengan cara kempa. Metode pengempaan merupakan yang paling sering digunakan oleh industri farmasi untuk membuat tablet hisap. Pengempaan ini dilakukan dengan metode granulasi basah (Ansel, 2008). Hal ini sangat tergantung dengan sifat ekstrak temulawak yang akan diformulasi. Ekstrak temulawak memiliki sifat alir dan kompatibilitas yang jelek. Penggunaaan metode granulasi basah pada proses pembuatan tablet hisap dengan bahan aktif kurkumin pada sifat alir yang kurang baik sangat efektif. Metode ini dapat meningkatkan homogenitas kurkumin, namun perlu diperhatikan suhu kestabilannya pada saat proses pengeringan.

Dalam pembuatan tablet hisap pada umumnya memiliki bahan dasar yang manis. Bahan dasar yang biasa digunakan sukrosa, manitol, sorbitol dan dekstrosa. Penambahan bahan ini diharapkan dapat memberikan rasa manis pada tablet hisap ini. Jika rasa manis dari bahan tersebut tidak bisa menutupi rasa yang kurang enak dari ekstrak temulawak bisa ditambahkan pemanis lain sebagai alternatif untuk menutupi rasa dari ekstrak temulawak. Pada penelitian ini digunakan bahan pengisi sukrosa dan pemanis tambahan aspartam. Sukrosa memiliki rasa manis yang cukup, sifat alir yang baik, dan dapat membentuk ikatan yang kuat sehingga dapat mneingkatkan kekerasan tablet hisap. Tablet hisap diinginkan dapat melarut dalam mulut, dilihat dari sifat ekstrak temulawak sendiri praktis tidak larut dalam air sehingga daya ikat ekstrak sulit yang dikarenakan mengandung minyak atsiri sehingga perlu dilakukan peningkatan optimasi untuk mendapatkan bahan pengikat yang sesuai. (Ravindran et al, 2007). Pada pengembangan formula perlu ditambahkan bahan untuk mempengaruhi


(5)

3

kelarutannya seperti PEG 6000. Pada pengembangan formula ini perlu ditambahkan PEG 6000 untuk mempengaruhi kelarutannya.

Selain itu pembuatan tablet hisap perlu bahan tambahan seperti bahan pengikat. Bahan pengikat yang biasa digunakan yaitu PVP K-30, gelatin, HPMC, CMC-Na, dan metil selulose. Pada penelitian ini bahan pengikat yang digunakan adalah PVP (Polivinil Piridone) K-30. Rentang konsentrasi yang digunakan untuk bahan pengikat sekitar 0.5-5%. PVP K-30 ditambahkan ke campuran bubuk dalam bentuk kering dengan penambahan air , alkohol , atau solusi hydroalcoholic (Rowe et al, 2009). Konsentrasi yang digunakan dalam pembuatan formulasi tablet hisap yaitu 0%, 1%, 2% dan 3%. Dengan adanya bahan pengikat yang dicampur dengan bahan yang lain secara basah diharapkan dapat terdispersi secara merata dan didapatkan campuran bahan yang baik dan homogen, sehingga tablet hisap yang dihasilkan memiliki kekerasan dan kerapuhan yang cukup. PVP K-30 juga memiliki sifat alir yang baik, sudut diam minimum, dan menghasilkan daya kompaktibilitas lebih baik (Muktamar, 2007).

Berdasarkan pertimbangan dan hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh PVP K-30 sebagai pengikat tablet hisap ekstrak temulawak sebagai hepatoprotektor terhadap kekerasan, kerapuhan dan waktu melarut tablet dengan basis sukrosa yang memenuhi persyaratan.

1.2Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh kadar bahan pengikat PVP K-30 0%, 1%, 2%, 3% terhadap kekerasan, kerapuhan dan waktu larut tablet hisap ekstrak temulawak dengan basis sukrosa dan berapa kadar PVP K-30 yang dibutuhkan untuk dapat membentuk tablet yang memenuhi persyaratan farmasetik ?

1.3Tujuan Penelitian

Menentukan pengaruh kadar PVP K-30 0%, 1%, 2%, 3% terhadap mutu fisik tablet hisap dengan basis sukrosa dan berapa kadar PVP K-30 yang dibutuhkan untuk dapat membentuk tablet yang memenuhi persyaratan farmasetik.


(6)

1.4Hipotesis

Adanya perubahan kadar pengikat PVP K-30 dapat meningkatkan mutu fisik tablet hisap. Peningkatan kadar PVP K-30 dapat meningkatkan kekerasan, mengurangi kerapuhan, dan memperlambat waktu larut tablet hisap ekstrak temulawak.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang formulasi tablet hisap ekstrak temulawak dengan bahan pengikat PVP K-30 yang meningkatkan mutu fisik tablet hisap sehingga dapat memenuhi persyaratan.


Dokumen yang terkait

PENGARUH KADAR CMC-Na TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

3 39 24

PENGARUH KADAR HPMC 2910 3 CPS TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

0 43 22

PENGARUH KADAR PVP K 30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

0 32 24

PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN BASIS MANITOL (Dibuat Dengan Metode Granulasi Basah)

0 2 19

PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK WORTEL (Daucus carota L.) DENGAN BASIS SUKROSA (Dibuat dengan Metode Granulasi Basah)

0 26 19

PENGARUH PVP K30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK DAUN SALAM KOJA (Murraya koenigii) DENGAN BASIS MANITOL (Dibuat Dengan Metode Granulasi Basah)

2 28 22

PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) DENGAN BASIS SORBITOL (Dibuat Dengan Metode Granulasi Basah)

0 3 20

PENGARUH KADAR NATRIUM ALGINAT TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

0 9 23

PENGARUH KADAR GOM ARAB TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza. Roxb) DENGAN BASIS MANITOL

2 42 22

PENGARUH KADAR PVP K-30 TERHADAP MUTU FISIK TABLET HISAP PERASAN RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) DENGAN BASIS MANITOL (Dibuat Dengan Metode Granulasi Basah)

0 3 19