Analisis Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 atas Penghasilan Pegawai Tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

(1)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN PEGAWAI TETAP

DINAS KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh :

DWI CHANDRA LINGGA 122101012

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULATAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

NAMA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

: DWI CHANDRA LINGGA

NIM : 122101012

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS PERHITUNGAN, PENYETORAN, DAN

PELAPORAN PPH PASAL 21 ATAS PENGHASILAN

PEGAWAI TETAP PADA DINAS KESEJAHTERAAN

DAN SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA

Tanggal... 2015 DOSEN PEMBIMBING

Dr. Elisabet Siahaan, SE, M.Ec NIP : 19780313 200212 2 001

Tanggal... 2015 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP : 19741123 200012 2 001

Tanggal... 2015 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec. Ac, Ak, CA NIP : 19560407 198002 1 001


(3)

Alhamdulillahirobbilalamin,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat waktu. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasullullah SAW, sebagai tauladan dan penuntun hidup.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulusnya kepada orang tua tercinta Ayahanda Bahtiar Lingga S.H dan Ibunda Rasmi Tumanggor S.Pd yang telah memberikan dukungan penuh, kasih sayang kesabaran yang tulus membimbing dan mendidik penulis serta doa yang tulus kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakaih kepada pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penyelesaian laporan ini, antara lain :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac,Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara atas dedikasinya demi kemajuan Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Syafrizal H.Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara .


(4)

menyelesaikan Tugas akhir ini.

5. Bapak / Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera utara yang telah memberikan perkuliahan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi perkuliahan.

6. Teristimewa untuk Kakanda Wanti Sartika Lingga, dan Adinda Nia Astria Lingga dan Nur Anelia Lingga yang telah memberikan dorongan dan doa sehingga penulis berhasil menyelesaikan Tugas Akhir ini

7. Teristimewa untuk teman-teman seperjuangan saya selama masa perkuliahaan sampai penyusunan tuga akhir ini Habibilah, Musthopa, Undip, Frizky Sinulingga, Roji, Irvan Karo-karo dan M. Ilham Ramadhan.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang ada dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang diberikan. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi yang menggunakannya, dan menjadi amal bagi penulis.

Medan, Juni 2015 Penulis

122101012


(5)

HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian ... 4

BAB II PROFIL INSTANSI . ... 5

A. Sejarah Ringkas Instansi ... 5

B. Visi dan Misi ... 8

C. Struktur Organisasi ... 9

D. Uraian Pekerjaan ... 11

E. Kinerja Terkini ... 22

BAB III PEMBAHASAN ... 25

A. Landasan Teori ... 25

B. Analisis Perhitungan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 39 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 62


(6)

No. Tabel Judul Halaman

Tabel 3.1 Tarif pajak orang pribadi dalam negeri ... 33 Tabel 3.2 Data profil pegawai ... 39


(7)

No. Gambar Judul Halaman


(8)

A. Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup kepentingan pribadi individu seperti kepentingan rakyat, pendidikan, kesejahteraan rakyat, kemakmuran rakyat dan sebagainya, sehingga pajak merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan negara. Untuk meningkatkan penerimaan pajak, pemerintah melakukan beberapa upaya yaitu melalui intensifikasi pajak (usaha untuk mengoptimalkan penerimaan pajak dengan meningkatkan faktor-faktor panunjang dari luar), dan perlunya asas kedilan dan kepastian hukum bagi para pembayar pajak.

Penerimaan Negara dari pajak dapat dijadikan indikator atas peran serta masyarakat (sebagai subjek pajak) dalam kontribusinya melakukan kewajiban perpajakan, karena pembayaran pajak yang dilakukan akan dikembalikan lagi kepada masyarakat dalam bentuk tidak langsung, dan berupa pengeluaran rutin dan pembangunan yang berguna bagi rakyat. Dari beberapa jenis pajak yang dikenakan pemerintah salah satunya adalah pajak penghasilan (PPh Pasal 21). PPh Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri.


(9)

Sejalan dengan sistem pemungutan pajak yang diterapkan di Indonesia yaitu Self Assessment System yang memberikan wewenang Wajib Pajak untuk menentukan sendiri jumlah pajak terhutang setiap tahunnya sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku. Namun dalam praktiknya Orang pribadi di Indonesia pada tahun 2014 yang seharusnya membayar pajak atau yang mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) sebanyak 60 juta orang, tetapi jumlah yang mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak hanya 20 juta orang dan jumlah masyarakat pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) saat ini sekitar 28 juta orang. Sementara yang patuh melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) baru sekitar 11 juta orang. Berarti ada sekitar 17 juta orang pemilik Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) yang tidak patuh melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT).(www.pajak.go.id).

SPT Pajak Penghasilan yang dilaporkan salah satunya adalah PPh Pasal 21. Setiap Wajib Pajak orang pribadi yang bekerja sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap atau bukan pegawai yang mendapatkan penghasilan yang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang sehubugan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dari setiap pegawai akan dikenakan PPh Pasal 21.

Dengan memperhatikan hal tersebut, terlihat jelas begitu pentingnya perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 yang sesuai dengan peraturan perundang - undangan termasuk juga dalam hal pencatatan sebagai usaha menjalankan amanah kepercayaan yang diberikan negara kepada Wajib Pajak atas jenis penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan.


(10)

Berdasarkan uraian di atas dan melihat begitu besarnya peran pajak bagi pendapatan negara yang merupakan alat untuk mencapai tujuan negara. membuat perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 harus di lakukan sesuai dengan UU pajak penghsilan. Oleh karna itu tugas akhir mengangkat judul “Analisis Perhitungan, Penyetoran Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Pegawai Tetap Pada Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas maka rumuskan masalah yang akan di paparkan dalam tugas akhir ini yakni, “Apakah Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukan perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 atas pegawai tetapnya sesuai dengan Undang-undang pajak penghasilan ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan yaitu untuk mengetahui bagaimana proses perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.


(11)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi diharapkan dapat memberikan masukan kepada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara agar semakin tepat dalam melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 sesuai dengan UU yang berlaku.

2. Bagi Pembaca sebagai bahan refrensi dalam pengembangan hasil penelitian ini dimasa yang akan datang.

3. Bagi peneliti untuk mengetahui tata cara perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai dengan tepat.


(12)

A. Sejarah Ringkas Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas pokok merumuskan kebijakan operasional di bidang Kesejahteraan Sosial dan melaksanakan sebagian kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada Gubernur serta Tugas Pembantuan. Kantor Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jalan Sampul No. 138 Medan.

Pada mulanya, sebelum terbitnya PP Nomor : 5 Tahun 1958 tanggal 28 Januari 1958 (Tentang penyerahan di Lapangan Bimbingan dan Perbaikan Sosial), Instansi Sosial yang ada di daerah Sumatera Utara adalah Inspeksi Sosial Republik Indonesia (ISORI). Penyerahan secara nyata tugas di Lapangan Bimbingan dan Perbaikan Sosial dilakukan pada tanggal 28 Juli 1958 berdasarkan instruksi bersama Menteri Sosial dan Dewan Pemerintahan Daerah Sumatera Utara Nomor : k 2-17-4 tanggal 14 Mei 1958.

Selaras dengan PP Nomor : 5 Tahun 1958. Kepala Daerah diserahkan (dengan status diperbantukan) semua Pegawai Negeri, Tanah, Bangunan dan Inventaris lainnya dalam lingkup kerja/dikuasai oleh jawatan bimbingan dan perbaikan sosial (ISORI).


(13)

Provinsi Sumatera Utara menjadi Unsur Pelaksana Pemerintah Daerah. Perlu dikemukakan bahwa bidang tugas Departemen Sosial pada saat terbit PP. No. 5 tahun 1958 adalah sebagai berikut:

- Research

- Rehabilitasi Penyandang Cacat - Urusan Korban Perang

- Urusan Perumahan - Urusan Transmigrasi

- Urusan Bimbingan dan Perbaikan Sosial

Dengan diterbitkannya PP Nomor : 5 Tahun 1958, urusan yang diserahkan adalah meliputi urusan bimbingan dan perbaikan sosial. Penyerahan tugas tersebut diserahkan berdasarkan “Azas Desentralisasi atau Azas Tugas Pembantuan”.

Tugas yang diserahkan atas azas desentralisasi yang menjadi wewenang dan tanggungjawab daerah sepenuhnya (tugas otonom) adalah:

a. Penyelenggaraan pusat-pusat penampungan bagi anak-anak terlantar (untuk observasi dan seleksi).

b. Penyelenggaraan panti asuhan bagi bayi terlantar.

c. Penyelenggaraan panti asuhan tingkat pertama bagi anak yatim piatu dan anak terlantar.

d. Penyelenggaraan panti asuhan tingkat lanjutan bagi anak yatim piatu yang terlantar.

e. Penyelenggaraan pusat penampungan bagi orang dewasa terlantar dan gelandangan (untuk observasi dan seleksi).


(14)

g. Penyelenggaraan panti karya tingkat lanjutan.

h. Penyelenggaraan rumah perawatan bagi orang jompo. i. Memberi bantuan kepada korban bencana alam.

j. Penyelenggaraan usaha sosial ke arah pemberantasan kemiskinan.

k. Pengawasan/bimbingan serta pemberian bantuan/subsidi kepada organisasi masyarakat yang menyelenggarakan usaha tersebut di atas. Tugas yang diserahkan atas Azas Bantuan dalam bidang bimbingan dan perbaikan sosial tersebut adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan penyuluhan sosial.

b. Penyelenggaraan bimbingan sosial tahap pemberian pengertian, kesadaran dan tuntutan teknis pengembangan swadaya masyarakat.

c. Penyelenggaraan pendidikan tenaga sosial, rehabilitasi berkas hukuman. d. Pengawasan/bimbingan kepada organisasi-organisasi masyarakat yang

menyelenggarakan usaha tersebut di atas.

e. Penghimpunan bahan untuk dokumentasi dan statistik sosial.

Dalam Pelaksanaan Tugas Bimbingan Sosial, selaras keputusan Menteri Dalam Negeri No.363/1977 tentang susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.


(15)

B. Visi dan Misi

Visi dan Misi dari Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah :

a. Meningkatkan pelayanan sosial bagi Penyandang Masalah kesejahteraan Sosial (PMKS).

b. Meningkatkan sumber daya manusia yang profesional dalam bidang kesejahteraan sosial.

c. Meningkatkan keterjangkauan dan mutu pelayanan sosial.

d. Meningkatkan peran serta dan kepedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan sosial dasar.

e. Meningkatkan fasilitasi dan koordinasi pembangunan kesejahteraan sosial.

f. Melestarikan Nilai-nilai Keperintisan, Kepahlawanan dan Kejuangan. g. Meningkatkan upaya pengurangan resiko bencana.

”Terwujudnya Masyarakat Sumatera Utara yang Sejahtera dan Mandiri” Tujuan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara:

Membantu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melaksanakan tugas pembantuan dan dekonsentrasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial.


(16)

C. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan / keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk mengatur seluruh aktivitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya. Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Melalui struktur organisasi yang baik, pengaturan pelaksanaan pekerjaan dapat diterapkan, sehingga efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerja sama dengan koordinasi yang baik sehingga tujuan instansi tersebut dapat dicapai.

Suatu instansi terdiri dari berbagai unit kerja yang dapat dilaksanakan perseorangan, maupun kelompok kerja yang berfungsi untuk melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu dan mencakup tata hubungan secara vertikal, melalui saluran tunggal.


(17)

GAMBAR 2.1

Struktur Organisasi Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

Sumber : Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara KEPALA DINAS KESEJAHTERAAN DAN

SOSIAL PROVSU SEKRETARIAT KASUBBAG. KEUANGAN KASUBBAG. UMUM KASUBBAG. PROGRAM KABID. PELAYANAN REHABILITASI SOSIAL KABID. BANTUAN DAN JAMINAN SOSIAL KASIE. PELAYANAN REHABILITASI ANAK

DAN LANJUT USIA

KASIE. PEMBINAAN SUMBANGAN SOSIAL KASIE. PELAYANAN REHABILITASI KASIE. PELAYANAN REHABILITASI TUNA SOSIAL KASIE. FASILITASI KORBAN BENCANA KASIE. TINDAK KEKERASAN PEKERJA MIGRAN UPT

( UNIT PELAYANAN TEKNIS ) KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL KABID. POTENSI SUMBER KESEJAHTERAAN KABID. PEMBERDAYAAN SOSIAL KASIE. KESETIAKAWANAN KASIE. PEMBERDAYAAN FAKIR MISKIN KASIE. REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH

DAN PEMBERDAYAAN KELUARGA KASIE. KEPAHLAWANAN DAN KEPERINTISAN KASIE. PENYULUHAN SOSIAL KASIE. KELEMBAGAAN SOSIAL MASYARAKAT


(18)

D. Uraian Pekerjaan

Berikut ini adalah Uraian Pekerjaan dari setiap Bidang pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara :

1. Kepala Dinas Kesejahteraan dan Sosial, mempunyai uraian tugas :

a. Menyelenggarakan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin, pegawai dilingkungan Dinas.

b. Menyelenggarakan pembinaan, sinkronisasi dan pengendalian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas.

c. Menyelenggarakan penetapan perencanaan dan program kegiatan Dinas, sesuai ketentuan yang berlaku.

d. Menyelenggarakan pengkajian dan menetapkan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang Kesejahteraan dan Sosial.

e. Menyelenggarakan fasilitasi penyelenggaraan program Potensi sumber kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial.

f. Menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait.

g. Menyelenggarakan pengkoordinasian penyusunan tugas-tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, Potensi sumber kesejahteraan sosial, Pelayanan dan rehabilitasi sosial, Bantuan dan jaminan sosial.


(19)

h. Menyelenggarakan penetapan penyusunan standar, norma-norma dan kriteria-kriteria, sesuai ketentuan yang berlaku.

i. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di bidang kesejahteraan dan sosial.

j. Menyelenggarakan koordinasi kegiatan dengan dinas/lembaga kesejahteraan dan sosial lintas Kabupaten/Kota.

k. Menyelenggarakan tugas lain, yang diberikan Gubernur sesuai tugas dan fungsinya.

l. Menyelenggarakan penetapan penyusunan laporan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sesuai standar.

2. Sekretariat, menyelenggarakan fungsi :

a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkup Sekretariat.

b. Penyelenggaraan pelaksanaan tugas lingkup Sekretariat.

c. Penyelenggaraan, pengelolaan, penataan, dan pengendalian administrasi umum Dinas.

d. Penyelenggaraan, pengelolaan, penataan, dan pengendalian aset Dinas. e. Penyelenggaraan, pengelolaan, penataan, dan pengendalian administrasi

Kepegawaian Dinas.

f. Penyelenggaraan, pengelolaan, penataan, dan pengendalian administrasi Keuangan Dinas.


(20)

g. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan Dinas.

h. Penyelenggaraan dan pengkoordinasian kegiatan administrasi UPT Dinas.

Sekretaris, dibatu oleh : - Sub Bagian Umum. - Sub Bagian Keuangan. - Sub Bagian Program.

3. Kepala Sub Bagian Umum, mempunyai uraian tugas :

a. Melaksanakan pembimbingan dan arahan keada pegawai pada lingkup SubBagian Umum.

b. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data dalam bidang urusan Umum

c. Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan program kegiatan pada SubBagian Umum.

d. Melaksanakan persiapan dan meneliti, mengadakan dan mendistribusikan konsep surat dan bahan rancangan perundang-undangan.

e. Melaksanakan pengendalaian dan pemeliharaan kebersihan, keamanan kantor dan pengelolaan perpustakaan.

f. Melaksanakan pengendalian dan fasilitasi rapat, keprotokalan dan hubungan masyarakat dan pengelolaan perpustakaan mini pada dinas. g. Melaksanakan koordinasi perncanaan kebutuhan asset, perlengkapan dan


(21)

h. Melaksanakan persiapan dan tindak lanjut kelengkapan administrasi, mutasi , kenaikan pangkat,promosi pegawai, cuti pegawai, kenaikna gaji berkala, pensiun urusan karpeg, karis/karsu, dan kesejahteraan pegawai lainnya.

i. Melaksanakan pembinaan tenaga fungsional pekerja sosial dan penyuluh Sosial.

j. Melaksanakan persiapan usulan pegawai dalam mengikuti diklat teknis dan fungsional.

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris, sesuai dengan tugasnya.

l. Melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.

4. Kepala Sub Bagian Keuangan, mempunyai uraian tugas :

a. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada pegawai pada lingkup Sub Bagian Keuangan.

b. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data/ bahan dalam bidang urusan keuangan.

c. Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan program kegiatan pada Sub Bagian Keuangan.

d. Melaksanakan penyusunan rencana anggaran Dinas, sesuai ketentuan yang berlaku.

e. Melaksanakan penyusunan satuan biaya kegiatan, sesuai ketentuan yang berlaku.


(22)

f. Melaksanakan penelitian kelengkapan dokumen pencairan anggaran dan ketersediaan dana, sesuai ketentuan yang berlaku.

g. Melaksanakan penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran keuang Dinas. h. Melaksanakan pembukuan, verivikasi dan penghitungan anggaran Dinas. i. Melaksanakan penyusunan laporan pelaksanaan anggaran dan

perhitungan anggaran Dinas.

j. Melaksanakan pengurusan, koordinasi dan fasilitasi dan penetapan anggaran keuangan pada Dinas.

k. Melaksanakan Urusan penanganan perbendaharaan dan ganti rugi . l. Melaksanakan penyiapan usul bendahara dan unit di lingkungan Dinas. m.Melaksanakan pembayaran gaji pegawai pada lingkup Dinas, sesuai

ketentuan yang berlaku.

n. Melaksanakan pengurusan keuangan perjalanan dinas pada Dinas, sesuai ketentuan yang berlaku.

o. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris, sesuai bidang tugasnya.

p. Melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksaanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.

5. Kepala Sub Bagian Program, mempunyai uraian tugas :

a. Melaksanakan pembinaan, bimbingan dan arahan kepada Pegawai pada lingkup Sub Bagian Program.

b. Melaksanakan pengumpulan dan pengolahan data/bahan dalam bidang urusan program.


(23)

c. Melaksanakan penyusunan rencana kerja dan program kegiatan pada Sub Bagian Program.

d. Melaksanakan koordinasi persiapan dan pelaksanaan pendataan, analisis data, penyajian data, penyiapan bahan dan pengembangan sistem informasi potensi kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan Rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial.

e. Melaksanakan koordinasi penyiapan bahan penyususnan rencana kerja tahunan, Rencana strategis, Grand design Dinas, kebijakan operasional dinas.

f. Melaksanakan koordinasi penyiapan bahan penyusunanKebijakan Umum Anggaran Prioritas Plafon Anggaran Sementara, Rencana Kerja Anggaran.

g. Melaksanakan penyiapan bahan pengembangan sistem informasi potensi sumber kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan rehabilitas sosial, bantuan dan jaminan sosial.

h. Melaksanakan persiapan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pengkoordinasian penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) bahan LKPJ dan LPPD Dinas.

i. Melaksanakan penyusunan statistik penyelenggaraan kegiatan perencanaan pada Dinas..

j. Melaksanakan pengkoordinasian penyususnan laporan monitoring dan evaluasi pada Dinas.


(24)

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris, sesuai bidang tugasnya.

l. Melaksanakan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, sesuai standar yang ditetapkan.

6. Bidang Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, menyelenggarakan fungsi : a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakan disiplin

pegawai pada lingkup bidang Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial.

b. Penyelenggaraan penyusunan standar teknis dalam penyelenggaraan norma, pedoman, kriteria dan prosedur dalal penggalian, pengembangan dan pemberdayaan dibidang kepahlawanan, keperintisan, penyuluhan sosial dan pemberdayaan kelembagaan sosial masyarakat.

c. Penyelenggaraan bimbingan teknis dalam penyelenggaraan penggalian nilai-nilai kepahlawanan dan keperintisan, pengembangan dan pendayagunaan penyuluhan sosial serta pemberdayaan kelembagaan sosial masyarakat.

d. Penyelenggaraan pelaksanaan evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis dalam penyelenggaraan Kepahlawanan dan keperintisan penyuluhan sosial dan kelembagaan sosial masyarakat.

e. Penyelenggaraan Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

f. Penyelenggaraan pemberian masukan yang perlu dalam penyelenggaraan tugasnya kepada Kepala Dinas, sesuai bidang tugas dan fungsinya.


(25)

g. Penyelenggaraan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas, sesuai standar yang ditetapkan.

Kepala Bidang Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial, dibantu oleh : - Seksi Kepahlawanan dan Keperintisan.

- Seksi Penyuluhan Sosial.

- Seksi Kelembagaan Sosial Masyarakat.

7. Bidang Pemberdayaan Sosial, menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan, arahan dan penegakkan disiplin pegawai pada lingkup Bidang Pemberdayaan Sosial.

b. Penyelenggaraan pembinaan dan bimbingan teknis di bidang Kesejahteraan Sosial, pemberdayaan kesetiakawanan, permberdayaan fakir miskin dan rehabilitasi sosial daerah kumuh serta pemberdayaan keluarga.

c. Penyelenggaraan penyusunan standar teknis, norma, pedoman, kriteria dan prosedur pemberdayaan kesetiakawanan, permberdayaan fakir miskin dan rehabilitasi sosial daerah kumuh serta pemberdayaan keluarga pada Kab./Kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

d. Penyelenggaraan pembinaan organisasi sosial/ lembaga-lembaga sosial Kab/kota dalam kegiatan pemberdayaan kesetiakawanan, fakir miskin dan rehabilitasi sosial daerah kumuh serta pemberdayaan keluarga.

e. Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan kesetiakawanan, fakir miskin dan rehabilitasi sosial daerah kumuh serta pemberdayaan keluarga.


(26)

f. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan Kepala Dinas, sesuai standar yang ditetapkan.

g. Penyelenggaraan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya, sesuai standar yang ditetapkan.

Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial, dibantu oleh : - Seksi kesetiakawanan

- Seksi pemberdayaan fakir miskin

- Seksi rehabilitasi sosial daerah kumuh dan pemberdayaan keluarga

8. Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, menyelenggarakan fungsi: a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan arahan dan persiapan

penegakan disiplin pegawai pada lingkup Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial.

b. Penyelenggaraan standar teknis, norma, pedoman, kriteriadan prosedur pelayanan rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat dan Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial dan eks. Korban penyalahgunaan NAPZA, kepada Kabupaten/Kota di wilaya Provinsi Sumatera Utara.

c. Penyelenggaraan kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat dan Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial dan eks. Korban penyalahgunaan NAPZA. d. Penyelenggaraan bimbingan teknis dan evaluasi pelayanan rehabilitasi


(27)

Cacat dan Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial dan eks. Korban penyalahgunaan NAPZA.

e. Penyelenggaraan pembinaan panti sosial swasta yang ada di Kab/Kota dengan kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial anak dan lanjut usia, Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat dan Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial dan eks. Korban penyalahgunaan NAPZA.

f. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai tugas dan fungsinya.

g. Penyelenggaraan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan tugas dan fungsinya sesuai standar yang ditetapkan.

Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, dibantu oleh : - Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial Anak dan Lanjut Usia - Seksi Pelayanan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat - Seksi Pelayanan Rehabilitasi Tuna Sosial

9. Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial, menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan pembinaan, bimbingan dan arahan dan persiapan penegakan disiplin pegawai pada lingkup bidang bantuan dan jaminan Sosial.

b. Penyelenggaraan standar kebijakan serta rencana pembangunan tahunan dan jangka menengah di bidang pembinaan sumbangan sosial, fasilitasi. korban bencana serta korban tindak kekerasan pekerja migran.


(28)

c. Penyelenggaraan pengkoordinasian dan pengendalian peningkatan pelaksanaan pembinaan sumbangan sosial, fasilitasi korban bencana serta korban tindak kekerasan pekerja migran.

d. Penyelenggaraan penyiapan pengkajian untuk pengambilan kebijakan di bidang sumbangan sosial, fasilitasi korban bencana serta korban tindak kekerasan pekerja migran.

e. Penyelenggaraan bimbingan teknis peningkatan kesejahteraan dan jaminan sosial pembinaan sumbangan sosial, fasilitasi korban bencana serta korban tindak kekerasan pekerja migran serta akses jaminan sosial dan Program Keluarga Harapan (PKH).

f. Penyelenggaraan kordinasi dan pengawasan dalam pelaksanaan tugas pembinaan di bidang sumbangan sosial, fasilitasi korban bencana serta korban tindak kekerasan pekerja migran serta akses jaminan sosial.

g. Penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas, sesuai tugas dan fungsinya.

h. Penyelenggaraan pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan tugas dan fungsinya sesuai standar yang ditetapkan.

Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial, dibantu oleh : - Seksi Pembinaan Sumbangan Sosial

- Seksi Fasilitasi Korban Bencana


(29)

E. Kinerja Kegiatan Terkini

Setiap instansi pemerintah tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan dengan tujuan instansi tersebut, butuh waktu untuk mencapai itu semua, begitu juga pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, terus berupaya agar tujuan yang telah digariskan oleh instansi dapat terwujud. Tidak mudah dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja.

Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dan tepat. Jadi kinerja usaha terkini yang dijalankan maupun yang di rencanakan oleh Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara yaitu :

1. Melanjutkan program penyediaan Sarana & Prasarana bagi rumah perawatan orang jompo, dimana di tahun 2014 tidak semua kabupaten yang telah menyediakan rumah perawatan bagi orang jompo dan di tahun 2015 ini, Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provini Sumatera Utara menargetkan 90 % kabupaten di seluruh Sumatera Utara telah memiliki rumah perawatan bagi orang jompo.

2. Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sedang menyelesaikan laporan anggaran semester I tahun anggaran 2015 sesuai dengan Tupoksi bidang masing-masing seperti tahun-tahun sebelumnya. Sehingga anggaran di semester II tahun 2015 dapat di tentukan sesuai dengan program-pragram yang akan direncanakan.

3. Saat ini di lingkungan Sekretariat sedang menyelenggarakan proses pembangunan fisik ataupun rehab bangunan-bangunan aset milik Dinas


(30)

Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, serta proses pengadaan peralatan-peralatan kebutuhan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dan menyelenggarakan proses monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan Dinas untuk dapat menunjang kinerja yang akan di targetkan di tahun 2016.

4. Menyelenggarakan program Penyediaan Sarana & Prasarana untuk meningkatkan kinerja dalam pelayanan masyarakat yang tidak terpenuhi di tahun-tahun sebelumnya. Dimana program penyediaan sarana dan prasarana ini merupakan program berkelanjutan karena harus di evaluasi dari tahun ketahun. Sehingga sarana dan prasarana untuk meningkatkan kesejahteraan sosial itu dapat terpenuhi.

5. Melanjutkan program pembimbingan terhadap masyarakat yang mengalami masalah kesejahtraan sosial di daerah-daerah yang belum di jangkau di tahun-tahun sebelumnya, guna untuk meningkatkan masyarakat yang sejahtra. Seperti tujuan utama Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara ialah agar terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang sejahtera dan mandiri.

6. Menyelenggarakan program bantuan sosial terhadap korban bencana alam di daerah Sumatera utara, khususnya korban bencana alam Gunung Sinabung. Dimana di tahun 2015 ini jumlah pengungsinya mengalami peningkatan di banding dengan tahun 2014, karena perluasan zona aman dari gunung sinabung minimal 6 Km sehingga jumlah masyarakat yang tinggal di posko pengungsian mengalami peningkatan.


(31)

7. Di bagian program saat ini sedang melaksanakan koordinasi persiapan dan pelaksanaan pendataan, analisis data, penyajian data, penyiapan bahan dan pengembangan sistem informasi potensi kesejahteraan sosial, pemberdayaan sosial, pelayanan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial. Dan Melaksanakan persiapan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pengkoordinasian penyusunan laporan pelaksanaan program dan kegiatan, Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) bahan LKPJ dan LPPD Dinas yang akan di laporkan pada akhir tahun untuk mengevaluasi kinerja di tahun 2015 dan merencanakan target di tahun 2016.

8. Melanjutkan program meningkatkan sarana dan prasarana di rumah rehabilitasi narkoba, dimana jumlahnya mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir yang membuat pemerintah harus bekerja keras dalam pemberantasan dan perluasan tempat rehabilitasi di daerah Sumatera Utara.

Dengan kegiatan kinerja terkini yang di laksanakan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera ini dapat membantu Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk melaksanakan tugas dan dekonsentrasi dalam pembangunan kesejahteraan sosial untuk mewujudnya masyarakat Sumatera Utara yang Sejahtra dan Mandiri.


(32)

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber terpenting dalam penerimaan atau pendapatan negara baik yang bersifat secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat untuk membiayai pengeluaran rutin, pembangunan sosial dan ekonomi yang dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari undang-undang sampai dengan Keputusan Dirjen Pajak. Pajak juga merupakan penerimaan terbesar dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Sebelum memahami lebih mendalam tentang perpajakan, baiknya dipahami terlebih dahulu definisi pajak, fungsi pajak, serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan perpajakan.

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang tercantum di Pasal 1). (www.pajak.go.id).

Menurut Muda (2005:1) “Pajak adalah sebagian harta kekayaan rakyat (swasta) yang berdasarkan undang-undang, wajib diberikan oleh rakyat kepada negara tanpa mendapat kontra prestasi secara induvidual dan langsung dari negara, serta bukan merupakan penalti, yang berfungsi :


(33)

a. Sebagai dana untuk penyelenggaraan negara, dan sisanya, jika ada, digunakan untuk pembangunan, serta

b. Sebagai instrumen/alat untuk mengatur kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2011:2)

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut :

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.


(34)

2. Fungsi Pajak

Fungsi Pajak Terdiri atas dua bagian yaitu : a. Fungsi Anggaran (Budgetary)

Sebagai Sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Dewasa ini, pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang dan sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah. Yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini harus ditingkatkan sesuia dengan kebutuhan pembiayaan pembangunan yang diharapkan terutama berasal dari sektor pajak.

b. Fungsi Mengatur (Regulatory)

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya, dalam rangka penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri diberikan sebagai macam fasilitas keringan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah bisa menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Pengertian Pajak Penghasilan

Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah untuk ke empat kalinya diubah pada tahun 2008 dengan


(35)

Undang-pajak penghasilan. Menurut pasal 4 ayat 1 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun .(www.pajak.go.id)

4. Pengertian PPh Pasal 21

Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2008 Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diterima atau diperolah Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan.(www.pajak.go.id)

Dalam Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor: Per-31/PJ/2012, yang dimaksud dengan Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan.(www.pajak.go.id)


(36)

5. Subjek PPh Pasal 21

Subjek Pajak Penghasilan menurut Undang-undang No. 36 Pasal 2 Ayat 1 adalah penerima penghasilan.

a. Subjek Pajak dalam negeri adalah :

1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau orang pribadi yang dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia. 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali

unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria:

a. Pembentukanya berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

b. Pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

c. Penerimaannya dimasukkan dalam anggaran Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

d. Pembukuannya diperikasa oleh aparat pengawasan fungsional negara.

3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.

6. Objek Pajak PPh Pasal 21

Menurut UU No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 objek pajak yang dikenakan pemotongan adalah penghasilan. Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan


(37)

Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dipakai untuk dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk :

a. Pergantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam undang-undang.

b. Hadiah dari undian, pekerjaan, kegiatan dan penghargaan. c. Laba usaha.

d. Keutungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk : 1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan

dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal. 2. Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu

atau anggota yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya.

3. Keuntungan karena likuiditas, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha atau reorganisasi nama dan dalam bentuk apapun.

4. Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan keluarga sedarah dalam garis lurus derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut oleh Perdana Mentri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan


(38)

usaha, pekerjaan, kepemilikan atau pengusaan di atara pihak-pihak yang bersangkutan; dan

5. Keutungan karena penjualan karena pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan.

e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran tambahan pengembalian pajak.

f. Bunga termasuk diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian utang.

g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil koperasi.

h. Royalti atau imbalan atas penggunaan hak.

i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta. j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

l. Keuntungan selisih Kurs mata uang asing. m.Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva. n. Premi asuransi.

o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas. p. Tambahan kekayaan neto yang berasal penghasilan yang belum


(39)

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah.

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan

s. Surplus Bank Indonesia.

7. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor : PER-31/PJ/2012 yang berlaku mulai tanggal 01 january 2013 menjelaskan pada Pasal 11 besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah :

a. Besarnya PTKP per tahun adalah sebagai berikut :

1. Rp24.300.000,00 (dua puluh empat juta tiga ratus ribu rupiah) untuk Wajib Pajak orang pribadi.

2. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh limam ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.

3. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

b. Besarnya PTKP perbulan Sebesar :

1. Rp2.025.000,00 (dua juta dua puluh lima ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

2. Rp168.750,00 (seratus enam puluh delapan ribu tujuh ratus lima puluh rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin.


(40)

semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

c. Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut : 1. Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sediri;

2. Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

8. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan UU PPh No. 36 Tahun 2008 Pasal 17, tarif pajak yang diterakpan atas penghasilan Kena Pajak bagi :

a. Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah sebagai berikut : Tabel 3.1: Tarif pajak orang pribadi dalam negeri

Lapisan Pengahasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp50.000.000,00 5%

Di atas Rp50.000.000,00 s.d Rp250.000.000,00 15% Di atas Rp250.000.000,00 s.d Rp500.000.000,00 25%

Di atas Rp500.000.000,00 30%

Sumber : UU Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1 b. Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar


(41)

c. Tarif Tertinggi sebagaimana dimaksud pada tabel dapat diturunkan menjadi paling rendah 25%(dua puluh lima persen) yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

d. Wajib Pajak badan dalam negeri yang berbentuk perseroan terbuka yang paling sedikit 40% (empat puluh persen) dari jumlah keseluruhan saham yang disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5% (lima persen) lebih rendah dari pada tarif sebagaimana dimaksud pada point b yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.

e. Tarif yang dikenakan atas penghasilan berupa deviden yang dibagikan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri adalah paling tinggi sebesar 10% (sepuluh persen) dan bersifat final.

9. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Pegawai Tetap

Sebagaimana telah dituliskan pada Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan dangan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi bahwa penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan teratur atau pegawai tetap adalah sebagaia berikut :

a. Untuk menghitung PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu dihitung seluruh penghasilalan bruto yang diterima atau diperoleh selama sebulan, yang meliputi seluruh gaji, segala jenis tunjangan dan pembayaran teratur lainnya, termasuk uang lembur (overtime) dan


(42)

b. Untuk perusahan yang masuk program Jamsostek, premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), premi Jaminan Kematian (JK) dan premi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) yang di bayar oleh pemberi kerja merupakan penghasilan bagi pegawai. Ketentuan yang sama diperlukan juga bagi premi Asurasi Kesehatan, Asuransi Kecelakaan Kerja, Asuransi Jiwa, Asuransi Dwiguna dan Asuransi Beasiswa yang dibayarkan oleh pemberi kerja untuk pegawai kepada perusahaan asiransi lainnya. Dalam menghitung PPh Pasal 21, premi tersebut digabungkan dengan penghasilan bruto yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada pegawai. c. Selanjutnya dihitung jumlah penghasilan neto sebulan yang diperoleh

dengan cara mengurangi penghasilan bruto sebulan dengan biaya jabatan, serta iuran pensiun, iuran Jaminan Hari Tua, dan/atau iuran Tunjangan Hari Tua yang dibayar sendiri oleh pegawai yang bersangkutanmelalui pembei kerja kepada Dana Pensiun yang pendiriannya tekah disahkan oleh Mentri Keuangan atau Badan Penyelenggara Program Jamsostek. d. Selanjutnya dihitung penghasilan neto setahun, yaitu jumlah penghasilan

neto sebulan dikalikan 12.

e. Dalam hal seorang pegawai tetap dengan kewajiban pajak subjektifnya sebagai Wajib Pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi mulai bekerja setelah bulan januari, maka penghasilan neto setahun dihitung dengan mengalikan penghasilan neto sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai yang bersangkutan mulai bekerja sampai dengan bulan Desember.


(43)

f. Selanjutnya dihitung Penghasilan Kena Pajak sebagai dasar penerapan Tarif Pasal 17 ayat 1 UU PPh, yaitu sebesar pengahasilan neto setahun dikurangi dengan PTKP.

g. Setelah diperoleh PPh terutang dengan menerapkan Tarif Pasal 17 ayat 1 UU PPh terhadap Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf c, selanjutnya dihitung PPh pasal 21 sebulan, yang harus dipotong dan/atau disetor ke kas negara, yaitu sebesar :

1. Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana yang dimaksud dengan huruf a dibagi dengan12,atau

2. Jumlah PPh Pasal 21 setahun atas penghasilan sebagaimana dimaksud diatas dibagi banyaknya bulan yang menjadi faktor pengali.

h. Apabila pajak yang terutang oleh pemberi kerja tidak didasarkan atas masa gaji sebulan, maka untuk penghitungan PPh pasal 21, jumlah penghasilan tersebut terlebih dahulu dijadikan pengahasilan bulanan dengan mempergunakan faktor perkalian sebagai berikut :

1. Gaji untuk masa seminggu dikalikan dengan 4; 2. Gaji untuk masa sehari dikalikan dengan 26.

i. Selanjutnya dilakukan penghitungan PPh pasal 21 sebulan dengan cara seperti perintah diatas.

j. PPh pasal 21 atas penghasilan seminggu dihitung berdasarkan PPh pasal 21 sebulan yang dibagi 4, sedangkan PPh pasal 21 atas penghasilan sehari dihitung berdasarkan PPh pasal 21 sebulan yang di kali 26.


(44)

k. Jika kepada pegawai tersebut dibayar gaji bulanan juga dibayar kenaikan gaji yang berlaku surut (rapel), misalnya untuk 5 (lima) bulan, maka penghitungan PPh Pasal 21 atas rapel tersebut adalah sebagai berikut : 1. Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut (dalam

hal ini 5 bulan);

2. Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum adanya kenaikan gaji, yang sudah dikenakan pemotongan PPh pasal 21;

3. PPh pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung kembali atas dasar gaji baru setelah ada kenaikan;

4. PPh pasal 21 terutang atas tambahan gajiuntuk bulan-bulan dimaksud adalah selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan perintah ke 3 (tiga) dikurangi jumlah pajak yang telah dipotong sebagaimana yang telah disebutkan pada perinta ke 2 (dua).

5. Apabila kepda pegawai tersebut dibayar gaji yag didasarkan masa gaji kurang dari satu bulan juga dibayar gaji lain mengenai masa uanh lebih lama dari satu bulan (rapel) seperti tersebut dalam angka 4 (empat) maka cara penghitungan PPh pasal 21-nya adalah sesuai dengan yang talh ditetapkan dalam angka 4 dengan memperhatikan ketentuan dalam angka 3.

10. Pelaksanaan Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21.

Pada prinsipnya pajak atas penghasilan akan terutang pada akhir tahun. Namun demikian, untuk memberikan keringanan dan kemudahan pembayaran


(45)

penghasilan, maka besarnya penghasilan yang akan terjadi pada akhir tahun tersebut dapat diperkirakan sejak awal tahun, dan besarnya PPh yang akan terutang pada akhir tahun tersebut pelunasannya dilakukan pada setiap masa bulanan atau pada setiap transaksi, dengan cara dipungut, dipotong pihak lain, atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Pada akhir tahun besarnya PPh yang masih kurang dibayar harus dilunasi oleh wajib pajak sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) dilaporkan.

Sarana yang digunakan wajib pajak dalam membayar atau melunasi PPh adalah menggunakan formulir Surat Setoran Pajak (SSP). SSP dimaksudkan sebagai surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke Kas Negara. SSP ini selanjutnya berfungsi sebagai alat bukti dan laporan pembayaran pajak. Pembayaran pajak telah ditentukan batas waktunya. Apabila batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak jatuh pada hari libur maka batas waktu tersebut diundur pada hari berikutnya yang bukan merupakan hari libur. Dalam UU KUP Pasal 7 ayat 2 Setiap keterlambatan pembayaran dikenakan denda Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk keterlambatan pelaporan SPT Tahunan PPh orang pribadi yang dihitung sejak jatuh tempo (www.pajak.go.id) Batas waktu pembayaran atau penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajaknya berakhir.


(46)

B. Analisis Perhitugan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 1. Hasil Pengumpulan Data

Subjek Pajak yang dipotong PPh Pasal 21 adalah pegawai tetap pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data pegawai pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Data yang di peroleh adalah sebagai berikut :

Berdasarkan tabel data profil pegawai diatas terlihat jelas status perkawinan, golongan, gaji pokok, tunjangan dan pengurangan penghasilan pegawai-pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, yang digunakan dalam perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21. Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwasanya status dan golongan merupakan faktor utama yang membedakan tarif pajak setiap pegawai.


(47)

2. Hasil Pengolahan Data

Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melakukan beberapa langkah dalam menghitung PPh Pasal 21 atas pegawai tetapnya, yaitu :

a. Mencari penghasilan bruto sebulan yang diperoleh seluruh pegawai tetap setiap bulannya, dengan menjumlahkan gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang diterima pegawai melalui daftar gaji pegawai.

b. Kemudian mencari penghasilan bruto setahun, mengalikan pengahasilan bruto sebulan dengan dua belas.

c. Selanjutnya mencari penghasilan netto yang diterima pegawai setiap bulannya dengan mengurangkan penghasilan bruto dengan biaya, iuran pensiun dan iuran lainnya.

d. Selanjutnya mencari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dengan cara mengurangkan pengahasilan netto dengan ketetapan-ketetapan Wajib Pajak Orang pribadi Rp24.300.000,- Wajib Pajak Kawin Rp2.025.000,- dan jika memiliki anak Rp2.025.000,- per orang (maksimal 3).

e. Selanjutnya mencari Penghasilan Kena Pajak (PKP) dengan cara penghasilan netto yang disetahunkan dikurangkan dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

f. Selanjunya mencari PPh Pasal 21 yang harus dipotong, dengan cara mengalikan tarif pajak dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) yang sesuai dengan peraturan undang-undang pajak No. 36 Tahun 2008 pada Pasal 17.

g. Selanjutnya menghitung PPh Pasal 21 sebulan dengan cara jumlah PPh Pasal 21 di bagikan dengan dua belas.


(48)

1. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai MID

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 4.077.700

Tunjangan Istri/Suami Rp 407.700

Tunjangan Anak Rp 163.080

Tunjangan Jabatan Rp 1.260.000

Tunjangan Beras Rp 92.955

Askes Rp 92.955

Bruto Sebulan Rp 6.226.975

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 6.226.975) Rp 74.723.700 Pengurangan

*Pensiun Rp 220.770

*Jabatan Rp 306.701

Rp 527.471

Netto Rp 74.196.229

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 43.821.229 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 43.821.229 Rp 2.191.062

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 2.191.062 : 12 bulan Rp 182.589


(49)

2. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai TM

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 3.667.300

Tunjangan Istri/Suami Rp 367.730

Tunjangan Anak Rp 147.092

Tunjangan Jabatan Rp 540.000

Tunjangan Beras Rp 226.240

Askes Rp 83.842

Bruto Sebulan Rp 5.042.240

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 5.042.240) Rp 60.506.880 Pengurangan

*Pensiun Rp 199.126

*Jabatan Rp 247.918

Rp 447.044

Netto Rp 60.059.836

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 29.684.836 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 29.684.836 Rp 1.484.242

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 1.484.242 : 12 bulan Rp 123.687


(50)

3. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai EF

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 3.172.800

Tunjangan Istri/Suami Rp 317.280

Tunjangan Anak Rp 126.912

Tunjangan Jabatan Rp 540.000

Tunjangan Beras Rp 226.240

Askes Rp 72.339

Bruto Sebulan Rp 4.455.571

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 4.455.571) Rp 53.466.852 Pengurangan

*Pensiun Rp 171.807

*Jabatan Rp 219.162

Rp 390.969

Netto Rp 53.075.883

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 22.700.883 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 22.700.883 Rp 1.135.044

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 1.135.044 : 12 bulan Rp 94.587


(51)

4. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai MSS

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 3.021.300

Tunjangan Istri/Suami Rp 302.130

Tunjangan Anak Rp 120.852

Tunjangan Jabatan Rp 185.000

Tunjangan Beras Rp 226.240

Askes Rp 68.885

Bruto Sebulan Rp 3.924.407

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 3.924.407) Rp 47.092.884 Pengurangan

*Pensiun Rp 163.603

*Jabatan Rp 192.776

Rp 356.379

Netto Rp 46.736.505

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 16.361.505 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 16.361.505 Rp 818.075

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 818.075 : 12 bulan Rp 68.173


(52)

5. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai NS

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 2.810.200

Tunjangan Istri/Suami Rp 281.020

Tunjangan Anak Rp 168.612

Tunjangan Jabatan Rp 185.000

Tunjangan Beras Rp 282.840

Askes Rp 65.196

Bruto Sebulan Rp 3.792.868

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 3.792.868) Rp 45.514.416 Pengurangan

*Pensiun Rp 154.842

*Jabatan Rp 186.382

Rp 341.224

Netto Rp 45.173.192

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

3 anak Rp 6.075.000

Rp 32.400.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 12.773.192 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 12.773.192 Rp 638.660

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 638.660 : 12 bulan Rp 53.222


(53)

6. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai TN

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 2.868.700

Tunjangan Istri/Suami Rp 286.870

Tunjangan Anak Rp 144.748

Tunjangan Jabatan Rp 185.000

Tunjangan Beras Rp 226.240

Askes Rp 65.406

Bruto Sebulan Rp 3.776.964

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 3.776.964) Rp 45.323.568 Pengurangan

*Pensiun Rp 155.340

*Jabatan Rp 184.078

Rp 339.418

Netto Rp 44.984.150

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 14.609.150 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 14.609.150 Rp 730.458

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 730.458 : 12 bulan Rp 60.872


(54)

7. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai DU

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 2662800

Tunjangan Istri/Suami Rp 266280

Tunjangan Anak Rp 106512

Tunjangan Jabatan Rp 197.000

Tunjangan Beras Rp 226.240

Askes Rp 60.711

Bruto Sebulan Rp 3.519.543

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 3.519.543) Rp 42.234.516 Pengurangan

*Pensiun Rp 144.191

*Jabatan Rp 172.942

Rp 317.133

Netto Rp 41.917.383

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 11.542.383 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 11.542.383 Rp 577.119

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 577.119 : 12 bulan Rp 48.093


(55)

8. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai MH

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 2.200.500

Tunjangan Jabatan Rp 180.000

Tunjangan Beras Rp 56.560

Askes Rp 44.010

Bruto Sebulan Rp 2.481.070

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 2.481.070) Rp 29.772.840 Pengurangan

*Pensiun Rp 104.524

*Jabatan Rp 121.853

Rp 226.377

Netto Rp 29.546.463

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Rp 24.300.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 5.246.463 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 5.246.463 Rp 262.323

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 262.323 : 12 bulan Rp 21.860


(56)

9. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai BH

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 2.381.100

Tunjangan Istri/Suami Rp 238.110

Tunjangan Anak Rp 95.224

*Jabatan Rp 180.000

Tunjangan Beras Rp 226.240

Askes Rp 54.289

Bruto Sebulan Rp 3.174.963

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 3.174.963) Rp 38.099.556 Pengurangan

*Pensiun Rp 128.937

*Biaya jabatan Rp 156.035

Rp 284.972

Netto Rp 37.814.584

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

2 anak Rp 4.050.000

Rp 30.375.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 7.439.584 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 7.439.584 Rp 371.979

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 371.979 : 12 bulan Rp 30.998


(57)

10. Perhitungan PPh Pasal 21 atas pegawai SAR

PPh Pasal 21 atas gaji

Gaji Pokok Rp 2.237.900

Tunjangan Istri/Suami Rp 223.790

Tunjangan Anak Rp 44.758

Tunjangan Jabatan Rp 180.000

Tunjangan Beras Rp 169.680

Askes Rp 50.128

Bruto Sebulan Rp 2.856.256

Penghasian Bruto Setahun (12 x Rp 2.856.256) Rp 34.275.072 Pengurangan

*Pensiun Rp 119.056

*Jabatan Rp 142.806

Rp 261.862

Netto Rp 34.013.210

PTKP

WP Pribadi Rp 24.300.000

Kawin Rp 2.025.000

1 anak Rp 2.025.000

Rp 28.350.000 Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 5.663.210 Tarif PPh Pasal 21 Setahun

5% x Rp 5.663.210 Rp 283.161

PPh Pasal 21 Gaji sebulan

Rp 283.161 : 12 bulan Rp 23.597


(58)

3. Perhitungan PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

a. Untuk mengetahui penghasilan yang berupa gaji pokok, tunjangan-tunjangan yang diterima serta penerimaan lainnya penulis melakukan wawancara dan pengambilan daftar gaji dari Dinas Kesejahteraan dan sosial Provinsi Sumatera Utara.

b. Setelah mengetahui jumlah gaji pokok, tunjangan-tunjangan yang diterima kemudian menjumlahkan Gaji pokok dengan tunjangan-tunjangan serta penerimaan lainnya sehingga diperoleh penghasilan bruto.

c. Penghasilan bruto dikurangkan dengan biaya-biaya yang harus dibayar oleh pegawai pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara seperti biaya wajib pegawai, pensiun, jabatan dan rumah sehingga diperolah penghasilan netto.

d. Penghasilan netto dikali dengan 12 (dua belas) bulan sehingga diperoleh penghasilan netto setahun.

e. Menghitung Penghasilan Tidak Kena Pajak dari Wajib Pajak yang bersangkutan dengan melihat status pegawai, sehingga diperoleh Penghasilan Kena Pajak.

f. Penghasilan Kena Pajak di kalikan dengan tarif pajak yang sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008.

g. Diperoleh PPh Pasal 21 setahun.

h. PPh Pasal 21 setahun di bagi 12 (dua belas) diperoleh PPh Pasal 21 sebulan.


(59)

Perhitungan PPh Pasal 21 Pada pegawai tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provisi Sumatera Utara ialah :

1. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai MID

a. Bruto sebulan Rp. 6.226.975

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 74.723.700

Perhitungannya sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. c. Netto Rp. 74.196.451

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 43.821.229

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 2.191.062

Perhitungan tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 182.589

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

2. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai TM

a. Bruto sebulan Rp. 5.042,240

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 60.506.880


(60)

c. Netto Rp. 60.059.836

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 29.684.836

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 1.484.413

Perhitungan tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 123.687

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

3. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai EF

a. Bruto sebulan Rp. 4.455.571

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 53.466.852

Perhitungannya sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. c. Netto Rp. 53.075.883

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 22.700.883

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 1.135.044


(61)

g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 94.587

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

4. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai MSS

a. Bruto sebulan Rp. 3.924.407

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 47.092.884

Perhitungannya sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. c. Netto Rp. 46.736.505

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 16.361.505

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 818.075

Perhitungan tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 68.173

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

5. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai NS

a. Bruto sebulan Rp. 3.792.868

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 45.514,416


(62)

c. Netto Rp. 45.173.192

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 32.400.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 12.773.192

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 638.660

Perhitungan tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 53.222

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

6. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai TN

a. Bruto sebulan Rp. 3.776.964

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 45.323.568

Perhitungannya sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. c. Netto Rp. 44.984.150

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 14.609.150

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 730.458


(63)

g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 60.872

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

7. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai DU

a. Bruto sebulan Rp. 3.519.543

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 42.234.516

Perhitungannya sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. c. Netto Rp. 41.917.383

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 11.542.383

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 577.119

Perhitungan tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 48.093

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

8. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai MH

a. Bruto sebulan Rp. 2.481.070

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 29.772.840


(64)

c. Netto Rp. 29.546.463

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 5.246.463

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 262.323

Perhitungan tarif PPh Pasal 21 sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 21.860

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

9. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai BH

a. Bruto sebulan Rp. 3.174.963

Perhitungan Bruto sebulan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 38.099.556

Perhitungannya sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. c. Netto Rp. 37.814.584

Perhitungan netto sesuai dengan UU Pajak penghasilan . d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 30.375.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 7.439.584

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. f. Tarif PPh Pasal 21 Setahun Rp. 371.979


(65)

g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 30.998

Perhitungan sesuai dengan UU Pajak Penghasilan.

10. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Pegawai SAR

a. Bruto sebulan Rp. 2.856.256

Perhitungan tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena adanya kesalahan dalam penjumlahan, maka jumlah bruto seharusnya 2.906.256.

b. Penghasilan Bruto setahun Rp. 34.875.072

Perhitungannya tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah bruto setahun seharusnya 34.275.072.

c. Netto Rp. 34.357.565

Perhitungan netto tidak sesuai dengan UU Pajak penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah netto seharusnya 34.613.210.

d. Penghasilan Tidak Kena Pajak Rp. 28.350.000

Perhitungan PTKP sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. e. Penghasilan Kena Pajak Rp. 6.007.565

Perhitungan tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah Penghasilan Kena Pajak seharusnya 6.263.210 .


(66)

Perhitungan tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah tarif PPh Pasal 21 setahun seharusnya 313.161.

g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 25.031

Perhitungan tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah PPh Pasal 21 gaji sebulan seharusnya 26.097.

4. Penyetoran PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Sebelum meneliti pelaporan PPh Pasal 21 yang di lakukan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, terlebih dahulu melihat sistem Penyetoran PPh Pasal 21 Menurut UU No. 36 Tahun 2008 ialah :

a. Pembayaran pajak telah ditentukan batas waktunya. Apabila batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak jatuh pada hari libur maka batas waktu tersebut diundur pada hari berikutnya yang bukan merupakan hari libur. Setiap keterlambatan pembayaran dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung sejak jatuh tempo.

b. Penyetoran pajak penghasilan pasal 21 wajib pajak orang pribadi dilaksanakan sebelum tanggal 10 masa pajak berikutnya dengan membayar pajak terutang atas gaji/ penghasilan yang diperoleh dari perusahaan.

c. Sarana yang digunakan dalam penyetoran pajak penghasilan pasal 21 bagi wajib pajak orang pribadi adalah surat setoran pajak.

Setelah seluruh PPh Pasal 21 dihitung dan dipungut setiap bulannya oleh petugas bagian keuangan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Kemudian petugasnya menyetorkannya ke Kantor Perpajakan Medan Polonia. Sarana yang digunakan dalam penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang


(67)

adalah dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak). Dimana SSP harus diisi dengan jumlah seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atau yang akan dibayar. Dalam penyatoran PPh Pasal 21 ini Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

5. Pelaporan PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Sebelum meneliti pelaporan PPh Pasal 21 yang di lakukan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, terlebih dahulu melihat sistem Pelaporan PPh Pasal 21 Menurut UU No. 36 Tahun 2008 ialah :

a. Sarana yang digunakan dalam pelaporan pajak penghasilan pasal 21

wajib pajak orang pribadi yaitu SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi, bukti setoran dan lampiran SSP masa yang telah disetor setiap bulan selama tahun pajak yang bersangkutan.

b. Formulir SPT Tahunan PPh Pasal 21 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi

dibagikan ke semua pegawai untuk diisi sendiri.

c. Setelah terisi, formulir dikembalikan untuk diteliti dan dilaporkan ke

Kantor Pajak. Sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak yaitu 31 Maret Tahun berikutnya.

Sedangkan pelaporan PPh Pasal 21 yang di lakukan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara terlebih dahulu mengambil (surat pemberitahuan), di Kantor Pelayanan Pajak setempat. Kemudian Dinas


(68)

Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara menggunakan 2 jenis SPT dalam melaporkan PPh Pasal 21 yakni :

1. SPT Masa PPh Pasal 21, adalah surat yang digunakan untuk melaporkan perhitungan pajak yang terutang dalam suatu masa pajak.

2. SPT Tahunan PPh Pasal 21, adalah surat yang digunakan untuk melaporkan pehitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak yakni Formulir 1721.

3. Bukti-bukti yang harus dilampirkan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara pada SPT PPh Pasal 21 adalah:

1. Daftar gaji pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

2. Surat Setoran Pajak (SSP).

Kemudian Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melakukan pengisian data sesuai dengan perhitungan yang telah di lakukan sebelumnya. Dalam pelaporan ini Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukan pelaporan PPh Pasal 21 atas semua pegawainya sesuai dengan UU pajak penghasilan yang berlaku.


(69)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada beberapa bab sebelumnya terhadap sistem perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dan membandingkan dengan Undang-undang yang berlaku, serta data yang di peroleh maka ditarik kesimpulan sebagai berikut. Dimana Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetapnya dengan baik dan sesuai dengan Undang-undang pajak penghasilan, namun ada kesalahan yang dilakukan dalam penjumlahan bruto sebulan terhadap salah satu pegawainya. Setelah membandingkannya dengan data yang di peroleh, sehingga perhitungan netto, PKP, tarif PPh pasal 21 setahun dan tarif PPh pasal 21 sebulan salah. Sehingga data yang dimasukkan kedalam penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 tidak sesuai dengan UU pajak penghasilan.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Kesejahtraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara terhadap perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 atas pegawainya, penulis mencoba memberikan beberapa saran dan masukan diantaranya :


(70)

1. Tata cara perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara harus dilakukan dengan lebih teliti lagi. Dengan kesalahan perhitungan sekecil apapun dapat berakibat fatal, dan membuat pembayaran pajak tidak sesuai dengan UU pajak penghasilan.

2. Dalam penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sebaiknya tetap mempertahankan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, untuk menghindari keterlambatan pembayaran yang akan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk seluruh masa yang di hitung sejak jatuh tempo. 3. Sebaiknya Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

dalam pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetapnya lebih di tingkatkan lagi. Dimana dalam pelaporan PPh Pasal 21 ini di butuhkan perhitungan dan data yang tepat, agar pelaporan PPh Pasal 21 dapat di laksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku sehingga resiko kesalahan pelaporan PPh Pasal 21 dapat di hindarkan.


(71)

Hasan. Iqbal, 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Muda, Markus, 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama Resmi, Siti, 2011. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Sanusi, Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Undang-undang No. 36 Tahun 2008

Peraturan Direktur Jendral Pajak No: per-31/PJ/2012. www.pajak.go.id.29 Mei 2014.05.37 A.M

http://pajaktaxes.blogspot.com/2011/02/sistem-self-assessment.html. (http://lib.unnes.ac.id/10663/04. 28 JULI 2014 23.43 P.M)


(1)

59

Perhitungan tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah tarif PPh Pasal 21 setahun seharusnya 313.161.

g. PPh Pasal 21 gaji sebulan Rp. 25.031

Perhitungan tidak sesuai dengan UU Pajak Penghasilan. Karena dalam penjumlahan bruto sebulan terjadi kesalahan, maka jumlah PPh Pasal 21 gaji sebulan seharusnya 26.097.

4. Penyetoran PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Sebelum meneliti pelaporan PPh Pasal 21 yang di lakukan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, terlebih dahulu melihat sistem Penyetoran PPh Pasal 21 Menurut UU No. 36 Tahun 2008 ialah :

a. Pembayaran pajak telah ditentukan batas waktunya. Apabila batas waktu pembayaran atau penyetoran pajak jatuh pada hari libur maka batas waktu tersebut diundur pada hari berikutnya yang bukan merupakan hari libur. Setiap keterlambatan pembayaran dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk seluruh masa, yang dihitung sejak jatuh tempo.

b. Penyetoran pajak penghasilan pasal 21 wajib pajak orang pribadi dilaksanakan sebelum tanggal 10 masa pajak berikutnya dengan membayar pajak terutang atas gaji/ penghasilan yang diperoleh dari perusahaan.

c. Sarana yang digunakan dalam penyetoran pajak penghasilan pasal 21 bagi wajib pajak orang pribadi adalah surat setoran pajak.

Setelah seluruh PPh Pasal 21 dihitung dan dipungut setiap bulannya oleh petugas bagian keuangan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Kemudian petugasnya menyetorkannya ke Kantor Perpajakan Medan Polonia. Sarana yang digunakan dalam penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang


(2)

adalah dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak). Dimana SSP harus diisi dengan jumlah seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atau yang akan dibayar. Dalam penyatoran PPh Pasal 21 ini Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukannya sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

5. Pelaporan PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

Sebelum meneliti pelaporan PPh Pasal 21 yang di lakukan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, terlebih dahulu melihat sistem Pelaporan PPh Pasal 21 Menurut UU No. 36 Tahun 2008 ialah :

a. Sarana yang digunakan dalam pelaporan pajak penghasilan pasal 21 wajib pajak orang pribadi yaitu SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi, bukti setoran dan lampiran SSP masa yang telah disetor setiap bulan selama tahun pajak yang bersangkutan.

b. Formulir SPT Tahunan PPh Pasal 21 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dibagikan ke semua pegawai untuk diisi sendiri.

c. Setelah terisi, formulir dikembalikan untuk diteliti dan dilaporkan ke Kantor Pajak. Sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku, batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Pasal 21 Wajib Pajak Orang Pribadi paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak yaitu 31 Maret Tahun berikutnya.

Sedangkan pelaporan PPh Pasal 21 yang di lakukan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara terlebih dahulu mengambil (surat pemberitahuan), di Kantor Pelayanan Pajak setempat. Kemudian Dinas


(3)

61

Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara menggunakan 2 jenis SPT dalam melaporkan PPh Pasal 21 yakni :

1. SPT Masa PPh Pasal 21, adalah surat yang digunakan untuk melaporkan perhitungan pajak yang terutang dalam suatu masa pajak.

2. SPT Tahunan PPh Pasal 21, adalah surat yang digunakan untuk melaporkan pehitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam satu tahun pajak yakni Formulir 1721.

3. Bukti-bukti yang harus dilampirkan Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara pada SPT PPh Pasal 21 adalah:

1. Daftar gaji pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.

2. Surat Setoran Pajak (SSP).

Kemudian Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara melakukan pengisian data sesuai dengan perhitungan yang telah di lakukan sebelumnya. Dalam pelaporan ini Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukan pelaporan PPh Pasal 21 atas semua pegawainya sesuai dengan UU pajak penghasilan yang berlaku.


(4)

62

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan pada beberapa bab sebelumnya terhadap sistem perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dan membandingkan dengan Undang-undang yang berlaku, serta data yang di peroleh maka ditarik kesimpulan sebagai berikut. Dimana Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara telah melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetapnya dengan baik dan sesuai dengan Undang-undang pajak penghasilan, namun ada kesalahan yang dilakukan dalam penjumlahan bruto sebulan terhadap salah satu pegawainya. Setelah membandingkannya dengan data yang di peroleh, sehingga perhitungan netto, PKP, tarif PPh pasal 21 setahun dan tarif PPh pasal 21 sebulan salah. Sehingga data yang dimasukkan kedalam penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 tidak sesuai dengan UU pajak penghasilan.

B. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan pada Dinas Kesejahtraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara terhadap perhitungan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 atas pegawainya, penulis mencoba memberikan beberapa saran dan masukan diantaranya :


(5)

63

1. Tata cara perhitungan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara harus dilakukan dengan lebih teliti lagi. Dengan kesalahan perhitungan sekecil apapun dapat berakibat fatal, dan membuat pembayaran pajak tidak sesuai dengan UU pajak penghasilan.

2. Dalam penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sebaiknya tetap mempertahankan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan, untuk menghindari keterlambatan pembayaran yang akan dikenakan bunga sebesar 2% sebulan untuk seluruh masa yang di hitung sejak jatuh tempo. 3. Sebaiknya Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

dalam pelaporan PPh Pasal 21 atas penghasilan pegawai tetapnya lebih di tingkatkan lagi. Dimana dalam pelaporan PPh Pasal 21 ini di butuhkan perhitungan dan data yang tepat, agar pelaporan PPh Pasal 21 dapat di laksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan pajak yang berlaku sehingga resiko kesalahan pelaporan PPh Pasal 21 dapat di hindarkan.


(6)

64

Hasan. Iqbal, 2006. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Mardiasmo, 2011. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: C.V Andi Offset. Muda, Markus, 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama Resmi, Siti, 2011. Perpajakan Teori dan Kasus Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat. Sanusi, Anwar, 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Undang-undang No. 36 Tahun 2008

Peraturan Direktur Jendral Pajak No: per-31/PJ/2012. www.pajak.go.id.29 Mei 2014.05.37 A.M

http://pajaktaxes.blogspot.com/2011/02/sistem-self-assessment.html. (http://lib.unnes.ac.id/10663/04. 28 JULI 2014 23.43 P.M)