Kajian pembentukan bangsa kelinci berbulu halus kilap melalui persilangan bangsa kelinci rex dan satin

KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCf BERBULU
HALUSKILAP MELALUi PERSllANGAN BANGSA
KELlNCl REX DENGAN SATIN

Oleh
R. SOEGENG PRASETYO
935171PTKIS3

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

R. SOEGENG PRASETYO. Kajian Pembentukan Bangsa Kelinci Berbulu Halus
Kilap Melalui Persilangan Bangsa Kelinci Rex dan Satin (di bawah bimbingan H.
Harimurti Martojo sebagai ketua, Yono C. Raharjo, H.A.A.Mattjik, Sri Supraptini
Mansjoer dan H. Tant?? R. Wiradarya sebagai anggota).
Penelitian dilakukan dari bulan Nopember 1996 hirtgga bulan Desember

1997 di Balai Penelitian Ternak-Ciawi, Bogor. Penelitian terdiri atas penelitian
pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan untuk mengetahui
penyebab bulu Rex halus, penyebab bulu Satin kilap, pengaruh induk terhadap

sifat bulu dan polalsiklus pertumbuhan bulu Rex dan Satin. Penelitian utama untuk
mengetahui kemungkinan terbentuknya kelinci berbulli halus dan kilap (kelinci H-

-

K) melalui perkawinan silang bangsa kelinci Rex dengan bangsa kelinci Satin
serta untuk mengetahui cara pembentukannya yang efisien. Baik pada penelitian
pendahuluan maupun penelitian utama digunakan analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif.
Pada penelitian pendahuluan digunakan 120 ekor kelinci umur satu hari
keturunan generasi pertama berupa kelinci Satin (FISS), Rex (FIRR)

dan

persilangan antara kelinci jantan Satin den betina Rex (FISR) serta resiprokalnya

(FtRS), masing-masing sebanyak 30 ekor (15 jantan dan 15 betina).

Pada


analisis kualitatif, dalam penelitian utama, digunakan seluruh anak kelinci

(unsexed) dari kelinci contoh hasit penelitian pendahuluan, sedangkan pada

analisis kuantitatif digunakan 220 ekor kelinci junsexed) umilr salu hari keturunan
generasi kedua dari hasil keempat perkawinan silang (RSxRS; RSxSR; SRx3R
dan SRxSR). Seluruh kelinci percobaan ditempa!kan secara acak dalam
lingkungan yang sama. Pakan berupa pelet dengan kandungan protein kasar 22%
dan enersi sebanyak 2750 kalori per kg ransum, diberikan ad libitum hingga umur
12 minggu, untuk selanjutnya dibetasi ssbanyak 100 g per ekor per hari. Air
minum juga diberikan a d libitum.
Pada penelitian pendahuluan, peubah yang diamati untuk mengetahui
penyebab bulu kelinci Rex halus dan pengaruh induk pada sifat-sifat bulu adalah
panjang bulu halus (PBH), panjang bulu kasar (PBK), nisbah PBWPBH, diameter
bulu halus bagian bawah (DBHb), diameter bulu kasar bagian bawah (DBKb),
kelebatan bulu kasar (LBK), kelebatan bulu halus (LBH) dan total kelebatan bulu
(LB) pada umur 20 minggu. Khusus untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus
ditambah peubah bobot bulu (BBL), nisbah LBHILB dan koefisien kehalusan bulu
halus (KKBH) serta koefisien kehalusan bulu kasar (KKBK). Peubah pada
pertumbuhan bulu berupa PBK, PBH, DBKa, DBHa, DBKb, DBHb, LBK,LBH dan

BBL umur 4, 8, 12, 16, dan 24 minggu. Peubah pada penelitian utama adalah
DBHa, DBKa, DBHb, DBKb, PBK, PBH dan PBWPBH umur empat minggu.
Khusus untuk mengetahui cara efisien membentljk kelinci H-K diamati peubah
DBHa, DBKa, mortalitas umur empat minggu dan bobot badan umur 20 minggu.
Untuk mengetahui penyebab bulu Rex halus dilakukan analisis kuantitatif
dan analisa kualitatif.

Pada analisis kuantitatif dibandingkan DBHb, DBKb,

LBHILB dan KKB dari kelinci._Rex(F,RR) dengan kelinci Sal~n(F,SS) dan kedua

persilangannya (FIRS) dan (FISR). Pada analisis kualitatif, dilakukan pengamatan folikel bulu (dengan bantuan mikroskop) dan struktur kutikula dari batang bulu
halus dan bulu kasar (dengan bantuan scanning electron microscope) untuk
menambah informasi tentang penyebab halusnya bulu Rex. Untuk mengetahui
penyebab bulu Satin kilap, dilakukan pembandingan mikroskopis pada contoh
bulu kilap dan tidak kilap pada saudara sekandung. Pembandingan dilakukan
pada semua anak dari 10 induk yang diambil secara acak yang masing-masing
melahirkan anak berbulu kilap dan tidak kilap pada F2. Pengamatan dilakukan
pada: keberadaan sel pada batang bulu, tipe kutikula, tipe tapi kutikula dan jarak
antar tepi kutikula. Untuk mengetahui pengartrh induk, dibandingkan peubahpeubah bulu pada ketururian pertama dari hasil persilangan (FIRS) dengan


-

"reciprocal' nya (FISR). Untuk mengetahui pertumbuhan bulu, diamati peubah
bulu dari sejak umur empat hingga umur 24 minggu. Lokasi dan umur saat tumbuh
dan rontok bulu juga diamati untuk mendapatkan pola dan siklus pertumbuhan
bulu. Pada penelitian utama, untuk mengetahui terbentuknya kelinci H-K dilakukan
analisis kualitatif. Caranya, diamati terdapatnya kelinci berbulu Normal (N), Satin
(S), Rex ( R ) dan kombinasi kombinasi Rex dan Satin (halus-kilap disingkat H-K)
pada kelinci-kelinci F2 dari masing-masing galur F2RSRS, F2RSSR, F2SRRS dan
F2SRSR. Selanjutnya, kelinci-kelinci dikelonipokkan berdasarkan tipe bulu (N, S,
R dan H-K) dengan pendekatan makroskopis dan mikrositopis. Pada analisis
kuantitatif, dibandingkan DBH, DBK, PBH dan PBK antar kelinci-kelinci yang
befbulu N, R, S dan H-K untuk mendapatkan kriteria morfologis bulu kelinci Haluskilap. Untuk mengetahui cara efisien membentuk kelinci H-K, dibandingkan

peubah DBHa, DBKa, mortalitas umur empat minggu dan bobot badan umur 20
minggu antar kelinci H-K pada keempat gal'ur (F,RSRS,

F2RSSH, FzSRRS dan


F2SRSR). Untuk pembandingan peubah antar bangsalgalur, di

penelitian

pendahuiu-an dan penelitian utama, digunakan analisis ragam pola satu arah,
dilanjutkan dengan uji Tukey. Analisis statistik dibsntu dengan menggunakan
paket program statistika Minitab 11.
Dari hasil penelitian diperoleh: Kehalusan bulu pada Rex disebabkan oleh
kecilnya diameter batang bulu kasar dan folikel bulu, helai kutikula yang relatif
pendek, tidak terjadi overlaying antar helai kutiicclla, ujung tepi helai kutikula yang
halus serta menempel rapat pada bagian korteks; Kilap pada bulu Satin
disebabkan oleh ketiadaan sel medula dari batang bulu; Struktur kutikula tidak
mempengaruhi kilapan bulu;

Tidak terdapat pengaruh induk pada diameter,

kelebatan dan bobot bulu; Kelinci berbulu halus dan kilap (H-K) dapat berhasil
dibentuk melalui persilangan bangsa kelinci Satin dan Rex; Cara membentuk
kelinci H-K yang efisien adalah lewat pembentukan garur F2SRSR, karena kelinci
H-K pada galur ini mempunyai bulu yang pafiny halus, tingkat kematian cenderung

lebih rendah daripada galur yang lain, serta mempunyai bobot badan yang tinggi.

R. Soegeng Prasetyo adalah putra bungsu dari tujuh bersaudara, dilahirkan
di Yogyakarta pada 6 Juni 1948 dari R. S. Hardjosoeparto (almarhurn) dengan
R.A.Siti Hasiyah (almarhumah). PenuIis tnenikah dengan Septhenawaty Sumantra
pada 2lJanuari 1975 dan dikaruniai dua orang anak masing-masing bernama R.
Eko Teguh Budiono P. dan Rr. Nadya Dvjl Hapsari P.
Penulis rnenyelesaikan Sekolah Dasai Negeri Petinggen di Yogyakarta
(1960), Sekolah Menengah Pertama Negeri VII di Yogyakarta (1963), Sekolah
Menengah Atas Negeri IV di Yogyakarta (1966) dan mendapatkan gelar Sarjana
Peternakan di UGM Yogyakarta

(1973) serta gelar M.Agr.S. di School of

Agricultural and Forestry, Melbourne University (1984). Kemudian pada tahun
1993 memperoleh kesempatan rnelanjutkan studi pada program S3 Program Studi
llmu Ternak pada Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor atas beasiswa
IAEUP (Indosia -Australia Eastern Universities Project).
Dari tahun 1974 hingga sekarang bskerja sebagai staf pengajar pada
Fakultas Peternakan Universitas Mstaram


-

KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yarig Maha Esa, karena
dengan ridhoNya penulisan Disertasi Penelitian ini dapat diselesaikan.
Disertasi sebagai hasil penolitian diajukan untuk mamenuhi persyaratan
dalam menyelesaikan studi pada Program Doktor $3) dengan Program Studi llmu
Ternak.
Disertasi Penelitian dengan Judul Kajian Pembentukan Etangsa Kelinci
Berbulu Halus Kilap melalui Persilangan Bangsa Kelinci Rex dengan Satin

dilakukan di bawah bimbingan Bapak Prof. Dr. H. Harimurti Martojo, sebagai
Ketua, Bapak Dr. Ir. H. A.A. Mattjik, Bapak Dr.lr. Yono C. Raharjo, APU., Ibu Dr.lr.
Sri Supraptini Mansjoer dan Bapak Dr.1r.H. Tantar~R. Wiradarya sobagai anggota.
Atas bimbingan dan pengarahan selama melakukan penelitian dan penulisan
disertasi ini penulis ucapkan banyak terima kasih.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai
pihak


yang

langsung

maupun tidak

langsung

membantu kami

dalam

menyelesaikan karya ilmiah ini. Kepada Pemerintah RI cq. Departemen
Pendidikan dan, Kebudayaan dan Pemerintah Australia yang telah memberikan
kesempatan bahkan membiayai studi ini iewat beasiswa IAEUP (IndonesiaAustralia Eastern Universities Project). Kepada Bapak Rektor dan Bapak Dekan
Fakultas Peternakan Universitas Mataram atas pembsrian ijin melanjutkan studi
serta bantuan moril dan materiil penulis ucapkan banyak terima kasih.

KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELINCI BERBULU
HALUS KILAP MELALUI PERSILANGAN BANGSA

KELINCI REX DENGAN SATIN

Oleh
R. SOEGENG PRASETYO

Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar doktor pada Program Pascasarjana
lnstitut Pertanian Bogor

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1999

Judul Disertasi

: KAJIAN PEMBENTUKAN BANGSA KELDJCI

BERBUW HALUS KILAP MELALUI PERSILANGAN

BANGSA JCELINCI REX DENGAN SATIN

Nama Mahasiswa : R. SOEGENG PRASETYO
: 9351 7lPTK
Nomor Pokok
Program Studi
: Ilmu Ternak

Menyetujui
1 . Komisi Pembimbing

Ketua

Dr. Ir. Yono C. Raharjo, APU.

Anggota

Dr. Ir. H. A.A. Mattjik

Anggota


ogram Pascasarjana

. Syafrida Manuwoto

Pelaksanaan penelitian ini dapat berjalan dengan iancar berkat terdapatnya
kemudahan dari Laboratorium

Pemuliaan dan Genetika . Ternak Fakultas

Peternakan IPB, Balai Penelitian Ternak-Ciawi dan Bapak Billy Gan serta
Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata Lernbaga Peneiitian IPB. Untuk itu
kepada Bapak Kepala LPG Fakultas Peternakan IPB, Bapak Kepala BalitnakCiawi (beserta Ibu Rini Dharsana dan stafnya di Lab. Kesehatan Hewan dan para
Staf Teknik di Kandang Kelinci terutama Bapak I Wayan Pasek S. dan Bapak
Ujang Yusa),

Bapak Billy Gan dan Bapak Kepala PSSP LP-IPB beserta staf

penulis ucapkan banyak terima kasih
Ucapan terima kasih khusus teruntuk isteri tersayang dengan segala
pengorbanannya dan puteralputeri kami tersayang yang telah memberikan
dorongan, inspirasi dan semangat sehingga studi ini dapat selesai.
Penulis akui bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
sangat rnengharapkan terdapatnya saran dan kritik yang membangun untuk
menyempurnakannya.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangnn pada dunia ilmu
pengetahuan dan secara tidak langsung bagi pembangunan ekonomi Indonesia.

Bogor, Juni 1999

Penulis

-

DAFTAR IS1

Halaman

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah, potensi ekonomis dan biologis
2.2. Kelinci Rex
2.3. Kelinci Satin
2.4. Peluang terbentuknya kelinci berbulu halus dan kilap
2.5. Pengaruh lnduk
2.6. Bulu
2.6.1. Bagian bulu
2.6.2. Folikel bulu
2.6.3. Pertumbuhan bulu
2.6.4. Siklus pertumbuhan bulu
2.6.5. Peng~kurankualitas bulu
Ill. MATERI DAN METODE PENELlTlAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2. Pelaksanaan Penelitian
3.2.1. Penelitian pendahuluan
3.2.1. I . Materi penelitian
3.2.1.2. Cara pengambilan contoh
3.2.1.3. Macam peubah yang diarnati
3.2.1.4. Cara mengukur peubah
3.2.1.5. Sistem perkawinan
3.2.1.6. Analisis data
3.2.2. Penelitian utama
3.2.2.1. Materi penelitian
3.2.2.2. Cara pengambilan contoh
3.2.2.3. Macam peubah yang diamati
3.2.2.4. Cara mengukur peubah
3.2.2.5. Sistem perkawinan
3.2.2.6. Analisis data

xiii

Halaman

IV. HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Tempat dan Bahan Penelitian
4.1.1. Keadaan umum tempat penelitian
4.1.2. Bahan penelitian
4.2. Karakteristik Genetik Kelinci Satin dan Rex
4.2.1. Umum
4.2.2. Karakteristik bulu kelinci Rex dan Satin
4.2.2.1. Kehalusan bulu Rex
4.2.2.2. Kilapan bulu Satin
4.2.2.3. Sifat bulu lainnya
4.2.2.3.1. Sudut tumbuh bulu
4.2.2.3.2.Panjang bulu
4.2.2.3.3. Kelebatan bulu
4.2.3. Pertumbuhan bulu Rex dan Satin
4.2.3.1. Pola dan siklus pertumbuhan bulu
4.2.3.2. Panjang bulu
4.2.3.3. Diameter batang bulu
4.2.3.4. Kelebatan bulu
4.2.3.5. Bobot bulu per cm2
4.2.4. Pengaruh induk pada sifat bulu,
4.2.4.1. Panjang bulu
4.2.4.2. Diameter bulu
4.2.4.3. Kelebatan bulu
4.2.4.4. Bobot bulu per cm2
4.3. Pembentukan Kelinci Berbulu Halus dan Kilap
4.4. Cara Pembentukan Kelinci Halus-kilap yang Baik dan Efisien
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

121

-

OAFTAR TABEL

Halaman

No.
Teks
1. Produksi dan reproduksi kelinci Rex

10

2. Diameter batang bagian bawah dari bulu kasar, bulu halus dan
nisbahnya ~ a d a
beberapa baaian tubuh dari kelinci New Zealand
White, daliiornian dan i e r m o i d White

20

3. Panjang bulu kasar, Sulu halus dan nisbahnya pada beberapa
bagian tubuh dari kelinci New Zealand Whlte, Californian dan
Termond White
4. Koefisisn kehalusan bulu kasar dan bulu htilus pada beberspa
bagian tubuh dari kelinci New Zealand White, Californian dan
Termond White
5. Nisbah kelebatan bulu bulu kasar dari keseiuruhan bulu pada
beberapa bagian tubuh dari kelinci New Zealand White, Californian
dan Termond White

37

6. Jumlah temak yang diamati dalam penelitian pendanuluan

40

7. Komposisi pakan kelinci yang digunakan dalam penelitian

44

8. Jumlah ternak yang diamati pada penelitian utania

56

9. Bobot lahir, bobot sapih dan bobot badan dewasa kelinci Rex dan Satin 68
10. Pertambahan bobot badan per hari sebeluni dan sesudah disapih
pada kelinci Rex dan Satin

69

11. Perbandingan kehalusan bulu pada Satin, Rex dan persilangannya
umur 20 minggu

72

12. Rataan panjang bulu halus, bulu kasar dan nisbahnya pada Satin,
Rex dan persilangannya pada umur 20 minggu

81

13.Rataan kelebatan bulu pada kelinci Satin, Rex dan persilangannya
pada umur 20 minggu

83

xiv

No.

Halaman
Teks

14. Panjang bulu halus kelinci Rex dan Satin umur 4-24 minggu
15. Rataan panjang bulu halus, bulu kasar dan nisbahnya pada kelinci
Satin, Rex dan persilangannya umur 20 minggu
16. Rataan diameter bulu halus, bulu kasar psda kelinci Satin, Rex dan
persilangannya umur 20 minggu
17. Rataan kelebatan dan bobot bulu pada kelinci Satin, Rex dan
persilangannya umur 20 minggu
18. Jumlah kelinci berbulu Normal, Rex, Satin dan Halus-kilap pada
galur F2RSRS, F2RSSR, FSRRS, dan F2SRSR
19. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan
Halus-kilap urnur 4 minggu pada F2RSRS
20. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan
Halus-kilap umcr 4 minggu pada FzRSSR
21. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan
Halus-kilap urnur 4 minggu pada FzSRRS

22. Diameter dan panjang bulu kelinci Normal, Rex, Satin dan
Halus-kilap umur 4 minggu pada F2SRSR

23. Kriteria morfologis bulu kelinci Halus-kilap
24. Diameter Uulu halus dan kasar bagian atas dan bawah dari bulu
Halus-kilap umur 4 minggu pada 4 galur
25. Bobot badan kelinci F2pada umur 0-20 minggu

- .DAFTAR GAMBAR
Halaman

No.

Teks
1. Skema perkawinan silang berdasarkan teori Mendel

15

2. Skema batang bulu kasar dan bulu halus pada kelinci Angora

19

3. Skema bulu kasar dengan bagian-bagiannya

4. Macam tipe medula menurut Wildman
5. Medula tipe tangga menurut Wildman

6. Tipe kutikula bulu menurut Wildman

7. Tipe bentuk tepi kutikula bulu menurut Wildman
8. Jarak antar tepi kutikula bulu menurut Wildman

9a. Skema perkawinan murni pembentukan kelinci Rex dan
Satin keturunan generasi pertama

52

9b. Skema perkawinan silang dalam rangka pembentukan kelinci
berbulu halus dan kilap

52

10. Skema perkawinan dalam rangka pembenlukan kelinci H-K

61

11. Persen kematian kelinci Rex dan Satiil umur 0-20 minggu

70

12. Folikel bulu kelinci Rex dan 'Satin

74

13. Batang bulu kasar bulu kilap dan tak kilap dari kelinci

79

14. Pola pertumbuhan bu[u secara topografis

84

No.

Teks
15. Panjang bulu kelinci Satin dan Rex

86

16. Diameter butu kasar atas Satin dan Rex umur 4-20 minggu

88

17. Diameter bulu kasar bawah Satin dan Rex umur 4-20 minggu

89

18. Kelebatan bulu Satin dan Rex umur 4-20 minggu

90

19. Bobot bulu per cm2 Satin dan Rex umur 4-20 minggu

91

20. Kutikula bulu kasar kelinci Normal (a), Rex ( b ) , Satin (c) dan
Halus-kilap (d)

.I 00

21. Kutikula bulu halus kelinci Nofmal(a), Rex (b), Satin (c) dan
Halus-kilap (d)

101

22. Batang buiu kasar kelinci Halus-kilap

103

23. Perkawinan antar sesama kelinci Halus-kilap

104

24. Perkawinan silang kelinci Halus-kilap dangan kelinci Rex

105

25. ~erkawinansilang kelinci Halus-kilap dongan kelinci Satin

105

26. Cara pembentukan kelinci Halus-kilap yang baik dan
ekonomis

116

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

No.

1. Panjang bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada kelinci Satin
umur 4-20 minggu

125

2. Diameter batang bulu bagian atas dari bulu kasar, bulu halus dan
nisbahnya pada kelinci Satin (F,) umur dawasa (20 minggu)

126

3. Diameter batang bulu bagian bawah dari bulu kasar, bulu halus
dan nisbahnya pada kelinci Satin (F,) umur dewasa (20 minggu)

127

4. Kelebatan bulu kasar, halus dan total kelinci Satin (F,) umur
dewasa (20 minggu)

128

5. Bobot bulu kelinci Satin (F,) per cm2 urnur 4-20 minggu (0.0000g)

129

6. Panjang bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada kelinci Rex
(F1) umur 4-20 minggu

130

7. Diameter batang bulu bagian atas dari bulu kasar, bulu halus dan
nisbahnya pada kelinci Rex (F1) umur 4-20 minggu

131

8. Diameter batang bulu bagian bawah dari bulu kasar, bulu htlus dan
nisbahnya pada kelinci Rex (F1) umur 4-20 rninygu

132

9. Kelebatan bulu kasar, halus dan total serta nisbahnya dari kelinci
Rex (F1) umur 4-20 minggu

133

10. Pembuktian batang bulu kilap tidak bersel

134

11. lklim di Stasiun Citeko-Ciawi Kab. Bogor Th. 1996

135

I

PENDAHULUAN
Sesuai dengan wilayah Indonesia yang agraris, pernbangunan ekonorni di
Indonesia bertitik berat pada pembangunan bidang pertanian.

Pembangunan

bidang ini akan berlangsung lebih cepat bila'ditunjang oleh bidang industri yang
berkaitan dengan proses pasca panen, serta penyediaan sarana produksi.
Dengan terdapatnya industri yang menangani pr.oses pnsca panen mutu hasil
pertanian dapat dipertahankan sehingga harga tidal: jatuh dan bahkan dapat
menjangkau pasaran yang lebih luas. Daying hasii pernotor~ganmelalui proses
pasca panen dapat dijadikan daging kateng, abon, bakso, dendeng dan produk
olahan daging lainnya.
lndustri yang menangani proses pasca panen dapet meningkatkan mutu
hasil samping pertanian yang kurang bernilai ekonomis menjadi yang sangat
bernilai ekonomis. Kulit sapi, kerbau, kambing dan sebagainya mempunyai nilai
kurang ekonomis bila dibandingkan dengan daging, namun setelah mengalami
proses penyamakan yang dilanjutkan dengan proses produkoi dengan hasil akhir
berupa sepatu, tas, dompet dan sebagainya nilainya menjadi tinggi.
lndustri perkulitan merupahan salah satu bidang industri yang perlu
dikembangkan karena memberikan sumbangan yang nyata bagi devisa negara,
sebab banyak macam produknya menjadi komoditi ekspor seperti sepatu, tas,

jaket dan sebagainya. Ketersediaan bahan baku dalam jumlsh yang cukup, yang
berkesinambungan dengan kualitas yang baik merupakan salah satu kendala
utama dalam bidang industri kulit.

Penyediaan bahan baku berupa kulit sapi,

kerbau, domba dan kambing tidak mampu mengimbangi permintaan dari pabrik
kulit. Untuk mengatasi masalah tersebut sebagian dari bahan baku industri kulit
tersebut harus diimpor dari luar negeri. Dalam kondisi nilai tukar rupiah yang
jatuh usaha industri bidang perkulitan terancam gulung tikar karena ketidakmampuan rnelakukan impor kulit dari luar negeri.
Untuk mencegah terjadinya gulung tikar usaha-usaha di bidang industri
perkulitan, perlu dicari hewanlternak alternaiif sebagai penyedia bahan baku.
Untuk itu kelinci dengan potensi ekonorr~isdan kemanipuar~Piologisnya diharapkan dapat membantu sebagai penyedia bahan baku ir~dusiriperkulitan dengan
menambah ragam bahan baku yang berupa klr!it-bulu.
Kemampuan biologis kelinci berupa tingkat reproduksi yang tinggi dan laju
pertumbuhan badan yang cepat serta mempunyai keinampuan untuk mengkonsumsi hijauan se,rta hasil sisa pertanian. Di sampiny ilu kelinci dapat diternakkan
pada skala kecil maupun skala besar.
Kelinci Rex memiliki bulu yang haluo. Kulit-Gulu kelinci ini mempunyai
harga yang tinggi. Sebelum tahun 1987 harga kulit-bulu kelinci Rex samak per
lembar berkisar 8-1 5 dolar AS. Harga medium coat dan long coat kulit-bulu kelinci

Rex berturut-turut 3 000 dan 8 000 dolar AS. lnformasi dari "Rex World" (1991),
harga kulit-bulu yang belum disamak 11 dolar Amerika per lembar.
Diharapkan kulit-bulu kelinci Rex dapat bersaing dengan berbagai produk
kulit-bulu lainnya seperti kutit-bulu cerpelai (mink), rase (fox) yang harganya
sangat mahal di pasaran negara-negara yang beriklim dingin. Makin kuatnya
upaya pihak LSM pemerhati kesejahteraan dan pelestarian hewan langka yang
melarang pembantaian cerpelai, rase dan sebagainya dapat rnemberikan
momentum yang baik untuk usaha produksi kulit-bulu kelinci Rex. Dibandingkan
dengan pengusahaan cerpelai, pengusahaan kelinci Rex jauh lebih ekonomis.
Kelinci Rex dapat diberi hijauan dan sisa hasil pertanian yang harganya lebih
murah daripada cerpelai.yang harus diberi makan daging dan sisa hasil produk
peternakan. Karena harus diberikan dalam b e n t ~ ~segar,
k
pakan cerpelai harus
disimpan di ruang pendingin. Cerpelai menghasilkar~ 1-?2 anak per tahun,
sedangkan kelinci pada umumnya dapat menghasilkan 30-40 anak per tahun.
Guna metiingkatkan nilai jual kulit-bulu kelinci Rex , bulu kelinci Rex dapat
dibuat menjadi kilap. Untuk i k Raharjo dkk. (1996) melakukan percobaan dengan
mernberi 0.5% Mirra coat oil atau 3.5% Fish oil pada ransum kelinci Rex. Dari
percobaannya didapatkan

bahwa

pemberian Fish

oil dapat

rr~embantu

pertumbuhan bulu dan mbningkatkan kualitas bu!u (menambah kilap). Namun
terdapat kekhawatiran akan tidak tersedianya bahan pakan tambahan tersebut
secara berkesinambungan. Bila ha1 tersebut terjadi maka kontinuitas persediaan

kulit bulu Rex yang kilap di pasaran dapat terganggu sehingga akan
mempengaruhi kelancaran usaha bisnis. Untuk mengatasi ha1 tersebut perlu
dicari alternatif lain untuk mendapatkan bulcr yang selain halus seperti bulu Rex
juga kilap. Salah satu alternatifnya adalah melalui pemuliaan derlgan jalan
mengawin-silangkan bangsa kelinci Rex yang berbulu halus dengan bangsa
kelinci lain yang berbulu kilap.
Bangsa kelinci Satin berbulu kilap. Rilalalui kawin silang antara bangsa
kelinci Rex dengan bangsa kelici Satin diharapkan dapat dihasilkan bangsa
kelinci yang berbulu yang halus dan kilap. Berdasarkan teori Mendel, persilangan
kelinci Rex (rrS,S.)

berbulu halus dengan kelinc~Satin (RRs,s,)

berbulu kilap

akan menghasilkan keturunan pertama (F,) berupa kelinci Normal (RrS.s.)

yang

berbulu tidak halus dan tidak kilap. Selanjutnya, perkawinan antar FI akan
menghasilkan keturunan generasi kedua (Fzj berlrpa kelinci-kelinci berbulu
Normal (RrSas.), Rex (rrS.S.),

Satin (RRs.s,)

dan kombinasi Rex dengan Satin

(rrs,~.), dengan peluang proporsi fenotipe 9/16:3/16:3/16:1116. Bila kelinci yang
bergenotipe rrs.s,

dapat berfenotipe bulu halus dan kilap maka akan dapat

dibentuk bangsa kelinci baru yang berbulu halus-kilap. Dengan demikian akan
tersedia bahan baku industri kulit yang cukup barryak , berkesinambungan dalam
kualitas yang baik. Dengan teknik penyamakan kulit yang modern serta desain
produk yang dapat memenuhi selera konsumsn dan harga yang bersaing, karena
ongkos tenaga kerja di Indonesia yang lebih rendah daripada di negara-negara

maju, produk industri dari bahan kulit-bulu di Indonesia diharapkan dapat menjadi
substitusi bagi produk industri kulit-bulu cerpelai dan kulit-bulu hewan lainnya.
Dengan demikian produk industri kulit yang berbahan baku dari kulit bangsa
kelinci baru tersebut dapat diharapkan menjadi komoditi ekspor yang handal.
Penelitian ini bertujuan untuk menjajagi kemungkinan pembentukan
bangsa kelinci baru yang berbulu halus seperti bulu kelinci Rex dan mengkilap
seperti bulu kelinci Satin. Tujuan lain dari perielitian ini untuk rnengetahui
penyebab kehalusan bulu bangsa kelinci Rex dan penyebab kilapnya bulu

-

bangsa kelinci Satin.
Hipotesis dari penelitian ini adalah bahwa persilangan bangsa kelinci Satin
dan bangsa kelinci Rex dapat menghasilksn kelinci yang berbulu halus seperti
Rex dan mengkilap seperti Satin.

II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah, Potensi Ekonomi dan Kernampuan Biologis Kelinci

Menurut Cheeke dkk. (1987) semua bangsa kelinci domestikasi bernenekmoyang kelinci liar dari Eropah yang berordo lagomorfa, farnili leporidae, genus
oryctolagus, spesies Orycfolagus cuniculus. Genus oryctolagus ini mempunyai 22
pasang kromosom; Pada awalnya kelinci diklasifikasikan ke dalam ordo rode~~sia
(binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan ke
dalam ordo lagomorfa karena bergigi seri enam.
Kelinci mempunyai potensi ekonomis yang tidak kecil di satnping kemampuan biologisnya yang cukup besar. Kelinci dapat dimanfaatkan daging, kulit,
bulu, kulit-bulu dan organ dalamnya (Cheeke dkk.,1987).

L.ebas dkk.(1986)

menyatakan bahwa sebagai penghasil daging, sejarah permanfaatan kelinci
diawaii dari dijadikannya kelinci sebagai obyek perburuan;

Pernbudidayaan

kelinci sebagai hewan piara baru mulai dilakukan pada abad ke 16 diawali dari
negara-negara Eropah yaitu Perancis, ltali dan I~ggris; Pada tahun 1606 Olivier
di Serres mengklasifikasikan kelinci menjadi tiga tipe yaitu tipe liar, tipc setengah
liar dan tipe jinak yang dipelihara orang; Pada awal abad ka 19 kelinci tipe jinak
tersebut menyebar di seluruh pedesaan dan perkotaan di Eropah barat dan

selanjutnya menyebar juga ke Australia dan Selandia Baru; Di Eropah, Jepang
dan Amerika, pengembang-biakan kelinci terpacu pada Perang Dunia kedua
karena terjadinya kekurangan pangan.
Kulit kelinci dapat digunakan untuk bahan garmen, sarung tangan dan lainlain (Cheeke dkk..1987).

Menurut Lebas dkk. (1986). Perancis merupakan

negara penghasil kulit kelinci terbesar di Eropah; Australia juga negara penghasil
kulit kelinci mentah (pelt) yang didapat dari kelinci yang ditangkap dalam usaha
pemberantasan kelinci liar; Korea dan Filipina merupakan negara pengimpor kulit
s

mentah;

Setelah disamak kulit kelinci tersebut diekspor kembali ke negara-

negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman dan Italia. Ditambahkan
oleh Cheeke dkk. (1987) bakaa selain daging, kulit, bulu atau kulit-bulu bagianbagian lain seperti otak, darah serta organ-organ dalamnya juga mempunyai nilai
ekonomis yang tidak kecil,

Otak kelinci adalah sumber tromboplastin yang

berguna dalam pencegahan trombosis (pada serangan jantung), flebitis dan
beberapa kelainan pembekuan darah pada manusla;

Darah kelinci dapat

digunakan dalam program-program biornedis; Bagian-bagian lain yang semula
diduga tidak dapat dimanfaatkan ternyata juga masih berguna seperti kaki kelinci
dapat dibuat menjadi cenderamata.
Di Amerika Serikat kelinci Rex banyak mendapat perhatian orang karena
bulunya yang istimewa, halus seperti beludru. Kelinci bangsa ini selain sebagai
penghasil kulit-bulu samak (fur) juga sebagai penghasil daging.

Mahalnya

ongkos tenaga kerja menjadi kendala utama bagi negeri tersebut untuk
mengembangkan kelinci Rex ke arah industri (Cheeke dkk.,1987).
Kemampuan biologis kelinci yang mencrnjol terletak pada sistem reproduksi
dan sistem pencernaannya. Umur empat bulan kelinci sudah mencapai dewasa
kelamin dan sudah dapat dikawinkan (Cheeke dkk.,1987; Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Tiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-1 0 betina dengan tingkat
kesuksesan pembuahan 95% (Tao Yue-rong, 1992).

Lama bunting rata-rata 31-

32 hari (Cheeke dkk.,1987; Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Rata-rata jumlah

anak per kelahiran 6-7 ekor dengan tingkat keseiamatan jsun/ival rate) 85-95%
(Tao Yue-rong, 1992). Anak kelinci disapih oleh induknya rata-rata pada umur 6-8
minggu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1987). Segera setelah melahirkan, induk
kelinci dapat dikawinkan kembali. Namun dianjurkan sebaiknya kelinci betina
dikawinkan lagi sesudah anak-anaknya disapih (Smith dan Mangkoewidjojo,
1987).
Fekete (1985) menyatakan bahwa kelinci adalah ternak herbivora nonruminansia yang mempunyai lambung tunggal
bagian caecum dan colon.

dengan pembesaran unik di

Dijelaskannya, kedua bagian alat pencernaan ini

berfungsi mirip dengan rumen.-aehingga kelinci disebut sebagai hewan ruminansia
semu (pseudo-ruminant); Sebagai ternak runiinansia semu, kelinci dapat
mencerna sebagian serat kasar, terutama dari bahan nabati, dengan bantuan
bakteri yang hidup di dalam caecum dan colon; Di samping sebagai hewan

ruminansia semu, kelinci bersifat coprophagy yaitu dapat mengkonsumsi kotoran
lunaknya sendiri langsung dari anus, sehingga protein dalam hijauan dapat
dimanfaatkan secara efisien. Menurut Cheeke (1936), pemanfaatan protein yang
efisien tersebut disebabkan oleh penyerapan ulang terhadap zat-zat makanan
yang telah mengalami pencernaan awal oleh bakteri-bakteri yang berada di dalam
caecum dan colon yang dapat mensintesa beberapa zat makanan antara lain
protein dan beberapa vitamin.
Pertumbuhan badan kelinci dapat mencapai 15-20 gram per hari (Smith
dan Mangkoewidjojo, 1987).

2.2. Kelinci Rex

Kelinci Rex adalah kelinci yang mempunyai keistimewaan pada bulunya
yang halus seperti beledu, tumbuh tegak, dengar1 panjang bulu yang sama antar
bulu kasar dengan bulu halus (Cheeke dkk., 1987 dan Tao Yue-rong, 1992).
Menurut Cheeke dkk. (1987), bangsa kelinci Rex ditemukan pertama kali
oleh seorang peternak di Perancis pada tahun 1919; Satu tahun berikutnya
(tahun 1920) bangsa kelinci ini terlihat pada beberapa pameran hewan di Benua
Eropa;

Setelah peristiwa tersebut popularitesnya menirigkat dengan cepat

sehingga pada tahun 1929 kelinci Rex diekvpor ke Amerika Serikat; Awalnya
bangsa kelinci ini dikembangkan untuk dijadikan hewan piaraan karena bulunya

yang istimewa, halus seperti beledu;

Di samping itu kelinci bangsa ini juga

diambil daging dan kulit-bulunya; Beberapa tahun kemudian mulai terdapat
usaha-usaha untuk mengembangkannya sebagai penghasil bahan baku pada
industri garmen;

Mahalnya ongkos tenaga kerja menjadi kendala utama bagi

negeri tersebut untuk mengembangkan kelinci kelinci Rex ke arah industri.

Tabel 1. Produksi dan reproduksi kelinci Rex
K e t e r a r ~ g a n

Rataan

Interval kelahiran (hari)
Jumlah anaklkelahiran (ekor)
Jumlah anak lahir hidup (akor)
Jumlah anak disapih (ekor)
Bobot lahir (g)
Mortalitas sebelum sapih (%)
Bobot sapih-umur 28 hari ( k ~ )
Mortalitas sesudah sapih (%)
Nisbah pakanlpertambahen
bobot badan
Nisbah jantan:betina

1:1.04

Surnber: Raharjo dan Tangendjaja (1988)

Kelinci Rex dimasukkan pertama kali ke Indonesia melalui importasi oleh
Balai Penelitian Ternak-Ciawi pada bulan Februari 1988, dengarl tujuan untuk
mengkaji pertumbuhan badan dan pemanfaatan kulit-bulu.

Hasil pengamatan

pada produksi dan reproduksi kelinci Rex yang diiakukan oleh Raharjo dan
Tangendjaja (1988) dapat dilihat pada Tabel 1.

Bobot dewasa kelinci Rex

berkisar 2.7-3.6 kg dengan rataan luas kulit segar 840.5-320.7 cm2 (Yurmiaty,
1991).
Bangsa kelinci Rex tidak memiliki bulu-bulu panjang karena bulu pelindung
(guard hair) lebih pendek atau sama panjangnya dengan bulu halus (down hair)
(Sanford dan Woodgate, 1980 dan ARBA, 1998). Menurut Cheeke dkk. (1987)
kelinci Rex berbulu halus, lebat, dengan bulu kasar dan bulu halus yang sama
panjang serta warna bulu yang beragam dan menarik. Tao Yue-rong (1992)
menambahkan bahwa bulu kelinci Rex tegak dengan panjang 1.2-1.3 cm. Sifat
bulu yang halus dan tumbuh pendek tersebut disebabkan oieh terdapatnya gen
bulu halus ( rr ) (Castle dan Law, 1936; Lukefahr dan Robinson, 1988). Hal ini
menyebabkan sulitnya dibedakan antara bulu pelindung (bulu kasar) dengan bulu
halus (Castle dan Law, 1936).
Dinyatakan oleh Raharjo (1988), kelinci Rex sanga: berpotensi sebagai
bahan penghasil barang ekspoi seperti pakaian berbulu, syal, alas duduk, topi,
tas, mainan anak-anak dan lain sebagainya yang harganya cukup mahal; Sebagai
contoh sebLah mainan "Teddy Bear" ukuran 20x20~40cm seharga 200 dolar AS

dan sebuah "medium coaY' harganya berkisar 700-3000 dolar AS tergantung pada
kualitasnya; Pasaran untuk barang-barang komoditi !erseGut masih sangat terbuka. Ditambahkannya, kelinci Rex dapat dikembangkan di daerah dataran tinggi
tempat penghasil sayuran karena suhu ideal untuk pertumbuhan badan dan
perkembang-biaban adalah 16-18OC. Makin dingin suhu udara makin baik bulu
yang dihasilkan. Suhu udara 5 - 1 5 ' ~adalah suhu ideal untuk menghasilkan bulu
kualitas nomor satu (Raharjo, 1994).

2.3. Kelinci Satin
Dinyatakan oleh Lukefahr (1981), bangsa kelinci Satin dilemukan pertama
kali pada tahun 1930 di Pendleton-Indiana oleh Walter A. Huey; Bangsa kelinci ini
diternakkan untuk diambil daging dan kulit-bulunya dengan berat dewasa 4.3 kg
untuk jantan dan 4.5 kg untuk betina (Lukefahr, 1981). Masuknya bangsa kelinci
ini ke Indonesia (Balitnak-Ciawi) belum lama yaitu pada bulan Agustus 1996 dari
Amerika Serikat dan langsung digunakan pada penelitian ini.
Yang menjadi ciri pokok dari bangsa kelinci Satin adalah bulunya yang
kilap dan relatif lebih halus dari pada bulu barigsa kelinci pada umumnya (Castle
dan Law, 1936 dan Searle, 1968). Ditambahkan oleh Castle dan Law (1936)
bahwa sifat kilap pada bulu kelinci Satin lestari sepanjang hidupnya. Sifat kilap
bulu pada bangsa kelinci Satin disebabkan oleh terdapainya bulu kilap (s,) yang

.

bersifat resesif , yang merupakan hasil mutasi gen non-kilap is.) (Castle dan Law,
1936; Spendfove dan Robinson, 1970 dan ARBA, 1996). Gen untuk bulu kilap
dalam keadaan homosigot (s,s,)

akan menutup pengaruh gen-gen lainnya

sehingga bulu kelihatan kilap dan relatif lebih halus dibandingkan bulu bangsa
kelinci berbulu normal (Searle, 1968). Ditarnbahkan oleh Lukefahr (1981) bahwa
gen kilap (s.) juga berpengaruh pada meningkatnya konsentrasi granula-granula
pigmen pada bulu sehingga ekspresi warna pada bulu menjadi lebih tegas.
Secara mikroskopis, yang pertama kali mudah dicirikan dari struktur bulu
kelinci Satin adalah tidak terdapatnya sel-sel pada bayian medula dari batang
rambut (Castle dan Law, 1936 dan Lukefahr, 1981). Sel-sel tersebut hanya hadir
pada bulu yang sedang pada periode pertumb~ihanpada bulu kelinci Satin yang
baru lahir (new-born) (Castle dan Law, 1936); bagian kortaks dan kutikula bulu
kelinci Satin lebih tipis daripada bulu Normal, karena sel-sel pembentuk
dindingnya juga lebih tipis daripada bulu Normal.
Terdapat dua pendapat tentang penyabab kilapnya bulu pada kelinci Satin.
Searle (1968) menyatakan bahwa penyebab kilap pada bulu kelinci Satin karena
terdapatnya pantulan sinar dari permukaan batang bulu yang disebabkan oleh
permukaan kutikula yang lebih halus daripada kutikula bulu bangsa kelinci pada
umumnya. Menurut Lukefahr (1981), sifat kilap pada bulu Satin disebabkan oleh
mengernpisnyalmelipafnya sel-sel medula pada batang rambut yang berisi udara
yang mengakibatkan penampilan bulu yang berkilap baik. Dijelaskan oleh Castle

dan Law (1936),
sel-sel tersebut melipat, tersusun rapat di sepanjang batang bulu
pada batas medula dengan korteks.
Ditambahkan oleh Cheeke dkk. (1987), kilapan bulu juga

dapat

dipengaruhi oleh suatu sekresi yang dikeluarkan oleh kelenjar palit (sebaceous

gland) yang ber'upa substansi yang digunaknn untuk rnetnpertahankan tekstur
kulit.

2.4. PeluangTerbentuknya Kelinci Berbulu Halus dan Kilap
Untuk membentuk kelinci berbulu halus-kilap (kelinci H-K), upaya dimulai
dengan melakukan perkawinan silang antar bangsa kelinci yang berbulu halus
(Rex) dengan bangsa kelinci yang berbulu kilap (Satin). Sifat bulu halus Rex
diatur oleh gen bulu halus ( r ) (Lukefahr dan Robinson, 1988) dan sifat bulu kilap
Satin diatur oleh gen bulu kilap ( s. ) (Lukefahr, 1981).
Pada kajian sifat bulu halus dan sifat bulu kilap, karena sifat bulu Rex baru
muncul bila gen r dalam keadaan homosigot, maka berdasarkan teori Mendel
genotipe bulu Rex adalah rr SaS,.
adalah RR s.s.
genotipe rr

Dalam ha1 yang sama, genotipe bulu Satin

Sifat bulu Rex dan Satin akan muncul bersamaan bila terbentuk

sass dan dengan anggapan bahwa kedua pasang gen masing-masing

mengekspresikan diri.

Berdasarkan Teori Mendel, secara simbolik skema parkawinan silang
untuk membentuk kelinci berbulu halus-kilap (H-K) dapat dilihat pada Gambar 1

SS
, , rr x s,s, RR
(Rex)
(Satin)

Ss
,, Rr x S.S. Rr
(Normal)
(Normal)

F2

S.- R(Normal)
9/16

SS
..
.

-

R-

(Satin)
3/16

Sa-rr
(Rex)
3116

(kawin sesamanya)

SS
..

rr

(H-K)
1/16

Gambar 1. Skema perkawinan silang berdasarkan teori Mendel
Dalam Gambar 1 terlihat bahwa berdasarkan teori Mendel, diperlukan dua
generasi perkawinan untuk membenluk kelinci beigenotipe

SS
..

rr. Pada generasi

pertama, dari perkawinan silang antara Kelinci satin dan Rex, semua anak
berbulu Normal, tidak halus dan tidak kilap, karena pengaruh gen bulu halus ( r )
tertutup oleh gen bulu tidak halus ( R ) dan pangaruh gen buiu kilap ( s. ) ditutup
-oleh gen bulu tidak kilap ( S. ). Pada generasi kedua, dari perkawinan antar
sesama keturunan generasi pertama (F,) akan dihasilkan kelinci keturunan

generasi kedua (F2) dengan peluang proporsi fenotipe: 9116 berbulu Normal, 311 6
berbulu Satin, 3/16 berbulu Rex dan 1/16 berbulu kombinasi Rex-Satin.

2.5. Pengaruh lnduk
Konsep dasar dari gemtika menyebutkan bahwa kedua orang tua memberi
kontribusi genetik yang sama kepada anak-anaknya. Pada kenyataannya pada
mamalia sering terjadi bahwa induk memberi pengaruh yzng berbeda kepada
anak dari pada pejantan. Ini disebut dengan penaaruh induk (maternal effect)
(Hohenboken, 1985). Dijelaskannya bahwa pengaruh induk adalah setiap
kontribusi atau pengaruh yang kuat pada fenotipe suatu individu keturunanlanak
yang diakibatkan langsung dari fenotipe induk. Falconer (1981) menyatakan
bahwa efek induk kurang dapat dikontrol. Menurutnya perigaruh induk adalah
pengaruh pre-natal dan post-natal terutama yang bersifat nutrisional. Sedangkan
menurut Hohenboken (1985) pengaruh induk pada fenotipe anak dapat
disebabkan oleh perbedaan genetik atau lingltungan tempat induk herada atau
kombinasi dari keduanya. lni dapat terjadi sejak saat psmbuahan sel telur, selama
masa kandungan maupun selama masa menyusui. Sifat ini dapat diwariskan
dapat pula cukup terjadi pada individu anak yang bersangkutan.

2.6. Bulu

Bulu tumbuh dari kulit dan menutupi keseluruhan tubuh selain telapak
tangan dan kaki, kuku, glans penis dan puting susu (Calhoun dan Stinson, 1986).
Fungsi utama bulu adalah perlindungan, antara lain dari setiyatan matahari dan
benda asing (Tortora dan Anagnostakos, 1990).
Bulu tersusun atas kerat~nyaitu suatu protein yang ssbagian besar terdiri
dari sistin yaitu asam amino yang banyak mengandung sulfur (Cheeke dkk.,
1987).

Menurut Voet dan Voet (1990) bulu pada ~namaliasebagian besar

tersusun atas keratin u yaitu suatu protein yang sifatnya secara flsik tahan lama,
dan secara kimiawi tidak mengadakan reaksi terhadap zat lain. Ditambahkannya
bahwa sehelai rambut tersusun atas beberapa makrofibril. Masing-masing
makrofibril terdiri atas beberapa mikrofibril. Miltrofrbril terdiri atas beberapa
protofibril yang merupakan pasangan yang bergulung yang masing-masing terdiri
dari dua a heliks yang juga saling bergulung. Menurut Cheeke dkk. (1987)
struktur dari dua a heliks yang saling bergulung tersebut yang membuat rambut
bersifat elastis, dapat ditarik memanjang dan dapat kembali ke panjang semula.
Berdasarkan ukuran besar dan fungsinya Cheeke dkk. (1987) melaporkan
terdapat dua tipe pokok bulu yaitu bulu kasar atau bulu pelindung (guard hair)
dan bulu halus (underfur/dow/, hair). Dijelaskannja, bulu kasar berfungsi sebagai
pelindung, lebih panjang, lebih besar (kasar) dan selalc; dilengkapi dengan

kelenjar keringat (sweat glatid), kelenjar palit (sebaceous gland) dan otot penegak
bulu (errector pili muscle); Bulu halus pada umumnya tidah mempunyai kelenjar
keringat dan otot penegak bulu. Kelenjar palit mensekresikan suatu zat yang
menyebabkan permukaan bulu terasa halus dan mempertahankan tekstur kulit
tetap baik. w e h i dkk. (1982) menambahkan, batang bulu kasar berpermukaan
halus karena sisi-sisi kutikula menempel erat pada bagian korteks dari batang
bulu, sedangkan batang bulu halus berpermukaan kasar.
Batang bulu kasar lebih kuat dan pad^ umumnya lebih panjang daripada
bulu halus (Sanford dan Woodgate, 1980 den Schlolaut, 1992). Gatang bulu
kasar maugun batang bulu halus bagian atas lebih besar daripada bagian
bawahnya (Schlolaut, 1992); Bagian bawah batang bulu kasar lurus dari bagian
atas hingga bagian bawah, sedangkan batang bulu halus lurus di bagian atas dan
menggelombang di bagian bawahnya (Gambar 2).
Dari penelitian Niedzwiadek dkk. (1996) pada bangsa-bangsa kelinci New
Zealand White (NZWj, Californian (CL) dan Termond White (TW) yang dipotong
pada umur 90 hari didapatkan bahwa Diameter bulu halus dan kasar serta
nisbahnya

beragam tergantung pada topegrafinya (Tabel 2); Bulu tertebal

(diameter terbesar) untuk bulu halus terdapat di daerah bahu sedangkan tertipis
(diameter terkecil) terdapat di daerah perut; Bulu kasar tertebal untuk bangsa
kelinci NZW dan TW terdapat di daerah punggung sedangkan untuk bangsa

kelinci CL berada di daerah sisi, Kebalikan dari bulu halus, bulu kasar tertipis
terdapat di daerah bahu.

Gambar 2. Skenia batany bulu kasar' (BK) dan bulu halus (BH)
rrrenurut Schlola~i( 1 992). BK lurus dari atas hirigga b a w a i ~ .
BH lurus di bagian atas dac berkelok-kslok di Sagian bawah.
Keduanya rrernbesar di bagian atas

Tabel 2. Diameter (mikron) batang bagian bawah dari bUlu kasar,
bulu halus dan nisbahnya pada beberapa bagian tubuh
dari kelinci NZW, CL dan TW

Ket.

Bahu

DBH
DBK
DBWDBH

12.3
52.8
1 : 4.3

DBH
DBK
DBKIDBH

12.6
50.7
1 : 4.1

DBH
DBK
DBWDBH

12.0
52.8
1 : 4.3

--

Punggung

Pinggul

Sisi

Perut

Rataan

New Zealand White (GW)
12.0
11.9
11.6
64.8
62.9
66.7
1 : 5.2
1 : 5.6
1 . 5.6
Californian (CL)
12.0
11.8
11.9
59.8
58.8
60.7
1 : 5.0
1 : 4.9
1 : 5.1
Termond White (TW)
11.6
11.4
11.8
66.2
64.8
63.3
1 : 5.7
1 : 5.6
1 : 5.4

-

Sumber . Niedzwiadek dkk. (1996)
Keterangarl: DBK = diameter bulu kasar
DBH = diameter bulu halus
Nisbah diameter bulu kasar dengan bulu halus (DBWDBH) juga beragam
menurut topografi dan bangsa' (Tabel 2). Nisbah tertinggi untuk kelinci bangsa
.-

NZW terdapat di daerah perut dan pinggul, untuk kelinci bangsa CL berada di
daerah perut dan sisi sedangkan untuk bangsa kelinci TW berada di daerah perut
saja. Nisbah terendah DBWDBH pada semua bangsa terdapat di daerah bahu
(Niedzwiadek dkk., 1996).

Seperti halnya pada diameter atau keiebalan bulu, penjang bulu juga tidak
sama untuk bagian tubuh yang berbeda.

Tabel 3. Panjang (mm) bulu kasar, bulu halus dan nisbahnya pada
beberapa bagian tubuh dari kelinci NZW, CL dan TW
Ket.

Bahu

PBH
PBK
PBWPBH

18.1
25.1
1:1.38

PBH
PBK
PBWPBH
PBH

PBK
PBWPBH

Punggung

Pinggul

Sisi

New Zealand White (NZW)
23.1
22.0
20.1
31.7
30.3
30.1
1 : 1.49
111.38
1i1.38
Californian (CL)
22.1.
19.9
17.5
21.8
32.9
32.0
23.5
31.5
1 : 1.48
1: 1.60
1 : 1.44
111.34
Termond White (TW)
20.3
20.0
18.4
19.5
31.3
29.5
29.2
24.9
111.54 1 : 1.47
1 : 1.49
1:1.35
'

Perut

Rataen

17.6
26.9
1:1.52

20.2
28.8
1:1.42

17.5
28.0
111.60

19.8
29.5
1:1.50

17.4
25.0
111.43

19.0
28.0
1:1.47

Sumber : Niedzwiadek dkk. (1996)
Keterangan: PBH = panjang bulu halus

PBK = panjang bulu kasar

Bulu terpanjang kelinci Rex terdapat pada bagian kaki belakanglpaha,
diikuti bagian leher dan sekitar ekor, punggung dan terpendek pada bagian perut
(Sartika dan Raharjo, 1990). Panjang bulu bagian bahu kelinci Rex dewasa yang
diberi pakan 100 glekorlhari dan dipelihara pada suhu udara 20-28' C menurut
Raharjo dan Sartika (1992) adalah 20.8 mm.

Rataan panjang bulu kelinci Rex menurut Gekle dkk. (1985) 1.5-2.0 cm,
menurut Sartika dkk. (1993) 1.59-3.08 cm, sedangkan menurut Tao Yue-rong
(1992) 1.2-1.3 cm.

Niedzwiadek dkk. (1996) juga menyatakan bahwa panjang bulu juga
beragam menurut topografi (Tabel 3).

Pada semua bangsa kelinci, bulu

terpanjang baik bulu kasar maupun bulu halus terdapat di daerah punggung.
Bulu kasar terpendek untuk semua bangsa terdapat di daerah bahu sedangkan
bulu terpendek juga untuk semua bangsa terdapat di daerah perut.
Kelebatan bulu juga tidak sama untuk seluruh bagian tubuh. Bulu bagian
bahu dan kaki paling lebat, sebaliknya bagian perut paling jarang (Gekle dkk.,
1985). Agak berbeda dari pendapat Gekle dkk. tersebul, Niedzwiadek dkk. (1996)
mendapatkan bahwa pada semua bangsa kelebatan bulu meksimal terdapat pada
bagian pinggul dan minimal terdapat di bagian perut. Namun kelebatan bulu
berbeda antar bangsa satu dengan bangsa yang lain.

2.6.1. Bagian bulu

Bulu terdiri atas batang bulu (shaft) dan akar bulu (root). Batang bulu
sebagian besar berada di atas permukaan kulit, terdiri atas medula, korteks dan
kutikula (Dellman, 1971; Ham dan Cormack, 2979; Tortora d m Anagtostakos,
1990) (Gambar 3). Menurut Tortora dan Anagtostakos (1990), bagian akar bulu

berada di bawah permukaan kulit rnenernbcs bagian dermis bahkan hingga ke
lapisan di bawah kulit. Mereka rneiyatakan hahva seperti pada bagian batang,
bagian akar ini juga terdiri atas medl~la,korteks dan kutikula. Ditambahkannya,
akar bulu dikelilingi oleh folikel bulu.

Gambar 3. Skema Kulu kasar dengan bagian-bagiannya
menurut Ham dan Cormack (1979)
a). kutikula b). korteks c). medula d). kelenjar palit
e). otot penegak ~ u l uf). matriks g). papila

Bagian medula ~erupakanlapisan bulu paling dalam, tersusun atas ruangruang udara (Calhoun dan Stinson, 1986) dan sel-sel polihedral yang berisi
granula-granula pigmen (Calhoun dan Stinson, 1986; Tortora clan Anagtostakos,
1990). Makin besar ukuran bulu makin besar proporsi bagian medula (Cheng dan
Huang, 1992). Menurut Dellman (1971) bagian medula ini tidak banyak
terpigmentasi.

Dijelaskannya, sel-sel pada bagian medula ini semuanya

terkornifikasi dan saling berhimpitan seperti tumpukan uang logam; Pada bagian

.-

ini sering didapati rongga udara terutama pada binatang yang sudah tua. Pada
bulu halus terdapat single medulla cavity (rongga udara menerus dari medula)
atau discontinous single medulla cavity (rongga udara terputus dari medula) yang
berisi sederetan sel-sel medula, sedangkan pada bulu kasar hampir selalu
terdapat multiple medulla cavity (rongga udara ganda dari medula) yang berisi
dua atau lebih deretan sel-sel medula (Cheng dan Huang, 1992).
Wildman (1955) menyatakan bahwa pada binatang berambut terdapat dua
macam tipe medula, yaitu "medula utuh" (unbroken medullae) dan "medula patah"
(broken medullae). Diuraikannya, tipe yang pertama dibagi lagi menjadi dua tipe
yaitu tipe lebar dan tipe sedang (Gambar 4); Tipe medula yang kedua terdapat
tiga tipe yaitu tipe terputus (interrupted medullae), tipe fragmen (fragmental
medullae) dan tipe tanyga (lader medullae); Medula tipe tangga tardiri atas tipe
tunggal berseri (uniserial) dan tipe ganda berseri (multiserial) (Garnbar 5).

Garnbar 4. Macam tipe rnedula menurut Wildman (1 955)
a). fragmen b). terputlrs c). utuh sedang d), utuh lebar

Gambar 5. Medula tipe tangga meflurut Wildman (1955)
a). baris tunggal b). baris ganda

Bagian korteks terdiri atas sel-sel yang terkornifikasi yang tidak punya inti
sel dan banyak didapati tonofibril yang membuat bulu menjadi stabil, tidak akan
mengalami perubahan ukuran (Deliman, 1971).

Korteks merupakan bagian

terbesar dari batang bulu, terdiri atas sel-sel panjang yang berwarna gelap
mengandung granula-granula pigmen (Tortora dan Anagtostakoo, 1990). Menurut
Cheng dan Huang (1992) proporsi sel-sel korteks pada ke!inci lebih sedikit dari
pada domba. Ditambahkannya, makin halus bulu kelinci makin kecil proporsi selsel korteks. Pada rambut yang putih (karena tua atau albino) bagian korteks tidak
mengandung granula pigmen (Tortora dan Anagtostakos, 1930).
Bagian kutikula, lapisan terluar dari bulu, terdiri atao selapis sel-sel epitel
skuamus simplek yang tipis, rata, tersusun seperti sisik ikan yang sebagian besar
tersusun dari keratin.

Bagian yang seperti sisik yang bebas mencuat keluar

menyerupai genteng sirap (Dellman, 1971; Tortora dan Anagtostakos, 1990).
Bagian ini bersifat resisten terhadap banyak macam bahan kimia (Dellman, 1971)
dan juga menolak air (Cheeke, 1987).
Menurut Wiidman (1955), secara garis besar terdapat tiga macam tipe
kutikula, yaitu tipe mosaik, tipe gelombang dan tipe V (Gambar 6). Keragaman 4
tipe kutikula merupakan kombinasi dari tipe mosaik dengan tipe gelombang atau
kombinasi dari tipe gelombang dengan tipe V. Selain ketiga tipe tersebut, Cheng
dan Huang (1992) menambahkari terdapat lagi dua tipe kutikula yaitu tipe pintalan

tali dan tipe sisik ikan, Kedua tipe kutikula tersebut bentuknya sesuai dengan
namanya, yaitu seperti pintalan tali dan sepert; susunan sisik ikan.

Gambar 6. Tipe kutikula menurut Wildman (1 955)
a). tipe mosaik b). tipe gelombsng c). tipe V

Wildtnan (1955) rnengkaji bentuk tepi kutikula dan jarak antar tepi kutikula
dari binatang berbulu. Diuraikannya, terdapat ernpat tipe tepi kutikula yaitu tipe
halus (smooth), tipe bergerigi berujung runcing (crenate), tips bergerigi berujung
bulat (rippled) dan tipe remis (scalloped) (Gambar 7); Berdasarkan jarak antar
tepi kutikula, dikelompokkan kutikula tipe jauh ( d i ~ t a i ~tipe
t ) , dekat (near) dan tipe
rapat (close) (Gambar 8).

Garnbar 7. Tipe bentuk tepi kutikula menurut Wildman (1955)
a). halus b), bergerigi runcing c). bergerigi tumpul d). remis

Gambar 8. Jarak antar tepi kutikula menurut Wildman (1955)
a). jauh b), dekat c). rapat

Jarak antar tepi kutikula pada sebatang bull: beragam tergantung letaknya.
Dari hasil kajian pada batang bulu kasar binatang cerpelai, Wu dkk. (1977)
melaporkan bahwa pada bagian ujung