Analisis Pola Konsumsi Keluarga Miskin Di Kota Binjai

LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Daftar kuisioner ini bertujuan untuk mengumpulkan data, fakta dan informasi
guna melengkapi Karya Ilmiah saya dalam penulisan skripsi. Kepada Yth
Bapak/Ibu yang terhormat dimohon kesediaan untuk memberikan jawaban
terhadap pertanyaan yang saya ajukan.
Atas partisipasinya saya ucapkan terimaksih.

I.

Identitas Responden











II.



Nama
:
Kecamatan
:
Jumlah Anggota Keluarga (istri,anak,diri sendiri) :
Jumlah Tanggungan Keluarga
:
:
a. Bersekolah
b. Tidak bersekolah
:
Pendidikan Kepala Keluarga Tangga
a. SD/MI
b. SMP/MTs
c. SMA/MA
d. D3/S1

Pekerjaan
a. Petani
b. Buruh
c. Wiraswasta
d. Lainnya
…………………………
Penghasilan /Bulan
: Rp
a. Suami
b. Istri
: Rp
c. Anak
: Rp

Orang
Orang
Orang
Orang

Daftar Pertanyaan

Berapa pengeluaran belanja mingguan anda untuk konsumsi makanan?
a. Pangan (makanan dan minuman, rokok, sayur) : Rp
Berapa pengeluaran belanja bulanan anda untuk non makanan ?
:Rp
a. Sandang ( pakaian,tutup kepala/kaki,dll)
b. Transportasi
: Rp

51
Universitas Sumatera Utara

c.
d.
e.
f.



Komunikasi
Kesehatan

Perumahan (air,listrik,gas,sewa rumah)
Biaya Pendidikan Anak / tahun
SD/MI
SMP/MTs
SMA/MA
Pendidikan Tinggi
Pengeluaran Lain-lain

: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp

52
Universitas Sumatera Utara


LAMPIRAN 2
DATA VARIABEL REGRESI
No
Pengeluaran Pendapatan Pendidikan Jumlah Tanggungan
1.
SD
1100000
1400000
2.
SMA
1845000
2000000
3.
SMA
1225000
1400000
4.
1200000
1000000
5.

SMP
1160000
1050000
6.
SMA
2130000
2100000
7.
SD
1315000
1900000
8.
SMP
1280000
1000000
9.
SMP
2100000
1600000
10.

SD
900000
800000
11.
SD
1320000
1300000
12.
SMA
1100000
900000
13.
SMP
1890000
2000000
14.
SD
800000
600000
15.

700000
900000
16.
SD
900000
600000
17.
SMP
800000
500000
18.
SD
1540000
1500000
19.
SMA
1290000
1000000
20.
700000

700000
21.
SMP
1800000
1500000
22.
SD
1100000
1050000
23.
SD
1000000
900000
24.
SD
1100000
1050000
25.
SD
1000000

1000000
26.
SD
3080000
3800000
27.
SD
2200000
2000000
28.
SMA
2000000
2000000
29.
SD
750000
750000
30.
SMP
2480000

2600000
31.
600000
500000
32.
SMP
960000
1000000
33.
SMA
1770000
1500000
34.
SMA
1820000
2000000
35.
SMP
1600000
1400000
36.
SD
2000000
2000000

3
5
5
2
4
7
7
4
6
3
5
6
5
5
2
5
4
4
4
2
6
6
5
4
5
6
4
5
2
5
2
2
3
4
4
6

53
Universitas Sumatera Utara

37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.

2400000
2550000
1425000
1600000
1750000
1000000
1000000
900000
960000
1540000
1460000
850000
700000
1200000
1010000
880000
2350000
1740000
1770000
1425000
1500000
2000000
1550000
2240000
1600000
2960000
1360000
1500000
1900000
1795000
1500000
1600000
1500000
585000
1100000
2000000
2500000
2100000
1160000
2130000

3000000
2200000
1300000
1600000
1600000
800000
1000000
1000000
900000
1000000
2000000
500000
450000
1300000
1050000
300000
2800000
1700000
2000000
1200000
1500000
2000000
1500000
2000000
1200000
2900000
1200000
1500000
1800000
1700000
1200000
1500000
1500000
300000
1200000
2000000
2340000
2000000
1050000
2100000

SD
SMP
SMA
SD
SD
SMP
SMA
SD
SD
SD
SMA
SD
SD
SD
SD
SD
SMA
SMA
SMP
SMP
SD
SMP
SMA
SMP
SMP
SMP
SMA
SD
SMA
SD
SD
SMP
SMA
SMA
SD
SMP
SMP
SMA

6
3
5
6
4
3
4
2
4
4
4
5
4
3
4
2
7
4
4
3
5
7
5
6
5
9
3
5
4
6
4
4
4
2
3
5
6
5
4
5

54
Universitas Sumatera Utara

77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.

1700000
1080000
1825000
970000
1320000
1100000
2000000

1900000
1000000
1600000
800000
1300000
900000
2000000

SD
SMP
SMP
SD
SD
SMA
SMP

5
4
6
3
5
4
5

55
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 3
UJI KESESUAIAN
Dependent Variable: C
Method: Least Squares
Date: 04/01/16 Time: 21:05
Sample: 1 83
Included observations: 83
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

X1
X2
X3
C

0.741971
40567.05
32824.36
212373.0

0.040639
23352.83
18642.64
74472.06

18.25741
1.737137
1.760714
2.851714

0.0000
0.0863
0.0822
0.0055

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.886367
0.882052
190129.7
2.86E+12
-1124.625
205.4065
0.000000

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

1489639.
553610.0
27.19579
27.31236
27.24262
2.351070

LAMPIRAN 4
UJI MULTIKOLINIERITAS
Dependent Variable: X1
Method: Least Squares
Date: 04/01/16 Time: 21:11
Sample: 1 83
Included observations: 83
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

X2
X3
C

81270.39
266654.6
117468.9

63600.30
41732.94
204459.1

1.277830
6.389547
0.574535

0.2050
0.0000
0.5672

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.369358
0.353592
523066.7
2.19E+13
-1209.144
23.42739
0.000000

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

1433614.
650584.3
29.20828
29.29571
29.24340
1.753429

56
Universitas Sumatera Utara

Dependent Variable: X2
Method: Least Squares
Date: 04/01/16 Time: 21:12
Sample: 1 83
Included observations: 83
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

X1
X3
C

2.46E-07
0.048920
1.117597

1.93E-07
0.089085
0.333929

1.277830
0.549132
3.346813

0.2050
0.5844
0.0012

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.051099
0.027377
0.910260
66.28586
-108.4400
2.154042
0.122696

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

1.686747
0.922982
2.685302
2.772730
2.720426
1.984019

Dependent Variable: X3
Method: Least Squares
Date: 04/01/16 Time: 21:13
Sample: 1 83
Included observations: 83
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

X1
X2
C

1.27E-06
0.076762
2.475597

1.98E-07
0.139788
0.350520

6.389547
0.549132
7.062633

0.0000
0.5844
0.0000

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.358902
0.342875
1.140243
104.0123
-127.1371
22.39299
0.000000

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

4.421687
1.406609
3.135835
3.223263
3.170959
1.785991

57
Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 5
UJI HETEROKEDASTISITAS
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

1.091605
3.303679
4.681360

Prob. F(3,79)
Prob. Chi-Square(3)
Prob. Chi-Square(3)

0.3577
0.3471
0.1967

Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 04/01/16 Time: 21:24
Sample: 1 83
Included observations: 83
Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C
X1^2
X2^2
X3^2

2.53E+10
0.005603
-6.80E+08
-1.04E+08

1.47E+10
0.003584
2.05E+09
6.21E+08

1.722284
1.563150
-0.331991
-0.167014

0.0889
0.1220
0.7408
0.8678

R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)

0.039803
0.003340
6.11E+10
2.95E+23
-2177.123
1.091605
0.357663

Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat

3.44E+10
6.12E+10
52.55719
52.67376
52.60402
1.973420

58
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Badan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Sejahtera. 2014. Binjai
Dalam Angka 2014, BKBPKS Sumatera Utara, Binjai
Badan Pusat Statistik. 2014. Sumatera Utara Dalam Angka 2014, Badan Pusat
Statistik Provinsi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik. 2014. Letak Geografis Kota Binjai 2014, Badan Pusat
Statistik Kota Binjai.
Badan Pusat Statistik. 2013. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut
Kecamatan 2013, Badan Pusat Statistik Kota Binjai.
Badan Pusat Statistik. 2013. Luas Wilayah, Jumlah penduduk, dan Kepadatan
Penduduk Menurut Kecamatan 2013, Badan Pusat Statistik Kota Binjai.
Bakti, T. Diana, dkk. 2010. Pengantar Ekonomi Makro, Medan : USU Press.
Dimara, Daan. 1982. Pengaruh Pendapatan Rumah Tangga Terhadap
Pendidikan, dalam Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Evers, Kemiskinan
dan Kebutuhan Pokok, Jakarta : CV Rajawali.
Kamaluddin, Rustian. 1999. Pengantar Ekonomi Pembangunan, Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Nababan, Septia. 2013. Pendapatan dan Jumlah Tanggungan Pengaruhnya
Terhadap Pola Konsumsi PNS Dosen dan Tenaga Kependidikan pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado. Jurnal
EMBA Vol (1) (4).
Sangadji, Maryam. 2005. Kemiskinan dan Kesenjangan Pendapat di Indonesia,
dalam Ahmad Erani Yustika, Perekonomian Indonesia Deskripsi,
Preskripsi & Kebijakan, Malang : Bayumedia Publishing.
Sugiono. 2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D,
Bandung :Alfabeta.
Sumardi, Mulyanto dan Hans-Dieter Evers. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan
Pokok, Jakarta : CV Rajawali.
Sunuharyo, Bambang Swasto. 1982. Pendapatan dan Pengeluaran Rumah
Tangga Pegawai Rendah di Perumnas Klender, dalam Mulyanto Sumardi
dan Hans-Dieter Evers, Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok, Jakarta : CV
Rajawali.

49
Universitas Sumatera Utara

Yuliana. 2013. Analisis Pola Konsumsi Keluarga Miskin di Kota Medan. Skripsi
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Medan: tidak diterbitkan.
www.binjaikota.bps.go.id/frontend/Subjek/view/id/5#subjekViewTab3/
Diakses20Februari2016
www.id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan/Diakses24Februari2016

50
Universitas Sumatera Utara

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola konsumsi pangan dan
non pangan keluarga miskin di Kota Binjai.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data, yaitu dengan memberikan kuisioner atau angket kepada
keluarga miskin di Kota Binjai. Sedangkan data sekunder adalah sumber yang
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, yaitu diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS), situs internet serta bahan lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi
adalah semua keluarga miskin di Kota Binjai. Jumlah populasi masyarakat miskin
di Kota Binjai adalah 477 KK.
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Jumlah sampel yang diharapkan mampu mewakili keseluruhan
dari jumlah populasi. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus
Slovin sebagai berikut:

25
Universitas Sumatera Utara

=

1+

Dimana:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e = Batas toleransi kesalahan

Dari rumus diatas diperoleh:
=

1+

=

477
1 + 477 . 10%

=

477
5,77

= 82,66
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode berdasarkan
proporsi wilayah jumlah penduduk.

No

Tabel 3.1
Pembagian Sampel Keluarga Miskin Menurut Kecamatan di Kota
Binjai
Kecamatan
Populasi
Sampel

1

Binjai Selatan

107

19

2

Binjai Kota

67

12

3

Binjai Timur

133

23

4

Binjai Utara

81

14

5

Binjai Barat

89

15

477

83

Jumlah

26
Universitas Sumatera Utara

3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan
menggunakan:
1. Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
survey dan memberikan pertanyaan secara langsung dengan menggunakan
pedoman hasil jawaban dari kuisioner yang telah diisi oleh responden untuk
pengumpulan datanya.
2. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila
dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuisioner.
3. Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku,
jurnal, website dan artikel yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.5. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data regresi linear berganda
dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Faktor-faktor yang mempengaruhi
pola konsumsi masyarakat Kota Binjai adalah pendapatan, pendidikan dan jumlah
tanggungan keluarga.
C = f (Y)
Dengan spesifikasi model:
C=a+bY
Dimana a dinyatakan sebagai tingkat konsumsi subsitance yang harus
dipenuhi walaupun pendapatan sama dengan nol, dan b sebagai MPC.
Fungsi tersebut dinyatakan sebagai berikut:
C = f ( X1,X2,X3)

27
Universitas Sumatera Utara

Dengan model sebagai berikut :
=
Dimana:
C
β1, β2, β3
X1
X2
X3
μ

+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + μ
= Konsumsi
= Konstanta
= Koefisien regresi
= Pendapatan rumah tangga
= Pendidikan kepala rumah tangga
= Jumlah anggota rumah tangga
= Error term

3.5.1. Uji Kesesuaian
1.

Koefisien Determinasi (R Square)
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi

bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model regresi dalam
menerangkan variasi variabel terikat.
2. Uji t statistik
Pengujian ini dilakukan untuk melihat adanya pengaruh dari masingmasing variabel penjelas terhadap variabel yang dijelaskan. Dalam hal ini
digunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 : β1, β2, β3 = 0
Ha : β1, β2, β3 ≠ 0
Dengan criteria sebagai berikut :
H0 diterima jika t hitung < t table
Artinya variable bebas tidak mempengaruhi variable terikat .
H0 ditolak jika t hitung > t table
Artinya variable bebas mempengaruhi variable terikat.

28
Universitas Sumatera Utara

3. Uji F –Statistik
Untuk mengetahui apakah semua variabel penjelas yang digunakan dalam
model regresi secara serentak atau bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
yang dijelaskan, digunakan uji statistik F, hipotesis yang digunakan adalah:
H0 :

=0

Ha :

≠0

Dengan criteria sebagai berikut :
H0 diterima jika Fhitung< Ftabel
Artinya variable bebas tidak mempengaruhi variable terikat.
H0 ditolak jika Fhitung> Ftabel
Artinya variable bebas mempengaruhi variable terikat.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel bebas di
antara satu dengan lainnya. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regrasi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas. Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Dalam
penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan kaidah
auxiliary regression.
Menurut Gujarati (1995), adanya kemungkinan terjadi multikolinearitas
apabila Fhitung dan R2 signifikan secara parsial atau seluruh koefisien regresi
tidak signifikan apabila menggunakan uji-t (t-test). Pengujian ini dapat dilakukan
dengan menggunakan deteksi klien. Deteksi klien dilakukan dengan melakukan

29
Universitas Sumatera Utara

regersi suatu variabel independen dengan variabel indepen lain. Rule of thumb
dengan membandingkan nilai R2 model dengan nilai R2 Auxiliary. Bila nilai R2
regresi Auxiliary lebih besar nilai R2 model, maka model mengandung gejala
multikolinearitas. Bila nilai R2 regresi Auxiliary lebih kecil nilai R2 model, maka
model tidak mengandung gejala multikolinearitas.
2. Uji Heterokedastisitas
Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linear klasik adalah bahwa varian
setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu mengenai variabelvariabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang sama dengan σ2. Inilah
yang disebut asumsi heteroskedasticity atau varian yang sama. Salah satu cara
untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dapat
dilakukan dengan menggunakan White Test. Untuk uji white menggunakan
rumusan hipotesis sebagai berikut :
H0 : terdapat heteroskedastisitas
Ha : tidak terdapat heteroskedastisitas
Kriteria pengujianya adalah :
(1) H0 ditolak dan Ha diterima, jika nilai (n x R²) > nilai tabel Chi - Square
(2) H0 diterima dan Ha ditolak, jika nilai (n x R²) < nilai tabel Chi - Square
Jika H0 ditolak, berarti terdapat heteroskedastisitas. Jika H0 diterima, berarti tidak
terdapat heteroskedastisitas.

30
Universitas Sumatera Utara

3.6.Defenisi Operasional
1. Konsumsi (C) adalah pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas
barang-barang dan jasa-jasa akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
dari orang yang melakukan pekerjaan tersebut.
2. Pendapatan rumah tangga (X1) adalah pendapatan yang diterima oleh rumah
tangga bersangkutan baik yang berasal dari pendapatan kepala rumah tangga
maupun pendapatan anggota-anggota rumah tangga.
3. Pendidikan kepala rumah tangga (X2) adalah pembelajaran pengetahuan,
keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan melalui
pengajaran, pelatihan atau penelitian.
4. Jumlah tanggungan (X3) adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal
di suatu rumah tangga, baik yang berada dirumah tangga responden maupun
sementara tidak ada pada waktu pencacahan.

31
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Wilayah Kota Binjai
4.1.1. Lokasi dan Letak Geografis Kota Binjai
Kota Binjai terletak antara 3°31'40" - 3°40'2" Lintang Utara, 98°27'3" 98°32'32" Bujur Timur. Secara geografis, luas areal Kota Binjai adalah 90,23 km²
dan terletak pada ketinggian ± 28 m diatas permukaan laut. Secara geografis, luas
Kota Binjai adalah 18.813 Ha (90,23 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah
Sumatera Utara, dan berada pada ketinggian antara 2,5 – 37,5 meter di atas
permukaan laut, dengan topografi datar. Suhu udara pertahun berkisar antara 27ºC
- 29ºC dari luas wilayah keseluruhan Kota Binjai, dimana 4.225 Ha untuk
pemukiman, 1.862 Ha untuk sektor jasa, 740 Ha untuk dicadangkan bagi
penetapan lokasi perusahaan dan industri. Sisanya seluas 7.693 Ha merupakan
areal non-urban, dan 4.000 Ha diantaranya akan dimanfaatkan sebagai lahan
pengembangan untuk sektor pertanian tanaman pangan. Letak Kota Binjai dibatasi
oleh:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat dan
Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang.
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Sei Bingei Kabupaten Langkat
dan Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Selesai Kabupaten Langkat.

32
Universitas Sumatera Utara

4.1.2. Kependudukan
Kota Binjai dihuni oleh 252.263 jiwa penduduk dimana penduduk
terbanyak berada di Binjai Utara yaitu sebanyak 72.127 jiwa dan jumlah
penduduk terkecil berada di Binjai Kota yaitu sebanyak 30.780 jiwa. Bila
dibandingkan antara luas wilayah dan jumlah penduduk, maka Kecamatan Binjai
Kota merupakan Kecamatan terpadat yaitu 7.471 jiwa tiap km². Dibawah ini
merupakan tabel angka luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk
per kecamatan di Kota Medan tahun 2013.
Tabel 4.1
Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut
Kecamatan Tahun 2013
Jumlah
Kepadatan
Luas Wilayah
Penduduk
Penduduk
Kecamatan
(km2)
(jiwa)
(jiwa/km2)
01. Binjai Selatan
29,96
49 986
1 668
02. Binjai Kota
4,12
30 780
7 471
03. Binjai Timur
21,70
55 086
2 538
04. Binjai Utara
23,59
72 127
3 058
05. Binjai Barat
10,86
44 284
4 078
Sumber: BPS Kota Binjai

Jumlah penduduk Kota Binjai terdiri dari 59.019 rumah tangga sehingga
rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 4 orang. Dibawah ini merupakan tabel
angka jumlah penduduk, rumah tangga dan rata-rata anggota rumah tangga.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan Tahun 2013
Penduduk
Rata-rata Anggota
Kecamatan
Rumah Tangga
(jiwa)
Rumah Tangga
01. Binjai Selatan
49 986
11 514
4,34
02. Binjai Kota
30 780
7 318
4,20
03. Binjai Timur
55 086
12 996
4,23
04. Binjai Utara
72 127
17 011
4,24
05. Binjai Barat
44 284
10 180
4,35
Binjai
252 263
59 019
4,27
Sumber: BPS Kota Binjai

33
Universitas Sumatera Utara

4.2. Karakteristik Responden
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 83 responden. Dengan
karakteristik responden yang berkaitan dengan pola konsumsi keluarga miskin di
Kota Binjai meliputi: pendapatan rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga
dan jumlah tanggungan.
4.2.1. Pendapatan Rumah Tangga
Tingkat pendapatan rumah tangga responden dikelompokkan menjadi
kurang dari 1000000, 1000000 – 2000000, 2100000 - 3000000 dan lebih dari
3000000 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

No
1
2
3
4

Tabel 4.3
Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan
Pendapatan (Rupiah) Jumlah Responden
Persentase (%)
< 1000000
18
21,7%
1000000 – 2000000
56
67,5%
2100000 – 3000000
8
9,6%
> 3000000
1
1,2%
Jumlah
83
100%

Sumber: Kuisioner

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa jumlah responden tertinggi yang memiliki
pendapatan 1000000 – 2000000 per bulan sejumlah 56 responden dengan
persentase sebesar 67,5%. Untuk pendapatan kurang dari 1000000 per bulan
sejumlah 18 responden dengan persentase sebesar 21,7%. Pendapatan 2100000 –
3000000 per bulan sejumlah 8 responden dengan persentase 9,6%. Sementara
pendapatan lebih dari 3000000 per bulan sejumlah 1 responden dengan persentase
1,2%.

34
Universitas Sumatera Utara

4.2.2. Pendidikan Kepala Rumah Tangga
Tingkat pendidikan formal responden antara tidak bersekolah, SD, SMP,
SMA, hingga lulus Perguruan Tinggi. Distribusi sampel menurut pendidikan
dapat dilihat pada tabel berikut:

No
1
2
3
4

Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan
Jumlah Responden
Persentase
Tidak bersekolah
6
7,2%
SD
34
41%
SMP
23
27,7%
SMA
20
24,1%
Jumlah
83
100%

Sumber: Kuisioner

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden berpendidikan SD yang paling
mendominasi yaitu sebanyak 34 orang atau sekitar 41%. Diikuti oleh responden
berpendidikan SMP sejumlah 23 orang dengan persentase 27,7 %. Kemudian
SMA sebanyak 20 responden atau 24,1%. Sementara responden yang paling
sedikit adalah yang tidak bersekolah yaitu sejumlah 6 orang dengan persentase
sebesar 7,2%.
4.2.3. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan dimaksud adalah banyak jiwa yang menjadi
tanggungan responden, termasuk dirinya sendiri. Jumlah tanggungan di sini tidak
hanya dirinya sendiri, istrinya dan anak anaknya, tetapi juga termasuk orang tua
dan saudara-saudara yang masuk menjadi tanggungan di keluarganya. Distribusi
sampel berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada tabel berikut:

35
Universitas Sumatera Utara

No
1
2
3
4
5
6
7

Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan
Jumlah Tanggungan
Jumlah Responden
Persentase
2
9
10,9%
3
10
12%
4
25
30,1%
5
22
26,5%
6
12
14,5%
7
4
4,8%
9
1
1,2%
Jumlah
83
100%

Sumber: Kuisioner

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki jumlah
tanggungan 4 tertinggi yaitu sebanyak 25 orang atau 30,1%, diikuti dengan
jumlah tanggungan 5 dengan jumlah responden sebesar 22 orang atau 26,5%.
Sementara responden yang paling sedikit dengan jumlah tanggungan 9 yaitu
sejumlah 1 orang atau 1,2%.
4.2.4. Pengeluaran

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengeluaran
Pengeluaran
Pengeluaran Rata-Rata/Bulan (Rupiah)
Pangan
1100000
Sandang
18000
Transportasi
53000
Komunikasi
12000
Rekreasi/Hiburan
14000
Kesehatan
10000
Biaya Perumahan
112000
Biaya Pendidikan
30000
Pengeluaran lain-lain
35000

Sumber: Kuisioner

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengeluaran rata-rata sebulan terakhir dari 83
responden untuk pangan sebesar Rp.110000, sandang Rp.18000, transportasi
Rp.53000,

komunikasi

Rp.12000,

rekreasi/hiburan

Rp.14000,

kesehatan

Rp.10000, biaya perumahan termasuk listrik, gas, air, sewa rumah Rp.112000,

36
Universitas Sumatera Utara

biaya pendidikan anak Rp.30000 dan pengeluaran lain-lain yang meliputi biaya
angsuran dll Rp.35000.
4.3. Analisis Pola Konsumsi
Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk
menganalisis hubungan persamaan antar variabel. Untuk menganalisis pola
konsumsi keluarga di Kota Binjai, digunakan analisa regresi linear berganda
dimana variabel terikat (dependent variabel) adalah pengeluaran konsumsi rumah
tangga, sedangkan variabel bebas (independent variabel) adalah pendapatan
rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga dan jumlah tanggungan.
Pengujian regresi linier berganda diolah menggunakan software eviews 7.
C = f (Y)
Dengan spesifikasi model:
C=a+bY
Dimana a dinyatakan sebagai tingkat konsumsi subsitance yang harus
dipenuhi walaupun pendapatan sama dengan nol, dan b sebagai MPC.
0 < MPC < 1
Dengan spesifikasi model sebagai berikut:
=
Dimana:
C
β1, β2, β3
X1
X2
X3
μ

+ β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + μ
= Konsumsi
= Konstanta
= Koefisien regresi
= Pendapatan rumah tangga
= Pendidikan kepala rumah tangga
= Jumlah anggota rumah tangga
= Error term

37
Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dan telah diolah
dalam persamaan maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Model Estimasi
C = 212373.0 + 0.741971X1 + 40567.05X2 + 32824.36X3
T-statistik =
F-statistik =
R2

(18.25741)

(1.737137)

(1.760714)

23.67266
=

0.886367

Sumber : data olahan (lampiran 3)
Dimana :
C = Pola Konsumsi Keluarga Miskin di Kota Binjai
X1 = Pendapatan Rumah Tangga
X2 = Pendidikan Kepala Rumah Tangga
X3 = Jumlah Tanggungan

Berdasarkan tabel di atas hasil persamaan model estimasi adalah sebagai berikut:
C = 2123 + 0,741 Y
Tingkat konsumsi subsitance adalah sebesar 2123 yang mana harus tetap dipenuhi
walaupun pendapatan sama dengan nol, dan b sebagai MPC.
0 < 0,741 < 1
Sikap dan keinginan suatu masyarakat terhadap suatu barang dan jasa akan
mempengaruhi kecenderungan orang untuk konsumsi. Sikap dan keinginan
terhadap barang dan jasa sangat ditentukan oleh besar kecilnnya pendapatan yang
diterima. Model tersebut menunjukkan bahwa pendapatan berhubungan positif
terhadap tingkat pengeluaran konsumsi dengan koefisien MPC sebesar 0,741 yang
artinya apabila pendapatan naik sebesar Rp.1000,- akan meningkatkan konsumsi
sebesar Rp. 741,-.

38
Universitas Sumatera Utara

4.4. Interpretasi Model
Maka dapat diinterpretasikan untuk setiap variabel-variabel bebas adalah
sebagai berikut:
a. Variabel Pendapatan Rumah Tangga (X1)
Variabel Pendapatan Rumah Tangga (X1) mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, dengan nilai koefisien regresi
yang ada sebesar 0.741971, artinya apabila variabel tingkat pendapatan rumah
tangga mengalami kenaikan 1% maka akan menaikkan pengeluaran konsumsi
sebesar 0,74 % , ceteris paribus.
b. Variabel Pendidikan Kepala Rumah Tangga (X2)
Variabel Pendidikan Kepala Rumah Tangga (X2) mempunyai pengaruh yang
positif terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, dengan nilai koefisien
regresi yang ada sebesar 40567.05, artinya apabila variabel pendidikan kepala
rumah tangga mengalami kenaikan 1% maka akan menaikkan pengeluaran
konsumsi sebesar 4,05 % , ceteris paribus.
c. Variabel Jumlah Tanggungan (X3)
Variabel Jumlah Tanggungan (X3) mempunyai pengaruh yang positif
terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga, dengan nilai koefisien regresi
yang ada sebesar 32824.36, artinya apabila variabel jumlah tanggungan
kenaikan 1% maka akan menaikkan pengeluaran konsumsi sebesar 3,28% ,
ceteris paribus.

39
Universitas Sumatera Utara

4.5. Uji Kesesuaian
4.5.1. Koefisien Determinasi ( R-Square)
Dari hasil regresi yang telah diolah tersebut maka diperoleh nilai koefisien
sebesar 0.886367. Hal ini menjelaskan bahwa variabel bebas yang secara
bersamaan memberikan pengaruhnya terhadap variabel terikat sebesar 88,63 %
sedangkan sisanya 11,37 % dijelaskan oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam
estimasi model atau disebabkan disturbance error.
4.5.2. Uji T-Statistik (Uji Parsial)
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya
konstanta.
1. Variabel Tingkat Pendapatan (X1)
a.

Hipotesa
H0 : bi = 0 ( tidak berpengaruh)
Ha : bi ≠ 0 ( berpengaruh)

b.

df = n-k-1 = 83-3-1 = 79

c.

α = 10 %

d.

t-tabel = 1.66437

e.

Kriteria pengambilan keputusan:
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 10%)
H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 10%)

f.

t-hitung = 18.25741 ( hasil olahan data )

40
Universitas Sumatera Utara

g.

Keputusan :
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel yaitu
18.25741 > 1,66437 artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel pendapatan rumah tangga (X1) berpengaruh
nyata (signifikan) terhadap variabel pola konsumsi (C) pada tingkat
kepercayaan 90 % (α = 10%).

2. Variabel Pendidikan (X2)
a.

Hipotesa
H0 : bi = 0 ( tidak berpengaruh)
Ha : bi ≠ 0 ( berpengaruh)

b.

df = n-k-1 = 83-3-1 = 79

c.

α = 10 %

d.

t-tabel = 1.66437

e.

Kriteria pengambilan keputusan:
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 10%)
H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 10%)

f.

t-hitung = 1.737137 ( hasil olahan data )

g.

Keputusan :
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel yaitu
1.737137 > 1,66437 artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel pendidikan kepala rumah tangga (X2)
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel pola konsumsi (C) pada
tingkat kepercayaan 90 % (α = 10%).

41
Universitas Sumatera Utara

3. Variabel Jumlah Tanggungan (X3)
a.

Hipotesa
H0 : bi = 0 ( tidak berpengaruh)
Ha : bi ≠ 0 ( berpengaruh)

b.

df = n-k-1 = 100-5-1 = 94

c.

α = 10 %

d.

t-tabel = 1,66437

e.

Kriteria pengambilan keputusan:
Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel (α = 10%)
H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel (α = 10%)

f.

t-hitung = 1.760714 ( hasil olahan data )

g.

Keputusan :
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa t-hitung > t-tabel yaitu
1.760714 > 1,66437 artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan (X3) berpengaruh nyata
(signifikan) terhadap variabel pola konsumsi (C) pada tingkat kepercayaan
90 % (α = 10%).

4.5.3. Uji F-Statistik (Uji Keseluruhan)
Uji F-Statistik berguna untuk pengujian signifikansi pengaruh variabel
independen secara bersama-sama terhadap nilai variabel dependen. Uji ini melihat
seberapa besar pengaruh variabel Tingkat Pendapatan (X1), Tingkat Pendidikan
(X2), Jumlah Tanggungan (X3) secara bersama-sama terhadap variabel C
(Konsumsi).

42
Universitas Sumatera Utara

a. Hipotesa
H0 : bi = bi( tidak berpengaruh)
Ha : bi ≠ b0 ( berpengaruh)
b. F1 = k-1 = 3-1 = 2
F2 = n-k = 83- 3 = 80
c. α = 10 %
d. f-tabel = 2,37
e. Kriteria pengambilan keputusan:
Ha diterima apabila f-hitung > f-tabel (α = 10%)
H0 diterima apabila f-hitung < f-tabel (α = 10%)
f. f-hitung = 23.67266 ( hasil olahan data )
g. Keputusan :
Berdasarkan data diatas, dapat diketahui bahwa f-hitung > f-tabel yaitu
23.67266 > 2,37 artinya Ha diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa variabel pendapatan rumah tangga (X1), Pendidikan Kepala Rumah
Tangga (X2), Jumlah Tanggungan (X3) berpengaruh nyata (signifikan)
terhadap variabel konsumsi (C) pada tingkat kepercayaan 90 % (α = 10%).
4.6.

Uji Penyimpangan Klasik

4.6.1. Multikolinearitas
Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan deteksi klien. Deteksi
klien dilakukan dengan melakukan regresi suatu variabel independen dengan
variable dependen lain. Rule of thumb dengan membandingkan nilai R2 model
dengan nilai R2 Auxiliary. Bila nilai R2 regresi Auxiliary > nilai R2 model, maka

43
Universitas Sumatera Utara

model mengandung gejala multikolinearitas. Bila nilai R2 regresi Auxiliary < nilai
R2

model,

maka

model

tidak

mengandung

gejala

multikolinearitas.

Multikolinieritas terjadi karena adanya hubungan yang kuat atau sempurna
sesama variabel independent dari suatu model estimasi.
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas Menggunakan Uji Klien
R2regresi Auxiliary

Nilai Auxiliary

R2 Model

X1

0.369358

0.886367

X2

0.051099

0.886367

X3

0.358902

0.886367

Sumber: data olahan (lampiran 4)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas hasil uji multikolineritas menjelaskan bahwa
variabel pendapatan rumah tangga nilai R2 auxiliary X1 < nilai R2 model
(0.369358 < 0.886367) dapat diartikan bahwa hasil uji klien di atas tidak terjadi
multikolineritas, menunjukkan tidak adanya hubungan yang kuat atau sempurna
sesama variabel independen dari suatu model estimasi.
Variabel pendidikan memiliki nilai R2 auxiliary X2 < nilai R2 model
(0.051099 < 0.886367) maka hasil uji klien tidak terjadi multikolineritas yang
artinya tidak ada hubungan yang kuat atau sempurna sesama variabel independen
atau variabel bebas.
Variabel pengangguran memiliki R2 auxiliary X3 > nilai R2 model
(0.358902 < 0.886367) maka dari hasil uji klien diketahui tidak terjadi
multikolineritas yang artinya tidak ada hubungan yang kuat atau sempurna sesama
variabel independen dari suatu model estimasi.

44
Universitas Sumatera Utara

4.6.2. Heterokedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan
pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. Pengujian untuk
mendeteksi heterokedastisitas dilakukan dengan cara uji formal yaitu uji white.
Pengujian dimulai dengan membentuk model estimasi :
C = α + β1X1 + β2X2 + β3 X3 + μ
Apabila

nilai

probabilitasnya

lebih

rendah

dari

0,05

maka

terdapat

heterokedastisitas pada hasil estimasi. Sebaiknya jika nilai probabilitasnya lebih
besar dari 0,05 maka hasil estimasi terbebas dari heterokedastisitas.
Tabel 4.9
Hasil Uji Heterokedastisitas Menggunakan Uji White
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS

1.091605
3.303679
4.681360

Prob. F(3,79)
Prob. Chi-Square(3)
Prob. Chi-Square(3)

0.3577
0.3471
0.1967

Sumber: data olahan (lampiran 5)

Nilai probabilitasnya yaitu 0,3471 lebih besar dari 0,05 yang artinya tidak terdapat
masalah heterokedastisitas.

45
Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Variabel pendapatan rumah tangga berpengaruh positif yang terhadap pola
konsumsi keluarga miskin di Kota Binjai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
regresi pendapatan rumah tangga keluarga miskin di Kota Binjai yang setiap
terjadi kenaikan pendapatan maka pola konsumsi akan mengalami kenaikan
pula. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel pendapatan rumah
tangga berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel pola konsumsi pada
tingkat kepercayaan tertentu.
2. Variabel pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh positif terhadap pola
konsumsi keluarga miskin di Kota Binjai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien
regresi pendidikan kepala rumah tangga keluarga miskin di Kota Binjai yang
setiap terjadi kenaikan pendidikan kepala rumah tangga maka pola konsumsi
akan mengalami kenaikan pula. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
variabel pendidikan kepala rumah tangga berpengaruh nyata (signifikan)
terhadap variabel pola konsumsi pada tingkat kepercayaan tertentu.
3. Variabel jumlah tanggungan berpengaruh positif terhadap pola konsumsi
keluarga miskin di Kota Binjai. Hal ini ditunjukkan oleh koefisien regresi
jumlah tanggungan keluarga miskin di Kota Binjai yang setiap terjadi kenaikan
jumlah tanggungan maka pola konsumsi akan mengalami peningkatan. Dengan

46
Universitas Sumatera Utara

demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel pendidikan kepala rumah tangga
berpengaruh nyata (signifikan) terhadap variabel pola konsumsi pada tingkat
kepercayaan tertentu.
5.2. Saran
Dari hasil penelitian diatas maka dikemukaan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa pendapatan rumah tangga
mempengaruhi pola konsumsi keluarga miskin di Kota Binjai. Dari pendapatan
yang kurang mencukupi maka diperlukan kebijakan dari pemerintah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui menciptakan lapangan
pekerjaan yang dapat menampung mereka sehingga dapat meningkatkan
pendapatan.
2. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa pendidikan kepala rumah tangga
mempengaruhi pola konsumsi keluarga miskin di Kota Binjai. Masyarakat
diharapkan agar lebih sadar dan peduli terhadap pendidikan guna membantu
pemerintah dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
bertujuan untuk pengentasan kemiskinan. Dengan pendidikan yang tinggi maka
kesejahteraan juga akan meningkat dan akan mengurangi kemiskinan di Kota
Binjai.
3. Dari hasil yang diperoleh diketahui bahwa jumlah tanggungan mempengaruhi
pola konsumsi keluarga miskin di Kota Binjai. Melalui program pemerintah
seperti

Keluarga

Berencana

(KB),

masyarakat

diharapkan

lebih

mempertimbangkan jika ingin menambah keturunan dikarenakan semakin

47
Universitas Sumatera Utara

banyak jumlah tanggungan maka konsumsi pangan dan konsumsi non pangan
juga akan meningkat.
4. Perlu penelitian selanjutnya untuk kesempurnaan

dan meneliti variabel-

variabel lain yang belum dimuat dalam penelitian ini guna perkembangan pola
konsumsi keluarga miskin di Kota Binjai.

48
Universitas Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis
2.1.1. Defenisi Kemiskinan
Friedman (1997) mendefenisikan kemiskinan sebagai ketidaksamaan
kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuatan sosial. Basis kekuatan sosial
meliputi modal yang produktif atau aset (misalnya tanah, perumahan, peralatan,
kesehatan dan lain-lain); sumber-sumber keuangan (income dan kredit yang
memadai); organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai
kepentingan bersama (partai politik, sindikat, koperasi dan lain-lain); jaringan
sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang-barang dan lain-lain; pengetahuan dan
keterampilan yang memadai; dan informasi yang berguna untuk memajukan
kehidupan seseorang.
Lembaga Pengembangan Sumberdaya Manusia/Lakpesdam (2003:26)
mendefenisikan kemiskinan absolut sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi
standar

minimum

kebutuhan

hidup.

Sementara

itu,

kemiskinan relatif

didefenisikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup sesuai
dengan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sinaga dan White (1980) menyatakan bahwa kemiskinan dibedakan dalam
dua bentuk, yaitu kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Kemiskinan
alamiah adalah kemiskinan yang timbul sebagai akibat sumberdaya yang langka
jumlahnya atau karena perkembangan teknologi yang rendah. Kondisi ini dapat
diatasi dengan pembangunan infrastruktur fisik, pemasukan modal serta
pengembangan teknologi baru. Kemiskinan buatan dapat terjadi karena
6
Universitas Sumatera Utara

kelembagaan yang ada membuat masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan
fasilitas secara merata. Kondisi ini dapat diatasi dengan mencari strategi
perombakan struktural kelembagaan serta hubungan sosial ekonomi dalam
masyarakat.
2.1.2. Konsep Ukuran Kemiskinan
Kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan seseorang
dengan tingkat pendapatan

yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan

dasarnya. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan
memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Konsep ukuran kemiskinan
didasarkan pada metologi umum yang disebut dengan garis kemiskinan (poverty
line). Garis kemiskinan pada dasarnya adalah standar minimum yang diperlukan
oleh individu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, baik bahan makanan maupun
bukan bahan makanan. Garis kemiskinan merupakan penjumlahan dari garis
kemiskinan pangan dan garis kemiskinan non pangan. Penduduk yang memiliki
rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan dikategorikan
sebagai penduduk miskin. Garis kemiskinan makanan merupakan nilai
pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100
kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili
oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu,
sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dan lain-lain). Garis
kemiskinan non makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang,
pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

7
Universitas Sumatera Utara

Menurut perhitungan BPS pada tahun 1984 batas miskin (poverty line)
adalah Rp 13.371 (kota) dan Rp 7.746 (desa), pada tahun 1990 sebesar Rp 20.614
(kota) dan Rp 13.295 (desa), pada tahun 1993 sebesar Rp 27.905 (kota) dan Rp
18.244 (desa), dan pada tahun 1996 sebesar Rp 38.246 (kota) dan Rp 27.413
(desa) perkapita perbulan.
Semakin tinggi tingkat pendapatan perkapita suatu negara, makin tinggi
pula batas dari tingkat kemiskinannya (poverty line). Pada tahun 1985, Bank
Dunia menentukan suatu garis kemiskinan terletak antara $275 dan $375
perkapita pertahun. Bank dunia menggambarkan “sangat miskin” sebagai orang
yang hidup dengan pendapatan kurang dari US $1 perhari dan “miskin” dengan
pendapatan kurang dari US $2 perhari. Berdasarkan standar tersebut, 21% dari
penduduk dunia masih disebut miskin pada tahun 2001.
2.1.3. Penyebab Kemiskinan
Emil Salim (1984) menyoroti beberapa sumber dan penyebab terjadinya
kemiskinan, yaitu :
1.

Policy induces processes, yaitu proses kemiskinan yang dilestarikan,
direproduksi melalui pelaksanaan suatu kebijakan (induced of policy)
diantaranya adalah kebijakan anti kemiskinan, tetapi realitanya justru
melestarikan.

2.

Socio economic Dualism, yaitu negara ekskoloni yang mengalami kemiskinan
karena pola produksi kolonial, yaitu petani menjadi marginal karena tanah
yang paling subur dikuasai petani skala besar dan berorientasi ekspor.

8
Universitas Sumatera Utara

3.

Population Growth, yaitu perspektif yang didasari pada teori Malthus bahwa
pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan pertambahan pangan
seperti deret hitung.

4.

Resources Management and The Environment, yaitu adanya unsur misalnya
manajemen sumber daya alam dan lingkungan, seperti manajemen pertanian
yang asal tebang akan menurunkan produktivitas.

5.

Natural Cycles and Processes, yaitu kemiskinan yang terjadi karena siklus
alam. Misalnya tinggal di lahan kritis dimana lahan ini jika turun hujan akan
terjadi banjir tetapi jika musim kemarau akan kekurangan air, sehingga tidak
memungkinkan produktivitas yang maksimal terus-menerus.

6.

The Marginalization of Woman, yaitu peminggiran kaum perempuan karena
perempuan masih dianggap sebagai golongan kelas kedua, sehingga akses dan
penghargaan hasil kerja diberikan lebih rendah dari laki-laki.

7.

Cultural and Ethnic Factors, yaitu bekerjanya faktor budaya dan etnik yang
memelihara kemiskinan. Misalnya, pola hidup konsumtif pada petani dan
nelayan ketika panen raya, serta adat-istiadat yang konsumtif saat upacara adatistiadat keagamaan.

8.

Explotative Intermediation, yaitu keberadaan penolong yang menjadi
penodong, seperti rentenir (lintah darat).

9.

Internal Political Fragmentation and Civil Stratfe, yaitu suatu kebijakan yang
diterapkan pada suatu daerah yang fragmentasi politiknya yang kuat, dapat
menjadi penyebab kemiskinan.

9
Universitas Sumatera Utara

10. International

Processes,

yaitu

bekerjanya

sistem-sistem

internasional

(kolonialisme dan kapitalisme) membuat banyak negara menjadi semakin
miskin.
2.1.4.

Kriteria Keluarga Miskin
Keluarga miskin adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan

dasar minimum rumah tangga dengan pendapatan dibawah batas minimum. Badan
Pusat Statistik (BPS) menggunakan 14 kriteria untuk mengasumsikan keluarga
miskin, yakni :
1.

Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari delapan meter persegi.

2.

Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/kayu murahan.

3.

Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/ rumbia/ kayu berkualitas.

4.

Tidak memiliki fasilitas buang air besar/ bersama-sama dengan rumah tangga
lain.

5.

Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6.

Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/ sungai/ air
hujan.

7.

Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/ arang/ minyak
tanah.

8.

Hanya mengkonsumsi daging/ susu/ ayam satu kali dalam seminggu.

9.

Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan satu/ dua kali dalam sehari.
11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik.
12. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga hanya tamat SD.

10
Universitas Sumatera Utara

13. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah petani, atau buruh tani,
nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan atau pekerjaan lain dengan
pendapatan dibawah Rp 600.000,- per bulan.
14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan nilai Rp
500.000,- seperti sepeda motor baik kredit atau non kredit, emas, ternak dan
barang modal lain.
2.1.5. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan
Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi kemiskinan dan
memeratakan pendapatan dengan melalui delapan jalur pemerataan, yaitu:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya pangan,
sandang, dan perumahan.
2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
3. Pemerataan pembagian pendapatan.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Pemerataan kesempatan berusaha.
6. Pemerataan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda
dan wanita.
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
8. Pemerataan memperoleh keadilan (Mubyarto, 1979 : 3).
2.1.6 Defenisi Konsumsi
Kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar atau basic human needs dapat
dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup
manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makan,

11
Universitas Sumatera Utara

perumahan, pakaian) maupun keperluan pelayanan sosial tertentu (air minum,
sanitasi, transportasi, kesehatan, pendidikan dan lain lain).
Menurut Thee Kian Wie (Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan
1981:26) menyebutkan bahwa kebutuhan pokok sebagai suatu paket barang dan
jasa oleh masyarakat dianggap perlu tersedia bagi setiap orang. Kebutuhan ini
merupakan tingkat minimum yang dinikmati oleh seseorang. Pendekatan model
kebutuhan dasar ini memandang bahwa dalam pembangunan yang bertujuan
memenuhi kebutuhan dasar, partisipasi dari seluruh lapisan masyarakat sangat
diperlukan. Partisipasi ini tertutama didalam pengambilan keputusan yang
menyangkut kebutuhan penduduk. Artinya kebutuhan apa yang dibutuhkan
masyarakat dan berapa jumlahnya hendaknya berdasarkan atau ditentukan oleh
masyarakat itu sendiri.
Ada yang membedakan antara kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang

paling utama untuk dapat

mempertahankan hidup seperti makan, minum, pakaian dan perumahan,
sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang diperlukan guna
melengkapi kebutuhan primer, seperti alat-alat dan perabot. (Manullang, 1971:6).
Menurut Rosydi (1996:148), konsumsi secara umum diartikan sebagai
penggunaan barang-barang dan jasa-jasa yang secara langsung akan memenuhi
kebutuhan manusia. Sukirno (2000:337) mendefinisikan konsumsi sebagai
pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga atas barang-barang dan jasa-jasa
akhir dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan
pekerjaan tersebut.

12
Universitas Sumatera Utara

Nurhadi (2000:22) mendefenisikan konsumsi adalah kegiatan manusia
menggunakan atau memakai barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan.
Kualitas dan kuantitas barang atau jasa dapat mencerminkan kesejahteraan
konsumen tersebut. Semakin tinggi kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang
dikonsumsi, maka akan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan konsumen
tersebut. Sebaliknya, semakin rendah kualitas dan kuantitas barang atau jasa yang
dikonsumsi, maka semakin rendah pula tingkat kesejahteraan konsumen tersebut.
Menurut Nurhadi (2000:23) tujuan konsumsi adalah untuk mencapai kepuasan
maksimum dari kombinasi barang atau jasa yang digunakan.
2.1.7. Pola Konsumsi
Pola konsumsi ialah kebutuhan manusia baik dalam bentuk benda maupun
jasa yang dialokasikan selain untuk kepentingan pribadi juga keluarga yang
didasarkan pada tata hubungan dan tanggung jawab yang dimiliki yang sifatnya
terrealisasi sebagai kebutuhan primer dan sekunder.(Singarimbun, 1978: 3).
Pola konsumsi secara sederhana didefenisikan sebagai bagaimana
seseorang hidup, termasuk bagaimana seseorang menggunakan uangnya,
bagaimana ia mengalokasikan waktunya.
Pola konsumsi suatu rumah tangga diukur berdasarkan banyaknya macam
barang yang dikonsumsi dan dikelompokkan tinggi dan rendah. Pola konsumsi
dikelompokkan tinggi jika suatu rumah tangga mengkonsumsi sama dengan atau
lebih dari 45 macam barang konsumsi. Demikian juga sebaliknya dikelompokkan
rendah jika kurang dari 45 macam barang per bulan. Makin banyak macam barang

13
Universitas Sumatera Utara

yang dikonsumsi makin banyak pengeluaran yang ditanggung, dengan syarat
bahwa nilai per satuan dari barang tersebut sama.
Rumah tangga menerima pendapatan dari tenaga kerja dan modal yang
mereka miliki, membayar pajak kepada pemerintah dan kemudian memutuskan
berapa banyak dari pendapatan setelah pajak digunakan untuk konsumsi dan
berapa banyak untuk ditabung (Mankiw, 2003:51).
2.1.8. Jenis-jenis Pengeluaran Konsumsi
Pada umumnya pendapatan rumah tangga dibelanjakan untuk kebutuhan:
1. Pengeluaran pangan, adalah pengeluaran-pengeluaran untuk makanan dan
minuman termasuk minuman ringan dan minuman beralkohol, serta tembakau
dan sirih.
2. Pengeluaran sandang, adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pakaian, sarung
dan termasuk keperluan-keperluan untuk kaki.
3. Pengeluaran perumahan, adalah pengeluaran-pengeluaran untuk peralatan
rumah tangga, perbaikan rumah, bahan bakar termasuk arang, kayu api,
penerangan, air, serta pajak bumi dan bangunan.
4. Pengeluaran jasa-jasa, adalah pengeluaran-pengeluaran untuk pendidikan,
kesehatan dan hukum.
5. Pengeluaran hiburan dan rekreasi, adalah pengeluaran untuk transportasi
perjalanan, alat-alat hiburan.
6. Pengeluaran rupa-rupa, adalah pengeluaran untuk alat-alat kecantikan termasuk
odol, sabun dan lain-lain.

14
Universitas Sumatera Utara

Dari enam pengeluaran di atas, kemudian dibagi lagi atas tiga jenis
pengeluaran yaitu:
1. Pengeluaran pangan
Adalah pengeluaran untuk makanan dan minuman. BPS dalam Survey
Ekonomi Sosial Nasional (SUSENAS, 2010), mengukur untuk pengeluaran
bahan makanan dengan 12 jenis bahan makanan yang dikonsumsi secara um