Analisis Karakteristik Individu, Perilaku Komunikasi, dan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi (Studikasus: Desa Marjandi Pisang Kecamatan Panombean Panei, KabupatenSimalungun)

(1)

ANALISIS KARATERISTIK INDIVIDU, PERILAKU

KOMUNIKASI DAN JENIS MEDIA TERHADAP PEMAHAMAN

PETANI TENTANG PUPUK BERSUBSIDI

(Studikasus: Desa Marjandi Pisang Kecamatan Panombean Panei, KabupatenSimalungun)

SKRIPSI

OLEH :

ERA REJEKI A PURBA 100304130

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS KARATERISTIK INDIVIDU, PERILAKU

KOMUNIKASI DAN JENIS MEDIA TERHADAP PEMAHAMAN

PETANI TENTANG PUPUK BERSUBSIDI

(Studi Kasus: Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei, Kabupaten Simalungun)

SKRIPSI OLEH:

ERA REJEKI A PURBA 100304130

AGRIBISNIS

Skripsi Adalah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjan Pertanian di Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Diketahui oleh: Komisi pembimbing

Ketua Anggota

(Ir.Luhut Sihombing, MP) (Ir. Hasman Hasyim, MSi) NIP: 196510081992031001 NIP: 1954111111981031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

ERA REJEKI A PURBA (100304130) dengan judul Analisis Karakteristik Individu, Perilaku Komunikasi, dan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. Hasman Hasyim, MSi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rona perilau komunikasi di daerah penelitian, untuk mengetahui hubungan karakteristik individu petani terhadap keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi, untuk mengetahui apa dan bagaimana jenis media komunikasi yang dimanfaatkan petani untuk memperoleh pupuk bersubsidi di daerah penelitian, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh karakteristik individu perilaku komunikasi dan jenis media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis korelasi rank spearman dan metode analisis regresi linear berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable umur, tingkat pendidikan, lama bertani, perilaku komunikasi, dan jenis media secara serempak berpengaruh nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi. Secara parsial variabel lama bertani dan jenis media berpengaruh nyta terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi, sedangkan umur, tingkat pendidikan, dan perilaku komunikasi berpengaruh tidak nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.


(4)

ABSTRAK

Era Rejeki Adiatma Purba Sigumonrong (100304130) dengan judul skripsi “ANALISIS KARAKTERISTIK INDIVIDU PETANI, PERILAKU KOMUNIKASI DAN JENIS

MEDIA TERHADAP PEMAHAMN PETANI TENTANG PUPUK BERSUBSIDI”. Studi

kasus di Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei, kabupaten Simalungun. Penelitian ini di bimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hasman Hasyim, MSi, sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi yang dimanfaatkan oleh petani padi sawah, karateistik individu petani ( umur, tingkat pendidikan dan lama bertani) perilaku komunikasi, jenis media ( instrument teknologi dan interaksi petani) . Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (puposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan desa dengan produktivitas padi sawah tertinggi di kabupaten Simalungun. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu menggunakan rumus slovin dengan jumlah sampel 63 petani padi sawah. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu Metode Regresi Linear Berganda, Metode Data Statistik dan Korelasi Rank Spearman.

Dari penelitian diperoleh hasil yaitu Rona Perilaku Komunikasi Petani Di daerah penelitian tinggi. Adanya Hubungan karakteristik individu petani ( umur ) dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi, adanya hubungan lama bertani dengan tingkat keberhasilan peneriamaan pupuk bersubsidi sedangkan ttingkat keberhasilan tidak memiliki hubungan yang nyata. Jenis media yang sering dimanfaatkan petani padi sawah dalam menambah pemahamn mereka tentang pupuk bersubsidi guna meningkatkan usaha tani mereka adalah tim penyuluh dari merintah dan teman sesame petani, secara serempak karakteristik individu, perilaku komunikasi dan jenis media memiliki penyanguh nyata dalam pemahamn petani tentang pupuk bersubsidi. Secara parsial variable lama bertani dan jenis media memiliki pengaruh nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi, sedangkan umur, tingkat pendidikan perilaku komunikasi tidak memberikan pengaruh yang nyata.


(5)

RIWAYAT HIDUP

ERA REJEKI A PURBA lahir di Pematang Raya pada tanggal 9 Oktober 1992 anak dari Bapak DJ Hotman Sigumonrong dan Ibu Edinta Rolasma Lumbangaol. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1998 masuk Sekolah Dasar Negeri 091346 Pematang Raya tamat tahun 2004. 2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Pematang Raya tahun 2007. 3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pematang Siantar tamat tahun 2010. 4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juli-Agustus 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Alur Hitam, Kecamatan Secure Selatan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih setiaNya serta kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul ini adalah Analisis karakteristik individu , perilaku komunikasi dan jenis

media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi. Tujuan dari penulisan

skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Luhut Sihombing MP selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Ir

Hasman Hasyim Msi sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi. 5. Segala hormat dan terima kasih khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Dj.

Hotman Purba Sigumonrong dan Ibunda Edinta Rolasma Marbun atas kasih

sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis.


(7)

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan semoga dapat berguna bagi pembaca dan khususnya bagi penulis pribadi.

Medan, desember 2015


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

1.5 keaslian Penelitian...6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Karakteristik Individu Petani Indonesia ... 8

2.1.2 Perilaku Komunikasi ... 21

2.1.3 Perkembangan Jenis Media Komunikasi ... 13

2.1.4 Kebijakan Pupuk Bersubsidi di Indonesia ... 17

2.1.5 Penelitian Sebelumnya ... 20

2.2 LandasanTeori ... 24

2.2.1 Teori Karakteristik Individu ... 24

2.2.2 Teori Perilaku Komunikasi Terhadap Pemanfaatannya ... 25

2.2.3 Hubungan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani ... 26

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Media ... 26

2.3 Kerangka Pemikiran ... 27

2.4 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian... 31

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 31

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 32


(9)

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 38

3.5.1 Definisi Operasional ... 38

3.5.2 Batasan Operasional ... 39

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN 4.1 Profil, Sejarah, dan Luas Desa Marjandi Pisang ... 41

4.2 Tata Guna Lahan ... 41

4.3 Keadaan Penduduk ... 42

4.4 Sarana dan Prasarana Desa Marjandi pisang ... 43

4.5 Karakteristik Sampel ... 44

4.5.1 Distributor Pupuk di Desa Marjandi Pisang ... 44

4.5.2 Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi ... 46

4.5.3 Petani Padi Sawah ... 46

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Rona Perilaku Komunikasi di Daerah Penelitian ... 47

5.2 Hubungan Karakteristik (Umur, Tingkat Pendidikan, dan Lama Bertani) terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi ... 51

5.2.1 Hubungan Karakteristik (Umur) terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi ... 54

5.2.2 Hubungan Karakteristik (Tingkat Pendidikan) terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi ... 57

5.2.3 Hubungan Karakteristik (Lama Bertani) terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi ... 59

5.3 Jenis Media Komunikasi yang Dimanfaatkan di Daerah Penelitian ... 60

5.4 Pengaruh Karakteristik Individu, Perilaku Komunikasi dan Jenis Media terhadap Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi ... 63

5.4.1 Karateristik Individu ... 63

5.4.2 Perilaku Komunikasi ... 64

5.4.3 Jenis Media ... 65

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 71

6.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

NO Judul Halaman

1 Data Harga Pupuk Bersubsidi 3 2 Data Umur Produktif Petani Indonesia 8

3 Kerangka Pemikiran 25

4 Tata Guna Lahan Menurut Penggunaannya Desa Marjandi Pisang Tahun 2013

39 5 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Marjandi

Pisang Tahun 2013

39 6 Sarana Peribadatan Desa Marjandi Pisang 40 7 Sarana Pendidikan Desa Marjandi Pisang 40 8 Sarana Kesehatan Desa Marjandi Pisang 40 9 Karakteristik Sampel Distributor Pupuk Subsidi 41 10 Data Sampel Pedagang Pengencer Pupuk Bersubsidi 43 11 Deskripsi Perilaku Komunikasi Petani 45 12 Pertemuan Rutin Petani di Desa Marjandi Pisang 47 13 Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi 48 14 Karateristik Individu Petani Sampel 49 15 Karateristik Individu Petani Sampel Kategori Umur 49 16 Karateristik Individu Petani Sampel Kategori Tingkat

Pendidikan

50 17 Karateristik Individu Petani Sampel Kategori Lama Berusaha

Tani

51 18 Uji Hipotesis Hubungan Antar Karateristik Individu Dengan

Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi

52 19 Uji Hipotesis Hubungan Karakteristik (Umur) terhadap Tingkat

Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi

52 20 Uji Hipotesis Hubungan Karakteristik (Tingkat Pendidikan)

terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan

54 21 Uji Hipotesis Hubungan Karakteristik (Lama Bertani) terhadap

Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsid

56 22 Analisis Regresi Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Karateristik Individu Petani Sampel 1 2 Kuisioner Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk

Bersubsidi

2 3 Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Tingkat

Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi

2 4 Karateristik Individu, Perilaku Komunikasi dan

Jenis media Terhadap Pemahaman Petani Tentrang Pupuk Bersubsidi

3 5 Hasil Jawaban Kuisioner Rona Perilaku

Komunikasi

4 6 Hasil Uji Korelasi Karakteristik Individu (Umur,

Tingkat Pendidikan, dan Lama Bertani) dengan Tingkat Keberhasilan Pupuk Bersubsidi

5

7 Hasil Uji Regresi Karateristik Individu , Perilaku Komunikasi dan jenis Media Terhadap Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi


(12)

ABSTRAK

ERA REJEKI A PURBA (100304130) dengan judul Analisis Karakteristik Individu, Perilaku Komunikasi, dan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani Tentang Pupuk Bersubsidi. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP dan Bapak Ir. Hasman Hasyim, MSi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rona perilau komunikasi di daerah penelitian, untuk mengetahui hubungan karakteristik individu petani terhadap keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi, untuk mengetahui apa dan bagaimana jenis media komunikasi yang dimanfaatkan petani untuk memperoleh pupuk bersubsidi di daerah penelitian, dan untuk mengetahui bagaimana pengaruh karakteristik individu perilaku komunikasi dan jenis media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis korelasi rank spearman dan metode analisis regresi linear berganda. Penentuan daerah penelitian secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2015.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variable umur, tingkat pendidikan, lama bertani, perilaku komunikasi, dan jenis media secara serempak berpengaruh nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi. Secara parsial variabel lama bertani dan jenis media berpengaruh nyta terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi, sedangkan umur, tingkat pendidikan, dan perilaku komunikasi berpengaruh tidak nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.


(13)

ABSTRAK

Era Rejeki Adiatma Purba Sigumonrong (100304130) dengan judul skripsi “ANALISIS KARAKTERISTIK INDIVIDU PETANI, PERILAKU KOMUNIKASI DAN JENIS

MEDIA TERHADAP PEMAHAMN PETANI TENTANG PUPUK BERSUBSIDI”. Studi

kasus di Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei, kabupaten Simalungun. Penelitian ini di bimbing oleh Ir. Luhut Sihombing, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Hasman Hasyim, MSi, sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi yang dimanfaatkan oleh petani padi sawah, karateistik individu petani ( umur, tingkat pendidikan dan lama bertani) perilaku komunikasi, jenis media ( instrument teknologi dan interaksi petani) . Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (puposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan desa dengan produktivitas padi sawah tertinggi di kabupaten Simalungun. Metode penentuan sampel yang digunakan yaitu menggunakan rumus slovin dengan jumlah sampel 63 petani padi sawah. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu Metode Regresi Linear Berganda, Metode Data Statistik dan Korelasi Rank Spearman.

Dari penelitian diperoleh hasil yaitu Rona Perilaku Komunikasi Petani Di daerah penelitian tinggi. Adanya Hubungan karakteristik individu petani ( umur ) dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi, adanya hubungan lama bertani dengan tingkat keberhasilan peneriamaan pupuk bersubsidi sedangkan ttingkat keberhasilan tidak memiliki hubungan yang nyata. Jenis media yang sering dimanfaatkan petani padi sawah dalam menambah pemahamn mereka tentang pupuk bersubsidi guna meningkatkan usaha tani mereka adalah tim penyuluh dari merintah dan teman sesame petani, secara serempak karakteristik individu, perilaku komunikasi dan jenis media memiliki penyanguh nyata dalam pemahamn petani tentang pupuk bersubsidi. Secara parsial variable lama bertani dan jenis media memiliki pengaruh nyata terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi, sedangkan umur, tingkat pendidikan perilaku komunikasi tidak memberikan pengaruh yang nyata.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai Negara agraris adalah Negara pengekspor dan pengimpor produksi pangan terbesar di dunia. Banyak pihak yang mulai khawatir bahwa kita masuk dalam jebakan pangan yang akan membutuhkan waktu yang lama untuk keluar dari masalah itu. Tantangan masa mendatang dalam penyediaan pangan terutama berkaitan dengan pertambahan penduduk dan tingkat pendidikan petani yang masih rendah serta kondisi sumber daya alam yang semakin memprihatinkan. Jika kita tidak mampu bangkit dan meningkatkan kualitas, kuantitas produksi yang memenuhi syarat-syarat global (Husodo dkk,2004)

Indonesia merupakan negara yang memiliki sektor pertanian yang sangat besar. Beberapa fakor pendukung untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian, salah satunya adalah pupuk. Pupuk adalah bahan kimia atau bahan organik yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak langsung. Pupuk bersubsidi merupakan salah satu sarana produksi yang ketersediaannya di subsidi oleh pemerintah untuk petani termasuk petani yang kebutuhan persub sektor dan Harga Eceran Tertinggi (HET)-nya diatur dalam No.76/Permentan/OT.140/12/2007. Dengan adanya subsidi pupuk tersebut diharapkan kesejahteraan petani semakin meningkat dan dapat memajukan pertanian Negara (Simatupang, 2004).


(15)

Melihat begitu besarnya peranan pupuk dalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Idonesia Nomor 03/M-DAG/PER/2/2006 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian dan juga untuk penyediaan pupuk dengan harga yang wajar sampai di tingkat petani. Dalam peraturan tersebut pemerintah mensubsidi sejumlah pupuk yang direkomendasikan dari setiap daerah untuk disediakan dan menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi meliputi pupuk Urea, ZA, SP-36, dan NPK-Phonska melalui produsen pupuk yang dihunjuk oleh pemerintah .

Subsidi harga pupuk mulai diberlakukan sejak tahun 1971, pemberian subsidi ini dimaksudkan untuk meningkatkan penggunaan pupuk yang merupakan pelengkap input produksi terhadap varietas unggul. Dengan memberikan pupuk yang lebih banyak sampai batasan tertentu akan meningkatkan produksi beras. Subsidi harga pupuk dimaksudkan juga untuk lebih mengefisiensikan transfer daya pemerintah ke petani membantu pembangunan pedesaan

Karakteristik individu petani dapat mempengaruhi pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi yang dilaksanakan oleh pemerintah diberbagai daerah di Indonesia sehingga perilaku komunikasi dan jenis media yang ada harus dimanfaatkan agar petani di indoinesia paham akan tentang pupuk bersubsidi. Perilaku komunikasi mencerminkan sikap yang terjadi diantara petani dengan petani dan petani dengan pedagang yang membutuhkan sikap memahami agar tidak ada kesilapan dalam


(16)

Subsidi pertanian, termasuk subsidi pupuk, telah menjadi faktor penting yang menentukan peningkatan produksi sampai ke tingkat kecukupan. Sebagai salah satu masukan penting dalam produksi pertanian, pupuk bersubsidi harus selalu diberikan kepada petani untuk menjaga lahan subur dan membantu meningkatkan produktivitas.

Masalah yang selalu timbul dalam pendistribusian pupuk bersubsidi kepada petani adalah sebagai berikut:

1) Dalam sistem ini secara relatif ketersediaan pupuk dan harga cukup stabil, meskipun diakui secara temporal masih terjadi kelangkaan dan harga di atas HET, sesungguhnya pada mekanisme pasar bebas tingkat ketersediaannya lebih baik namun jika ada gejolak tidak ada yang bertanggung jawab.

2) Sebagian besar petani di daerah-daerah sentra produksi padi dengan aksesibilitas baik dapat menerima harga sesuai HET, meskipun terjadi kasus-kasus kecil harga di atas HET, terutama jika petani membeli dengan sistem pembayaran setelah panen atau jika petani membeli dari pengecer tidak resmi.

Adapum harga eceran tertinggi (HET) pupuk bersubsidi yang ditetapkan oleh pemerintah adalah:

Tabel 1.1. Data Harga Pupuk Bersubsidi

No Jenis Pupuk Harga Pupuk/kg

1 Urea Rp 1.200,-

2 ZA Rp 1.050

3 SP-36 Rp 1.550,-

4 NPK-Phonska Rp 1.750,-


(17)

Dari Tabel 1.1 dilampirkan bahwa pupuk urea dengan harga eceran tertinggi Rp 1.200, pupuk ZA Rp 1.050, pupuk SP-36 dengan harga Rp 1.550 dan pupuk NPK-Phonska dengan harga eceran tertinggi Rp 1.750.

Teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia sudah semakin berkembang dengan jenis media yang bermacam-macam, Hal tersebut ditandai dengan semakin beragam dan bertambahnya jenis media komunikasi di Indonesia yang sekarang ini sudah tersebar ke berbagai penjuru daerah. Perluasan media komunikasi tersebut juga dirasakan oleh petani yang tinggal di desa. Bertambahnya media komunikasi yang tersebar di desa seperti koran masuk desa (KMD), radio komunitas, penyuluhan serta media komunikasi lainnya membuat semakin mudahnya warga desa untuk mengakses sebuah informasi yang diperlukannya seperti pupuk bersubsidi yang dicanangkan pemerintah di berbagai daerah indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

Kabupaten simalungun merupakan salah satu kabupaten pengguna pupuk bersubsidi terkhusus kecamatan Panombean Panei Desa Marjandi Pisang menjadi daerah pedagang pupuk bersubsidi yang besar di kabupaten simalungun karena merupakan daerah pertanian padi sawah yang besar.Kabupaten simalungun merupakan kabupaten yang berbatasan sebelah utara dengan kabupaten deliserdang dan kabupaten serdang berdagai, sebelah selatan kabupaten toba samosir, sebelah barat kabupaten karo, sebelah timur kabupaten asahan.


(18)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka disusun permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana rona perilaku komunikasi di daerah penelitian?

2) Bagaimana hubungan karateristik individu petani meliputi variable (umur,tingkat pendidikan dan lama berusahatani) terhadap keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi di daerah penelitian?

3) Apa jenis media komunikasi yang dimanfaatkan oleh petani dalam memperoleh pupuk bersubsidi di daerah penelitian?

4) Bagaimana pengaruh karateristik individu, perilaku komunikasi dan jenis media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi?

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah: 1) Untuk mengetahui rona perilaku komunikasi di daerah penelitian.

2) Untuk mengetahui hubungan karateristik individu petani terhadap keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi di daerah penelitian.

3) Untuk mengetahui apa jenis media komunikasi yang dimanfaatkan petani untuk memperoleh pupuk bersubsidi di daerah penelitian.

4) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh karateristik individu, perilaku komunikasi dan jenis media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.


(19)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut.

1. Sebagai tambahan informasi dan masukan bagi petani dalam upaya meningkatkan produktivitas padi sawah.

2. Sebagai bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan instansi terkait terkhusus pemerintah kabupaten simalungun , dalam membuat kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan produksi pangan lokal khususnya tanaman padi sawah.

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi para akademis maupun masyarakat umum yang terkait pada topik ini.

1.5. Keaslian Penelitian

Perbedaan penelitian terletak pada:

1. Model penelitian : dalam penelitian terdahulu menggunakan metode deskriptif dan chis square. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif, scoring Uji Korelasi Rank Spearman dan metode Linear Berganda.

2. Variable penelitian : penelitian ini menggunakan 3 variabel bebas yaitu Karakteristik Individu, Perlaku Komunikasi dan Jenis Media dan satu variable terikat yaitu pemahaman petani.

3. Jumlah observasi/sampel : dalam penelitian terdahulu menggunakan sampel berjumlah 30 orang sedangkan penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 63 orang petani.


(20)

4. Waktu penelitian : penelitian terdahulu dilakukan tahun 2004 sedangkan penelitian ini dilakukan tahun 2015.

5. Lokasi penelitian : penelitian terdahulu dilakukan di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan penelitian ini dilakukan di desa Marjandin Pisang, Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karateristik Individu Petani Indonesia

Karakteristik individu Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap lingkungannya (Mislini, 2006).

Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai karakteristik petani. Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998).

Petani memiliki karakteristik yang beragam, karakteristik tersebut dapat berupa karakter demografis, karakter sosial serta karakter kondisi ekonomi petani itu sendiri. Karakter-karakter tersebut yang membedakan tipe perilaku petani pada situasi tertentu. Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, jenis kelamin, dan luas lahan.

1) Umur

Petani yang memiliki umur yang semakin tua (>50 tahun) biasanya semakin lamban mengadopsi ilmu baru atau inovasi baru yang dijelaskan oleh penyuluh dan cenderung hanya melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh masyarakan setempat. Umur seseorang menentukan prestasi kerja orang tersebut. Semakin tua tenaga kerja maka daya serap dan daya pemahaman akan inovasi yang baru dengan penerapan yang baru akan dunia pertanian akan sulit untuk diterima.


(22)

Namun dalam segi tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman.

Umur responden merupakan lama responden hidup hingga penelitian dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi proses adopsi suatu inovasibaru. Seperti yang di kutip dari Badan Pusat Stasistik yang di sajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1. Data Umur Produktif Petani Indonesia

No Umur Petani Variabel

1 0 - 14 tahun Belum produktif

2 15 – 64 tahun Produktif

3 65 tahun keatas Tidak produktif lagi

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014

Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pemahaman yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pemahaman akan berkurang.

2) Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh petani pada bangku sekolah. Pendidikan akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi. Seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru.

Pendidikan merupakan sarana belajar, yang menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju pembangunan praktek pertanian yang lebih modern.Mereka


(23)

yang berpendidikan tinggi lebih cepat melakukan adopsi.Begitu juga sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah lebih sulit melaksanakan adopsi dan inovasi. Pendidikan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu pendidikan formal dan pendidikan informal.

a. Pendidikan Non Formal

Berbagai macam target produksi pertanian akan berhasil baik apabila ketersediaan dan ketrampilan para petani untuk berproduksi bisa ditingkatkan. Untuk itu diperlukan pendidikan yang khusus bagi mereka, berupa pendidikan non formal yakni penyuluhan pertanian (Hadiwijaya, 1978).

Penyuluhan adalah pendidikan. Program penyuluhan membantu orang untuk meningkatkan pengetahuan dari aspek teknik pertanian dan pemahaman mereka tentang proses biologi, fisika dan ekonomi dalam pertanian. Sasaran dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan mereka sehingga dapat membantu petani untuk mengelola sumberdaya yang tersedia dengan baik.

Penyuluhan pertanian adalah suatu layanan atau yang sistemnya membantu petani untuk mengidentifikasi dan meneliti permasalahan produksi mereka. Melalui prosedur bidang pendidikan dapat meningktakan metode dan teknik bertani, meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan, tingkatan hidup mereka yang lebih baik, dan mengangkat sosial serta standart bidang pendidikan.


(24)

b. Pendidikan Formal

Dari segi pendidikan ciri-ciri bagi adopter yang lebih inovatif, yaitu lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca tulis. Orang yang cepat berhenti dari penggunaan inovasi itu pendidikannya kurang, status sosialnya rendah, kurang berhubungan dengan agen pembaharu (Hanafi, 1987).

Mereka yang berpendidikan tinggi akan relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan sulit melaksanakan adopsi inovasi dengan cepat (Soekartawi, 2005).

Petani yang mencapai pendidikan lebih tinggi mempunyai tingkat adopsi yang lebih tinggi daripada mereka yang mencapai tingkat pendidikan yang rendah. Seorang agen pembaharu dapat mendapatkan hasil yang terbaik ketika berhadapan dengan orang yang tingkat pendidikannya lebih tinggi (Cruz, 1987).

Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.

Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pemahaman yang mereka peroleh dari orang lain ataupun dari sumber informasi yang lain, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula pemahamannya.


(25)

3) Lama Berusahatani

Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. (Soekartawi 1988).

2.1.1. Perilaku Komunikasi

Perilaku komunikasi merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan jika dilihat dari model komunikasi linier. Perilaku komunikasi seseorang akan menjadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi.

(Gould dan Kolb,1964).

Perilaku komunikasi petani dapat dilihat dari pencarian informasi. Dalam hal pencarian informasi, sebagian besar petani melakukan pencarian informasi yang tidak terlalu intensif atau dapat dikatakan petani hanya kadang-kadang (sedikit) mencari informasi mengenai program pupuk bersubsidi. Hal tersebut disebabkan karena kesibukan petani dalam aktivitasnya bercocok tanam setiap hari. Sehingga informasi tentang pupuk bersubsidi tidak sampai kepada petani dalam bentuk lisan maupun tulisan sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh petani guna mensukseskan usahatani petani.


(26)

Ada dua jenis perilaku yaitu perilaku eksternal dan perilaku internal. 1) Perilaku Eksternal

Perilaku eksternal merupakan perilaku yang timbul dari luar individu baik dari keluarga, lingkungan maupun budaya.

2) Perilaku Internal

Perilaku internal merupakan perilaku yang timbul dari dalam diri individu seperti motivasi, persepsi, sikap yang mempengaruhi pengalaman individu akan inovasi. perilaku komunikasi terbagi dalam empat level (jenjang) kedalaman yaitu: 1) hanya sekedar berbicara (only talk)

2) saling ketergantungan (interdependent) 3) tenggang rasa (emphaty) dan

4) saling berinteraksi (interactive). (Berlo 1973).

2.1.2. Perkembangan Jenis Media Komunikasi

Perkembangan teknologi informasi di Indonesia sampai dengan saat ini berkembang dengan pesat seiring dengan penemuan dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam bidang informasi dan komunikasi sehingga mampu menciptakan alat-alat yang mendukung perkembangan teknologi informasi mulai dari sistem komunikasi sampai dengan alat komunikasi yang searah maupun yang dau arah (interaktif). Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia selalu mengadopsi berbagai teknologi informasi hingga akhirnya tiba di suatu masa dimana penggunaan internet mulai


(27)

(Internet Based Technology). Zaman dahulu sebelum berkembangnya teknologi, orang-orang Indonesia harus menempuh jarak yang jauh untuk mengantarkan sebuah surat atau pesan kepada orang lain, tetapi lain dengan zaman sekarang dan perkembangan itu sendiri di Indonesia dimulai dengan Satelit Palapa (9 Juli 1976) yang memudahkan arus komuniksi dan teknologi, yakni telepon, fax, dll. Setelah era telepon, muncullah telepon seluler pertama kali pada tahun 1984 dengan berbasis Technology Nordic Mobilen Telephone. Pada saat ini bobot telepon masih sangat berat dan besar. Setelah itu masuk Technology Global System for Mobile (GSM) pertama di Indonesia tepatnya di Pulau Batam dan Pulau Bintan pada tahun 1993 yakni sebuah teknologi komunikasi bergerak yang tergolong dalam generasi kedua (2G). Teknologi ini menggunakan sim card yang jangkauannya luas. Penyedia jasa GSM pertama adalah Telkomsel. Setelah perkembangan telepon, mulailah perkembangan komputer. Sekaligus ditandai dengan maraknya perkembangan teknologi internet apda tahun 1994. Kala itu teknologi internet sudah termasuk murah biayanya. Pada saat itu Internet Service Provider (ISP) yang berkembang ialah IndoNet dan IptekNet (Suryani, 2012).

Melihat hasil penelitian human indeks dari 150 negara, Indoensia hanya ada di posis ke 110. Sedangkan di achievement technology, Indonesia menduduki nomor 61 dari 64 negara. Maka dari itu, Indonesia harus tersu-menerus berinovasi dan menghasilkan buah karya atau produk dari IPTEK, sehingga penanaman IPTEK terhadap anak-anak sebagai generasi penerus harus diupayakan sedini mungkin, sehingga pada masa yang


(28)

akan datang Indonesia pasti akan dapat menyaingi negara-negara lainnya dalam hal teknologi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pola komunikasi di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia. Teknologi tersebut, dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkanya (Danim 2008).

Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikasi kepada khalayak. Jenis-jenis media komuniksi yaitu media antar pribadi, media kelompok, media publik, dan media massa (Cangara, 1998).

Teknologi informasi semakin lama semakin berkembang dalams egi bentuk maupun kegunaannya dalam kehidupan kita sehingga Suryani (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa teknologi informasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan periodenya yaitu masa kuno (lampau) dan masa modern.

1) Masa Kuno (Lampau)

Zaman yang masih identik dnegan prasasti dimana prasasti adalah batu bertuliskan informasi saat prasasti itu dibuat. Kemudian selain dari batu prasasti masa kuno juga memakai daun sebagai penyampaian informasi.


(29)

2) Masa Modern

Teknologi informasi pun berkembang sesuai kemajuan zaman. Media informasi yang dipakai pada masa modern, contohnya :

a. Komputer

Adalah alat untuk memanipulasi dan mengelola data berdasarkan perintah yang diberikan.

b. Faksimili

Adalah alat untuk mengirim atau menerima informasi melalui telephoto dengan sistem reproduksi fotografi.

c. Radio

Adalah alat penerima informasi berupa suara atau sinyal dengan menggunakan media gelombang elektromagnetik.

d. Televisi

Adalah alat penerima informasi berupa gambar dan suara yang dapat menerima transmisi gambar dan suara secara langsng.

e. Internet

Ini merupakan perkembangan yang dirasa paling bermanfaat. Internet adalah jaringan komputer yang saling mentrasnfer data menggunakan Internet Protocol.

Interaksi petani dengan petani lainnya dalam suatu eklompok dapat mewujudkan sarana petani dalam mengekspresikan pengalaman dalam meningkatkan kemampuan dalam bertani. Dalam rapat yang diadakan oleh gapoktan, sebagian besar petani anggotanay berinteraksi secara tatap muka yang berlangsung dua arah dengan


(30)

pembicaraan yang dimulai dengan sapaan sopan santun, sampai pada permasalahan, pertanian, seperti budaya, serangan hama, harga sarana produksi, dan sebagainya (Anantanyu, 2009).

2.1.3. Kebijakan Pupuk Bersubsidi di Indonesia

Program subsidi pupuk bagi petani adalah program nasional yang bertujuan untuk membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai kebutuhannya dalam kegiatan usahatani dengan harga terjangkau agar dapat meningkatkan produksi pertanian dan menambah pendapatan serta memperbaiki kesejahteraannya. Kebijakan pemberian subsidi pupuk untuk sektor pertanian telah dilakukan sejak tahun 2003 dan dilanjutkan hingga saat ini. Pada tahun 2010, sesuai Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2010, telah ditetapkan anggaran subsidi harga pupuk sebesar Rp 11.291 triliun, untuk pemberian pupuk urea, Sp-36, ZA, NPK, dan pupuk organik. Selanjutnya kebijakan subsidi pupuk tersebut, pemerintah telah menerbitkan peraturan Menteri Pertanian Nomor 50/permentan/SR.130/2009 tentang kebutuhan dan Harga Ecerean Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2010.

Tersedianya pupuk bersubsidi sampai di tingkat petani secara tepat yaitu tepat jumlah, jenis, waktu, dengan mutu terjamin dan harga sesuai dengan HET yang telah ditetapkan pemerintah. Tersalurnya pupuk bersubsidi kepada petani harus melalui syarat, antara lain :

1) Berprofesi Sebagai Petani.


(31)

3) Tergabung Dalam Kelompok Tani

Pupuk bersubsidi menurut SK Menteri Prindustrian dan Perdagangan No.356/MPP/Kep/5/2004 adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program pemerintah. Pengadaan ini merupakan proses penyediaan pupuk oleh produsen sedangkan penyalurannya merupakan proses pendistribusian pupuk dari tingkat produsen sampai dengan tingkat konsumen. Artinya pupuk bersubsidi memang diberikan oleh pemerintah kepada produsen pupuk yang selanjutnya proses pengadaan pupuk kepada para petani dengan memberikan harga pupuk yang terjangkau. Selain itu, arti dari subsidi berlainan dengan yang dinyatakan dengan Hill, sebab subsidi yang berkaitan dengan masalah yang diamati.

Adapun tujuan dari penggunaan perantara adalah memanfaatkan tingkat kontak atau hubungan, pengalaman, spesialisasi, dan skala operasi mereka dalam menyebarluaskan produk sehingga mencapai pasar secara efektif dan efisien dalam penyaluran pupuk bersubsidi (Tjiptomo, 1997).

Pola distribusi pupuk di Indonesia ada 4 jenis, yaitu: 1) Produsen-Pemakai

Saluran distribusi secara langsung menyangkut volume penjualan dalam rupiah yang relatif cukup besar dari barang industri lain.


(32)

2) Produsen-Distributor-Pemakai

Produsen jenis barang-barang jenis opearting supplies dan accessouring equipment kecil dapat menggunakan distributor industri untuk mencapai pasarnya. Produsen lain yang dapat menggunakan distributor industri sebagai penyalurnya.

3) Produsen-Agen-Pemakai

Biasanya saluran pemasaran semacam ini dipakai produsen yang tidak memiliki departemen pemasaran. Juga suatu perusahaan yang ingin memperkenalkan produknya atau ingin memasuki daerah pemasaran baru atau lebih suka menggunakan agen.

4) Produsen-Agen-Distributor Industri-Pemakai

Saluran distribusi semacam ini dapat dipakai oleh unit penjualannya yang terlalu kecil untuk dijual seacra langsung atau mungkin memerlukan penyimpanan pada penyalur (Swastha, 1999)


(33)

2.2. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian terdahulu yang dapat mendukung tujuan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 2.2. sebagai berikut.

Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu

No Nama Penelitian Judul Penelitian Rumusan Masalah Variabel Pengamatan Metode analisis Kesimpulan

1. Rini Analisis Pupuk Bersubsidi Terhadap Kinerja Industri Pupuk Di Indonesia. 1. Bagaima n hubungan pupuk bersubsid i terhadap kinerja industri pupuk di Indonesia .

1. Aspek sosial.

Uji Korelasi Rang

Spearman.

Semakin besar rasio

konsentrasi pasar

menunjukkan adanya

kekuatan pasar sehingga dengan mudah industri pupuk dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal. 2. Sirait analisis

pemesaran pupuk bersubsidi (Urea, ZA, SP-36,NPK,PHO NSKA). 1. Bagaiman a pengaruh penggunaa n pupuk bersubsidi terhadap produktivi tas padi sawah di daerah penelitian 1. Aspek sosial 2. Aspek ekonomi - Deskriptif analisis - Regresi Linear Berganda

Masalah yang umumnya terjadi dalam pemasaran pupuk bersubsidi adalah adanya keterlambatan barang sampai ke daerah yang menyebabkan harga pupuk naik karena jumlah pupuk bersubsidi sedikit. 3. Inel

Mawar Nababan Hubungan Karateristik Penyuluh Pertanian 1. Bagaiman a hubungan karakterist 1. Aspek sosial 2. Aspek ekonomi - Metode skoring. - Metode Regresi Karakteristik penyuluh pertanian ditinjau dari


(34)

PNS Terhadap Keberhasilan Penyuluhan ik penyuluh pertanian (umur, tingkat pendidika n, pengalam bekerja, frekuensi kunjungan kerja kepada petani, jarak rumah dengan wilayah kerja, jumlah tanggunga n keluarga, fasilitas yang dimiliki, serta tingkat pendapata n) terhadap keberhasil an program penyuluha n. Linear Berganda

segi umur memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan peleksanaan program penyuluhan karena usia produktif mempengaruhi kinerja dan pelaksanaan program penyuluhan, sedangkan karakteristik tingkat pendidikan, lama bekerja, jumlah

tanggungan, frekuensi kunjungan, jarak bertugas, serta tingkat pendapatan tidak memiliki hubungan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan. 4. Tri

Novalia

Karakteristik sosial

ekonomi dan analisis pendapatan usaha ternak kambing. 1. Apakah ada hubungan jumlah pendapat an diluar usaha ternak kambing dengan jumlah pendapat an usaha

1. Aspek sosial 2. Aspek ekonomi - Metode deskriptif . - Analisis Korelasi Linear Sederhan a 1. Hasil analisis data dengan korelasi sederhana

pada α=

0,05 pada karakteristi k peternak kambing diketahui bahwa: A) Tidak ada


(35)

ternak kambing. 2. Bagaima na hubungan karakteris tik sosial peternak kambing terhadap pendapat an bersih dari usaha ternak kambing di daerah penelitian . hubungan umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan tingkat kosmopolit an dengan pendapatan bersih. B) Ada hubungan lama beternak kambing dengan pendapatan bersih. 2. Hasil analisis data dengan korelasi sederhan

pada α=

0,05 diketahui bahwa tidak ada hubungan pendapatan diluar usaha ternak dengan jumlah ternak kambing. 5. Rosianna Strategi

pengembanga n komoditas gaharu di kabupaten langkat 1. Bagaima na strategi pengemb angan komoditi gaharu di daerah penelitian 1. Aspek ekonomi - Matriks SWOT Ancaman yang harus diminimalis asi yaitu sistem pemasaran yang tertutup, sedangkan peluang yang dapat


(36)

an untuk mengemban gkan komoditas gaharu adalah adanya upaya yang mudah dalam memperole h

bibittanama n gaharu, sering diadakan pelatihan dari PPLH, pemda setempat dan lembaha terkait, harga bibit gaharu yang rendah, keberadaan kelompok tani gaharu yang aktif, pengetahua n petani dalam memanen gubal gaharu dengan benar, dan pengetahua n petani teknologi peningkatan gubal gaharu yang baik.


(37)

2.3. Landasan Teori

2.3.1. Teori Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi, serta menerima barang dan jasa serta pengalaman. Karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku individu.

Menurut Mislini (3006), karakteristik individu petani adalah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang petani yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan terhadap lingkungannya. Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh petani meliputi beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai karakteristik petani. Pengkategorian responden dari masing-masing indikator dilakukan dengan teknik analisis deskriptif (Arikanto, 1998).

Keterbatasan pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk ke dunia kerja. Seseorang yang mempunyai pengetahuam dan keterampilan mampu memanfaatkan potensi di dalam maupun di luar dirinya dengan lebih baik. Orang itu akan menemukan pekerjaan yang paling tidak setara dengan pendidikannya (Soekartawi, 1989).

Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha dan akhirnya mempengaruhi efisien tidaknya suatu usaha pertanian. Makin luas lahan pertanian maka lahan makin tidak efisien, karena pemikiran untuk mengupayakan lahan secara efisien semakin berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap


(38)

pemakaian faktor produski semakin baik lebih efisien. Meskipun demikian, luasan lahan yang terlalu kecil cenderung menghasilkan usaha yang tdiak efisien pula (Soekartawi, 1989).

2.3.2. Teori Perilaku Komuniaksi Terhadap Pemahaman Petani

Perilaku komunikasi menurut Gould dan Kolb (1964) merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan situasi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan tidak dilihat dari model komunikasi linier.

Perilaku komunikasi seseorang akan menajadi kebiasaan perilaku seseorang dalam mencari informasi. Menurut Rogers (1976), perilaku komuniaksi dapat dilihat dengan beberapa variabel, yaitu partisipasi dalam kegiatan sosial, jaringan komunikasi interpersonal, kosmopolitan, kontak dengan agen perubahan, keterdedahan pada media massa, dan keterdedahan pada saluran interpersonal.

Menurut Kincaid (1979), tujuan dasar komunikasi antar manusia adalah menentukan dan memahami realitas agar tujuan-tujuan lain dapat diseleksi dan dicapai. Manjar (2002) mengungkapkan bahwa perilaku komunikasi masyarakat berhubungan erat dengan partisipasinya dalam menerapkan suatu program. Perilaku komunikasi dapat ditunjukkan seseorang melalui partisipasinya dalam menerapkan suatu program seperti berpendapat, bertanya, mendengarkan, dan lainnya.


(39)

2.3.3 Hubungan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani

Menurut Danim (2008), ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan teknologi komunikasi mengalami kemajuan yang pesat sehingga dapat berpengaruh terhadap pemahaman di masyarakat. Dibuatnya instrumen teknologi seperti satelit, televisi, radio, video tape, dan komputer memberikan arti tersendiri dalam proses komunikasi antar manusia. Teknologi tersebut dapat memudahkan manusia dalam berkomunikasi satu sama lain dan mempermudah individu dalam memperoleh informasi yang dibutuhkannya.

2.3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Jenis Media

Setiabudi (2004) menyebutkan bahwa penggunaan media atau pemanfaatan inforamasi teknologi pertanian oleh petani dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni karakteristik individu, kebutuhan terhadap media komunikasi, dan motivasi terhadap informasi. Jadi, salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi oleh individu adalah faktor karakteristik individu.

Hasil penelitian Azainil (2005) menyebutkan bahwa karakteristik individu petani yaitu umur berhubungan nyata dengan median komunikasi. Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan media komunikasi adalah jumlah penghasilan dan luas lahan serta kepemilikan lahan. Petani dengan jumlah pengahasilan tinggi, memiliki luas lahan yang luas serta memiliki status kepemilikan yang sah atas lahan cenderung untuk menggunakan media komunikasi terutama media komunikasi massa untuk mendapatkan informasi. Selain itu, mereka juga sering berkonsultasi kepada PPL agar dapat mengembangkan usahataninya. Hal tersebut berkebalikan dengan


(40)

penggunaan media komunikasi yang terbatas oleh petani yang jumlah penghasilannya kecil, lahan garapan yang sempit bahkan tidak memiliki status kepemilikan lahan. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi penggunaan jenis media di desa adalah ketersediaan media tersebut di desa.

Menurut hasil penelitian Kifli (2002) yang menyatakan bahwa partisipasi komunikasi petani dalam mengakses informasi pertanian dan media massa masih rendah, karena petani memiliki keterbatasan biaya dan ketersediaan media massa yang masih terbatas. Hal tersebut menyebabkan, petani lebih banyak mencari informasi melalui interaksi dan berkomunikasi mengenai usahataninya dengan PPL dan petani lainnya. Wilayah pedesaan seringkali memiliki teknologoi yang minim dan penyesuaian biaya dalam mengaksesnya membuat petani cenderung lebih selektif dalam memilih media komunikasi. Petani cenderung memilih media komunikasi yang sesuai dengan kemampuan finansialnya untuk mengakses media komunikasi untuk memperoleh pengetahuan mengenai media komunikasi.

2.4. Kerangka Pemikiran

Pupuk bersubsidi merupakan salah satu program pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Pemahaman petani mengenai pupuk bersubsidi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksudkan di sini, yaitu karakter individu, yang terdiri dari umur dan tingkat pendidikan, perilaku komunikasi yang terdiri dari perilaku internal dan perilaku eksternal. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi pemahaman petani terhadap pupuk bersubsidi ini adalah jenis media, yang terdiri dari instrumen teknologi, dan interaksi petani.


(41)

Keseluruhan faktor-faktor ini mempengaruhi pemahaman petani mengenai pupuk bersubsidi dalam menjalankan kegiatan usahataninya. Pada akhirnya karakteristik petani tersebut dapat diukur berdasarkan pemahaman petani terhadap pupuk bersubsidi, apakah tingkat pemahaman petani tersebut bersifat positif atau negatif. Dengan demikian kerangka pemikiran penelitian analisis karakteristik individu, perilaku komunikasi, dan jensi media terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.


(42)

2.3.1. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dari penelitian ini, maka dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:

1. Umur merupakan variabel murni karakteristik individu yang berpengaruh nyata pada pertambahan pemahaman petani akan inovasi akan tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pemahaman akan berkurang.

Tingkat pendidikan merupakan variabeel murni karakteristik individu yang akan berpengaruh terhadap perilaku dan tingkat adopsi suatu inovasi, berpendidikan yang tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-hal yang baru, sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah akan sulit mengadopsi inovasi.

Lama bertani merupakan petani yang sudah lama berusaha tani. Lebih lama masa bertani akan lebih mudah menerapkan teknologi dari pada petani pemula. Hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

2. Perilaku komunikasi merupakan tindakan atau respon dalam lingkungan dan sitausi komunikasi yang ada, seperti cara-cara berfikir, berpengetahuan dan berwawasan, berperasaan dan bertindak atau melakukan tindakan yang dianut oleh seseorang, keluarga atau masyarakat dalam mencari dan menyebarkan informasi. Perilaku komunikasi dapat berarti tindakan atau respon seseorang terhadap sumber dan pesan jiak dilihat dari model komunikasi linier.

3. Jenis media merupakan jembatan untuk memberi pemahaman terhadap petani akan penerapan-penerapan baru tentang pupuk bersubsidi


(43)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu daerah penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu disesuaikan dengan tujuan penelitian (Singarimbun, 1989). Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei, Kabupaten Simalungun merupakan salah satu desa dari 7 desa di kecamatan Panombean Panei yang merupakan daerah kebutuhan pupuknya cukup tinggi. Pada hasil prasurvey ditemukan data bahwa ada dua jenis sawah yang dibudidayakan yaitu lahan padi sawah irigasi teknis 1.937 Ha dan setengah teknis 93 Ha dengan jumlah petani 400 petani yang terdiri dari 20 jumlah kelompok tani dengan 20 petani setiap kelompok tani yang terdiri dari 500 kk.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang menggunakan pupuk bersubsidi di desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei, Kabupaten simalungun. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari PPL Desa Marjandi Pisang jumlah petani padi sawah sebanyak 400 petani yang terdaftar dalam 20 kelompok tani. Dari jumlah tersebut petani padi sawah yang menggunakan pupuk bersubsidi sebanyak 168 petani.

Untuk menentukan besarnya sampel, maka peneliti menggunakan rumus slovin, sebagai berikut:


(44)

n = sampel

N = populasi

D = tingkat kepercayaan 90% atau tingkat kesalahan 10% (Supriana, 2013).

Dengan menggunakan rumus slovin dan tingkat kesalahan sebesar 10% maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu:

Populasi petani pengguna pupuk bersubsidi berjumlah 168 orang, maka jumlah sampel adalah sebagai berikut:

n =63,33 = 63 sampel Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 63 sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang di peroleh dalam penelitian terdiri dari data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara terhadap responden antaralain produsen pupuk subsidi Urea,ZA,SP-36 dan NPK Phonska, distributor, pedagang pengecer dan petani. Data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Kabupaten Simalugun dan PPL Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Kabupaten Simalungun.


(45)

3.4. Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan dan ditabulasi, selanjutnya dianalisis sesuai dengan hipotesis dan tujuan yang akan diuji.

a. Untuk tujuan 1, Perilaku koomunikasi menggunakan analisis deskriptif dan skoring dengan beberapa pertanyaan dengan responden untuk mengetahui perilaku komunikasi tentang pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi. b. Untuk tujuan 2 menggunakan metode skoring

Dengan rumus : Range = –

Range =

= 6,6

Selanjutnya untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel karakteristik individu dengan tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi menggunakan Analisis Korelasi Rank Spearman

Untuk menghitung koefisien korelasi Rank Spearman (rs) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Meranking nilai pengamatan dari dua variabel yang akan diukur hunbungannya. Bila ada pengamatan yang sama, dihitung ranking rata-ratanya.

b. Menghitung perbedaan setiap pasangan ranking.

c. Menghitung jumlah kuadrat perbedaan setiap pasangan ranking. d. Menghitung nilai rs dihitung dengan menggunakan rumus.


(46)

Dimana :

rs = nilai koefisien korelasi rank spearman di = perbedaan setiap ranking

n = jumlah pengamatan

untuk melihat nyata atau tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan rumus:

t = rs √

Hipotesis yang diajukan adalah:

H0:ρs = 0 (tidak ada hubungan antara ranking variabel yang satu dengan ranking yang lainnya).

H1:ρs ≠ 0 (ada hubungan antara ranking variabel yang satu dengan yang lainnya).

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

 H0diterima jika nilai signifikansi ≥ α

 H1 diterima jika nilai signifikansi < α

Selanjutnya diadakan pengujian dengan uji asumsi klasik melihat hasil langsung dengan menggunakann SPSS 16.

c. Untuk tujuan 3 menggunakan metode deskriptif untuk mengetahui apa dan bagaimana jenis media komunikasi yang dimanfaatkan oleh petani untuk memperoleh pupuk bersubsidi.

d. Untuk tujuan 4, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan alat bantu SPSS dengan menggunakan rumus:


(47)

Y= a + X1+ X2 + X3 +X4 + X5 + c Keterangan :

Y = Pemahaman Petani a = Koefisien intersep X1 = Umur Petani X2 = Lama Bertani X3 = Pendidikan Petani X4 = Perilaku Komunikasi X5 = Jenis Media

C = Konstanta regresi Pengambilan keputusan : Jika th < t tabel, tolak H

1 ; terima H 0 pada taraf kepercayaan 90% Jika th > t tabel, tolak H

0 ; terima H1 pada taraf kepercayaan 90%

Kemudian langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji kesesuaian dan uji asumsi klasik.

Uji Kesesuaian

1. Analisis koefesien determinasi (R-Square)

Penilaian terhadap koefesien detreminasi bertujuan untuk melihat apakah kekuatan variabel bebas dalam mempengaruhi kekuatan variabel terikat. Semakin banyak variabel bebas yang digunakan maka semakin tinggi pula koefesien dterminasinya. (Nachrowi dan Usman, 2006).


(48)

2. Uji statistik F (secara serempak)

Uji F digunakan untuk uji ketepatan model, apakah nilai prediksi mampu menggambarkan kondisi sesungguhnya.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : Pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.

H1 : Pengaruh Variabel bebas secara serempak terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 90% Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 90%

3. Uji statistik t (secara parsial)

Uji t digunakan untuk melihat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan/penawaran secara individu.

Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H0 : Pengaruh variabel bebas secara individu terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.

H1 : Pengaruh Variabel bebas secara individu terhadap pemahaman petani tentang pupuk bersubsidi.

Kriteria pengambilan keputusan adalah:

Jika nilai signifikansi ≥ α, H0 diterima, H1 ditolak pada taraf kepercayaan 90%

Jika nilai signifikansi < α, H1 diterima, H0 ditolak pada taraf kepercayaan 90% Uji Asumsi Klasik


(49)

Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). BLUE dapat dicapai apabila memenuhi asumsi klasik.

1. Multikolinieritas

Multikolonieritas adalah situasi adalanya korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas yaitu:

- Diantara variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (lebih besar daripada 0,90)

- Nilai tolerance < 0,10 dan nilai variance inflation factor (VIF) > 10. (Sarjono dan Winda, 2011).

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap homoskedastisitas, sementara itu untuk varians yang berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedasitas yang tidak terdapat pola tertentu seperti mengumpul ditengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya pada grafik (Umar, 2008).

3. Uji Normalitas

Uji normalitras untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan melihat penyebaran data, jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagionalnya, model


(50)

regresi memenuhi asumsi normalitas. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov (Umar, 2008).

4. Autokorelasi

Menurut Supriana (2012), autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang berbeda waktu dan individu. Umumnya kasus autokorelasi banyak terjadi pada data time series. Cara mendeteksi dengan melihat pola hubungan antara residual dan variabel bebas. Untuk mempermudah dalam melihat pola hubungan yang dimaksud, dapat dengan membuat plot antara kedua variabel tersebut.

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional 3.5.1 Defenisi Operasional

1) Karateristik adalah evektivitas komunikasi yang terjadi antar individu dengan individu atau individu dengan kelompok meliputi variabel umur,tingkat pendidikan, jenis kelamin dan luas penguasaan lahan.

2) Rona perilaku komunikasi adalah bentuk dari interaksi petani dengan keluarga, teman petani lainnya, dan interaksi petani dengan penyuluh pertanian. Rona perilaku komunikasi petani adalah jumlah skor kegiatan komunikasi yang dilakukan petani mengenai respon, tindakan, dan tingkah laku anggota gabungan kelompok tani dalam merespon dan menanggapi komunikasi dengan sesama petani, keluarga dan penyuluh. Kegiatan keaktifan dalam berkomunikasi ditunjukkan dengan interaksi komunikasi dengan teman sesama keluarga (skor 1) interaksi dengan teman sesama petani (skor 2) dan interaksi dengan penyuluh pertanian (skor 3). ((Nilai: Ya=2 dan Tidak=1((Skor untuk


(51)

jawaban pertanyaan adalah: skor tertinggi 24 dan skor terendah 12)). Rumus perilaku komunikasi eksternal petani:

a. Interaksi dengan keluarga : Skor jawaban pertanyaan X skor 1(Skor tertinggi adalah 24 dan skor terendah adalah 12).

b. Interaksi dengan teman sesama petani : Skor jawaban pertanyaan X skor 2 (Skor \tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 24)

c. Interaksi dengan penyuluh pertanian : Skor jawaban pertanyaan X skor 3(Skor tertinggi adalah 72 dan skor terendah adalah 36).

3) Jenis media adalah alat atau bentuk komunkasi yang digunakan individu dengan individu atau individu dengan kelompok .

4) Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyaluran yang ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi ( HET ) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV (Pengecer Resmi sesuai ketentuan Peraturan menteri Perdagangan Nomor 07/M-DAG/PER/2/2009 tentang Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Berubsidi untuk sektor Pertanian).

3.5.2 Batasan Operasional

1) Penelitian dilaksanakan pada maret sampai dengan april tahun 2015.

2) Lokasi penelitian dilakukan di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Panombeaan Panei, Desa Marjandi Pisang.

3) Sampel penelitian diambil dari petani dan pedagang pupuk bersubsidi.

a. Petani adalah orang yang melakukan usahatani di Desa Marjandi Pisang, Kecamatan Panombean Panei Kabupaten Simalungun yang menggunakan pupuk bersubsidi.


(52)

b. Pedagang adalah orang yang menjual pupuk bersubsidi di Kecamatan Panombean Panei, Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun


(53)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Profil, sejarah dan luas desa marjandi pisang

Desa Marjandi Pisang merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Panombeian Panei, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Desa ini memiliki luas wilayah yaitu 270,5 Ha dan terdiri dari 4 dusun yaitu Huta Pisang, Parsaoran, Huta dolok dan Huta Sirongit yang memiliki ketinggian ± 600 meter di atas permukaan laut. Desa Marjandi Pisang memiliki Jarak 5 Km dari kantor kecamatan Panombeian Panei dan 15 Km dari kantor Bupati ( ibukota kabupaten) Simalungun.

Batas-batas wilayah desa Marjandi Pisang adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara : Desa Raya Bosi 2. Sebelah Selatan : Desa Karang Anom 3. Sebelah Barat : Marjandi

4. Sebelah Timur : Nagori Panombean

4.2. Tata guna lahan

Tanah di Desa Marjandi Pisang menurut fungsinya dibagi menjadi lahan sawah, lahan kering, halaman pekarangan dan lain-lain. Lebih jelasnya penggunan lahan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:


(54)

Tabel 4.1. Tata Guna Lahan Menurut Penggunaannya Di Desa Marjandi Pisang Tahun 2010

N o

Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Sawah 161 59,5

2 Lahan Kering 104 38,4

3 Halaman Pekarangan 4 1,5

4 Dan Lain-Lain 1,5 0,6

Total 270,5 100

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2010

Dari table 4.1 dapat dilihat bahwa mayoritas lahan digunakan sebagai lahan pertanian yaitu 161 Ha dipergunakan sebagai lahan sawah dan 104 Ha dipergunakan sebagai lahan kering dan selebihnya digunakan sebagai pekarangan dan lain- lain.

4.3. Keadaan Penduduk

Penduduk Desa Marjandi Pisang adalah 935 jiwa yang meliputi 474 jiwa laki-laki dan 461 jiwa perempuan dengan jumlah KK sebanyak 225 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 sebagai berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Desa Marjandi Pisang Tahun 2009

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Laki-laki 474 50,7

2 Perempuan 461 49,3

Total 935 100,0

Sumber : BPS Kabupaten Simalungun, 2010

Dari Tabel 4.2. dapat dilihat bahwa perbandingan jumlah penduduk antara laki-laki dengan perempuan di daerah penelitian adalah 471 jiwa berjenis kelamin laki-laki- laki dan 461 jiwa berjenis kelamin perempuan.


(55)

4.4. Sarana dan Prasarana Desa Marjandi Pisang

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, karena sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam kegiatan penduduk sehari harinya, juga sebagai akses untuk mempercepat masuknya informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 dibawah sebagai berikut :

Tabel 4.3. Sarana Peribadatan Desa Marjandi Pisang

No Sarana peribadatan Jumlah

1 Mesjid 1

2 Mushola 0

3 Gereja 2

Total 3

Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010

Dari Tabel 4.3. dapat dilihat bahwa sarana peribadatan di daerah penelitian masih sangat minim karena hanya terdapat 1 mesjid dan 2 gereja di daerah penelitian tersebut.

Tabel 4.4. Sarana Pendidikan Desa Marjandi Pisang

No Sarana pendidikan Jumlah

1 SD 1

2 SMP 0

3 SMA 0

Total 1

Sumber : Kecamatan Panombeian Panei, 2010

Tabel 4.5. Sarana Kesehatan Desa Marjandi Pisang

No Sarana kesehatan Jumlah

1 Puskesmas 0

2 Posyandu 2

Total 2


(56)

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 1 buah sarana pendidikan yaitu SD( sekolah dasar ). Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hanya terdapat 2 posyandu didaerah penelitian hal ini menunjukkan masih kurangnya pelayanan kesehatan sehingga sangat sulit bagi mereka untuk mendapat pelayanan kesehatan di daerah ini.

4.5. Karateristik Sampel

4.5.1. Ditributor Pupuk di Desa Marjandi Pisang

Tabel 4.6. Karateristik Sampel Distributor Pupuk Subsidi

No Distributor Jenis pupuk

Subsidi

Lokasi

1 CV.Masayub

Lestari

Urea Medan

2 PT. Bintang

Petani Agromandiri

SP-36, NPK Phoska, ZA dan Organik.

Medan

Sumber balai penyuluhan pertanian 2015.

4.5.2. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi

Dari hasil wawancara terhadap penyuluh dan petani di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun bahwa distributor pupuk bersubsidi adalah tengkulak ataupun pembeli hasil panen (agen) yang ditanam oleh petani yang disebar secara langsung pada awal tanam. Distributor memberikan pupuk subsidi kesetiap petani sesuai dengan permintaan petani untuk kebutuahan lahan pertaniannya. Distributor bertanggung jawab akan ketersediaan pupuk subsidi UREA, ZA, SP-36, NPK Phoska, Organik.


(57)

Pada tahun 2012, Harga eceran tertinggi (HET) pupuk subsidi di kios pengecer resmi, tingkat kecamatan/desa ditetapkan sebagai berikut:

1 Pupuk urea Rp. 1.800/kg

2 Pupuk SP-36 Rp. 2.000/kg

3 Pupuk ZA Rp. 1.400/kg

4 Pupuk NPK Phoska Rp. 2.300/kg

5 Pupuk NPK Pelangi Rp. 2.300/kg

6 Pupuk NPK Kujang Rp. 2.300/kg

7 Pupuk Organik Rp. 800/kg

Catatan:

 HET tersebut berlaku untuk pembelian pupuk dalam kemasan karung 50 kg secara tunai di kios pupuk pengecer resmi di Desa Marjandi Pisang Kabupaten Simalungun.

 Kemasan pupuk bersubsidi sebagaimana tertuang dalam permentan Nomor 87/Permentan/SR.103/12/2011.


(58)

4.5.3. Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi

Pedagang pengecer yang berada di Desa Marjandi Pisang merupakan pengecer resmi yang telah ditunjuk oleh pemerintah untuk bertugas menyalurkan pupuk bersubsidi langsung ke petani. Pengecer resmi di Desa Marjandi Pisang yaitu UD. Hendra dan UD. Joy Tani.

Namun pada penelitian ini yang diambil dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.7. Data Sampel Pedagang Pengecer Pupuk Bersubsidi

No Nama Usaha Dagang

Lokasi Pupuk Subsidi Yang Dijual Nama Kelompok Tani Jumlah Anggota

1 UD. Hendra Desa

Marjandi Pisang Urea SP-36 ZA NPK -Lindung -Sutra Ungu -Mekar Tani -Sariah -Sauhur -Karya Tani -Seia Sekata 20 26 26 24 25 21 21

2 UD. Joy Tani Desa

Marjandi Pisang Urea SP-36 ZA NPK

-Tulus 24

Sumber: Analisis data primer

4.5.3. Petani Padi Sawah Konsumen Pupuk Bersubsidi

Dalam penelitian ini petani yang menjadi sampel adalah petani padi sawah yang berada di Desa Marjandi Pisang yang ikut dalam suatu kelompok tani maupun tidak ikut dalam kelompok dan merupakan konsumen yang membeli pupuk subsidi dari pengecer resmi.


(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Rona Perilaku Komunikasi di Daerah Penelitian

Rona perilaku komunikasi di daerah penelitian dapat dilihat dari bagaimana cara petani dalam berinteraksi dengan orang lain seperti interaksi petani dengan keluarganya, interaksi petani dengan petani lainnya dan interaksi petani dengan penyuluh pertanian. Keaktifan dalam berkomunikasi tersebut dapat ditunjukkan dengan cara petani dalam memberikan penjelasan informasi mengenai program pupuk bersubisdi, kepuasan dengan pendapat orang lain, penerimaan pendapat serta saran dari orang lain, memberikan informasi, saran dan pendapat kepada orang lain, meminta informasi, saran dan pendapat kepada orang lain, pernyataan enggan untuk membantu menjelaskan informasi mengenai program pupuk bersubsidi, meminta penjelasan informasi kepada orang lain mengenai program pupuk bersubsidi dan pembelaan terhadap pendapat sendiri.

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa rona perilaku komunikasi petani memiliki skor rata-rata 41,03. Skor terendah rona perilaku komunikasi petani adalah 6 dan skor tertinggi rona perilaku komunikasi petani adalah 103. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Marjanji Pisang memiliki interaksi komunikasi dalam taraf tinggi. Petani di Desa Marjanji Pisang termasuk dalam petani yang terbuka dalam berkomunikasi dengan orang lain. Sebagian besar dari mereka, mau untuk mendengarkan, menjelaskan, memberi saran mau pun meminta saran atau pendapat kepada orang lain. Secara umum, petani di Desa Marjandi Pisang termasuk aktif dalam


(60)

berinteraksi dengan orang lain untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi yang didapatkan dari berbagai sumber informasi.

Tabel 5.1. Deskripsi perilaku komunikasi petani di desa Marjandi Pisang

Klasifikasi Rata-rata Nilai

Minimum

Nilai Maxium Interaksi komunikasi dengan

keluarga

Interaksi komunikasi dengan petani lain

Interaksi komunikasi dengan penyuluh

Total

9,4 8,87 22,76 41,03

0 0 6 6

22 30 51 103 Sumber: diolah lampiran 5

Berdasarkan Tabel 5.1, dapat dilihat bahwa, petani di Desa Marjandi Pisang memiliki rata-rata skor interaksi komunikasi dengan keluarga sebesar 9.4. Skor minimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 0 dan skor maksimum interaksi komunikasi dengan keluarga adalah 22. Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa petani di Desa Marjandi Pisang memiliki interaksi komunikasi dengan keluarga untuk membahas informasi mengenai program pupuk bersubsidi masuk pada taraf rendah.

Rendahnya interaksi petani dengan keluarga untuk membahas mengenai program pupuk bersubsidi disebabkan karena dalam satu keluarga, biasanya hanya kepala rumah tangga yang bekerja sebagai petani dan dialah yang paling mengerti mengenai program pupuk bersubsidi, bagaimana pengaruh program pupuk bersubsidi tersebut terhadap kegiatan usahatani mereka, dan apa manfaat dan kegunaan dari pupuk bersubsidi tersebut, sedangkan keluarga yang lain seperti istri maupun anak kurang memahami mengenai pupuk bersubdi. Sebagian besar anak petani, jarang ada yang mau untuk meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai


(61)

petani. Sedangkan istri, bertugas untuk membereskan urusan rumah tangga. Petani di Desa Marjandi Pisang sering berada di luar rumah untuk bekerja agar dapat meningkatkan produksi usahatani mereka, sehingga mereka hampir tidak memiliki waktu untuk berkomunikasi dengan teman sesama petani untuk membahas masalah program pupuk bersubsidi. Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa skor rata-rata interaksi komunikasi petani dengan petani lain adalah 8,87. Skor terendah untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 0 dan skor tertinggi untuk interaksi komunikasi dengan petani lain adalah 30. Berdasarkan rata-rata tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani di Desa Marjandi Pisang memiliki interaksi komunikasi dengan petani lain dalam taraf rendah.

Rendahnya interaksi petani dengan petani lainnya disebabkan oleh beberapa hal yaitu terlalu sibuknya para petani tersebut dalam mengembangkan dan meningkatkan usahatani mereka serta ketidaktahuan informasi mengenai program pupuk bersubsidi tersebut diantara para petani lainnya. Berdasarkan Tabel 5.1 petani di Desa Marjandi Pisang memiliki skor rata-rata dalam interaksi komunikasi dengan penyuluh sebanyak 22,76. Skor terendah interaksi komunikasi petani dengan penyuluh adalah 6 dan skor tertinggi untuk interaksi petani dengan penyuluh adalah 51. Rata-rata skor interaksi petani dengan penyuluh di Desa Marjandi Pisang menempati skor tertinggi dari keseluruhan jenis interaksi. Hal tersebut menggambarkan bahwa, sebagian besar interaksi komunikasi petani terjadi antar sesama penyuluh untuk membahas masalah program pupuk bersubsidi. Penyebab seringnya interaksi antar sesama penyuluh disebabkan oleh


(62)

adanya jadwal pertemuan para petani dengan penyuluh untuk membahas program pupuk bersubsidi tersebut. Jadwal pertemuan petani dengan penyuluh diadakan satu kali dalam tiga bulan. Program pupuk bersubsidi merupakan program yang dibuat Pemerintah guna membantu petani memenuhi kebutuhan pupuk sesuai kebutuhannya dalam meningkatkan produksi pertanian mereka. Agar program pemerintah ini sampai ketangan para petani maka Pemerintah bekerjasama dengan para penyuluh untuk menyampaikan informasi mengenai program pupuk bersubsidi tersebut. Dengan demikian untuk membahas program pupuk bersubsidi tersebut para petani lebih sering bertemu dan bertanya kepada penyuluh setempat. Komunikasi eksternal petani dengan penyuluh dapat dikatakan paling sering diantara jenis interaksi komunikasi lainnya.

Dari hasil wawancara di Desa Marjandi Pisang terdapat berbagai macam pertemuan antar petani dengan PPL (penyuluh pertanian) yaitu sebagai berikut: Tabel 5.2. Pertemuan rutin petani di Desa Marjandi Pisang

No Pertemuan Topik

1 Pertemuan rutin 1 x 3 bulan  Keadaan lahan dilapangan

 ADRT kelompok

 Pemecahan masalah-masalah yang ada

2 Pertemuan pasca panen

 RAT PUAP

 P2P3

 Membahas bantuan dana yang digelontarkan oleh kementan pada tahun 2010 yaitu sebesar 100 juta kepada setiap kelompok tani dan diberikan secara bergilir ke kelompok yang lain

 Melakukan doa syafaat turun benih yang dipasilitasi PPL 3 Kegiatan rutin setelah turun

benih 

Melakukan gotong royong

 Perburuan hama tikut Sumber: balai penyuluhan desa Marjandi Pisang 2015.


(63)

5.2 Hubungan Karateristik Individu (Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama Berusahatani) Dengan Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi

Tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban petani sampel terhadap kuesioner yang diberikan. Kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan tentang keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi. Petani sampel diminta memilih satu dari tiga pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-3, yaitu:

A. Ya(3), B. Kadang-kadang (2), C. Tidak (1) . Dengan Range skor yaitu ada 3 :

10 – 16 = tingkat keberhasilan rendah 17 – 23 = tingkat keberhasilan sedang 24 – 30 = tingkat keberhasilan tinggi

Karateristik individu petani tingkat keberhasilan penerimaan pupuk bersubsidi di desa Marjandi Pisang dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3. Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi

No Kategori Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Tinggi 24 38,09

2 3

Sedang Rendah

35 4

55,54 6,34

Jumlah 63 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 4

Berdasarkan pada Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa dari 63 petani sampel, jumlah petani 24(38,09) termasuk kategori tinggi tingkat keberhasilannya terhadap Penerimaan Pupuk Bersubsidi, sebanyak 35 petani dengan persentase 55,55 % masuk dalam kategori sedang dan kategori rendah sebanyak 4 petani atau 6,34 %.


(1)

118

Lanjutan lampiran 5

Jumlah skor dan rata-rata perilaku eksternal di desa marjandi pisang

No

Keterangan

Total

Rata-rata

1

Keluarga

595

9,4

2

Teman petani lainnya

559

8,87

3

Penyuluh

1434

22,76

Pada kolom keterangan memiliki skor:

Keluarga = 1

Petani lainnya = 2

Penyuluh = 3


(2)

119

Lampiran 5. Hasil Uji Korelasi Karakteristik Individu (Umur, Tingkat

Pendidikan

Dan

Lama

Bertani)

Dengan

Tingkat

Keberhasilan Penerimaan Pupuk Bersubsidi

Correlations

umur petani

tingkat keberhasilan

Spearman's rho umur petani Correlation Coefficient 1.000 .286*

Sig. (2-tailed) . .023

N 63 63

tingkat keberhasilan Correlation Coefficient .286* 1.000

Sig. (2-tailed) .023 .

N 63 63

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Correlations

tingkat pendidikan

tingkat keberhasilan

Spearman's rho tingkat pendidikan Correlation Coefficient 1.000 -.120

Sig. (2-tailed) . .348

N 63 63

tingkat keberhasilan Correlation Coefficient -.120 1.000

Sig. (2-tailed) .348 .

N 63 63


(3)

120

Lanjutan lampiran 5

Correlations

lama bertani

tingkat keberhasilan

Spearman's rho lama bertani Correlation Coefficient 1.000 .304*

Sig. (2-tailed) . .015

N 63 63

tingkat keberhasilan Correlation Coefficient .304* 1.000

Sig. (2-tailed) .015 .

N 63 63

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(4)

121

Lampiran 6. Hasil Uji Regresi Pengaruh Karakteristik Individu, Perilaku

Komunikasi dan Jenis Media Terhadap Pemahaman Petani

Tentang Pupuk Bersubsidi

Model Summaryb

Mod el R

R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F

Change df1 df2

Sig. F Change

1 .887a .788 .769 4.44534 .788 42.257 5 57 .000 1.906

a. Predictors: (Constant), Jenis_media, Pendidikan_Petani, Umur_Petani, Perilaku_komunikasi, Lama_Bertani

b. Dependent Variable: Skor_Pemahaman

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 63

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 4.56594591

Most Extreme Differences Absolute .114

Positive .114

Negative -.053

Kolmogorov-Smirnov Z .908

Asymp. Sig. (2-tailed) .382

a. Test distribution is Normal.

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4175.176 5 835.035 42.257 .000a

Residual 1126.379 57 19.761

Total 5301.556 62

a. Predictors: (Constant), Jenis_media, Pendidikan_Petani, Umur_Petani, Perilaku_komunikasi, Lama_Bertani

b. Dependent Variable: Skor_Pemahaman


(5)

122

Model

Colinearity Statistic

Tollerance

VIF

Umur Petani

Lama Bertani

Pendidikan Petani

Perilaku Komunikasi

Jenis Media

0,375

0,290

0,940

0.915

0,654

2,664

3,454

1,064

1,093

1,528

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardize d Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Zero-order Partial Part

Toleranc e VIF

1 (Constant) -.581 5.040 -.115 .909

Umur_Petani -.050 .109 -.046 -.458 .649 .620 -.061 -.028 .370 2.700

Lama_Bertani .749 .140 .594 5.351 .000 .813 .578 .327 .302 3.309

Pendidikan_Petani .334 .348 .061 .959 .342 .102 .126 .059 .930 1.075

Perilaku_komunikasi .607 .209 .224 2.903 .005 .596 .359 .177 .627 1.594

Jenis_media 3.207 1.005 .268 3.192 .002 .722 .389 .195 .529 1.890

a. Dependent Variable: Skor_Pemahaman


(6)

123