Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays,L)

(1)

PERBAIKAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR B KECAMATAN PANCUR BATU DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPERNASA DAN ROCKPHOSPIT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG

(Zea mays,L)

SKRIPSI

Oleh

EVAN SANJAYA SIPAYUNG 070303006

ILMU TANAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Judul Skripsi : Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays,L)

Nama : Evan Sanjaya Sipayung

NIM : 070303006

Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

Ir. Gantar Sitanggang Ir. M. M. B. Damanik, MSc

Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc, Ph.D. NIP. 19640620 198903 2001


(3)

ABSTRAK

Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays, L.) Dibimbing Oleh Ir. Gantar Sitanggang dan Ir. M. M. B, Damanik, MSc.

Ultisol merupakan tanah yang cukup luas yang memiliki banyak kendala untuk digunakan sebagai lahan pertanian,yakni kandungan bahan organik yang sangat rendah,kemasaman tanah,kejenuhan Al yang tinggi serta KTK yang rendah. Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui pemberian kompos bahan organik yakni pupuk organik padat SUPERNASA dan Rockphospit.

Penelitian perbaikan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang akibat pemberian pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam serta efeknya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dilaksanakan di lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2012. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dengan aplikasi pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam. Data ini dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu (S) SUPERNASA dan (P) adalah Fosfat Alam, masing-masing dengan 4 taraf dosis. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah Bulk Density, Total Ruang Pori, Permeabilitas, pH, C-Organik, N-Total, P-Tersedia, Rasio C/N, Tinggi Tanaman dan Produksi Biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik SUPERNASA dapat meningkatkan produksi pipilan kering tanaman jagung dan rockphospit (fosfat alam) berpengaruh nyata meningkatkan ketersediaan hara P tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan total ruang pori, permeabilitas serta pH, C-Organik, N-Total dan rasio C/N.


(4)

ABSTRACT

Repair Soil Physical and Chemical Properties Ultisol Simalingkar B District of Pancur Batu With Organic Fertilizer Provision SUPERNASA and Rockphospit And Its Effect on Production of Maize (Zea mays, L.) Guided By Gantar Sitanggang and M. M. B, Damanik.

Ultisol is a quite large of soil which have many constraints to be used as agricultural soil. Some of the constraints are: Low level of the organic content, soil acidity, high level of Al saturation and low CEC. To increase the productivity of Ultisol can be done by increase the availability of nutrient by adding solid organic fertilizer and Rockphospit SUPERNASA.

Study the physical properties and chemical repair Ultisol Simalingkar B Deli Serdang due SUPERNASA organic fertilizer and natural phosphate and its effect on the growth and yield of maize (Zea mays, L) implemented in native land Ultisol Simalingkar Pancur Batu Subdistrict B Deli Serdang regency. This study was conducted in February-August 2012. This study aims to improve the physical and chemical properties of soil ultisolSimalingkar B Deli Serdang regency and its influence on the production of maize (Zea mays, L) with the application of organic fertilizer and phosphate SUPERNASA. These data were analyzed by using a randomized block design (RBD) Factorial consisting of 2 factors, namely (S) SUPERNASA and (P) is a Natural Phosphate, each with 4 dose levels. Parameters observed in this study is Bulk Density, Total Pore Space, permeability, pH, C-organic, N-total, P-Available, C / N ratio, Plant Height and Seed Production.

The results showed that the organic fertilizer SUPERNASA can increase the production of dry shelled corn and rock phosphate significantly increase the availability of P, but does not significantly affect the increase in total pore space, permeability, and pH, C-organic, N-total and ratio C / N.

Keywords: Ultisol, SUPERNASA Solid Organic Fertilizer, Natural Phosphate, Corn


(5)

RIWAYAT HIDUP

Evan Sanjaya Sipayung lahir di Parongil pada tanggal 5 Januari 1990. Anak kelima dari lima bersaudara dari Ayahanda E. M Sipayung dan Ibunda S. Br. Sihombing.

Riwayat Pendidikan:

- Tahun 1995 Sekolah Dasar Negeri 1 Parongil dan lulus tahun 2001.

- Tahun 2001 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta Masy. Sempung Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi dan Lulus tahun 2004. - Tahun 2004 Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Silima Pungga-Pungga Kecamatan Silima Pungga-Pungga-Pungga-Pungga Kabupaten Dairi dan lulus tahun 2007.

- Tahun 2007 memasuki Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur PMDK memilih jurusan Ilmu Tanah dan minat studi Konservasi Tanah dan Air.

Aktivitas Selama Pendidikan:

- Mengikuti Organisasi IMILTA Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2007-2013.

- Aktif dalam keanggotaan dan kepengurusan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan sejak tahun 2008-2013.

- Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTP Nusantara II Unit Kebun Bandar Klippa, Batang Kuis


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays, L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Gantar Sitanggang selaku Ketua Komisi Pembimbing dan kepada Bapak Ir. M. M. B. Damanik selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan banyak memberikan banyak masukan selama penulisan skripsi ini.

Terkhusus buat orang tuaku, Ayahanda E. M Sipayung dan Ibunda S. Br Sihombing, terima kasih buat semua pengorbanan kepada penulis baik moril maupun materil, juga kepada abang dan kakakku, Martua Sipayung dan istri, Eddy Sipayung dan istri, Kak Emilya Sipayung dan Lae, Kak Erna Sipayung dan Lae, keponakan-keponakanku, semua keluarga yang selalu mendukung dan mendoakan penulis agar selalu bersemangat, Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih banyak buat semua teman-teman Ilmu Tanah 2007, adik-adik 2008, 2009 dan 2010 yang juga sangat banyak membantu penulis mulai penelitian sampai skripsi ini selesai, terkhusus buat teman seperjuangan; Grup Tading-tadingan semoga kesuksesan yang selalu menaungi kita kemana pun kita melangkah. Amin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.


(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol ... 6

Bulk Density ... 6

Total Ruang Pori ... 7

Permeabilitas Tanah ... 8

Kemantapan Agregat ... 9

pH Tanah ... 10

C-Organik ... 11

Nitrogen ... 12

Unsur Hara P ... 13

Rasio C/N ... 14

Pupuk Organik SUPERNASA ... 16

Fosfat Alam ... 18

Tanaman Jagung (Zea mays, L.) ... 19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

Bahan dan Alat ... 21

Metode Penelitian ... 21

Pelaksanaan Penelitian ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan ... 26

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55

Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Analisis Bulk Density 2. Hasil Analisis TRP

3. Hasil Analisis Permeabilitas 4. Hasil Analisis pH

5. Hasil Analisis C-Organik 6. Hasil Analisis N-Total 7. Hasil Analisis P-Tersedia 8. Rasio C/N

9. Tinggi Tanaman


(9)

ABSTRAK

Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays, L.) Dibimbing Oleh Ir. Gantar Sitanggang dan Ir. M. M. B, Damanik, MSc.

Ultisol merupakan tanah yang cukup luas yang memiliki banyak kendala untuk digunakan sebagai lahan pertanian,yakni kandungan bahan organik yang sangat rendah,kemasaman tanah,kejenuhan Al yang tinggi serta KTK yang rendah. Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui pemberian kompos bahan organik yakni pupuk organik padat SUPERNASA dan Rockphospit.

Penelitian perbaikan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang akibat pemberian pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam serta efeknya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dilaksanakan di lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2012. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dengan aplikasi pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam. Data ini dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu (S) SUPERNASA dan (P) adalah Fosfat Alam, masing-masing dengan 4 taraf dosis. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah Bulk Density, Total Ruang Pori, Permeabilitas, pH, C-Organik, N-Total, P-Tersedia, Rasio C/N, Tinggi Tanaman dan Produksi Biji.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik SUPERNASA dapat meningkatkan produksi pipilan kering tanaman jagung dan rockphospit (fosfat alam) berpengaruh nyata meningkatkan ketersediaan hara P tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan total ruang pori, permeabilitas serta pH, C-Organik, N-Total dan rasio C/N.


(10)

ABSTRACT

Repair Soil Physical and Chemical Properties Ultisol Simalingkar B District of Pancur Batu With Organic Fertilizer Provision SUPERNASA and Rockphospit And Its Effect on Production of Maize (Zea mays, L.) Guided By Gantar Sitanggang and M. M. B, Damanik.

Ultisol is a quite large of soil which have many constraints to be used as agricultural soil. Some of the constraints are: Low level of the organic content, soil acidity, high level of Al saturation and low CEC. To increase the productivity of Ultisol can be done by increase the availability of nutrient by adding solid organic fertilizer and Rockphospit SUPERNASA.

Study the physical properties and chemical repair Ultisol Simalingkar B Deli Serdang due SUPERNASA organic fertilizer and natural phosphate and its effect on the growth and yield of maize (Zea mays, L) implemented in native land Ultisol Simalingkar Pancur Batu Subdistrict B Deli Serdang regency. This study was conducted in February-August 2012. This study aims to improve the physical and chemical properties of soil ultisolSimalingkar B Deli Serdang regency and its influence on the production of maize (Zea mays, L) with the application of organic fertilizer and phosphate SUPERNASA. These data were analyzed by using a randomized block design (RBD) Factorial consisting of 2 factors, namely (S) SUPERNASA and (P) is a Natural Phosphate, each with 4 dose levels. Parameters observed in this study is Bulk Density, Total Pore Space, permeability, pH, C-organic, N-total, P-Available, C / N ratio, Plant Height and Seed Production.

The results showed that the organic fertilizer SUPERNASA can increase the production of dry shelled corn and rock phosphate significantly increase the availability of P, but does not significantly affect the increase in total pore space, permeability, and pH, C-organic, N-total and ratio C / N.

Keywords: Ultisol, SUPERNASA Solid Organic Fertilizer, Natural Phosphate, Corn


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di

Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

bahan organik yang sangat rendah sehingga memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5 g/cm3 (Hardjowigeno, 1993). Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat pertumbuhan tanaman (Anonimous, 2011a).

Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, dimana mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5)tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada (Munir, 1996). Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisol maka perlu dilakukan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.


(12)

Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi,

serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah (Subowo et al. 1990).

Menurut Hakim, dkk (1986), tanah ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dapat menambah unsur hara dan menghambat penguapan lengas tanah serta mampu menekan kemasaman tanah.

Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik padat SUPERNASA. Kandungan unsur hara dari pupuk organik padat SUPERNASA adalah: N 8,60%; P205 8,60%; K20 8,60%; C Organic 30,27%; Ca 1.46%; S 1,43%; CI 1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%, rasio C/N 12.36%; pH 7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%; Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23% (Anonimus, 2010c).

Dikarenakan tanah Ultisol memiliki hara yang sangat rendah dan pH yang rendah maka digunakanlah Rock phosfat yang memiliki kandungan P2O5 28% dan


(13)

kandungan P2O5 yang tinggi juga bermanfaat untuk meningkatkan proses

granulasi sehingga tanahnya lebih mudah diolah dan tidak lengket, kelarutan dan ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat, meningkatkan pH tanah sehingga memperbaiki lingkungan perakaran tanaman, dan yang terpenting memiliki efek pengapuran (Moersidi, 1999). Kelarutan fosfat alam pada tanah netral sangat rendah atau lambat melarut (slow release), tetapi akan meningkat bila diaplikasikan pada tanah masam seperti Ultisol (Chien et al., 1995).

Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah Ultisol, karena di samping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah Ultisol dapat disebabkan oleh kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diikat oleh unsur lain seperti Al dan Fe. Ultisol pada umumnya memberikan respons yang baik terhadap pemupukan fosfat (Anonimous, 2010).

Penelitian Hartatik dan Adiningsih (1989) menunjukkan bahwa posfat alam memiliki efek residu yang lebih baik dibanding TSP pada tanah kering masam untuk tanaman kedelai dan jagung.

Dalam penelitian ini tanaman indikator yang digunakan adalah jagung. Dipilih tanaman jagung karena jagung adalah komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan kebutuhan nasional untuk jagung tinggi sehingga Indonesia masih harus mengimpor jagung.

Oleh karena itu untuk tanah Ultisol asal Simalingkar B ini maka digunakanlah pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam yang


(14)

diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman indikator yaitu jagung (Zea mays L).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perubahan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol melalui aplikasi pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L).

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh penggunaan pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam terhadap perubahan sifat fisika dan kimia tanah Ultisol serta efeknya pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).

Hipotesis Penelitian

1. Pemberian pupuk organik padat SUPERNASA dan Fosfat Alam dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Ultisol serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).

2. Ultisol memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah yang mengakibatkan tanah tidak subur.


(15)

Kegunaan Penelitian

1. Untuk mendapatkan dosis dari kombinasi pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Ultisol serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).

2. Agar dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi bagi para petani khususnya petani jagung.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(16)

TINJAUAN PUSTAKA

Sifat dan Ciri Tanah Ultisol

Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang lanjut dan berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi (Hardjowigeno, 1987).

Menurut Hardjowigeno( 1993) ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman kurang dari 1.8 m dari permukaan tanah adalah < 35%. Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat hingga sedang. Sedangkan menurut Prasetyo et al. (2005) yaitu bahwa reaksi tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 3.1−5.0).

Pelapukan yang lanjut pada tanah Ultisol dapat membentuk liat oksida hidrous Fe dan Al dalam jumlah yang tinggi dan dapat bereaksi dengan P membentuk sederetan hidroksid yang sukar larut sehingga kurang tersedia bagi tanaman (Tan, 1992).

Bulk Density

Bulk density merupakan kerapatan tanah yang dikeringkan persatuan volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding terbalik dengan tingkat kekasaran partikel–partikel tanah, makin kasar partikel tanah maka akan semakin berat. Tanah lapisan atas yang bertekstur liat dan berstruktur granuler mempunyai


(17)

kerapatan antara 1.0–1.3 g/cm3, sedangkan yang bertekstur kasar antara 1.3-1.8 g/cm3 (Hanafiah, 2005).

Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit disimpan dan ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki unsur hara yang rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah (Hakim, dkk, 1986).

Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

Total Ruang Pori

Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah (terisi oleh udara dan air). Tanah–tanah pasir memiliki pori-pori kasar lebih banyak daripada tanah liat. Tanah dengan pori kasar sulit menahan air sehinggga tanaman mudah kekeringan, tanah-tanah berliat mempunyai pori total lebih tinggi daripada tanah berpasir (Hardjowigeno, 1993).

Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis partikel-partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut:

TRP = 1- BD/PD x 100% dimana:

TRP = Total Ruang Pori BD = Bulk Density (gr/cm3)


(18)

PD = Partikel Density (Sutanto, 2005).

Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa. Porositas tanah dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah. Porositas akan tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur granuler atau remah memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan pada tanah-tanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Anonimous,2011d).

Permeabilitas Tanah

Permeabilitas yaitu kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan laju aliran air melalui tanah dalam suatu massa waktu dan dinyatakan sebagai cm per jam. Ini mengakibatkan pergerakan udara yang berhubungan dengan volume tanah yang kosong, bukan ukuran pori dan kesinambungan ruang pori (Foth, 1994).

Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori yang dapat mengalir/ merembes dalam tanah. Tinggi rendahnya permeabilitas ditentukan oleh ukuran pori. Cepat atau lambatnya tanah meneruskan air atau udara dalam tanah dapat dilihat pada kelas permeabilitas


(19)

Tabel 1 : Kelas permeabilitas

Kelas Permeabilitas Permeabilitas (cm/jam)

Sangat Lambat <0,1

Lambat 0,1 – 0,5

Agak Lambat 0,5 – 2,0

Sedang 2,0 – 6,5

Agak Sedang 6,5 – 12,5

Cepat 12,5 – 25

Sangat Cepat >25

Sumber : Sutanto, 2005.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain porositas, tekstur, distribusi ruang pori, dan stabilitas agregat tanah (Hillel, 1986). Sedangkan menurut Sarief (1989) bahwa permeabilitas meningkat apabila adanya bahan organik, agregasi butir tanah menjadi remah, dan porositas tanah tinggi.

Kemantapan Agregat

Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu bahan-bahan penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi. Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam agregat pada saat basah (Anonimus, 2011g).


(20)

Pengukuran kemantapan agregat dapat dilakukan dengan metode pengayakan basah dan pengayakan kering atau dengan metode pembenaman dalam air dan alkohol. Adapun tabel kemantapan agregat adalah:

Table 2. Harkat kemantapan agregat

Kemantapan agregat Harkat

Sangat mantap sekali > 200 Sangat mantap 80 – 200

Mantap 61 – 80

Agak mantap 50 – 60 Kurang mantap 40 – 50 Tidak mantap < 4 (Anonimus, 2010d).

Kemantapan agregat tanah yang tinggi dapat meningkatkan porositas tanah. Tanah yang mempunyai porositas yang tinggi memiliki kapasitas infiltrasi yang tinggi pula. Karena banyaknya pori menyebabkan air yang berada diatas permukaan tanah menjadi lebih cepat merembas ke bawah permukaan tanah. Dan tingginya kapasitas infiltrasi inilah yang nantinya akan menurunkan volume limpasan permukaan, yang merupakan penyebab utama erosi tanah.

pH Tanah

Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah dapat dinayatakan dengan pH tanah. Sifat reaksi dalam tanah asam-netral-basa secara mudah ditetapkan dengan indikator nilai pH tanah. Nilai pH tanah dapat


(21)

digunakan sebagai indikator kesuburan tanah karena dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut (Hanafiah, 2005).

Menurut Tan (1992) menyatakan bahwa sejumlah senyawa menyumbang pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam-asam organik dan anorganik yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah merupakan hal yang dapat mempengaruhi kemasaman tanah.

Pada tanah masam, pH tanah dapat ditingkatkan melalui penambahan pupuk organik. Pupuk organik dapat juga memantapkan agregat tanah yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi baik, meningkatkan kapasitas sanggah tanah, menyediakan unsur hara, mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah serta meningkatkan aktifitas mikroba tanah.

C-Organik

Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering) sangat rendah (rata-rata < 2 %). Hal ini disebabkan lahan–lahan yang dikelola secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah (tanpa usaha pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia ditingkatkan karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka perlu dilakuka perbaikan kesuburan tanah dengan menambah C organik melalui penggunaan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan pupuk organik maka diperoleh manfaat jangka panjang untuk menjaga kelestarian kesuburan tanah dan meningkatkan produksi pertania


(22)

Karbon merupakan bahan organik yang utama yang diserap tanaman dan berasal dari CO2 udara, kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan

membebaskan sejumlah karbon. Sejumlah CO2 bereaksi dalam bentuk asam

Carbonat Ca, Mg, K atau Bikarbonat. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik juga meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat di dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Tersedianya bahan organik dalam tanah mempengaruhi populasi dan jenis mikroflora (bakteri, jamur dan aktinomycetes) di dalam tanah (Hakim dkk, 1986).

Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah tinggi. Bahan organik juga dapat menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah (Sutanto, 2005).

Nitrogen

Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang selain sangat mutlak di butuhkan namun dengan mudah dapat hilang atau menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Ketidaktersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-, denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi

NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh mineral liat atau dikonsumsi oleh


(23)

karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi dan nitrifikasi (Anonimus, 2010a).

Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau

NH4+ dari tanah. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada

pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut. Tanaman dilahan kering umumnya menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+.

Ketersediaan Nitrogen dalam tanah akan meningkatkan produksi tanaman, kadar protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa dan pati. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan

disimpan dalam jaringan tanaman apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen.

Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif. Pembentukan senyawa organik tergantung pada keseimbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk

pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Menurut Nyakpa, dkk, (1988) bahwa lapisan olah tanah pertanian hanya mengandung 0.02-0.4 % N. Banyaknya kandungan N tersebut tergantung dari keadaan lingkungan seperti iklim dan macam vegetasi. Kesemuanya ini dipengaruhi oleh keadaan setempat yaitu topografi, bahan induk, kegiatan manusia, dan waktu.

Unsur Hara P

Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah yang besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk anion


(24)

(H2PO4) dan (HPO4-2). Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk anorganik

cepat berubah menjadi senyawa fosfat organik. Fosfor ini mudah bergerak antar jaringan tanaman dan kadar optimal Fosfor dalam tumbuhan vegetatif dalam 0,3% - 0,5% dari berat kering tanaman. Fosfor sangat penting dalam pembentukan bunga, buah maupun biji, pembagian sel, pembentukan lemak serta albumin, kematangan tanaman, perkembangan akar, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah, meningkatkan kualitas tanaman serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).

Adapun sumber P tanah yaitu berasal dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung P yang terdapat pada kerak bumi. Mineral utama yang mempunyai kadar P tinggi adalah mineral apatit yang mempunyai kadar P2O5

berkisar antara 15-30 % dan tidak larut dalam air (Nyakpa, dkk, 1988).

Penggunaan fosfat alam sebagai sumber P akan jauh mengurangi biaya pembelian pupuk dibandingkan menggunakan SP-36, dengan hasil yang sama. Hasil penelitian Anggriani (2009) menunjukkan bahwa penggunaan fosfat alam mampu mencukupi 80% P untuk kebutuhan tanaman melon bila diberikan pada takaran yang sama dibandingkan SP-36.

Rasio C/N

Nisbah C/N merupakan indikator yang menunjukkan tingkat dekomposisi dari bahan organik tanah. Apabila makin tinggi dekomposisinya maka makin kecil nisbah C/N-nya. Jika nisbah dari bahan organik segar yang dibenamkan kedalam tanah lebih besar dari 20, mikroorganisme yang terlibat didalam proses


(25)

bahan organik itu sendiri (Indrianada, 1986). Apabila nisbah C/N lebih kecil dari 20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila lebih besar dari 30 maka terjadi immobilisasi N, jika diantara 20–30 berarti mineralisasi seimbang dengan immobilisasi (Hanafiah, 2005).

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961).

Menurut Stevenson (1991), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat. (Anonimous, 2011b).


(26)

Pupuk Organik Padat SUPERNASA

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961). Stevenson (1991) menyatakan bahwa bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organisme terlarut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memainkan peranan penting dalam kesuburan tanah dan merupakan sumber hara terutama nitrogen untuk tanaman jagung. Bahan organik tanah juga membantu memberikan kapasitas penyangga dari tanah yaitu mencegah kekurangan hara atau mencegah pertumbuhan yang berlebihan akibat pemupukan berat pada tanaman.

Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber hara tanaman. Disamping itu bahan organik adalah sumber energi dari sebagian


(27)

serta hasil dari dokomposisi itu sendiri (Hakim, dkk., 1986).

Pupuk organik mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Rekomendasi penggunaan pupuk organic untuk setiap hektar lahan yang akan ditanami adalah antara 20-30 ton per hektar (Sutanto, 2002).

Pupuk dan bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting, antara lain dapat meningkatkan hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan mikro seperti Zn, Cu, Mo, B, Mn dan Fe. Penggunaan bahan organik juga dapat mencegah kahat unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif dengan pemupukan yang kurang seimbang serta meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah (Simanungkalit et al., 2006).

Pupuk organik padat Supernasa adalah pupuk organik dengan formula khusus yang dibuat murni dari bahan-bahan organik dengan fungsi utama memperbaiki lahan-lahan yang rusak serta meningkatkan kesuburan alami lahan sehingga menjadi lebih produktif berkelanjutan. Manfaat dari penggunaan pupuk organik SUPERNASA adalah: 1. Meningkatkan kesuburan fisik yaitu tananh berangsur-angsur menjadi gembur 2. Meningkatkan kesuburan kimia yaitu meningkatnya pertukaran kation dalam tanah sehingga unsur hara dapat diserap efektif dan efisien 3. Meningkatkan kesuburan biologi yaitu meningkatnya aktivitas mikroorganisme dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman 4. Mengurangi jumlah penggunaan pupuk NPK kimia antara 25%-50% Kebutuhan Pupuk Organik SuperNASA tiap hektarnya hanya 15-20 kg. (Bandingkan dengan kebutuhan ideal pupuk kandang untuk tiap hektarnya, yaitu 20 ton) (Anonimous, 2011f).


(28)

Adapun kandungan Pupuk Organik Padat SUPERNASA adalah N 8,60%; P205 8,60%; K20 8,60%;C Organic 30,27%; Ca 1.46%; S 1,43%; CI

1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%, C/N ratio 12.36%; pH 7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%;Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23%.

Fosfat Alam

Dalam kaitannya dengan pemanfaatan fosfat alam, tanah Ultisol memiliki nilai tambah karena dengan tingkat kemasaman yang tinggi maka kelarutan fosfat alam akan lebih cepat. Karena sebagian kandungan fosfat alam adalah CaCO3,

maka pemanfaatan fosfat alam akan mampu mengurangi tingkat kemasaman tanah sehingga membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman (Anonimus, 2011d).

Pupuk fosfat yang biasa digunakan berasal dari Rock Phosphat dengan kandungan utama mineral apatite (Ca10(PO4)6F2). Rock phosphat merupakan

salah satu bentuk pupuk P anorganik. Rock Phosphat merupakan salah satu sumber daya lokal yang dinilai potensial dapat meningkatkan produktivitas tanah Ultisol (Moersidi, 1999).

Fosfat alam merupakan salah satu pupuk fosfat alami karena berasal dari bahan tambang, sehingga kandungan P sangat bervariasi. Efektivitas fosfat alam


(29)

kehalusan butir. Fosfat alam yang bagus mengandung fosfat (P2O5)>25%

(Hasibuan, 2008).

Hasil penelitian Anggriani (2009) menunjukkan bahwa penggunaan fosfat alam mampu mencukupi 80% kebutuhan P tanaman bila diberikan pada takaran yang sama dibandingkan SP-36. Hasil yang lebih baik akan dicapai bila fosfat alam dikombinasikan dengan kompos jerami atau rumpun purun.

Adapun keuntungan yang bisa diperoleh dari pemanfaatan fosfat alam pada lahan masam adalah: (1) harga per satuan hara pupuk lebih murah; (2) kelarutan dan ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat; (3) meningkatkan pH tanah sehingga memperbaiki lingkungan perakaran tanaman; (4) pelepasan hara P secara bertahap sehingga mengurangi jerapan oleh Al dan Fe; (5) fosfat alam mengandung hara sekunder seperti Ca dan Mg yang dibutuhkan tanaman; dan (6) fosfat alam meningkatkan proses granulasi sehingga tanahnya lebih mudah di olah dan tidak lengket (Moersidi, 1999).

Balai Penelitian Tanah Bogor merekomendasikan penggunaan rockphosfat lebih menguntungkan sebagai sumber P. Dosis fosfat alam yang direkomendasikan adalah 150-200 kg/ha.

Tanaman Jagung (Zea mays L.)

Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras dan kebutuhan industri. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan baku makanan ternak. Jagung merupakan bahan dasar/bahan olahan untuk minyak


(30)

goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan ternak. Saat ini produksi jagung nasional sebanyak 15,86 juta ton sementara kebutuhan dalam negeri hanya 13 juta ton yang mana untuk produksi naik dari 2007 yang hanya 13, 29 juta ton. Dengan hasil panen rata-rata adalah 5-9 ton/ha (Anonimous, 2011).

Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung tropis basah. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 50o LU - 40o LS. Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan sekitar >100 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung membutuhkan sinar matahari. Intensitas sinar matahari sangat penting bagi tanaman, terutama dalam masa pertumbuhan (Hartono dan Purwono , 2005).

Secara umum, tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi 1300 m dpl, kisaran suhu antara 240C-380C dan mendapat sinar matahari penuh dengan keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal tanaman jagung yang paling baik adalah 6,8 (Guslim,2007 ).

Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8. Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Adapun kebutuhan pupuk untuk tanaman jagung adalah urea 300 kg/ha, SP36 150 kg/ha, KCl 75 kg/ha. Sedangkan jarak tanam jagung bervariasi yaitu 30 x 30 cm, 30 x 35 cm, 30 x 40 cm dan 40 x 40 cm (Anonimous, 2011b).


(31)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian ± 50 mdpl. Parameter yang diamati adalah bulk density, porositas tanah, permeabilitas tanah, pH tanah, C-organik, N-total, P-tersedia dan rasio C/N. Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari 2012 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan antara lain pupuk organik padat SUPERNASA sebagai perlakuan, fosfat alam, benih tanaman jagung pioneer sebagai tanaman indikator, pupuk Urea, KCl (sebagai pupuk dasar), air, bahan kimia untuk analisis sifat kimia tanah dilaboratorium, serta lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang sebagai media tumbuh tanaman jagung.

Alat yang digunakan meliputi cangkul, meteran untuk mengukur lahan, gembor untuk menyiram tanaman, timbangan analitik, ring sample, plastik putih, erlenmeyer, oven, pH meter, karet, penggaris dan alat-alat tulis yang diperlukan.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial (RAK faktorial) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu (S) pupuk organik padat Supernasa dengan 4 taraf dosis dan (P) adalah Fosfat Alam dengan 4 taraf dosis. Dari kedua faktor tersebut diperoleh 16 kombinasi dengan 2 ulangan


(32)

sehingga diperoleh 32 unit percobaan. Adapun kombinasi kedua faktor tersebut adalah.

Faktor I : Pupuk organik Padat Supernasa - S0 : 0 kg/ha

- S1 : 10 kg/ha (4,5 gr/4,5 m2) - S2 : 20 kg/ha (9 gr/4,5 m2) - S3 : 30 kg/ha (13,5 gr/4,5 m2) Faktor Perlakuan Fosfat Alam - P0 : 0 kg/ha

- P1 : 100 kg/ha (45 g/4,5 m2) - P2 : 200 kg/ha (90 g/4,5 m2) - P3 : 300 kg/ha (135 g/4,5 m2) Kombinasi perlakuannya adalah:

S0P0 S1P0 S2P0 S3P0

S0P1 S1P1 S2P1 S3P1

S0P2 S1P2 S2P2 S3P2

S0P3 S1P3 S2P3 S3P3

Model Linear Percobaan Rancangan Acak Kelompok Yij = µ + βi + Kj + Pk + (KP)jk + ∑ijk

Dimana:

Yij : Nilai hasil pengamatan pada ulangan ke-i, pemberian pupuk organik Supernasa pada taraf ke-j, dan pemberian fosfat alam pada taraf ke-f.


(33)

Kj : Pengaruh pemberian pupuk organik Supernasa pada taraf ke-j Pk : Pengaruh pemberian fosfat alam pada taraf ke-k

(KP)jk: pengaruh interaksi antara pemberian pupuk organik Supernasa dan fosfat alam

∑ij : Galat perlakuan

Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji dengan uji DMRT.

Prosedur Pelaksanaan

Persiapan lahan

Persiapan lahan penanaman jagung yaitu lahan dibersihkan dari rumput-rumput. Setelah itu lahan dibagi menjadi 2 blok, setiap blok berisi 16 unit plot percobaan sehingga diperoleh 32 unit plot percobaan kemudian dibentuk bedengan dengan ukuran 1,5 m x 3 m, jarak antar plot yaitu 30 cm sedangkan jarak antar blok yaitu 40 cm .

Analisis Awal

Analisis awal pada tanah Ultisol yaitu % KL dan % KA tanah tersebut untuk mendapatkan kebutuhan air. Setelah itu analisis Bulk Density, permeabilitas, partikel density, TRP, pH, C-Org, N, dan P tersedia dilaboratorium Fisika dan Kimia Tanah seperti pada lampiran.


(34)

Aplikasi Pupuk Organik Supernasa dan Fosfat Alam

Pupuk Organik SUPERNASA dan Fosfat Alam diaplikasikan sesuai dengan dosis menurut perlakuan kemudian dicampur secara merata dengan tanah, lalu diinkubasi selama 2 minggu.

Aplikasi pupuk dasar , Penanaman, dan Pemeliharaan

Setelah tanah diinkubasi selama 2 minggu kemudian dilakukan pemupukan dasar menggunakan Urea dengan dosis 300 kg/ha (60 gr/2 m2), KCl dengan dosis 75 kg/ha (15 gr/2 m2), dengan cara menaburnya.

Setelah itu dilakukan penanaman benih jagung sebanyak 3 buah per lubang dengan jarak tanam 30 x 40 cm. Setelah 1 minggu setelah tanam dilakukan penjarangan yaitu dengan cara meninggalkan 1 tanaman yang baik.

Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemberian air sesuai dengan kebutuhan tanaman serta dilakukan penyiangan gulma agar tidak terjadi persaingan hara.

Pemanenan

Jagung dapat dipanen pada umur ± 90 hari. Pemanenan dilakukan setelah biji pada tongkol telah masak kemudian ditimbang bobot kering biji pipilan.

Analisis tanah akhir

Diambil tanah dekat perakaran dari setiap plot secukupnya untuk dilakukan analisis dan dibawa ke Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian USU.


(35)

Parameter yang diukur

Parameter Sifat Fisik Tanah

• Bulk Density dengan ring sample dengan rumus: Berat Tanah Kering Udara (gr)

BD = Volume Tanah (cm3)

• Porositas dengan menggunakan ring sample

• Permeabilitas dengan menggunakan ring sample.

Parameter Sifat Kimia Tanah

• pH dengan menggunakan metode Elektrometri

• C-organik dengan menggunakan metode Walkey and Black.

• N-Total tanah dengan menggunakan metode Kjedhal

• P-Tersedia dengan menggunakan metode Bray II

• Rasio C/N

Parameter Tanaman • Tingggi tanaman


(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil 1. Analisis Sifat Fisika Tanah

Bulk Density Tanah

Dari hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1 menunjukkan bahwa pemberian Fosfat Alam tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk Density dan pupuk padat organik SUPERNASA tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk Density serta interaksinya tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk Density tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan Bulk Density dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan BD (g/cm3) Ultisol pada Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha

300 kg/Ha

---g/cm3---

SUPER NASA

0 kg/Ha 1,19 1,21 1,24 1,24 1,22

10 kg/Ha 1,15 1,22 1,24 1,21 1,21

20 kg/Ha 1,16 1,29 1,22 1,24 1,23

30 kg/Ha 1,13 1,24 1,23 1,27 1,22

Rataan 1,16a 1,24b 1,23b 1,24b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA berpengaruh tidak nyata menurunkan Bulk Density tanah Ultisol dengan pemberian 10 kg/Ha dibanding tanpa pemberian pupuk padat SUPERNASA dengan Bulk Density tanah terendah terdapat pada perlakuan 10 kg/Ha yaitu 1,21 g/cm3, yang kemudian diikuti perlakuan 0 kg/Ha (sebagai kontrol) dan 30 kg/Ha yaitu nilainya sama 1,22 g/cm3 dan yang paling tinggi pada perlakuan 20 kg/Ha


(37)

Pemberian Fosfat Alam memberikan Bulk Density terendah pada perlakuan 0 ton/Ha (sebagai kontrol) yaitu 1,16 g/cm3 , yang kemudian diikuti 200 kg/Ha yaitu 1,23 g/cm3 dan kemudian perlakuan 100 kg/Ha dan 300 kg/Ha sebesar 1,24 g/cm3 . Hubungan antara fosfat alam dan BD dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rataan BD (g/cm) Ultisol pada Pemberian Pupuk Fosfat Alam.

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian fosfat alam meningkatkan nilai BD tanah dimana dengan semakin besar taraf pemberian pupuk mengakibatkan semakin tinggi nilai BD tanah tersebut.

Pemberian fosfat alam dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata menurunkan bulk density tanah ultisol dikarenakan fosfat alam berpengaruh dalam kesuburan kimia terutama dalam penyediaan unsure hara, yaitu unsure hara P, sedangkan interaksi antara fosfat alam dan pupuk organic SUPERNASA berpengaruh tidak nyata dikarenakan pupuk organic SUPERNASA dan fosfat alam memiliki peranan yang tiadk dsaling mendukung dalam penurunan bulk density tana ultisol.

Bulk density merupakan kerapatan tanah yang dikeringkan persatuan volume. Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit disimpan dan

y = 15x - 15 R² = 1

0 10 20 30 40 50

1,16 1,24 1,23 1,24

(g

/cm)

BD

Fosfat Alam


(38)

ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki unsur hara yang rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa BD tertinggi terdapat pada 100 kg/ha dan terendah pada taraf 0 kg/ha. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoensoekarjo (2007) yang menyatakan bahwa manfaat bahan organik secara umum adalah untuk meningkatkan aktivitas mikroba didalam tanah dan untuk menambah populasi mikroba dalam tanah, karena setiap bahan organik yang standar biasanya juga mengandung berbagai jenis mikroba. Aktifitas mikroorganisme ini akan dapat menurunkan kepadatan tanah atau bulk density tanah.

Yang dapat menurunkan Bulk Density yaitu hanya pada pelakuan 100 kg/ha, sedangkan perlakuan 200 kg/ha dan 300 kg/ha Bulk Density nya bertambah dibandingkan dengan control. Artinya dengan penambahan fosfat alam tidak dapat menggemburkan tanah, jadi dosis fosfat alam masih kurang.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic SUPERNASA tidak berpengaruh nyata menurunkan bulk density. Hal ini diakibatkan komposisi sifat kimia pada pupuk organic SUPERNASA relatif tinggi, yaitu: N 8,60%; P2O5 8,60%; K2O 8,60%; C Organic 30,27%; Ca 1.46%; S 1,43%; CI 1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%, rasio C/N 12.36%; pH 7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%; Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23%. Sehingga pupuk organic padat SUPERNASA banyak memberikan manfaat pada pertumbuhan dan


(39)

perlakuan 30 kg/Ha yaitu 4,34 kg, atau setara dengan

Total Ruang Pori

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA, fosfat alam dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata meningkatkan total ruang pori tanah. Untuk mengetahui perbedaan Total Ruang Pori dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rataan TRP (%) Ultisol pada Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan

Fosfat Alam. Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha

300 kg/Ha

---%---

SUPER NASA

0 kg/Ha 46,88 48,02 49,43 49,84 48,54

10 kg/Ha 48,77 45,61 50,33 49,82 48,63

20 kg/Ha 47,40 49,12 49,80 49,66 49,00

30 kg/Ha 50,00 49,44 47,21 48,98 48,91

Rataan 48,26 48,05 49,19 49,58

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan total ruang pori tanah Ultisol dengan 20 kg/ha dibandingkan tanpa pupuk padat SUPERNASA. Total ruang pori tanah tertinggi terdapat pada perlakuan 20 kg/Ha yaitu 49,00%, yang kemudian diikuti 30 kg/Ha yaitu 48,91%, 10 kg/Ha yaitu 48,63% dan tanpa pupuk padat SUPERNASA yaitu 48,54% (sebagai kontrol).

Perlakuan Fosfat Alam berpengaruh tidak nyata meningkatkan total ruang pori tanah Ultisol dengan 300 kg/Ha dibandingkan tanpa fosfat alam, dengan TRP tertinggi terdapat pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 49,58%, yang kemudian diikuti 200 kg/Ha yaitu 49,19%, 100 kg/Ha yaitu 48,05 % dan tanpa Fosfat Alam yaitu 48,26% (sebagai kontrol).


(40)

SUPERNASA terhadap total ruang pori tanah ultisol tidak berpengaruh nyata, hal ini dimungkinkan karena dosisnya kurang tidak cukup untuk meningkatkan total ruang pori tanah. Dan diduga bahwa pupuk organic padat SUPERNASA itu lebih banyak berperan menyumbangkan unsur hara yang dibutuhkan oleh pertumbuhan dan produksi tanaman.

Pemberian fosfat alam dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata meningkatkan total ruang pori tanah ultisol dikarenakan fosfat alam memiliki peranan dalam sifat kimia tanah terutama dalam penyediaan unsur hara yaitu hara P, sedangkan interaksi antara pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam berpengaruh tidak nyata dikarenakan organik padat SUPERNASA dan fosfat alam memiliki peranan yang tidak saling mendukung dalam meningkatkan total ruang pori tanah ultisol.

Permeabilitas Tanah

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA, fosfat alam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap permeabilitas tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan Permeabilitas dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rataan Permeabilitas (cm/jam) Ultisol pada Pemberian Pupuk Padat

SUPERNASA dan Fosfat Alam. Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha

300 kg/Ha

---cm/jam---

SUPER NASA

0 kg/Ha 2,25 2,79 2,75 2,58 2,59

10 kg/Ha 2,75 3,00 3,08 3,08 2,98

20 kg/Ha 2,69 2,59 2,67 2,84 2,70


(41)

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA memberikan permeabilitas tertinggi pada perlakuan 10 kg/Ha yaitu 2,98 cm/jam, yang kemudian diikuti oleh 30 kg/Ha yaitu 2,86 cm/jam, 20 kg/Ha yaitu 2,70 cm/jam dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 2,59 cm/jam.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam memberikan permeabilitas tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 2,95 cm/jam, kemudian diikuti 200 kg/Ha yaitu 2,83 cm/jam, 100 kg/ha yaitu 2,72 cm/jam dan tanpa Fosfat Alam (kontrol) yaitu 2,63 cm/jam.

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 3 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA, fosfat alam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan laju permeabilitas tanah Ultisol. Dikarenakan dosis pupuk organik padat SUPERNASA sangat rendah.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam, serta interaksinya tidak berpengaruh nyata meningkatkan permeabilitas tanah ultisol, diduga ada perekat pada bahan pupuk organik SUPERNASA yang berpengaruh pada struktur, dan seperti kita ketahui pada komposisi SUPERNASA menunjukkan fungsinya seolah-olah seperti pupuk buatan. Bahan organik dan mikoorganisme didalam tanah tidak cukup untuk melaksanakan sejumlah proses agregasi didalam pembentukan penambahan pori-pori tanah sehingga permeabilitas tanah tidak bertambah.

Sedangkan fosfat alam hal ini kemungkin terjadi karena pemberian bahan organik tidak mampu membentuk pori-pori tanah akibat kurangnya aktifitas mikroba sehingga pergerakan air dan udara tidak mengalami perbaikan. Adapun faktor yang mempengaruhi permbealititas tanah aitu porositas, distribusi ruang


(42)

pori, dan kemantapan agregat. Hal ini sesuai dengan literature Hillel (1986) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain porositas, tekstur, distribusi ruang pori, dan stabilitas agregat tanah.

2. Analisis Sifat Kimia Tanah Kemasaman Tanah (pH)

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 4 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat alam serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan pH dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Rataan Kemasaman Tanah (pH) Ultisol dengan pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha

300 kg/Ha

---

SUPER NASA

0 kg/Ha 4,22 4,45 4,44 4,76 4,47

10 kg/Ha 4,34 4,40 4,49 4,74 4,49

20 kg/Ha 4,60 4,50 4,52 4,58 4,55

30 kg/Ha 4,65 4,53 4,67 4,90 4,69

Rataan 4,45 4,47 4,53 4,75

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA menghasilkan pH tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 4,69, yang kemudian diikuti 20 kg/Ha yaitu 4,55, 10 kg/Ha yaitu 4,49 dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 4,47.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat alam menghasilkan pH tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 4,75, yang kemudian diikuti 200 kg/Ha yaitu 4,53, 100 kg/Ha yaitu 4,47 dan tanpa Fosfat Alam (kontrol) yaitu 4,45.


(43)

meningkatkan pH tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dosis perlakuan pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam yang tidak mencukupi sehingga mengakibatkan pH tanah tidak meningkat. Disamping dosis yang rendah tidak banyak memberikan karboksil maupun phenol.

Dari data diatas juga dapat dilihat bahwa pemberian fosfat alam tidak berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena fosfat alam kebanyakan berperan hanya menyumbangkan P2O5 yang

berperan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.

C-organik Tanah

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 5 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat Alam serta interaksinya tidak berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik tanah Ultisol. Pemberian pupuk organik padat SUPERNASA tidak nyata dalam meningkatkan C-organik tanah. Perlakuan fosfat alam nyata meningkatakan C-organik tanah. Interaksi pupuk padat SUPERNASA dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik tanah. Untuk mengetahui perbedaan C-organik dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan C-Organik (%) Tanah Ultisol dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan Fosfat Alam Rataan

0 kg/Ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha 300 kg/Ha

---

SUPER NASA

0 kg/Ha 2.52 4.40 3.22 4.30 1.81

10 kg/Ha 2.61 4.76 4.25 4.32 1.99

20 kg/Ha 2.84 3.80 4.42 4.24 1.91

30 kg/Ha 4.27 3.64 4.30 5.01 2.15

Rataan 1.53a 2.08b 2.02b 2.23b

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.


(44)

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk organik padat SUPERNASA pada taraf 30 kg/ha menghasilkan nilai C-Organik tertinggi sebesar 2,15% yang kemudian diikuti oleh taraf 10 kg/ha sebesar 1.99%, taraf 20 kg/ha sebesar 1,91% dan yang terendah yaitu pada taraf 0 kg/ha sebesat 1,81%.

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan fosfat alam menghasilkan nilai C-organik tertinggi pada taraf 300 kg/ha yaitu 2,23% kemudian diikuti oleh taraf 100 kg/ha yaitu 2.08%, tafar 200 kg/ha yaitu 2,02% dan terendah pada taraf 0 kg/ha yaitu 1,53%. Hubungan fosfat alam terhadap C-organik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan Antara Fosfat Alam dengan C-Organik Tanah Ultisol Simalingkar

Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian fosfat alam berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai C-Organik tanah Ultisol Simalingkar B. Hal ini terjadi karena pupuk organik padat SUPERNASA yang ditambahkan adalah sumber energi utama atau bahan makanan bagi mikroba tanah. Penambahan pupuk organik SUPERNASA yang memiliki rasio C/N yang tinggi mengakibatkan lambatnya proses dekomposisi atau sulit terurai oleh

y = 0,204x + 1,455 R² = 0,7547

0 0,5 1 1,5 2 2,5

1 2 3 4

%

C-Organik

Fosfat Alam


(45)

terdekomposisi sempurna.

Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi kandungan C-Organik tanah seperti curah hujan. Apabila curah hujan tinggi maka dapat mengakibatkan bahan organik yang ditambahkan menjadi tercuci (leaching) dan hilang sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanah. Sedangkan pemberian fosfat alam dalam meningkatkan C-Organik tanah berpengaruh nyata karena fosfat alam memberikan peranan dalam penyediaan unsur hara P sehingga pemanfaatannya dalam meningkatkan C-Organik tanah menjadi nyata. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata karena perlakuan ini saling mendukung dalam meningkatkan kandungan C-Organik tanah sehingga pemberian pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata dalam meningkatkan C-Organik.

N- Total Tanah

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 6 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat Alam serta interaksinya tidak berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan N-Total dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Rataan N-Total (%) Ultisol dengan pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/Ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha

300 kg/Ha

---%---

SUPER NASA

0 kg/Ha 0,18 0,17 0,17 0,17 0,17

10 kg/Ha 0,19 0,17 0,17 0,19 0,18

20 kg/Ha 0,17 0,16 0,16 0,18 0,17

30 kg/Ha 0,17 0,18 0,17 0,18 0,18

Rataan 0,17 0,17 0,17 0,18

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.


(46)

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA menghasilkan nilai N-Total tertinggi pada perlakuan 10 kg/Ha dan 30 kg/Ha yaitu 0,18 % dan perlakuan 20 kg/Ha dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 0,17%.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian fosfat alam menghasilkan nillai N-Total tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 0,18 % dan perlakuan 200 kg/Ha, 100 kg/Ha serta tanpa Fosfat Alam (kontrol) yaitu yaitu 0,17%.

Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian bahan organik SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata meningkatkan N-Total tanah. Hal ini terjadi karena unsur hara N dari sumber yang diberikan memiliki kandungan N yang kecil sehingga tidak nampak pengaruh pemberiannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Rosmarkam dan Yuwonono (2002) yaitu bahwa Nitrogen berperan untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif. Selain itu kandungan nitrogen didalam tanah juga dipengaruhi oleh iklim maupun jenis tanaman. Unsur hara N merupakan unsur hara yang mudah menguap dan hilang. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Nyakpa, dkk, (1988) yaitu bahwa banyaknya kandungan N tersebut tergantung dari keadaan lingkungan seperti iklim dan macam vegetasi.

Hal ini disebabkan dosis pupuk organik padat SUPERNASA yang rendah, disamping kandungan pupuk organik SUPERNASA yang sudah digunakan oleh tanaman, tercuci dan kemungkinan sudah dimakan oleh mikroorganisme.

Selain itu Anonimous (2010a) menyatakan bahwa ketidaktersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses pencucian/terlindi (leaching) NO3-, denitrifikasi NO3


(47)

-dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Pergerakan N didalam tanah cukup sulit untuk diamati karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti amonifikasi dan nitrifikasi. Walaupun pemberian pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksinya berpengaruh tidak nyata meningkatkan kandungan N-Total tanah tetapi ada peningkatan kandungan N yang terdapat pada setiap perlakuan.

C/N Tanah

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 7 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA dan pemberian Fosfat Alam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap C/N tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan rasio C/N dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rataan C/N Tanah Ultisol dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan Fosfat Alam Rataan

0 kg/Ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha 300 kg/Ha

---

SUPER NASA

0 kg/Ha 14,43 25,88 19,74 32,94 11,62

10 kg/Ha 14,08 24,47 25,36 23,32 10,90

20 kg/Ha 16,71 24,20 27,63 23,83 11,55

30 kg/Ha 25,86 24,05 25,35 17,17 11,55

Rataan 8,88 12,32 12,26 12,16

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA menghasilkan C/N tanah tertinggi pada perlakuan 0 kg/Ha yaitu (kontrol) 11,62, yang kemudian diikuti 20 kg/Ha dan 30 kg/Ha yaitu 11,55 , 10 kg/Ha yaitu 10,90 dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 1,81.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam menghasilkan C/N tanah tertinggi pada perlakuan 100 kg/Ha yaitu 12,32, yang kemudian diikuti 200 kg/ha yaitu 12,26 , 300 kg/Ha yaitu 12,16 dan tanpa pemberian Fosfat Alam


(48)

(kontrol) yaitu 8,88.

Peningkatan bahan organik tanah berpengaruh nyata dalam pemberian pupuk padat SUPERNASA . Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa pupuk padat SUPERNASA mempunyai bahan organik mencapai 30,27%. Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah. Semakin tinggi dosis bahan organik maka C-organik dari bahan organik tersebut juga meningkat. Sutanto (2005) juga menyatakan bahwa nisbah C/N digunakan sebagai indeks mudah tidaknya bahan organik mengalami peruraian dan juga indikator kegiatan biologi tanah.

P-Tersedia

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 8 menunjukkan bahwa pemberian pupuk Fosfat Alam berpengaruh nyata terhadap kandungan P-tersedia tanah Ultisol. Pemberian pupuk padat SUPERNASA berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan P-tersedia tanah Ultisol. Interaksi pupuk padat SUPERNASA dan pupuk Fosfat Alam tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan P-Tersedia dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Rataan P-Tersedia (ppm) dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/ha 100 kg/ha 200 kg/ha

300 kg/ha

---ppm---

SUPER NASA

0 kg/ha 10,24 11,90 11,55 12,50 11,55

10 kg/ha 11,44 11,97 12,05 12,73 12,05

20 kg/ha 11,23 11,70 11,78 12,60 11,83


(49)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk pada SUPERNASA menghasilkan P-tersedia tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 12,29 ppm, kemudian diikuti 10 kg/Ha yaitu 12,05 ppm, 20 kg/ Ha yaitu 11,83 ppm dan tanpa pemberian pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 11,55 ppm.

Dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa perlakuan Fosfat Alam pada taraf 0 kg/ha berbeda nyata dengan taraf 300 kg/ha dan tidak berbeda dengan taraf 100 kg/ha dan 200kg/ha. Hubungan antara Fosfat Alam dengan P-Tersedia dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 3. Hubungan Antara Fosfat Alam dengan P-Tersedia Tanah Ultisol Simalingkar

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam menghasilkan P-tersedia tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 12,70 ppm, kemudiaan diikuti 200 kg/Ha yaitu 11,99 ppm, 100 kg/Ha yaitu 11,89 ppm dan tanpa pemberian fosfat alam (kontrol) yaitu 11,14 ppm. Pemberian Fosfat Alam berpengaruh nyata meningkatkan P-tersedia tanah. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan Moersidi (1999) bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan fosfat alam pada tanah masam yaitu bahwa terjadinya pelepasan hara P dari fosfat alam secara bertahap sehingga mengurangi jerapan Al dan Fe. Oleh karena itu pemanfaatan fosfat alam pada tanah masam nyata meningkatkan P-tersedia tanah.

y = 0,478x + 10,735 R² = 0,9347

10 10,5 11 11,5 12 12,5 13

1 2 3 4

ppm

P-Tersedia

Fosfat Alam


(50)

Selain itu hal ini juga terjadi karena unsur hara P yang tersedia dimanfaatkan tanaman untuk pembentukan biji, serta berperan dalam memperkuat batang tanaman agar tidak mudah rebah dan tanaman tidak mudah diserang penyakit. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan Rosmarkam dan Yuwono (2002) yaitu bahwa Fosfor sangat penting dalam pembentukan bunga, buah maupun biji, pembagian sel, pembentukan lemak serta albumin, kematangan tanaman, perkembangan akar, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah, meningkatkan kualitas tanaman serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organi padat SUPERNASA berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan P-tersedia tanah Ultisol dikarenakan karena sangat sedikit hara yang dilepaskannya dikarenakan dosis SUPERNASA juga sangat rendah mengakibatkan pengaruh pupuk organic padat SUPERNASA tidak nyata meningkatkan ketersediaan hara P tanah.

3. Parameter Tanaman

Tinggi Tanaman

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 9 menunjukkan bahwa pemberian pupuk pada SUPERNASA dan Fosfat Alam dan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman jagung. Untuk mengetahui perbedaan Tinggi Tanaman dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 9.


(51)

Perlakuan

Fosfat Alam

Rataan 0 kg/ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha

300 kg/Ha

---cm---

SUPER NASA

0 kg/Ha 218,50 215,50 210,00 226,50 217,63 10 kg/Ha 220,50 211,50 213,00 226,00 217,75 20 kg/Ha 225,00 214,50 227,00 231,50 224,50 30 kg/Ha 232,50 221,50 233,00 229,50 229,13

Rataan 224,13 215,75 220,75 228,38

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.

Dari tabel 9 dapat dilihat pemberian pupuk padat SUPERNASA menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 229,13 cm, yang kemudiaan diikuti 20 kg/Ha yaitu 224,50 cm, 10 kg/ Ha yaitu 217,75 cm dan tanpa pupuk padat SUPERNASA ( kontrol) yaitu 217, 63 cm. Dari tabel 8 dapat dilihat pemberian Fosfat Alam mengasilkan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 228,38 cm, yang kemudian diikuti tanpa pemberian Fosfat Alam (kontrol) yaitu 224,13 cm, 200 kg/Ha yaitu 220,75 cm dan terendah pada perlakuan 100 kg/Ha yaitu 215,75 cm.

Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian pupuk organik padat SUPERNASA tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman jagung dikarenakan karena dosis pupuk organic padat SUPERNASA yang rendah disamping kandungan pupuknya yang sudah digunakan dalam pertumbuhan tanaman dan tercuci, disamping kebutuhan nya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman jagung.


(52)

Produksi Tanaman

Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 10 menunjukkan bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA berpengaruh nyata terhdap produksi tanaman (Zea mays L.). Pemberian Fosfat Alam berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays L.) Interaksi antara pupuk pada SUPERNASA dan Fosfat Alam berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi tanaman jagung (Zea mays L.). Untuk mengetahui perbedaan Tinggi Tanaman dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan Produksi Tanaman (Ton/Ha) dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.

Perlakuan Fosfat Alam Rataan

0 kg/ha 100 kg/Ha 200 kg/Ha 300 kg/Ha

---kg---

SUPER NASA

0 kg/Ha 5,61 5,76 6,23 7,45 6,26aA

10 kg/Ha 7,50 6,19 8,97 9,46 8,03bB

20 kg/Ha 7,88 8,02 9,47 10,25 8,90cC

30 kg/Ha 8,80 8,51 10,31 10,90 9,63dD

Rataan 7,44aA 7,12aA 8,74bB 9,51cB

Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%,

Dari tabel 10 dapat dilhat bahwa perlakuan Fosfat Alam dengan taraf 0 kg/ha tidak berbeda dengan taraf 100 kg/ha namun berbeda nyata dengan taraf 200 kg/ha dan 300 kg/ha,

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA menghasilkan biji tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 9,63 ton/ha, yang kemudian diikuti oleh 20 kg/Ha yaitu 8,90 ton/ha, 10 kg/Ha yaitu 8,03 ton/ha dan tanpa pemberian pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 6,26 ton/ha.

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam menghasilkan biji tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 9,51 ton/ha, yang kemudian diikuti


(53)

7,44 ton/ha dan yang terendah pada perlakuan 100 kg/Ha 7,12 ton/ha, Hubungan antara Fosfat Alam dengan produksi tanaman jagung (Zea mays L,) dapat dilihat pada Gambar 3,

Gambar 4, Hubungan Antara Fosfat Alam dengan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L,)

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA pada taraf 0 kg/ha berbeda dengan taraf 10 kg/ha, 20 kg/ha dan 30 kg/ha, Dimana taraf 20 kg/ha tidak berbeda dengan taraf 30 kg/ha, Hubungan antara pupuk padat SUPERNASA dapat dilihat pada Gambar 4,

Gambar 5, Hubungan Antara Pupuk Padat SUPERNASA dengan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L,)

Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA y = 0,0078x + 7,0283

R² = 0,8158

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00

0 100 200 300 400

P ro duk si ( to n/ H a )

Fosfat Alam (kg/Ha)

y = 0,1097x + 6,5584 R² = 0,9524

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

0 10 20 30 40

P ro duk si ( To n/ H a ) SUPERNASA (kg/Ha)


(54)

menghasilkan biji tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 4,34 kg, yang kemudian diikuti oleh 20 kg/Ha yaitu 4,02 kg, 10 kg/Ha yaitu 3,62 kg dan tanpa pemberian pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 2,83 kg,

Pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat Alam serta interaksi keduanya berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi Jagung, Pupuk padat SUPERNASA yang memiliki kandungan C-organik 30,27%. Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur, menurunkan Bulk Density tanah Ultisol, peranan dalam sifat kimia adalah nyata dalam meningkatkan P-tersedia,

Dapat dilihat bahwa adanya hubungan sifat fisik dan kimia terhadap peningkatan produksi, dimana semakin tinggi dosis bahan organik maka semakin baik pula sifat fisik dan kimia, Jika sifat fisik dan kimia baik maka perakaran tanah akan semakin baik sehingga penyerapan unsur hara berlangsung baik yang berdampak pada pertumbuhan dan produksi, Jagung (Zea mays L,) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi kehidupan manusia dan hewan, Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras dan kebutuhan industri,

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksi antara pemberian pupuk pada SUPERNASA dan fosfat alam berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi

Jagung (Zea mays L,), Pupuk padat SUPERNASA yang memiliki kandungan C-organik 30,27%, Bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah menjadi


(55)

Dapat dilihat bahwa adanya hubungan sifat fisik dan kimia terhadap peningkatan produksi, dimana semakin tinggi dosis bahan organik maka semakin baik pula sifat fisik dan kimia, Jika sifat fisik dan kimia baik maka perakaran tanah akan semakin baik sehingga penyerapan unsur hara berlangsung baik yang berdampak pada pertumbuhan dan produksi

Pupuk organik padat SUPERNASA banyak menghasilkan hara makro dan mikro sehingga mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, dapat dilihat dari 2,83 kg/plot pada perlakuan control meningkat di perlakuan 10 kg/ha, 20 kg/ha dan 30 kg/ha,


(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perlakuan Fosfat Alam tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk Density dan ketersediaan Fosfat tanah Ultisol,

2. Perlakuan Fosfat Alam berpengaruh nyata meningkatkan ketersediaan hara P tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan total ruang pori, permeabilitas serta pH, C-Organik, N-Total dan rasio C/N,

3. Interaksi antara Fosfat Alam dan pupuk padat SUPERNASA tidak berpengaruh nyata terhadap nilai BD dan P-tersedia tanah Ultisol,

4. Interaksi Fosfat Alam dan pupuk padat SUPERNASA berpengaruh nyata terhadap nilai produksi pipilan kering tanaman jagung (Zea mays L,)

5. Pengaruh fosfat sangat nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung, serta nyata menutunkan bulk density maupun pH tanah ultisol, serta tidak nyata meninkatkan Total Ruang Pori, Permeabilitas, pH, C-Organik, N-total maupun C/N

6. Pengaruh bahan organic SUPERNASA sangat nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung tetapi tidak nyata meningkatkan Total Ruang Pori, Permeabilitas, pH, C-Organik, N-total maupun C/N tanah,

Saran

Perlu penelitian lebih lanjut dengan menambah dosis pupuk organik padat SUPERNASA dan rock phosphat guna mendapatkan peningkatan perbaikan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu,


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 2000., Seri Budi Daya Jagung. Kanisius, Yogyakarta.

Anggriani, E., 2009. Teknik percobaan pemberian beberapa sumber unsur P pada tanaman melon. Buletin Teknik Pertanian 14 (2): 54-57

Anonimous, 2011a

...,2011b.Prinsip Pengomposan.

...,2011c. Jagung. http://www. warintekjogja.com/warintek/ warintekjogja/ warintek_v3/datadigital/bk/jagung%20bantul.pdf. Diakses tanggal 24 Juni 2011.

...,2011e.Tentang.bulk.densit

...,2011f. tanggal 15 desember 2011.

...,2011g. Pengukuran kemantapan agregat.

Chien, S.H., 1995. Seminar on the use of reactive phosphate rock for direct application. Juli 20, 1995. Pengedar Bahan Pertanian Sdn Bhd. Selangor Malaysia

Deptan., 2009. karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembanganpertanian lahan kering di Indonesia. <http://www.pustaka-deptan. go.id/publikasi/ p3252061.pdf. [29> Juni 2011]

Foth, H. D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Edisi Keenam. Terjemahan Soenartono Adisoemarto. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Guslim. 2007. Agroklimatologi. USU Press. Medan

Hakim , N,M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.


(58)

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Hardjowigeno. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akamedika Pressindo. Jakarta.

Hartatik, W. dan J. Sri Adiningsih, 1989. Pembandingan efektivitas dan pengaruh residu P-alam Tunisia pada tanah Podsolik Merah Kuning

Rangkasbitung. Dalam Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah. Bogor, 22-24 Agustus 1989

Hartono, R dan Purwono., 2005. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.

Hasibuan, B. E. 2008. Pupuk dan Pemupukan, FP- USU, Medan Kononova, M.M. 1961. Soil Organic Matter. Oxford: Pergamon Press

Moersidi, S. 1999. Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor .82p.

Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi, dan Pemanfaatannya. Pustaka Jaya. Jakarta.

Nyakpa, M. Y., A. M. Lubis, M. A. Pulung., A.G. Amrah., A. Munawar., Go Bann Hong., dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit

Universitas Lampung, Lampung.

Prasetyo, B.H., D. Subardja, dan B. Kaslan. 2005. Ultisols dari bahan volkan andesitic di lereng bawah G. Ungaran. Jurnal Tanah dan Iklim. 23: 1−12 Rosmarkam, A dan N.W.Yowono., 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius:

Yogyakarta

Sarief, E. S. 1989. Fisika Kimia Tanah Ultisol Pertanian. Pustaka Buana. Bandung Stevenson, F.J. 1991. Humus Chemistry: genesis, composition, reactions. 2nd ed.

New York: Wiley.

Sutanto, R., 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius, Yogyakarta.


(59)

LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Rataan Analisis Bulk Density

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

S0P0 1,20 1,18 2,38 1,19

S1P0 1,16 1,13 2,29 1,15

S2P0 1,14 1,18 2,32 1,16

1,13

S3P0 1,14 1,12 2,26

S0P1 1,19 1,23 2,42 1,21

S1P1 1,25 1,19 2,44 1,22

S2P1 1,18 1,39 2,57 1,29

S3P1 1,25 1,23 2,48 1,24

S0P2 1,28 1,19 2,47 1,24

S1P2 1,19 1,28 2,47 1,24

S2P2 1,24 1,20 2,44 1,22

S3P2 1,27 1,18 2,45 1,23

S0P3 1,26 1,22 2,48 1,24

S1P3 1,15 1,27 2,42 1,21

S2P3 1,27 1,21 2,48 1,24

S3P3 1,27 1,26 2,53 1,27

TOTAL 19,44 19,46 38,90 19,52

RATAAN 1,21 1,22 2,43 1,22

Daftar Sidik Ragam Bulk Density

SK dB JK KT Fhit F 5% F 1%

BLOK 1 0,000 0,000 0,004tn 4,54 8,68

PERLAKUAN 15 0,052 0,003 1,057 tn 2,40 3,52

S 3 0,002 0,001 0,240 tn 3,29 5,42

P 3 0,038 0,013 3,869* 3,29 5,42

S X P 9 0,012 0,001 0,392tn 2,59 3,89

GALAT 15 0,049 0,003

TOTAL 31 0,101

tn = tidak nyata * = nyata


(60)

Lampiran 2. Tabel Rataan Analisis Total Ruang Pori

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

S0P0 46,67 47,09 93,75 46,88

S1P0 48,21 49,33 97,54 48,77

S2P0 47,95 46,85 94,79 47,40

50,00

S3P0 50,22 49,78 99,99

S0P1 46,88 49,17 96,05 48,02

S1P1 43,18 48,03 91,22 45,61

S2P1 46,85 51,40 98,25 49,12

S3P1 47,70 51,19 98,89 49,44

S0P2 51,52 47,35 98,86 49,43

S1P2 53,33 47,33 100,66 50,33

S2P2 49,59 50,00 99,59 49,80

S3P2 45,96 48,47 94,43 47,21

S0P3 46,61 53,08 99,69 49,84

S1P3 51,48 48,16 99,64 49,82

S2P3 45,49 53,82 99,31 49,66

S3P3 51,34 46,61 97,95 48,98

TOTAL 772,97 787,64 1560,61

RATAAN 48,77

Daftar Sidik Ragam Total Ruang Pori

SK dB JK KT Fhit F 5% F 1%

Ulangan 1 6,729 6,729 0,790tn 4,54 8,68

PERLAKUAN 15 55,068 3,671 0,431 tn 2,40 3,52

S 3 12,823 4,274 0,502 tn 3,29 5,42

P 3 1,111 0,370 0,043 tn 3,29 5,42

S X P 9 41,133 4,570 0,537tn 2,59 3,89

GALAT 15 127,767 8,518

TOTAL 31 189,564

tn = tidak nyata * = nyata


(1)

Lampiran 9. Tabel Rataan Tinggi Tanaman

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

S0P0 217 220 437,00 218,5

S1P0 216 225 441,00 220,5

S2P0 220 230 450,00 225,0

232,5

S3P0 220 245 465,00

S0P1 218 213 431,00 215,5

S1P1 209 214 423,00 211,5

S2P1 211 218 429,00 214,5

S3P1 218 225 443,00 221,5

S0P2 218 202 420,00 210,0

S1P2 219 207 426,00 213,0

S2P2 220 234 454,00 227,0

S3P2 231 235 466,00 233,0

S0P3 215 238 453,00 226,5

S1P3 221 231 452,00 226,0

S2P3 235 228 463,00 231,5

S3P3 240 219 459,00 229,5

Total 3528,00 3584,00 7112,00

RATAAN 222,25

Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman

SK dB JK KT Fhit F 5% F 1% Ulangan 1 98,000 98,000 1,177tn 4,54 8,68 PERLAKUAN

15

1791,00

0 119,400

1,434 tn

2,40 3,52 S 3 684,250 228,083 2,739 tn 3,29 5,42 P 3 751,750 250,583 3,009 tn 3,29 5,42 S X P 9 355,000 39,444 0,474 tn 2,59 3,89 GALAT

15

1249,00

0 83,267 TOTAL

31

3138,00 0

tn = tidak nyata


(2)

Lampiran 10. Tabel Rataan Produksi Tanaman

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II

S0P0 2,48 2,61 5,09 2,55

S1P0 3,70 3,06 6,76 3,38

S2P0 3,80 3,31 7,11 3,56

3,96

S3P0 4,12 3,80 7,92

S0P1 2,58 2,61 5,19 2,60

S1P1 2,50 3,07 5,57 2,79

S2P1 3,61 3,61 7,22 3,61

S3P1 3,87 3,79 7,66 3,83

S0P2 2,60 3,01 5,61 2,81

S1P2 4,09 3,99 8,08 4,04

S2P2 4,22 4,31 8,53 4,27

S3P2 4,47 4,81 9,28 4,64

S0P3 3,43 3,28 6,71 3,36

S1P3 4,26 4,26 8,52 4,26

S2P3 4,80 4,43 9,23 4,62

S3P3 4,88 4,93 9,81 4,91

Total 59,41 58,88 118,29

RATAAN 3,70

Daftar Sidik Ragam Produksi Tanaman

SK dB JK KT Fhit F 5% F 1%

Ulangan 1 0,009 0,009 0,170 tn 4,54 8,68 PERLAKUAN 15 16,899 1,127 21,842 ** 2,40 3,52

S 3 6,062 2,021 39,177 ** 3,29 5,42

P 3 10,169 3,390 65,718 ** 3,29 5,42 S X P 9 0,668 0,074 1,439 tn 2,59 3,89

GALAT 15 0,774 0,052

TOTAL 31 17,681

tn = tidak nyata * = nyata


(3)

Lampiran 11. Data Hasil Analisis Awal Tanah

Parameter Hasil

Sifat Fisik

Bulk Density 1,35 gr/cm3

Total Ruang Pori 46,3%

Permeabilitas 1,33 cm/jam

Sifat Kimia

pH 4,85

C-Organik 1,2%

N-Total 0,11%

P-Tersedia 2,27 ppm


(4)

Lampiran 12: Deskripsi tanaman jagung pioneer 23 Nama varietas : Pioneer 23

Golongan : Hibrida

Umur : 50%

Keluar rambut : ± 55 hari Panen : 100 –110 hari Batang : Tegak dan kokoh Daun : Panjang dan lebar Tongkol : Cukup besar dan silinder Warna daun : Hijau tua

Warna biji : Kuning

Kedudukan tongkol : Di bawah pertengahan tinggi tanaman (74 cm) Bentuk biji : Mutiara

Kelobot : Menutup tongkol dengan baik Perakaran : Baik

Baris biji : Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol : 14-16 baris Kebutuhan benih/Ha : 10 kg/ha Bobot 1000 biji : 301 gram

Rata-rata hasil : 7-9 ton/ha pipilan kering Potensi hasil : 10-12 ton/ha pipilan kering Kerebahan : Tahan rebah

Ketahanan terhadap penyakit : Cukup tahan terhadap bulai (Sclerospora maydis), karat dan bercak daun


(5)

Lampiran 13. Bagan Penelitian B L O K I B L O K II U Keterangan:

Jarak antar Blok 50 cm Jarak antar plot 30 cm

S0P1 S0P0 S0P3 S0P2 S1P0 S1P1 S1P2 S1P3 S2P2 S2P3 S2P0 S2P1 S3P3 S0P2 S3P1 S3P0 S0P0 S0P2 S0P3 S0P1 S1P3 S1P1 S1P0 S1P2 S2P1 S2P0 S2P2 S2P3 S3P2 S0P3 S3P1 S3P0


(6)

Lampiran II. Bagan Penelitian

U

BLOK I BLOK II

Keterangan:

Jarak antar Blok 50 cm

S0P1 S0P3 S0P2 S0P0

S1P0 S1P1

S1P2 S1P3

S2P2

S2P3 S2P0 S2P1

S3P3 S3P2

S3P1 S3P0

S0P0

S0P2 S0P3 S0P1

S1P3 S1P2 S1P1 S1P0

S2P1 S2P0 S2P3 S2P2

S3P2 S3P3

S3P1 S3P0