KAJIAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PENCURIAN DENGAN MEMECAHKAN KACA MOBIL DI BANDAR LAMPUNG (Studi di Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung)

(1)

ABSTRAK

KAJIAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PENCURIAN DENGAN MEMECAHKAN KACA MOBIL DI BANDAR LAMPUNG

(Studi di Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung) Oleh

IBNU SINA FATHURRAHMAN

Tindak pidana pencurian dapat dilakukan dengan berbagai modus, salah satu di antaranya adalah memecahkan kaca mobil. Terjadinya pencurian ini disebabkan oleh berbagai faktor selain pelaku kejahatan itu sendiri, di antaranya karena kurangnya kehati-hatian atau kewaspadaaan pemilik kendaraan dalam memarkirkan kendaraan serta kebiasaan meninggalkan barang berharga di dalam mobil. Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Apakah faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung? (2) Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung?

Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Narasumber penelitian terdiri dari anggota Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dan akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan studi lapangan, selanjutnya data dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa: (1) Faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kejiwaan pelaku tindak pidana yang tidak stabil, rendahnya pendidikan dan minimnya kesadaran beragama serta faktor ekonomi. Faktor eksternal terdiri dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis dan lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung. (2) Upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung melalui sarana non penal dan sarana penal. Upaya non penal dilaksanakan dengan sosialisasi mengenai kewaspadaan terhadap pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil dengan pamasangan spanduk berisi himbauan dan menempatkan anggota berpakaian preman pada titik-titik rawan kejahatan pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil. Upaya penal dilaksanakan dengan penyelidikan dan penyidikan, yaitu upaya penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana pencurian dengan memecahkan kaca mobil yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.


(2)

Ibnu Sina Fathurrahman

Saran dalam penelitian ini adalah: (1) Aparat kepolisian disarankan untuk meningkatkan patroli dalam rangka pengamanan dan pengawasan terhadap lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi tempat bagi pelaku untuk melakukan kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil. Selain itu pengawasan dengan menggunakan media kamera pengintai juga hendaknya ditingkatkan sehingga apabila terjadi kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil akan lebih mudah untuk diidentifikasi (2) Pemilik kendaraan bermotor roda empat disarankan untuk meningkat kewaspadaan dalam memarkirkan mobil, dengan cara memilih lokasi parkir yang aman atau dijaga oleh juru parkir dan tidak meninggalkan barang berharga di dalam mobil.


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 November 1992, merupakan putra kedua dari tiga bersaudara, buah hati pasangan Bapak Drs. Hi. Edi Juhardiman, MM dan ibu Dra. Hj. Yulia Ibrahim

Penulis menempuh pendidikan TK Kartini Bandar Lampung pada tahun 1997-1999, Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Rawa Laut Bandar Lampung pada Tahun 1999-2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Bandar Lampung pada 2004-2007, Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 2 Bandar Lampung pada Tahun 2007-2010. Pada Tahun 2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam Himpunan Mahasiswa Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila (2012-2013), selain itu penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) tanggal 17 januari 2013 sampai dengan 26 februari 2013 yang di laksanakan di Desa Putra Aji 1 Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung.


(7)

MOTO

طسقل َلا قيل ا ي لا تكلا ع ل أ ِي ل سر سرأ دقل

يِ دددَلا ل أ

سر رص د َلا عيل َ ل عِ دددش أ

د ع ٌي ق َلا َ إ يغل

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca supaya manusia dapat menegakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat

kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya

Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

(Q.S. Al-Hadid : 25)

* يكح د ع لا لا ا ك سك ءا ج دددأ ا عطق ِ قر سلا ر سلا

ِ

لا إ ي ع تد لا إِ ح صأ ظ دع ت

يحر ر غ

“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Maka barang siapa bertobat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan

kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

(QS. Al-Maaidah : 38-39).

"Bila seorang pengadil mengupayakan hukum (dengan jujur) dan keputusannya benar, maka dia akan memperoleh dua pahala, tetapi apabila keputusannya salah

maka ia akan memperoleh satu pahala” (H.R. Bukhari)


(8)

PERSEMBAHAN

Teriring Do’a dan Rasa Syukur Kehadirat Allah SWT Atas Rahmat dan Hidayah

-Nya Serta Junjungan Tinggi Rasulullah Muhammad SAW

Kupersembahkan Skripsi ini kepada :

Papa dan Mama

Sebagai orang tua penulis tercinta yang telah mendidik, membesarkan dan

membimbing penulis menjadi sedemikian rupa yang selalu memberikan kasih sayang

yang tulus dan memberikan doa

yang selalu memberikan semangat, harapan, namun tak pernah meninggalkan

penulis sedikitpun dikala terjatuh.

Kakak ku tersayang Lydia Oktarani dan adik ku Amelia Balqis

yang menjadi motivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Keluarga besarku atas semangat dan dukungannya

untuk keberhasilanku

untuk yang terkasih Ghea Elianna Abrar

yang selalu memberikan support selama ini.

Almamaterku tercinta

Universitas Lampung


(9)

i

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil ’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sebab hanya dengan kehendaknya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Kajian Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian dengan Memecahkan Kaca Mobil di Kota Bandar Lampung (Studi di Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama proses penyusunan sampai dengan terselesaikannya skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, sekaligus Pembimbing Akademik yang selama ini memberikan dukungan selama ini .

3. Ibu Dr. Nikmah Rodisah, S.H., M.H., sebagai Pembimbing I yang penuh dengan kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(10)

ii

4. Bapak Deni Achmad, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang penuh dengan kesabaran memberikan bimbingan, motivasi, jalan, saran dan juga kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Tri Andrisman, S.H., M.H., selaku Pembahas I sekaligus Penguji, atas masukan dan saran yang diberikan selama proses perbaikan skripsi ini.

6. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H., selaku Pembahas II, atas masukan dan saran yang diberikan selama proses perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh studi.

8. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama menempuh studi.

9. Terima kasih kepada Mbak Sri, Mbak Yanti, Kiyay Apri, Kiyay Basir, dan Babe yang sudah membantu penulis dalam tahap-tahap sampai skripsi.

10.Terima kasih kepada para anggota Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung, yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan bantuan kepada penulis selama pelaksanaan penelitian.

11.Untuk Sahabat-sahabatku: Andrew Carlos Alamanzo, Erwin Andri Yusta, Heri Alfavera, Faiz Nadiansyah, Zevina Zoravianda, Lirta Mamalia, Junisa Harahap, Achmad Rojali (Jali Bibir), Fadhil Alaydrus, Reza Bukan dan Evry Jawa,

12.Untuk Kluarga Besar MLC’97 (Mobil Lampung Club) : Hendra Gepeng (RBU), Rusdiansyah (Bagonk), Mang Jali, Komenk, Riski, Adil, Lingga, Afrozah (Aaf), Andre Licek, Alan, Dendi, Ciko, Rafsan, Riyadhi, Zaki, Jordi (Oink), Rega, Michael (Bebew), Rendo, Rian, Al, Damba, Jovi, Rehan, Alvin,


(11)

iii

Rozi, Zevri porong, Ari, Dodo, Dika, Bayu, Danu, Aldri, Bimo, Tegar, Hadi, Rizki Sampurna Sangun (Kobum), Rio, Nabil dan Roni.

13.Untuk kawan-kawan seperjuangan: Ibnu Safety, Aristo Evandy, Gendus, Romi, Maman, Mamcuy, Ner, Mere, Rinaldy, Ncek, Tomzon, Agus dan Tono 14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berdoa semoga semua kebaikan dan amal baik yang telah diberikan akan mendapatkan balasan pahala dari sisi Allah SWT, dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 12

II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Kajian Kriminologi ... 14

B. Tindak Pidana Pencurian... 18

C. Faktor-Faktor Penyebab Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan ... 26

D. Upaya Penanggulangan Tindak Pidana ... 27

III METODE PENELITIAN ... 30

A. Pendekatan Masalah ... 30

B. Sumber dan Jenis Data ... 30

C. Penentuan Narasumber... 31

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32

E. Analisis Data ... 33

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Karakteristik Narasumber ... 34

B. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan Pencurian dengan Modus Memecahkan Kaca Mobil di Kota Bandar Lampung ... 34


(13)

C. Upaya penanggulangan Tindak Pidana Kejahatan Pencurian dengan Modus Memecahkan Kaca Mobil di Kota

Bandar Lampung ... 42

V PENUTUP ... 68

A. Simpulan ... 68

B. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA


(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang begitu cepat mempengaruhi kehidupan dalam masyarakat, sebab selain membawa pengaruh yang positif, terdapat juga pengaruh yang negatif bagi masyarakat. Pengaruh yang negatif ditandai dengan meningkatnya angka kejahatan dalam masyarakat. Hal ini bukanlah suatu hal yang terjadi secara tidak sengaja atau hanya kebetulan belaka.

Pelaku kejahatan dalam melakukan tindakan melawan hukum dipicu oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam dirinya maupun dari luar dirinya, antara satu dengan lainnya saling berkaitan erat. Tindak pidana merupakan perbuatan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Tindak pidana merujuk pada suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku, dimana penjatuhan hukum terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.1

Salah satu jenis tindak pidana yang sering terjadi dalam kehidupan bermasyarakat adalah pencurian. Upaya menanggulangi permasalahan yang semakin kompleks terhadap tindak pidana pencurian, memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang

1


(15)

2

sejalan dengan ketentuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Hal ini dikarenakan masalah tindak pidana pencurian yang beragam tersebut dipahami melalui satu sudut pandang tertentu, yang meliputi pengertian, ruang lingkup serta sanksi yang perlu diketahui dalam KUHP.

Hukum pidana yang berupa aturan tertulis itu disusun, dibuat dan diundangkan untuk diberlakukan sebagai hukum positif (ius constitutum), namun akan menjadi efektif dan dirasakan dapat mencapai keadilan serta kepastian hukum apabila penerapannya sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pembentuk undang-undang mengenai apa yang tertulis dalam kalimat-kalimat itu. Hukum pidana hendaknya dipertahankan sebagai salah satu sarana untuk social defence dalam arti melindungi masyarakat terhadap kejahatan dengan memperbaiki atau memulihkan kembali (rehabilitatie) si pembuat tanpa mengurangi keseimbangan kepentingan.2

KUHP secara terperinci memaparkan tindak pidana pencurian ini yaitu pada Bab XXII Tentang Pencurian. Pasal 362 KUHP bahwa barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

Pasal 363 KUHP mengatakan:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: a) Pencurian ternak;

b) Pencurian pada waktu ada kebakaran, letusan, banjir gempa bumi, atau gempa laut, gunung meletus, kapal karam, kapal terdampar,kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau bahaya perang;

2

Barda Nawawi Arief. Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm.23.


(16)

3

c) Pencurian di waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak;

d) Pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih:

e) Pencurian yang untuk masuk ke tempat melakukan kejahatan, atau untuk sampai pada barang yang diambil, dilakukan dengan merusak, memotong atau memanjat, atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam butir 3 disertai dengan salah satu hal dalam butir 4 dan 5, maka diancam dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun.

Pasal 364 KUHP menambahkan bahwa perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 362 dan Pasal 363 butir 4, begitu pun perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 butir 5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupiah, diancam karena pencurian ringan dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak dua ratus lima puluh rupiah.

Pasal 365KUHP menyebutkan:

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

(2) Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

(a) Jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di berjalan;

(b) Jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu

(c) Jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, periniah palsu atau pakaian jabatan palsu.

(d) jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

(3) Jika perbuatan mengakibatkan kematian maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

(4) Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang


(17)

4

atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3.

Tindak pidana pencurian dapat dilakukan dengan berbagai modus, salah satu di antaranya adalah memecahkan kaca mobil. Para pencuri dengan modus ini biasanya beroprasi pada malam hari dan pada situasi yang memungkinkan untuk meraka bereoprasi. Pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil terjadi karena lalainya dan kurang berhati-hatinya pemilik kendaraan. Hal ini menjadi penting titik tolak dari pemeriksaan lebih lanjut dimulai dari menentukan apakah pencurian tersebut dilakukan sengaja atau berencana dan dilakukan secara individu atau korporasi.

Pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil ini terjadi di wilayah hukum Kepolisian Kota Bandar Lampung, seperti yang terjadi di kediaman Elza Puspita yang beralamat Jalan Perintis Kemerdekaan, gang bukit no 81, peristiwa tersebut bermula saat korban sedang pulang dari kantor menuju kediaman korban untuk makan siang, saat itu mobil Toyota Vios tersebut diparkirkan didepan kediaman korban, setelah korban selesai makan siang, korban hendak berangkat menuju kantor lagi dan saat korban membuka mobilnya terlihat kaca mobil depan sebelah kiri sudah pecah dengan posisi tas yang berisikan dompet, handphone dan barang-barang berharga lainnya sudah tidak ada didalam mobil, kejadian tersebut terjadi pada pukul 12.35 wib. Korban tindak pidana pencurian ini selanjutnya melaporkan kejadian tersebut ke Polresta Bandar Lampung.3

3


(18)

5

Peristiwa selanjutnya, dialami bernama Ghea Eliana Abrar. Hal ini terjadi di halaman parkir masjid Alwasi’i Universitas Lampung. Pada saaat itu korban yang hendak melaksanakan shalat Dzuhur di masjid Alwasi’I meninggalkan barang -barangnya di dalam mobil. Setelah selesai shalat, korban kembali menuju mobil yang terparkir di halaman parkir Masjid Alwasi’i, Korban pun terkejut ketika melihat kaca mobil depan sebelah kanan sudah pecah. Saat korban membuka pintu mobilnya, korban mendapati tas dan barang berharga lainnya sudah tidak ada di dalam mobil tersebut4

Berdasarkan data Kepolisian Resor Kota Bandar maka diperoleh statistik pencurian dengan modus pecah kaca sebagaimana disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Data Tindak Pidana Pencurian dengan Modus Memecahkan Kaca Mobil

KSS/HARI.TGL. JAM KEJADIAN/LP/TGL/KORB

AN / KERUGIAN

TKP TSK B.B

DISITA

M.O KET

1 2 3 4 5 6 7

1 CURAT

Jum’at, 04 Januari 2013, jam

13.15 Wib

LP/B/46/I/2013/LPG/ Resta Balam, Tgl 04 Januari 2013 Korban : Hi. AHMAD HERISON, ST., MT, 44th, Wiraswasta, JL. Cut Nyak Dhien Gg. Sentana No. 31 Kec. Tjk Pusat BL

Kerugian : 3 Unit HP Nokia, 1 Bh Jam Tangan, 1 Bh Tas berisikan Uang Tunai Rp. 2.000.000,- dan Domumen Penting

JL. Way Umpu Kel. Pahoman TBU BL

Lidik Pelaku

pecah kaca mobilseb elah kanan lalu ambil barang – barang, Tas yang berisikan uang tunai dan dokumen penting TKT

2 CURAT

Senin, 14 Januari 2013, jam 10.00 Wib JL.Teuku umarKec.K edaton ANTON SUTISNA Als ENTIS

1 Bh Tas berisikan : Pelaku membuka pintu Sidik Dita han 4


(19)

6

LP/B/210/I/2013/LPG/Resta Balam, Tgl 14 Januari 2013 Korban : OXY SATYA WIJAYA, 24th, Kary. Swasta, KM 21 Kel. Wiyono Kec. Gd. Tataan Pesawaran Kerugian : 1 Bh Tas berisikan Uang Tunai Rp. 2.100.000,-

Bandar Lampung Bin BASRI SANUAR A, 42th, Wiraswasta , Perum Permata Biru Blok D 10 No. 19 Kel. Sukarame BL SAIRUL Als MIDUN Bin RUSDI, 42th, Swasta, JL. Pelita I No. 29 Kel. Lb. Ratu Kec. Kedaton BL 1Bh Buku Nota wrna Kuning Merk Vision

1 Bh

Buku Catatan wrn Coklat motif batik

1 Bh

Buku Agenda United Tractor wrn Coklat tua Uang Tunai Rp. 400.000,- mobil jenis Toyota Inova bagian tengah sebelah kanan lalu ambil Tas korban Unit I

3 CURAT

Jum’at, 18 Januari 2013, jam 10.00 Wib

LP/B/269/I/2013/LPG/Resta Balam, Tgl 18 Januari 2013 Korban : Hj. ANARITA, SE, 53th, PNS, Perum Korpri Blok C5 No. 15 Kel. Harapan Jaya Kec. Sukarame BL Kerugian : 1 Bh Tas Hitam berisikan Mukena, 1 Bh Kacamata dan Uang Rp. 30.000,-

JL. Dr. Susilo Kec. TBU BL / depan Kantor Walikota

Lidik Pelaku

pecah kaca mobil bagian kiri belakang lalu ambil tas korban TBU

Sumber: Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung Tahun 2013

Berdasarkan data di atas maka diketahui bahwa tindak pidana pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil dilakukan lebih dari satu orang, hal ini diilihat dari jenis perkembangan kejahatan, pencurian yang dilakukan dengan memecahkan kaca mobil dilakukan dengan terorganisir, karena pelaku bertindak terkadang tidak seorang diri melainkan dibantu oleh rekan-rekan yang lain.


(20)

7

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis akan melakukan penelitian dan menuangkan dalam Skripsi yang berjudul: ”Kajian Kriminologis Terhadap Kejahatan Pencurian dengan Memecahkan Kaca Mobil di Kota Bandar Lampung (Studi Wilayah Hukum Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung)”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Apakah faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung?

b. Bagaimanakah upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah hukum pidana, dengan kajian hukum kriminologi pada faktor penyebab terjadinya tindak pidana pencurian dengan memecahkan kaca mobil dan upaya penanggulangan tindak pidana pencurian dengan memecahkan kaca mobil. Lokasi penelitian ini adalah di wilayah hukum Polresta Bandar Lampung dan ruang lingkup waktu penelitian adalah Tahun 2014.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:


(21)

8

a. Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung

b. Untuk menganalisis upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah : a. Kegunaan teoritis

Secara teoritis hasil penellitian ini di harapkan dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan hukum, khususnya di dalam Hukum Pidana, dalam rangka memberikan penjelasan mengenai penegakan hukum kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung.

b. Kegunaan praktis

Secara peraktis penelitian ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan bagi rekan-rekan mahasiswa selama mengikuti program perkuliahan Hukum Pidana di Fakultas Hukum Universitas Lampung mengenai kajian kriminologi kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis adalah susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara, aturan, asas, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis yang menjadi landasan, acuan, dan pedoman untuk mencapai tujuan dalam penelitiaan atau penulisan.


(22)

9

a. Teori Penanggulangan Kejahatan

Penanggulangan kejahatan dikenal dengan berbagai istilah, antara lain penal

policy atau criminal policy adalah suatu usaha untuk menanggulagi kejahatan

melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan berbagai keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.

Usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik kriminal) menggunakan 2 (dua) sarana, yaitu:

1. Kebijakan Pidana dengan Sarana Non Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya kejahatan

2. Kebijakan Pidana dengan Sarana Penal

Sarana penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang didalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu:

a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana.

b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan pada pelanggar5

Menurut G Peter Hoefnagels, upaya penanggulangan kejahatan atau kebijakan kriminal adalah reaksi social terhadap kejahatan dalam bentuk didirikannya sebuah institusi. Dalam lingkup kebijakan kriminal ini, Hoefnagels memasukkan

5


(23)

10

didalamnya berupa: (a) penerapan sarana hukum pidana; (b) pencegahan tanpa pemidanaan; (c) upaya mempengaruhi pandangan masyarakat tentang kejahatan. 6

b. Teori Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan

Secara teoritis terdapat beberapa faktor penyebab timbulnya kejahatan (faktor etiologi) yaitu sebagai berikut:

1) Teori yang menggunakan pendekatan biologis

Yaitu pendekatan yang digunakan dalam kriminolgi untuk menjelaskan sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan fakta-fakta dari proses biologis. 2) Teori yang menggunakan pendekatan psikologis

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan sebab musabab atau sumber kejahatan berdasarkan masalah-masalah kepribadian dan tekanan-tekanan kejiwaan yang dapat mendorong seseorang berbuat kejahatan. 3) Teori yang menggunakan pendekatan sosiologi

Yaitu pendekatan yang digunakan kriminologi dalam menjelaskan faktor-faktor sebab musabab dan sumber timbulnya kejahatan berdasarkan interaksi social, proses-proses soisal, struktur-struktur social dalam masyarakat termasuk unsur-unsur kebudayaan.7

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengann istilah yang ingin atau akan di teliti.8

6

Badra Nawawi Arif, op cit. hlm.15

7

Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Rajawali pers. 1983. Jakarta. hlm 125

8


(24)

11

Berdasarkan pengertian di atas maka beberapa konseptual yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Secara harfiah berasal dari kata “crime” yang berarti kejahatan dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.9

2. Kejahatan adalah perbuatan yang telah ditetapkan oleh Negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu sanksi, sementara penjahat merupakan para pelaku pelanggar hukum pidana teresebut dan telah diputus oleh pengadilan atas perbuatannya tersebut.10

3. Tindak Pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan itu. Tindak pidana merupakan pelanggaran norma atau gangguan terhadap tertib hukum, yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan terhadap seorang pelaku11

4. Pelaku tindak pidana adalah setiap orang yang melakukan perbuatan melanggar atau melawan hukum sebagaimana dirumuskan dalam undang-undang. Pelaku tindak pidana harus diberi sanksi demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum12.

9

Topo Santoso dan Eva Achajani Zulfa, Kriminologi, Rajawali Pers Jakarta. 2012 hlm. 10

10

Ibid, hlm. 14

11

Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Dalam Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta. 1993. hlm. 54

12

Satjipto Rahardjo. Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana.


(25)

12

5. Pencurian adalah mengambil barang, seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan tujuan memilikinya secara melanggar hukum.13

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini uraian mengenai penulisan secara teratur dan terperinci yang diatur sesuai pembagian sehingga penulisan ini dapat memberikan gambaran yang utuh terdiri dari keseluruhan materi skripsi ini. Tiap bab dalam penulisan skripsi ini saling berkaitan satu sama lain. Penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan bab pengantar yang mengantarkan tentang pengertian umumdari pokok bahasan mengenai kajian kriminologi mengenai kejahatan pecah kaca.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yaitu langkah-langkah ataun cara yang dipakai dalam penelitian memuat pendekatan masalah, sumber dan jenis data, pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

13


(26)

13

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat penjelasan dan pembahasan sesuai dengan permasalahan yang dibahas, yaitu faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung dan upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung.

V. PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dari materi yang telah didapat serta berbagai saran untuk dapat diajukan dan dipergunakan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.


(27)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Kriminologi

Sebagai suatu bidang ilmu, kriminologi memiliki objek tersendiri. Suatu bidang ilmu harus memiliki objek kajiannya sendiri, baik objek materiil maupun formil. Pembedaan antara bidang ilmu yang satu dengan yang lain adalah kedudukan objek formilnya. Tidak ada suatu ilmu yang memiliki objek formil yang sama, sebab apabila objek formilnya sama, maka ilmu itu adalah sama.

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari berbagai aspek. Nama kriminologi pertama kali dikemukakan oleh P. Topinard (1830-1911), seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi terdiri dari dua suku kata yakni crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan. 1Bonger memberikan definisi kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini, Bonger lalu membagi kriminologi ini menjadi kriminologi murni yang mencakup: Antropologi Kriminal

Ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis). Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya

1


(28)

15

mempunyai tanda-tanda seperti apa dan apakah ada hubungan antara suku bangsa dengan kejahatan dan seterusnya.

1. Sosiologi Kriminal

Ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang dijawab oleh bidang ilmu ini adalah sampai di mana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

2. Psikologi Kriminal

Ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat sari sudut jiwanya. 3. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminal

Ilmu tentang penjahat yang sakit jiwa atau urat syaraf. 4. Penologi

Ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukuman. 2 Selain itu terdapat kriminologi terapan yang berupa: 1. Higiene Kriminal

Usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang, sistem jaminan hidup dan kesejahteraan yang dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kejahatan.

2. Politik Kriminal

Usaha penanggulangan kejahatan, dimana suatu kejahatan telah terjadi. Di sini dilihat sebab-sebab orang melakukan kejahatan. Bila disebabkan oleh faktor

2


(29)

16

ekonomi maka usaha yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja. Jadi tidak semata-mata dengan penjatuhan sanksi. 3. Kriminalistik (policie scientific)

Merupakan ilmu tentang pelaksanaan penyidikan tekhnik kejahatan dan pengusutan kejahatan. Sutherland merumuskan kriminologi sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial (the

body of knowledge regarding crime as a social phenomenon)3

Kriminologi mencakup proses-proses pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum. Kriminologi olehnya dibagi menjadi 3 (tiga) cabang ilmu utama yaitu4:

1. Sosiologi Hukum

Kejahatan itu adalah perbuatan hukum dilarang dan diancam dengan suatu sanksi. Jadi yang menentukan suatu perbuatan itu adalah kejahatan adalah hukum. Di sini memiliki sebab-sebab kejahatan harus pula menyelidiki faktor-faktor apa yang menyebabkan perkembangan hukum (khususnya hukum pidana).

2. Etiologi Kejahatan

Merupakan cabang ilmu kriminologi yang mencari sebab musabab dari kajahatan. Dalam kriminologi, etiologi kejahatan merupakan kajian yang paling utama. 3. Penology

Pada dasarnya merupakan ilmu tentang hukuman, akan tetapi Sutherland memasukkan hak-hak yang berhubungan dengan usaha pengendalian kejahatan

3

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulva, Op cit . hlm. 10.

4


(30)

17

baik represif maupun preventif. Kejahatan merupakan suatu fenomena yang komplek yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu pristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain.5

Kriminologi termasuk cabang ilmu pengetahuan baru yang mengkaji tentang kejahatan. Berbeda dengan hukum pidana yang muncul begitu manusia bermasyarakat, kriminologi berkembang pada tahun 1850 bersama-sama dengan sosiologi, antropologi dan psikologi, cabang-cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia bermasyarakat.

Beberapa pengertian kriminologi menurut para ahli sebagai berikut: 1) W.A Bonger

Kriminologi adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya.

2) Shuterland

Kriminologi adalah keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan kejahatan sebagai gejala sosial dan mencakup proses-proses perbuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum.

3) Walter Reckless

Kriminologi adalah pemahaman ketertiban individu dalam tingkah laku delinkuen dan tingkah laku jahat dan pemahaman bekerjanya sistem peradilan pidana.6

5

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Op cit, hlm. 1

6


(31)

18

Penelitian ini menggunakan teori mikro (microtheories), yaitu teori yang bersifat lebih konkrit dan menjawab mengapa seseorang atau kelompok orang dalam masyarakat melakukan atau menjadi kriminal. Konkretnya, teori-teori ini lebih bertedensi pada pendekatan psikologis atau biologis. 7

Sesuai dengan teori tersebut maka akan dibahas beberapa alasan atau faktor penyebab pelaku menggunakan tindak pidana atau kejahatan, contohnya pelaku mengalami tekanan secara psikologis (depresi) sehingga melakukan kejahatan atau karena faktor biologis, seperti melakukan kejahatan karena didorong untuk memenuhi kebutuhan biologisnya seperti lapar, haus atau ingin menggunakan/ memiliki sesuatu tetapi tidak mampu mendapatkannya dengan cara yang benar.

B. Tindak Pidana Pencurian

1. Pengertian dan Jenis Tindak Pidana Pencurian

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang telah dilakukannya8

Pengertian tindak pidana pencurian dan pencurian dengan kekerasan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana sebagai berikut:

7

Yesmil Anwar. Kriminologi. PT Refika Aditama.Bandung. hlm 73

8

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001. hlm. 14.


(32)

19

1. Pencurian Biasa (Pasal 362 KUHP)Pencurian biasa ini terdapat di dalam UU pidana yang dirumuskan dalam Pasal 362 KUHP: ”Barang siapa yang mengambil barang, yang sama sekali atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum, dipidana karena mencuri dengan pidana selama-lamanya lima tahun atau dengan denda sebanyak-banyaknya sembilan ribu rupiah”.

Berdasarkan pengertian Pasal 362 KUHP, maka unsur dari pencurian ini adalah sebagai berikut:

a. Tindakan yang dilakukan adalah ”mengambil”

Mengambil untuk dikuasainya meksudnya untuk penelitian mengambil barang itu dan dalam arti sempit terbatas pada penggerakan tangan dan jari-jarinya, memegang barangnya dan mengalihkannya kelain tempat, maka orang itu belum dapat dikatakan mencuri akan tetapi ia baru mencoba mencuri.

b. Yang diambil adalah ”barang”

Yang dimaksud dengan barang pada detik ini pada dasarnya adalah setiap benda bergerak yang mempunyai nilai ekonomis. Pengertian ini adalah wajar, karena jika tidak ada nilai ekonomisnya, sukar dapat diterima akal bahwa seseorang akan membentuk kehendaknya mengambil sesuatu itu sedang diketahuinya bahwa yang akan diambil itu tiada nilai ekonomisnya

c. Status barang itu ”sebagian atau seluruhnya menjadi milik orang lain

Barang yang dicuri itu sebagian atau seluruhnya harusmilik orang lain, misalnya dua orang memiliki barang bersama sebuah sepeda itu, dengan maksud untuk


(33)

20

dimiliki sendiri. Walaupun sebagian barang itu miliknya sendiri, namun ia dapat dituntut juga dengan Pasal ini.

d. Tujuan perbuatan itu adalah dengan maksud untuk memiliki barang itu dengan melawan hukum (melawan hukum)

Maksudnya memiliki ialah: melakukan perbuatan apa saja terhadap barang itu seperti halnya seorang pemilik, apakah itu akan dijual, dirubah bentuknya, diberikan sebagai hadiah kepada orang lain, semata-mata tergantung kepada kemauannya.

2. Pencurian dengan Pemberatan

Pencurian dengan Pemberatan dinamakan juga pencurian dikualifikasi dengan ancaman hukuman yang lebih berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa, sesuai dengan Pasal 363 KUHP maka bunyinya sebagai berikut: (1) ”Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya tujuh tahun”:

3. Pencurian Ringan

Pencurian ini adalah pencurian yang dalam bentuk pokok, hanya saja barang yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu. Yang penting diperhatikan pada pencurian ini adalah walau harga yang dicuri tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah namun pencuriannya dilakukan dalam sebuah rumah atau pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dan ini tidak bisa disebut dengan pencurian ringan. Pencurian ringan dijelaskan dalam Pasal 364 KUHP yang bunyinya sebagai berikut: ”Perbuatan yang diterangkan dalam Pasal 363 no.5 asal saja tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau dalam pekarangan yang tertutup yang ada rumahnya, dan jika harga barang yang dicuri itu tidak lebih dari dua ratus lima puluh ribu rupiah dipidana karena pencurian ringan, dengan pidana penjara selama-lamanya 3 bulan atau sebanyak-banyaknya sembilan ratus rupiah”.Sesuai jenis perinciannya, maka pada


(34)

21

pencurian ringan hukuman penjaranya juga ringan dibanding jenis pencurian lain. Seperti diketahui bahwa pencurian ringan diancam dengan hukuman penjara selamalamanya tiga bulan dan denda sebanyak sembilan ribu rupiah.

4. Pencurian dengan Kekerasan

Sesuai dengan Pasal 365 KUHP maka bunyinya adalah sebagai berikut:

(1) Diancam dengan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun dipidana pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan pada orang, dengan maksud untuk menyediakan atau memudahkan pencurian itu atau jika tertangkap tangan, supaya ada kesempatan bagi dirinya sendiri atau bagi yang turut serta melakukan kejahatan itu untuk melarikan diri atau supaya barang yang dicurinya tetap tinggal di tempatnya.

(2) Dipidana penjara selama-lamanya dua belas tahun dijatuhkan:

a. Jika perbuatan itu dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau dipekarangan tertutup yang ada rumahnya, atau di jalan umum atau di dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan.

b. Jika perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih

c. Jika yang bersalah masuk ke tempat melakukan kejahatan itu dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

d. Jika perbuatan itu berakibat ada orang luka berat.

(3) Dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya lima tahun jika perbuatan itu berakibat ada orang mati.

(4) Pidana mati atau penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun dijatuhkan jika perbuatan itu berakibat ada orang luka atau mati


(35)

22

dan perbuatan itu dilakukan bersama-sama oleh dua orang atau lebih dan lagi pula disertai salah satu hal yang diterangkan dalam Nomor 1 dan Nomor 3. a. Yang dimaksud dengan kekerasan menurut Pasal 89 KUHP yang berbunyi

”Yang dimaksud dengan melakukan kekerasan”, yaitu membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya lagi.Sedangkan melakukan kekerasan menurut Soesila mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil secara tidak syah misalnya memukul dengan tangan atau dengan segala senjata, menyepak, menendang, dan sebagainya. Masuk pula dalam pengertian kekerasan adalah mengikat orang yang punya rumah, menutup orang dalam kamar dan sebagainya dan yang penting kekerasan itu dilakukan pada orang dan bukan pada barang.

b. Ancaman hukumannya diperberat lagi yaitu selama-lamanya dua belas tahun jika perbuatan itu dilakukan pada malam hari disebuah rumah tertutup, atau pekarangan yang di dalamnya ada rumah, atau dilakukan pertama-tama dengan pelaku yang lain sesuai yang disebutkan dalam Pasal 88 KUHP atau cara masuk ke tempat dengan menggunakan anak kunci palsu, membongkar dan memanjat dan lain-lain. Kecuali jika itu perbuatan menjadikan adanya yang luka berat sesuai dengan Pasal 90 KUHP yaitu: Luka berat berarti: 1) Penyakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan

sempurna atau yang mendatangkan bahaya maut.

2) Senantiasa tidak cukap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencahariaan.


(36)

23

4) Mendapat cacat besar. 5) Lumpuh (kelumpuhan).

6) Akal (tenaga paham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu. 7) Gugurnya atau matinya kandungan seseorang perempuan.

c. Jika pencurian dengan kekerasan itu berakibat dengan matinya orang maka ancaman diperberat lagi selama-lamanya lima belas tahun, hanya saja yang penting adalah kematian orang tersebut tidak dikehendaki oleh pencuri.

d. Hukuman mati bisa dijatuhkan jika pencurian itu mengakibatkan matinya orang luka berat dan perbuatan itu dilakuakan oleh dua orang atau lebih bersama-sama atau sesuai dengan Pasal 88 KUHP yaitu: ”Mufakat jahat berwujud apabila dua orang atau lebih bersama-sama sepakat akan melakukan kejahatan itu”.

2. Pencurian dengan Modus Memecahkan Kaca mobil

Pencurian dengan cara memecahkan kaca mobil merupakan suatu hal yang baru terjadi. Pencurian pecah kaca merupakan perkembangan dari jenis pencurian biasa. Pencurian pecah kaca masuk dalam jenis pencurian dengan pemberatan.Pencurian dengan Pemberatan atau Pencurian Khusus atau Pencurian dengan Kualifikasi (gequalificeerde deifstal) diatur dalam KUHP pasal 363. Yang dimaksud dengan pencurian dengan pemberatan adalah pencurian biasa yang dalam pelaksanaannya disertai oleh keadaan tertentu yang memberatkan.9

Keadaan tertentu yang dimaksud adalah salah satu dari keadaan:10

1. Barang yang dicuri adalah hewan. Yang dimaksud ‘hewan’ di sini adalah binatang memamah biak (sapi, kerbau, kambing), berkuku satu (kuda, keledai),

9

Yanuar Arifin, 2012, Perkembangan Kejahatan (Suatu Tinjauan Kitab Undang Undang Hukum Pidana), Bandung : Pustaka Ilmu hal 52

10


(37)

24

dan babi. Pencurian terhadap hewan tersebut dianggap berat sebab hewan-hewan tersebut adalah harta penting bagi seorang petani.

2. Dilakukan pada waktu kebakaran, letusan, banjir, gempa bumi atau gempa laut, letusan gunng api, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, huru-hara, pemberontakan atau kesengsaraan di masa perang. Pencurian yang dilakukan pada situasi demikian diancam dengan hukuman lebih berat, karena situasi tersebut adalah keadaan dimanan orang-orang sedang ribut, kacau, dan barang-barang dalam keadaan tidak terjaga. Dan orang yang melakukan kejahatan terhadap orang yang sedang mengalami musibah adalah orang yang berbudi rendah.

3. Dilakukan pada malam hari terhadap rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya

4. Dilakukan oleh 2 orang bersama-sama atau lebih

5. Dilakukan dengan cara membongkar, memecah atau memanjat ataudengan jalan memakai kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu.

Secara terperinci tindak pidana pencurian dengan pemberatan diatur dalam Pasal 363KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), orang yang melakukan pencurian dengan pemberatan (Curat) diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun.Hal ini tak lain karena selain memenuhi unsur-unsur pencurian biasa dalam pasal 362 KUHP, juga disertai dengan hal yang memberatkan, yakni dilakukan dalam kondisi tertentu atau dengan cara tertentu.


(38)

25

Ke-2: Pencurian pada waktu kebakaran, peletusan, banjir, gempa bumi, atau gempa laut, peletusan gunung berapi, kapal karam, kapal terdampar, kecelakaan kereta api, hura-hura, pemberontakan atau bahaya perang. Ke-3: Pencurian waktu malam dalam sebuah rumah atau di pekarangan

tertutup yang ada rumahnya, dilakukan oleh orang yang adalah disitu setahunya atau tiada kemauannya yang berhak.

Ke-4: Pencurian dilakukan oleh dua orang atau lebih bersama-sama.

Ke-5: Pencurian yang dilakukan untuk dapat masuk ketempat kejahatan atau untuk dapat mengambil barang yang akan dicuri itu dengan jalan membongkar, memecah, memanjat, atau memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian-pakaian palsu.

(2) Jika pencurian yang diterangkan dalam No.3 disertai dengan salah satu hal tersebut dalam No.4 dan 5, maka dijatuhkan pidana penjara selama-lamanya sembilan tahun. Pencurian ini atau ayat (2) adalah pencurian pokok yang ditambah salah keadaan yang ada pada Pasal 363 KUHP.

ke-1: Jika barang yang dicuri itu adalah hewan yang dimaksud dengan hewan adalah yang disebut pada Pasal 101 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: ”Ternak berarti hewan yang berkuku satu, hewan yang memamah biak”.

Pencurian hewan ini dianggap pencurian berat, dasar pertimbangan nya adalah hewan milik seorang petani yang penting atau sangat berguna sebagai penunjang kerja dalam hidup sehari-hari.

ke-2: Bila pencurian itu dilakukan dalam keadaan seperti pada Pasal 363 KUHP ayat (2), maka diancam hukuman lebih berat karena pada kedaan seperti ini orang dalam keributan dan kebingungan dan barang-barang dalam kedaan tidak terjaga. Sedangkan orang yang mempergunakan kesempatan pada saat orang lain dalam keributan atau malapetaka atau bencana dianggap rendah budinya. Antara terjadinya malapetaka dengan terjadinya pencurian harus ada hubungannya maksudnya pencurian itu harus benar-benar tahu dalam mempergunakan untuk mencuri. Tidak termasuk dalam pengertian jika terjadi malapetaka atau bencana yang lain, karena pencuri benar-benar tidak tahu dan tidak saja mempergunakan kesempatan ini.

ke-3: Yang dimaksud dengan malam adalah sesuai dengan ketentuan dengan Pasal 98 KUHP yang berbunyi: ” Malam berarti waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit”. Sedang dimaksud dengan rumah adalah tempat yang digunakan untuk didiami siang dan malam artinya: ”Untuk tidur dan sebagainya”. Sebuah gedung yang tidak dipergunakan makan dan tidur tidak termasuk pengertian rumah, sedang peran kereta api yang didiami siang dan malam termasuk dalam pengertian rumah. Sedangkan pakaian jabatan palsu, pakaian yang dipakai oleh orang yang tidakberhak untuk itu misalnya pencuri yang masuk kedalam rumah dengan menggunakan pakaian polisi dan


(39)

26

yang terpenting pakaian itu tidak harus instansi pemerintah, dari instansi swasta-pun bias dimasukan pengertian pakaian palsu.

C. Faktor-Faktor Penyebab Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan Penyebab terjadinya tindak pidana terdiri dari aspek sosial dan psikologi adalah faktor endogen dan eksogen. Faktor endogen adalah dorongan yang terjadi dari dirinya sendiri, seperti sudah penulis singgung diatas bahwa kebenaran relatif itu relatif bisa menciptakan suatu sikap untuk mempertahankan pendapatnya – diri – atau egosentris dan fanatis yang berlebihan. Jika seorang tidak bijaksana dalan menanggapi masalah yang barang kali menyudutkan dirinya, maka kriminalitas itu bisa saja terjadi sebagai pelampiasan untuk menunjukan bahwa dialah yang benar. Sementara faktor eksogen adalah faktor yang tercipta dari luar dirinya, faktor inilah yang bisa dikatakan cukup kompleks dan bervariasi. Kesenjangan sosial, kesenjang ekonomi dan ketidakadilan merupakan contoh penyebab terjadinya tindak pencurianyang berasal dari luar dirinya. Pengaruh sosial dari luar dirinya itu misalnya, ajakan teman, tekanan atau ancaman pihak lain, minum-minuman keras dan obat-obatan terlarang yang membuat ia tidak sadar. Hawa nafsu yang sangat hebat dan kuat sehingga dapat menguasai segala fungsi hidup kejiwaan, pengaruh ekonomi misalnya karena keadaan yang serba kekurangan dalam kebutuhan hidup, seperti halnya kemiskinan akan memaksa seseorang untuk berbuat jahat. 11

Banyak ahli yang telah memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa orang melakukan tindak pidana, yaitu sebagai berikut:

1. Kemiskinan merupakan penyebab dari revolusi dan kriminalitas (Aristoteles). Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup

11

Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum. Rajawali pers. 1983. Jakarta. hlm 126


(40)

27

memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf taraf kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok

2. Kesempatan untuk menjadi pencuri

3. Kehendak bebas, keputusan yang hedonistik, dan kegagalan dalam melakukan kontrak sosial

4. Atavistic trait atau Sifat-sifat antisosial bawaan sebagai penyebab perilaku kriminal.

5. Hukuman yang diberikan pada pelaku tidak proporsional. 12 D. Upaya Penanggulanan Tindak Pidana

Upaya penanggulanan tindak pidana dikenal dengan berbagai istilah, antara lain

penal policy atau criminal policy adalah suatu usaha untuk menanggulagi kejahatan

melalui penegakan hukum pidana, yang rasional yaitu memenuhi rasa keadilan dan daya guna. Dalam rangka menanggulangi kejahatan terhadap berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan, berupa sarana pidana maupun non hukum pidana, yang dapat diintegrasikan satu dengan yang lainnya. Apabila sarana pidana dipanggil untuk menanggulangi kejahatan, berarti akan dilaksanakan politik hukum pidana, yakni mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang sesuai dengan berbagai keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan datang.

Usaha-usaha yang rasional untuk mengendalikan atau menanggulangi kejahatan (politik

kriminal) menggunakan 2 (dua) sarana, yaitu:

1. Kebijakan Pidana dengan Sarana Non Penal

Kebijakan penanggulangan kejahatan dengan sarana non penal hanya meliputi penggunaan sarana sosial untuk memperbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara tidak langsung mempengaruhi upaya pencegahan terjadinya kejahatan

2. Kebijakan Pidana dengan Sarana Penal

12


(41)

28

Sarana penal adalah penanggulangan kejahatan dengan menggunakan hukum pidana yang didalamnya terdapat dua masalah sentral, yaitu:

a. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana.

b. Sanksi apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan pada pelanggar13 Upaya penanggulangan kejahatan perlu ditempuh dengan pendekatan kebijakan, dalam arti ada keterpaduan antara politik kriminal dan politik sosial; ada keterpaduan (integral) antara upaya penanggulangan kejahatan dengan penal dan non-penal. Kebijakan sosial diartikan sebagai segala usaha rasional untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dan mencakup perlindungan masyarakat.

Upaya penanggulangan kejahatan merupakan bagian dari proses penegakan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:

1. Faktor Perundang-undangan (Substansi hukum)

Praktek menyelenggaraan penegakan hukum di lapangan seringkali terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Hal ini dikarenakan konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak sedangkan kepastian hukum merupakan prosedur yang telah ditentukan secara normatif. 2. Faktor penegak hukum

Salah satu kunci dari keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian dari penegak hukumnya sendiri. Dalam kerangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebejatan.

3. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung

Sarana dan fasilitas yang mendukung mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup. Tanpa sarana dan fasilitas yang memadai, penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan lancar dan penegak hukum tidak mungkin menjalankan peranan semestinya.

4. Faktor masyarakat

Masyarakat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pelaksanaan penegakan hukum. Sebab penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai dalam masyarakat, semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan penegakan hukum yang baik.

5. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan Indonesia merupakan dasar dari berlakunya hukum adat. Berlakunya hukum tertulis (perundang-undangan) harus mencerminkan

13


(42)

29

nilai yang menjadi dasar hukum adat. Dalam penegakan hukum, semakin banyak penyesuaian antara peraturan perundang-undangan dan kebudayaan masyarakat, maka akan semakin mudah dalam menegakkannya.14

Penganggulangan pidana sebagai proses penegakan hukum dapat menjamin kepastian hukum, ketertiban dan perlindungan hukum pada era modernisasi dan globalisasi saat ini dapat terlaksana, apabila berbagai dimensi kehidupan hukum selalu menjaga keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara moralitas sipil yang didasarkan oleh nilai-nilai aktual di dalam masyarakat beradab.

14

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rineka Cipta Jakarta, 1983, Hlm.8-12.


(43)

30

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dilakukan untuk memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan atau kajian ilmu hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dilakukan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan penelitian berdasarkan realitas yang ada atau studi kasus1

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber, untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Data Sekunder

1


(44)

31

Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber hukum yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data sekunder dalam penelitian ini, terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer bersumber dari:

(1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder bersumber dari bahan hukum yang melengkapi hukum primer, di antaranya Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier dapat bersumber dari berbagai bahan seperti teori/ pendapat para ahli dalam berbagai literatur/buku hukum, dokumentasi, kamus hukum dan sumber dari internet.


(45)

32

Penelitian ini membutuhkan narasumber sebagai sumber informasi untuk melakukan kajian dan menganalisis data sesuai dengan permasalahan. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah:

1. Penyidik Satreskrim Polresta Bandar Lampung : 2 orang 2. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.


(46)

33

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.


(47)

68

V. P E N U T U P

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kejiwaan pelaku tindak pidana yang tidak stabil, rendahnya pendidikan dan minimnya kesadaran beragama serta faktor ekonomi. Faktor eksternal terdiri dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis dan lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung.

2. Upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung melalui sarana non penal dan sarana penal. Upaya non penal dilaksanakan dengan sosialisasi mengenai kewaspadaan terhadap pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil dengan pamasangan spanduk berisi himbauan dan menempatkan anggota berpakaian preman pada titik-titik rawan kejahatan pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil. Upaya penal dilaksanakan dengan penyelidikan dan penyidikan, yaitu upaya penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta


(48)

69

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana pencurian dengan memecahkan kaca mobil yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aparat kepolisian disarankan untuk meningkatkan patroli dalam rangka pengamanan dan pengawasan terhadap lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi tempat bagi pelaku untuk melakukan kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil. Selain itu pengawasan dengan menggunakan media kamera pengintai juga hendaknya ditingkatkan sehingga apabila terjadi kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil akan lebih mudah untuk diidentifikasi

2. Pemilik kendaraan bermotor roda empat disarankan untuk meningkat kewaspadaan dalam memarkirkan mobil, dengan cara memilih lokasi parkir yang aman atau dijaga oleh juru parkir dan tidak meninggalkan barang berharga di dalam mobil. Hal ini penting dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arief, Badra Nawawi. 2001. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra . Aditya Bakti. Bandung.

Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem Peradilan Pidana. Binacipta. Bandung. Hamzah, Andi. 2001. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Huda, Choerul, , 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan MenujuKepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana tanpa Kesalahan, Kencana. Jakarta Kartini.2009, Patologi Sosial. Rajawali Pers. Jakarta.

Moeljatno, 1993. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonsesia, Rineka Cipta, Jakarta. Muladi. 1997. Hak Asasi Manusia. Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Badan

Penerbit UNDIP. Semarang.

___________. 2001. Lembaga Peradilan Bersyarat. Penerbit Alumni. Bandung. Mustofa, Muhammad.2007, Kriminologi. Jakarta: FISIP UI Press,

Rahardjo, Satjipto. 1996. Hukum dalam Perspektif Sejarah dan Perubahan Sosial dalam Pembangunan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional. Rajawali. Jakarta.

Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 2004,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan Kelima.Jakarta : Raja Grafindo Persada

Setiadi, Edi. 1997. Permasalahan dan Asas-Asas Pertanggung Jawaban Pidana. Alumni.Bandung.


(50)

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni.Bandung.

Prakoso, Djoko, 1987 Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia.Yogyakarta: Liberty.

Santoso, Topo dan Eva Achajani Zulfa, 2012 Kriminologi, Rajawali Pers Jakarta. Wildiada Gunakarya,2012,Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana,

Alfabeta. Bandung

Yesmil Anwar.2007,Kriminologi. PT Refika Aditama.Bandung

Yanuar Arifin, 2012, Perkembangan Kejahatan (Suatu Tinjauan Kitab Undang Undang Hukum Pidana), Pustaka Ilmu Bandung

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

C. Sumber Lain

Tribun Lampung Edisi Kamis 14 November 2013 Radar Lampung Edisi Jumat 22 November 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Pencurian .


(1)

32

Penelitian ini membutuhkan narasumber sebagai sumber informasi untuk melakukan kajian dan menganalisis data sesuai dengan permasalahan. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah:

1. Penyidik Satreskrim Polresta Bandar Lampung : 2 orang 2. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila : 1 orang +

Jumlah : 3 orang

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah prosedur yang dilakukan dengan serangkaian kegiatan seperti membaca, menelaah dan mengutip dari buku-buku literatur serta melakukan pengkajian terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan terkait dengan permasalahan.

b. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah prosedur yang dilakukan dengan kegiatan wawancara (interview) kepada responden penelitian sebagai usaha mengumpulkan berbagai data dan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.


(2)

33

Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah analisis data yang telah diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Seleksi data, adalah kegiatan pemeriksaan untuk mengetahui kelengkapan data selanjutnya data dipilih sesuai dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.

b. Klasifikasi data, adalah kegiatan penempatan data menurut kelompok-kelompok yang telah ditetapkan dalam rangka memperoleh data yang benar-benar diperlukan dan akurat untuk dianalisis lebih lanjut.

c. Penyusunan data, adalah kegiatan menyusun data yang saling berhubungan dan merupakan satu kesatuan yang bulat dan terpadu pada subpokok bahasan sehingga mempermudah interpretasi data.

E. Analisis Data

Analisis data adalah menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistematis, jelas dan terperinci yang kemudian diinterpretasikan untuk memperoleh suatu kesimpulan. Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal-hal yang bersifat khusus lalu menarik kesimpulan yang bersifat umum sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.


(3)

68

V. P E N U T U P

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor- faktor penyebab terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi kejiwaan pelaku tindak pidana yang tidak stabil, rendahnya pendidikan dan minimnya kesadaran beragama serta faktor ekonomi. Faktor eksternal terdiri dari latar belakang keluarga yang tidak harmonis dan lingkungan tempat tinggal yang tidak mendukung.

2. Upaya penanggulangan tindak pidana kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil di Kota Bandar Lampung dilakukan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung melalui sarana non penal dan sarana penal. Upaya non penal dilaksanakan dengan sosialisasi mengenai kewaspadaan terhadap pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil dengan pamasangan spanduk berisi himbauan dan menempatkan anggota berpakaian preman pada titik-titik rawan kejahatan pencurian dengan modus memecahkan kaca mobil. Upaya penal dilaksanakan dengan penyelidikan dan penyidikan, yaitu upaya penyidik Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta


(4)

69

mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana pencurian dengan memecahkan kaca mobil yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

B. Saran

Saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Aparat kepolisian disarankan untuk meningkatkan patroli dalam rangka pengamanan dan pengawasan terhadap lokasi-lokasi yang berpotensi menjadi tempat bagi pelaku untuk melakukan kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil. Selain itu pengawasan dengan menggunakan media kamera pengintai juga hendaknya ditingkatkan sehingga apabila terjadi kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil akan lebih mudah untuk diidentifikasi

2. Pemilik kendaraan bermotor roda empat disarankan untuk meningkat kewaspadaan dalam memarkirkan mobil, dengan cara memilih lokasi parkir yang aman atau dijaga oleh juru parkir dan tidak meninggalkan barang berharga di dalam mobil. Hal ini penting dilakukan dalam rangka mencegah terjadinya kejahatan pencurian dengan memecahkan kaca mobil.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arief, Badra Nawawi. 2001. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana. PT Citra . Aditya Bakti. Bandung.

Atmasasmita, Romli. 1996. Sistem Peradilan Pidana. Binacipta. Bandung. Hamzah, Andi. 2001. Asas-Asas Hukum Pidana. Rineka Cipta. Jakarta.

Huda, Choerul, , 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan MenujuKepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana tanpa Kesalahan, Kencana. Jakarta Kartini.2009, Patologi Sosial. Rajawali Pers. Jakarta.

Moeljatno, 1993. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonsesia, Rineka Cipta, Jakarta. Muladi. 1997. Hak Asasi Manusia. Politik dan Sistem Peradilan Pidana. Badan

Penerbit UNDIP. Semarang.

___________. 2001. Lembaga Peradilan Bersyarat. Penerbit Alumni. Bandung. Mustofa, Muhammad.2007, Kriminologi. Jakarta: FISIP UI Press,

Rahardjo, Satjipto. 1996. Hukum dalam Perspektif Sejarah dan Perubahan Sosial dalam Pembangunan Hukum dalam Perspektif Politik Hukum Nasional. Rajawali. Jakarta.

Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif, Sinar Grafika, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Soerjono Soekanto. 2004,Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum Cetakan Kelima.Jakarta : Raja Grafindo Persada

Setiadi, Edi. 1997. Permasalahan dan Asas-Asas Pertanggung Jawaban Pidana. Alumni.Bandung.


(6)

Sudarto. 1986. Kapita Selekta Hukum Pidana. Alumni.Bandung.

Prakoso, Djoko, 1987 Pembaharuan Hukum Pidana Di Indonesia.Yogyakarta: Liberty.

Santoso, Topo dan Eva Achajani Zulfa, 2012 Kriminologi, Rajawali Pers Jakarta. Wildiada Gunakarya,2012,Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana,

Alfabeta. Bandung

Yesmil Anwar.2007,Kriminologi. PT Refika Aditama.Bandung

Yanuar Arifin, 2012, Perkembangan Kejahatan (Suatu Tinjauan Kitab Undang Undang Hukum Pidana), Pustaka Ilmu Bandung

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana

C. Sumber Lain

Tribun Lampung Edisi Kamis 14 November 2013 Radar Lampung Edisi Jumat 22 November 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Pencurian .