Ajuvan Ajuvan merupakan bahan yang ditambahkan dalam formulasi herbisida untuk

Berdasarkan struktur aglikon sapogeninnya dikenal 2 macam saponin, yaitu : tipe steroid dan triterpenoid. Saponin tipe steroid Gambar 2 mengandung aglikon polisiklik yang merupakan sebuah steroid cholin. Di alam, saponin tipe steroid tersebar luas pada beberapa keluarga Monocotyledoneae contoh: Dioscorea spp., terutama keluarga Dioscoreaceae dan keluarga Amaryllidaceae contoh: Agave sp.. Saponin steroid penting karena mempunyai kesamaan struktur inti senyawa-senyawa vitamin D, glikosida jantung, dan kortison sehingga biasa digunakan sebagai bahan baku untuk sintesa senyawa-senyawa tersebut Gunawan dan Mulyani, 2004. Gambar 2. Struktur kimia saponin steroid Saponin tipe triterpenoid Gambar 3 jarang ditemukan pada tanaman golongan Monocotyledoneae tetapi banyak terkandung dalam tanaman Dicotyledoneae, terutama pada keluarga Caryophylaceae, Sapindaceae, Polygalaceae, dan Sapotaceae. Kebanyakan saponin triterpenoid mempunyai struktur pentasiklik dan sapogeninnya terikat pada rantai dari gula dapat berupa glukosa, galaktosa, pentosa dan metil pentosa atau unit asam uronat ataupun keduanya pada posisi C3 Gunawan dan Mulyani, 2004. Gambar 3. Struktur kimia saponin triterpenoid

BAB III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan April 2016.

3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan didalam penelitian ini adalah cuka makan 25 , larutan

buah lerak, bibit gulma 2 golongan teki : C. rotundus dan C. kyllingia, 2 golongan rumput : P. conjugatum dan E. indica dan 2 golongan daun lebar : A. gangetica dan S. nodiflora, dan cat kuku. Sedangkan alat yang digunakan adalah pot diameter 8,5 cm dan tinggi 11,5 cm, timbangan digital, gelas ukur, knapsack sprayer dengan nosel warna biru lebar bidang semprot 1,5 m, SPAD 502, mikroskop, gelas preparat, ruber bulb, pipet, oven, kantong plastik, gunting, selotip dan amplop. 3.3 Metodologi Penelitian Percobaan faktorial disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah cuka dengan konsentrasi 0, 5, 10, 15, dan 20. Faktor kedua adalah konsentrasi larutan buah lerak yaitu 0, 2,5 dan 5. Tabel 1. Perlakuan Cuka + Larutan Buah Lerak Cuka Larutan Buah Lerak L 2,5 L 1 5 L 2 0 C C L C L 1 C L 2 5 C 1 C 1 L C 1 L 1 C 1 L 2 10 C 2 C 2 L C 2 L 1 C 2 L 2 15 C 3 C 3 L C 3 L 1 C 3 L 2 20 C 4 C 4 L C 4 L 1 C 4 L 2 Perlakuan sebanyak 15 perlakuan diulang sebanyak 4 kali dengan 6 jenis gulma sasaran sehingga diperoleh 360 satuan percobaan. Perlakuan campuran asam asetat dan larutan buah lerak diuji dengan macam-macam konsentrasi untuk melihat pengaruhnya terhadap gulma . Uji Bartlett digunakan untuk menguji homogenitas ragam dan Uji Tukey untuk menguji additifitas data. Jika asumsi terpenuhi, analisis data akan dilanjutkan dengan sidik ragam dan uji Beda Nyata Terkecil BNT pada taraf 5 digunakan untuk menguji perbedaan nilai tengah. 3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Tata Letak Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok. Tata letak pot diatur dengan jarak yang cukup agar tidak terjadi kontaminasi antar perlakuan. U I U II U III U IV COL0 C2L0 C3L0 C1L2 COL1 C4L0 C2L1 C2L1 COL2 C1L0 C0L2 C3L2 C1L0 C3L2 C0L1 C4L0 C1L1 C3L1 C1L1 C0L2 C1L2 C1L2 C2L0 C3L1 C2L0 C0L0 C3L2 C1L1 C2L1 C0L2 C4L1 C2L2 C2L2 C1L1 C1L0 C2L0 C3L0 C0L1 C2L2 C3L0 C3L1 C2L2 C4L0 C1L0 C3L2 C4L1 C4L2 C0L0 C4L0 C2L1 C0L0 C4L1 C4L1 C4L2 C1L2 C4L2 C4L2 C3L0 C3L1 C0L1 Gambar 4. Tata letak percobaan Keterangan : CnLn : Perlakuan cuka + larutan buah lerak U : Ulangan 3.4.2 Penetapan Gulma Sasaran Gulma sasaran terdiri atas 6 spesies gulma dari 3 golomgan berdasarkan tanggapan gulnma terhadap herbisida. Pada setiap golongan terdiri dari 2 jenis gulma sasaran yaitu golongan teki C. rotundus dan C. kyllingia, golongan rumputan P. conjugatum dan E. indica, dan golongan daun lebar A. gangetica dan S. nodiflora.

3.4.3 Penanaman Gulma Penanaman gulma dilakukan dengan menanam gulma yang masih muda. Bibit

gulma diambil di sekitar Universitas Lampung dan Politeknik Negeri Lampung. Media yang digunakan adalah tanah dengan kondisi sama dengan tempat pengambilan gulma dengan berat masing-masing pot berisi 300 g tanah. Untuk mengantisipasi matinya gulma di pot, maka penanaman gulma dilakukan lebih dari jumlah satuan percobaan dan ditanam di pot tersendiri sehingga mempermudah dalam melakukan penyulaman.

3.4.4 Pemeliharaan Gulma Gulma yang telah ditanam tersebut dipelihara dengan dilakukan penyiraman,

penyiangan gulma nontarget, dan pengendalian hama penyakit jika diperlukan. Penyiraman gulma dilakukan hingga tanah mengalami kapasitas lapang dengan tujuan agar gulma tidak kekurangan air dan layu. Penyiraman dilakukan setiap pagi hari. Penyiangan gulma nontarget dilakukan agar pertumbuhan gulma target tidak terganggu. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma nontarget dan membuangnya.