Menurut Siti Resmi dalam Resmi, 2008:162, beberapa penghasilan yang
dipotong PPh Pasal 21 yang bersifat final adalah: 1.
Penghasilan berupa uang pesangon dan uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, serta Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun
atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2. Penghasilan berupa honorarium, uang perangsang, uang sidang,
uang hadir, uang lembur, imbalan prestasi kerja, dan imbalan lain dengan nama apapun yang diterima oleh Pejabat Negara, Pegawai
Negeri Sipil, anggota TNIPOLRI yang sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan Daerah, kecuali yang
dibayarkan kepada Pegawai Negeri Sipil golongan II d ke bawah dan anggota TNIPOLRI berpangkat Pembantu Letnan Satu ke
bawah atau Ajun Inspektur Tingkat Satu ke bawah.
2.2.9 Penghasilan yang PPh Pasal 21-nya Ditanggung Pemerintah Menurut Siti Resmi dalam Resmi, 2008:163, menyatakan bahwa
PPh ditanggung pemerintah adalah pajak yang terutang dari Wajib Pajak, yang pembayarannya dilakukan oleh pemerintah bukan oleh
Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak tidak perlu membayar pajak mengeluarkan uang. PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemerintah
merupakan penghasilan yang diterima oleh karyawan asing yang bekerja pada kontraktor, konsultan, dan pemasok utama atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai
dengan hibah.
2.3 Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap
Telah dibahas sebelumnya, Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipungut atas penghasilan Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaannya. Pegawai Tetap merupakan salah satu subjek Pajak Penghasilan Pasal 21.
Universitas Sumatera Utara
Pegawai Tetap Pasal 1 angka 10 PER-31PJ2009 adalah orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang menerima atau memperoleh gaji
dalam jumlah tertentu secara berkala, termasuk anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola
kegiatan perusahaan secara langsung. Pegawai Tetap diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Pasal 1
angka 10 No.252PMK.032008 yaitu pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur, termasuk
anggota dewan komisaris dan anggota dewan pengawas yang secara teratur terus menerus ikut mengelola kegiatan perusahaan secara langsung, serta
pegawai yang bekerja berdasarkan kontrak untuk suatu jangka waktu tertentu sepanjang pegawai yang bersangkutan bekerja penuh full time dalam
pekerjaan tersebut. Berdasarkan pengertian Pegawai Tetap di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap yaitu pajak yang dipungut atas penghasilan berupa gaji sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai yang memperoleh penghasilan dalam jumlah tertentu secara teratur yang ikut mengelola kegiatan perusahaan secara
langsung.
2.4 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap
Tata cara perhitungan pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
gaji Pegawai Tetap adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Menghitung penghasilan bruto sebulan. Penghasilan bruto dapat berupa:
1. Gaji tetap
2. Tunjangan-tunjangan yang merupakan penghasilan dikenakan pajak
seperti Tunjangan PPh, termasuk juga premi kecelakaan kerja, dan premi jaminan kematian yang dibayarkan atau ditanggung oleh
pemberi kerja untuk pegawai yang bersangkutan. b.
Menghitung besarnya penghasilan neto sebulan, yaitu penghasilan bruto dikurangi dengan pengurangan yang diperkenankan, yang terdiri atas:
1. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dan merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa
memandang mempunyai jabatan atau tidak. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 250PMK.032008, besarnya biaya jabatan adalah 5
dari penghasilan bruto atau maksimal Rp 500.000 per bulan dan Rp 6.000.000 per tahun
2. Iuran yang terkait dengan gaji kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan Menteri Keuangan dan iuran Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang
pendiriaanya telah disahkan oleh Menteri Keuangan. c.
Menghitung besarnya neto setahun, yaitu penghasilan neto sebulan dikalikan dengan 12.
d. Menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak PKP, yaitu penghasilan
neto setahun dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP.
Universitas Sumatera Utara
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 162PMK.0112012 mengenai penyesuaian besarnya Penghasilan Tidak
Kena Pajak PTKP yang berlaku per tanggal 1 Januari 2013 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Daftar PTKP Tahun 2013
KETERANGAN SEBULAN
SETAHUN
Untuk diri Wajib Pajak WP Rp 2.025.000
Rp 24.300.000 Tambahan untuk WP yang kawin
Rp 168.750 Rp 2.025.000
Tambahan untuk penghasilan istri - Rp 2.025.000
Rp 24.300.000 digabung dengan penghasilan suami
Tambahan untuk anggota keluarga yang - Rp 168.750
Rp 2.025.000 menjadi tanggungan maksimal 3 orang
Tabel 2.2 PTKP Dilihat Dari Status Perkawinan
STATUS SETAHUN
TK0 Rp 24.300.000
K0 Rp 26.325.000
K1 Rp 28.350.000
K2 Rp 30.375.000
K3 Rp 32.400.000
e. Menghitung besarnya PPh Pasal 21 setahun, yaitu tarif pajak penghasilan dikalikan dengan Penghasilan Kena Pajak PKP.
Sesuai dengan Pasal 17 ayat 1 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Tarif pajak yang diterapkan atas
Universitas Sumatera Utara
Penghasilan Kena Pajak PKP bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Tarif Pajak atas PKP bagi WP Orang Pribadi Dalam Negeri
LAPISAN PENGHASILAN KENA PAJAK PKP TARIF PAJAK
Sampai dengan Rp 50.000.000.- 5
Di atas Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 250.000.000,- 15
Di atas Rp 250.000.000,- sampai dengan Rp 500.000.000,- 25
Di atas Rp 500.000.000,- 30
e. Menghitung pemotongan PPh Pasal 21 sebulan, yaitu PPh Pasal 21
setahun dibagi 12 jumlah bulan dalam setahun.
2.4.1 Contoh Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap
Berikut ini disajikan contoh perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang ditanggung oleh perusahaan maupun yang
ditunjang oleh perusahaan dengan memberikan tunjangan PPh.
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap yang Ditanggung oleh Perusahaan Tanpa Memberikan Tunjangan PPh
Contoh 1:
Abdulah K0 adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000 sebulan. Besarnya PPh Pasal 21 yang
ditanggung PT XYZ atas gaji Abdulah yang dilakukan setiap bulan adalah:
Universitas Sumatera Utara
Gaji: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000
Biaya jabatan: 5 x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000
Penghasilan Neto Rp 28.500.000
PTKP: - Untuk WP sendiri
Rp 24.300.000 - Tambahan Kawin
Rp 2.025.000 Rp 26.325.000 PKP setahun
Rp 2.175.000 Perhitungan tarif pajak atas PKP:
Rp 2.175.000 lapisan 5 karena Rp 50.000.000 Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5 x Rp 2.175.000 = Rp 108.750
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 108.750 12 bulan = Rp 9.062
Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Tetap Dimana Perusahaan Memberikan Tunjangan Pajak dan Pajaknya Ditanggung Sendiri oleh
Pegawai. Contoh 2:
Abdulah K0 adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000 sebulan dan tunjangan pajak sebesar Rp
8.000 perbulan. Besarnya PPh Pasal 21 atas gaji yang ditanggung Abdulah setiap bulan adalah:
Gaji: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000
Tunjangan Pajak: 12 x Rp 8.000 Rp 96.000
Penghasilan Bruto Rp 30.096.000
Pengurangan: Biaya jabatan: 5 x Rp 30.000.000
Rp 1.500.000 Penghasilan Neto
Rp 28.596.000
Universitas Sumatera Utara
PTKP: - Untuk WP sendiri
Rp 24.300.000 - Tambahan Kawin
Rp 2.025.000 Rp 26.325.000 PKP setahun
Rp 2.271.000 Perhitungan tarif pajak atas PKP:
Rp 2.271.000 lapisan 5 karena Rp 50.000.000 Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5 x Rp 2.271.000 = Rp 113.550
PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 113.550 12 bulan = Rp 9.462
Perhitungan PPh Pasal 21 yang Seluruh atau Sebagian PPh Pasal 21-nya Ditanggung oleh Perusahaan dengan Memberikan Tunjangan Pajak
Contoh 3:
Abdulah K0 adalah pegawai tetap yang bekerja pada PT XYZ dengan mendapat gaji sebesar Rp 2.500.000. Besarnya PPh Pasal 21 atas gaji yang
ditanggung perusahaan setiap bulan adalah: Jika pegawai menerima gaji neto, berarti bahwa gaji brutonya adalah gaji neto
ditambah X atau tunjangan pajak. Umumnya perusahaan menghitung tunjangan pajaknya sebagai berikut:
Gaji neto: 12 x Rp 2.500.000 Rp 30.000.000
Biaya jabatan: 5 x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000
Penghasilan Neto Rp 28.500.000
PTKP: - Untuk WP sendiri
Rp 24.300.000 - Tambahan Kawin
Rp 2.025.000 Rp 26.325.000 PKP setahun
Rp 2.175.000
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan tarif pajak atas PKP: Rp 2.175.000 lapisan 5 karena Rp 50.000.000
Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5 x Rp 2.175.000 = Rp 108.750 PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 108.750 12 bulan = Rp 9.062
Dengan demikian gaji bruto yang akan diterima Abdulah sebesar: Gaji Neto sebulan
= Rp 2.500.000 Tunjangan Pajak sebulan
= Gaji Bruto sebulan
= Rp 2.509.062 Rp 9.062
Jika diketahui Abdulah K0 menerima gaji bruto sebesar Rp 2.509.062 sebulan, maka pajak terutangnya tidak lagi sebesar Rp 9.062 melainkan sesuai dengan
perhitungan di bawah ini: Gaji bruto: 12 x Rp 2.509.062
Rp 30.108.744 Biaya jabatan: 5 x Rp 30.108.744
Rp 1.505.437 Penghasilan Neto
Rp 28.603.307 PTKP:
- Untuk WP sendiri Rp 24.300.000
- Tambahan Kawin Rp 2.025.000 Rp 26.325.000
PKP setahun Rp 2.278.307
Perhitungan tarif pajak atas PKP: Rp 2.278.307 lapisan 5 karena Rp 50.000.000
Sehingga, PPh Pasal 21 terutang setahun = 5 x Rp 2.278.307 = Rp 113.915 PPh Pasal 21 terutang sebulan = Rp 113.915 12 bulan = Rp 9.493
Universitas Sumatera Utara
Perlu diketahui bahwa pajak yang ditanggung perusahaan dalam contoh di atas Rp 9.062 sebulan tidak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan, namun jika
diberikan sebagai tunjangan pajak dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan yang dikelompokkan dalam kelopok gaji.
Dari contoh di atas: Gaji Neto sebulan
= Rp 2.500.000 Tunjangan Pajak sebulan
= Gaji Bruto sebulan
= Rp 2.509.062 Rp 9.062
Dengan gaji bruto sebulan sebesar Rp 2.509.062, pajak terutang bukan lagi sebesar Rp 9.062 tetapi menjadi sebesar Rp 9.493. Dalam hal ini yang dapat
dibebankan sebagai biaya yaitu tunjangan pajaknya sebesar Rp 9.062, sedangkan Rp 431 Rp 9.493 – Rp 9.062 tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan: 1.
Jika pajak ditanggung perusahaan, tanggungan sebesar Rp 9.062 sebulan tidak dapat dibebankan sebagai biaya
2. Jika tanggungan pajak sebesar Rp 9.062 diberikan sebagai tunjangan
pajak maka dapat dibebankan sebagai biaya yang dikelompokkan sebagai biaya gaji
3. Tetapi dengan ditambahnya tunjangan pajak sebesar Rp 9.062 maka
pajak terutang bukan lagi Rp 9.062 namun menjadi Rp 9.493 dan selisihnya sebesar Rp 431 tetap tidak dapat dibebankan sebagai biaya
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan perhitungan di atas dapat kita peroleh besarnya take home pay atas gaji adalah sebesar:
Gaji Abdulah = Rp 2.500.000
Tunjangan pajak =
Penghasilan bruto = Rp 2.509.062
Rp 9.062
PPh Pasal 21 atas gaji =
Take home pay atas gaji = Rp 2.499.569
Rp 9.493
2.5 Kerangka Konseptual
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat digambarkan sebuah kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Penghasilan Gaji Pegawai Tetap
Pajak Penghasilan Pasal 21
Ditanggung Perusahaan
Ditunjang Perusahaan
Laba Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 diperoleh berdasarkan besarnya penghasilan gaji pegawai. Analisis
terhadap perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai tetap yang terdiri atas Perhitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh perusahaan
dengan tidak memberi tunjangan pajak tunjangan PPh dan Perhitungan PPh Pasal 21 yang ditunjang oleh perusahaan dengan memberikan tunjangan pajak
tunjangan PPh. Analisis atas kedua perhitungan ini untuk mengetahui pengaruh perhitungan tersebut terhadap laba perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif yaitu adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Penelitian deskriptif juga merupakan penelitian yang
berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecendrungan yang tengah berlangsung.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada PT Persero Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan yang beralamat di Jalan Kapten R. Sulian No. 1 Belawan
20411 Telp. 061 6941919.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian yang dilakukan mulai dari penelitian kepustakaan hingga lapangan dimulai pada Bulan April 2013 dan berakhir pada Bulan Juni 2013.
Universitas Sumatera Utara