Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap Terhadap Laba Perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL

21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA

PERUSAHAAN PADA PT (PERSERO) PELABUHAN

INDONESIA I CABANG BELAWAN

OLEH

WIRDA INDAYULI NASUTION 110522102

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI EKSTENSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademis guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga dan saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, September 2013

WIRDA INDAYULI NASUTION


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT

(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terhadap laba perusahaan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, perhitungan Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode untuk menganalisis data digunakan metode deskriptif yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Hasil penelitian ini memperlihatkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap dapat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Analisis perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap bila perusahaan menanggung sendiri Pajak Penghasilan Pasal 21 maka akan lebih menguntungkan dalam laba perusahaan sedangkan bila perusahaan dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh maka yang menguntungkan yakni dalam bagian beban pajak yang akan dibayarkan ke kas negara. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh kepada pegawainya sehingga mengurangi laba perusahaan namun menguntungkan dalam beban pajak.


(4)

ABSTRACT

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT

(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN

This study aims to analyze the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees at PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan of corporate profits. In the Income Tax Act, the Income Tax calculation can be done in two ways. First is the way to bear the income tax and the second is to provide tax benefits (income tax allowance) like providing transport allowance, meal allowance, responsibility allowance, and so on.

Research conducted using descriptive methods. Types of data used are primary data and secondary data. The data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. Methods used to analyze the data descriptive method that is data that has been collected, then analyzed to provide information for solving those problems.

Results of this study demonstrate the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees can affect corporate profits. Analysis of Article 21 reckoning on a permanent employee salaries if the company bear the Income Tax Article 21, it will be more profitable in the company and if the company's profit in this case PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan give it a favorable income tax benefit that is in part the tax burden which will be paid into the state treasury. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan provide income tax benefits to its employees, thereby reducing profits yet profitable company in the tax burden.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyusun Skripsi yang berjudul “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak khususnya dukungan materi maupun non materi serta doa yang tulus dari kedua orang tua tercinta (Papa H. Ikhwan Nasution dan Mama Rosmida Siregar). Serta dengan segala kerendahan hati, peneliti mengucapkan terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah MM, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan Skripsi ini.

5. Bapak Drs. Idhar Yahya MBA, Ak. selaku Dosen Pembaca yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan Skripsi ini.

6. Terspesial kepada Kak Indri dan Dhoni yang banyak membantu, kepada Imam dengan dukungannya yang tulus dan kepada teman-teman tercinta; Ade, Ayu, Gita, Yuni, Yuli, Atika, Ayura, Fitri dan semua teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, makasi banyak ya teman-teman.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang dapat membangun untuk menyempurnakan Skripsi ini agar menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian terutama penulis.

Medan, September 2013

Penulis,

Wirda Indayuli Nasution


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak Penghasilan ... 6

2.1.1 Pengertian Pajak ... 6

2.1.2 Pengertian Penghasilan ... 9

2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan ... 10

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 12

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 12

2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 14

2.2.3 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 16

2.2.4 Wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 17

2.2.5 Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21 ... 19

2.2.6 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 19

2.2.7 Bukan Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 20

2.2.8 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final ... 21

2.2.9 Penghasilan yang PPh-nya Ditanggung Pemerintah ... 22

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap ... 22

2.4 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap ... 23

2.4.1 Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Gaji Pegawai Tetap .. 26


(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1 Tempat Penelitian ... 33

3.2.2 Waktu Penelitian ... 33

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3.1 Jenis Data ... 34

3.3.2 Sumber Data ... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Metode Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 36

4.1.2 Bidang Usaha Perusahaan ... 39

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan ... 42

4.1.4 Struktur Organisasi ... 43

4.2 Pembahasan ... 52

4.2.1 Analisis Perhitungan PPh Pasal 21 ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan dan Saran ... 59

5.1.1 Kesimpulan ... 59

5.1.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(9)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Daftar PTKP Tahun 2013... 25 Tabel 2.2 PTKP Dilihat dari Status Perkawinan ... 25 Tabel 2.3 Tarif Pajak atas PKP bagi WP Pribadi ... 26


(10)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL HALAMAN


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR JUDUL HALAMAN


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT

(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terhadap laba perusahaan. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, perhitungan Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode untuk menganalisis data digunakan metode deskriptif yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Hasil penelitian ini memperlihatkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap dapat berpengaruh terhadap laba perusahaan. Analisis perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap bila perusahaan menanggung sendiri Pajak Penghasilan Pasal 21 maka akan lebih menguntungkan dalam laba perusahaan sedangkan bila perusahaan dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh maka yang menguntungkan yakni dalam bagian beban pajak yang akan dibayarkan ke kas negara. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh kepada pegawainya sehingga mengurangi laba perusahaan namun menguntungkan dalam beban pajak.


(13)

ABSTRACT

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI TETAP TERHADAP LABA PERUSAHAAN PADA PT

(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN

This study aims to analyze the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees at PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan of corporate profits. In the Income Tax Act, the Income Tax calculation can be done in two ways. First is the way to bear the income tax and the second is to provide tax benefits (income tax allowance) like providing transport allowance, meal allowance, responsibility allowance, and so on.

Research conducted using descriptive methods. Types of data used are primary data and secondary data. The data collection techniques used were observation, interviews, and documentation. Methods used to analyze the data descriptive method that is data that has been collected, then analyzed to provide information for solving those problems.

Results of this study demonstrate the calculation of Income Tax Article 21 on the salaries of full time employees can affect corporate profits. Analysis of Article 21 reckoning on a permanent employee salaries if the company bear the Income Tax Article 21, it will be more profitable in the company and if the company's profit in this case PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan give it a favorable income tax benefit that is in part the tax burden which will be paid into the state treasury. PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan provide income tax benefits to its employees, thereby reducing profits yet profitable company in the tax burden.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Seperti layaknya manusia membutuhkan udara segar untuk hidup sehat, demikian pula halnya dengan negara yang membutuhkan dana segar untuk membiayai berbagai keperluannya demi terciptanya kesejahteraan rakyatnya. Pemerintah dari tahun ke tahun membutuhkan dana yang semakin meningkat. Andalan sumber penerimaan negara yang selama ini terletak pada sumber alam tidak dapat lagi dipertahankan, menyadari hal ini maka sejak tahun 1980-an pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan tekadnya bahwa pajak akan dijadikan tulang punggung dalam membiayai pembangunan.

Dalam dua dekade terakhir ini, pajak merupakan isu utama, baik pada pihak pemerintah maupun pihak Wajib Pajak di Indonesia. Permasalahan perpajakan merupakan fenomena yang selalu hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seiring dengan perkembangan dan perubahan sosial dan ekonomi, dimana masih banyak kita jumpai para Wajib Pajak yang masih lalai terhadap pajak dan tidak menjalani kewajibannya sebagai Wajib Pajak. Sementara pemerintah telah mencanangkan seluruh kegiatan tersebut untuk membiayai pembangunan negara dan juga merupakan sumber pendapatan


(15)

negara guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional negara tersebut.

Salah satu jenis pajak yang ditetapkan pemerintah adalah Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak. Ada beberapa jenis Pajak Penghasilan diantaranya yaitu Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh Pasal 21), yang merupakan Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak orang pribadi berupa penghasilan yang diterimanya atas pekerjaan yang dilakukan baik berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan lainnya yang dapat dipakai untuk konsumsi dan menambah kekayaan Wajib Pajak tersebut.

Dalam Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap, pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 21 dilakukan dalam tahun berjalan melalui pemotongan oleh pihak-pihak tertentu. Pihak yang berwajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu pemberi kerja, bendaharawan pemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan, dan penyelenggara kegiatan. Perusahaan sebagai pemberi kerja merupakan salah satu dari pihak-pihak tertentu yang berwenang memotong, penyetor dan melaporkan PPh Pasal 21 dihadapkan kepada dua pilihan perhitungan PPh Pasal 21 yakni PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan dan PPh Pasal 21 yang ditunjang oleh Perusahaan. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang


(16)

Belawan untuk menganalisis perhitungan Pajak Pengahasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada perusahaan ini dan pengaruh perhitungan tersebut terhadap laba perusahaan.

Dengan memerhatikan alasan dan keterangan di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat sebuah judul yang sesuai dalam penulisan Skripsi ini, judul tersebut adalah “Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap Terhadap Laba Perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan”.

1.2Perumusan Masalah

Seperti yang telah dibahas sebelumnya terdapat dua pilihan dalam perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 oleh perusahaan sebagai pemberi kerja yakni PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan dan PPh Pasal 21 yang ditunjang oleh perusahaan. Guna memberikan arahan bagi terlaksananya penelitian ini, maka perlu dirumuskan terlebih dahulu permasalahan yang ada. Sesuai dengan permasalahan yang dipilih penulis untuk dianalisis, yakni apakah pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan?


(17)

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penulis tentunya mempunyai suatu tujuan tertentu, dimana tujuan tersebut merupakan pedoman dalam melaksanakan penulisan yang hendak dilakukan dan diharapkan dapat tercapainya sasaran yang diinginkan.

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk menganalisis pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dalam melakukan penelitian ini adalah dengan harapan bahwa penelitian ini tidak hanya bermanfaat bagi penulis, juga dapat bermanfaat bagi perusahaan serta bagi civitas akademis sehingga dapat diimplementasikan di lapangan dengan baik sesuai dengan aturan yang berlaku.

1. Bagi Penulis:

a. Penulis diharapkan mampu mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data secara sistematis sesuai dengan masalah yang diangkat dalam penulisan Skripsi ini yakni masalah perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.


(18)

b. Penulis diharapkan mampu menganalisis pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan. c. Penulis dapat mengetahui sampai sejauh mana aplikasi ilmu

perpajakan dan akuntansi sehingga penulis dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia perekonomian yang semakin berkembang dan memiliki tuntutan yang besar.

d. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang perpajakan di Indonesia khususnya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21.

2. Bagi Perusahaan:

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan atas pengaruh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap terhadap laba perusahaan tersebut.

3. Bagi Civitas Akademis:

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan serta dapat menjadi bahan pertimbangan untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber terpenting dalam penerimaan negara dan dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan Keputusan Dirjen Pajak. Pengertian pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan (KUP) No. 28 Tahun 2007 adalah kontribusi Wajib Pajak kepada Negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak merupakan pungutan wajib atau dipaksakan kepada rakyat yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana yang diperoleh dari pemungutan pajak tersebut digunakan untuk membiayai kepentingan umum dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Menurut Rimsky K Judisseno, “Pajak merupakan suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai keperluan negara berupa pembangunan nasional


(20)

yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-Undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara”. (Judisseno, 2002:7)

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H., “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”. (Mardiasmo, 2002:1)

Menurut Leroy Beulieu, ”Pajak adalah bantuan, baik secara langsung maupun tidak, yang dipaksakan oleh kekuasaan publik dari penduduk atau dari barang, untuk menutup belanja pemerintah”. (Suandy, 2008:8)

Menurut S.I. Djajadiningrat (dalam Resmi, 2008:1) menyatakan bahwa

Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pajak:

1) merupakan iuran rakyat kepada negara yang dipungut oleh negara kepada warga negara,

2) dipungut berdasarkan Undang-Undang Pajak dengan kekuatan Undang-Undang serta aturan pelaksanaannya,


(21)

3) tanpa ada kontraprestasi langsung dalam pembayaran pajak para pembayar tidak memperoleh kontraprestasi atau jasa timbal balik secara langsung,

4) digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public investment.

2.1.1.1 Jenis Pajak

Menurut Siti Resmi, jenis pajak dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, yaitu:

1) Menurut Golongan a) Pajak Langsung

yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak lain.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Tidak Langsung

yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.

Contoh: Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2) Menurut Sifat

a) Pajak Subjektif

yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang memerhatikan keadaan subjeknya.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Objektif

yaitu pajak yang pengenaannya memerhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan, atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar pajak, tanpa memerhatikan keadaan pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.


(22)

3) Menurut Lembaga Pemungut a) Pajak Negara (Pajak Pusat)

yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya.

Contoh: Pajak Penghasilan (PPh). b) Pajak Daerah

yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Contoh: Pajak Kendaraan Bermotor. (Resmi, 2008:7)

2.1.1.2 Fungsi Pajak

Menurut Siti Resmi,pajak memiliki 2 fungsi, yaitu: 1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

artinya pajak merupakan salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan.

2) Fungsi Regularend (Pengatur)

artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. (Resmi, 2008:3)

2.1.2 Pengertian Penghasilan

Sesuai dengan Pasal 4 Undang-Undang No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh), yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.


(23)

Menurut Rimsky K. Judisseno, ”Penghasilan adalah jumlah uang yang diterima atas usaha yang dilakukan orang perorangan, badan dan bentuk usaha lainnya yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengonsumsi dan/atau menimbun serta menambah kekayaan”. (Judisseno, 2002:76)

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penghasilan adalah setiap tambahan ekonomis yang diperoleh oleh Wajib Pajak yang berada di Indonesia yang dapat digunakan untuk aktivitas ekonomi seperti mengonsumsi dan menambah kekayaan.

2.1.3 Pengertian Pajak Penghasilan

Pengertian Pajak Penghasian (PPh) berdasarkan UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak atau suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan yang diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya.

Menurut Rimsky K. Judisseno, ”Pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan/atas penghasilan yang diterimanya dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakannya”. (Judisseno, 2002:76)


(24)

Menurut Siti Resmi, ”Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak”. (Resmi, 2008:80)

Bieg and Keeling said, “Income Tax is levy on the earnings of most employees

that is deducted from their gross pay”. (Bieg dan Keeling, 1997:19). Bieg

dan Keeling dalam bukunya yang berjudul “Payroll Accounting” menyatakan bahwa Pajak Penghasilan adalah Pemungutan yang dilakukan atas penghasilan dari kebanyakan pekerja yang dikurangi dari gaji/penghasilan kotor pekerja tersebut.

Pajak penghasilan (PPh) tergolong sebagai pajak subjektif yaitu pajak yang mempertimbangkan keadaan pribadi Wajib Pajak, yang tercermin pada kemampuannya untuk membayar pajak atau daya pikulnya, ikut dipertimbangkan dan dijadikan dasar utama dalam menentukan berapa besarnya jumlah pajak yang dapat dibebankan kepadanya. Penentuan daya pikul seseorang sangat subjektif sifatnya karena daya pikul dapat ditentukan dengan berbagai ukuran. Jumlah penghasilan, kekayaan Wajib Pajak, jumlah tanggungan keluarga adalah contoh unsur penentu dalam mengukur daya pikul.


(25)

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21

2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pasal 1 Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.252/PMK.03/2008 menyatakan bahwa Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Yang selanjutnya disebut Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Orang Pribadi Subjek Pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008.

Pajak Penghasilan Pasal 21 dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Undang-Undang ini mengatur pengenaan pajak penghasilan terhadap Subjek Pajak berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Subjek Pajak tersebut dikenai pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan, dalam Undang-Undang ini disebut Wajib Pajak. Wajib Pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Yang dimaksud dengan tahun pajak dalam Undang-Undang ini adalah tahun kalender tetapi Wajib Pajak dapat menggunakan tahun buku yang tidak


(26)

sama dengan tahun kalender sepanjang tahun buku tersebut meliputi jangka waktu 12 bulan.

Menurut Siti Resmi, “Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri”. (Resmi 2008:155)

Menurut Agus Setiawan, Ak., M.H. (dalam Setiawan, 2010:13)

PPh Pasal 21 merupakan perhitungan dan pemotongan pajak yang dilakukan oleh pihak pemberi pekerjaan dan orang pribadi yang menerima pekerjaan. Untuk dikenakan PPh Pasal 21, maka Subjek Pajaknya adalah pegawai atau karyawan atau perseorangan yang menerima job, dan objeknya adalah gaji, honor, lembur, uang komisi, uang koreksi, uang penggantian, uang transport, dll.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atau dipotong oleh pihak lain yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri.


(27)

2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Setiap pemungutan atau pemotongan yang dilakukan oleh negara tentunya harus mempunyai dasar hukum begitu pula Pajak Penghasilan Pasal 21. Dasar hukum Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu:

a. Undang-Undang No.6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No.16 Tahun 2000, dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No.28 Tahun 2007. b. Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang No.17 Tahun 2000, dan diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008.

c. Peraturan Pemerintah No.138 Tahun 2000 tentang perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan.

d. Peraturan Pemerintah No.149 Tahun 2000 tentang pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan, pensiun, dan tunjangan hari tua.

e. Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan bagi Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, Anggota ABRI, dan Para Pensiunan atas penghasilan yang dibebankan kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah.

f. Keputusan Menteri Keuangan No.326/KMK.03/2003 tentang penentuan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak, tempat pembayaran pajak, tata cara pembayaran, penyetoran dan pelaporan pajak, serta tata cara pembelian pengangsuran dan penundaan pembayaran pajak.


(28)

g. Keputusan Menteri Keuangan No.447/KMK.04/2000 tentang bagian penghasilan sehubungan dengan pekerjaan pegawai harian dan mingguan serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan.

h. Peraturan Menteri Keuangan No.250/PMK.03/2008 tentang besarnya biaya jabatan dan biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pegawai tetap dan pensiunan.

i. Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No.15/PJ/2006 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21 dan 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

j. Surat Edaran No.SE-17PJ.43/2000 Tanggal 20 Juni 2000 tentang kewajiban menghitung, memotong, menyetor dan melaporkan PPh Pasal 21 dan 26 yang ditentukan untuk setiap bulan takwim.

k. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan yang ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja dari pekerjaaan.

l. Peraturan Menteri Keuangan No. 43/PMK.03/2009 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung pemerintah atas penghasilan pekerja pada kategori usaha tertentu.

m. Keputusan Menteri Keuangan No. 112/KMK.03/2001 tentang pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan dan tunjangan hari tua.

n. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).


(29)

2.2.3 Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21

Berdasarkan Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 sebagaimana telah disesuaikan dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 menyatakan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh:

a. pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai;

b. bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan; c. dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan

pembayaran lain dengan nama apa pun dalam rangka pensiun;

d. badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan

e. penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan.

Pasal 21 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan: Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor


(30)

perwakilan negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

2.2.4 Penerima Penghasilan (Wajib Pajak PPh Pasal 21)

Berdasarkan Bab III Pasal 3 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 mengenai penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan atau PPh pasal 26 terdiri dari:

a. Pegawai.

b. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

c. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi: 1) tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari

pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

2) pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

3) olahragawan

4) penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator. 5) pengarang, peneliti, dan penerjemah.

6) pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi,


(31)

ekonomi, dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan. 7) agen iklan.

8) pengawas atau pengelola proyek.

9) pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi perantara.

10) petugas penjaja barang dagangan. 11) petugas dinas luar asuransi.

12) distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling dan kegiatan sejenis lainnya.

d. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara lain meliputi:

1) peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan olahraga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

2) peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja. 3) peserta atau anggota dalam suatu kepanitiaan sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu.

4) peserta pendidikan, pelatihan, dan magang. 5) peserta kegiatan lainnya.


(32)

2.2.5 Tidak Termasuk Wajib Pajak PPh Pasal 21

Berdasarkan Bab III Pasal 4 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 menyatakan tidak termasuk dalam pengertian Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26 adalah:

a. pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara yang bersangkutan memberikan perlakuan timbal balik,

b. pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan Warga Negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

2.2.6 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21)

Berdasarkan Bab IV Pasal 5 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 menyatakan bahwa Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 (Objek PPh Pasal 21) adalah:

a. penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

b. penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;


(33)

c. penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;

d. penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan;

e. imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan;

f. imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

2.2.7 Penghasilan yang tidak Dipotong PPh Pasal 21 (Bukan Objek PPh Pasal 21)

Berdasarkan Bab IV Pasal 8 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 menyatakan bahwa Penghasilan yang tidak Dipotong PPh Pasal 21 (Bukan Objek PPh Pasal 21) adalah:

a. pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa;


(34)

b. penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat( 2);

c. iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja yang dibayar oleh pemberi kerja;

d. zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan;

e. beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf I Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2.2.8 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final

PPh bersifat final artinya bahwa seluruh pajak yang telah dipotong/dipungut oleh pihak pemotong/pemungut dianggap final (telah selesai) tanpa harus menunggu perhitungan dari pihak fiskus, atau dapat dikatakan bahwa pajak yang telah dipotong atau dibayar dianggap telah selesai perhitungannya walaupun surat ketetapan pajak belum ada.


(35)

Menurut Siti Resmi (dalam Resmi, 2008:162), beberapa penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final adalah:

1. Penghasilan berupa uang pesangon dan uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, serta Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

2. Penghasilan berupa honorarium, uang perangsang, uang sidang, uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja, dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI/POLRI yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah, kecuali yang dibayarkan kepada Pegawai Negeri Sipil golongan II d ke bawah dan anggota TNI/POLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.

2.2.9 Penghasilan yang PPh Pasal 21-nya Ditanggung Pemerintah

Menurut Siti Resmi (dalam Resmi, 2008:163), menyatakan bahwa

PPh ditanggung pemerintah adalah pajak yang terutang dari Wajib Pajak, yang pembayarannya dilakukan oleh pemerintah bukan oleh Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak tidak perlu membayar pajak (mengeluarkan uang). PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemerintah merupakan penghasilan yang diterima oleh karyawan asing yang bekerja pada kontraktor, konsultan, dan pemasok utama atas penghasilan yang diterima atau diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah.

2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap

Telah dibahas sebelumnya, Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipungut atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaannya. Pegawai Tetap merupakan salah satu subjek Pajak Penghasilan Pasal 21.


(36)

Pegawai Tetap (Pasal 1 angka 10 PER-31/PJ/2009) adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

Pegawai Tetap diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Pasal 1 angka 10 No.252/PMK.03/2008 yaitu pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh (full time) dalam pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pengertian Pegawai Tetap di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap yaitu pajak yang dipungut atas penghasilan berupa gaji sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai yang memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur yang ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung.

2.4 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap

Tata cara perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji Pegawai Tetap adalah sebagai berikut:


(37)

a. Menghitung penghasilan bruto sebulan. Penghasilan bruto dapat berupa: 1. Gaji tetap

2. Tunjangan-tunjangan yang merupakan penghasilan dikenakan pajak seperti Tunjangan PPh, termasuk juga premi kecelakaan kerja, dan premi jaminan kematian yang dibayarkan atau ditanggung oleh pemberi kerja untuk pegawai yang bersangkutan.

b. Menghitung besarnya penghasilan neto sebulan, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan pengurangan yang diperkenankan, yang terdiri atas: 1. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan dan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 250/PMK.03/2008, besarnya biaya jabatan adalah 5% dari penghasilan bruto atau maksimal Rp 500.000 per bulan dan Rp 6.000.000 per tahun

2. Iuran yang terkait dengan gaji kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriaanya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

c. Menghitung besarnya neto setahun, yaitu penghasilan neto sebulan dikalikan dengan 12.

d. Menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP), yaitu penghasilan neto setahun dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).


(38)

Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162/PMK.011/2012 mengenai penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku per tanggal 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Daftar PTKP Tahun 2013

KETERANGAN SEBULAN SETAHUN

Untuk diri Wajib Pajak (WP) Rp 2.025.000 Rp 24.300.000

Tambahan untuk WP yang kawin Rp 168.750 Rp 2.025.000

Tambahan untuk penghasilan istri -

Rp 2.025.000 Rp 24.300.000 digabung dengan penghasilan suami

Tambahan untuk anggota keluarga yang -

Rp 168.750 Rp 2.025.000 menjadi tanggungan (maksimal 3 orang)

Tabel 2.2

PTKP Dilihat Dari Status Perkawinan

STATUS SETAHUN

TK/0 Rp 24.300.000 K/0 Rp 26.325.000 K/1 Rp 28.350.000 K/2 Rp 30.375.000 K/3 Rp 32.400.000

e. Menghitung besarnya PPh Pasal 21 setahun, yaitu tarif pajak penghasilan dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP).

Sesuai dengan Pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Tarif pajak yang diterapkan atas


(39)

Penghasilan Kena Pajak (PKP) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

Tabel 2.3

Tarif Pajak atas PKP bagi WP Orang Pribadi Dalam Negeri

LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP) TARIF PAJAK

Sampai dengan Rp 50.000.000.- 5%

Di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15% Di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25%

Di atas Rp 500.000.000,- 30%

e. Menghitung pemotongan PPh Pasal 21 sebulan, yaitu PPh Pasal 21 setahun dibagi 12 (jumlah bulan dalam setahun).

2.4.1Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap

Berikut ini disajikan contoh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang ditanggung oleh perusahaan maupun yang ditunjang oleh perusahaan dengan memberikan tunjangan PPh.

Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap yang Ditanggung oleh Perusahaan Tanpa Memberikan Tunjangan PPh

Contoh 1:

Abdulah (K/0) adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000 sebulan. Besarnya PPh Pasal 21 yang ditanggung PT XYZ atas gaji Abdulah yang dilakukan setiap bulan adalah:


(40)

Gaji: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000 Biaya jabatan: 5% x Rp 30.000.000 Rp (1.500.000)

Penghasilan Neto Rp 28.500.000

PTKP:

- Untuk WP sendiri Rp 24.300.000

- Tambahan Kawin Rp 2.025.000 Rp (26.325.000)

PKP setahun Rp 2.175.000

Perhitungan tarif pajak atas PKP:

* Rp 2.175.000 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000

Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.175.000 = Rp 108.750 PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 108.750 / 12 bulan = Rp 9.062

Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap Dimana Perusahaan Memberikan Tunjangan Pajak dan Pajaknya Ditanggung Sendiri oleh Pegawai.

Contoh 2:

Abdulah (K/0) adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000 sebulan dan tunjangan pajak sebesar Rp 8.000 perbulan. Besarnya PPh Pasal 21 atas gaji yang ditanggung Abdulah setiap bulan adalah:

Gaji: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000

Tunjangan Pajak: 12 x Rp 8.000 Rp 96.000

Penghasilan Bruto Rp 30.096.000

Pengurangan:

Biaya jabatan: 5% x Rp 30.000.000 Rp (1.500.000)


(41)

PTKP:

- Untuk WP sendiri Rp 24.300.000

- Tambahan Kawin Rp 2.025.000 Rp (26.325.000)

PKP setahun Rp 2.271.000

Perhitungan tarif pajak atas PKP:

* Rp 2.271.000 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000

Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.271.000 = Rp 113.550 PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 113.550 / 12 bulan = Rp 9.462

Perhitungan PPh Pasal 21 yang Seluruh atau Sebagian PPh Pasal 21-nya Ditanggung oleh Perusahaan dengan Memberikan Tunjangan Pajak Contoh 3:

Abdulah (K/0) adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000. Besarnya PPh Pasal 21 atas gaji yang ditanggung perusahaan setiap bulan adalah:

Jika pegawai menerima gaji neto, berarti bahwa gaji brutonya adalah gaji neto ditambah X atau tunjangan pajak. Umumnya perusahaan menghitung tunjangan pajaknya sebagai berikut:

Gaji neto: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000 Biaya jabatan: 5% x Rp 30.000.000 Rp (1.500.000)

Penghasilan Neto Rp 28.500.000

PTKP:

- Untuk WP sendiri Rp 24.300.000

- Tambahan Kawin Rp 2.025.000 Rp (26.325.000)

PKP setahun Rp 2.175.000


(42)

Perhitungan tarif pajak atas PKP:

* Rp 2.175.000 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000

Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.175.000 = Rp 108.750 PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 108.750 / 12 bulan = Rp 9.062

Dengan demikian gaji bruto yang akan diterima Abdulah sebesar: Gaji Neto sebulan = Rp 2.500.000

Tunjangan Pajak sebulan =

Gaji Bruto sebulan = Rp 2.509.062 Rp 9.062

Jika diketahui Abdulah (K/0) menerima gaji bruto sebesar Rp 2.509.062 sebulan, maka pajak terutangnya tidak lagi sebesar Rp 9.062 melainkan sesuai dengan perhitungan di bawah ini:

Gaji bruto: 12 x Rp 2.509.062 Rp 30.108.744 Biaya jabatan: 5% x Rp 30.108.744 Rp (1.505.437)

Penghasilan Neto Rp 28.603.307

PTKP:

- Untuk WP sendiri Rp 24.300.000

- Tambahan Kawin Rp 2.025.000 Rp (26.325.000)

PKP setahun Rp 2.278.307

Perhitungan tarif pajak atas PKP:

* Rp 2.278.307 (lapisan 5% karena < Rp 50.000.000

Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5% x Rp 2.278.307 = Rp 113.915 PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 113.915 / 12 bulan = Rp 9.493


(43)

Perlu diketahui bahwa pajak yang ditanggung perusahaan dalam contoh di atas Rp 9.062 sebulan tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, namun jika diberikan sebagai tunjangan pajak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan yang dikelompokkan dalam kelopok gaji.

Dari contoh di atas:

Gaji Neto sebulan = Rp 2.500.000 Tunjangan Pajak sebulan =

Gaji Bruto sebulan = Rp 2.509.062 Rp 9.062

Dengan gaji bruto sebulan sebesar Rp 2.509.062, pajak terutang bukan lagi sebesar Rp 9.062 tetapi menjadi sebesar Rp 9.493. Dalam hal ini yang dapat dibebankan sebagai biaya yaitu tunjangan pajaknya sebesar Rp 9.062, sedangkan Rp 431 (Rp 9.493 – Rp 9.062) tidak dapat dibebankan sebagai biaya.

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan:

1. Jika pajak ditanggung perusahaan, tanggungan sebesar Rp 9.062 sebulan tidak dapat dibebankan sebagai biaya

2. Jika tanggungan pajak sebesar Rp 9.062 diberikan sebagai tunjangan pajak maka dapat dibebankan sebagai biaya yang dikelompokkan sebagai biaya gaji

3. Tetapi dengan ditambahnya tunjangan pajak sebesar Rp 9.062 maka pajak terutang bukan lagi Rp 9.062 namun menjadi Rp 9.493 dan selisihnya sebesar Rp 431 tetap tidak dapat dibebankan sebagai biaya


(44)

Berdasarkan perhitungan di atas dapat kita peroleh besarnya take home pay atas gaji adalah sebesar:

Gaji Abdulah = Rp 2.500.000

Tunjangan pajak =

Penghasilan bruto = Rp 2.509.062 Rp 9.062

PPh Pasal 21 atas gaji =

Take home pay atas gaji = Rp 2.499.569

Rp 9.493

2.5Kerangka Konseptual

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Penghasilan / Gaji Pegawai Tetap

Pajak Penghasilan Pasal 21

Ditanggung Perusahaan

Ditunjang Perusahaan


(45)

Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 diperoleh berdasarkan besarnya penghasilan / gaji pegawai. Analisis terhadap perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang terdiri atas Perhitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan dengan tidak memberi tunjangan pajak / tunjangan PPh dan Perhitungan PPh Pasal 21 yang ditunjang oleh perusahaan dengan memberikan tunjangan pajak / tunjangan PPh. Analisis atas kedua perhitungan ini untuk mengetahui pengaruh perhitungan tersebut terhadap laba perusahaan.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang beralamat di Jalan Kapten R. Sulian No. 1 Belawan 20411 Telp. (061) 6941919.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan mulai dari penelitian kepustakaan hingga lapangan dimulai pada Bulan April 2013 dan berakhir pada Bulan Juni 2013.


(47)

3.3Jenis dan Sumber Data 3.3.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang dihimpun berdasarkan pada suatu cara-cara dalam melihat proses suatu objek penelitian.

3.3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh penulis langsung dari perusahaan yang berhubungan dengan objek penelitian, dalam hal ini adalah PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh penulis dari sumber lain seperti buku, surat kabar, dan media lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden, yaitu bagian pajak dan bagian keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan tentang perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21.


(48)

2. Dokumentasi, yaitu melalui pencatatan dan pengkopian atas data-data dari PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dalam bentuk yang sudah jadi misalnya, struktur organisasi, uraian jabatan, teori-teori dan literatur-literatur yang berkaitan dengan objek penelitian.

3.5Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode deskriptif, yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengklasifikasi, menganalisis, serta menginterpretasikan data sehingga memberikan keterangan yang lengkap bagi pemecahan masalah yang sedang diteliti.

2. Metode kualitatif, dimana dalam menganalisis dengan menggunakan data-data yang relevan dengan objek yang diteliti tanpa menggunakan metode statistik.


(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Pada zaman Hindia Belanda dahulu, perusahaan Pelabuhan Belawan ini bernama Haven Bedrijf dan nama ini masih dipakai sampai tahun 1950.

Haven Bedrijf Belawan Deli ini mempunyai karyawan/pegawai berjumlah

lebih kurang 50 (lima puluh) orang.

Pengelolaan Pelabuhan Umum di Indonesia sejak tahun 1960 dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah pengendalian Pemerintah. Adapun bentuk BUMN yang diberi kewenangan untuk mengelola Pelabuhan Umum tersebut telah mengalami beberapa perubahan sejalan dengan arah kebijakan Pemerintah dalam rangka menunjang pembangunan nasional serta mengimbangi pertumbuhan permintaan pelayanan jasa pelabuhan yang dinamis. Bentuk perubahan tersebut diuraikan sebagai berikut:

4.1.1.1 Pejabat Haven Bedrijf Periode 1945 – 1950

Menurut catatan yang ada, yang memegang pimpinan atau dengan nama Dedirecteurder Haven pada periode 1945–1950 tercatat sebagai berikut:


(50)

1. Tahun 1945–1946 : Achmad Mardjuki 2. Tahun 1946–12 April 1949 : Ir. JJM. Dorbech 3. 12 April 1949–02 Oktober 1950 : Mr. G. C. Hardenberg

4.1.1.2 Haven Bedrijf Menjadi Jawatan Pelabuhan

Pada tahun 1951, nama Haven Bedrijf diubah menjadi Jawatan Pelabuhan. Pimpinan pada Jawatan Pelabuhan ini adalah Direktur Pelabuhan.

4.1.1.3 Perusahaan Pelabuhan Negara

Pada periode tahun 1956–1961, nama Pelabuhan Jawatan diganti lagi dengan nama Perusahaan Pelabuhan Negara dengan pejabat pimpinan disebut Direktur Perusahaan Pelabuhan Negara.

4.1.1.4 Perusahaan Pelabuhan Negara Menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan (P. N. Pelabuhan)

Pada tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1961 Lembaran Negara No. 128 tahun 1961, nama Perusahaan Pelabuhan Negara diganti lagi menjadi Perusahaan Negara Pelabuhan Daerah I atau lebih dikenal dengan singkatan P. N. Pelabuhan Daerah I dengan pejabat pimpinannya disebut Direktur P. N. Pelabuhan.

4.1.1.5 PP No. 18/1964 Merubah Sistem Organisasi Pelabuhan

Sistem organisasi kepelabuhan berubah dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1964. Pengusaha tunggal di pelabuhan adalah ”Komandan Penguasa Pelabuhan” yang di dalamnya


(51)

tergabung Syahbandar sebagai staf operasi dan P. N. Pelabuhan sebagai staf pelayanan dan staf jasa.

4.1.1.6 Penguasa Pelabuhan Menjadi AdministratorPelabuhan

P. N. Pelabuhan ditetapkan kembali statusnya seperti semula dan organisasi Penguasa Pelabuhan lebih diarahkan kepada segi ekonomi dan perdagangan.

Penguasa Pelabuhan diubah menjadi Administrator selaku penanggung jawab tunggal di pelabuhan dalam organisasi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP) Belawan dengan dibantu semacam penasehat yakni Badan Musyawarah Pelabuhan (BMP) yang mana Administrator Pelabuhan telah berada di bawah pengawasan Kepala Daerah Pelayaran.

Setelah perubahan struktur organisasi di pelabuhan berdasarkan PP No. 1 tahun 1969 dan PP No. 18/1969, nama Penguasa Pelabuhan diubah menjadi Badan Pengusahaan Pelabuhan (BPP). Pada tanggal 17 Juli 1969 dilakukan serah terima Penguasa Pelabuhan Belawan dari Kol. Soejono Hamijoyo yang ketika itu merangkap sebagai Kepala Daerah Pelayaran I kepada Drs. Soemantri sebagai pejabat Administrator Pelabuhan Belawan yang pertama dengan disaksikan oleh Menteri Perhubungan RI Frans Reda.

4.1.1.7 Badan Pengusaha Pelabuhan Menjadi Perusahaan Umum

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1983 pelabuhan sebagai salah satu unsur penunjang kelancaran angkutan


(52)

laut telah ditata kembali, baik status pembinaannya maupun pengelolaannya.

Seluruh pelabuhan yang diusahakan di wilayah N usantara dibagi dalam 4 (empat) kelompok yang pengusahaannya diselenggarakan secara profesional dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen serta prinsip-prinsip ekonomi perusahaan dalam bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan status Perusahaan Umum (Perum) di lingkungan Departemen Perhubungan.

Belawan termasuk ke dalam Perum Pelabuhan I bersama 18 pelabuhan lainnya yang berada di Sumatera Utara, Aceh, dan Riau. Pejabat pimpinan dari Perum ini terdiri dari beberapa orang direksi sedangkan pelabuhan cabangnya dipimpin oleh kepala cabang, sementara jabatan Adpel tetap ada.

4.1.1.8 Perusahaan Umum Pelabuhan I Menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 56 tahun 1991 tanggal 19 Oktober 1991 tentang perubahan status Perusahaan Umum Pelabuhan I menjadi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I.

4.1.2 Bidang Usaha Perusahaan

Bidang usaha yang dijalankan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan adalah menyelenggarakan pengusahaan pelayanan jasa kepelabuhan dan usaha lainnya yang menunjang terhadap kelancaran arus kapal, barang dan penumpang melalui pelabuhan. Berikut ini adalah


(53)

beberapa kegiatan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang tertuang dalam pasal 3 ayat 2 Akta Notaris Imas Fatimah Nomor 1 tanggal 1 Desember 1992 yang telah termuat dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 1 Nopember 1994 Nomor 87 tanggal 2 Januari 1999 Nomor 01 adalah sebagai berikut:

1. Penyedia dan/atau pelayanan kolam-kolam pelabuhan dan perairan untuk lalu lintas dan tempat-tempat berlabuhnya kapal;

2. Penyedia dan/atau pelayanan jasa-jasa yang berhubungan dengan pemanduan (pilotage) dan penundaan kapal;

3. Penyedia dan/atau pelayanan dermaga dan fasilitas lain untuk bertambat, bongkar muat peti kemas, curah cair, curah kering (general cargo) dan kendaraan;

4. Penyedia dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, multi purpose, penumpang, pelayaran, rakyat dan Ro-Ro;

5. Penyedia dan/atau pelayanan gudang-gudang dan lapangan penumpukan dan tangki/atau tempat penimbunan barang-barang, angkutan bandar, alat bongkar muat, serat peralatan pelabuhan;

6. Penyedia dan/atau pelayanan jasa tanah untuk berbagai bangunan dan lapangan, industri, dan gedung-gedung/bangunan yang berhubungan dengan kepentingan kelancaran angkutan multi modal;

7. Penyedia dan/atau pelayanan listrik, air minum, dan instalasi limbah serta pembuangan sampah;


(54)

kapal dan kendaraan di lingkungan pelabuhan;

9. Penyedia dan/atau pelayanan kegiatan konsilidasi dan distribusi barang termasuk hewan;

10.Penyedia dan/atau pelayanan jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelabuhanan;

11.Pengusaha dan pelayanan depo peti kemas dan perbaikan, cleaning, fumigasi, serta pelayanan logistik.

Selain kegiatan utama di atas, PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dapat melakukan kegiatan usaha lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan perusahaan dan dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya yang dimiliki perusahaan, meliputi:

1. Jasa angkutan

2. Jasa persewaan dan perbaikan fasilitas dan peralatan

3. Jasa perawatan kapal dan perawatan dibidang kepelabuhanan

4. Jasa pelayanan alih muat dari kapal (Ship to Ship Transfer) termasuk jasa ikutan lainnya

5. Properti di luar kegiatan utama kepelabuhanan 6. Fasilitas pariwisata dan perhotelan

7. Jasa konsultan dan surveyor kepelabuhanan 8. Jasa komunikasi dan informasi

9. Jasa konstruksi kepelabuhanan 10.Jasa forwarding/ekspedisi


(55)

12.Jasa penyelaman (salvage) 13.Jasa tally

14.Jasa pas pelabuhan 15.Jasa timbangan

4.1.3 Visi dan Misi Perusahaan 4.1.3.1 Visi Perusahaan

Visi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ditetapkan sebagai berikut:

“Menjadi penyedia jasa kepelabuhanan dan logistik terkemuka ditingkat regional“.

4.1.3.2 Misi Perusahaan

Misi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ditetapkan sebagai berikut:

“Menyediakan jasa kepelabuhanan dan logistik berkualitas yang memenuhi harapan pelanggan dan memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi wilayah”.

Untuk mendukung pencapaian visi dan misi, perusahaan memiliki

values sebagai berikut:

1. Customer Focus: Menyediakan jasa layanan yang fokus kepada


(56)

2. Leadership: Sistem kepemimpinan dan SDM yang mampu menjamin efektifitas dan kualitas pemimpin dan personil untuk merealisir

Customer Focus serta Excellent Operation.

3. Inovasi: Membuat perusahaan berarti untuk meningkatkan pelayanan dalam upaya menciptakan New Value bagi Stakeholder.

4. Valuing Employee: Komitmen manajemen atas kepuasan,

pengembangan dan perlakuan yang baik bagi pegawai.

5. System Perspective: Pengelolaan perusahaan sebagai sebuah sistem

yang utuh sehingga pencapaian kesuksesan pengelolaan organisasi meliputi keseluruhan komponen organisasi tersebut.

4.1.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi diperlukan untuk menjalankan segala aktivitas dalam rangka menjalankan laju perusahaan maka diperlukan struktur organisasi untuk memudahkan koordinasi kerja antara masing-masing bagian. Struktur organisasi yang jelas akan mempermudah pelaksanaan kerja karena diketahui dengan pasti job description antar tiap bagian.

Struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan telah menggambarkan secara pasti tentang tata letak dan fungsi dari tiap departemen yang ada dalam perusahaan. Bentuk struktur organisasi pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan adalah bentuk lini dimana setiap bawahan bertanggung jawab langsung kepada pimpinan departemennya masing-masing dan adanya keterkaitan kerja antara satu departemen dengan departemen yang lainnya. Struktur organisasi PT


(57)

(Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan dapat dilihat pada lampiran II.

Sebagaimana umumnya sebuah perusahaan, struktur organisasi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:

1. Top Management (Direksi), yang terdiri dari: Direktur Utama

sebagai pimpinan, Direktur Usaha, Direktur Teknik, Direktur Keuangan serta Direktur Personalia dan Umum dimana masing-masing memimpin direktorat yang bersangkutan. Dewan Direksi berperan sebagai penentu kebijakan, mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Middle Management (disebut dengan Senior Manajer Bidang

SMB) yang memimpin bidang masing-masing di dalam direktorat yang bersangkutan. Pada tingkat ini termasuk Satuan Pengawas Intern (SPI), bagian Perencananan Informasi dan Pengembangan (Renimbang). Pada tingkat ini, manajer bergerak sebagai pemikir, perencana dan mengendalikan Budget Centre bidang masing-masing.

3. Lower Management, merupakan unit pelaksana yang ditetapkan

sebagai Strategis Business Unit (SBU) yang terdiri dari cabang-cabang pelabuhan (ada 15 cabang-cabang), Unit Terminal Peti Kemas (UTPK), Unit Rumah Sakit, Unit Galangan Kapal serta Balai Pendidikan dan Latihan (BPL). Strategis Business Unit ini


(58)

merupakan Profit Centre dalam melaksanakan usaha jasa kepelabuhanan.

4.1.4.1 Uraian Tugas (Job Description)

Berikut adalah uraian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari beberapa jabatan dan kedudukan pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, yaitu:

1. Direksi

Direksi memiliki tugas pokok, yaitu:

a. Memimpin, mengurus dan mengelola Perseroan sesuai dengan tugas pokok perusahaan;

b. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan; c. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan;

d. Melaksanakan kebijakan umum yang telah digariskan oleh RUPS;

e. Menyiapkan rencana jangka panjang perusahaan (RJJP) dan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) pada waktunya;

f. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kegiatan perusahaan dan perhitungan hasil usaha menurut cara dan waktu yang telah ditetapkan oleh RUPS;

Selain itu, Direksi juga memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Pengembangan organisasi, sumber daya masyarakat dan manajemen perusahaan;


(59)

b. Pengelola kegiatan-kegiatan perusahaan secara terpadu; c. Pengendalian perusahaan;

d. Perencanaan pengembangan sarana dan prasarana pelabuhan.

2. Direktorat Usaha

Direktorat usaha memiliki tugas membina dan menyelenggarakan kegiatan pemasaran, pelayanan jasa kepelabuhan, aneka usaha, serta pengembangan dan jaminan mutu sesuai dengan kebijakan pengusahaan yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Usaha mempunyai fungsi:

a. Pembinaan dan penyelenggaraan pemasaran jasa kepelabuhan;

b. Pembinaan dan penyelenggaraan pelayanan jasa kepelabuhan;

c. Pembinaan dan penyelenggaraan aneka usaha;

d. Pembinaan dan penyelenggaraan pengembangan dan jaminan mutu.

3. Direktorat Teknik

Direktorat Teknik mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan perencanaan teknik, pembangunan, pengadaan, pemeliharaan bangunan dan peralatan pelabuhan serta pengendalian


(60)

lingkungan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Teknik mempunyai tugas:

a. Pembinaan dan penyelenggaraan prasarana teknik; b. Pembinaan dan penyelenggaraan sarana teknik;

c. Pembinaan dan penyelenggaraan Master Plan dan lingkungan.

4. Direktorat Keuangan

Direktorat Keuangan mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan kegiatan administrasi perencanaan dan pengendalian anggaran, perbendaharaan dan portofolio investasi, akuntansi dan kemitraan serta bina lingkungan, sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Keuangan mempunyai tugas:

a. Pembinaan dan penyelenggaraan administrasi perencanaan dan pengendalian anggaran;

b. Pembinaan dan penyelenggaraan perbendaharaan dan portfolio investasi;

c. Pembinaan dan penyelenggaraan akuntansi;


(61)

lingkungan.

5. Direktorat Personalia dan Administrasi Umum

Direktorat Personalia dan Administrasi Umum mempunyai tugas membina dan menyelenggarakan perencanaan dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia, memelihara hubungan industrial, kesejahteraan pegawai serta administrasi personalia yang telah ditetapkan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Direktorat Personalia dan Administrasi Umum mempunyai fungsi:

a. Perencanaan dan pengembangan organisasi dan sumber daya manusia;

b. Pembinaan dan penyelenggaraan hubungan industrial, kesejahteraan pegawai dan administrasi personalia.

6. Satuan Pengawas Intern

Satuan Pengawas Intern mempunyai tugas membantu Direktur Utama dalam melakukan penilaian secara independent atas pengendalian pengelolaan perusahaan dan penilaian atas pelaksanaan pengelolaan melalui pemeriksaan keuangan dan operasional pada bidang-bidang dan unit-unit kerja di lingkungan perusahaan serta memberikan laporan dan saran-saran perbaikan kepada Direktur Utama dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan yang efisien, efektif dan


(62)

ekonomis dalam rangka mendorong perwujudan Good Corporate

Governance.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Satuan Pengawas Intern mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan penilaian pelaksanaan sistem pengendalian internal dan pengendalian manajemen perusahaan;

b. Penyelenggaraan pemeriksaan keuangan dan operasional perusahaan;

c. Pendorong pelaksanaan pengawasan melekat yang lebih efektif di perusahaan;

d. Pemantau dan mengupayakan penetapan Good Corporate

Governance;

e. Penyelenggaraan dokumentasi laporan hasil pemeriksaan dan tindak lanjut temuan pemeriksaan serta ketatausahaan dan kesekretariatan Satuan Pengawas Intern;

f. Bersama dengan Komite Audit menyiapkan Audit Charter dan memantau pelaksanaannya.

7. Bagian Perencanaan dan Pengembangan

Bagian Perencanaan dan Pengembangan mempunyai tugas menyiapkan pembinaan renbang, menyusun program kerja dan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJJP), melakukan penelitian pengembangan perusahaan dan menyiapkan kajian kelayakan investasi dalam rangka


(63)

pencapaian tujuan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Bagian Perencanaan dan Pengembangan mempunyai fungsi:

a. Penyiapan pembinaan renbang dan penyusutan program kerja serta RJJP melalui pengintegrasian rencana fungsional masing-masing direktorat;

b. Penyiapan pembinaan dan penyusunan program kerja serta penyelenggaraan penelitian dan pengumpulan serta pengolahan data renbang;

c. Penyiapan pembinaan dan penyusunan program kerja serta penyelenggaraan kerja serta kajian kelayakan sebelum pelaksanaan pekerjaan investasi.

8. Bagian Sistem dan Teknologi Informasi

Bagian Sistem dan Teknologi Informasi mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, menyusun program kerja dan menyelenggarakan kegiatan merancang, membangun, memelihara dan mengembangkan sistem dan teknologi informasi yang efektif dan efisien, serta mengumpulkan dan mengolah data (database) dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan.

Untuk menyelenggarakan tugasnya, Bagian Sistem dan Teknologi Informasi mempunyai fungsi:


(64)

a. Penyiapan pembinaan, penyusunan program kerja dan penyelenggaraan kegiatan merancang, membangun, memelihara serta mengembangkan teknologi informasi yang efektif dan efisien;

b. Penyiapan pembinaan, penyusunan program kerja dan penyelenggaraan sistem informasi dan pengumpulan serta pengelolaan data (database), serta implementasi sistem dukungan pengambilan keputusan (Decision Support

System);

c. Penyiapan pembinaan, penyusunan program kerja dibidang operasi sistem komputer, analisis sistem dan pemprograman komputer, guna peningkatan efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumber daya manusia.

9. Sekretariat Korporasi

Sekretariat Korporasi mempunyai tugas menyiapkan pembinaan, menyusun program kerja dan menyelenggarakan kegiatan public

relation, protokol, dan kehumasan dan hubungan intenasional, kegiatan

hukum dan perikatan, kegiatan kesekretariatan direksi untuk melancarkan tugas-tugas kepengurusan perusahaan.

Untuk melancarkan tugasnya, Sekretariat Korporasi mempunyai fungsi:


(65)

a. Peningkatan citra perusahaan dan penyiapan informasi perusahaan yang dibutuhkan oleh pihak luar;

b. Fasilitator direksi dalam menjalankan pengelolaan perusahaan;

c. Penyelenggara rapat direksi, rapat umum pemegang saham dan rapat umum pemegang saham luar biasa;

d. Penelaah peraturan perusahaan;

e. Penjagaan kepentingan umum dan perikatan perusahaan serta pemantauan atas kepatuhan perusahaan terhadap peraturan perundangan yang berlaku dan persyaratan keterbukaan.

4.2Pembahasan

Salah satu kewajiban perusahaan atau pemberi kerja adalah memotong dan menyetorkan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji dan penghasilan lainnya yang mereka bayarkan kepada pegawai atau karyawannya. Dalam hal ini ada pilihan bagi para pemberi kerja tersebut, memotong langsung dari gaji karyawan atau membantu karyawan dan pegawainya dengan cara menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang.

Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, menanggung Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.


(66)

Jika dilihat secara kasat mata, kedua cara ini sebenarnya sama saja karena Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang tidak dibebankan kepada pegawai (tidak dipotong dari gaji atau penghasilan pegawai) melainkan ditanggung sendiri oleh perusahaan atau pemberi kerja. Tetapi jika dilihat dari sisi Undang-Undang dan ketentuan peraturan PPh, masing-masing mendapat perlakuan perpajakan yang berbeda.

4.2.1Analisis Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Gaji Pegawai Tetap Terhadap Laba Perusahaan Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan

4.2.1.1Analisis PPh Pasal 21 Ditanggung Oleh Perusahaan

Cara pertama yaitu menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dapat diartikan menanggung Pajak Penghasilan tanpa memberikan tunjangan pajak dalam istilah Peraturan Pajak disebut dengan Pajak Penghasilan ditanggung pemberi kerja atau perusahaan. Dengan cara ini, Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang atas gaji pegawai dibayar sendiri oleh pemberi kerja atau perusahaan dan Pajak Penghasilan Pasal 21 yang dibayar (ditanggung) oleh si pemberi kerja itu tidak dimasukkan sebagai unsur penghasilan pegawai.

Analisis atas perhitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh pemberi kerja atau perusahaan dapat kita lihat di bawah ini:

Pada tahun 2012 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memperoleh pendapatan bersih sebesar Rp 296.317.528.950 dan total biaya sebesar Rp 172.348.750.065 serta memiliki kewajiban untuk memotong dan


(67)

menyetor Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 245.233.032. Dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan menanggung PPh Pasal 21, dengan demikian total pajak yang harus dibayar PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan ke kas negara yaitu PPh Pasal 21 ditambah PPh Badan. Kita ketahui PPh Pasal 21 sebesar Rp 245.233.032 dan besarnya PPh Badan dapat diperoleh dengan mengalikan laba bersih sebelum pajak dengan tarif yang telah ditentukan.

PPh Badan = Rp 93.089.246.703 x 28% = Rp 26.064.989.077

Sehingga total pajak yang harus dibayar PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yaitu

PPh Pasal 21 + PPh Badan = Rp 245.233.032 + Rp 26.064.989.077 = Rp 26.310.222.109

Pengaruhnya terhadap laba perusahaan dapat dilihat pada Laporan Laba Rugi di bawah ini:


(68)

PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I CABANG BELAWAN LAPORAN LABA RUGI

Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012

Pendapatan Usaha Rp 296.317.528.950

Reduksi Pendapatan Rp –

Pendapatan Usaha Bersih Rp 296.317.528.950

Beban Usaha Rp (172.348.750.065)

Laba Usaha Rp 123.968.778.885

Pendapatan (Biaya) Non Usaha Rp (30.879.532.182)

Laba Sebelum Pajak Rp 93.089.246.703

Beban Pajak Rp (26.310.222.109)

Laba Bersih Setelah Pajak Rp 66.779.024.594

4.2.1.2 Analisis PPh Pasal 21 Dengan Pemberian Tunjangan PPh

Cara menanggung PPh Pasal 21 yang kedua adalah dengan seolah-olah memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) kepada pegawai seperti layaknya memberikan Tunjangan Transport, Tunjangan Makan, Tunjangan Jabatan, dan tunjangan lainnya.

Dengan cara ini, PPh Pasal 21 yang sebenarnya ditanggung oleh perusahaan atau pemberi kerja dimasukkan terlebih dahulu ke dalam unsur gaji dan tunjangan kepada pegawai saat penghitungan PPh Pasal 21 dilakukan


(69)

(Tunjangan PPh Pasal 21 ikut dihitung PPh Pasal 21-nya). Jadi seolah-olah pegawai menerima uang Tunjangan PPh tadi terlebih dahulu dan dihitung pula PPh Pasal 21-nya, baru kemudian dipotong kembali oleh perusahaan atau pemberi kerja. Besarnya Tunjangan PPh dapat disesuaikan dengan kebijakan perusahaan pemberi kerja masing-masing. Perusahaan atau pemberi kerja bisa saja menerapkan kebijakan untuk memberikan tunjangan pajak sebesar 100% dari jumlah PPh Pasal 21 yang terutang.

Tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang (salah satunya Tunjangan PPh) merupakan salah satu biaya atau pengeluaran yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan atau pemberi kerja. Artinya, perusahaan atau pemberi kerja boleh membiayakannya di SPT Tahunan PPh perusahaan.

Analisis atas perhitungan PPh Pasal 21 yang diberikan tunjangan PPh oleh perusahaan atau pemberi kerja dapat kita lihat di bawah ini:

Pada tahun 2012 PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memperoleh pendapatan operasi sebesar Rp 296.317.528.950 dan total biaya sebesar Rp 172.348.750.065 serta memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetor Pajak Penghasilan Pasal 21 sebesar Rp 245.233.032. Dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan memberikan tunjangan PPh, maka besarnya tunjangan PPh dimasukkan sebagai biaya perusahaan, sehingga total biaya bertambah menjadi sebesar Rp 172.593.983.097 (total biaya ditambah


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan dan Saran 5.1.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan, maka peneliti mengemukakan kesimpulan tentang analisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan adalah sebagai berikut:

1. Pajak merupakan sumber terpenting dalam penerimaan negara dan dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan Keputusan Dirjen Pajak. Dalam prosesnya, pemajakan seharusnya bukan menjadi momok dan beban Wajib Pajak, melainkan harus disadari sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada negara yang telah menghidupi dan menumbuhkembangkan berbagai keperluan masyarakat.

2. Pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dipungut berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum untuk kesejahteraan rakyat.

3. Salah satu jenis pajak yang ditetapkan pemerintah adalah Pajak Penghasilan yaitu pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas


(2)

penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat pula dikenakan pajak atas penghasilan dalam bagian tahun pajak.

4. Dalam pembahasan skripsi ini, penulis membahas mengenai analisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang telah menerapkannya dalam perhitungan yang sesuai dengan UU Perpajakan yang berlaku.

5. Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan, menanggung Pajak Penghasilan tersebut dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan cara menanggung Pajak Penghasilan dan yang kedua yaitu dengan memberikan tunjangan pajak (Tunjangan PPh) seperti layaknya memberikan tunjangan transport, tunjangan makan, tunjangan jabatan, dan sebagainya.

6. Analisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pemberi kerja dengan menanggung PPh Pasal 21 akan menghasilkan laba perusahaan setelah pajak sebesar Rp 66.779.024.594 dan beban pajak sebesar Rp 26.310.222.109.

7. Analisis perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang dilakukan oleh perusahaan sebagai pemberi kerja dengan memberikan tunjangan PPh Pasal 21 yang akan dibiayakan pada perusahaan menghasilkan laba perusahaan setelah pajak sebesar Rp


(3)

8. Kedua analisis di atas dapat kita lihat pengaruh perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji pegawai tetap bila perusahaan menanggung sendiri Pajak Penghasilan Pasal 21 maka akan lebih menguntungkan dalam laba perusahaan sedangkan bila perusahaan dalam hal ini PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan memberikan tunjangan PPh maka yang menguntungkan yakni dalam bagian beban pajak yang akan dibayarkan ke kas negara.

5.1.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh penulis pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, penulis mencoba memberikan saran sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis yang kiranya dapat menambah manfaat dalam penulisan Skripsi ini serta dapat menjadi masukan khususnya bagi PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, yaitu:

1. Penulis menyarankan agar dilakukan penyuluhan tentang peraturan-peraturan perpajakan terbaru secara berkala guna meningkatkan pengetahuan bendahara serta para pegawai bagian keuangan PT (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan.

2. Penulis menyarankan agar lebih menganalisis perhitungan perpajakan khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 sehingga dapat meminimalkan pajak yang dibayarkan ke kas negara.


(4)

3. Penulis menyarankan perusahaan sebagai pemberi kerja dalam menanggung Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan cara memberikan tunjangan PPh kepada pegawainya karena tunjangan PPh akan menghemat pajak yang akan dibayarkan ke kas negara.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bieg and Keeling, 1993. Payroll Accounting, 1993 Edition, South-Western Publishing Co, Ohio.

Ilyas, Wirawan B dan Rudy Suhartono, 2007. Pajak Penghasilan: Panduan

Komprehensif dan Praktis, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia, Jakarta.

Judisseno, Rimsky K, 2002. Pajak dan Strategi Bisnis, Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Lasmana, Mienati Somya dan Budi Setiorahardjo, 2010. Cara Perhitungan

Pemotongan PPh Pasal 21, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Resmi, Siti, 2008. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Setiawan, Agus, 2010. Petunjuk Praktis Pemotongan & Pemungutan PPh, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.

Suandy, Erly, 2008. Hukum Pajak, Edisi 4, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-31/PJ/2009, Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pajak Penghasilan Pasal 26


(6)