Beberapa Sebab Perkembangan Kriminalitas di Daerah Perkotaan.

akibatnya. Di kota yang besar, yang banyak penduduknya ada kemungkinan keadaan yang tidak sehat ini, yang memberikan kesempatan atau dapat mendorong atau membiarkan orang bertindak sehat kriminal, sering dapat dijumpai. Misalnya karena tidak meratanya kesempatan untuk mendapatkan uang secara legal secukupnya untuk membeli obat, maka seorang ayah akan mencuri bila ada kesempatan, demi kepentingan hidup anaknya yang sakit parah. Sebelum mengeluarkan suatu undang-undang hukum pidana, harus diingat bahwa undang-undang hukum pidana lah yangmemberikan kualitas kriminalpada suatu perilaku. Perlu juga dipertimbangkan, bahwa setiap kali dikeluarkan suatu undang-undang hukum pidana yang baru, maka perilaku orang yang sebelumnya adalah sesuai dengan undang-undang karena perumusan undang-undang tersebut lalu menjadi kriminal. Semua tindakan kriminal adalah fungsi suatu struktur sosial, sedikitnya dalam hubungan bahwa kriminalitas diciptakan dengan dikeluarkannya suatu undang-undang. Banyak undang-undang merefleksikan nilai-nilai sosial, lembaga sosial dan norma-norma suatu masyarakat tertentu, tetapi banyak juga yang tidak. Suatu struktur sosial beroperasi sedemikian rupa sehingga pada kenyataannya mengembangkan residivisme. Mereka yang memakai cap bekas hukuman disalurkan oleh suatu struktur sosial untuk berhubungan dengan orang yang mempunyai cap yang sama, dan kerap kali mereka hampir selalu dipaksa untuk kembali melakukan tindakan kriminaluntuk hidup. Residivisme bukan merupakan masalah kepribadian atau suatu kerusakan karakter, akan tetapi lebih merupakan cara suatu struktur sosial beroperasi. Tidak adanya tanda kesediaan menerima masyarakat dan biasanya juga adanya kesukaran mendapatkan pekerjaan, para bekas hukuman mengharapkan sedikitnya pada dua persoalan yang penting, yaitu: 1 Mereka memerlukan sarana bantuandukungan dan 2 Mereka memerlukan teman-teman seperti kita semua. Mereka yang telah dibebaskan dari penjara untuk hari-hari pertama hidup kembali dan menyesuaikan diri dalam masyarakat memerlukan bantuan material dan moral dari anggota masyarakat dan instansi pemerintah dan swasta, untuk hidup dan menyesuaikan diri. Kalau tidak maka ada kemungkinan besar mereka terpaksa melakukan lagi hal-hal yang tercela dan merugikan masyarakat. Dapat dikatakan sebab-sebab sosial, terjadinya kriminilitas antara lain terdapat pada pola-pola nilai, sistem-sistem normatif, pola-pola perilaku-perilaku yang bertentangan, standar-standar berbagai macam pengaruh Idas sosial, pengaruh keluarga dan kelompok sebaya, bentuk-bentuk sosial yang dapat diidentifikasikan, lingkungan yang abstrak dan kongkrit dan variabel-variabel lain. Dalam rangka mengurangi peningkatan kriminalitas, maka salah satu usaha yang terbaik adalah usaha pencegahan kriminalitas, terutama sebelum kriminalitas tersebut dilakukan. Kejahatan merupakan masalah yang senantiasa menarik untuk dibahas, karena kejahatan selalu berkaitan dengan ketertiban, ketentraman, dan kedamaian dalam masyarakat. Tindakan kejahatan dapat dikatakan sebagai bentuk tingkah lakuseseorang atau sekelompok orang yang melanggar ketentuan-ketentuan,hukum dan atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat.Sebagai salah satu bentuk tingkah laku, perbuatan ini senantiasa melekat dan akan selalu hadir dalam kehidupan masyarakat dan sulit untuk di lenyapkan hal ini sejalan dengan pendapat Abdulsyani 1989:69 yang menyatakan bahwa: “Adanya tingkah laku kejahatan menurut kenyataannya dapat diterima sebagai fakta sosial bagi masyarakat, baik masyarakat yang masih bersahaja maupun masyarakat yang tergolong modern. Sebagai alasannya ialah karena kejahatan akan selalu dijumpai dalam kehidupan ini kendatipun aparat ketertiban sudah semakin ditingkatkan. Artinya memang kejahatan merupakan bagian dari bantuk kehidupan masyarakat. Walaupun perbuatan tarsebut melekat dan akan selalu hadir dalam masyarakat akan tetapi kejahatan tetap harus dipelajari dalam rangka upaya mempersempit ruang geraknya disamping agar kemungkinan perkembangannya dapat di minimalisir. Pada dasarnya tindak kejahatan tidak hanya terjadi pada masa sekarang, tetapi jugu dimasa silam.Ini terbukti dengan adanya ahli pikir atau ilmu yang berusaha memecahkan masalah kejahatan pada pada abad-abad sebelum masehi seperti; Aristoteles 383-322 SM dalam bukunya politik mengemukakan bahwa: Kemiskinanmenimbulkan kejahatan dan pemberontakan. Dari pendapat Aristoteles tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam keadaan yang serba kekuranganterjepit seseorang cenderung melakukan tindakan negatif yang merugikan masyarakat. Seiring dengan proses globalisasi yang diakselerasikan oleh kemajuan ilmu dan teknologi yang sangat pesat ini, tidak saja menbawa manfaat bagi kepentingan umat manusia tetapi juga meninbulkan berbagai efek sampingan yang negatif. Karena teknologi nanusia menjadi manja, bisa menjadi konsumtif sehingga manusia dikuasai oleh teknologi.Dengan demikian ada kecenderungan orang akanmenilai sesuatu berdasarkan bentuk lahirnya saja, dan sedikit sekaliyang-gunakan nilai-nilai manusiawinya sendiri. Maka timbullahanggapan bahwa seolah-olah yang namanya masyarakat modern harus memiliki barang-barang hasil teknologi baru itu.Artinya, seseorang akannganggep dirinya modern jika ia mampu mengikuti dan memilikisetiap ciptaan baru. Jika ingin untuk memiliki kebutuhan modern itu tidak terpenuhi maka seakan-akan dirinya tidak berfungsidalam masyarakat. Hal ini merupakan akibat dari rasa gengsi, tidak sanggup bekerja keras karena sudah terbuai oleh gemerlapnya hasilteknologi canggih dan sebagainya. Dalam keadaan demikian maka tidak mustahil timbul hasrat dalam dirimanusia untuk menghalalkan segala carademi tercapainya apa yang diinginkan dalam rangka menaikkan gengsi menyesuaikan diri, mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya ditengah kehidupan yang modern inisehingga semakin meningkatkan kejahatan itu baikdari segi jumlah kuantitas maupun segi kualitas atau pola melakukannya menurut Moch Sanusi 1987:1 bahwa: “Kejahatan adalah fenomena sosial yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, sehingga yang pada hakekatnya ketua budaya manusia, sebagai akibat perkembangan ilmu dan teknologi modern maka kejahatan dewasa ini berkembang semodern budaya manusia itu sendiri”. Selanjutnya kejahatan yang terjadi pada masyarakat selalu hadir dengan ciri-ciri dan pola-pola yang selalu berubah-ubah sesuaidengan perkembangan masyarakat, saperti yang dikatakan oleh Sudarto 1986: 107 bahwa: “Kejahatan itu berubah dari waktu ke waktu dan berbeda dari tempat ke tempat”. Begitu pula halnya dengan daerah Lampung sebagai pintu gerbang penyangga Ibukota mempunyai arti yang strategis baik didang ekonomi maupun pertahanan keamanan banyak terjadi tindak kejahatan dan pelanggaran seperti tarlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 1: Daftar Jenis Kejahatan dan Pelanggaran No Jenis Kejahatan dan Pelanggan Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Ags Sept Okt Nov 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. Politik Terhadap Kepala Negara Terhadap Ketertiban Pembakaran Penyuapan Mata Uang Memalsu Materai Kesusilaan Penjudian Penculikan Pembunuhan Penganiayaan Pencurian Perampokan Curas Memeras dan Mengancam Penggelapan Penipuan Pengrusakan Senjata Tajam Penadahan Lalu Lintas Narkotika Ekonomi Subversi Lain-lainMerusak Liak - - - 1 - - - 28 - 6 49 51 201 112 11 8 7 - 8 6 4 3 - 1 - - - - 1 - - - 25 - 3 47 49 194 108 9 7 7 - 7 3 2 3 - 1 - - - - 1 - - - 24 - 3 47 46 196 111 8 5 8 - 5 2 2 3 - 1 - - - - 1 - - - 29 - 4 44 39 185 102 5 3 4 - 3 2 1 3 - 1 - - - - 1 - - - 20 - 3 48 42 191 107 4 3 3 - 4 2 1 4 - 1 - - - - 1 - - - 21 - 2 46 44 190 106 3 4 3 - 5 2 2 4 - 1 - - - - 1 - - - 20 - 2 50 45 192 107 2 5 3 - 6 2 1 4 - 1 - - - - 1 - - - 22 - 3 52 52 152 116 2 5 3 - 8 4 1 4 - 1 - - - - 1 - - - 22 - 3 81 53 134 119 2 5 3 - 9 4 - 4 - 1 - - - - 1 - - - 23 - 3 52 50 98 98 2 5 3 - 12 4 7 6 - 1 - - - - 1 - - - 30 - 3 50 48 120 110 7 5 8 - 14 4 11 6 - 1 - Jumlah 496 463 463 426 434 434 441 426 441 457 418 Sumber: Lembaga Pernasyarakatan Rajabasa Bandar Lampung pada Bulan Januari. Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober, November 2014. Berdasarkan Tabel 1 Jenis Kejahatan dan Pelanggaran tersebut, Jenis Kejahatan Pencurian yang paling sering terjadi yakni sebanyak 120 kasus pencurian pada bulan November 2014. Berdasarkan hasil prasurvei terhadap beberapa narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa Bandar Lampung yang melakukan kejahatan pencurian diduga pendapatan mereka rendah dan jumlah tanggungan mereka banyak sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhannya.Sedangkan kemajuan zaman yang diikuti dengan perkembangan perekonomian dewasa ini, mengakibatkan tumbuhnya persaingan bebas serta adanya iklan-iklan dan sebagainya membuat seseorang cenderung ingin memiliki uang barang sebanyak-banyaknya. Bagi mereka yang berpenghasilan tinggi dan jumlah tanggungan sedikit tidak menjadi persoalan, tetapi lain halnya bagi mereka yang berpenghasilan pas-pasan sedangkan tanggungan mereka banyak menjadi masalah, karena mmereka cenderung mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan tanpa mempertimbangkan dan memperhitungkan akibat dari perbuatan tersebut. Selanjutnya disamping para narapidana pelaku kejahatan pencurianmelakukan kejahatan didorong oleh kondisi ekonomiyang relatif rendah juga diduga tingkat pendidikan mereka rendah, sehingga mereka tidakmampu berpikir secara jernih dalam bersikap bertindak sehinggatidak mustahil dapat merugikan orang lain, untuk lebih jelasnyadapat dilihat dalam tabel berikut ini Tabel 2. Tingkat Pendidikan Narapidana Pelaku Kejahatan Pencurian Kategori Tingkat Pendidikan Jumlah Rendah Menengah Tinggi TKSD SMPSMA Universitas Akademi 150 80 - 65, 2 34, 8 - Jumlah 230 100 Sumber: Lembaga Pemasyarakatan Rajabasa Bandar Lampung Pada Bulan November 2014. Dari tabel 2 Tingkat Pendidikan tersebut diketahui bahwa 150 65,2 para Narapidana yang melakukan kejahatan pencurian berpendidikan rendah atau hanya tamat Sekolah Dasar, sehingga Cakrawala pandang mereka sempit dan di dalam bertindak lebih di dominasi oleh dorongan nafsu serta cenderung bertindak spekulatif, tanpa berpikir lagi tentang kemungkinan-kemungkinan yang dapat merusak dirinya sendirimerugikan orang lain, bahkan dapat mengakibatkan resahnya masyarakat. Tindakan kejahatan pencurian merupakan salah satu kejahatan yang sering dilakukan akibat dari rendahnya pendidikan tersebut, terutama pendidikan formal.Pada umumnya mereka tidak mampu berfikir panjang, sehingga secara spekulatif mereka tidakakan segan-segan melakukan kejahatan pencurian.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan orang yang berpendidikan rendah lebih mudah terdorong untuk melakukan kejahatan dalam setiap upaya memenuhi kebutuhankepentingannya. Hal ini sejalan dengan pendapat H. Hari Saturodji yang dikutip oleh AbdulSyani dalam bukunya Sosiologi Kriminalitas 1989 yang menyatakan bahwa “Faktor-faktor yang mempengaruhi kejahatan ada dua yaitu faktor dari luar diri individu dan faktor dari dalam diri individu.Faktor dari dalam diri individu ini termasuk didalamnya pendidikan individu, Sedangkan Faktor dari luar diri termasuk di dalamnya lingkungan tempat tinggal dan ekonominya, karena hal ini mempengaruhi tingkah laku terutama intelegensinya. Dari pernyataan diatas maka dari itu peneliti tertarik mengkaji lebih dalam mengenai status sosial ekonomi terhadap tindak pencurian di Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikandiatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apakah ada hubungan status sosial ekonomi dengan tindak kejahatan pencurian? 2. Bagaimanakah hubungan status sosial ekonomi dengan tindak kejahatan pencurian?

1.3 Tujuan dan Kegunaan

1.3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui hubungan status sosial ekonomi dengan tindak kejahatan pencurian.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis diharapkan dapat menambah dan meningkatkan wawasan llmiah yang berkaitan dengan ruang lingkup soslologi khususnya sosiologi kriminalitas. 2. Secara praktis diharapkan berguna sebagai bahan masukan bagi aparat penegak hukum untuk mengantisipasi berbagai kesenjangan yang dapat timbul sehingga dapat mengurangi tindak kejahatan pencurian. 3. Diharapkan berguna bagi sesama Mahasiswa dan pihak lain yang ingin mengetahui tindak kejahatan pencurian dalam hubungannya dengan status sosial ekonomi.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Status Sosial Ekonomi

Untuk mengemukakan pengertian tentang status sosial ekonomi terlebihdahulu dikemukakan tentang status. Status Sosial menurut Soerjono Soekanto 1990: 265 adalah: Menunjuk pada kedudukan sosial yang diartikan sebagai tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya. Pernyataan diatas memperlihatkan bahwa status sosial menunjuk kedudukan yang menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam suatu kelompok sosial. Dengan kata lain, kedudukan seseorang memilikihubungan dengan kedudukan orang-orang lain didalam kelompok sosial tersebut. Lebih lanjut FS. Chaplin 1982 dalam buku diferensiasi sosial memberikan pengertian Status Sosial Ekonomi sebagai berikut: Status sosial ekonomi sebagai posisi yang ditempati individu atau keluarga berkenaan dengan ukuran rata-rata yang umum terjadi tentang pemilikan struktural, pendapatan efektif, pemilikan berang-barang dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dalam komunitasnya. Kaare Svalastoga, 2005: 26. Dan menurut Hanasee Malo 1985: 75 berpendapat bahwa status sosial ekonomi adalah kedudukan suatu keluarga dalam struktur sosial masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan pendapatan.Pendapat tersebut diatas juga dipertegas oleh Duncan yang dikutip oleh Kaare Svalastoga dalam bukunya Diferensiasi Sosial yakni di dalam skala status sosial ekonomi Duncan menggunakan dua komponen, yakni Pendapatan dan Pendidikan Kaare Svalastoga, 2005: 37. Dari pengertian dan ruang lingkup status sosial ekonomi tersebut, maka yang dimaksud status sosial ekonomi dalam penelltian ini adalah: Suatu Tempat atau posisi sosial masyarakat. Tempat atau posisi sosial ekonomi tersebut diketahui melalui tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Bagi seseorang atau golongan yang mempunyai pemilikan atas sumber ekonomi dan tingkat pendidikan, maka ia akan diperhitungkan dalam strata tertentu dalam masyarakat.

2.1.1 Pengertian Tingkat Pendidikan

A. Pengertian Pendidikan

Henurut Zahara Idris 1983: 11 Pendidikan adalah: Serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka supaya menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.Potensi disini adalah potensi fisik, emosi, sosial, sikap moral, pengetahuan dan keterampilan. Menurut H. Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati 1991: 69 dalam bukunyaIlmu Pendidikan mengatakan bahwa: Pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan.