Schizophrenia

(1)

SCH I ZOPH REN I A

R

RARARAASS SSUUTTAATTMMIINNIINNGGSSIIHH,, SS..PPssii

Fa k u lt a s Ke dok t e r a n Pr ogr a m St u di Psik ologi Un ive r sit a s Su m a t e r a Ut a r a

I

I.. PPEENNDDAAHHUULLUUAANN

Gangguan- gangguan psikis yang sekarang dikenal sebagai schizophrenia, unt uk pert am a kalinya diident ifikasi sebagai " dem ence precoce" at au gangguan m ent al dini oleh Benedict Muler ( 1809- 1873) , seorang dokt er berkebangsaan Belgia pada t ahun 1860 ( dalam Suprat iknyo, 1995) . Konsep yang lebih j elas dan sist em at is diberikan oleh Em il Kraepelin ( 1856- 1926) , seorang psikiat ri Jerm an pada t ahun 1893. Kraepelin m enyebut nya dengan ist ilah " dem ent ia praecox" . I st ilah dem ent ia praecox berasal dari bahasa Lat in " dem ent is" dan " precocius" , m engacu pada sit uasi dim ana seseorang m engalam i kehilangan at au kerusakan kem am puan- kem am puan m ent alnya sej ak dini. Menurut Kraepelin, " dem ent ia praecox" m erupakan proses penyakit yang disebabkan oleh penyakit t ert ent u dalam t ubuh. Dem ent ia praecox m eliput i hilangnya kesat uan dalam pikiran, perasaan, dan t ingkah laku. Penyakit ini m uncul pada usia m uda dan dit andai oleh kem am puan- kem am puan yang m enurun yang akhirnya m enj adi disint egrasi kepribadian yang kom pleks. Gam baran Kraepelin t ent ang "dem ent ia precox" ini m eliput i pola- pola t ingkah laku sepert i delusi, halusinasi, dan t ingkah laku yang aneh ( Rat hus, et al., 1991) .

Eugen Bleuler ( 1857- 1939) , seorang psikiat er Sw iss, m em perkenalkan ist ilah schizophrenia . I st ilah ini berasal dari bahasa Yunani schit os art inya t erbelah, t erpecah, dan phren art inya pikiran. Secara harafiah, schizophrenia berart i pikiran/ j iw a yang t erbelah/ t erpecah. Bleuler lebih m enekankan pola perilaku, yait u t idak adanya int egrasi ot ak yang m em pengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan dem ikian t idak ada kesesuaian ant ara pikiran dan em osi, ant ara persepsi t erhadap kenyat aan yang sebenarnya ( Rat hus, et al., 1991; Davison, et al.,1994) .

PPDGJ I I I ( Pedom an Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiw a di I ndonesia I I I ) m enem pat kan schizophrenia pada kode F20.

Schizophrenia t erm asuk dalam kelom pok psikosis fungsional. Psikosis fungsional m erupakan penyakit m ent al secara fungsional yang non organis sifat nya, hingga t erj adi kepecahan kepribadian yang dit andai oleh desint egrasi kepribadian dan m aladj ust m ent sosial yang berat , t idak m am pu m engadakan hubungan sosial dengan dunia luar, bahkan sering t erput us sam a sekali dengan realit as hidup; lalu m enj adi ket idakm am puan secara sosial. Hilanglah rasa t anggungj aw abnya dan t erdapat gangguan pada fungsi int elekt ualnya. Jika perilakunya t ersebut m enj adi begit u abnorm al dan irrasional, sehingga dianggap bisa m em bahayakan at au m engancam keselam at an orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila ( Kart ono, 1989 : 165) .

Schizophrenia m erupakan gangguan m ent al klasifikasi berat dan kronik ( psikot ik) yang m enj adi beban ut am a pelayanan kesehat an j iw a di I ndonesia sej ak j am an pem erint ahan Hindia Belanda sam pai sekarang. Mengapa m enj adi beban ? Karena ciri pokok kerunt uhan fungsi peran dan pekerj aan, sehingga penderit a m enj adi t idak produkt if dan harus dit anggung hidupnya selam anya oleh sanak keluarga, m asyarakat , at au pem erint ah ( Wicaksana,2000) .


(2)

I

III.. GGEEJJAALLAA--GGEEJJAALLAASSCCHHIIZZOOPPHHRREENNIIAA

I

III..11 BBEERRDDAASSAARRKKAANN KKOONNSSEEPP TTEEOORRIITTIIS S

Colem an ( 1976) m enj elaskan bahw a Schizophrenia adalah gangguan psikosa yang dit andai oleh split / disorganisasi personalit y. m engalam i disharm oni psikologis secara m enyeluruh, pendangkalan/ kem iskinan em osi, proses berpikir yang m em buruk. m enghilangnya kesadaran sosial, adanya delusi, halusinasi, sikap/ perilaku yang aneh, dan em osinya inkoheren dim ana bila t erdapat kej adian yang m enyenangkan bisa saj a penderit a m alah m enj adi bersedih hat i, dem ikian pula sebaliknya.

Halusinasi adalah pengalam an indera dim ana t idak t erdapat st im ulasi t erhadap resept or- resept or.

Delusi adalah keyakinan yang t idak m em punyai bukt i- bukt i kebenaran at au bukt i- bukt i yang dapat diperlihat kan.

Dibandingkan dengan gangguan abnorm alit as psikis lainnya, penderit a schizophrenia relat if paling sedikit yang sem buh m aupun yang m eninggal, sehingga " t um plek" di Rum ah Sakit , dim ana 50% pasien RSJ adalah penderit a Schizophrenia. Gangguan kepribadian Schizophrenia ini bisa t erj adi pada ham pir set iap t ingkat usia :

Modus pada : 30 - 35 t ahun 10% pada : 20 t ahun 65% pada : 20 - 40 t ahun 25% pada : di at as 40 t ahun.

I

III..11..11 EEmmoottiioonnaallddiissoorrddeerrss..

Hilangnya akt ivit as afek yang norm al, dim ana kehidupan afeknya sangat t erganggu. Ciri ut am a pat ologi em osinya adalah apat is, dim ana reaksi em osinya dat ar, t idak w aj ar, m enyulit kan orang norm al unt uk m elakukan kont ak dengan pasien ( seolah- olah diselubungi t em bok) sehingga reaksi em osinya t idak adekuat . Social feeling- nya m enghilang, m isalnya : bert ahun- t ahun di bangsal yang sam a, bisa t idak saling berbicara.

Reaksi em osinya sukar diprediksi, inkongruen, am bigous, t anpa sebab bisa m enangis, bert eriak- t eriak, t erkekeh- kekeh, t ert aw a dibuat - buat , am bivalen ( m isalnya m em bunuh sam bil t ert aw a t erbahak- bahak) .

I

III..11..22 DDeelluussiioonnss..

Di sini subyek m em iliki keyakinan yang t idak m em punyai bukt i- bukt i yang benar at au bukt i- bukt i yang dapat diperlihat kan. Hal ini lebih dari sepert i bent uk m im pi pada orang norm al, lebih fant ast is, sukar dibayangkan anehnya.

Sem ua ide dan rasa yakin yang dim iliki subyek m enyalahi logika dan bersifat fant ast is, t et api pada subyek t idak t erdapat keinginan unt uk m enent angnya. Segala sesuat u bagaikan dalam dunia m im pi, penuh khayal t et api sangat diyakini subyek sebagai hal yang dialam i dan m erupakan bagian dari diri subyek.

Be be r a pa be n t u k de lu si, a n t a r a la in : a . DDeelluussiioonnss ooffRReeffeerreennccee,

yait u keyakinan subyek bahw a orang- orang m em bicarakannya, m enuding, m em uat gam barnya dikoran, dan sebagainya.

b. DDeelluussiioonnssooff IInnfflluueennccee,

yait u keyakinan subyek bahw a " m usuh" - nya dengan segala cara berusaha m em pengaruhinya, dengan t eknik elekt ro yang kom pleks, m em asang elekt roda dikepalanya, dan sebagainya.

c. DDeelluussiioonnss ooff PPeerrsseeccuuttiioonnss,


(3)

dan sebagainya.

d. DDeelluussiioonnssooff SSiinnssaanndd GGuuiilltt ,

yait u keyakinan subyek akan dosa- dosanya yang t ak t eram puni, rasa bersalahnya karena ia m encelakakan orang lain karena ia j ahat , dan sebagainya.

e . DDeelluussiioonnss ooffGGrraannddeeuurr,

yait u keyakinan subyek bahw a dirinya adalah orang yang serba hebat , serba luar biasa, m ahasuci, dan sebagainya.

f. HHyypphhooccoonnddrriiaaccaall DDeelluussiioonnss,

yait u keyakinan subyek bahw a dirinya m engalam i penyakit yang aneh, m engerikan, m em at ikan, dan sebagainya.

g. NNiihhiilliissttiicc DDeelluussiioonns, s

yait u keyakinan subyek bahw a dirinya m erasa dihukum paksa, dim ana subyek m erasa dirinya sudah m at i beberapa t ahun yang lalu dan j iw anya sudah m enguap t et api badanya m asih t ersisa di dunia karena dihukum paksa.

I

III..11..33 HHaalllluucciinnaattiioonnss. .

Gej ala halusinasi ini sangat m eninj ol m uncul sebagai sim pt om schizophrenia dibandingkan dengan pada bent uk gangguan abnorm alit as lainnya.

Halusinasi m erupakan persepsi at au pengalam an indera dim ana t idak t erdapat st im ulasi t erhadap resept or- resept ornya.

Macam - m acam halusinasi :

a . AAuuddiittoorryy HHaalllluucciinnaattiioonn ,

yait u subyek m endengar sesuat u dim ana t idak t erdapat st im ulasi yang obyekt if t erhadap indera dengarnya. Misalnya subyek m erasa m endengar suara Tuhan, suara ghoib, dan sebagainya.

b. VViissuuaall HHaalllluucciinnaattiioonn,

yait u subyek m endengar sesuat u dim ana t idak t erdapat st im ulasi yang obyekt if t erhadap indera penglihat annya. Misalnya m elihat nabi, m elihat , bidadari, dan sebagainya.

c. OOllffaaccttoorryy HHaalllluucciinnaattiioonn,

yait u subyek m encium sesuat u dim ana t idak t erdapat st im ulasi yang obyekt if t erhadap indera pencium annya. Misalnya m encium gas beracun, yang disem prot kan ke kam arnya, dan sebagainya.

d. GGuussttaattoorryy HHaalllluucciinnaattiioonn ,

yait u subyek m engecap sesuat u dim ana t idak t erdapat st im ulasi yang obyekt if t erhadap indera pengecapnya. Misalnya, m erasakan adanya racun pada m akanan yang dim akannya at au m inum an yang dim inum nya, dan sebagainya.

e . TTaaccttuuaall HHaalllluucciinnaattiioonn,

yait u subyek m erasakan adanya sesuat u yang m enst im ulasi indera rabanya dim ana t idak t erdapat st im ulasi yang obyekt if. Misalnya, m erasakan adanya ular yang m erayap pada kuduknya at au badannya, dan sebagainya.

I

III..11..44 SSppeeeecchh DDiissoorrddeerr

Subyek yang m engalam i gangguan schizophrenia m engalam i gangguan bicara, bisa dalam bent uk m em bisu, t idak kom unikat if, dan sebagainya. Hal ini t erj adi karena rendahnya m inat unt uk m engadakan relasi sosial. Subyek t idak m erasa perlu unt uk berbicara, at au m erasa diperint ah unt uk t idak bicara, at au t akut bau m ulut nya m engganggu orang lain, dan sebagainya. At au bahkan sebaliknya, subyek banyak bicara t et api kualit as bicaranya inkoherent , repet it ik, m eloncat - loncat , dan t idak relevan.

Ciri bicaranya adalah t idak dapat at au sukar dim engert i at au t idak berkait an. Terj adi neologism e, yait u m em bent uk kat a- kat a baru dari kat a- kat a lam a yang hanya subyek sendiri yang m engert i ( pada orang norm al biasanya disebut akronim yang t erbent uk m elalui prinsip- prinsip t ert ent u) .


(4)

I

I..11..55 TTuulliissaannnnyyaa ""aanneehh" "

Tulisan subyek biasanya diulang- ulang ( st ereot ipe) , ganj il, dim uluk- m uluk, dan sebagainya. Bahasa lisannya t idak berhubungan ant ara sat u kat a dengan kat a lain, at au sat u kalim at dengan kalim at lain, t idak m engikut i at uran t at a bahasa yang benar at au seenaknya saj a. Kat a- kat anya banyak yang hilang at au t erpenggal begit u saj a. I

III..11..66 TThhiinnkkiinngg DDiissoorrddeerrss

Karena cara berpikirnya yang t idak t erint egrasi dengan baik, kat a- kat a yang oleh orang norm al disupress, pada schizophrenia dilepas saj a.

Cara berpikirnya m eloncat - loncat , t idak urut , t idak selesai, sehingga sukar bagi orang norm al unt uk m enyesuaikan cara berpikirnya dengan isi dan j alan pikiran subyek, karena arahnya t idak j elas, t idak koheren, sukar diikut i, dan sebagainya. Pem ikirannya t idak m em iliki sasaran yang j elas, t idak t erorganisir, t idak ut uh dalam proses dan cara berpikirnya.

Menurut Bleuer, t erj adi daya asosiasi dalam proses berpikir yang m elem ah pada penderit a schizophren.

Menurut St orch & Whit e, pada penderit a schizophrenia t erj adi regresi dalam kem am puan berpikir dan bahasa, sehingga m enam pilkan bent uk- bent uk prim it if dalam perkem bangan dan pengendaliannya. Penderit a schizophren berpikir dalam t erm kongkrit yang m em punyai art i subyekt if. Subyek t idak m am pu m engkonst ruksikan ide- ide yang abst rak.

Pada t es psikologis, hasil t esnya t erlihat rendah pada abst ract behaviour, concept form at ion, dan generalizing abilit y. Bila hasil psikot esnya t ersebut baik, m aka penderit a m em iliki kecenderungan unt uk sem buh, karena secara m enyeuruh subyek m am pu m encapai relasi kelom pok dan m am pu m enghadapi m asalah- m asalah abst rak.

I

III..11..77 GGaanngggguuaann IInntteelleeggeennssii

I nt elligence Quot ient ( I Q) berada pada sekit ar average. Kem unduran int elegensi baru t erlihat set elah 1 - 2 t ahun, yait u di baw ah rat a- rat at ingkat usia m ent alnya ( t et api t idak sam a pada set iap penderit a) .

Tes vocabulary kurang begit u t erganggu dibanding t esnya unt uk learning, m em ory, m ot or abilit y, dan abst ract t hinking.

Tet api, kerusakan int elegensi t idak perm anen. Dengan m eningkat nya perbaikan psikis, int elegensi berangsur- angsur norm al sepert i sem ula.

I

III..11..88 GGaanngggguuaann PPssiikkiiss LLaaiinnnnyyaa

Hal yang m enyolok adalah adanya det eriorasi dan dist urbance em osi, dim ana sangat disorient ed, yait u dit andai oleh delusi.

Daya ingat nya m engalam i kem unduran pada fase aw al. Hal it u lebih disebabkan karena kurangnya perhat ian, m inat , dan t erj adinya kesalahan/ kekeliruan dalam proses learning. Pada m ulanya penderit a m asih bisa m engenal siapa dirinya, ident it asnya, dan m engenal orang- orang di sekit arnya. Akan sem akin m elem ah seiring dengan sem akin parahnya penyakit yang diderit anya.

Psikom ot oriknya kadang- kadang t erlihat t erganggu, t et api kadang- kadang t idak. Hal it u t ergant ung pada t ipe schizophren yang diderit anya.

I nsight m elem ah cukup m enyolok, dim ana penderit a t idak m am pu m enerim a penilaian t erhadap kenyat aan- kenyat aan dirinya. Penderit a t idak bisa diaj ak m engert i. Penderit a t idak m am pu m engendalikan akt ifit asnyasesuai dengan norm a lingkungan sosialnya.

I

III..11..99 SSiimmppttoomm--SSiimmppttoomm FFiissiikk


(5)

t idak t eraw at , kurang gizi, t idur t idak t erat ur/ t erganggu, lem ah secara fisik, kurus kering, dan suhu t ubuh t erganggu.

I

III..22 MMEENNUURRUUTTPPPPDDGGJJ

Menurut PPDGJ, schizophrenia pada um um nya dit andai oleh penyim pangan yang fundam ent al pada karakt erist ik pikiran dan persepsi sert a afek yang t idak w aj ar ( inappropriat e) at au t um pul ( blunt ed) . Kesadaran yang j ernih ( clear consciouness) dan kem am puan int elekt ual biasanya t et ap t erpelihara, w alaupun kem unduran kognit if t ert ent u dapat berkem bang kem udian.

Dalam m elakukan diagnosa schizophrenia pada penderit a, t erdapat beberapa pedom an diagnost ik yang harus diikut i, yait u ppeerrttaammaa harus ada sedikit nya sat u gej ala berikut ini yang am at j elas ( biasanya 2 gej ala at au lebih bila gej ala- gej ala it u kurang t aj am at au kurang j elas) .

I

III..22..11 IIssiiPPiikkiirraann a . TThhoouugghhtt EEcchhoo.

I si pikiran dirinya sendiri yang berulang dan bergem a dalam kepalanya ( t idak keras) , dan isi pikiran ulangan, w alaupun isinya sam a, nam un kualit asnya berbeda.

b. TThhoouugghhtt IInnsseerrttiioonn aattaauu WWiitthhddrraawwll.

I si pikiran yang asing dari luar m asuk ke dalam pikirannya ( insert ion) at au isi pikirannya diam bil keluar oleh sesuat u dari luar dirinya ( w it hdraw l)

c. TThhoouugghhtt BBrrooaaddccaassttiinngg.

I si pikirannya t ersiar keluar sehingga orang lain at au um um m enget ahuinya. I

III..22..22 DDeelluussii

a . DDeelluussiioonn ooff CCoonnttrrooll.

Waham t ent ang dirinya dikendalikan oleh suat u kekuat an t ert ent u dari luar.

b. DDeelluuaassiioonnssooff IInnfflluueennccee.

Waham t ent ang dirinya dipengaruhi oleh suat u kekuat an t ert ent u dari luar.

c. DDeelluussiioonnss ooff PPaassssiivviittyy.

Waham t ent ang dirinya t idak berdaya dan pasrah t erhadap suat u kekuat an dari luar. " Tent ang dirinya" art inya secara j elas m eruj uk ke pergerakan t ubuh/ anggot a gerak at au ke pikiran, t indakan, at au penginderaan khusus) .

d. DDeelluussiioonnaallPPeerrcceeppttiioonn.

Pengalam an inderaw i yang t ak w aj ar, yang berm akna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat m ist ik at au m ukj izat .

I

III..22..33 HHaalluussiinnaassii AAuuddiittoorriikk. .

a. Suara halusinasi yang berkom ent ar secara t erus m enerus t erhadap perilaku penderit a.

b. Mendiskusikan perihal penderit a di ant ara m ereka sendiri ( di ant ara berbagai suara yang berbicara)

c. Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah sat u bagian t ubuh. I

III..22..44 WWaahhaamm yyaanngg mmeennuurruutt bbuuddaayyaa ddiiaannggggaapp ttiiddaakk wwaajjaarr. .

Waham - waham m enet ap j enis lainnya, yang m enurut budaya set em pat dianggap t idak w aj ar dan sesuat u yang m ust ahil, m isalnya perihal keyakinan adam a at au polit ik t ert ent u, kekuat an dan kem am puan di at as m anusia biasa ( m isalnya m am pu m engendalikan cuaca, berkom unikasi dengan m akhluk asing dari dunia lain) .

K

Keedduua, dalam m elakukan diagnosa schizophrenia pada penderit a paling sedikit a t erdapat 2 ( dua) gej ala di baw ah ini yang harus selalu ada secara j elas.


(6)

w aham yang m engem bang m aupun yang set engah berbent uk t anpa kandunganafekt if yang j elas, at aupun disert ai oleh ide- ide yang berlebihan ( over valued ideas) yang m enet ap, at au apabila t erj adi set iap hari selam a berm inggu- m inggu at au berbulan- bulan t erus m enerus.

b. Arus pikiran yan t erput us ( break) at au yang m engalam i sisipan ( int erpolat ion) , yang berakibat inkoherensi at au pem bicaraan yang t idak relevan at au neologism e. c. Perilaku kat at onik, sepert i keadaan gaduh- gelisah ( excit em ent ) , posisi t ubuh t ert ent u ( post uring) , at au fleksibilit as cerea, negat ivism e, m ut ism e, dan st upor. d. Gej ala- gej ala " negat if" , sepert i sikap sangat apat is, bicara yang j arang, dan respon em osional yang m enum pul at au t idak w aj ar, biasanya yang m engakibat kan penarikan diri dari pergaulan sosial. Tet api, harus j elas bahw a sem ua hal t ersebut t idak disebabkan oleh depresi at au m edikasi neurolept ika.

K

Keettiiggaa, adanya gej ala- gej ala khas t ersebut di at as t elah berlangsung selam a kurun w akt u sat u bulan at au lebih ( t idak berlaku unt uk set iap fase nonpsikot ik prodrom al.

KKeeememppaatt, harus ada perubahan yang konsist en dan berm akna dalam m ut u keseluruhan ( overall qualit y) dari beberapa aspek perilaku pribadi ( personal behavior) , berm anifest asi sebagai hilangnya m inat , hidup t ak bert uj uan, t idak berbuat sesuat u, sikap larut dalam diri sendiri ( self absorbed at t it ude) , dan penarikan diri secara sosial.


(7)

I

IIIII.. TTIIPPEE--TTIIPPEEKKLLIINNIISSSSCCHHIIZZOOPPHHRREENNIIAAPPAADDAAUUMMUUMMNNYYAA

Schizophrenia biasanya dibagi m enj adi 4 t ipe, yait u : sim plex, hebephren, kat at onik, dan paranoid.

Dalam hal ini m asih t erdapat perm asalahan, yait u apakah t ipologi t ersebut sifat nya kaku. Sebab, pada kenyat aannya seringkali sim pt om nya berubah at au berpindah dari sat i t ipe ke t ipe lainnya, m isalnya m ula- m ula hebephren kem udian m enj adi kat at on, dan set erusnya.

I

IIIII..11 TTIIPPEESSIIMMPPLLEEXX ((DDEEMMEENNTTIIAASSIIMMPPLLEEXX))

Sim pt om ut am anya adalah apat i, yait u seolah t idak m em iliki kepent ingan unt uk diri sendiri. Bahkan, sering harus diberikan pengert ian t ent ang hal- hal yang m enj adi kebut uhannya. Penderit a biasanya berkeinginan unt uk berbaring, m alas- m alasan, j orok, t idur- t iduran, j arang m andi, m ot orik lam ban, dan j arang berbicara. Sering berperilaku yang am oral, m isalnya m em aki- m aki orang yang sedang lewat , m em ainkan alat kelam innya.

I ndividu pada w akt u norm al adalah anak yang baik, dim ana prest asinya cukup baik, perilakunya m enyenangkan. Hal t ersebut t erj adi karena individu t idak m em punyai cukup energi unt uk m enent ang orang lain at au orang t ua sehingga hanya bisa m enurut . Energi lem ahnya t ersebut dit am pilkan dalam bent uk apat is ( kelesuan) .

I ndividu t idak m em iliki am bisi unt uk m endapat kan pem uasan ( t idak m au apa- apa) , yang apabila dipaksakan unt uk m elakukan sesuat u seringkali m uncul reaksi agresi ( m arah) , dan apabila hal t ersebut sem akin dipaksakan m aka biasanya individu akan j at uh sakit .

I

IIIII..22 TTIIPPEEHHEEBBEEPPHHRREENN

Pada t ipe ini t erj adi disint egrasi em osi, dim ana em osinya bersifat kekanak- kanakan, ket olol- t ololan, seringkali t ert awa sendiri kem udian secara t iba- t iba m enangis t ersedu- sedu. Terj adi regresi t ot al, dim ana individu m enj adi kekanak- kanakan. I ndividu m udah t ersinggung at au sangat irrit able. Seringkali dihinggapi sarkasm e ( sindiran t aj am ) dan m enj adi m arah m eledak- ledak at au explosive t anpa sebab.

Pem bicaraannya kacau, suka berbicara berj am - j am . Pada aw al gangguan seringkali kom unikat if, t et api lam a- kelam aan kom unikasinya m enj adi t idak karuan ( inkoheren) , yang bahkan sam pai akhirnya individu t idak kom unikat if.

Terj adi halusinasi dan delusi yang biasanya sifat nya fant ast is, m isalnya : ada vam pire yang m enyedot darahnya, dan sebagainya.

Cara berpikirnya kacau. Hal t ersebut t erlihat dari cara berbicaranya yang t idak karuan.

Tulisan/ Graphis yang dibuat nya bersifat kacau, dim ana t erj adi regresi, yait u bersifat kekanak- kanakan.

I


(8)

Dibandingkan dengan t ipe j enis schizophrenia lainnya, t ipe cat at onic ini serangannya berlangsung j auh lebih cepat .

Akt ivit asnya j auh berkurang dibandingkan w akt u norm al. Pada individu t erj adi st ufor, dim ana individu diam , t idak m au berkom unikasi, kalau berbicara suaranya m onot on, ekspresi m ukanya dat ar, m akan dan berpakaian harus dibant u dan sikap badannya aneh yait u biasanya t egang/ kaku sepert i serdadu dan biasanya dipert ahankan unt uk w akt u yang lam a. Cat at onic st ufor ini t erdapat dua bent uk, yait u ( 1) rigid, dim ana badan m enj adi sangat kaku, bisa sepert i bent angan di ant ara dua benda, ( 2) chorea- fleksibilit y, dim ana badannya m enj adi lent ur sepert i lilin dan posisinya dapat dibent uk.

Penderit a schizophrenia cat at onic yang parah biasanya dit em pat t idur, t idak m au berbicara, j orok, m akan- m inum dipaksa, dan apabila m at a t erbuka biasanya akan t erpaku pada sat u t it ik, t idak berkedip, dan ekspresi kosong.

Perkem bangan selanj ut nya yait u set elah beberapa m inggu at au beberapa bulan, t erj adi cat at onic excit em ent dim ana penderit a m enunj ukkan suat u gerakan t ert ent u dalam w akt u yang lam a dan kem udian secara ekst rem berubah sebaliknya. Misalnya, berbaring m enghadap t em bok kiri dalam w akt u yang lam a dan kem udian m enghadap t em bok kanan.

Penderit a bersikap negat if ( negat ifist ic) , dim ana penderit a t idak ada int erest sam a sekali t erhadap sekelilingnya, t anpa kont ak sosial, dan m em bisu dalam w akt u yang lam a.

I

IIIII..44 SSCCHHIIZZOOPPHHRREENNIIAAPPAARRAANNOOIIDD

Sim pt om ut am anya adalah adanya delusi persecusion dan grandeur, dim ana individu m erasa dikej ar- kej ar. Hal t ersebut t erj adi karena segala sesuat u dit anggapi secara sensit if dan egosent ris seolah- olah orang lain akan berbuat buruk kepadanya. Oleh karena it u, sikapnya t erhadap orang lain agresif.

Delusi t ersebut diperkuat oleh halusinasi penglihat an dan pendengaran, m isalnya t erlihat w aj ah- w aj ah yang m enakut kan, t erdengar suara m engancam , dan sebagainya sehingga t im bul reaksi m enyerang at au agresi karena t erganggu. Hal- hal t ersebut j uga bisa m endorong penderit a unt uk m em bunuh orang lain at au sebaliknya bunuh diri, sebagai usahanya unt uk m enghindari delusi persecusion

Terdapat kecenderungan hom oseksualit as, dim ana penderit a laki- laki akan m engancam laki- laki dan penderit a perem puan akan m engancam perem puan.

Adanya delusion of grendeur dapat m enim bulkan delusion of persecusion, dim ana individu m enganggap orang lain cem buru kepada kepint arannya, kekayaannya, kepopulerannya, kecant ikannya, kedudukan sosialnya, dan sebagainya.

Pada penderit a t im bul " I deas of Reference" , yait u t erj adi percam puran ant ara w aham dan halusinasi dengan kecenderungan unt uk m em berikan im presi/ nuansa pribadi t erhadap segala kej adian yang dialam inya. Misalnya, suara klakson m obil di j alan depan rum ah, dianggapnya sebagai t erom pet t anda penyerbuan t erhadap dirinya segera akan dim ulai ( Colem an, 1976; Kart ono, 1989) .

I

IVV.. FFAASSEE--FFAASSEESSCCHHIIZZOOPPHHRREENNIIAA

Dalam m endiagnosa seseorang adalah penderit a schizophrenia, DSM I V ( Davison, et al., 1994) m enyat akan bahw a orang t ersebut sekurang- kurangnya selam a 6 bulan t elah m enunj ukkan gej ala- gej ala gangguan. Dalam 6 bulan t ersebut , t erdapat


(9)

f

faasese aakkttiiff selam a sekurang kurangnya 1 bulan, ffaasese pprrooddrroommaall periode sisa sebelum fase akt if, dan ffaasese rreesisidduuaall periode sisa set elah fase akt if.

Pada fase prodrom al, individu m enunj ukkan gangguan- gangguan fungsi sosial dan int erpersonal yang progresif. Perubahan yang t erj adi dapat berupa penarikan sosial, ket idakm am puan bekerj a secara produkt if, eksent rik, pakaian yang t idak rapi, em osi yang t idak sesuai perkem bangan pikiran dan bicara yang aneh, kepercayaan yang t idak biasa, pengalam an persepsi yang aneh, dan hilangnya inisiat if dan energi.

Pada fase akt if, dim ana paling sedikit selam a 1 bulan, individu m engalam i sim pt om psikot ik, yait u halusinasi, delusi, pem bicaraan dan t ingkah lakunya yang t idak t erat ur, dan t erdapat t anda- t anda penarikan diri.

Pada fase residual, t erdapat sim pt om sepert i fase sebelum nya, t et api t idak parah dan t idak m engganggu ( Mart aniah, 1999) .

V

V.. PPEENNYYEEBBAABBGGAANNGGGGUUAANN SSCCHHIIZZOOPPHHRREENNIIAA

Terdapat beberapa pendekat an yang dom inan dalam m enganalisa penyebab Schizophrenia, yait u pendekat an biologis ( m eliput i fakt or genet ik dan fakt or biokim ia) , pendekat an psikodinam ik, pendekat an t eori belaj ar.

V

V..11 PPEENNDDEEKKAATTAANN BBIIOOLLOOGGIISS V

V..11..11 FFaakkttoorr GGeenneettiikk

Sepert i halnya psikosis lain, schizophrenia nam paknya cenderung berkem bang lew at keluarga. Penelit ian t erhadap m unculnya schizophrenia dalam keluarga biasanya diadakan dengan m engam at i penderit a schizophrenia yang ada di rum ah sakit j iw a dan kem udian m enelit i t ent ang perkem bangan kesehat annya sert a m encari ket erangan dari berbagai pihak unt uk m enent ukan bagaim ana schizophrenia dan psikosis lainnya m uncul di ant ara keluarga penderit a. Dari penelit ian yang dilakukan dit em ukan bahw a resiko t im bulnya psikosis, t erm asuk schizophrenia, sekit ar em pat kali lebih besar pada hubungan keluarga t ingkat pert am a ( saudara kandung, orang t ua, anak kandung) dibandingkan dengan m asyarakat pada um um nya ( Rat hus, et al., 1991) .

Sem akin dekat hubungan genet is ant ara penderit a schizophrenia dan anggot a keluarganya, sem akin besar kem ungkinannya unt uk t erkena schizophrenia. Hal ini m enunj ukkan bahw a kecenderungan t erkena schizophrenia dapat dit ularkan secara genet is. Keluarga penderit a schizophrenia t idak hanya t erpengaruh secara genet is akan t et api j uga m elalui pengalam an sehari- hari. Orang t ua yang m enderit a schizophrenia dapat sangat m engganggu perkem bangan anaknya. Hal ini m enim bulkan persoalan t ent ang m ana yang lebih berpengaruh : genet is at au lingkungan.Unt uk m em bedakan hal t ersebut , para ahli m engusahakan suat u penelit ian t erhadap anak kem abar ( Sue, et al.,1986 dan Davison et al., 1994, sert a Rat hus, et al., 1991) . Kem bar ident ik ( m onozygot ic) adalah sam a/ ident ik secara genet is, karena it u perbedaan ant ara anak kem bar ident ik kiranya dapat dihubungkan dengan perbedaan dalam lingkungan m ereka. Jika m ereka dibesarkan bersam a, m aka kem bar ident ik sam a- sam a m engalam i, baik lingkungan yang sam a m aupun genet is yang sam a.

Di pihak lain, kem bar yang t idak ident ik m eskipun lahir pada saat yang ham pir bersam aan t et api secara genet is m ereka sam a halnya dengan dua orang saudara kandung. Jika kem bar t idak ident ik dibesarkan bersam a, m ereka akan sam a m engalam i lingkungan yang sam a t et api lat ar belakang genet isnya hanya ident ik sebesar 50% . Dalam penelit ian t erhadap anak kem bar secara um um , t ingkat kem ungkinan t erkena schizophrenia di ant ara anak kem bar ident ik adalah sekit ar dua at au em pat kali lebih t inggi daripada ant ara anak kem bar yang t idak ident ik. Hal ini m enunj ukkan kuat nya


(10)

pengaruh fakt or genet is. Akan t et api, dalam suat u penelit ian t erhadap kem bar ident ik lainnya t ernyat a m enunj ukkan bahw a t idak sat upunh dari anak yang kem barannya t erkena schizophrenia yang j uga m enderit a schizophrenia. Dengan dem ikian, usaha unt uk m em bedakan pengaruh genet is dan pengaruh lingkungan m asih kabur.

Hasil penelit ian t erhadap anak kem bar belum dapat m em bedakan pengaruh genet is dan pengaruh lingkungan karena anak kem bar biasanya dibesarkan bersam a. Oleh karena it u, apabila anak yang orang t uanya m enderit a schizophrenia j uga m enderit a schizophrenia m aka ada t iga kem ungkinan j aw aban : ibu at au ayah yang m enderit a schizophrenia m ungkin m enularkannya secara genet is, at au anak hidup dalam lingkungan t ert ent u yang dicipt akan oleh orang t ua, at au anak it u m enderit a schizophrenia akibat dari fakt or genet ik dan lingkungan yang m enekan.

Unt uk m em bedakan akibat gen dan akibat lingkungan t ersebut , diusahakan bebagai penelit ian t erhadap sekelom pok anak yang lahir dari ibu yang m enderit a schizophrenia t et api dipisahkan dari ibunya set elah dilahirkan sehingga t idak ada kont ak dengan ibunya ( Sue, et al., 1986; Rat hus, et al., 1991; dan Davison, et al., 1994) . Anak- anak t ersebut kem udian diadopsi oleh keluarga lain. Ke; lom pok lainnya t erdiri dari anak- anak yang lahir dari ibu yang norm al dan j uga diadopsi oleh keluarga lain. Dari kelom pok anak- anak yang lahir dari ibu yang t erkena schizophreni, t ernyat a 5 orang m enderit a schizophrenia dan beberapa lainnya m enderit a psikosis lainnya, sedangkan kelom pok anak- anak yang lahir dari ibu yang norm al, t idak seorangpun yang t erkena schizophrenia. Hal ini m endukung pendapat bahw a schizophrenia lebih besar kem ungkinannya dit ularkan secara genet is. Hasil ini j uga didukung oleh beberapa penelit ian lain ( Rat hus, et al., 1991) , yait u bahw a anak- anak dari orang t ua schizophrenia m em punyai kem ungkinan t erkena schizophrenia dua kali lipat dibandingkan dengan anak- anak dari orang t ua yang norm al, ent ah m ereka dibesarkan oleh orang t ua angkat yang m enderit a schizophrenia m aupun t idak. Singkat nya hubungan biologis at au genet is dengan penderit a schizophrenia nam paknya m erupakan fakt or yang paling m enyolok unt uk m enim bulkan schizophrenia.

Beberapa penelit ian t ersebut m enunj ukkan pengaruh fakt or genet is dalam m enularkan schizophrenia, nam un t et ap m enj adi pert anyaan : bagaim an penularan genet is t erj adi. Beberapa penelit i m encoba hal it u dengan berbagai m odel ( Rat hus, et al., 1991) , ant ara lain :

a

a.. DDiissttiinncctt HHeetteerrooggeenniittyy MMooddeel. l

Model ini m enyat akan bahw a schizophrenia t erdiri dari sej um lah psikosis, beberapa diant aranya disebabkan oleh kerusakan gen yang dapat diikut i oleh gen- gen t ert ent u dan yang hanya disebabkan oleh fakt or lingkungan. Schizophrenia cat at onic, m isalnya, m ungkin m erupakan penyakit yang m uncul secara genet is yang akhirnya diikut i ket idaknorm alan gen pada krom osom t ert nt u.

b

b.. MMoonnooggeenniiccMMooddeell.

Model ini m enyat akan bahw a sem ua bent uk schizophrenia dapat disebabkan oleh suat u gen yang cacat . Gen yang cacat ini akan m enyebabkan schizophrenia pada orang yang m enerim a gen it u dari kedua orang t uanya ( m onozygot e) , nam un kem ungkinannya kecil bila hanya dari sat u orang t ua ( het erozygot e) .

c

c.. MMuullttiiffaaccttoorriiaall--PPoollyyggeenniiccMMooddeell.

Model ini m enekankan pengaruh nilai am bang. Menurut m odel ini, schizophrenia disebabkan oleh pengaruh berbagai gen, t raum a biologis prenat al dan post nat al dan t ekanan psikososial yang saling berint eraksi. Aspek schizophrenia m uncul bila fakt or- fakt or it u berint eraksi m elebihi bat as am bang t ert ent u.

Model- m odel lainnya m engkom binasikan ciri- ciri dari ket iga m odel t ersebut . Schizophrenia, m isalnya, m uncul sebagai akibat dari int eraksi gen t unggal dan


(11)

t ekanan lingkungan. Model Mult ifact orial- Polygenic nam paknya lebih banyak dit erim a.

V

V..11..22 FFaakkttoorrBBiiooKKiimmiiaa

Kraeplin ( Sue, et al., 1986) t elah m engident ifikasikan schizophrenia sebagai akibat dari adanya ket idakseim bangan kim iaw i karena t idak norm alnya kelenj ar kelam in. Sem ent ara Carl Jung ( Davison, et al., 1994) m enyebut kan adanya unsur kim ia yang t idak diket ahui, yang disebut nya " t oxin x" . Adanya indikasi pengaruh fakt or genet is set idaknya m enunj ukkan adanya pengaruh fakt or biokim ia karena fakt or genet is t erj adi m elalui proses biologis dan kim iaw i t ubuh. Para penelit i lain m enem ukan adanya subst ansi kim ia yang t idak norm al yang disebut t araxein dalam serum darah ( Sue, et al., 1986) .

Riset t erakhir difokuskan pada dopam ine, suat u neurot ransm it t er yang akt if di w ilayah ot ak yang t erlihat dalam regulasi em osi at au sist em lim bik ( At kinson, et al., 1992) . Hipot esis dopam ine m enyat akan bahw a schizophrenia disebabkan oleh t erlalu banyaknya penerim aan dopam ine dalam ot ak. Kelebihan ini m ungkin karena produksi neurot ransm it t er at au gangguan regulasi m ekanism e pengam bilan kem bali yang dengannya dopam ine kem bali dan disim pan oleh vest ikel neuron parasim pat ik. Kem ungkinan lain adalah adanya oversensit if resept or dopam ine at au t erlalu banyaknya respon dopam ine ( sue, et al., 1986; At kinson, et al., 1992; Rat hus, 1991) .

Penelit ian t erhadap pengaruh dopam ine dilakukan dengan m enggunakan 3 m acam obat bius, yait u phenot hiazine, L- Dopa, dan am phet am ine. Phenot hiazine m erupakan obat ant i psikosis yang dapat m engurangi t ingkat kekacauan pikiran, halusinasi, dan m em perbaiki suasanan hat i penderit a schizophrenia. Terdapat bukt i kuat bahw a phenophiazine m engurangi akt ifit as dopam ine dalam ot ak dengan m engham bat penerim aan dalam saraf parasim pat ik.

L- Dopa biasa digunakan unt uk pengobat an gej ala- gej ala penyakit parkinson. Tubuh akan m engubah L- Dopa ini m enj adi dopam ine dan kadang- kadang m enyebabkan gej ala- gej ala sepert i schizophrenia ( Sue, et al. 1986) . Sem ent ara am phet am ine m erupakan obat perangsang yang m eningkat kan kem am puan dopam ine dalam ot ak. Pem berian am phet am ine dalam dosis yang berlebihan t ernyat a m enunj ukkan gej ala- gej ala sepert i schizophrenia. Jika penderit a schizophrenia diberi am phet am ine, m eski dalam dosis rendah, t ernyat a gej ala- gej ala schizophrenianya sem akin m em buruk.

Dengan dem ikian, obat yang dapat m engham bat penerim aan dopam ine ( sepert i phenot hiazine) dapat m engurangi gej ala- gej ala schizophrenia, sem ent ara obat lain yang m eningkat kan kem am puan dopam ine ( sepert i am phet am ine dan L- Dopa) dapat m enyebabkan at au m em perburuk gej ala- gej ala schizophrenia. Hal ini m em perlihat kan bahwa kelebihan dopam ine dapat m enyebabkan gej ala- gej ala schizophrenia. Akan t et api penem uan ini belum seluruhnya t epat . Pem berian phenot hiazine t erhadap penderit a schizophrenia m em perlihat kan bahw a seperem pat dari m ereka m em beri respon yang sangat kecil at au t idak sam a sekali, bahkan seperem pat nya m em berikan respon negat if. Sem ent ara, sepert iga penderit a yang diberi am phet am ine t idak m engalam i gej ala yang m akin m em buruk. Hal ini m em perlihat kan bahw a seharusnya ada penyebab lain selain dari kelebihan dopam ine ( Sue, et al., 1986) .

Perlu disadari bahw a schizophrenia m erupakan sekelom pok psikosis dengan efek yang berm acam - m acam . Teori dopam ine perlu dicerm at i secara hat i- hat i karena m ungkin t erlalu sederhana dalam m encari penj elasan dengan m em usat kan persoalan hanya pada akt ifit as dopam ine sem at a t anpa m em perhit ungkan int eraksi fungsi ot ak dengan sist em biokim ia secara m enyeluruh. Penyum bat an dopam ine m ungkin


(12)

m em pengaruhi gej ala- gej ala schizophrenia, t et api t idak m enj adi penyebab m unculnya penyakit t ersebut . Perubahan akt ifit as dopam ine m ungkin t erj adi set elah m unculnya psikosis dan bukan sebelum nya ( Sue, et al., 1986 dan Davison, et al., 1994) .

V

V..11..33 OOttaakk

Sekit ar 20- 35% penderit a schizophrenia m engalam i beberapa bent uk kerusakan ot ak ( Sue, et al., 1986) . Penelit ian dengan CAT ( Com put er Axial Tom ography) dan MRI ( Magnet ic Resonance I m agins) m em perlihat kan bahwa sebagian penderit a schizophrenia m em iliki vent rikel serebral ( yait u ruangan yang berisi cairan serebrospinal) yang j auh lebih besar dibanding dengan orang norm al. I t u berart i j ika vent riker lebih besar dari norm al, j aringan ot ak past i lebih kecil dari norm al. Pem besaran vent rikel berart i t erdapat proses m em buruknya at au berhent inya pert um buhan j aringan ot ak. Bebebrapa penelit ian m em perlihat kan bahw a lobus front alis, lobus t em poralis, dan hipokam pus yang lebih kecil pada penderit a schizophrenia ( At kinson, et al., 1992) . Penelit ian dengan PET ( Posit ron Em ission Topography, yait u pengam at an t erhadap m et abolism e glukosa pada saat seseorang sedang m engerj akan t es psikologi, pada penderit a schizophrenia m em perlihat kan t ingkat m et abolism e yang rendah pada lobus front alis.

Kelainan syaraf ini dapat pula dij elaskan sebagai akibat dari infeksi yang disebabkan oleh virus yang m asuk ot ak. I nfeksi ini dapat t erj adi selam a perkem bangan j anin. Akan t et api, j ika kerusakan ot ak t erj adi pada m asa aw al perkem bangan seseorang, pert anyaan yang m uncul adalah m engapa psikosis ini baru m uncul pada m asa dew asa. Weinberger ( dalam Davison, et al., 1994) m engat akan bahw a luka pada ot ak saling m em pengaruhi dengan proses perkem bangan ot ak yang norm al. Lobus front alis m erupakan st rukt ur ot ak yang t erlam bat m at ang, khususnya pada usia dewasa. Dengan dem ikian, luka pada daerah t ersebut belum berpengaruh pada m asa aw al sam pai lobus front alis m ulai berperan dalam perilaku.

V

V..22 PPEENNDDEEKKAATTAANN PPSSIIKKOOAANNAALLIISSAA

Menurut Freud kepribadian t erdiri at as 3 ( t iga( sist em at au aspek, yait u : id, ego dan super ego ( Suryabrat a, 1988 : 125) .

I d m erupakan unsur landasan dasar, dan paling pent ing dari ket iganya, karena m erupakan sum ber dari energi psikis, yang berasal dari inst ing- inst ing biologis m anusia. I nst ing- inst ing yang paling pent ing adalah inst ing seksual dan inst ing agresi. Kedua inst ing t ersebut yang banyak m em bim bing perilaku m anusia.

Ego m erupakan proses kepribadian yang logis dan m em punyai kegunaan yang m em perm udah t ransaksi/ perbuat an m anusia m enguasai alam lingkungannya. Ego m encakup kem am puan m erencanakan, m em ecahkan m asalah, dan m encipt akan berm acam - m acam t eknik unt uk m enguasai dunia sekit arnya. Selain it u, ego j uga harus m am pu m engendalikan im puls- im puls m anusai, karena ekspresi hiperakt if dari im puls- im puls seks dan dorongan- dorongan agresi bisam m encelakakan m anusia dan sekelilingnya. Dengan dem ikian, ego berfungsi m engint egrasikan im puls- im puls seks dan agresinya dengan dunia luarnya.

Superego m erupakan konsep yang m elam bangkan int ernalisasi dari nilai- nilai orang t ua oleh diri anak, yait u berupa nilai- nilai yang dit anam kan dengan sangsi hukum an j ika dilanggar dan m endapat kan hadiah j ika dipat uhinya.

Pert im bangan ant ara id dan superego seringkali t idak seim bang dan m enim bulkan konflik. Apabila ego berfungsi dengan baik, m aka sit uasi konflik t ersebut akan dapat dikendalikan dan diselesaikannya secara adekuat . Sem ent ara j ika ego lem ah, m aka sit uasi konflik t ersebut t idak akan dapat diselesaikannya, dan akan t im bul banyak konflik int ernal at au bahkan konfli yang sifat nya sangat hebat , yang


(13)

diekspresikannya dalam bent uk t ingkah laku yang abnorm al. Jika superego- nya dom inan dan bersifat sangat m oralist is, biasanya individu j ust ru akan kurang m am pu m enanggapi inst ing seksual dan agresinya, sehingga individu akan m engem bangkan pola rasa bersalah, penuh dosa, dan penyesalan yang kronis sifat nya, sert a dibarengi dengan sim pt om kelelahan dan kebingungan.

Perkem bangan kepribadian individu m enurut Freud ( dalam Kart ono, 1989 : 21) akan sangat dit ent ukan oleh perkem bangan psikoseksual dim asa kanak- kanaknya. Apabila anak t erus- m enerus m engalam i frust asi, m endapat kan perlakuan kej am , dan t idak m endapat kan cint a kasih, at au sebaliknya t erlalu dim anj akan secara berlebih- lebihan, ia akan m engalam i keberhent ian dan kerugian dalam perkem bangan kepribadiannya, yang disebut dengan proses fiksasi. Anak akan m engem bangkan berm acam - m acam sikap yang im m at ure at au t idak m at ang dan t ingkah laku yang abnorm al. Pola kepribadian yang dem ikian t idak j arang t erus berlarut - larut dan dapat m enj adi predisposisi t erj adinya gangguan abnorm alit as perilaku dim asa berikut nya.

Pada schizophrenia, pola kepribadian im m at ure yang berkait an dengan im puls seksual dan agresi m erupakan predisposisi unt uk m enim bulkan gangguan t ersebut . Berkem bangnya gangguan schizophrenia lebih lanj ut biasanya diaw ali oleh apa yang disebut sebagai precipit at ing event at au perist iw a pencet us.

Dalam m enghadapi perist iw a pencet us t ersebut , m elalui pola kepribadian yang im m at ure, individu m engem bangkan defence m echanism yang berlebihan, dim ana individu akan m engem bangkan pola penyelesaian m asalah yang t idak berhubungan dengan realit a yang ada, yang sam pai akhirnya ant ar aspek- aspek kepribadian t erj adi disint egrasi at au t erpecah. Kondisi t ersebut , m enyebabkan put usnya hubungan ant ara individu dengan dunia nyat a. Dalam hal ini t erj adi beberapa defence m echanism yang saling berbent uran secara bersam aan. Misalnya, pada m ulanya individu m enggunakan m ekanism e pert ahanan rasionalisasi. Kem udian, rasionalisasi t ersebut direpressnya. Kem udian, individu m engungkapkan hal yang berlaw anan dengan perasaan yang direpressnya m elalui reaksi form asi. Oleh karena it u, sim pt om delusi dan halusinasi yang dikem bangkan oleh schizophrenia m erupakan defence t erhadap defence yang lain ( defence againt s a defence) .

V

V..33 PPEENNDDEEKKAATTAANN TTEEOORRII BBEELLAAJJAARR

Para ahli t eori belaj ar, sepert i Ullm ann dan Krasner ( dalam Davison et al., 1994) , m enerangkan t ingkah laku schizophrenia sebagai hasil proses belaj ar lew at pengkondisian dan pengam at an. Seseorang belaj ar unt uk " m enam pakkan" t ingkah laku schizophrenia bila t ingkah laku dem ikian lebih m em ungkinkan unt uk diperkuat daripada t ingkah laku yang norm al. Teori ini m enekankan nilai penguat an st im ulasi sosial. Schizophrenia m ungkin m uncul oleh karena lingkungan t idak m em beri penguat an akibat pola keluarga yang t erganggu at au pengaruh lingkungan lainnya sehingga seseorang t idak pernah belaj ar m erespon st im ulus sosial secara norm al. Bersam aan dengan it u, m ereka akan sem akin m enyesuaikan diri dengan st im ulus pribadi at au idiosinkrat is. Selanj ut nya, orang- orang akan m elihat bahwa m ereka sebagai orang aneh sehingga m engalam i penolakan sosial dan pengasingan yang akan sem akin m em perkuat t ingkah laku yang aneh. Perilaku aneh ini akan sem akin bert ahan karena t idak ada penguat an dari orang lain berupa perhat ian dan sim pat i.

Pandangan t ersebut didukung oleh pengam at an dengan pengkondisian operan. Beberapa penelit ian m em perlihat kan bahw a perilaku yang aneh dapat dibent uk m elalui proses penguat an. Akan t et api fakt a ini belum dapat m em perlihat kan ap- akah t ingkat an perilaku yang aneh pada schizophrenia dapat dij elaskan m elalui penm galam an belaj ar. Selain it u, fakt a lain m enunj ukkan bahw a beberapa orang yang hidup dalam lingkungan yang keras dan t ert ekan t et api t idak m enarik diri ke dalam dunia


(14)

khayalannya dan t idak bert ingkah aneh. Beberapa penderit a schizophrenia bahkan t um buh dalam lingkungan keluarga yang m endapat dukungan sosial.

Teori belaj ar sosial m enerangkan bahw a gej ala- gej ala schizophrenia t erj adi dalam lingkungan rum ah sakit j iw a. Dalam lingkungan t ersebut , penderit a belaj ar dengan m engam at i perilaku pasien lain dan m engikut inya. Hal ini diperkuat lagi oleh pet ugas yang m em beri perhat ian khusus pada penderit a yang berperilaku aneh. Pandangan ini sesuai dengan pengalam an di sekolah dim ana guru m em beri perhat ian khusus j ust ru pada anak yang nakal. Barangkali beberapa perilaku schizophrenia dapat dit erangkan dengan peniruan dan penguat an, akan t et api banyak orang m enderit a schizophrenia t anpa lebih dahulu bert em u dengan penderit a lainnya. Selain it u, kenyat aannya j ust ru gej al- gej ala schizophrenialah yang m enyebabkan seseorang dim asukkan ke rum ah sakit j iw a, dan bukannya akibat yang diperoleh di dalam rum ah sakit j iwa.

V

VII.. TTEERRAAPPII PPAADDAASSCCHHIIZZOOPPHHRREENNIIAA V

VII..11.. TTEERRAAPPII BBIIOOLLOOGGIISS V

V..11..11 PPeenngggguunnaaaann OObbaatt AAnnttiippssiikkoossiiss

Obat - obat an ant ipsikosis yang dapat m eredakan gej ala- gej ala schizophrenia adalah chlorprom azine ( t horazine) dan fluphenazine decanoat e ( prolixin) . Kedua obat t ersebut t erm asuk kelom pok obat phenot hiazines, reserpine ( serpasil) , dan haloperidol ( haldol) . Obat ini disebut obet penenang ut am a. Obat t ersebut dapat m enim bulkan rasa kant uk dan kelesuan, t et api t idak m engakibat kan t idur yang lelap, sekalipun dalam dosis yang sangat t inggi ( orang t ersebut dapat dengan m udah t erbangun) . Obat ini t am paknya m engakibat kan sikap acuh pada st im ulus. luar. Obat ini cukup t epat bagi penderit a schizophrenia yang t am paknya t idak dapat m enyaring st im ulus yang t idak relevan) .

Bukt i m enunj ukkan bahw a obat ant ipsikot ik ini bekerj a pada bagian bat ang ot ak, yait u sist em ret ikulernya, yang selalu m engendalikan m asukan berit a dari alat indera pada cort ex cerebral. Obat - obat an ini t am paknyam engurangi m asukan sensorik pada sist em ret ikuler, sehingga inform asi t idak m encapai cort ex cerebral.

Obat ant ipsikot ik t elah t erbukt i efekt if unt uk m eredakan gej ala schizophrenia, m em perpendek j angka w akt u pasien di rum ah sakit , dan m encegah kam buhnya penyakit . Nam un, obat - obat an t ersebut bukan unt uk penyem buhan m enyeluruh. Kebanyakan pasien harus m elanj ut kannya dengan perbaikan dosis pengobat an agar dapat berfungsi di luar rum ah sakit .

Di sam ping it u, efek penggunaan obat - obat an ant ipsikot ik t ersebut m em iliki dam pak sam pingan yang kurang m enyenangkan, yait u m ulut kering, pendangan m engabur, sulit berkonsent rasi, sehingga banyak orang m enghent ikan pengobat an m ereka. Selain it u j uga t erdapat dam pak sam pingan yang lebih serius dalam beberapa hal, m isalnya t ekanan darah rendah dan gangguan ot ot yang m enyebabkann gerakan m ulut dan dagu yang t idak disengaj a ( At kinson, et al., 1991) .

Selain it u, dalam 2- 3 t ahun t erakhir ini, obat - obat psikot ropik ant i schizophrenic berm unculan dan m ulai digunakan di I ndonesia. Obat - obat ini sepert i clozapine, risperidone, olanzepine, iloperidol, diyakini m am pu m em berikan kualit as kesem buhan yang lebih baik, t erut am a bagi yang sudah resist endengan obat - obat lam a.

Obat - obat generasi kedua ini bisa m enet ralisir gej ala- gej ala akut schizophrenia sepert i t ingkah laku kacau, gaduh gelisah, waham , halusinasi pendengaran, inkoherensi, m aupun m enghilangkan gej ala- gej ala negat if ( kronik) sepert i aut ist ik ( pikiran penuh fant asi dan t ak t erarah0, perasaan t um pul, dan gangguan dorongan kehendak. Nam un, obat - obat ant i schizophrenia ini m em iliki harga yang cukup t inggi. Sem ent ara,


(15)

penderit a schizophrenia di I ndonesia kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonom i rendah dan biasanya m enggunakan obat - obat an klasik ( generik) ( Wicaksana, 2000) . V

VII..11..22 TTeerraappiiEElleekkttrrookkoonnvvuullssiif f

Terapi Elekt rokonvulsif disingkat ECT j uga dikenal sebagai t erapi elekt roshock. ECT t elah m enj adi pokok perdebat an dan keprihat inan m asyarakat karena beberapa alasan. Di m asa lalu ECT ini digunakan di berbagai rum ah sakit j iw a pada berbagai gangguan j iw a, t erm asuk schizophrenia. Nam un t erapi ini t idak m em buahkan hasil yang berm anfaat . Sebelum prosedur ECT yang lebih m anusiaw i dikem bangkan, ECT m erupakan pengalam an yang sangat m enakut kan pasien. Pasien seringkali t idak bangun lagi set elah aliran list rik dialirkan ke t ubuhnya dan m engakibat kan ket idaksadaran sem ent ara, sert a seringkali m enderit a kerancuan pikiran dan hilangnya ingat an set elah it u. Adakalanya, int ensit as kekej angan ot ot yang m enyert ai serangan ot ak m engakibat kan berbagai cacat fisik.

Nam un, sekarang ECT sudah t idak begit u m enyakit kan. Pasien diberi obat bius ringan dan kem udian disunt ik dengan penenang ot ot . Aliran list rik yang sangat lem ahdialirkan ke ot ak m elalui kedua pelipisat au pada pelipis yang m engandung belahan ot ak yang t idak dom inan. Hanya aliran ringan yang dibut uhkan unt uk m enghasilkan serangan ot ak yang diberikan, karena serangan it u sendiri yang bersifat t erapis, bukan aliran list riknya. Penenang ot ot m encegah t erj adinya kekej angan ot ot t ubuh dan kem ungkinan luka. Pasien bangun beberapa m enit dan t idak ingat apa- apa t ent ang pengobat an yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingat an t idak t erj adi, t erut am a bila aliran list rik hanya diberikan kepada belahan ot ak yang t idak dom inan ( nondom inan hem isphere) . Em pat sam pai enam kali pengobat an sem acam ini biasanya dilakukan dalam j angka w akt u 2 m inggu.

Akan t et api, ECT ini t idak cukup berhasil unt uk penyem buhan schizophrenia, nam un lebih efekt if unt uk penyem buhan penderit a depresi t ert ent u ( At kinson, et al., 1991) .

V

VII..11..33 PPeemmbbeeddaahhaann bbaaggiiaann oottaak k

Pada t ahun 1935, Moniz ( Davison, et al., 1994) m em perkenalkan prefront al lobot om y, yait u preoses pem bedahan pada lobus front alis penderit a schizophrenia. Menurut Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses penyem buhan yang dilakukannya, khususnya pada penderit a yang berperilaku kasar. Akan t et api, pada t ahin 1950 - an cara ini dit inggalkan karena m enyebabkan penderit a kehilangan kem am puan kognit ifnya, ot ak t um pul, t idak bergairah, bahkan m eninggal.

V

VII..22 PPSSIIKKOOTTEERRAAPPI I

Gej ala- gej ala gangguan schizophrenia yang kronik t elah m em buat sit uasi pengobat an di dalam m aupun di luar Rum ah Sakit Jiw a ( RSJ) m enj adi m onot on dan m enj em ukan. Para psikiat er dan pet ugas kesehat an t erkondisi unt uk m enangani schizophrenia dengan obat saj a selain t erapi kej ang list rik ( ECT) . Psikot erapi suport if, t erapi kelom pok, m aupun t erapi perilaku ham pir t idak pernah dilakukan, karena dianggap t idak akan banyak m anfaat nya. Waw ancara t at ap m uka yang rut in dengan pasien j arang dilakukan ( Wicaksana, 2000) .

Psikot erapi adalah peraw at an dan penyem buhan gangguan j iw a dengan cara psikologis. beberapa pakar psikot erapi beranggapan bahw a perubahan perilaku t ergant ung pada pem aham an individu at as m ot if dan konflik yang t idak disadari. V

VII..22..11 TTeerraappiiPPssiikkooaannaalliissaa..

Terapi Psikoanalisa adalah m et ode t erapi berdasarkan konsep Freud. Tuj uan psikoanalisis adalah m enyadarkan individu akan konflik yang t idak disadarinya dan m ekanism e pert ahanan yang digunakannya unt uk m engendalikan kecem asannya . Hal yang paling pent ing pada t erapi ini adalah unt uk m engat asi hal- hal yang direpress oleh penderit a.


(16)

Met ode t erapi ini dilakukan pada saat penderit a schizophrenia sedang t idak " kam buh" .

Macam t erapi psikoanalisa yang dapat dilakukan, adalah AAssoossiiaassii BBeebbaas. Pada s t eknik t erapi ini, penderit a didorong unt uk m em bebaskan pikiran dan perasaan dan m engucapkan apa saj a yang ada dalam pikirannya t anpa penyunt ingan at au penyensoran ( Akinson, 1991) .

Pada t eknik ini, penderit a disupport unt uk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik m aupun m ent al dengan cara t idur di sofa. Ket ika penderit a dinyat akan sudah berada dalam keadaan relaks, m aka pasien harus m engungkapkan hal yang dipikirkan pada saat it u secara verbal.

Pada saat penderit a t idur di sofa dan disuruh m enyebut kan segala m acam pikiran dan perasaan yang ada di benaknya dan penderit a m engalam i blocking, m aka hal it u m erupakan m anifest asi dari keadaan over- repressi. Hal yang direpress biasanya berupa dorongan vit al sepert i sexual dan agresi. Repressi t erhadap dorongan agresi m enyangkut figur ot orot as yang selalu diw akili oleh fat her dan m ot her figure. Repressi anger dan host ile m erupakan salah sat u bent uk int rapsikis yang biasa m enyebabkan blocking pada individu. Akibat dari blocking t ersebut , m aka int egrasi kepribadian m enj adi t idak baik, karena ada t ekanan ego yang sangat besar.

Menurut Freud, apabila t erj adi blocking dalam proses asosiasi bebas, m aka penderit a akan m elakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat m enim bulkan insight pada penderit a. Analisa pada w akt u t erj adi blocking bert uj uan agar penderit a m am pu m enem pat kan konfliknya lebih proporsional, sehingga penderit a m engalam i suat u proses penurunan ket egangan dan penderit a lebih t oleran t erhadap konflik yang dialam inya.

Sepert i yang t elah diungkapkan t erdahulu bahw a penderit a diberi kesem pat an unt uk dapat m engungkapkan segala t raum at ic event s dan keinginan- keinginan yang direpressnya. Wakt u ini disebut dengan mmoommeenntt chchaattaarrsisis. Disini penderit a diberi s kesem pat an unt uk m engeluarkan uneg- uneg yang ia rasakan , sehingga t erj adi redusir t erhadap pelibat an em osi dalam m enyelesaikan m asalah yang dialam inya.

Dalam t eknik asosiasi bebas ini, j uga t erdapat proses ttrraannsfsfeerrenencce, yait u suat u e keadaan dim ana pasien m enem pat kan t herapist sebagai figur subst it usi dari figur yang sebenarnya m enim bulkan m asalah bagi penderit a. Terdapat 2 m acam t ransference, yait u ( 1) ttrraannssffeerrenencce eppoossiittiiff, yait u apabila t herapist m enggant ikan figur yang disukai oleh penderit a, ( 2) ttrraannssffererenencece nneeggaattiiff, yait u t herapist m enggant ikan figur yang dibenci oleh penderit a ( Fakult as Psikologi UNPAD, 1992) .

V

VII..22..22 TTeerraappiiPPeerriillaakkuu ((BBeehhaavviioorriissttiikk) )

Pada dasarnya, t erapi perilaku m enekankan prinsip pengkondisian klasik dan operan, karena t erapi ini berkait an dengan perilaku nyat a. Para t erpist m encoba m enent ukan st im ulus yang m engaw ali respon m alasuai dan kondisi lingkungan yang m enguat kan at au m em pert ahankan perilaku it u ( Ullam an dan Krasner, 1969; Lazarus, 1971 dalam At kinson, 1991) .

Akhir- akhir ini, pakar t erapi perilaku m elihat adanya pengaruh variabel kognit if pada perilaku ( m isalnya, pem ikiran individu t ent ang sit uasi m enim bulkan kecem asan t ent ang akibat dari t indakan t ert ent u) dan t elah m encakupkan upaya unt uk m engubah variabel sem acam it u dengan prosedur yang khusus dit uj ukan pada perilaku t ersebut ( Bandura, 1982; Meinchenbaum dan Jarem ko, 1982 dalam At kinson, 1991) .

Pada kongres psikiat ri di Malaysia beberapa bulan lalu t ahun 2000 ini, cognit if - behavior t herapy unt uk pasien schizophrenia dit am pilkan pakar psikiat ri dari Am erika


(17)

m aupun dari Malaysia sendiri. Ternyat a, t erdapat hasil yang cukup baik, t erut am a unt uk kasus- kasus baru, dengan m enggunakan cognit if - behavior t herapy t ersebut . Rupanya ada gelom bang besar opt im ism e akan kesem buhan schizophrenia di dunia dengan t erapi yang lebih kom prehensif ini.

Selain it u, secara um um t erapi ini j uga berm aksud secara langsung m em bent uk dan m engem bangkan perilaku penderit a schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan penderit a unt uk kem bali berperan dalam m asyarakat . Paul dan Lent z ( Rat hus, et al., 1991; Davison, et al., 1994) m enggunakan dua bent uk program psikososial unt uk m eningkat kan fungsi kem andirian.

a

a.. SSoocciiaall LLeeaarrnniinngg PPrrooggrraamm..

Social learning program m enolong penderit a schizophrenia unt uk m em pelaj ari perilaku- perilaku yang sesuai. Program ini m enggunakan ttookkeenn ececoonnoommyy, yakni suat u cara unt uk m enguat kan perilaku dengan m em berikan t anda t ert ent u ( t oken) bila penderit a berhasil m elakukan suat u perilaku t ert ent u. Tanda t ersebut dapat dit ukar dengan hadiah ( rew ard) , sepert i m akanan at au hak- hak t ert ent u

Program lainnya adalah mmiilllliieeuu pprrooggrraamm at au tthhereraappeeuuttiicc cocommmmuunniittyy. Dalam program ini, penderit a dibagi dalam kelom pok- kelom pok kecil yang m em punyai t anggung j aw ab unt uk t ugas- t ugas t ert ent u. Mereka dianj urkan m eluangkan w akt u unt uk bersam a- sam a dan saling m em bant u dalam penyesuaian perilaku sert a m em bicarakan m asalah- m asalah bersam a dengan pendam ping. Terapi ini berusaha m em asukkan penderit a schizophrenia dalam proses perkem bangan unt uk m em persiapkan m ereka dalam peran sosial yang bert anggung j awab dengan m elibat kan seluruh penderit an dan st af pem bim bing.

Dalam penelit ian, ssoocciiaall lleeaarrnniinngg pprrooggrraamm m em punyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan peraw at an dalam rum ah sakit j iwa dan m illieu program . Persoalan yang m uncul dalam t erapi ini adalah ident ifikasi t ent ang unsur- unsur m ana yang efekt if. Tidak j elas apakah penguat an dengan t anda ( t oken) at aukan fakt or- fakt or lain yang m enyebabkan perubahan perilaku; dan apakah program penguat an dengan t anda t ersebut m em bant u perubahan perilaku hanya selam a t anda diberikan at au hanya dalam lingkungan peraw at an.

b

b.. SSoocciiaallSSkkiillllssTTrraaiinniinngg. .

Terapi ini m elat ih penderit a m engenai ket ram pilan at au keahlian sosial, sepert i kem am puan percakapan, yang dapat m em bant u dalam beradapt asi dengan m asyarakat ( Rat hus, et al., 1991; Davisoan, et al., 1994; Sue, et al., 1986) . Social Sk ills Training m enggunakan lat ihan berm ainsandiw ara. Para penderit a diberi t ugas unt uk berm ain peran dalam sit uasi- sit uasi t ert ent u agar m ereka dapat m enerapkannya dalam sit uasi yang sebenarnya. Bent uk t erapi sepert i ini sering digunakan dalam pant i- pant i rehabilit asin psikososial unt uk m em bant u penderit a agar bisa kem bali berperan dalam m asyarakat . Mereka dibant u dan didukung unt uk m elaksanakan t ugas- t ugas harian sepert i m em asak, berbelanj a, at aupun ut nuk berkom unikasi, bersahabat , dan sebagainya.

Meskipun t erapi ini cukup berhasil, nam un t et ap ada persoalan bagaim ana m em pert ahankan perilaku bila suat u program t elah selesai, dan bagaim ana dengan sit uasi- sit uasi yang t idak diaj arkan secara langsung.

V

VII..22..33 TTeerraappiiHHuummaanniissttiikk

a

a.. TTeerraappiiKKeelloommppookk. .

Banyak m asalah em osional m enyangkut kesulit an seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang dapat m enyebabkan seseorang berusaha m enghindari relasinya dengan orang lain, m engisolasi diri, sehingga m enyebabkan pola penyelesaian m asalah


(18)

yang dilakukannya t idak t epat dan t idak sesuai dengan dunia em piris. Dalam m enagani kasus t ersebut , t erapi kelom pok akan sangat berm anfaat bagi proses penyem buhan klien, khususnya klien schizophrenia.

Terapi kelom pok ini t erm asuk salah sat u j enis t erapi hum anist ik. Pada t erapi ini, beberapa klien berkum pul dan saling berkom unikasi dan t erapist berperan sebagai fasilit at or dan sebagai pem beri arah di dalam nya. Di ant ara pesert a t erapi t ersebut saling m em berikan feedback t ent ang pikiran dan perasaan yang dialam i oleh m ereka. Klien dihadapkan pada set t ing sosial yang m engaj aknya unt uk berkom unikasi, sehingga t erapi ini dapat m em perkaya pengalam an m ereka dalam kem am puan berkom unikasi. Di rum ah sakit j iw a, t erapi ini sering dilakukan.

Melalui t erapi kelom pok ini iklim int erpersonal relat ionship yang konkrit akan t ercipt a, sehingga klien selalu diaj ak unt uk berpikir secara realist is dan m enilai pikiran dan perasaannya yang t idak realist is.

b

b.. TTeerraappii KKeelluuaarrggaa. .

Terapi keluarga ini m erupakan suat u bent uk khusus dari t erapi kelom pok. Kelom poknya t erdiri at as suam i ist ri at au orang t ua sert a anaknya yang bert em u dengan sat u at au dua t erapist .

Terapi ini digunakan unt uk penderit a yang t elah keluar dari rum ah sakit j iwa dan t inggal bersam a keluarganya. Ungkapan- ungkapan em osi dalam keluarga yang bisa m engakibat kan penyakit penderit a kam buh kem bali diusahakan kem bali. Keluarga diberi inform asi t ent ang cara- cara unt uk m engekspresikan perasaan- perasaan, baik yang posit if m aupun yang negat if secara konst rukt if dan j elas, dan unt uk m em ecahkan set iap persoalan secara bersam a- sam a. Keluarga diberi penget ahuan t ent ang keadaan penderit a dan cara- cara unt uk m enghadapinya. Keluarga j uga diberi penj elasan t ent ang cara unt uk m endam pingi, m engaj ari, dan m elat ih penderit a dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuan- perlakuan dan pengungkapan em osi anggot a keluarga diat u dan disusun sedem ikian rupa sert a dievaluasi.

Dari beberapa penelit ian, sepert i yang dilakukan oleh Fallon ( Davison, et al., 1994; Rat hus, et al., 1991) t ernyat a cam pur t angan keluarga sangan m em bant u dalam proses penyem buhan, at au sekurang- kurangnya m encegah kam buhnya penyakit penderit a, dibandingkan dengan t erapi- t erapi secara individual.

V

VIIII..PPEENNUUTTUUPP

Schizophrenia m erupakan gangguan m ent al klasifikasi berat dan kronik ( psikot ik) . Secara um um dit andai oleh dist orsi pikiran, persepsi yang khas, dan gangguan afek yang t idak w aj ar.

Schizophrenia disebabkan oleh hal yang m ult ikom pleks, sepert i ket idakseim bangan neurot ransm it t er di ot ak, fakt or edukasi dan perkem bangan m ent al sej ak m asa anak- anak, st ressor psikososial berat yang m enum puk, dengan sifat perj alanan penyakit yang progresif, cenderung m enahun, ( kronik) , eksaserbasi ( kum at - kum at an) , sehingga t erkesan penderit a t idak bisa disem buhkan seum ur hidup.

Gej ala- gej ala gangguan schizophrenia yang kronik dan it u- it u saj a t elah m em buat sit uasi pengobat an di dalam m aupun di luar Rum ah Sakit Jiw a ( RSJ) m enj adi


(19)

m onot on dan m enj em ukan. Para spikiat er dan pet ugas kesehat an t erkondisi unt uk m enangani schizophrenia dengan obat saj a selain t erapi kej ang list rik ( ECT) . Dan dalam perkem bangan obat - obat an, pada 2- 3 t ahun t erakhir ini obat - obat an psikot ropik ant i schizophrenia berm unculan dan m ulai digunakan di I ndonesia. Obat - obat an ini diyakini m am pu m em berikan kualit as kesem buhan yang lebih baik, t erut am a bagi yang sudah resist en dengan obat - obat lam a. Nam un obat - obat an t ersebut m em iliki harga yang cukup t inggi. Hal t ersebut m enj adi m asalah dan kendala yang sangat besar bagi kesem buhan para penderit a schizophrenia yang um um nya berasal dari golongan sosial ekonom i rendah.

Beberapa hal yang m engej ut kan adalah bahw a dalam beberapa kongres dan sem inar psikiat ri dalam skala int ernasional t elah m enunj ukkan keunggulan dari kegunaan psikot erapi t erhadap kasus- kasus psikiat ri. Rupanya ada gelom bang besar opt im ism e akan kesem buhan schizophrenia di dunia dengan t erapi yang lebih kom prehensif. Mungkin dibut uhkan reform asi pula dalam pengobat an schizophrenia di I ndonesia dengan paradigm a yang lebih opt im is t ent ang kesem buhan penderit a yang bisa dicapai dengan penanganan yang lebih kom prehensif.

DDAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA

At kinson, R.L., At kinson R.C., Hillgard E.R. 1991. PPeennggaannttaarr PPssiikkoollooggi, Edisi i

Ke de la pa n , Jilid 2 . Jakart a, Penerbit Erlangga.

Colem an, Jam es C. 1976. AAbbnnoorrmmaall PPssyycchhoollooggyy aanndd MMooddeerrnn LLiiffee,, 55tthh eeddiittiioon . n I ndian, D.B. Taraporevala Sons & CO. Privat e LTD.

Davison, G.C., Neale, J.M. 1994. AAbbnnoorrmmaallPPssyycchhoollooggyy. New York, John Wiley & Son I nc.

Fakult as Psikologi, Universit as Padj adj aran. 1992. PPssiikkootteerraappii,, PPeenngggguunnaaaann

P

Pssiikkootteerraappii PPaaddaa KKaassuuss--KKaassuuss KKlliinniiss. Bandung.

Kart ono, Kart ini. 1989. PPssiikkoollooggiiAAbbnnoorrmmaallDDaann AAbbnnoorrmmaalliittaassSSeekkssuuaall. Bandung, Penerbit Mandar Maj u.

Mart aniah, Sri Mulyani. 1999. HHaanndd OOuutt PPssiikkoollooggiiAAbbnnoorrmmaal.l Yogyakart a. Maslim , Rusdi. 1995. BBuukkuu SSaakkuu DDiiaaggnnoossiissGGaanngggguuaanngg JJiiwwaa. Jakart a.

Rat hus, S.A., Nevid, J.J. 1991. AAbbnnoorrmmaall PPssyycchhoollooggyy. New Jersey, Prent ice Hall, Englewood Cliffs.


(20)

Supardi, Saw it ri. 1982. PPaarraaddiiggmmaaPPssiikkooppaattoollooggii ((SSaadduurraannDDaarriiBBuukkuuPPaarraaddiiggmmss

F

FoorrPPssyycchhooppaatthhoollooggyy,,AACCoonnttrriibbuuttiioonnTTooCCaasseeHHiissttoorryyAAnnaallyyssiiss)) . Bandung, Biro Psikologi Psikodinam ika.

L

Laaiinn -- llaaiinn ::

Wicaksana, I nu. 2000. SkSkiizzooffrreenniiaa :: AnAnttaarraa KeKerrjjaa ddaann KuKuaalliittaass HiHidduupp, Art ikel pada harian Kom pas 15 Okt ober 2000, halam an 21.


(1)

penderit a schizophrenia di I ndonesia kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonom i rendah dan biasanya m enggunakan obat - obat an klasik ( generik) ( Wicaksana, 2000) .

V

VII..11..22 TTeerraappiiEElleekkttrrookkoonnvvuullssiif f

Terapi Elekt rokonvulsif disingkat ECT j uga dikenal sebagai t erapi elekt roshock. ECT t elah m enj adi pokok perdebat an dan keprihat inan m asyarakat karena beberapa alasan. Di m asa lalu ECT ini digunakan di berbagai rum ah sakit j iw a pada berbagai gangguan j iw a, t erm asuk schizophrenia. Nam un t erapi ini t idak m em buahkan hasil yang berm anfaat . Sebelum prosedur ECT yang lebih m anusiaw i dikem bangkan, ECT m erupakan pengalam an yang sangat m enakut kan pasien. Pasien seringkali t idak bangun lagi set elah aliran list rik dialirkan ke t ubuhnya dan m engakibat kan ket idaksadaran sem ent ara, sert a seringkali m enderit a kerancuan pikiran dan hilangnya ingat an set elah it u. Adakalanya, int ensit as kekej angan ot ot yang m enyert ai serangan ot ak m engakibat kan berbagai cacat fisik.

Nam un, sekarang ECT sudah t idak begit u m enyakit kan. Pasien diberi obat bius ringan dan kem udian disunt ik dengan penenang ot ot . Aliran list rik yang sangat lem ahdialirkan ke ot ak m elalui kedua pelipisat au pada pelipis yang m engandung belahan ot ak yang t idak dom inan. Hanya aliran ringan yang dibut uhkan unt uk m enghasilkan serangan ot ak yang diberikan, karena serangan it u sendiri yang bersifat t erapis, bukan aliran list riknya. Penenang ot ot m encegah t erj adinya kekej angan ot ot t ubuh dan kem ungkinan luka. Pasien bangun beberapa m enit dan t idak ingat apa- apa t ent ang pengobat an yang dilakukan. Kerancuan pikiran dan hilang ingat an t idak t erj adi, t erut am a bila aliran list rik hanya diberikan kepada belahan ot ak yang t idak dom inan ( nondom inan hem isphere) . Em pat sam pai enam kali pengobat an sem acam ini biasanya dilakukan dalam j angka w akt u 2 m inggu.

Akan t et api, ECT ini t idak cukup berhasil unt uk penyem buhan schizophrenia, nam un lebih efekt if unt uk penyem buhan penderit a depresi t ert ent u ( At kinson, et al., 1991) .

V

VII..11..33 PPeemmbbeeddaahhaann bbaaggiiaann oottaak k

Pada t ahun 1935, Moniz ( Davison, et al., 1994) m em perkenalkan prefront al lobot om y, yait u preoses pem bedahan pada lobus front alis penderit a schizophrenia. Menurut Moniz, cara ini cukup berhasil dalam proses penyem buhan yang dilakukannya, khususnya pada penderit a yang berperilaku kasar. Akan t et api, pada t ahin 1950 - an cara ini dit inggalkan karena m enyebabkan penderit a kehilangan kem am puan kognit ifnya, ot ak t um pul, t idak bergairah, bahkan m eninggal.

V

VII..22 PPSSIIKKOOTTEERRAAPPI I

Gej ala- gej ala gangguan schizophrenia yang kronik t elah m em buat sit uasi pengobat an di dalam m aupun di luar Rum ah Sakit Jiw a ( RSJ) m enj adi m onot on dan m enj em ukan. Para psikiat er dan pet ugas kesehat an t erkondisi unt uk m enangani schizophrenia dengan obat saj a selain t erapi kej ang list rik ( ECT) . Psikot erapi suport if, t erapi kelom pok, m aupun t erapi perilaku ham pir t idak pernah dilakukan, karena dianggap t idak akan banyak m anfaat nya. Waw ancara t at ap m uka yang rut in dengan pasien j arang dilakukan ( Wicaksana, 2000) .

Psikot erapi adalah peraw at an dan penyem buhan gangguan j iw a dengan cara psikologis. beberapa pakar psikot erapi beranggapan bahw a perubahan perilaku t ergant ung pada pem aham an individu at as m ot if dan konflik yang t idak disadari.

V

VII..22..11 TTeerraappiiPPssiikkooaannaalliissaa..

Terapi Psikoanalisa adalah m et ode t erapi berdasarkan konsep Freud. Tuj uan psikoanalisis adalah m enyadarkan individu akan konflik yang t idak disadarinya dan m ekanism e pert ahanan yang digunakannya unt uk m engendalikan kecem asannya . Hal yang paling pent ing pada t erapi ini adalah unt uk m engat asi hal- hal yang direpress oleh penderit a.


(2)

Met ode t erapi ini dilakukan pada saat penderit a schizophrenia sedang t idak " kam buh" .

Macam t erapi psikoanalisa yang dapat dilakukan, adalah AAssoossiiaassii BBeebbaas. Pada s t eknik t erapi ini, penderit a didorong unt uk m em bebaskan pikiran dan perasaan dan m engucapkan apa saj a yang ada dalam pikirannya t anpa penyunt ingan at au penyensoran ( Akinson, 1991) .

Pada t eknik ini, penderit a disupport unt uk bisa berada dalam kondisi relaks baik fisik m aupun m ent al dengan cara t idur di sofa. Ket ika penderit a dinyat akan sudah berada dalam keadaan relaks, m aka pasien harus m engungkapkan hal yang dipikirkan pada saat it u secara verbal.

Pada saat penderit a t idur di sofa dan disuruh m enyebut kan segala m acam pikiran dan perasaan yang ada di benaknya dan penderit a m engalam i blocking, m aka hal it u m erupakan m anifest asi dari keadaan over- repressi. Hal yang direpress biasanya berupa dorongan vit al sepert i sexual dan agresi. Repressi t erhadap dorongan agresi m enyangkut figur ot orot as yang selalu diw akili oleh fat her dan m ot her figure. Repressi anger dan host ile m erupakan salah sat u bent uk int rapsikis yang biasa m enyebabkan blocking pada individu. Akibat dari blocking t ersebut , m aka int egrasi kepribadian m enj adi t idak baik, karena ada t ekanan ego yang sangat besar.

Menurut Freud, apabila t erj adi blocking dalam proses asosiasi bebas, m aka penderit a akan m elakukan analisa. Hasil dari analisanya dapat m enim bulkan insight pada penderit a. Analisa pada w akt u t erj adi blocking bert uj uan agar penderit a m am pu m enem pat kan konfliknya lebih proporsional, sehingga penderit a m engalam i suat u proses penurunan ket egangan dan penderit a lebih t oleran t erhadap konflik yang dialam inya.

Sepert i yang t elah diungkapkan t erdahulu bahw a penderit a diberi kesem pat an unt uk dapat m engungkapkan segala t raum at ic event s dan keinginan- keinginan yang direpressnya. Wakt u ini disebut dengan mmoommeenntt chchaattaarrsisis. Disini penderit a diberi s kesem pat an unt uk m engeluarkan uneg- uneg yang ia rasakan , sehingga t erj adi redusir t erhadap pelibat an em osi dalam m enyelesaikan m asalah yang dialam inya.

Dalam t eknik asosiasi bebas ini, j uga t erdapat proses ttrraannsfsfeerrenencce, yait u suat u e keadaan dim ana pasien m enem pat kan t herapist sebagai figur subst it usi dari figur yang sebenarnya m enim bulkan m asalah bagi penderit a. Terdapat 2 m acam t ransference, yait u ( 1) ttrraannssffeerrenencce eppoossiittiiff, yait u apabila t herapist m enggant ikan figur yang disukai oleh penderit a, ( 2) ttrraannssffererenencece nneeggaattiiff, yait u t herapist m enggant ikan figur yang dibenci oleh penderit a ( Fakult as Psikologi UNPAD, 1992) .

V

VII..22..22 TTeerraappiiPPeerriillaakkuu ((BBeehhaavviioorriissttiikk) )

Pada dasarnya, t erapi perilaku m enekankan prinsip pengkondisian klasik dan operan, karena t erapi ini berkait an dengan perilaku nyat a. Para t erpist m encoba m enent ukan st im ulus yang m engaw ali respon m alasuai dan kondisi lingkungan yang m enguat kan at au m em pert ahankan perilaku it u ( Ullam an dan Krasner, 1969; Lazarus, 1971 dalam At kinson, 1991) .

Akhir- akhir ini, pakar t erapi perilaku m elihat adanya pengaruh variabel kognit if pada perilaku ( m isalnya, pem ikiran individu t ent ang sit uasi m enim bulkan kecem asan t ent ang akibat dari t indakan t ert ent u) dan t elah m encakupkan upaya unt uk m engubah variabel sem acam it u dengan prosedur yang khusus dit uj ukan pada perilaku t ersebut ( Bandura, 1982; Meinchenbaum dan Jarem ko, 1982 dalam At kinson, 1991) .

Pada kongres psikiat ri di Malaysia beberapa bulan lalu t ahun 2000 ini, cognit if - behavior t herapy unt uk pasien schizophrenia dit am pilkan pakar psikiat ri dari Am erika


(3)

m aupun dari Malaysia sendiri. Ternyat a, t erdapat hasil yang cukup baik, t erut am a unt uk kasus- kasus baru, dengan m enggunakan cognit if - behavior t herapy t ersebut . Rupanya ada gelom bang besar opt im ism e akan kesem buhan schizophrenia di dunia dengan t erapi yang lebih kom prehensif ini.

Selain it u, secara um um t erapi ini j uga berm aksud secara langsung m em bent uk dan m engem bangkan perilaku penderit a schizophrenia yang lebih sesuai, sebagai persiapan penderit a unt uk kem bali berperan dalam m asyarakat . Paul dan Lent z ( Rat hus, et al., 1991; Davison, et al., 1994) m enggunakan dua bent uk program psikososial unt uk m eningkat kan fungsi kem andirian.

a

a.. SSoocciiaall LLeeaarrnniinngg PPrrooggrraamm..

Social learning program m enolong penderit a schizophrenia unt uk m em pelaj ari perilaku- perilaku yang sesuai. Program ini m enggunakan ttookkeenn ececoonnoommyy, yakni suat u cara unt uk m enguat kan perilaku dengan m em berikan t anda t ert ent u ( t oken) bila penderit a berhasil m elakukan suat u perilaku t ert ent u. Tanda t ersebut dapat dit ukar dengan hadiah ( rew ard) , sepert i m akanan at au hak- hak t ert ent u

Program lainnya adalah mmiilllliieeuu pprrooggrraamm at au tthhereraappeeuuttiicc cocommmmuunniittyy. Dalam program ini, penderit a dibagi dalam kelom pok- kelom pok kecil yang m em punyai t anggung j aw ab unt uk t ugas- t ugas t ert ent u. Mereka dianj urkan m eluangkan w akt u unt uk bersam a- sam a dan saling m em bant u dalam penyesuaian perilaku sert a m em bicarakan m asalah- m asalah bersam a dengan pendam ping. Terapi ini berusaha m em asukkan penderit a schizophrenia dalam proses perkem bangan unt uk m em persiapkan m ereka dalam peran sosial yang bert anggung j awab dengan m elibat kan seluruh penderit an dan st af pem bim bing.

Dalam penelit ian, ssoocciiaall lleeaarrnniinngg pprrooggrraamm m em punyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan peraw at an dalam rum ah sakit j iwa dan m illieu program . Persoalan yang m uncul dalam t erapi ini adalah ident ifikasi t ent ang unsur- unsur m ana yang efekt if. Tidak j elas apakah penguat an dengan t anda ( t oken) at aukan fakt or- fakt or lain yang m enyebabkan perubahan perilaku; dan apakah program penguat an dengan t anda t ersebut m em bant u perubahan perilaku hanya selam a t anda diberikan at au hanya dalam lingkungan peraw at an.

b

b.. SSoocciiaallSSkkiillllssTTrraaiinniinngg. .

Terapi ini m elat ih penderit a m engenai ket ram pilan at au keahlian sosial, sepert i kem am puan percakapan, yang dapat m em bant u dalam beradapt asi dengan m asyarakat ( Rat hus, et al., 1991; Davisoan, et al., 1994; Sue, et al., 1986) . Social Sk ills Training m enggunakan lat ihan berm ainsandiw ara. Para penderit a diberi t ugas unt uk berm ain peran dalam sit uasi- sit uasi t ert ent u agar m ereka dapat m enerapkannya dalam sit uasi yang sebenarnya. Bent uk t erapi sepert i ini sering digunakan dalam pant i- pant i rehabilit asin psikososial unt uk m em bant u penderit a agar bisa kem bali berperan dalam m asyarakat . Mereka dibant u dan didukung unt uk m elaksanakan t ugas- t ugas harian sepert i m em asak, berbelanj a, at aupun ut nuk berkom unikasi, bersahabat , dan sebagainya.

Meskipun t erapi ini cukup berhasil, nam un t et ap ada persoalan bagaim ana m em pert ahankan perilaku bila suat u program t elah selesai, dan bagaim ana dengan sit uasi- sit uasi yang t idak diaj arkan secara langsung.

V

VII..22..33 TTeerraappiiHHuummaanniissttiikk

a

a.. TTeerraappiiKKeelloommppookk. .

Banyak m asalah em osional m enyangkut kesulit an seseorang dalam berhubungan dengan orang lain, yang dapat m enyebabkan seseorang berusaha m enghindari relasinya dengan orang lain, m engisolasi diri, sehingga m enyebabkan pola penyelesaian m asalah


(4)

yang dilakukannya t idak t epat dan t idak sesuai dengan dunia em piris. Dalam m enagani kasus t ersebut , t erapi kelom pok akan sangat berm anfaat bagi proses penyem buhan klien, khususnya klien schizophrenia.

Terapi kelom pok ini t erm asuk salah sat u j enis t erapi hum anist ik. Pada t erapi ini, beberapa klien berkum pul dan saling berkom unikasi dan t erapist berperan sebagai fasilit at or dan sebagai pem beri arah di dalam nya. Di ant ara pesert a t erapi t ersebut saling m em berikan feedback t ent ang pikiran dan perasaan yang dialam i oleh m ereka. Klien dihadapkan pada set t ing sosial yang m engaj aknya unt uk berkom unikasi, sehingga t erapi ini dapat m em perkaya pengalam an m ereka dalam kem am puan berkom unikasi. Di rum ah sakit j iw a, t erapi ini sering dilakukan.

Melalui t erapi kelom pok ini iklim int erpersonal relat ionship yang konkrit akan t ercipt a, sehingga klien selalu diaj ak unt uk berpikir secara realist is dan m enilai pikiran dan perasaannya yang t idak realist is.

b

b.. TTeerraappii KKeelluuaarrggaa. .

Terapi keluarga ini m erupakan suat u bent uk khusus dari t erapi kelom pok. Kelom poknya t erdiri at as suam i ist ri at au orang t ua sert a anaknya yang bert em u dengan sat u at au dua t erapist .

Terapi ini digunakan unt uk penderit a yang t elah keluar dari rum ah sakit j iwa dan t inggal bersam a keluarganya. Ungkapan- ungkapan em osi dalam keluarga yang bisa m engakibat kan penyakit penderit a kam buh kem bali diusahakan kem bali. Keluarga diberi inform asi t ent ang cara- cara unt uk m engekspresikan perasaan- perasaan, baik yang posit if m aupun yang negat if secara konst rukt if dan j elas, dan unt uk m em ecahkan set iap persoalan secara bersam a- sam a. Keluarga diberi penget ahuan t ent ang keadaan penderit a dan cara- cara unt uk m enghadapinya. Keluarga j uga diberi penj elasan t ent ang cara unt uk m endam pingi, m engaj ari, dan m elat ih penderit a dengan sikap penuh penghargaan. Perlakuan- perlakuan dan pengungkapan em osi anggot a keluarga diat u dan disusun sedem ikian rupa sert a dievaluasi.

Dari beberapa penelit ian, sepert i yang dilakukan oleh Fallon ( Davison, et al., 1994; Rat hus, et al., 1991) t ernyat a cam pur t angan keluarga sangan m em bant u dalam proses penyem buhan, at au sekurang- kurangnya m encegah kam buhnya penyakit penderit a, dibandingkan dengan t erapi- t erapi secara individual.

V

VIIII..PPEENNUUTTUUPP

Schizophrenia m erupakan gangguan m ent al klasifikasi berat dan kronik ( psikot ik) . Secara um um dit andai oleh dist orsi pikiran, persepsi yang khas, dan gangguan afek yang t idak w aj ar.

Schizophrenia disebabkan oleh hal yang m ult ikom pleks, sepert i ket idakseim bangan neurot ransm it t er di ot ak, fakt or edukasi dan perkem bangan m ent al sej ak m asa anak- anak, st ressor psikososial berat yang m enum puk, dengan sifat perj alanan penyakit yang progresif, cenderung m enahun, ( kronik) , eksaserbasi ( kum at - kum at an) , sehingga t erkesan penderit a t idak bisa disem buhkan seum ur hidup.

Gej ala- gej ala gangguan schizophrenia yang kronik dan it u- it u saj a t elah m em buat sit uasi pengobat an di dalam m aupun di luar Rum ah Sakit Jiw a ( RSJ) m enj adi


(5)

m onot on dan m enj em ukan. Para spikiat er dan pet ugas kesehat an t erkondisi unt uk m enangani schizophrenia dengan obat saj a selain t erapi kej ang list rik ( ECT) . Dan dalam perkem bangan obat - obat an, pada 2- 3 t ahun t erakhir ini obat - obat an psikot ropik ant i schizophrenia berm unculan dan m ulai digunakan di I ndonesia. Obat - obat an ini diyakini m am pu m em berikan kualit as kesem buhan yang lebih baik, t erut am a bagi yang sudah resist en dengan obat - obat lam a. Nam un obat - obat an t ersebut m em iliki harga yang cukup t inggi. Hal t ersebut m enj adi m asalah dan kendala yang sangat besar bagi kesem buhan para penderit a schizophrenia yang um um nya berasal dari golongan sosial ekonom i rendah.

Beberapa hal yang m engej ut kan adalah bahw a dalam beberapa kongres dan sem inar psikiat ri dalam skala int ernasional t elah m enunj ukkan keunggulan dari kegunaan psikot erapi t erhadap kasus- kasus psikiat ri. Rupanya ada gelom bang besar opt im ism e akan kesem buhan schizophrenia di dunia dengan t erapi yang lebih kom prehensif. Mungkin dibut uhkan reform asi pula dalam pengobat an schizophrenia di I ndonesia dengan paradigm a yang lebih opt im is t ent ang kesem buhan penderit a yang bisa dicapai dengan penanganan yang lebih kom prehensif.

DDAAFFTTAARRPPUUSSTTAAKKAA

At kinson, R.L., At kinson R.C., Hillgard E.R. 1991. PPeennggaannttaarr PPssiikkoollooggi, Edisi i

Ke de la pa n , Jilid 2 . Jakart a, Penerbit Erlangga.

Colem an, Jam es C. 1976. AAbbnnoorrmmaall PPssyycchhoollooggyy aanndd MMooddeerrnn LLiiffee,, 55tthh eeddiittiioon . n

I ndian, D.B. Taraporevala Sons & CO. Privat e LTD.

Davison, G.C., Neale, J.M. 1994. AAbbnnoorrmmaallPPssyycchhoollooggyy. New York, John Wiley & Son I nc.

Fakult as Psikologi, Universit as Padj adj aran. 1992. PPssiikkootteerraappii,, PPeenngggguunnaaaann

P

Pssiikkootteerraappii PPaaddaa KKaassuuss--KKaassuuss KKlliinniiss. Bandung.

Kart ono, Kart ini. 1989. PPssiikkoollooggiiAAbbnnoorrmmaallDDaann AAbbnnoorrmmaalliittaassSSeekkssuuaall. Bandung, Penerbit Mandar Maj u.

Mart aniah, Sri Mulyani. 1999. HHaanndd OOuutt PPssiikkoollooggiiAAbbnnoorrmmaal.l Yogyakart a. Maslim , Rusdi. 1995. BBuukkuu SSaakkuu DDiiaaggnnoossiissGGaanngggguuaanngg JJiiwwaa. Jakart a.

Rat hus, S.A., Nevid, J.J. 1991. AAbbnnoorrmmaall PPssyycchhoollooggyy. New Jersey, Prent ice Hall, Englewood Cliffs.


(6)

Supardi, Saw it ri. 1982. PPaarraaddiiggmmaaPPssiikkooppaattoollooggii ((SSaadduurraannDDaarriiBBuukkuuPPaarraaddiiggmmss

F

FoorrPPssyycchhooppaatthhoollooggyy,,AACCoonnttrriibbuuttiioonnTTooCCaasseeHHiissttoorryyAAnnaallyyssiiss)) . Bandung, Biro Psikologi Psikodinam ika.

L

Laaiinn -- llaaiinn ::

Wicaksana, I nu. 2000. SkSkiizzooffrreenniiaa :: AnAnttaarraa KeKerrjjaa ddaann KuKuaalliittaass HiHidduupp, Art ikel pada harian Kom pas 15 Okt ober 2000, halam an 21.