Tegangan Harmonisa Ketiga Generator

Metode proteksi rasio tegangan ini lebih baik dibandingkan kedua metode di atas, karena seringkali sulit dalam menentukan setting pick – up baik pada metode tegangan kurang maupun metode tegangan lebih. Hal ini terjadi karena adanya variasi tegangan harmonisa ketiga saat kondisi beban yang berbeda – beda. Pada kondisi beban nol dan beban ringan, tegangan harmonisa ketiga relatif kecil jika dibandingkan dengan saat generator bekerja dengan beban penuh. Variasi tegangan ini dapat diatasi dengan rasio tegangan, karena rasio tegangan harmonisa ketiga di netral dan terminal relatif sama untuk semua kondisi pembebanan generator. Gambar 4.7 Metode Proteksi Rasio Tegangan

IV.2 Tegangan Harmonisa Ketiga Generator

Untuk dapat melakukan simulasi metode tegangan harmonisa ketiga, kita harus mengetahui terlebih rangkaian ekivalen generator berdasarkan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkannya. Sehingga perlu dibuat beberapa asumsi untuk memperoleh model rangkaian yang sesuai. Universitas Sumatera Utara Generator akan dimodelkan sebagai berikut • Masing – masing fasa terdiri dari satu reaktansi sinkron X d , transient X d ’, dan reaktansi subtransient X d ’’. • Kapasitansi antara belitan stator ke tanah dimodelkan sebagai sebuah kapasitor pada tiap fasa dan terletak setelah reaktansi. • Tegangan harmonisa ketiga per fasa dimodelkan sebagai E 3 , yaitu keseluruhan tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh belitan stator. Tegangan ini sama besar dan sudut fasanya pada ketiga fasa generator. • Bus yang menghubungkan generator dengan transformator step – up, kapasitor surja, dan transformator step – up masing – masing dimodelkan sebagai sebuah kapasitor karena yang berpengaruh hanya kapasitansi ke tanahnya. • Transformator pembumian dimodelkan sebagai sebuah resistor R N di netral generator. Dari asumsi di atas, kita dapat membuat rangkaian ekivalen generator seperti Gambar 4.8 berikut. Gambar 4.8 Rangkaian ekivalen untuk tegangan harmonisa generator Universitas Sumatera Utara IV.2.1 Nilai konstanta Generator Untuk pemodelan dan simulasi, kita menggunakan data generator Mitsubishi unit 7 pada PLTU Suralaya dengan data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data name plate generator unit 7 PLTU Suralaya Serial Number 93AS1601 Daya 767.000 Kva Tegangan Nominal 23.000 V Arus 19.293 A Faktor Daya 0,85 Frekuensi 50 Hz Phasa 3 Putaran Nominal 3000 rpm Reaktansi Subtransient 23,6 Reaktansi Urutan negatif 23,5 Reaktansi Urutan nol 13,3 Tahanan Pembumian 1586 Ω Kapasitansi Stator ke Tanah 0,727 µF Kapasitansi Bus per fasa ke Tanah 0,0406 µF Kapasitansi Kapasitor Surja ke Tanah 0,25 µF Kapasitansi Transformator ke Tanah 0,286 µF Tegangan harmonisa ketiga saat kondisi beban nol ± 1,3 tegangan fasa - netral Persentase reaktansi didasarkan pada rating generator 767 MVA Universitas Sumatera Utara IV.2.2 Tegangan Harmonisa Ketiga Tegangan harmonisa ketiga pada sebuah generator tergantung dari desain generator tersebut dan tegangan ini dapat bervariasi, tergantung dari kondisi pembebanan generator. Untuk menganalisa besarnya tegangan harmonisa ketiga yang dihasilkan oleh generator, maka kita harus menganalisa tiga kemungkinan pembebanan yang terjadi. Yaitu beban nol, beban ringan, dan beban penuh. Tegangan harmonisa ketiga pada saat beban ringan merupakan tegangan minimum yang dihasilkan sedangkan tegangan harmonisa ketiga pada kondisi beban penuh merupakan tegangan maksimum. Pada paper R. L. Schalke 1981, disebutkan bahwa tegangan harmonisa ketiga pada saat berbeban ringan adalah kira – kira sebesar 57 dari tegangan harmonisa beban nol, dan tegangan harmonisa ketiga pada beban penuh adalah 200 dari tegangan harmonisa beban nol. Kita dapat menghitung nilai tegangan harmonisa saat beban nol yaitu sebesar : = 172,6 Volt Dan tegangan harmonisa ketiga saat beban ringan dan beban penuh adalah : = = 99 Volt = 346 Volt Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Tegangan harmonisa ketiga pada berbagai kondisi pembebanan Kondisi Pembebanan Tegangan Harmonisa Ketiga Beban nol 172,6 V Beban ringan 99 V Beban penuh 346 V Nilai pada Tabel 4.2 akan kita pakai sebagai acuan besar tegangan harmonisa ketiga pada berbagai pembebanan generator.

IV.3 Rangkaian Ekuivalen