SIMPULAN DAN SARAN TINJAUAN PUSTAKA

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ................................................................................... 61 B. Saran .......................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………. 63 LAMPIRAN …………………………………………………………… 64

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian intergral dari pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani. Menurut Adang Suherman 19992000 bahwa, ”Pendidikan jasmani merupakan bagian dari program pendidikan umum yang memberi kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh”. Pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan aktivtas jasmani sebagai media utama mencapai tujuan pembelajaran, adapun aktivitas utamanya adalah cabang- cabang olahraga. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan yang sangat penting di antaranya memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar yang diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik dan sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat. Kebugaran jasmani merupakan salah satu unsur untuk meningkatkan kualitas manusia, pendidikan jasmani adalah pendidikan yang menggunakan jasmani sebagai titik pangkal mendidik anak dan anak dipandang sebagai satu kesatuan jiwa raga. Dengan demikian tujuan pendidikan jasmani disekolah identik dengan tujuan pendidikan. Dari uraian di atas diharapkan dapat tercapai tujuan pendidikan jasmani. Olahraga merupakan suatu bentuk pendidikan individu dan masyarakat yang mengutamakan peningkatan dan pemanfaatan fisik manusia. Olahraga adalah salah satu cara belajar mengenai dunia sekelilingnya dan diri sendiri oleh karena itu olahraga merupakan bagian integral dari pendidikan yang dapat memberikan sumbangan yang berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan manusia seutuhnya yang berlangsung seumur hidup. Mengingat pentingnya jasmani yang kuat agar dapat melaksanakan tugas sehari-hari maka pendidikan jasmani menjadi kunci bagi peningkatan kemampuan jasmani disekolah. Mutu, kesuksesan dan keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani sangat dipengaruhi unsur-unsur antara lain: guru sebagai unsur utama, siswa, kurikulum, tujuan, metode, sarana dan prasarana, penilaian, dan suasana kelas. Pendidikan jasmani disekolah juga memiliki peranan penting diantaranya: memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani. Agar pembelajaran pendidikan jasmani efekif diperlukan sarana dan prasarana yang sesuai dengan materi pembelajaran, apalagi untuk mencapai keberhasilan pembelajaran semakin menuntut kondisi, mutu, keadaan dan jumlah sarana dan prasarana yang memadai. Kelancaran pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Adanya sarana dan prasarana yang memadai akan mencerminkan kualitas pendidikan, sehingga tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan akan tercapai dengan baik. Namun sebaliknya, sarana dan prasarana yang kurang memadai akan berdampak pada rendahnya kualitas pendidikan, bahkan kurikulum tidak akan berjalan. Soekatamsi dan Srihati Wa ryati 1996:10 berpendapat. ”Olahraga di sekolah harus diusahakan agar diperlukan sama dengan hal-hal lain dalam kurikulum, dan harus disediakan bangsal dan lapangan olahraga dengan jumlah dan luas yang cukup sehingga memungkinkan pelaksanaan program olahraga dapat dilakukan dengan penuh oleh setiap murid. Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pengajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sarana dan prasarana yang memadai sangat penting untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan besar sekali manfaatnya bagi guru dan siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan lancar serta tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Namun sebaliknya sarana dan prasarana yeng tidak lengkap atau tidak sesuai dengan kurikulum akan menyulitkan Guru dan siswa sehingga materi tidak dapat disampaikan pada siswa dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai. Di dalam proses belajar mengajar sarana dan prasarana pendidikan ke beradaanya sangat diperlukan. Pencapian tujuan pendidikan sangat tergantung dari sarana dan prasarana pendidiknya. Tujuan pendidikan akan berjalan lancar jika di dukung dengan sarana dan prasarana yang cukup dan memadai baik dari kualitas maupun kuantitas. Berkaitan dengan sarana dan prasarana penelitan ini akan mengkaji kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yang ada di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih. Berdasarkan kenyataannya bahwa masih banyak anggapan di sekolah-sekolah bahwa prasarana dan sarana pendidikan jasmani dianggap kurang penting dibandingkan dengan prasarana dan sarana pelajaran lainnya seperti pelajaran Kimia, Biologi, IPA, Matematika, sehingga tidak jarang prasarana dan sarana pendidikan jasmani di sekolah-sekolah di kesampingkan. Jika prasarana dan sarana pendidikan jasmani di sekolah dikesampingkan, maka pembelajaran tidak dapat berjalan. Di samping itu juga, kualitas dan kondisi prasarana dan sarana pendidikan jasmani yang kurang atau tidak ideal serta tidak layak masih digunakan dalam pembelajaran, sehingga akan mempengaruhi guru pendidikan jasmani dalam mengajar dan keahlian yang dimilikinya. Peralatan olahraga yang tidak layak pakai justru menjadi masalah bagi guru dalam mengajar, bahkan dapat membahayakan siswa. Tetapi sebaliknya, jika jenis, jumlah, kualitas dan kondisi sarana dan prasarana pendidikan jasmani lengkap dan memenuhi syarat akan membantu guru pendidikan jasmani dalam membangkitkan minat dan motivasi siswa dalam pelajaran pendidikan jasmani, sehingga membantu keberhasilan tujuan pendidikan. Melengkapi jenis, jumlah dan kondisi sarana dan prasarana pendidikan jasmani adalah sangat penting. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani yang ideal sangat menunjang terhadap pelaksanaan proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Peralatan yang kurang lengkap menyebabkan Melengkapi jenis, jumlah dan kondisi prasarana dan sarana pendidikan kerugian pada materi pelajaran, waktu serta tenaga dalam proses belajar mengajar. Peralatan olahraga yang tidak lengkap juga menimbulkan kurangnya interaksi antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga mengakibatkan prestasi belajar pendidikan jasmani akan turun, berdampak pada penurunan tingkat kebugaran jasmani siswa yang pada akhirnya akan mempengaruhi pencapaian hasil belajar secara keseluruhan. Kondisi sarana dan prasarana pendidikan sangat penting. Penyediaan sarana dan prasarana dalam pendidikan jasmani yang ideal sangat menunjang terhadap pelaksanaan proses balajar mengajar pendidikan jasmani. Peralatan olahraga yang tidak lengkap juga menimbulkan kurangnya interaksi antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga hasil belajar pendidikan jasmani akan menurun. Permasalah-permasalahan yang telah dikemukakan di atas yang melatar belakangi judul penelitian “Studi analisis tentang Sarana dan Prasarana pembelajaran pendidikan jasmani terhadap hasil belajar Pendidikan Jasmani di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut. 1. Kurangnya penyediaan sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih. 2. Rendahnya nilai pendidikan jasmani siswa yang ada di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, terdapat beberapa masalah yang berhubungan dengan sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani, untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai ruang lingkup penelitian, maka dalam penelitian ini dibatasi pada study analisis tentang Sarana dan Prasarana pembelajaran pendidikan jasmani terhadap hasil belajar pendidikan jasmani di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah keadaan Sarana dan Prasarana pembelajaran pendidikan jasmani di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih? 2. Bagaimanakah hasil belajar pendidikan jasmani di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah 1. Untuk mengetahui kelengkapan sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih. 2. Untuk mengetahui nilai pendidikan jasmani yang ada di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi mahasiswa Memberikan sumbangan pemikiran pengetahuan bagi mahasiswa khususnya dalam bidang sarana dan prasarana olahraga yang berhubungan dengan pembelajaran jasmani di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih. 2. Bagi SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih Bagi SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih penelitian ini dapat menjadi gambaran tentang sarana dan prasarana yang ada di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih yang kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi siswa khususnya dalam menguasai keterampilan dalam berolahraga. 3. Bagi guru olahraga Memberikan pengetahuan bahwa pentingnya sarana prasarana pembelajaran pendidikan jasmani terhadap hasil belajarnya. 4. Bagi Dinas Pendidikan Bagi dinas pendidikan yang ada di Gunung Sugih sebaiknya lebih memperhatikan sarana prasarana pembelajaran yang ada di Kecamatan Gunung Sugih agar hasil belajarnya lebih meningkat.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih yang berjudul “Study analisis tentang sarana dan prasarana pembelajaran pendidikan jasmani yang ada di SMP Negeri Kecamatan Gunung Sugih”.

I. TINJAUAN PUSTAKA

1. Sarana Prasarana

a. Pengertian Sarana

Menurut Soepartono 2000:6 sarana olahraga adalah terjemahan dari facilities, yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan olahraga atau pendidikan jasmani, mudah dipindah, bahkan dibawa oleh pelaku atau siswa. Contoh alat yang digunakan dalam pembelajaran jasmani yaitu: bola, raket, pemukul, net, lembing, dan sebagainya. Sarana pendidikan jasmani merupakan peralatan yang sangat membantu Dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Sarana pendididkan jasmani pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang sifatnya tidak permanen, dapat dibawa kemana-mana atau dipindahkan dari satu tempat ketempat lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001: 999 dijelaskan, “Sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan”. Menurut Ratal Wirjasantoso 1984: 157 alat-alat olahraga biasanya dipakai dalam waktu relatif pendek misalnya: bola, raket, jarring, pemukul bola kasti, dan sebagainya. Alat-alat olahraga biasanya tidak dapat bertahan dalam waktu yang lama, alat akan rusak apabila sering di pakai dalan kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, agar alat dapat bertahan lama harus dirawat dengan baik. Sarana maupun alat merupakan benda yang dibutuhkan dalam pembelajaran olahraga, dan alat tersebut sangat mudah dibawa sehingga sarana atau alat tersebut sangat praktis dalam pelaksanaan pembelajaran. Alat olahraga merupakan hal yang mutlak harus dimiliki oleh sekolah, tanpa ditunjang dengan hal ini pembelajaran pendidikan jasmani tidak akan dapat berjalan dengan baik. Soepartono 19992000 menyatakan istilah sarana olahraga adalah terjemahan dari fasilitas yaitu sesuatu yang dapat digunakan dan dimanfaatkandalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Selanjutnya sarana juga dapat diartikan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani mudah dipindah bahkan mudah dibawa oleh pemakai. Sedangkan sarana olahraga dapat dibedakan menjadi: 1. Peralatan ialah sesuatu yang digunakan. Contoh: peti loncat, palang tunggal, palang sejajar, dan lain sebagainya. 2. Perlengkapan ialah: a. Semua yang melengkapi kebutuhan prasarana. Misalnya: net, bendera untuk tanda, garis batas. b. Sesuatu yang dapat dimainkan atau dimanipulasi dengan tangan atau kaki. Misalnya: bola, raket, pemukul. Sedang menurut Sukintaka yang dimaksud alat adalah alat-alat olahraga a dalah “ alat yang digunakan dalam olahraga, misalnya bola untuk bermain basket, voli, sepak bola. Menurut Agus S. S 2004:4, sarana adalah sesuatu yang diperlukandalam pembelajaran pendidikan jasmani, sehingga sangat penting dalam memberikan motivasi peserta didik untuk selalu bergerak aktif, sehingga tujuan aktivitas pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Perlu diperhatikan bahwa ada hal-hal yang dapat membahayakan keselamatan di lapangan atau ruang bagi anak, yaitu a. kursi kursi wasit, tempat duduk yang sudah tidak stabil lagi sudah goyang b. lantai yang licin; c. ventilasi dan suhu ruangan yang tidak nyaman; d. saluran air bersih yang tidak berfungsi; e. saluran air kotor yang macet; f. reruntuhan atau sisa-sisa peralatan yang tidak terpakai yang berserakan dilantai ruang senam atau di lapangan; g. halaman atau lantai yang tidak rata, reruntuhan yang tersembunyi; h. lubang-lubang di lapangan, permukaan lantai ruangan yang terbuat dari kayu yang sudah rusak; i. lapangan olahraga yang terlalu dekat dengan tempat rekreasi; j. suasana lalu lintas yang tidak nyaman. Dari beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa sarana adalah sarana pendidikan jasmani merupakan perlengkapan yang mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani yang sifatnya dinamis dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.

b. Pengertian Prasarana

Menurut Agus S. Suryobroto 2004:16-18 prasarana adalah segala sesuatu yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, mudah dipindah bisa semi permanen. Contoh: matras, peti lompat, meja tenis meja, dll. Perkakas biasanya tidak dipindahkan agar tidak mudah rusak, kecuali kalau tempatnya terbatas, sehingga harus bongkar pasang. Prasarana dalam pembelajaran pendidikan jasmani juga bisa bersifat permanen atau tidak bisa dipindah. Contoh: lapangan sepak bola, voli, basket, hoki, dll. Jadi prasarana dalam pembelajaran jasmani akan mempermudah berlangsungnya proses pembelajaran. Persyaratan yang harus dipertimbangkan dalam memilih sarana dan prasarana yaitu sebagai berikut. a. Aman Unsur keamanan merupakan unsur yang paling pokok dalam pembelajaran pendidikan jasmani, artinya keamanan merupakan prioritas utama sebelum unsur yang lain. Lapangan harus terhindar dari unsur bahaya, misalnya: licin, ada benda runcing batu tajam, pecahan kaca, paku, dan sebagainya. b. Mudah dan murah Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran pendidikan jasmani agar memenuhi persyaratan kemudahan dan kemurahan, maksudnya adalah sarana dan prasarana tersebut mudah didapat, disiapkan, diadakan, dan jika membeli tidaklah mahal harganya, namun juga tidak mudah rusak. c. Menarik Sarana dan prasarana yang baik jika menarik penggunaanya, artinya siswa senang dalam menggunakannya bukan sebaliknya. Jangan sampai dengan adanya sarana dan prasarana menjadikan siswa takut dalam melakukan aktivitas. Selain itu sebagai seorang guru penjas harus dapat menciptakan sarana dan prasarana yang menarik siswanya. d. Memacu untuk bergerak Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan jasmani, maka siswa akan terpacu untuk bergerak. Hal ini karena sarana dan prasarana tersebut merupakan tantangan bagi siswa. Dengan demikian diharapkan dalam penggunaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani dapat memacu siswa untuk bergerak. e. Sesuai dengan kebutuhan Dalam penggunaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan siswa atau penggunanya. f. Sesuai dengan tujuan Sarana dan prasarana hendaknya sesuai dengan tujuannya, maksudnya jika sarana dan prasarana tersebut akan digunakan untuk mengukur kekuatan dan sesuai dengan tujuan kekuatan tersebut, yaitu harus berkaitan dengan berat. Jika sarana dan prasarana digunakan untuk mengukur keseimbangan, maka terkait dengan lebar tumpuan dan tinggi tumpuan. g. Tidak mudah rusak Hendaknya sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani tidak mudah rusak, meskipun harganya murah. Artinya jangan sampai sarana pendidikan jasmani hanya dapat digunakan dalam satu atau dua kali pakai saja. h. Sesuai dengan lingkungan Sarana dan prasarana yang digunakan untuk pembelajaran pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan situasi lingkungan sekolah. Soepartono 2000: 5 menambahkan bahwa prasarana berarti segala sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses usaha atau pembangunan. Dalam olahraga prasarana didefinisikan sebagai sesuatu yang mempermudah atau memperlancar tugas dan memiliki sifat yang relatif permanen. Prasarana pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat permanen. Kelangsungan proses belajar mengajar pendidikan jasmani tidak terlepas dari tersedianya prasarana yang baik dan memadai. Prasarana yang baik dan memadai maka proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat berjalan dengan baik. Menurut Depdiknas dalam Kamus Besar Bahasa Iandone sia 2001: 893 bahwa, “prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses usaha, pembangunan proyek dan lain sebagainya”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa prasarana olahraga adalah segala sesuatu yang dibutuhkan dalam melakukan olahraga yang sifatnya semi permanen bisa dipindahkan tetapi sulit atau berat, bisa juga permanen tidak bisa dipindahkan. Keberadaan sarana dan prasarana sangat mempengaruhi cepat lambatnya siswa dalam menguasai pembelajaran. Tanpa sarana dan prasarana kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan optimal.

2. Fasilitas Pendidikan Jasmani Untuk Sekolah

Fasilitas olahraga di sekolah merupakan masalah di negara Indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata dan masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standart minimal. Untuk menuju pendidikan yang berkualitas, maka fasilitas olahraga harus dipenuhi. Adapun yang dimaksud dengan fasilitas menurut hasil Loka Karya Fasilitas Olahraga 1979: 18 dijelaskan bahwa, “Fasilitas olahraga adalah semua lapangan dan bangunan beserta perlengkapannya. Dalam hal ini fasilitas tersebut, macam dan jenisnya dapat berupa lapangan terbukaluar, lapangan tertutup, kolam renang dan perlengkapan fasilitas olahraga”. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, fasilitas olahraga merupakan lapangan atau bangunan yang disertai dengan perlengkapan olahraga. Sebagai contoh fasilitas sepakbola berupa lapangan sepakbola yang dilengkapi seperti gawang, jala, bendera, bola dan lain sebagainya. Keberadaan fasilitas dalam pendidikan jasmani sangat penting, bahkan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Ketersediaan fasilitas olahraga yang ideal sesuai dengan standart, maka pembelajaran pendidikan jasmani akan berjalan lancar sesuai dengan kurikulum. Namun sebaliknya, fasilitas yang tidak sesuai maka pembelajaran tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga pembelajaran tidak sesuai dengan kurikulum. Fasilitas adalah sarana untuk melancarkan fungsi atau kemudahan. Fasilitas secara umum adalah fasilitas yang disediakan untuk kepentingan umum seperti: jalan raya,alat penerangan, dan lain-lainnya.Fasilitas olahraga di sekolah masih merupakan masalah di negara indonesia. Ditinjau dari kuantitasnya masih sangat terbatas dan tidak merata. Masih terlalu jauh dari batas ideal minimal atau standard minimal.

1. Kelemahan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Menggunakan Sarana Prasarana

Stndart a. Banyak Sekolah Tidak Mempunyai Lapangan Seharusnya tiap sekolah mempunyai satu lapangan sepak bola, baru hamper semua cabang olahraga yang ada di kurikulum dapat dilaksanakan. Hanya bulutangkis, karena tidak boleh ada angin, harus didalam gedung dan lapangan basket harus dilapangan khusus. Yang lain bola voli, dapat mendirikan net lapangan, senam bisa mengeluarkan matras kelapangan, bola tangan juga dapat dan semua nomer atletik dapat pula dilaksanakan dilapangan bola. Namun kondisi sekolah sekarang hanya satu atau dua yang mempunyai lapangan sepakbola. Kebanyakan hanya memiliki halaman yang tidak begitu luas. Karena masih ada guru yang mengajar dengan peralatan dan ukuran yang sebenarnya, maka banyak materi pendidikan jasmani yang mulai kelas 1 sampai 3 SMP tidak diajarkan. Misalnya halaman sekolah hanya berukuran 1x25 m, cukup untuk satu lapangan voli dan senam saja. Padahal dalam kurikulum seharusnya, satu cawu hanya dua kali pelajaran voli. Dalam kondisi seperti ini yang pasti tidak dapat dilaksanakan dan tidak pernah diajarkan adalah semua nomor atletik.

b. Kurang Memberikan Kebebasan Murid

Pendidikan jasmani dengan aturan cabang olahraga yang sebenarnya kurang memberikan kebebasan pada murid. Karena ketrampilan murid belum baik dan harus menggunakan alat missal bola ukuran orang dewasa, membuat suasana pembelajaran kaku dan tidak lancar. Pada waktu bermain murid tidak dapat bebas bergerak karena terikat oleh peraturan permainan. Seharusnya guru jangan menggunakan alat dan lapangan ukuran sebenarnya. Apabila muridnya belum mampu, sebenarnya terbuka kesempatan bagi guru pendidikan jasmani untuk membuat sendiri peraturan dan alatnya sesuai dengan kebutuhan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran.

c. Tidak Semua Murid Mampu Menggunakan Fasilitas Ukuran Standar.

untuk praktek pendidikan jasmani tidak selalu mengguanakan secara keseluruhan lapangan standar sebab tidak semua murid mampu menggunakannya. Sebenarnya guru pendidikan jasmani tidak harus menuntut tersediannya peralatan untuk setiap cabang olahraga dengan ukuran yang sebenarnya. Dan untuk pengadaan peralatan tersebut lebih baik dibelikan bahan dan peralatan sederhana yang murah dan mungkin sebagian bisa dibuat sendiri oleh guru. Peralatan olahraga yang sebenarnya, disamping harganya mahal juga belum tentu murid mampu menggunakannya.

d. Tidak Sesuai Dengan Karakteristik Murid

Guru pendidikan jsmani seharusnya tidak mengajar tetapi membelajarkan. Artinya guru mengusahakan agar muridnya mau dan senang belajar. Oleh karena itu guru harus benar-benar memahami karakteristik muridnya. Murid SMP masih tergolong anak-anak yang masih menyukai aktifitas bermain dan lomba-lomba yang menyenangkan. Jadi jika fasilitasnya tidak sesuai dengan karakteristik murid, sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan atau kondisi murid. Lapangan bisa dipersempit, alat dan peraturan disederhanakan agar murid bisa melakukan aktifitas dengan senang. Modifikasi sebenarnya hanya istilah saja, modifikasi bukan model maupun metode tetapi mengacu pada berbagai ketrampilan mengajar yang di adaptasi secara tepat selama proses pengajaran. Modfikasi adalah model yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi kelas yang menakankan pada kegembiraan dan pengayaan perbendaharaan gerak agar sukses dalam mengembangkan ketrampilan.

e. Tujuan Pendidikan Jasmani Sulit Dicapai

Menurut penelitian penelitian Cholik Muhtar, 1995 menyebutkan bahwa dengan menggunakan peralatan standart, waktu gerak efektif permurid rendah maka sulit untuk meningkatkan keugran jasmani maupun merangsang pertumbuhan. Begitu pula tujuan-tujuan pendidikan jasmani yang lain sulit untuk dicapai.

2. Pengembangan sarana prasarana yang ada disekolah

Peralatan olahraga yang sebenarnya ukuran standart justru sebagian besar tidak sesuai dengan karakteristik dan perkembangan siswa. Minimnya sarana prasarana olahraga yang tidak merata dan tidak sesuai dengan kondisi murid ini menuntut guru prndidikan jasmani lebih kreatif. Guru harus bisa memodifikasi pembelajaran dengan memanfaatkan sarana prasaran seadanya di sekolah atau alat buatan guru sendiri dinamakan pengajaran dengan pendekatan modifikasi. Pendekatan modifikaasi adalah pendekatan yang didesain dan disesuaikan dengan kondisi kelas yang menekankan pada kegembiraan dan pengayaan perbendaharaan gerak agar sukses dalam mengembangkan ketrampilan. Oleh guru-guru yang masih menggunakan model pembelajaran tradisional, pembelajaran modifikasi dianggap tidak sesuai dengan kurikulum, karena mereka mengagnggap GBPP kurikiulum pendidikan jasmani adalah satu-satunya terjemahan dari kurikulum.

3. Belajar Dan Pembelajaran

a. Pengertian belajar dan pembelajaran

Menurut Burton 2001:28, belajar adalah suatu proses perubahan tingkat laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Dimana tingkah laku dalam arti luas ditimbulkan atau di ubah melalui praktek atau latihan. Menurut Husdarta dan Saputra2002:2, belajar dimaknai dengan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antar individu dengan lingkungan. Tingkah laku itu mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pengetahuan sikap dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa dapat di ukur penampilannya. Menurut Gagne dalam Widiastuti, belajar adalah suatu perubahan tingkah laku manusia atau kemampuan yang dapat diperlihara yang bukan berasal dari proses pertumbuhan. Menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono 1999:9, belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan yang komplek. Hasil belajar berupa kemampuan, setelah belajar orang dapat memiliki pengetahuan, sikap, dan nilai. Jadi menurut pengertian diatas berarti belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus rangsangan lingungan, melewati pengolahan, menjadi kapabilitas baru.

b. Prinsip-Prinsip Belajar Dan Pembelajaran

Banyak teori dan prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan para ahli yang lainnya yang memiliki persamaan dan perbedaanan. Dimyati dan Mudjiono 1999:42-50, membagi prinsip-prinsip belajar dalam tujuh katagori, yaitu sebagai berikut. 1. Perhatian dan Motivasi. Menurut Gagne dan Berli 1984:335, perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Dari teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Sementara itu, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Gagne dan Berli 1984:335, mengatakan motivasi adah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. 2. Keaktifan. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan tidak juga dilimpahkan oleh orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. 3. Keterlibatan Langsung atau Berpengalaman. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung dalam perbuatan dan tanggung jawab terhadap hasil belajarnya. 4. Pengulangan. Di dalam prinsip belajar pengulangan memiliki peranan penting, karena mata pelajaran yang kita dapat perlu diadakan pengulangan-pengulangan supaya terjadi kesempurnaan dalam belajar. Oleh karena itu prinsip pengulangan masi relevan sebagai dasar pembelajaran dan dalam belajar masih tetap diperlukan latihan- latihan atau pengulangan-pengulangan. 5. Tantangan. Dalam situasi belajar siswa mengahadapi suatu tujuan yang ingin di capai tetapi selalu terdapat hambatan dengan mempelajari bahan ajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu. Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka bahan belajar harus memiliki tantangan. Tantangan yang di hadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. 6. Balikan atau Penguatan. Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan pada stimulus rangsangan dan respon reaksi. 7. Perbedaan Individu. Perbedaan individu ini pengaruh dari hasil cara belajar siswa, karena perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran di sekolah.

c. Tujuan Belajar Dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh ranah-ranah afektif dan psikomotor. Sehingga proses belajar yang mengaktualisasi nyata ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan belajar. Menurut Sardiman 1994:27, secara umum tujuan belajar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu 1 untuk mendapatkan pengetahuan; 2 penanaman konsep dan keterampilan; dan 3 pembentukan sikap.

d. Hasil Belajar

Setelah berahirnya suatu proses belajar dan pembelajaran maka siswa memproleh suatu hasil belajar. Menurut Dimyanti 1994:3, Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Diahiri dengan proses evaluasi hasil belajar,dari sisi siswa,hasil belajar merupakan brahirnya penggal dan puncak proses belajar sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran. Menurut Ahmadi 1984:35, hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha dalam hal ini usaha belajar dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang dapat dilihat pada nilai setiap mengikuti tes. Menurut Dimyati dan Mudjiono 1994:35, hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak penggiring. Dampak pengajaran adalah basil yang dapat diukur seperti tertuang dalam nilai raport dan angka dalam ijazah. Sedangkan dampak penggiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang didapat dari pengajaran yang tertuang dalam bentuk angka dalam raport dan ijazah.

4. Pendidikan Jasmani

a. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional seperti yang tertera dalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, berbagai hal yang menunjang sistem pendidikan perlu dikembangkan sebaik mungkin. Seperti yang tertuang pada UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan yang menunjang pembentukan manusia seutuhnya, dikembangkan melalui proses belajar dan pembelajaran. Berbagai hambatan dalam proses belajar harus sejalan dan stabil agar kondisi belajar yang kondusif tercipta sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai serta dapat mencapai hasil yang maksimal.

b. Pengertian Pendidikan Jasmani

Menurut Nixon dan Cozens 1963:51, pendidikan jasmani didefinisikan sebagai fase dari seluruh proses pendidikan yang berhubungan dengan aktifitas dan respon otot yang giat dan berkaitan perubahan yang di hasilkan individu dari respons tersebut. Menurut Dauer dan Pangrazi 1989:1, pendidikan jasmani merupakan fase dari program pendidikan keseluruhan yang memberikan kontribusi, terutama melalui pengalaman gerak, untuk pertumbuhan dan perkembangan secara utuh untuk tiap anak. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara-cara yang tepat agar memiliki makna bagi anak. Menurut Bucher 1979, pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari suatu proses pendidikan secara keseluruhan, proses pendidikan fisik yang di pilih untuk meningkatkan kemampuan organic, neuromuskuler, interperatif, social dan emosional. Menurut Ateng 1993, bagian integral dari keseluruhan melalui berbagai kegiatan jasmani yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan organic, neuromuskuler, interperatif dan emosional. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan yang di lakukan secara sadar, untuk mengolah tubuh dan untuk meningkatakan kemampuan organic, neuromuskuler, interperatif, social dan emosional.

c. Tujuan Pendidikan Jasmani

1. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. 2. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. 3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. 4. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. 5. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. 6. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. 7. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.

d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani

1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya. 2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya. 3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya. 4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya. 5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya. 6. Pendidikan luar kelas, meliputi: piknikkaryawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

I. METODE PENELITIAN