Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Terhadap Pencemaran Dan Perusakan Lingkungan Hidup
(PT. Cisadane Sawit Raya Rantau Prapat)

Zairida

Program Pasca Sarjana Program Studi Magister Ilmu Hukum
Universitas Sumatera Utara

Abstrak Pembangunan di Indonesia memang harus tetap dilanjutkan terutama pembangunan ekonomi di sektor industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri yang dapat mengolah hasil-hasil pertanian, dan industri yang menghasilkan barang-barang ekspor guna menambah devisa negara yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu pembangunan industri tidak mungkin dapat dihindarkan, tetapi yang perlu diperhatikan adalah bagaimana agar pembangunan industri yang dilakukan oleh perusahaan/Korporasi tersebut tidak menimbulkan ekses-ekses negatif seperti pencemaran atau perusakan lingkungan hidup.
Terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi yang dikualifikasi sebagai tersangka/terdakwa maka yang dapat diminta pertanggungjawaban pidananya, adalah: orang yang memberikan perintah (pemimpin) atas nama badan hukum dan pelaku baik yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang atas nama suatu korporasi dalam melaksanakan kebijaksanaan pimpinan korporasi tersebut.
Oleh karena itu untuk mengatasi kejahatan yang dilakukan oleh korporasi, dalam hal ini badan hukum maka sudah sewajarnya jika dikenakan hukuman pidana bukan hanya terhadap pengurusnya saja, melainkan juga korporasinya atau korporasi dan pengurusnya sekaligus.
Dalam penelitian ini permasalahan yang ingin dijawab adalah: bagaimana konsep pertanggung jawaban pidana korporasi dalam tindak pidana lingkungan hidup dan bagaimana sistem pemidanaan tindak pidana korporasi bagi pelaku serta siapa saja yang dapat dimintakan pertanggungjawaban pidananya.
Untuk menjawab permasalahan tersebut digunakan metode penelitian yuridis normatif dimana penelitian didasarkan pada sumber bahan hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan, kepustakaan, jurnal, surat kabar, majalah, hasil seminar dan lain-lain sesuai fakta di lapangan berupa wawancara langsung sebagai data penunjang guna akurasi terhadap hasil yang dipaparkan.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan realisasi penyelesaian kasus tersebut belum sesuai dengan pertanggungjawaban pidana di bidang lingkungan hidup sebagaimana diatur dalam Undangundang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH). Di sisi lain salah seorang berdasarkan hubungan kerja atau hubungan lain bertanggung jawab atas tindakan yang tidak sesuai dengan instruksil kebijaksanaan dalam aktivitas usaha korporasi dalam mencapai tujuan yang berakibat rusaknya bahkan terbakarnya hutan yang berdampak negatif bagi kehidupan antara lain perekonomian terganggu, penyakit sesak nafas, hewan dan tumbuh-tumbuhan mati terbakar, tanah tidak: dapat berfungsi sebagai penahan air sehingga ketika hujan langsung berdampak banjir di kotakota.
Sedangkan seharusnya sesuai Pasal 46 ayat (1) UUPLH bahwa yang dikualifikasi sebagai tersangka/terdakwa dalam kasus pidana ini adalah korporasi atau badan hukumnya, orang yang memberi perintah atau direkturnya, pemimpin atau pemegang sahamnya dan perseorangan atau kelompok orang yang berdasarkan hubungan kerja atau hubungan lain baik secara bersama-sama ataupun sendiri-sendiri.

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

1

Dengan sistem pemidanaan yang dilakukan melalui penerapan sanksi berupa pidana penjara, pidana denda, dan tindakan tata tertib (pasal 47 UUPLH) terdiri atas: perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana, penutupan perusahaan seluruhnya atau sebagian, perbaikan akibat tindak pidana, mewajibkan atau meniadakan mengerjakan apa yang dilalaikan tanpa hak, menempatkan perusahaan di bawah pengampuan paling lama 3 (tiga) tahun.

Kata Kunci: - Pertanggungjawaban pidana - Korporasi - Pencemaran dan perusakan lingkungan hidup

e-USU Repository ©2005 Universitas Sumatera Utara

2