19
1. Dinamika dan perkembangan perekonomian global saat ini berkembang sangat cepat
proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia MELAMBAT
cukup signifikan ada slow down
dari global
economy Investasi mengalami gangguan.
2. Memburuknya perekonomian dunia KRISIS
KEUANGAN GLOBAL.
sektor RIIL terimbas percepat implementasi kebijakan memperkuat
sektor riil dengan berbagai insentif untuk sektor mikro.
3. TERBATASNYA
kapasitas UKM untuk mengakses permodalan dan pasar
RENDAHNYA daya saing
dan lemahnya kompetensi kewirausahaan. 4. Iklim usaha yang kurang kondusif berdampak
pada besarnya biaya transaksi.
20
5. Sektor Industri, perdagangan dan keuangan mengalami goncangan yang cukup kuat,
sedagkan sektor konstruksi masih mengandalkan kemampuan dalam negeri;
6. Industri berskala kecil dan menengah yang berhubungan langsung dengan hajat hidup orang
banyak masih mengalami pertumbuhan, untuk industri yang pangsa pasarnya di luar negeri
mengalami stagnasi;
7. Sektor Primer, seperti pertanian dan pertambangan masih tetap berkembang normal
tidak ekspansional.
8. Perdagangan luar negeri ekspor-impor mengalami penurunan, sedangkan perdagangan
dalam negeri sangat bergantung pada kebijakan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja
padat karya;
9. Tingkat pengangguran meningkat akibatnya kemiskinan juga mengalami peningkatan;
21
ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN EKONOMI JAWA
TIMUR TAHUN 2009 ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN EKONOMI JAWA
TIMUR TAHUN 2009
22
Arah kebijakan ekonomi Jawa Timur :
1.
Menciptakan Regulasi yang menjamin kepastian usaha dan penegakkan hukum;
2.
Meningkatkan efisiensi usaha dan daya saing Badan Usaha Milik Daerah BUMD dengan memantapkan penerapan prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas dan responsibilitas;
3.
Meningkatkan pertumbuhan ekspor non migas berbasis sumber daya
lokal melalui
pengembangan teknologi
untuk meningkatkan daya saing produk unggulan daerah;
4.
Meningkatkan daya saing industri pengolahan melalui penguatan keterkaitan kedepan forward dan kebelakang backward;
5.
Mengembangkan Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah KUMKM dengan memperluas basis dan kesempatan berusaha
serta menumbuhkembangkan wirausaha baru untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja;
23
jaringan informasi wisata nasional dan internasional, peningkatan mutu obyek dan usaha jasa pariwisata
yang memenuhi
Standart Kompetensi
Nasional Indonesia SKNI dalam rangka meningkatkan daya
saing regional maupun global;
7.
Penguatan pembangunan
perdesaan melalui
penumbuhan dan
penguatan kelembagaan
di perdesaan, revitalisasi sistem penyuluhan dan fasilitasi
kemitraan;
8.
Perkuatan kualitas perkembangan ekonomi yang didukung
oleh pembangunan
infrastruktur dan
pengembangan agrobisnis melalui sistem
cooperative farming
dan
good agriculture practice
;
9.
Pengembangan kawasan agropolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya pertanian;
24
11.
Peningkatan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas
pertanian dengan meningkatkan penyediaan benih unggul dan faktor penunjangnya;
12.
Pengembangan diversifikasi pola konsumsi pangan berbasis pangan lokal, beragam,
bergizi dan berimbang;
13.
Pemantapan reformasi birokrasi di bidang layanan publik serta kebijakan publik;
25
I. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN
1. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Pertanian dan fungsi kelembagaan pertanian.
2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian berdasar prinsip Hazart Analysis Critical Control POINT
HACCP.
3. Peningkatan kualitas
bibitbenih, kapasitas
produksi, pengembangan komoditi pertanian bernilai tinggi.
4. Pengembangan sentra produksi pertanian dan standardisasi mutu hasil dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri secara
berkelanjutan.
5. Penciptaan mekanisme pasar yang dapat menumbuhkan minat investasi di bidang pertanian.
1. Peningkatan dan pengembangan kualitas SDM Pertanian dan fungsi kelembagaan pertanian.
2. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian berdasar prinsip Hazart Analysis Critical Control POINT
HACCP.
3. Peningkatan kualitas
bibitbenih, kapasitas
produksi, pengembangan komoditi pertanian bernilai tinggi.
4. Pengembangan sentra produksi pertanian dan standardisasi mutu hasil dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri secara
berkelanjutan.
5. Penciptaan mekanisme pasar yang dapat menumbuhkan minat investasi di bidang pertanian.
26
II. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PETERNAKAN
1. Peningkatan kemampuan SDM peternak dan penguatan lembaga pendukungnya diarahkan untuk revitalisasi penyuluhan dan
pendampingan peternak.
2. Pemberdayaan dan penguatan lembaga peternakan dan perdesaan untuk meningkatkan akses peternak terhadap sarana produksi.
3. Membangun delivery sistem dukungan pemerintah untuk sub sektor peternakan.
4. Peningkatan skala usaha yang dapat meningkatkan posisi tawar peternak.
5. Peningkatan ketersediaan pangan hasil ternak melalui peningkatan populasi ternak, produksi hasil ternak yang aman, sehat, utuh, dan
halal dalam rangka mendukung pencapaian target kecukupan daging nasional tahun 2010.
1. Peningkatan kemampuan SDM peternak dan penguatan lembaga pendukungnya diarahkan untuk revitalisasi penyuluhan dan
pendampingan peternak.
2. Pemberdayaan dan penguatan lembaga peternakan dan perdesaan untuk meningkatkan akses peternak terhadap sarana produksi.
3. Membangun delivery sistem dukungan pemerintah untuk sub sektor peternakan.
4. Peningkatan skala usaha yang dapat meningkatkan posisi tawar peternak.
5. Peningkatan ketersediaan pangan hasil ternak melalui peningkatan populasi ternak, produksi hasil ternak yang aman, sehat, utuh, dan
halal dalam rangka mendukung pencapaian target kecukupan daging nasional tahun 2010.
27
III. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
1. Peningkatan produksi gula melalui penyediaan bibit tebu unggul, bongkar ratoon dan penanganan pasca panen serta fasilitasi
pembangunan pabrik gula mini.
2. Peningkatan kualitas tembakau sesuai standard industri melalui peningkatan kualitas bibit, perbaikan sistem budidaya dan pengelolaan
pasca penen.
3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan berdasarkan prinsip HACCP dalam rangka meningkatkan nilai tambah
dan daya saing produk.
4. Pengembangan Produk Bio Fuel sebagai sumber energi alternatif terbarukan.
5. Peningkatan kemampuan petani perkebunan serta penguatan kelembagaan pendukungnya.
1. Peningkatan produksi gula melalui penyediaan bibit tebu unggul, bongkar ratoon dan penanganan pasca panen serta fasilitasi
pembangunan pabrik gula mini.
2. Peningkatan kualitas tembakau sesuai standard industri melalui peningkatan kualitas bibit, perbaikan sistem budidaya dan pengelolaan
pasca penen.
3. Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil perkebunan berdasarkan prinsip HACCP dalam rangka meningkatkan nilai tambah
dan daya saing produk.
4. Pengembangan Produk Bio Fuel sebagai sumber energi alternatif terbarukan.
5. Peningkatan kemampuan petani perkebunan serta penguatan kelembagaan pendukungnya.
28
IV. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
1. Pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap terutama pada perairan yang telah Over Fishing.
2. Peningkatan produksi perikanan budidaya intensifikasi, diversifikasi, dan ekstensifikasi usaha perikanan.
3. Penerapan sistem jaminan mutu produk hasil perikanan yang berprinsip pada HACCP dan TRACEABILITY.
4. Pelaksanaan program rantai dingin GAP dan GHP. 5. Revitalisasi tri tunggal perikanan Dinas Perikanan, HNSI, dan
PUSKUD Mina. 6. Revitalisasi pelaksanaan pelelangan ikan di Jawa Timur.
7. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana perikanan. 8. Optimalisasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan
penguatan kelembagaan program mitra bahari. 1. Pengendalian dan pengawasan perikanan tangkap terutama pada
perairan yang telah Over Fishing. 2. Peningkatan produksi perikanan budidaya intensifikasi, diversifikasi,
dan ekstensifikasi usaha perikanan. 3. Penerapan sistem jaminan mutu produk hasil perikanan yang
berprinsip pada HACCP dan TRACEABILITY. 4. Pelaksanaan program rantai dingin GAP dan GHP.
5. Revitalisasi tri tunggal perikanan Dinas Perikanan, HNSI, dan PUSKUD Mina.
6. Revitalisasi pelaksanaan pelelangan ikan di Jawa Timur. 7. Peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana perikanan.
8. Optimalisasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan penguatan kelembagaan program mitra bahari.
29
V. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN
1. Memantapkan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, daerah dan wilayah melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat dan
pemerintah.
2. Mewujudkan aksesibilitas pangan di masyarakat melalui pengembangan distribusi pangan lintas waktu dan lintas wilayah.
3. Meningkatkan konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal yang beragam, bermutu, aman,
halal dan bergizi untuk mengantisipasi kerawanan pangan di daerah dan wilayah.
4. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakatpetani untuk membangun ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, melalui
pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
5. Memantapkan kelembagaan ketahanan pangan, revitalisasi system penyuluhan ketahanan pangan, fasilitasi kemitraan dan pengembangan
usaha kecil di perdesaan dalam rangka penanganan kemiskinan. 1. Memantapkan ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga, daerah dan
wilayah melalui pengembangan cadangan pangan masyarakat dan pemerintah.
2. Mewujudkan aksesibilitas pangan di masyarakat melalui pengembangan distribusi pangan lintas waktu dan lintas wilayah.
3. Meningkatkan konsumsi pangan melalui penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya dan budaya lokal yang beragam, bermutu, aman,
halal dan bergizi untuk mengantisipasi kerawanan pangan di daerah dan wilayah.
4. Meningkatkan keberdayaan dan kemandirian masyarakatpetani untuk membangun ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal, melalui
pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkelanjutan dan terdesentralisasi.
5. Memantapkan kelembagaan ketahanan pangan, revitalisasi system penyuluhan ketahanan pangan, fasilitasi kemitraan dan pengembangan
usaha kecil di perdesaan dalam rangka penanganan kemiskinan.
30
VI. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN
1. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan.
2. Peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan hasil hutan kayu. 3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar
kawasan hutan. 4. Peningkatan pengamanan dan penataan kawasan hutan.
5. Pengawasan peredaran
hasil hutan
untuk menjamin
kelangsungan distribusi legal. 6. Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan dalam dan luar kawasan
hutan. 1. Optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan hutan
tanaman dan hasil hutan non kayu secara berkelanjutan. 2. Peningkatan nilai tambah dan pemanfaatan hasil hutan kayu.
3. Peningkatan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar kawasan hutan.
4. Peningkatan pengamanan dan penataan kawasan hutan. 5. Pengawasan
peredaran hasil
hutan untuk
menjamin kelangsungan distribusi legal.
6. Percepatan rehabilitasi hutan dan lahan dalam dan luar kawasan hutan.
31
VII. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KOPERASI DAN UMKM
1. Pengembangan UKM, usaha skala mikro, koperasi dan kelembagaan dalam rangka memberikan kontribusi peningkatan
pendapatan pada PokMas berpenghasilan rendah dan berwawasan gender.
2. Perluasan basis dankesempatan berusaha, wirausaha baru, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
1. Pengembangan UKM, usaha skala mikro, koperasi dan kelembagaan dalam rangka memberikan kontribusi peningkatan
pendapatan pada PokMas berpenghasilan rendah dan berwawasan gender.
2. Perluasan basis dankesempatan berusaha, wirausaha baru, peningkatan ekspor dan penciptaan lapangan kerja.
32
VIII. ARAH KEBIJAKAN
Peningkatan Investasi, Perdagangan, Pariwisata serta Daya Saing Industri Manufaktur.
1. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakkan hukum. 2. Reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan
pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing.
3. Optimalisasi penyederhanaan sistem dan prosedur perijinan melalui pelayanan satu pintu.
4. Mendorong pertumbuhan industri untuk penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.
5. Penguatan struktur industri melalui pengembangan kemitraan industri inti dan penunjangnya.
1. Menjamin kepastian usaha dan meningkatkan penegakkan hukum. 2. Reformasi kelembagaan investasi sebagai lembaga perencana dan
pengembangan investasi, promosi investasi, pelayanan investasi dan pengawasan pelaksanaan investasi yang berdaya saing.
3. Optimalisasi penyederhanaan sistem dan prosedur perijinan melalui pelayanan satu pintu.
4. Mendorong pertumbuhan industri untuk penciptaan lapangan kerja dan pengentasan kemiskinan.
5. Penguatan struktur industri melalui pengembangan kemitraan industri inti dan penunjangnya.
33
7. Peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi barang dan jasa dengan pendekatan supply chain terutama kebutuhan pokok masyarakat dan
komoditi strategis.
8. Pemberdayaan dan penigkatan penggunaan produksi dalam negeri. 9. Peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian dan
pengawasan impor. 10. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis SDA, teknologi
dan produk unggulan daerah. 11. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari
dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.
12. Peningkatan kedisiplinan pemakai UTTP dan produsen UTTP sesuai dengan UU Metrologi Legal serta mencegah penggunaan UTTP
secara illegal. 6. Peningkatan nilai tambah industri berbasis sumber daya lokal.
7. Peningkatan efektifitas dan efisiensi distribusi barang dan jasa dengan pendekatan supply chain terutama kebutuhan pokok masyarakat dan
komoditi strategis.
8. Pemberdayaan dan penigkatan penggunaan produksi dalam negeri. 9. Peningkatan daya saing produk ekspor non migas, pengendalian dan
pengawasan impor. 10. Peningkatan pertumbuhan ekspor non migas berbasis SDA, teknologi
dan produk unggulan daerah. 11. Peningkatan nilai tambah ekspor secara bertahap terutama dari
dominasi bahan mentah ke dominasi barang setengah jadi dan barang jadi disertai upaya pengurangan ketergantungan bahan baku impor.
12. Peningkatan kedisiplinan pemakai UTTP dan produsen UTTP sesuai dengan UU Metrologi Legal serta mencegah penggunaan UTTP
secara illegal.
34
berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global. 14. Peningkatan pelayanan dan perlindungan atas hak-hak wisatawan.
15. Penciptaan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata yang kondusif.
16. Peningkatan potensi obyek wisata unggulan, diversifikasi dan standardisasi produk pelayanan jasa pariwisata dan peningkatan SDM
pariwisata dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan daya saing.
17. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata.
18. Pengembangan pemasaran pariwisata terpadu dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien.
19. Penguatan kelembagaan
pada enstitusi
yang mengelola
kepariwisataan. 13. Peningkatan daya saing antar Destinasi Pariwisata yang mampu
berperan secara aktif dalam mengantisipasi era global. 14. Peningkatan pelayanan dan perlindungan atas hak-hak wisatawan.
15. Penciptaan dan menggerakkan iklim investasi bidang pariwisata yang kondusif.
16. Peningkatan potensi obyek wisata unggulan, diversifikasi dan standardisasi produk pelayanan jasa pariwisata dan peningkatan SDM
pariwisata dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan daya saing.
17. Pemberdayaan masyarakat sebagai pelaku langsung dalam kegiatan usaha pariwisata.
18. Pengembangan pemasaran pariwisata terpadu dalam dan luar negeri agar tepat sasaran dan efisien.
19. Penguatan kelembagaan
pada enstitusi
yang mengelola
kepariwisataan.
35
antara industri inti, terkait, dan pendukung. 21. Pembangunan industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan
aspek lingkungan dalam pengembangan industri sehingga menghasilkan produksi bersih dan mengembangkan industri berbahan
baku lokal yang terbarukan.
22. Mendorong investasi industri baru dan revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.
23. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.
24. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha industri
manufaktur.
25. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk pengembangan dunia usaha industri dan penguatan kelembagaan pada institusi yang
mengelola industri menufaktur. 20. Pengembangan klaster industri dengan memperkuat pertnership
antara industri inti, terkait, dan pendukung. 21. Pembangunan industri yang berkelanjutan dengan memperhatikan
aspek lingkungan dalam pengembangan industri sehingga menghasilkan produksi bersih dan mengembangkan industri berbahan
baku lokal yang terbarukan.
22. Mendorong investasi industri baru dan revitalisasi industri untuk meningkatkan daya saing industri.
23. Mengintegrasikan pembangunan industri di utara dan selatan Jawa Timur.
24. Peningkatan implementasi kebijakan publik berupa penyederhanaan regulasi dalam pengembangan dan perluasan usaha industri
manufaktur.
25. Penyediaan sarana dan prasarana infrastruktur untuk pengembangan dunia usaha industri dan penguatan kelembagaan pada institusi yang
mengelola industri menufaktur.
36
Agenda Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Sub Agenda Revitalisasi Pertanian, Peternakan
dan Kehutanan
1. Program Ketahanan Pangan
a.
Peningkatan produksi dan produktivitas Sapi Potong di Jawa Timur bagian utara dan Madura, dan sapi perah di Jawa Timur bagian tengah.
b.
Penyediaan bibit unggul melalui Inseminasi Buatan IB 1,3 Juta Aseptor dan faktor penunjang yang didukung dengan penambahan sapi
pejantan pada BIB Singosari.
c.
Pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan menular.
d.
Peningkatan dan pengawasan produksi bahan asal hewan dan hasil bahan asal hewan.
e.
Pengendalian pemotongan hewan betina produktif.
f.
Pengawasan lalulintas ternak.
g.
Intensifikasi sapi potong.
37
2. Program Pengembangan Agribisnis
a.
Fasilitasi terhadap dukungan Pasar Induk Agribisnis.
b.
Peningkatan mutu penanganan pasca panen dan pengolahan hasil peternakan.
c.
Peningkatan standar mutu produk peternakan kesehatan hewan.
d.
Peningkatan pemasaran produk hasil peternakan.
e.
Pengembangan kawasan sentra pembibitan ternak di perdesaan.
f.
Optimalisasi UPT peternakan.
g.
Pemberdayaan laboratorium kesehatan hewan.
38
3. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
a.
Revitaliasi sistem penyuluhan peternakan.
b.
Fasilitasi kemitraan petani ternak dengan pengusaha.
c.
Pendidikan dan pelatihan sumber daya petani ternak.
39
1. Kondisi keuangan global masih belum stabil percepatan realisasi investasi memberikan