Definisi Distributed Generation Rating Distributed Generation Teknologi Distributed Generation

15 Besar tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini adalah 127220 Volt untuk sistem lama dan 220380 Volt untuk sistem yang baru, serta 440550 Volt untuk keperluan industri.

2.2 Distributed Generation DG

Kebutuhan akan energi dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, energi terbarukan menjadi prioritas utama untuk memenuhi kebutuhan akan energi listrik. Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber energi alami yang dapat diperbarui secara terus-menerus bila dikelola dengan baik dan tidak akan pernah habis. Studi yang dilakukan oleh Electric Power Research Institute EPRI mengindikasikan bahwa pada tahun 2010, 25 dari pembangkit listrik baru berasal dari pembangkit distributed generation, begitu juga dengan studi yang dilakukan oleh Natural Gas Foundation menyimpulkan bahwa hal tersebut lebih tinggi lagi mencapai 30.

2.2.1 Definisi Distributed Generation

Sebutan dan definisi Distributed Generation DG pada berbagai negara berbeda-beda. Distributed generation dapat didefinisikan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan skala kecil yang ditempatakan pada sisi beban dan diinterkoneksikan pada jaringan distribusi. Dewan kerja CIGRE mendefinisikan DG adalah unit pembangkit listrik yang membangkitkan maksimum tenaga listrik 50 MW - 100 MW, dan biasanya diinterkoneksikan pada jaringan distribusi tidak pada stasiun pusat pembangkit tenaga listrik. IEEE mendefinisikan DG sebagai pembangkit yang menghasilkan Universitas Sumatera Utara 16 energi listrik dengan kapasitas yang lebih kecil dibandingkan pusat-pusat pembangki konvensional dan dapat diinterkoneksikan hampir pada semua titik sistem tenaga listrik. Sedangkan IEA mendefinisikan DG sebagai unit yang menghasilkan energi listrik pada sisi beban atau jaringan distribusi, dimana energi listrik tersebut langsung disuplai ke beban [6].

2.2.2 Rating Distributed Generation

Kapasitas maximum pembangkitan energi listrik yang dapat dihasilkan distributed generation seringkali dijadikan pedoman untuk mendefinisikannya. Berdasrkan kapasitas maximum pembangkitan yang dapat dihasilkan, distributed generation dapat dibedakan menjadi empat bagian, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 2.1 [7]. Tabel 2. 1 Jenis Distributed Generation Berdasarkan Kapasitas Pembangkitan Jenis Distributed Generation Kapasitas Pembangkitan Distributed Generation Micro ~ 1 kW 5 kW Small 5 kW 5 MW Medium 5 MW 50 MW Large 50 MW ~ 300 MW

2.2.3 Teknologi Distributed Generation

Ada begitu banyak teknologi dari distributed generation, DG dapat dibedakan berdasarkan energi utama yang digunakan, yaitu sebagai berikut [2]: 2.2.3.1 Internal Combustion Engines Internal Combustion Engines ICE menkonversikan panas dari pembakaran bahan bakar untuk menggerakkan rotor pada sebuah generator yang Universitas Sumatera Utara 17 diaplikasikan untuk distributed generation. Menurut International Energy Agency IEA pada tahun 2002, ICE paling banyak digunakan untuk teknologi distributed generation. Teknologi ICE memerlukan biaya yang rendah, rating yang bervariasi dari kW sampai MW, efisiensinya bagus, dan handal dalam pengoperasian. ICE juga memerlukan waktu start yang cepat ketika selama melakukan proses menghidupkan ICE serta tidak memerlukan banyak tempat untuk pemasangan. Hal itulah yang membuat teknologi ICE menjadi pilihan utama baik untuk pembangkit cadangan maupun untuk pembangkit utama. Suatu kendala penggunaan ICE adalah memerlukan biaya yang tinggi untuk bahan bakar, perawatan yang sering, dan menghasilkan emisi yang tinggi serta kebisingan dibandingkan teknologi distributed generation yang lain. 2.2.3.2 Turbin Gas Turbin gas terdiri dari kompressor, ruang pembakaran, dan kopel turbin ke generator agar dapat merubah energi mekanik menjadi energi listrik. Teknologi turbin gas sangat banyak digunakan untuk industri, industri kecil yang menggunakan turbin gas dengan rating 1 MW sampai 20 MW yang biasanya diaplikasikan pada Combined Heat and Power CHP. Biaya perawatan dan emisi yang dihasilkan oleh turbin lebih rendah dari yang dihasilkan oleh ICE, tetapi tingkat kebisingan yang dihasilkan masih tergolong tinggi. 2.2.3.3 Combined Cycle Gas Turbine Pada Combined Cycle Gas Turbine CCGT, campuran pembuangan bahan bakar dan udara bertukar dengan air di dalam boiler yang digunakan untuk menghasilkan uap panas yang digunakan untuk menggerakkan turbin. Uap panas Universitas Sumatera Utara 18 tersebut masuk kedalam turbin untuk menghasilkan gaya mekanik tambahan, sehingga dapat menggerakkan rotor generator. Kemudian aliran uap dari turbin dikondensasi untuk dikembalikan lagi ke boiler. CCGT sangat populer digunakan karena efisiensinya sangat tinggi. Namun penggunaan gas turbin di bawah 10 MW tidak menggunakan combined cycle, yang menyebabkan tidak efisien lagi. 2.2.3.4 Microturbines Microturbines menghasilkan energi listrik AC dengan frekuensi tinggi. Sebuah konverter daya digunakan untuk merubah frekuensi yang tinggi ini ke dalam kisaran frekuensi yang dapat digunakan. Kapasitas satu unit microturbines berkisar 30 kW sampai 200 kW, tetapi beberapa microturbines dapat digabungkan menjadi beberapa unit. Temperatur pembakaran yang rendah membuat microturbines menghasilkan emisi yang rendah dan juga menghasilkan kebisingan yang rendah dibandingkan teknologi lain dengan ukuran yang sama. Kebanyakan microturbines menggunakan gas alam sebagai bahan bakar, penggunaan sumber energi terbarukan seperti ethanol juga memungkinkan untuk digunakan. Kelemahan dari microturbines adalah masa kerja yang singkat dan biaya yang tinggi dibandingkan dengan ICE. 2.2.3.5 Fuel Cells Fuel cells merupakan peralatan elektrokimia yang merubah energi kimia dari suatu bahan bakar menjadi energi listrik atau panas tanpa melakukan pembakaran. Fuel cells sangat berbeda dengan teknologi lainnya karena pertama kali yang dirubah adalah energi kimia dari suatu bahan bakar dirubah menjadi Universitas Sumatera Utara 19 energi panas, dari energi panas tersebut dihasilkan energi mekanik, kemudian dari energi mekanik tersebut dihasilkan energi listrik. Fuel cells menghasilkan energi listrik dengan efisiensi yang tinggi berkisar 40 – 60 dengan tingkat emisi yang rendah dan beroperasi tanpa kebisingan. Tantangan utama penggunaan fuel cells adalah biaya investasi yang tinggi. 2.2.3.6 Solar Photovoltaic Solar photovoltaic PV melibatkan perubahan langsung cahaya matahari menjadi energi listrik tanpa mesin pemanas. Penerapan sistem PV sangat mendukung karena paparan dari sinar matahri setiap hari, siklus kerja yang lama, biaya operasi yang murah, perawatan yang mudah, ramah lingkungan, tersedia juga untuk off-grid, serta waktu desain, pemasangan, dan memulai kerja yang cepat. Kendala dari teknologi PV adalah biaya pemasangan yang tinggi dibandingkan teknologi yang lainnya. Umumnya satu modul PV mempunyai kapasitas dayanya berkisar 20 W sampai 200 kW. 2.2.3.7 Solar Thermal Solar thermal menghasilkan energi listrik dengan mengkonsentratkan cahaya matahari yang datang, dan kemudian menangkap cahaya matahari tersebut untuk memanaskan cairan sampai pada suhu yang sangat tinggi untuk menghasilkan uap panas dan kemudian memproduksi energi listrik. Pengembangan konsentrat cahaya matahari memungkinkan untuk pembangkitan dari beberapa kW sampai ratusan MW. Satu contoh pembangkit energi listrik solar thermal komersil dengan kapasitas 350 MW, yang berada pada California Mojave Desert dan dikoneksikan dengan jaringan transmisi Edison. Universitas Sumatera Utara 20 2.2.3.8 Tenaga Angin Tenga angin memainkan peranan penting dalam pembangkit listrik yang memanfaatkan energi terbarukan. Tantangan utama dari teknologi tenaga angin adalah penyaluran energi listrik yang masih terputus dan keandalan jaringan. Karena teknologi ini memanfaatkan kekuatan alam yang tidak bisa tersedia terus menerus. 2.2.3.9 Small Hydro Power Small hydro power memanfaatkan tenaga air sebagai sumber energi utama dengan kapasitas pembangkitan di bawah 10 MW. Istilah lain yang sering digunakan adalah miny hidropower dengan kapasitas 100 kW sampai dengan 1 MW, dan micro hidropower dengan kapasitas dibawah 100 kW. 2.2.3.10 Panas Bumi Panas bumi adalah energi yang dihasilkan dari emisi panas dari dalam bumi, biasanya dalam bentuk uap panas atau air panas. Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan biaya investasi yang tinggi tetapi biaya operasional yang rendah. Teknologi panas bumi ini ramah lingkungan yang tidak menghasilkan gas emisi CO 2 selama operasinya. 2.2.3.11 Biomassa Sumber energi biomassa berasal dari sampah pertanian atau perkebunan, hewan yang membusuk, sampah dari hutan, limbah industri, dan lain-lain. Energi biomassa dapat menghasilkan energi listrik atau panas dari berbagai proses. Pada umumnya, untuk menghasilkan energi listrik dengan memanfaatkan sumber energi biomassa menggunakan siklus uap panas, uap panas tersebut dihasilkan Universitas Sumatera Utara 21 dari material sumber energi biomassa yang terlebih dahulu dikonversikan di dalam boiler. Kemudian, uap panas yang dihasilkan digunakan untuk menggerakkan turbin generator. 2.2.3.12 Tenaga Pasang Surut Energi pasang surut berasal dari pergerakan gaya gravitasi antara bumi dan bulan, serta bumi dan matahari. Bendungan yang panjang dibangun melintasi muara sungai, ketika air pasang surut masuk keluar maka akan melewati terowongan bendungan. Surutnya dan mengalirnya aliran air tersebut dapat digunakan untuk menggerakkan turbin. Ketika air pasang datang, air tersebut disimpan di waduk penampung yang terletak di belakang bendungan. Ketika air surut, air yang disimpan di waduk penampung tersebut digunakan untuk menggerakkan turbin, sehingga turbin dapat terus digerakkan. Seperti pembangkit energi terbarukan lainnya, pembangkit listrik tenaga pasang surut juga ramah lingkungan. Biaya perawatan dan operasi juga tidak tinggi. Namun biaya pembangunan bendungan membutuhkan biaya yang besar dan memakan banyak tempat.

2.2.4 Keuntungan Distributed Generation