Dimensi Organisasi Belajar Organisasi Belajar

mensinergikan kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperi yang telah dibicarakan di atas. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan berbagi wawasan sukses dan gagal yang terjadi dalam suatu team, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Pembelajaran dalam organisasi akan semakin cepat kalau orang mau berbagi wawasan dan belajar bersama-sama. Oleh karena itu semangat belajar dalam team, cerita sukses atau gagal suatu team harus disampaikan pada team yang lainnya. Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya.

2.7 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Pengembangan kemampuan problem solving dan berfikir kritis dapat dilakukan melalui perkuliahan dengan eksperimen dan interakrtif berbasis masalah. Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini telah dilakukan oleh: 1. Alexander 2004 mengadakan penelitian dengan judul “A Qualitative Exploration Of Students’ Experiences With Tutorial Learning” yang bertujuan untuk mengekplorasi bagaimana mahasiswa memahami pengalaman dengan belajar tutorial ditingkat perguruan tinggi. Selain itu juga untuk mengeksplorasi kepribadian mahasiswa yang berpartisipasi dalam belajar tutorial. Data penelitian diperoleh dari sampel sebanyak 32 mahasiswa dengan cara wawancara mendalam, analisis dokumen. Tema yang dianalisis yaitu tentang hubungan mahasiswa dengan dosen, strategi pembelajaran, manfaat dari tutorial. Hasil yang diperoleh yaitu perlu dilakukan perubahan dalam belajar tutorial sebagai bentuk dukungan akademis, yang memperhatikan kebutuhan masing-masing mahasiswa. 2. Abrahams dan Millar 2008 melaporkan hasil penelitian yang berjudul “Does Practical Work Really Work? A study of the effectiveness of practical work as a teaching and learning method in school science ”. Para guru fokus dalam pelajaran ini sebagian besar dalam mengembangkan siswa mengenai pengetahuan ilmiah yang sebenarnya, bukan pada mengembangkan pemahaman tentang prosedur enquiri ilmiah. Praktikum pada umumnya efektif bagi siswa untuk melakukan apa yang dipercobakan dengan benda-benda fisik, tapi banyak kurang efektif dalam mereka menggunakan ide-ide ilmiah untuk memandu tindakannya dan menganalisis data yang mereka kumpulkan. Analisis kerangka kerja yang digunakan dalam belajar ini menawarkan sebuah cara menilai tugas praktikum dan mengidentifikasi siswa yang membutuhkan dukungan tertentu dalam berpikir dan belajar agar efektif. 3. Hermani 2010 mengintregasikan perkuliahan dan praktikum kimia analitik melalui pembelajran berbasis masalah untuk membekali keterampilan generik bagi calon guru. Masalah yang diberikan merupakan problem open-ended yang diselesaikan melalui kegiatan laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan generik yang berkembang dalam kimia analitik meliputi inferensi logika, membangun konsep, berkomunikasi ilmiah, dan berfikir kritis. 4. Muhtas 2007 mengemukakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Keterampilan berkomunikasi yang menonjol adalah menyusun dan menyampaikan hasil kerja sedangkan yang rendah yaitu mengungkapkan suatu gagasan. 5. Iswari 2010 menggunakan kegiatan laboratorium berbasis problem solving pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk meningkatkan literasi sains peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan kegiatan laboratorium berbasis problem solving dapat meningkatkan literasi sains peserta didik. Peningkatan tertinggi terjadi pada 1 konten adalah pengendapan 65; 2 aplikasi sains yaitu terbentuknya stalagtit dan stalagmit dalam gula kapur 56; 3 proses sains yaitu mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 42; serta 4 sikap sains yaitu menunjukkan kemauan untuk mengambil sikap menjaga sumber alam 59. 6. Feranie dan Tayubi 2009 mengemukakan penggunaan pendekatan pembelajaran konseptual secara interaktif yang dipadukan dengan pembelajaran stategi problem solving dapat lebih meningkatkan hasil belajar fisika dasar II baik dari segi penguasaan konsep maupun keterampilan problem solving mahasiswa Kimia UPI dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Berdasarkan kajian teoritik yang telah diuraikan sebelumnya diperoleh alur kerangka berfikir bahwa untuk menciptakan situasi yang kondusif serta keefektifan dalam proses pembelajaran sains diperlukan suatu model dan strategi pembelajaran. Ada berbagai strategi pembelajaran yang banyak digunakan dalam dunia pendidikan. Salah satu strategi pembelajaran adalah pembelajaran tutorial dan praktikum. Kedua strategi ini dipilih karena dianggap efektif untuk pembelajaran sains. Sesuai tujuan pendidikan bahwa pembelajaran diharapkan mampu merubah tingkah laku mahasiswa menuju tingkah laku dan perilaku dewasa. Pendidikan sains dengan sendirinya bertujuan merubah perilaku mahasiswa dengan mempergunakan sains sebagai sarananya. Untuk mencapai tujuan pendidikan sains secara optimal, maka sains haruslah dipelajari sesuai dengan langkah- langkah dan proses ilmiah yang ditempuh oleh para ilmuan sains dalam memburu penjelasan dari gejala-gejala alam yang belum tersingkap. Strategi pembelajaran tutorial dan praktikum adalah jawaban untuk mencapai tujuan pendidikan sains secara optimal. Jika proses pembelajran sains disampaikan sesuai dengan proses sains pastilah nilai-nilai pendidikan sains dapat diteladani mahasiswa secara optimal. Adapun nilai-nilai pendidikan sains tersebut adalah: a. Mahasiswa akan dapat memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum- hukum atau teori-teori sains dengan lebih baik b. Mahasiswa akan semakin terampil dalam berfikir keilmuan sesuai dengan proses sains c. Mahasiswa akan terpola memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh para ilmuan sains seperti: obyektifjujur, tekunulet, cermatteliti, mau menerima saran dan kritik orang lain, terbuka, menghormati pendapat orang lain dan tidak tergesa- gesa dalam mengambil keputusan jika tidak didukung data penunjang yang cukup. III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka saja, melainkan data tersebut berasal dari catatan lapangan observasi, dokumentasi analisis dokumentasi dan kuesioner. Penggunaan metode penelitian didasarkan atas tujuan pokok penelitian ini, yaitu berusaha mendeskripsikan situasi secara komprehensif dalam konteks yang sesungguhnya berkaitan dengan evaluasi pembelajaran Sains Dasar berbasis tutorial dan praktikum di Jurusan Kimia FMIPA Unila. Metode penelitian yang digunakan adalah metode evaluasi yang menggunakan model evaluasi Goal Oriented Evaluation untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan dengan hasil dari pelaksanaan program pembelajaran Sains Dasar berbasis tutorial dan Praktikum di Jurusan Kimia FMIPA Unila. Menurut Arikunto 2009: 41 model Goal Oriented Evaluation yang dikemukakan oleh Tyler merupakan pendekatan evaluasi yang menentukan peninjauan pada tujuan sejak awal kegiatan dan berlangsung secara berkesinambungan. Adapun prosedur pendekatan evaluasi Tyler sebagai berikut: 1 Perumusan tujuan yang akan diukur, 2 Pemilihan instrumen, 3 Pemilihan desain evaluasi, 4 Pengumpulan dan analisis data, 5 Interpretasi hasil.