Prosedur Penyetoran Dan Pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Pegawai Tetap
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Dalam satu dekade terakhir, Pemerintah Indonesia sedang giat meningkatkan
pendapatan negara. Salah satu pendapatan negara yang terbesar adalah dari sektor
pajak. Bagi negara, pajak merupakan salah satu sumber pendapatan yang akan
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dan melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Pajak adalah suatu peralihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah,
bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan
yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan
proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. (Moh. Zain ; 2005)
Sistem yang dianut negara kita yaitu system self assessment dimana penghitungan, penyetoran, dan pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak, maka
kesadaran yang diimbangi dengan pemahaman yang cukup oleh Wajib Pajak
sehingga dapat melaksanakan kewajiban pajaknya dengan benar merupakan hal yang
sangat penting dalam menunjang keberhasilan pencapaian target pajak yang
(2)
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam
bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 21 dan Pasal 26 Undang-Undang No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008. PPh
Objek Pajak dari Pajak Penghasilan adalah setiap pertambahan kemampuan ekonomis
yang dapat digunakan untuk konsumsi baik yang berasal dari dalam negeri maupun
luar negeri.
PT. INTI (Persero) Bandung merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang bergerak di bidang industri dan perakitan barang-barang elektronik serta
pelayanan jasa instalasi telekomunikasi. PT. INTI (Persero) menggunakan with holding system dalam melakukan pemungutan pajak yang mempunyai wewenang dalam melakukan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan besarnya
pajak yang terhutang sesuai dengan masa terhutangnya pajak tersebut yang dikutip
dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap. Setiap
kegiatan penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh, bagian Pajak dan Asuransi
sebelumnya telah menginformasikan terlebih dahulu rencana pembayaran pajak yang
akan dibayar PT. INTI (Persero) Bandung sesuai dengan masa terutangnya pajak
tersebut. Proses penginformasian ini dilampiri dengan Rencana Pembayaran Pajak
(3)
dalam satu masa tertentu. Dalam Rencana Pembayaran Pajak berisi tentang
jenis-jenis pajak yang terutang, nominal pajak yang terutang, serta tanggal rencana
pembayaran pajak yang terutang oleh PT. INTI (Persero) Bandung. Rencana
Pembayaran ini divalidasi oleh Ketua Bagian Pajak dan Asuransi.
Tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 yang diterapkan atas Penghasilan Kena
Pajak (PKP) pegawai yang berlaku saat ini sesuai dengan UU PPh No. 36 Tahun
2008 yang berlaku mulai tahun pajak 2009 yaitu sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Diatas Rp50.000.000 sampai dengan Rp250.000.000 15%
Diatas Rp250.000.000 sampai dengan Rp500.000.000 25%
Diatas Rp500.000.000 30%
Besaran tarif yang diterapkan kepada wajib pajak yang tidak memiliki NPWP
adalah lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang dikenakan terhadap
wajib pajak yang telah memiliki NPWP.
Dari uraian di atas maka penulis memutuskan untuk mengambil judul
“Prosedur Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap” sebagai laporan kerja praktek.
(4)
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan laporan kerja praktek penulis
memiliki tujuan dalam melaksanakan kerja praktek, yaitu untuk mengetahui prosedur
pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas
penghasilan pegawai tetap di PT. INTI (Persero) Bandung.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek 1 Bagi Penulis
Pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan dapat menambah pengalaman dalam
menghadapi berbagai macam masalah dibidang perpajakan seiring dengan
adanya Undang-Undang Perpajakan yang sewaktu-waktu dapat berubah. Selain
itu, juga Penulis dapat menerapkan ilmu yang didapatkan secara langsung pada
bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori perpajakan
yang dipelajari selama perkuliahan dengan praktek kerja di lapangan.
2 Bagi Perusahaan
Pelaksanaan kerja praktek yang penulis lakukan diharapkan dapat membantu
pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan teknis yang berhubungan dengan pelaporan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di perusahaan.
Selain itu, juga sebagai sarana yang menghubungkan lembaga pendidikan
(5)
3 Bagi Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia
Pelaksanaan kerja praktek ini diharapkan sebagai bahan masukan guna
melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori perpajakan yang diberikan bila
dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada dalam praktek nyata.
Selain itu, sebagai kajian atas laporan hasil kerja praktek yang dilakukan
penulis dengan penyesuaian kurikulum.
1.4 Metode Kerja Praktek
Metode yang digunakan oleh penulis dalam pelaksanaan kerja praktek yaitu
partisipasi atau ikut langsung dalam mengerjakan pekerjaan - pekerjaan
perusahaan/instansi serta mengamati secara langsung prosedur - prosedur perhitungan
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, penyetoran dan pelaporan SPT Masa Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap yang terjadi di PT. INTI
(Persero) Bandung.
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek
1.5.1 Lokasi Pelaksanaan Kerja Praktek
Lokasi pelaksanaan Kerja Praktek yaitu di salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri dan perakitan barang-barang
(6)
1.5.2 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek
Adapun dalam melaksanakan Kerja Praktek dimulai dari bulan Agustus
(7)
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTANSI
2.1 Sejarah PT INTI
PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) resmi berdiri melalui Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 1974. Sejak tanggal 28 Desember 1974 dengan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 34 Kep.171/MK/IV/12/1974 merupakan
suatu Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) dengan status Perseroan yang dibawahi
oleh Departemen Keuangan sebagai pemilik saham. Dengan demikian PT. INTI
(Persero) setiap tahunnya diaudit oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Sealin itu juga PT. INTI (Persero) memiliki auditor internal dibawah Satuan
Pengawas Intern (SPI).
Berdasarkan PP No. 59 Tahun 1989, PT. INTI (Persero) dimasukan ke dalam
kelompok BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis). Sejak berdiri hingga sekarang,
PT. INTI (Persero) telah banyak mengalami perkembangan tiap periodenya. Diawali
tahun 1926 didirikan Laboratorium PTT (Pos, Telepon, Telegram) di Tegalega.
Kemudian tahun 1929, Laboratorium ini menjadi penelitian dan pengembangan
pertelekomunikasian di Indonesia. Setelah perang dunia ke-2, Laboratorium
ditingkatkan menjadi laboratorium telekomunikasi yang mencakup bidang telepon,
(8)
Perkembangan PT. INTI (Persero) dimulai sejak kerjasama antara perusahaan
Negara telekomunikasi dengan Siemen AG pada tanggal 26 Mei 1966 dan
pelaksanaannya dibebankan pada Lembaga Penelitian dan Pengembangan POS dan
Telekomunikasi (LPP POSTEL). Maka selanjutnya LPP POSTEL diubah menjadi
Lembaga Penelitian dan Pengembangan Industri Pos dan Telekomunikasi (LPPI
POSTEL). Pada tanggal 22 Juni 1968, industri telekomunikasi yang berpangkal pada
bagian telepon diresmikan oleh Presiden RI diwakilkan oleh Menteri Ekuin yang
pada waktu itu dijabat oleh Sultan Hamengkubuwono IX. Pada tanggal 1-3 Oktober
1970, diadakan rapat kerja sama Pos dan Telekomunikasi yang menghasilkan
keputusan bahwa LPP POSTEL diberikan waktu kurang lebih empat tahun untuk
mempersiapkan agar dapat berdiri sendiri dalam bidang keuangan, kepegawaian, dan
peralatan.
Selanjutnya tahun 1974-1979 menghasilkan produksi penting yaitu pesawat
radio HF/SBB dan alat penunjang kelancaran pemilu berupa Sambungan Telepon
Kendaraan Bermotor (STKB). Pada tahun 1980-1990 merupakan pemantapan
struktur yang didukung oleh keputusan pemerintah dengan sasaran program dan
ditetapkan sistem telekomunikasi nasional sehingga melahirkan pabrik
telekomunikasi digital pertama di Indonesia.
Dari serangkaian tahapan restrukturisasi yang telah dilakukan, PT. INTI
(Persero) kini memantapkan langkah transformasi mendasar dari kompetensi berbasis
(9)
menjadi semakin adaptif terhadap kemajuan teknologi dan karakteristik serta perilaku
pasar.
Dari pengalaman panjang PT. INTI (Persero) sebagai pendukung utama
penyediaan infrastruktur telekomunikasi nasional dan dengan kompetensi
sumberdaya manusia yang terus diarahkan sesuai proses transformasi tersebut, saat
ini PT. INTI (Persero) bertekad untuk menjadi mitra terpercaya di bidang penyediaan
jasa profesional dan solusi total yang fokus pada Infocom System & Technology Integration (ISTI).
2.2 Struktur Organisasi PT INTI
Pajak Optimalisasi Bendahara Asset Pengelolaan Dana Asuransi Portofolio Investasi Perencanaan Pengendalian Keuangan Pokli Manajemen Asset Pokli Sistem Akuntansi Pokli Sistem Informasi
Pokli Akuntansi & Anggaran Perencanaan Pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan DIVISI KEUANGAN Pajak & Asuransi Akuntansi & Anggaran Pendanaan Manajemen Asset Pengendalian Anggaran & Verifikasi Laporan Manajemen Akuntansi Adm. Perencanaan Pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan
(10)
2.3 Deskripsi Jabatan PT INTI 1. Divisi Keuangan
Bertanggung jawab kepada Dewan Direksi
Membawahi:
- Departemen Perencanaan Pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan
- Departemen Akuntansi dan Anggaran
- Departemen Pajak dan Asuransi
- Departemen Manajemen Aset
- Departemen Pendanaan
Tugas dan Wewenang:
a. Memimpin dan mengelola Divisi Keuangan.
b. Menyusun strategi bisnis dan memberikan arah kebijakan strategis
sebagai pedoman kegiatan bisnis perusahaan.
c. Melakukan penyusunan Rencana Jangka Panjang dan Rencana Jangka
Pendek.
d. Melakukan koordinasi kegiatan pelaporan dengan bekerjasama dengan
para Kepala Divisi dan Unit lainnya.
e. Melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan kompetensi
karyawan di unitnya.
f. Menyampaikan laporan secara berkala, sekurang-kurangnya sebulan
(11)
2. Departemen Perencanaan dan Pengendalian Sistem Akuntansi Keuangan.
Bertanggung jawab kepada Divisi Keuangan
Membawahi:
- Sub Departemen Administrasi Perencanaan
- Sub Departemen Pengembangan Sistem Akuntansi Keuangan
- Sub Departemen Pokli Sistem Akuntansi
Tugas dan Wewenang:
a. Menyusun dan mengusulkan rencana kegiatan, program kerja,
anggaran biaya dan investasi sebagai pedoman kegiatan Bagian
Perencanaan dan Pengendalian Sistem Akuntansi Keuangan.
b. Menganalisa mengusulkan dan membuat operating model (action plan) pengembangan sistem keuangan.
c. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara
periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada
dalam pengelolaan kegiatan Perencanaan dan Pengendalian Sistem
Akuntansi Keuangan kepada atasan.
d. Menginventarisir permasalahan kebijakan manajemen mengenai SDM
yang kurang jelas di unitnya dan menyampaikannya ke unit fungsi
SDM Korporasi baik langsung maupun melalui Forum Komunikasi
(12)
e. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara periodik
disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada dalam pengelolaan
kegiatan Perencanaan dan Pengendalian Sistem Akuntansi Keuangan
kepada atasan.
3. Departemen Akuntansi dan Anggaran
Bertanggung jawab kepada Divisi Keuangan
Membawahi:
- Sub Departemen Akuntansi
- Sub Departemen Laporan Manajemen
- Sub Departemen Pengendalian Anggaran dan Verifikasi
Tugas dan Wewenang:
a. Menyusun Rencana Kerja dan melaksanakan kegiatan Urusan
Akuntansi.
b. Mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan Urusan Akuntansi sebagai
pedoman kegiatan Urusan Akuntansi.
c. Pengelolaan data base akuntansi dan keuangan.
d. Mengumpulkan data yang dibutuhkan, menganalisa laporan keuangan
dari unit-unit kerja.
e. Menyusun program kerja dan anggaran biaya & investasi unitnya.
f. Penyusunan laporan keuangan corporate, inhouse dan konsolidasi perusahaan.
(13)
g. Pencatatan transaksi keuangan perusahaan.
h. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara
periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada
dalam pengelolaan kegiatan Akuntansi kepada atasan.
i. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM.
4. Departemen Pajak dan Asuransi
Bertanggung jawab kepada Divisi Keuangan
Membawahi:
- Sub Departemen Pajak
- Sub Departemen Asuransi
Tugas dan Wewenang:
a. Menyusun Rencana Kerja dan melaksanakan kegiatan urusan pajak.
b. Mengarahkan dan mengevaluasi kegiatan urusan pajak sebagai
pedoman urusan pajak.
c. Menerima dan Verifikasi Pajak Voucher Penjualan.
d. Verifikasi Pajak Faktur Penjualan (sebelum ditagihkan) dari
Divisi/SBU/Unit.
e. Membuat Rekapitulasi Setoran Pajak.
f. Membuat SPT Masa ke kantor KPP BUMN.
(14)
h. Melaksanakan penyelesaian Penarikan Retur Pajak (Rampung) dari
Kas Negara.
i. Membuat Laporan Pembelian ke Kanwil DJP.
j. Melayani permintaan Bukti Pemotonnhan PPh Rekanan.
k. Rekonsiliasi pajak ke Akuntansi.
l. Menyusun program kerja dan anggaran biaya dan investasi unitnya.
m. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara
periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada
dalam pengelolaan kegiatan pajak kepada atasan.
n. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM.
5. Departemen Manajemen Aset
Bertanggung jawab kepada Divisi Keuangan
Membawahi:
- Sub Departemen Optimalisasi Aset
- Sub Departemen Portofolio Investasi
Tugas dan Wewenang:
a. Menyusun dan mengusulkan rencana kegiatan, program kerja,
anggaran biaya dan investasi sebagai pedoman kegiatan Bagian
Manajemen Aset.
b. Merencanakan, mengorganisasikan dan mengendalikan kegiatan
(15)
c. Membantu perencanaan Urusan Manejemen Aset.
d. Melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan Urusan Manajemen Aset
sebagai pedoman kegiatan Urusan Manajemen Aset.
e. Menyusun program kerja dan anggaran biaya dan investasi unitnya.
f. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara
periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada
dalam pengelolaan kegiatan administrasi perencanaan pengendalian
aset kepada atasan.
6. Departemen Pendanaan
Bertanggung jawab kepada Divisi Keuangan
Membawahi:
- Sub Departemen Bendahara
- Sub Departemen Pengelolaan Dana
- Sub Departemen Perencanaan Pengendalian Keuangan
Tugas dan Wewenang:
a. Merencanakan, mengorganisasikan, dan mengendalikan Bagian
Pendanaan.
b. Menyusun dan mengusulkan rencana kegiatan, program kerja,
anggaran biaya dan investasi sebagai pedoman kegiatan Bagian
(16)
c. Mengendalikan kegiatan fungsi bendahara (penyimpanan dan
penerimaan) dan perencanaan pengendalian, pengelolaan dana
(Pengalokasian dana).
d. Memberikan laporan kemajuan pencapaian program kerja secara
periodik disertai rekomendasi atas setiap permasalahan yang ada
dalam pengelolaan kegiatan pendanaan kepada atasan.
e. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan kompetensi SDM di
bawahnya.
f. Mengupayakan sumber pendanaan dari eksternal perusahaan guna
keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan.
2.4 Aspek Kegiatan PT INTI
Berdasarkan Akte Pendirian Perusahaan, maksud dan tujuan pendirian PT. INTI
(Persero) adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program
pemerintah di bidang Ekonomi dan Pembangunan Nasional pada umumnya dan
khususnya di bidang industri infokom dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang
berlaku bagi perseroan.
Selanjutnya di samping maksud dan tujuan tersebut di atas, secara komersial
perusahaan bertujuan untuk menjadi perusahaan yang menguntungkan (Profitable), makmur (Prosperous) dan berkelanjutan (Sustainable). Dengan situasi yang belum kembali normal sejak krisis ekonomi melanda Indonesia beberapa tahun lalu, dalam
(17)
meningkatkan kondisi perusahaan dari tahapan bertahan hidup (Survival) menjadi perusahaan yang tumbuh (Growth).
Visi PT. INTI (Persero) bertujuan menjadi pilihan pertama bagi pelanggan
untuk menginformasikan “MIMPI” menjadi “REALITA”. Dalam hal ini, “MIMPI”
diartikan sebagai keinginan atau cita-cita bersama antara PT. INTI (Persero) dan
pelanggannya, bahkan seluruh stakeholder perusahaan. Sedangkan misinya adalah: 1. Fokus bisnis tertuju pada kegiatan jasa engineering yang sesuai dengan
spesifikasi dan permintaan konsumen.
2. Memaksimalkan value (nilai) perusahaan serta mengupayakan growth (pertumbuhan) yang berkesinambungan.
3. Berperan sebagai prime mover (penggerak utama) bangkitnya industri dalam negeri.
Dalam tahun 2005 – 2007 PT INTI (Persero) menangani penjualan produk dan Jasa untuk pembangunan infrastuktur telekomunikasi, yang dikelompokan ke dalam 3
(tiga) bidang usaha, yaitu :
Jaringan Telekomunikasi Tetap (JTT)
Jaringan Telekomunikasi Selular (JTS)
Jasa Integrasi Teknologi (JIT)
Dalam masa 3 tahun mendatang, tekanan persaingan global semakin kuat, PT
(18)
-kompetitif. Jasa engineering yang akan ditekuni oleh PT INTI (Persero) yaitu meliputi :
1. Sistem Infokom :
a. Manajemen jaringan
b. Pengembangan piranti lunak dan piranti keras
c. Optimalisasi jaringan
d. Solusi teknologi informasi
2. Integrasi Teknologi :
a. Manajemen proyek pembangunan
b. Desain Jaringan (tetap dan nirkabel)
c. Integrasi logistik berbasis pengetahuan
d. Integrasi sistem komunikasi
e. Penyedia jasa aplikasi
Selain itu sesuai dengan kebutuhan pengguna, PT INTI (Persero) juga
menyiapkan diri untuk menjadi Penyedia Solusi Total Infokom, termasuk mencarikan
penyelesaian permasalahan pendanaan yang dihadapi konsumen.
Produk Pasar, Kompetensi PT. INTI (Persero)
Produk Pasar Kompetensi
Jaringan Telekomunikasi Tetap (JTT)
Operator Telekomunikasi Tetap
Integrasi Sistem Jaringan Tetap Pita Sempit dan Pita Lebar
Jaringan Telekomunikasi Selular (JTS)
Operator Telekomunikasi Selular
Integrasi Sistem Jaringan Selular
(19)
Pita Sempit dan Pita Lebar
Jaringan Integrasi Teknologi (JIT)
Operator Telekomunikasi, Korporasi & Publik
Produk Asli dan Kapabilitas
Desain Rekayasa Network Management Tools
CPE (Customer Premises Equipment) CME (Civil,
Mechanical and Electrical) Solusi Teknologi
Jaringan Telekomunikasi Privat (JTP)
Non Operator
Telekomunikasi Tetap & Non Operator
Telekomunikasi Selular
Integrasi Sistem Enterpise Private Network Defense
Communication System
Outside Plant (OSP) Operator Telekomunikasi Tetap & Selular
Instalasi & Perawatan Cabling/Wiring
Ducts, poles, towers, repeaters
Jaringan Tetap & Selular
(20)
BAB III
PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Lokasi pelaksanaan Kerja Praktek yaitu di salah satu Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang bergerak di bidang industri dan perakitan barang-barang
elektronika serta pelayanan jasa instalasi telekomunikasi yang beralamat:
Nama Perusahaan
Divisi/Bagian
Sub. Bagian
Alamat
: PT. Industri Telekomunikasi (Persero)
: Keuangan
: Pajak dan Asuransi
: Jl. Moch Toha No.77 Bandung
3.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah suatu peralihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan,
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan
yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk menjalankan pemerintahan.
(Moh. Zain ; 2005)
Menurut Purnama (2005: 2), pajak dapat digolongkan ke dalam:
a. Pajak Langsung, yaitu suatu pajak yang pengenaannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak
(21)
b. Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pengenaannya atau pembebanannya dapat dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). c. Pajak Subjektif, adalah suatu pajak yang pengenaannya pertama-tama
memperhatikan subjek atau keadaan pribadi dari wajib pajak dan untuk menetapkan pajaknya dicari atau ditemukan alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan material dari wajib pajak. Contoh: PPh
d. Pajak Objektif, adalah pungutan pajak yang pertama-tama melihat keadaan objeknya yang selain benda, dapat pula berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban pajak. Contoh: PPN dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM).
e. Pajak Pusat, ialah suatu pajak yang pemungutannya dilakukan oleh pemerintah pusat dan diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan digunakan sebagai biaya atau belanja rumah tangga negara (APBN). Contoh: PPh, PPN, PPnBM dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
f. Pajak Daerah, adalah pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga pemerintah daerah tersebut.
3.1.2 Pengertian Pajak Penghasilan 21
Pasal 21 adalah pembayaran pajak dimuka bagi pegawai atau wajib
pajak orang pribadi yang dipotong pajaknya.
(2010)
3.1.3 Pengertian Pegawai Tetap
Pegawai tetap adalah pegawai yang menerima atau memperoleh
(22)
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Kegiatan yang dilakukan yaitu ikut serta dalam prosedur penyetoran dan
pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai
Tetap. Kegiatan ini dimulai dengan membuat perhitungan gaji seluruh pegawai PT.
INTI (Persero) Bandung yang kemudian dibuat rekapitulasi gaji ke dalam tiap-tiap
divisi. Dalam daftar rekapitulasi gaji tersebut mencantumkan jumlah PPh Pasal 21
yang terutang oleh PT. INTI (Persero) Bandung. Atas dasar jumlah PPh Pasal 21
tersebut maka dibuatlah Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) untuk keperluan penyetoran PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap. Penyetoran PPh Pasal 21
disetorkan kepada PT. Pos Indonesia dengan melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP)
dan Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) PPh Masa Pasal 21. Setelah disetorkan maka
PT. INTI (Persero) Bandung memperoleh Bukti Penerimaan Negara dan dokumen
pajak yang telah dicap lunas oleh PT. Pos Indonesia.
Kegiatan selanjutnya adalah meng-input data PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap menggunakan e-SPT meliputi pembuatan Bukti Pemotongan dan
Daftar Bukti Pemotongan PPh Masa Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap PT.
INTI (Persero) Bandung. Kemudian melaporkan e-SPT PPh Masa Pasal 21, SSP PPh
Pasal 21 dan SPT PPh Pasal 21 yang telah dicap lunas oleh PT. Pos Indonesia ke
Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung. Setelah dilaporkan, PT. INTI (Persero)
(23)
mengarsipkan dokumen-dokumen pajak tersebut sesuai dengan jenis dan masa
pajaknya.
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek
PT. INTI (Persero) Bandung terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Bandung dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.001.672.3.441.001. PT.
INTI (Persero) Bandung adalah sebagai Pemotong Pajak. Pelaksanaan Pemotongan
Pajak dilaksanakan oleh bagian Pajak dan Asuransi.
PT. INTI (Persero) Bandung membuat kebijakan keuangan berupa wewenang
permintaan dan perintah pembayaran melalui kas/bank di Divisi Keuangan. Bila ada
perbedaan nominal (batas nilai) maka akan ada perbedaan antara wewenang
permintaan baik pihak yang meminta dan pihak yang menyetujui dengan wewenang
perintah membayar baik pihak pertama dan pihak kedua yang berhak untuk
memvalidasi bukti pengeluaran keuangan tersebut. (Surat Kebijakan Keuangan pada
Divisi Keuangan dapat dilihat pada Lampiran 3)
Setiap kegiatan penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh, bagian Pajak dan
Asuransi sebelumnya telah menginformasikan terlebih dahulu rencana pembayaran
pajak yang akan dibayar PT. INTI (Persero) Bandung sesuai dengan masa
terutangnya pajak tersebut. Proses penginformasian ini dilampiri dengan Rencana
(24)
tentang jenis-jenis pajak yang terutang, nominal pajak yang terutang, serta tanggal
rencana pembayaran pajak yang terutang oleh PT. INTI (Persero) Bandung. Rencana
Pembayaran ini divalidasi oleh Ketua Bagian Pajak dan Asuransi. (Rencana
Pembayaran Pajak dapat dilihat pada Lampiran 4)
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa, dan kegiatan dengan nama dan bentuk apapun yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Siti Resmi,2009:16)
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 merupakan suatu hal yang penting, karena
keberadaanya dapat mempengaruhi penghasilan seseorang. PPh Pasal 21 merupakan
kewajiban membayar dari pihak PT. INTI (Persero) Bandung yang timbul akibat dari
penghasilan pegawai tetap PT. INTI (Persero) Bandung yang dikenai atas pajak
penghasilan.
Mardiasmo (2006:26-31) menyebutkan bahwa Surat Pemberitahuan (SPT)
adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan. Surat Setoran Pajak adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk
melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas Negara melalui
Kantor Pos dan atau bank Badan Usaha Milik Negara atau bank Badab Usaha Milik
Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
Surat Pemberitahuan Pajak (SPT) Masa PPh Pasal 21 digunakan oleh PT. INTI
(25)
objek pajak dan atau bukan objek pajak PPh Pasal 21 dan atau harta dan kewajiban
PT. INTI (Persero) Bandung.
Selain menggunakan formulir SPT yang diambil dari KPP, PT. INTI (Persero)
Bandung menggunakan e-SPT dalam pelaporan Pajak yang terutang. Elektronik SPT
atau disebut e-SPT adalah aplikasi (software) yang dibuat oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk digunakan oleh PT. INTI (Persero) Bandung untuk kemudahan dalam
menyampaikan SPT. Adapun kelebihan e-SPT bagi PT. INTI (Persero) Bandung adalah sebagai berikut :
(1) penyampaian SPT dapat dilakukan secara cepat dan aman, karena lampiran
dalam bentuk media CD/Disket.
(2) data perpajakan terorganisasi secara sistematis.
(3) data yang disampaikan selalu lengkap, karena penomoran formulir dengan
menggunakan sistem komputer.
(4) menghindari pemborosan penggunaan kertas akibat kesalahan pengisian data
perpajakan.
(5) Kemudahan dalam membuat laporan pajak.
(6) Perhitungan dilakukan secara cepat dan tepat karena menggunakan sistem
komputer.
Formulir Surat Setoran Pajak (SSP) adalah bukti pembayaran pajak yang sah
(26)
(Persero) Bandung. Sedangkan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 merupakan bukti
bahwa karyawan tetap PT. INTI (Persero) Bandung sudah membayar PPh Pasal 21
melalui PT. INTI (Persero) Bandung selaku Pemotong Pajak Penghasilan.
Sedangkan menurut Waluyo (2010:197) dalam bukunya yang berjudul
Perpajakan Indonesia, yang dikutip dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor:
Per-31/ PJ/2009, Tata Cara Pemotongan dan Kewajiban Pemotong Pajak PPh Pasal
21 adalah:
1. Kewajiban mendaftarkan diri sebagai berikut:
a. Setiap Pemotong Pajak, termasuk organisasi internasional yang tidak
dikecualikan sebagai Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor
Pelayanan Pajak atau Kantor Penggalian dan Pengamatan Potensi
Perpajakan setempat.
b. Pemotong Pajak mengambil sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam
rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya kepada Kantor Pelayanan
Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Perpajakan
setempat.
2. Kewajiban menghitung, memotong, dan menyetorkan sebagai berikut:
a. Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal
21 dan Pasal 26 yang terutang untuk setiap bulan kalender.
b. PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh Pasal
(27)
Pos atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan, paling lama 10
(sepuluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.
c. Pemotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 wajib melaporkan
pemotongan dan penyetoran Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 untuk setiap
Masa Pajak yang dilakukan melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat pemotong
PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 terdaftar, paling lama 20 (dua puluh)
hari setelah Masa Pajak berakhir.
d. Bila tanggal jatuh tempo penyetoran Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
sebagaimana dimaksud pada huruf “a” dan batas waktu pelaporan Pasal 21
dan/atau PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud pada huruf “b” bertepatan dengan hari libur termasuk hari sabtu atau libur nasional, penyetoran dan
pelaporan Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 dapat dilakukan pada hari kerja
selanjutnya.
e. Pemotong Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 harus memberikan bukti
pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh
pegawai tetap atau penerima pensiun berkala paling lama 1 (satu) bulan
setelah tahun kalender berakhir.
Kewajiban Pemotong Pajak dan Tata Cara Pemotongan Pajak PPh Pasal 21 atas
(28)
Pajak yang ditunjuk dengan mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Madya Bandung dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
01.001.672.3.441.001.
b. PT. INTI (persero) Bandung menggunakan sarana atau dokumen yang
dibenarkan oleh KPP. Formulir-formulir yang diperlukan tersebut diambil
sendiri oleh PT. INTI (Persero) Bandung, seperti pengambilan formulir SSP
di KPP Madya Bandung. Sedangkan formulir SPT dan lampiran-lampiran
khusus SPT dapat didownload melalui website Direktorat Jenderal Pajak. 2 a. PT. INTI (Persero) Bandung dalam melakukan kegiatan pemungutan PPh
Pasal 21 dalam pelaksanaan perhitungan, pemotongan, penyetoran dan
pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap setiap
bulannya.
b. Pelaksanaan penyetoran PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap yang
bersifat teratur telah dilakukan tetap waktu dan sesuai dengan Ketentuan
Undang-Undang Perpajakan dengan menggunakan dokumen pajak baik
berupa Surat Setoran Pajak (SSP) untuk pembayaran PPh Pasal 21 sesuai
masa terutangnya.
c. Pelaksanaan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawi tetap yang
bersifat teratur telah dilakukan tetap waktu dan sesuai dengan kententuan
Undang-Undang Perpajakan dengan menggunakan dokumen Surat
(29)
d. Prosedur pembuatan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 juga dilakukan oleh
PT. INTI (Persero) Bandung. Contohnya, karyawan bagian Pajak membuat
bukti pemotongan PPh Pasal 21 yang merupakan bukti bahwa karyawan
tetap PT. INTI (Persero) Bandung sudah membayar PPh Pasal 21 dan
membuat daftar bukti pemotongan PPh Pasal 21 menggunakan e-SPT yang
nantinya akan dilakukan pemeriksaan ulang apabila terdapat kesalahan data.
3.4 Penjelasan Flowchart Prosedur Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PPh 21 atas Pegawai Tetap
Prosedur penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 atas penghasilan
pegawai tetap yang dilakukan oleh PT. INTI (Persero) Bandung adalah sebagai
berikut:
1. Prosedur ini dimulai dari membuat perhitungan gaji seluruh pegawai tetap PT.
INTI (Persero) Bandung beserta menghitung PPh Pasal 21 yang terutang
sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku yang dilakukan oleh bagian
Pelayanan Sumber Daya Manusia dan Remunerasi. Dalam menghitung Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dihitung seluruh penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh oleh pegawai
selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan (tunjangan
(30)
jumlah PPh Pasal 21 yang terutang pada bulan tersebut. Dari hasil perhitungan
gaji pegawai tetap akan dibuat rekapitulasi gaji pegawai tetap PT. INTI
(Persero) Bandung. Rekapitulasi Gaji ini dibuat 3 (tiga) rangkap yaitu:
(1) Lembar ke-1 : untuk bagian Pelayanan SDM dan Remunerasi
(2) Lembar ke-2 : untuk bagian Pajak dan Asuransi
(3) Lembar ke-3 : untuk bagian Pendanaan Operasional
Rekapitulasi Gaji divalidasi oleh Ketua Bagian SDM dan Remunerasi.
Selanjutnya Rekapitulasi Gaji diserahkan kepada bagian Pajak dan Asuransi.
(Rekapitulasi Gaji dapat dilihat pada Lampiran 5)
2. Rekapitulasi Gaji digunakan oleh Bagian Pelayanan Sumber Daya Manusia
dan Remunerasi sebagai dasar untuk membuat Bukti Pengeluaran Kas
(voucher). Bukti Pengeluaran Kas (voucher) ini sebagai alat perintah kepada Departemen Keuangan untuk mengeluarkan dana untuk keperluan
pembayaran gaji kepada pegawai tetap PT. INTI (Persero) Bandung. Bukti
Pengeluaran Kas (voucher) ini terdiri dari 2 (dua) rangkap yaitu : (1) Lembar ke-1: untuk Bagian Pendanaan Operasional
(2) Lembar ke-2: untuk bagian Pelayanan SDM dan Remunerasi.
Bukti Pengeluaran Kas (voucher) divalidasi oleh Ketua Bagian Pelayanan SDM dan Remunerasi, Ketua Bagian Pendanaan, dan Direktur Keuangan.
3. Bagian Pajak dan Asuransi menerima rekapitulasi gaji dan jumlah PPh Pasal
(31)
untuk membuat Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) untuk PPh Masa Pasal 21. Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) sebagai alat perintah bayar kepada bagian Keuangan dari bagian Pajak dan Asuransi untuk pembayaran
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap. Dalam
voucher ini berisi jumlah biaya yang harus dikeluarkan dan keterangan pembayaran perihal untuk mengeluarkan dana untuk keperluan pembayaran
setoran PPh Masa Pasal 21 sesuai dengan masa terutangnya PPh Masa Pasal
21 atas penghasilan pegawai tetap. Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) terdiri dari 2 (dua) rangkap yaitu:
(1) Lembar ke-1: untuk bagian Pendanaan Operasional
(2) Lembar ke-2: untuk bagian Pajak dan Asuransi
Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) divalidasi oleh Ketua Bagian Pajak dan Asuransi, Ketua Divisi Keuangan, Direktur Keuangan, dan Direktur
Utama PT. INTI (Persero) Bandung. (Bukti pengeluaran Keuangan dapat
dilihat pada Lampiran 6)
4. Bagian Pajak dan Asuransi menyerahkan Bukti Pengeluaran Keuangan
(voucher) yang telah divalidasi ke bagian Pendanaan Operasional. Jumlah nominal yang tertera pada Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) ini dijadikan dasar untuk menerbitkan Giro oleh Bagian Pendanaan Operasional.
(32)
Mandiri dengan menguji kebenaran nomor rekening, tanda tangan, kecukupan
saldo dan informasi lainnya yang diperlukan terkait dengan pembayaran
setoran PPh Masa Pasal 21.(Giro dapat dilihat pada Lampiran 7)
5. Bagian Pajak dan Asuransi menyetorkan PPh Masa Pasal 21 dengan
melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) sebanyak 5 (lima) rangkap dan SPT
Masa PPh Pasal 21 sebanyak 2 (dua) lembar serta Giro yang telah divalidasi
ke PT. Pos Indonesia. Penyetoran Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ini paling
lama tanggal 10 bulan takwim berikutnya harus sudah disetorkan. Dalam SSP
PPh Masa Pasal 21 berisi identitas PT. INTI (Persero) Bandung selaku Wajib
Pajak, uraian pembayaran PPh Masa Pasal 21 dan jumlah pembayaran pajak
yang terutang. Sedangkan dalam SPT Masa PPh Pasal 21 berisi Informasi
Identitas PT.INTI (Persero) Bandung dan objek PPh Masa Pasal 21. Kedua
dokumen tersebut divalidasi oleh Ketua Bagian Pajak dan Asuransi. (SSP dan
SPT Masa PPh Pasal 21 dapat dilihat pada lampiran 8-13)
6. Setelah PT. INTI (Persero) Bandung menyetorkan PPh Masa Pasal 21, PT.
Pos Indonesia memberikan Bukti Penerimaan Negara sebagai bukti bahwa
PT. INTI (Persero) Bandung telah menyetorkan PPh Masa Pasal 21 sebesar
jumlah PPh Pasal 21 Masa yang terutang. Bukti Penerimaan Negara ini berisi
NPWP, nama Wajib Pajak, jumlah pembayaran, kode akun pajak dan kode
jenis pajak yang disetorkan. Bukti Penerimaan Negara yang sah harus
(33)
7. Bagian Pajak dan Asuransi menerima Bukti Penerimaan Negara, Giro
pembayaran pajak, dan dokumen pajak berupa Surat Pemberitahuan Pajak
(SPT) dan Surat Setoran Pajak (SSP) yang telah ditanda tangani dan dicap
lunas oleh Bank Persepsi atau PT. Pos Indonesia. Selanjutnya,
mendistribusikan Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Masa Pasal 21 kepada:
(1) Lembar ke-1 : untuk Wajib Pajak
(2) Lembar ke-2 : untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(3) Lembar ke-3 : untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
(4) Lembar ke-4 : untuk arsip PT. Pos Indonesia
(5) Lembar ke-5 : untuk Wajib Pungut atau pihak lain.
8. Setelah Pendistribusian SSP PPh Masa Pasal 21, Bagian Pajak dan Asuransi
meng-entry atau meng-edit data PPh Masa Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap menggunakan e-SPT. Proses meng-entry data pajak menggunakan e-SPT meliputi pembuatan Bukti Pemotongan dan daftar Bukti Pemotongan
PPh Masa Pasal 21. Bukti Pemotongan ini dibuat sebagai bukti bahwa
pegawai tetap PT. INTI (Persero) Bandung sudah membayar PPh Pasal 21
melalui PT. INTI (Persero) Bandung. Bukti Pemotongan ini berisi data Wajib
Pajak yang dikenai PPh Pasal 21, jenis penghasilan yang dikenakan pajak, dan
jumlah pajak yang terutang. Bukti Pemotongan PPh Pasal Masa 21 divalidasi
(34)
yang telah dipotong. (Bukti Pemotongan dan Daftar Bukti Pemotongan PPh
Pasal 21 dapat dilihat pada lampiran 15 dan Lampiran 16)
9. Setelah Daftar Bukti Pemotongan dibuat, bagian Pajak dan Asuransi
melaporkan e-SPT Pajak Penghasilan (PPh) Masa Pasal 21 paling lambat
tanggal 20 bulan takwim berikutnya ke Kantor Pelayanan Pajak Madya
Bandung. Adapun dokumen- dokumen yang harus dibawa adalah: (a) SPT
Masa PPh Pasal 21 yang telah ditandatangani dan dicap lunas oleh PT. Pos
Indonesia, (b) Surat Setoran Pajak yang telah ditandatangani dan dicap lunas
PT. Pos Indonesia (lembar ke-1) dan (c) Bukti Pemotongan dan Daftar Bukti
Pemotongan PPh Masa Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap.
10.Bagian Pajak dan Asuransi menerima Bukti Pelaporan SPT Masa Pasal 21
atas penghasilan pegawai tetap berupa Bukti Penerimaan Surat dari Kantor
Pelayanan Pajak Madya Bandung. Bukti Penerimaan Surat sebagai alat bahwa
PT. INTI (Persero) Bandung telah melaporkan e-SPT Masa PPh Pasal 21 atas
penghasilan pegawai tetap. Dalam Bukti Penerimaan Surat berisikan
informasi tentang nama Wajib Pajak, alamat Wajib Pajak, NPWP pelapor
yaitu PT. INTI (Persero) Bandung. Selain itu, juga berisikan informasi jenis
pajak yang disetorkan yaitu Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dan berisikan
informasi bahwa PT. INTI (Persero) Bandung menyampaikan SPT Masa PPh
Pasal 21 menggunakan e-SPT. Bukti Penerimaan Surat divalidasi oleh petugas
(35)
11.Setelah melaporkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas penghasilan
pegawai tetap, maka bagian Pajak dan Asuransi mengarsipkan
dokumen-dokumen perpajakan tersebut. Pengarsipan ini dilakukan dengan
mengelompokan dokumen pajak menurut jenis pajak dan masa terutangnya
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Pengarsipan ini diperlukan guna
sewaktu-waktu apabila dokumen pajak yang bersangkutan diperlukan kembali dapat
ditemukan dengan mudah dan cepat.
Flowchart mengenaiProsedur Penyetoran dan Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap PT. INTI (Persero) Bandung dapat dilihat pada
(36)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan oleh penulis di PT. INTI (Persero)
Bandung mengenai prosedur penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 atas
penghasilan pegawai tetap, dapat disimpulkan bahwa prosedur penyetoran PPh Pasal
21 dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 di PT. INTI (Persero) Bandung telah
dilakukan sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang Perpajakan (KUP). Hal ini dapat
dilihat dari telah terdaftarnya PT. INTI (Persero) Bandung di KPP Madya Bandung,
PT. INTI (Persero) Bandung mengambil sendiri formulir-formulir perpajakan yang
dibutuhkan dalam proses penyetoran dan pelaporan SPT PPh Masa Pasal 21 atas
penghasilan pegawai tetap di KPP Madya Bandung dan dokumen-dokumen
perpajakan tersebut divalidasi oleh orang yang berwenang. Kegiatan ini dimulai
dengan membuat perhitungan gaji seluruh pegawai PT. INTI (Persero) Bandung yang
kemudian dibuat rekapitulasi gaji ke dalam tiap-tiap divisi. Dalam daftar rekapitulasi
gaji tersebut mencantumkan jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh PT. INTI
(Persero) Bandung. Atas dasar jumlah PPh Pasal 21 tersebut maka dibuatlah Bukti
Pengeluaran Keuangan (voucher) untuk keperluan penyetoran PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap. Penyetoran PPh Pasal 21 disetorkan kepada PT. Pos
(37)
Pajak (SPT) PPh Masa Pasal 21. Setelah disetorkan maka PT. INTI (Persero)
Bandung memperoleh Bukti Penerimaan Negara dan dokumen pajak yang telah dicap
lunas oleh PT. Pos Indonesia. Selanjutnya adalah meng-input data PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap menggunakan e-SPT meliputi pembuatan Bukti
Pemotongan dan Daftar Bukti Pemotongan PPh Masa Pasal 21 atas penghasilan
pegawai tetap PT. INTI (Persero) Bandung. Kemudian melaporkan e-SPT PPh Masa
Pasal 21, SSP PPh Pasal 21 dan SPT PPh Pasal 21 yang telah dicap lunas oleh PT.
Pos Indonesia ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung. Setelah dilaporkan, PT.
INTI (Persero) Bandung memperoleh Bukti Penerimaan Surat serta dokumen pajak
lain yang telah dicap oleh KPP sebagai bukti bahwa PT. INTI (Persero) Bandung,
kemudian mengarsipkan dokumen-dokumen pajak tersebut sesuai dengan jenis dan
masa pajaknya. Seluruh prosedur penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21
atas penghasilan pegawai tetap selalu dilaksanakan sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
4.2Saran
Saran yang dapat disampaikan sebagai bahan pertimbangan demi kemajuan PT.
INTI (Persero) Bandung khususnya pada prosedur penyetoran dan pelaporan SPT
Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yaitu sebaiknya apabila ada
(38)
pembetulan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Pasal 21 sebelum
(39)
R
U
D
E
S
O
R
P
P
E
N
Y
E
T
O
R
A
N
D
A
N
P
E
L
A
P
O
R
A
N
1
2
L
A
S
A
P
N
A
L
I
S
A
H
G
N
E
P
K
A
J
A
P
A
S
A
M
T
P
S
P
A
T
E
T
I
A
W
A
G
E
P
N
A
L
I
S
A
H
G
N
E
P
S
A
T
A
K A R P A J R E K N A R O P A
L TEK
U n a k u j a i
D ntukMemenuh iSalahSatuSyarat 1 S g n a j n e J h u p m e n e M m a l a D A i d u t S m a r g o r
P kuntansi
h e l O :
I T N A I L U Y I L U Y 0 3 0 7 0 1 1 2 I S N A T N U K A I D U T S M A R G O R P I M O N O K E S A T L U K A F A I S E N O D N I R E T U P M O K S A T I S R E V I N U
(40)
A
K
A
T
S
U
P
R
A
T
F
A
D
. o m s a i d r aM PerpajakanEdis iRevis i2006.2006.Yogyaka tra:And.i . 5 0 0 2 . n i a Z d a m m a h o
M ManajemenPerpajakanJ.aka tra :SalembaEmpat . 0 1 0 2 .i t a y a h u S y l E n a d a i n r u K i ti s u y a h a
R Perpajakan : Teor i dan Tekni s
. n a g n u ti h r e
P Yogyakatra:Graha lImu . 9 0 0 2 .i ti s ,i m s e
R Perpajakan :Teor idanKasusJ.aka tra :SalembaEmpat. . o y u l a
W PerpajakanI ndonesia.2010J.aka tra :SalembaEmpa.t d i. o g . k a j a p . w w
(41)
R
A
T
F
A
D
R
I
W
A
Y
A
T
H
I
D
U
P
I D A B I R P A T A D a m aN :Yul iYuilanit
ri h a l l a g g n a T /t a p m e
T :Ciamis ,22J ul i1989
t a m a l
A :J .lJ atayu3no32/72 ,Bandung40174 a
m a g
A :I slam
N A K I D I D N E P 7 0 0
2 - Sekarang Jurusan Akuntansi ,Program Stud iAkuntans i Universtia s a i s e n o d n I r e t u p m o K 4 0 0
2 - 2007 SMAAngkasaLanudHuseinSasrtaNegara 1
0 0
2 - 2004 SLTPNeger i41Bandung 5
9 9
(1)
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kerja praktek yang dilakukan oleh penulis di PT. INTI (Persero) Bandung mengenai prosedur penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, dapat disimpulkan bahwa prosedur penyetoran PPh Pasal 21 dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 di PT. INTI (Persero) Bandung telah dilakukan sesuai dengan Ketentuan Undang-Undang Perpajakan (KUP). Hal ini dapat dilihat dari telah terdaftarnya PT. INTI (Persero) Bandung di KPP Madya Bandung, PT. INTI (Persero) Bandung mengambil sendiri formulir-formulir perpajakan yang dibutuhkan dalam proses penyetoran dan pelaporan SPT PPh Masa Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap di KPP Madya Bandung dan dokumen-dokumen perpajakan tersebut divalidasi oleh orang yang berwenang. Kegiatan ini dimulai dengan membuat perhitungan gaji seluruh pegawai PT. INTI (Persero) Bandung yang kemudian dibuat rekapitulasi gaji ke dalam tiap-tiap divisi. Dalam daftar rekapitulasi gaji tersebut mencantumkan jumlah PPh Pasal 21 yang terutang oleh PT. INTI (Persero) Bandung. Atas dasar jumlah PPh Pasal 21 tersebut maka dibuatlah Bukti Pengeluaran Keuangan (voucher) untuk keperluan penyetoran PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap. Penyetoran PPh Pasal 21 disetorkan kepada PT. Pos Indonesia dengan melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) dan Surat Pemberitahuan
(2)
39
Pajak (SPT) PPh Masa Pasal 21. Setelah disetorkan maka PT. INTI (Persero) Bandung memperoleh Bukti Penerimaan Negara dan dokumen pajak yang telah dicap lunas oleh PT. Pos Indonesia. Selanjutnya adalah meng-input data PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap menggunakan e-SPT meliputi pembuatan Bukti Pemotongan dan Daftar Bukti Pemotongan PPh Masa Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap PT. INTI (Persero) Bandung. Kemudian melaporkan e-SPT PPh Masa Pasal 21, SSP PPh Pasal 21 dan SPT PPh Pasal 21 yang telah dicap lunas oleh PT. Pos Indonesia ke Kantor Pelayanan Pajak Madya Bandung. Setelah dilaporkan, PT. INTI (Persero) Bandung memperoleh Bukti Penerimaan Surat serta dokumen pajak lain yang telah dicap oleh KPP sebagai bukti bahwa PT. INTI (Persero) Bandung, kemudian mengarsipkan dokumen-dokumen pajak tersebut sesuai dengan jenis dan masa pajaknya. Seluruh prosedur penyetoran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap selalu dilaksanakan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
4.2Saran
Saran yang dapat disampaikan sebagai bahan pertimbangan demi kemajuan PT. INTI (Persero) Bandung khususnya pada prosedur penyetoran dan pelaporan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yaitu sebaiknya apabila ada perubahan, baik perubahan data Wajib Pajak maka pegawai dengan sigap langsung melakukan koreksi terhadap data yang salah. Apabila terjadi kesalahan dalam pencatatan dan perhitungan, maka pegawai Pajak dan Asuransi melakukan
(3)
pembetulan pada Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan Pasal 21 sebelum dilakukan proses penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 atas pegawai tetap.
(4)
R
U
D
E
S
O
R
P
P
E
N
Y
E
T
O
R
A
N
D
A
N
P
E
L
A
P
O
R
A
N
1
2
L
A
S
A
P
N
A
L
I
S
A
H
G
N
E
P
K
A
J
A
P
A
S
A
M
T
P
S
P
A
T
E
T
I
A
W
A
G
E
P
N
A
L
I
S
A
H
G
N
E
P
S
A
T
A
K A R P A J R E K N A R O P A
L TEK
U n a k u j a i
D ntukMemenuh iSalahSatuSyarat 1 S g n a j n e J h u p m e n e M m a l a D A i d u t S m a r g o r
P kuntansi
h e l O :
I T N A I L U Y I L U Y 0 3 0 7 0 1 1 2 I S N A T N U K A I D U T S M A R G O R P I M O N O K E S A T L U K A F A I S E N O D N I R E T U P M O K S A T I S R E V I N U G N U D N A B 0 1 0 2
(5)
1 4
A
K
A
T
S
U
P
R
A
T
F
A
D
. o m s a i d r aM PerpajakanEdis iRevis i2006.2006.Yogyaka tra:And.i . 5 0 0 2 . n i a Z d a m m a h o
M ManajemenPerpajakanJ.aka tra :SalembaEmpat . 0 1 0 2 .i t a y a h u S y l E n a d a i n r u K i ti s u y a h a
R Perpajakan : Teor i dan Tekni s . n a g n u ti h r e
P Yogyakatra:Graha lImu . 9 0 0 2 .i ti s ,i m s e
R Perpajakan :Teor idanKasusJ.aka tra :SalembaEmpat. . o y u l a
W PerpajakanI ndonesia.2010J.aka tra :SalembaEmpa.t d i. o g . k a j a p . w w
(6)
5 6
R
A
T
F
A
D
R
I
W
A
Y
A
T
H
I
D
U
P
I D A B I R P A T A D
a m a
N :Yul iYuilanit
ri h a l l a g g n a T /t a p m e
T :Ciamis ,22J ul i1989
t a m a l
A :J .lJ atayu3no32/72 ,Bandung40174 a
m a g
A :I slam
N A K I D I D N E P
7 0 0
2 - Sekarang Jurusan Akuntansi ,Program Stud iAkuntans i Universtia s a
i s e n o d n I r e t u p m o K 4
0 0
2 - 2007 SMAAngkasaLanudHuseinSasrtaNegara 1
0 0
2 - 2004 SLTPNeger i41Bandung 5
9 9