Tinjauan Penelitian Terdahulu Pengembangan Hipotesis

aktivitasnya. Dengan demikian, ukuran perusahaan juga dapat dikaitkan dengan besarnya kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Jadi ukuran perusahaan adalah besaran yang dapat dilihat dari besarnya penjualan atau total aset, yang perhitungannya dapat dilakukan dengan nilai logaritma natural total penjualan atau total aset. Nilai tersebut dikonversikan ke bentuk logaritma dimaksudkan agar nilainya sama dengan variabel lainnya. Perusahaan besar yang well-established akan lebih mudah memperoleh pendanaan baik oleh kreditur maupun di pasar modal. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total penjualan.

2.6. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya yaitu sebagai berikut: 1. Yeniatie dan Niken Destriana 2010 melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyimpulkan bahwa kepemilikan institusional, struktur aset, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan namun kepemilikan manajerial, kebijakan deviden, risiko bisnis tidak mempengaruhi kebijakan hutang perusahaan. 2. Penelitian Sunarsih 2004 mengenai analisis simultanitas kebijakan hutang dan kebijakan maturitas hutang serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menyimpulkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang adalah firm size dan non-debt tax shield, sedangkan variabel investment opportunity dan efek signaling tidak signifikan. Variabel yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan maturitas hutang adalah firm size, efek signaling dan asset maturity, sedangkan variabel investment opportunity tidak signifikan. 3. Penelitian yang dilakukan Mulianti 2010 melakukan penelitian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan dan risiko bisnis memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, sedangkan likuiditas perusahaan tidak mempunyai pengaruh signifikan. Lalu lebih lanjut dalam hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kebijakan hutang perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

2.7. Pengembangan Hipotesis

Risiko bisnis menggambarkan adanya ketidakpastian atas proyeksi pendapatan di masa mendatang jika perusahaan menggunakan hutang. Semakin tinggi risiko bisnis, maka probabilitas terjadinya financial distress juga semakin tinggi. Ini dikarenakan earning yang tidak menentu akan menyebabkan arus kas masuk yang juga tidak menentu. Dan jika ternyata perusahaan rugi atau arus kas yang masuk tidak mencukupi untuk membayar beban bunga, maka perusahaan dapat bangkrut. Hal ini akan menyebabkan tingkat penggunaan utang yang optimum semakin rendah, sehingga perusahaan seharusnya menggunakan lebih sedikit utang Krishnan dan Myers,1996. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyanti 2010 mengemukakan bahwa semakin tinggi risiko yang dihadapi maka perusahaan akan cenderung untuk menggunakan hutang yang sedikit. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian Fidyati 2003 menunjukkan hasil bahwa risiko bisnis juga berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang Muliyanti, 2010. Berbeda dengan hasil sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Mutamimah 2003 serta Lopez dan Francisco 2008 menunjukkan bahwa risiko bisnis tidak signifikan berpengaruh terhadap kebijakan penggunaan hutang perusahaan. Hasil ini juga diperkuat oleh Yeniatie dan Destriana 2010 yang menyimpulkan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Dalam penelitiannya mereka menyatakan bahwa hal ini disebabkan risiko bisnis perusahaan merupakan suatu keadaan yang sulit untuk diukur atau ditentukan secara pasti. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis pertama dirumuskan sebagai berikut: Ha1: Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan Profitabilitas merefleksikan laba untuk pendanaan investasi. Berdasarkan pecking order theory, pilihan pertama dalam pendanaan adalah dengan menggunakan laba ditahan, baru kemudian menggunakan hutang dan ekuitas. Oleh karena itu terdapat hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan hutang Masdupi, 2005 dalam Yeniatie dan Destriana, 2010. Semakin tinggi tingkat profitabilitas sebuah perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan hutang yang digunakan dalam pendanaan perusahaan karena perusahaan cenderung menggunakan internal equity yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu. Namun jika kebutuhan dana belum tercukupi, perusahaan baru menggunakan hutang. Hasil penelitian Yeniatie dan Destriana 2010 menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harjanti dan Tandelilin 2007 dan penelitian Faisal 2000. Namun hasil yang berbeda diperoleh Aristasari 2006 yang menyimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang dengan arah hubungan yang positif. Dalam penelitiannya dikatakan bahwa hal tersebut menunjukkan jika perusahaan mempunyai tingkat keuntungan yang tinggi maka perusahaan tersebut tidak cenderung menggunakan hutang dalam jumlah yang besar. Hasil ini didukung oleh Amendhi 2011 yang menyimpulkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang. Dikatakannya bahwa perusahaan dengan profit tinggi akan mudah mendapatkan pinjaman, sebab kreditor menilai perusahaan tersebut akan mampu melunasi hutang sesuai tempo apabila melihat profit keuntungan perusahaan yang tinggi. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut: Ha2: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang perusahaan Semakin besarnya ukuran perusahaan maka kebutuhan akan dana juga akan semakin besar yang salah satunya dapat berasal dari pendanaan eksternal yaitu hutang. Perusahaan besar memiliki keuntungan aktivitas serta lebih dikenal oleh publik dibandingkan dengan perusahaan kecil sehingga kebutuhan hutang perusahaan yang besar akan lebih tinggi dari perusahaan kecil. Selain itu, semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan semakin transparan dalam mengungkapkan kinerja perusahaan kepada pihak luar, dengan demikian perusahaan semakin mudah mendapatkan pinjaman karena semakin dipercaya oleh kreditur Muliyanti, 2010. Hasil penelitian yang dilakukan Homaifar dan Zietz et al 1994, Lopez dan Francisco 2008 menunjukkan hasil yang seragam yang dalam hal ini ukuran perusahaan berpengaruh secara positif signifikan terhadap tingkat hutang perusahaan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian yang ada di Indonesia yaitu penelitian Euis dan Taswan 2002, Nisa Fidyati 2003, Santika dan Kusuma 2002 serta Muliyanti 2010. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Ozkan 2001 menunjukkan hasil yang berbeda yaitu ukuran perusahaan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Sejalan dengan hasil tersebut, penelitian Bhaduri 2002 dan Mutamimah 2003 juga menunjukkan hasil yang tidak signifikan antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang perusahaan. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis kedua dirumuskan sebagai berikut: Ha3: Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI periode 2007-2011. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. Adapun sampel yang dipilih dalam penelitian ini dengan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1. Seluruh perusahaan manufaktur yang bergerak pada sektor Automotive and Allied Product yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2011. 2. Perusahaan menyediakan kepada publik laporan keuangan auditan secara konsisten dan lengkap dari tahun 2007-2011. 3. Periode laporan keuangan perusahaan berakhir setiap 31 Desember. Alasan pemilihan sampel perusahaan yang bergerak pada sektor Automotive and Allied Product karena pada sektor ini umumnya perusahaan mempunyai rasio hutang yang tinggi, hal ini menunjukkan bahwa nilai dana yang dikucurkan untuk kelompok industri ini sangat besar. Oleh karena itu, pihak-pihak pemberi hutang