3. Perkembangan Aspek Afektif
Wuest dan Lombardo Arma Abdoelah dan Agusmanaji. 1994 menyatakan perkembangan afektif siswa SMP mencakup proses belajar
perilaku. Pihak yang berpengaruh dalam proses sosialisasi remaja adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya. Dari ketiganya pihak yang sangat
berpengaruh adalah teman sebaya. Siswa juga mengalami kondisi egosentris, yaitu kondisi yang hanya mementingkan pendapatnya sendiri
dan mengabaikan pandangan orang lain. Remaja menghabiskan waktu memikirkan penampilan, tindakan, perasaan dan perhatian. Siswa
mengalami perubahan persepsi atas kemampuan dan keyakinan yang kuat bahwa ia mampu mengerjakan sesuatu, sehingga timbul rasa percaya diri.
C. Teori Belajar Gerak 1. Pengertian Belajar Gerak
Menurut Lutan 1988 Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri seseorang yang diperoleh melalui
pengalaman dan latihan dan dapat diamati melalui penampilannya. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki pengertian yang
luas, bisa berupa keterampilan fisik, verbal, intelektual, maupun sikap. Menurut Bloom 1955, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
dapat dikelompokkan ke dalam 3 ranah, yaitu: a kognitif, b afektif, c psikomotor. Http:e-learning.com19-05-2009doc.id-ac
Menurut Schmidt dalam Lutan 1988: 102 Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang
mengantarkan kearah perubahan permanen dalam perilaku gerak. Http:e-learning.com19-05-2009doc.id-ac
Belajar gerak secara khusus dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan atau modifikasi tingkah laku individu akibat dari latihan dan
kondisi lingkungan Drowatzky, 1981. Lebih lanjut Schmidt 1988, menyatakan bahwa belajar gerak mempunyai beberapa ciri, yaitu :
a merupakan rangkaian proses, b menghasilkan kemampuan untuk merespon, c tidak dapat diamati secara langsung, bersifat relatif
permanen, d sebagai hasil latihan, e bisa menimbulkan efek negatif.
Dari beberapa pengertian belajar gerak dari para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut, Belajar gerak adalah sebagai tingkah laku
atau perubahan kecakapan yang mampu bertahan dalam jangka waktu tertentu, dan bukan berasal dari proses pertumbuhan yang diwujutkan
melalui respon–respon, yang pada umumnya diekspedisikan dalam gerak tubuh atau bagian tubuh.
2. Tahapan Belajar Gerak
Dalam proses belajar gerak ada tiga tahapan yang harus dilalui oleh siswa untuk mencapai tingkat keterampilan yang sempurna otomatis. Tiga
tahapan belajar gerak ini harus dilakukan secara berurutan, karena tahap sebelumnya adalah prasyarat untuk tahap berikutnya. Apabila ketiga
tahapan belajar gerak ini tidak dilakukan oleh guru pada saat mengajar Pendidikan Jasmani, maka guru tidak boleh mengharap banyak dari apa
yang selama ini mereka lakukan, khususnya untuk mencapai tujuan Pendidikan Jasmani yang ideal.
Adapun tahap-tahapan dalam belajar gerak adalah sebagai berikut :
- Tahap Kognitif
Pada tahap ini guru setiap akan memulai mengajarkan suatu keterampilan gerak, pertama kali yang harus dilakukan menurut
Winkel 1984: 53 adalah memberikan informasi untuk menanamkan konsep-konsep tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dengan
benar dan baik. Setelah siswa memperoleh informasi tentang apa, mengapa, dan bagaimana cara melakukan aktifitas gerak yang akan
dipelajari, diharapkan di dalam benak siswa telah terbentuk motor- plan, yaitu keterampilan intelektual dalam merencanakan cara
melakukan keterampilan gerak. Apabila tahap kognitif ini tidak mendapakan perhatian oleh guru dalam proses belajar gerak, maka
sulit bagi guru untuk menghasilkan anak yang terampil mempraktikkan aktivitas gerak yang menjadi prasyarat tahap belajar
berikutnya.
- Tahap Asosiatif Fiksasi
Pada tahap ini siswa mulai mempraktikkan gerak sesuai dengan konsep-konsep yang telah mereka ketahui dan pahami sebelumnya.
Tahap ini juga sering disebut sebagai tahap latihan. Menurut Winkel 1984: 54 Tahap latihan adalah tahap dimana siswa diharapkan
mampu mempraktikkan apa yang hendak dikuasai dengan cara mengulang-ulang sesuai dengan karakteristik gerak yang dipelajari.
Apakah gerak yang dipelajari itu gerak yang melibatkan otot kasar atau otot halus atau gerak terbuka atau gerak tertutup. Apabila siswa telah
melakukan latihan keterampilan dengan benar dan baik, dan dilakukan secara berulang baik di sekolah maupun di luar sekolah, maka pada
akhir tahap ini siswa diharapkan telah memiliki keterampilan yang memadai.
- Tahap Otomatis
Pada tahap ini siswa telah dapat melakukan aktivitas secara terampil, karena siswa telah memasuki tahap gerakan otomatis, artinya siswa
dapat merespon secara cepat dan tepat terhadap apa yang ditugaskan oleh guru untuk dilakukan. Tanda-tanda keterampilan gerak telah
memasuki tahapan otomatis adalah bila seorang siswa dapat mengerjakan tugas gerak tanpa berpikir lagi terhadap apa yang akan
dan sedang dilakukan dengan hasil yang baik dan benar.
Dalam Lutan 1988 dijelaskan bahwa untuk mempelajari gerak maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kesiapan belajar. Bahwa pembelajaran harus mempertimbangkan hukum kesiapan. Anak yang lebih siap akan lebih unggul dalam
menerima pembelajaran. b. Kesempatan belajar. Pemberian kesempatan yang cukup banyak bagi
anak sejak usia dini untuk bergerak atau melakukan aktivitas jasmani
dalam mengeksporasi lingkungannya sangat penting. Bukan saja untuk perkembangan yang normal kelak setelah dewasa, tapi juga untuk
perkembangan mental yang sehat. Jadi penting bagi orangtua atau guru untuk memberikan kesempatan anak belajar melalui gerak.
c. Kesempatan latihan. Anak harus diberi waktu untuk latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai. Semakin banyak kesempatan
berlatih, semakin banyak pengalaman gerak yang anak lakukan dan dapatkan. Meskipun demikian, kualitas latihan jauh lebih penting
ketimbang kuantitasnya. d. Model yang baik. Dalam mempelajari motorik, meniru suatu model
memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik, anak harus dapat mencontoh yang baik. Model yang ada harus
merupakan replika dari gerakan-gerakan yang dilakukan dalam olahraga tersebut.
e. Bimbingan. Untuk dapat meniru suatu model dengan betul, anak membutuhkan bimbingan. Bimbingan juga membantu anak
membetulkan sesuatu kesalahan sebelum kesalahan tersebut terlanjur dipelajari dengan baik sehingga sulit dibetulkan kembali. Bimbingan
dalam hal ini merupakan feed back. f. Motivasi. Besar kecilnya semangat usaha seseorang tergantung pada
besar kecilnya motivasi yang dimilikinya.
D. Keterampilan Gerak Dasar