STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKONOLOGI SUMATERA (Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan)

(1)

STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN

PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

(Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

Fahrurozi Saputra

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA SOSIOLOGI

Pada

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(2)

ABSTRAK

STRATEGI EKONOMI MASYARAKAT PASCAPERENCANAAN

PEMBANGUNAN KAMPUS INSTITUT TEKONOLOGI SUMATERA

(Studi tentang Perubahan Sosial di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung

Bintang Kabupaten Lampung Selatan)

Oleh

FAHRUROZI SAPUTRA

Penelitian ini bertujuan menggali informasi mengenai strategi ekonomi masyarakat di

Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

pascaperencanaan pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA).

Situasi pembangunan dimanfaatkan oleh masyarakat menengah atas pemilik modal

untuk meningkatkan perekonomian. Di sisi lain, strategi ekonomi dilakukan

masyarakat miskin dengan mengupayakan bertahan agar tidak termarjinalisasi, karena

diprediksi Desa Sabah Balau akan mengalami perubahan sosial yang signifikan. Hasil

penelitian menunjukkan respon masyarakat yang sangat terbuka dan menerima

pembangunan ITERA, karena yakin akan membawa perubahan yang berarti bagi

desa. Warga dari berbagai kalangan sudah menyiapkan strategi-strategi antara lain:

bagi warga yang mempunyai modal mereka (1) menjual tanah memanfaatkan situasi

pembangunan ITERA; (2) menjual tanah saat harga tanah naik; (3) menyimpan tanah

untuk usaha sendiri; dan (4) mulai membangun tempat usaha. Warga miskin yang

tidak mempunyai modal berupa tanah ataupun aset pribadi yang lain berupaya

(1)mencari pekerjaan lain, karena sudah tidak bekerja lagi sebagai buruh harian lepas

di PTPN VII; (2) mengajukan kesanggupan bekerja di pembangunan ITERA sebagai

buruh bangunan kepada stakeholder; (3) melibatkan anggota keluarga untuk bekerja;

dan (4) mengurangi kebutuhan dengan pengetatan pengeluaran.


(3)

ABSTRACT

ECONOMIC STRATEGY COMMUNITY POSTPLANNING

DEVELOPMENT SUMATERA INSTITUTE OF TECHNOLOGY

(Study of Social Change in Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan)

By

FAHRUROZI SAPUTRA

Research is purposed to explore information about the community's economic

strategy in Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung

Selatan postplanning Sumatera Institute of Technology (ITERA). Development

situation exploited by high society owners of capital to boost the economy. On the

other hand, do the poor economic strategy by seeking to survive in order not

marginalized, as predicted Desa Sabah Balau will experience significant social

change. The results showed that the public response is very open and accepting

ITERA development, because it sure will bring significant changes to the village.

Citizens from all walks of life have prepared strategies include: for the people who

have the capital they (1) sell the land to exploit the situation ITERA development, (2)

sell the land when land prices rise, (3) save the land for their own business, and (4)

began to build a place of business. Poor people who do not have the capital assets

such as land or other personal attempt to (1) look for another job, because it is no

longer working as casual laborers in PTPN VII, (2) submit the ability to work in

construction as a bricklayer ITERA to stakeholders; (3) involve family members to

work, and (4) reducing the need to tighten spending.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

………..

i

HALAMAN JUDUL

………..

iii

HALAMAN PENGESAHAN

………

iv

PERNYATAAN

……….

v

RIWAYAT HIDUP

………

vi

PERSEMBAHAN

………

vii

MOTO

………..

ix

SANWACANA

………

x

DAFTAR ISI

………

xiii

DAFTAR TABEL

………

xvi

DAFTAR GAMBAR

………

xvii

I.

PENDAHULUAN

………

1

A.

Latar Belakang Masalah

………

1

B.

Rumusan Masalah

………

8

C.

Tujuan Penelitian

………

8

D.

Manfaat Penelitian

………..

8

1.

Manfaat Teoritis

………..

8

2.

Manfaat Praktis

………

9

II.

TINJAUAN PUSTAKA

………

10

A.

Strategi Ekonomi Masyarakat

………

10

1.

Strategi Ekonomi Masyarakat Petani

………..

12

2.

Strategi Ekonomi Masyarakat Buruh

………..

16

B.

Perubahan Sosial

……….

18

C.

Dampak Perubahan Sosial

………..

21

D.

Perencanaan Pembangunan

………

23

E.

Tahapan-tahapan Perencanaan Pembangunan

………..

25

F.

Kerangka Pikir

………

28


(8)

III.

METODE PENELITIAN

………

31

A.

Pendekatan Penelitian

………..

31

B.

Fokus Penelitian

……….

. 33

C.

Teknik Pengumpulan Data

………..

36

1.

Teknik Penentuan Informan

……….

39

2.

Lokasi Penelitian

………...

40

3.

Teknik Analisis Data

………

42

IV.

LOKASI PENELITIAN

……….

43

A.

Kondisi Demografis

………

47

B.

Potensi Desa

………

48

1.

Sumber Daya Alam

………..

48

2.

Sumber Daya Buatan

………

56

3.

Organisasi Sosial

………..

59

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

………..

61

A.

Alih Kepemilikan dan Fungsi Lahan ITERA

……….

61

B.

Pengaruh Pembangunan ITERA terhadap Pembangunan

Desa Sabah Balau

………

70

C.

Strategi Ekonomi Masyarakat Desa Sabah Balau

………..

78

D.

Strategi Ekonomi Pemilik Lahan dan Golongan

Masyarakat Menengah Atas

………

84

1.

Menjual Tanah Memanfaatkan Situasi

………

87

2.

Menjual Tanah Saat Harga Tanah Naik

………..

90

3.

Menyimpan Tanah untuk Usaha Sendiri

……….

92

4.

Mulai Membangun Tempat Usaha

………..

94

E.

Strategi Ekonomi Masyarakat Miskin

………

99

1.

Mencari Pekerjaan Lain

………

102

2.

Mengajukan Kesanggupan Bekerja di Pembangunan ITERA

Kepada

Stakeholder

………

106

3.

Melibatkan Anggota Keluarga untuk Bekerja

…………....

111

4.

Mengurangi Kebutuhan dengan Pengetatan Pengeluaran

114


(9)

VI.

KESIMPULAN DAN SARAN

………..

119

A.

Kesimpulan

……….

119

B.

Saran

………

122

DAFTAR PUSTAKA

………

125


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kabupaten Lampung Selatan

………

44

Gambar 2 Peta Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang

Kabupaten Lampung Selatan

………

47

Gambar 3

Masterplan

layout ITERA dan Tahapan Pembangunannya

…………

69


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Usia

Tahun 2008

………

50

Tabel 2 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Pekerjaan

Tahun 2008

………

51

Table 3 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Berdasarkan

Tingkat Pendidikan Tahun 2008

………

... 52

Tabel 4 Jumlah Suku Bangsa di Desa Sabah Balau

Tahun 2008

………

55

Table 5 Proposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama

di Desa Sabah Balau Tahun 2008

………

.

56

Tabel 6 Jumlah Bangunan Infrastruktur di Desa Sabah Balau

………

57

Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau dalam Keterlibatan

Di Organisasi Sosial Tahun 2008

………

.

59

Tabel 8 Tahapan Pembangunan Fisik ITERA

………

..

67


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Strategi Ekonomi Masyarakat

Moser dalam Daulay (2010: 77) membuat kerangka analisis yang disebut The

Asset Vulnerability Framework.1 Kerangka ini meliputi berbagai pengelolaan

aset, (1) aset tenaga kerja (labour assets), misalnya meningkatkan keterlibatan wanita dan anak-anak dalam keluarga untuk bekerja membantu ekonomi rumah tangga, (2) aset modal manusia (human capital assets), misalnya memanfaatkan status kesehatan yang dapat menentukan kapasitas orang untuk bekerja atau keterampilan dan pendidikan yang menentukan kembalian atau hasil kerja (return) terhadap tenaga yang dikeluarkannya, (3) aset produktif (productive assets), misalnya menggunakan rumah, sawah, ternak, tanaman untuk keperluan hidupnya, (4) aset relasi rumah tangga atau keluarga (household relation assets), misalnya memanfaatkan jaringan dan dukungan dari sistem keluarga besar, kelompok etnis, migrasi tenaga kerja

1

Dalam konteks keluarga miskin, menurut Moser dalam Suharto (2002: 6), strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau memenej berbagai asset yang dimilikinya. Moser mengistilahkannya dengan nama “asset portfolio management”. Berdasarkan konsepsi ini, Moser membuat kerangka analisis yang disebut “The Asset Vulnerability Framework”.


(13)

dan mekanisme “uang kiriman” (remittances), dan (5) aset modal sosial

(social capital assets), misalnya memanfaatkan lembaga-lembaga sosial

lokal, dan pemberi kredit informal dalam proses dan sistem perekonomian keluarga.

Menurut Scott dalam Daulay (2010: 77), kelompok masyarakat miskin melakukan upaya-upaya strategi ekonomi untuk bisa bertahan, dengan cara: pertama, mereka dapat mengikat sabuk lebih kencang dengan mengurangi frekuensi makan dan beralih ke makanan yang mutunya lebih rendah. Kedua, menggunakan alternatif subsistem yaitu swadaya yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti berjualan kecil-kecilan, bekerja sebagai tukang, buruh lepas atau melakukan migrasi. Ketiga, menggunakan jaringan sosial yang berfungsi sebagai peredam kejut selama masa krisis ekonomi.

Korten dan Sjahrir dalam Daulay (2010: 77), menjelaskan bahwa strategi kelangsungan hidup yang ditempuh oleh kelompok miskin antaralain para anggota rumah tangga menganekaragamkan kegiatan kerja mereka, berpaling ke sistem penunjang yang ada di desa seperti sanak saudara atau keluarga yang lebih kaya yang mungkin dapat menyediakan bantuan, bekerja lebih banyak dengan lebih sedikit makan, yang berarti meminimalkan konsumsi dan bahan-bahan pokok lainnya, dan meninggalkan tempat yang selama ini ditempati.


(14)

Secara garis besar, dapat disimpulkan bahwa bentuk strategi ekonomi bertahan hidup keluarga miskin dapat dikelompokkan menjadi tiga. Pertama, peningkatan aset dengan cara melibatkan lebih banyak anggota keluarga untuk bekerja, memulai usaha kecil-kecilan, memulung barang-barang bekas, menyewakan kamar, menggadaikan barang, meminjam uang di bank atau lintah darat. Kedua, pengontrolan konsumsi dan pengeluaran hal ini dilakukan dengan cara mengurangi jenis dan pola makan, membeli barang-barang murah, mengurangi pengeluaran untuk pendidikan dan kesehatan, mengurangi kunjungan ke desa, memperbaiki rumah atau alat-alat rumah tangga sendiri. Ketiga, pengubahan komposisi keluarga yaitu migrasi ke desa atau ke kota lain, meningkatkan jumlah anggota rumah tangga untuk memaksimalkan pendapatan, menitipkan anak kekerabat atau keluarga lain baik secara temporer maupun permanen.

1. Strategi Ekonomi Masyarakat Petani

Clifford Geertz ahli antropologi Amerika Serikat, yang melakukan penelitian di Jawa pada 1957-1963, menciptakan konsep Involusi Pertanian2 pada masyarakat petani. Dalam buku Antropologi Sosial Budaya karangan Fedyani Saifuddin (2011: 97), Geertz mengkaji perdesaan Mojokuto, Jawa Timur, menemukan fragmentasi lahan pertanian yang semakin serius. Sebidang sawah dibagi menjadi semakin kecil ketika diwariskan kepada generasi berikutnya. Sebagai contoh, jika

2

Fedyani Saifuddin (2011: 96), Involusi itu sendiri didefinisikan sebagai suatu kondisi yang semakin rumit (njelimet), proses melingkar seperti spiral ke dalam sistem, sehingga mencapai suatu keadaan yang tidak dapat berbalik arah keluar dari sistem tersebut.


(15)

seorang petani memiliki dua orang anak, maka sawah yang dimilikinya akan dibagi dua. Berlanjut ketika anak-anaknya kelak berkeluarga dan mempunyai empat anak, maka setiap bagian tadi dibagi lagi menjadi empat bagian, akhirnya luas lahan semakin lama semakin kecil. Yang menarik dan perlu diperhatikan dari konsep involusi pertanian ini adalah bahwa ada kemampuan dari petani untuk dapat bertahan dan terus memenuhi kebutuhan hidupnya walaupun lahan yang dimiliki semain lama semakin kecil.

Konsep involusi pertanian ini bagi Geertz bukanlah proses berkurangnya lahan pertanian itu sendiri, melainkan apa yang disebutnya sebagai proses berfikir, keyakinan, nilai-nilai, dan aturan-aturan yang menjadi pedoman bagi petani dalam mengambil keputusan dalam kehidupannya. Dari konsep involusi pertanian yang Geertz paparkan tersebut secara tidak langsung merupakan rangkaian strategi masyarakat petani untuk terus memenuhi kebutuhan, walaupun mereka menyadari bahwa hal itu sebagai bagian dari kebiasaan-kebiasaan yang lazim mereka lakukan.

Strategi-strategi ekonomi untuk bisa bertahan hidup memenuhi kebutuhan dilakukan oleh masyarakat menengah ke bawah seperti petani kecil dalam menghadapi keterbatasan sumberdaya dan pendapatan. Jika dalam keluarga petani Jawa strategi yang dilakukan involusi pertanian,


(16)

maka ada juga yang mencoba melakukan coping3 dengan cara strategi

dual ealner atau pola nafkah ganda dimana pada saat yang sama bekerja

di bidang lain misalnya sebagai tukang, berjualan kecil-kecilan, dan sebagainya.

Sunarti dan Khomsan (2007: 6) menjelaskan strategi coping keluarga petani miskin untuk memperoleh ketahanan pangan dilakukan sesuai tahapan tekanan ekonomi yang dihadapi. Pertama mereka akan mengurangi pangan sumber protein yang harganya mahal, kemudian mengurangi frekuensi makan dan mencari bahan pangan konvensional yang dalam situasi normal jarang dimakan. Sesuai teori Maslow, maka upaya memenuhi kebutuhan fisiologis (pangan) adalah yang pertama kali harus dilakukan untuk mempertahankan hidup. Selanjutnya, anggota keluarga yang selama ini tidak mencari nafkah (anak-anak, orang tua, dan kaum perempuan) bekerja apa saja untuk mendapatkan upah tunai. Bila hal ini masih tidak memecahkan masalah, maka mereka mulai menjual aset yang dimilikinya, dan langkah terakhir adalah sebagian anggota keluarga akan melakukan migrasi mencari nafkah ke luar daerah. Mekanisme coping untuk mengatasi rawan pangan seperti ini tampaknya bersifat universal dan dapat terjadi di mana saja.

3

Fieldman dalam Jurnal Kesejahteraan Masyarakat Petani (2007: 6) Strategi Coping merupakan perilaku atau proses untuk adaptasi dalam menghadapi tekanan atau ancaman. Moser dalam Suharto (2002: 6), secara umum coping strategies dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. Dalam konteks keluarga miskin, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola atau memenej berbagai asset yang dimilikinya.


(17)

Dalam penelitian Sutaryono tentang Marjinalisasi Petani di Daerah Istimewa Yogyakarta (2012: 14), temuan di lapangan menunjukkan bahwa rasionalitas dan kecerdasan petani diwujudkan melalui berbagai respon terhadap tekanan perkembangan wilayah dan ekspansi kapital di perdesaan. Respon yang dilakukan bervariasi tergantung pada mindset dan sumberdaya yang dimiliki petani, seperti: (a) petani dengan lahan luas akan cenderung menjual sebagian lahan pertanian yang harganya tinggi (aksesibilitas tinggi), kemudian membeli lahan pertanian yang harganya rendah di daerah lebih ke dalam (ke arah desa) dengan luas yang lebih besar; (b) menjual sebagain lahan pertanian untuk modal usaha lain; (c) petani pinggiran kota yang lahannya terbatas akan cenderung meningkatkan daya tawarnya dengan mempertahankan lahan pertaniannya meskipun lahan pertanian di sekelilingnya telah berubah fungsi. Hal ini dilakukan agar harga lahannya semakin tinggi; (d) petani menyewakan lahannya, kemudian ia beralif profesi menjadi pekerja di luar lahan miliknya; dan (e) petani menjual lahan pertanian hasilnya untuk modal usaha dan ia beralih profesi.

Menurut Mulyadi dalam Sugihardjo dkk (2012: 145), strategi bertahan petani tradisional adalah “mengutamakan selamat” (safety-first). Bagi petani miskin yang secara sosial ekonomi sangat rentan, penurunan atau bahkan kegagalan panen akan membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup keluarganya. Mengutamakan selamat dalam hal ini


(18)

dapat dicontohkan: petani menghindari risiko dan memusatkan perhatian pada kemungkinan penurunan panen, bukan pada usaha memaksimalkan keuntungan. Profesi lain yang berkembang adalah menjadi pengrajin (anyaman bambu, tukang kayu). Kegiatan ini seperti menjadi kegiatan sampingan karena dilakukan di sela-sela aktivitas pertanian.

2. Strategi Ekonomi Masyarakat Buruh

Dhini (2009: 74), dalam penelitiannya tentang Strategi Survive Buruh Bangunan di Desa Sambirejo Kabupaten Sleman Yogyakarta, memaparkan strategi keluarga buruh kontrak dalam menghadapi permasalahan keluarga, merupakan salah satu indikator variabel potensi mereka. Dalam konteks ini kemiskinan tidak hanya dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi mempunyai dinamika sesuai dengan tantangan dan perubahan sosial. Keluarga buruh kontrak mempunyai potensi untuk survive dalam berbagai kondisi. Dinamika dan mobilitas mereka dalam pekerjaan relatif tinggi. Dalam rangka menanggapi goncangan dan tekanan (shock and stress), pada dasarnya mereka mempunyai mereka mempunyai strategi yang cukup handal. Bentuk-bentuk strategi dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Strategi aktif atau optimalisasi sumber daya manusia (SDM).

Strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk peningkatan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar.


(19)

Berbagai bentuk strategi yang dibangun oleh keluarga buruh kontrak antara lain: melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, serta memanfaatkan atau mengerahakan anggota keluarga untuk memperoleh penghasilan.

b. Strategi pasif atau penekanan/pengetatan pengeluaran

Penekanan/pengetatan pengeluaran merupakan strategi yang bersifat pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya.

c. Strategi Pemanfaatan Jaringan

Strategi pemanfaatan jaringan merupakan salah satu upaya yang ditempuh oleh keluarga buruh dalam mengatasi masalah keluarga. Jaringan yang dimaksud adalah relasi sosial4 mereka, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan. Pemanfaatan jaringan ini terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga dan warung terdekat. Kondisi ini menunjukkan, bahwa di antara mereka mempunyai solidaritas yang kuat dan saling percaya. Tampaknya teman merupakan tumpuan untuk memperoleh pertolongan dan sebagai tempat pertama yang akan dituju apabila mereka mengalami masalah. Relasi mereka tidak hanya sebatas di bidang ekonomi, tetapi mencakup bidang-bidang yang lain, misalnya

4

Anwar dan Adang (2013: 194), relasi sosial dapat dibangun melalui interaksi yang baik, interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud bisa hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan


(20)

dalam peningkatan mental spiritual. Kegiatan ini merupakan strategi yang bersifat aktif untuk memperoleh dukungan emosional.

B. Perubahan Sosial

Davis dalam Martono (2011:4) mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Pandangan serupa dikemukakan oleh Moore dalam Nanang Martono (2011:4), yang memandang perubahan sosial sebagai perubahan struktur sosial5, pola perilaku dan interakasi sosial.

Soemardjan dalam Anwar dan Adang (2013:246) menuliskan perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyrakat.

Hawley dalam Sztompka (2008:3) menganalisis perubahan sosial sebagai setiap perubahan yang tak terulang dari sistem sosial sebagai satu kesatuan. Dalam pengertian ini konsep dasar perubahan sosial mencakup tiga gagasan: (1) perbedaan; (2) pada waktu yang berbeda; (3) di antara keadaan sistem sosial yang sama.

5

Anwar dan Adang (2013: 193), struktur sosial pada skala makro merujuk pada sistem stratifikasi sosial ekonomi, pada skala meso merujuk pada relasi sosial, pada skala mikro merujuk dengan cara membentuk norma-norma perilaku.


(21)

Menurut Sztompka (2008:5), bila dilihat contoh definisi perubahan sosial yang terdapat dalam buku ajar sosiologi, terlihat bahwa berbagai pakar meletakkan tekanan pada jenis perubahan yang berbeda. Namun sebagian besar mereka memandang penting perubahan struktural dalam hubungan, organisasi, dan ikatan antara unsur-unsur masyarakat:

a. Perubahan sosial adalah transformasi dalam organisasi masyarakat, dalam pola berpikir dan dalam perilaku pada waktu tertentu (Macionis, 1987:638),

b. Perubahan sosial adalah modifikasi atau transformasi dalam pengorganisasian masyarakat (Persell, 1987:586),

c. Perubahan sosial mengacu pada variasi hubungan antarindividu, kelompok, organisasi, kultur, dan masyarakat pada waktu tertentu (Ritzer, et.al, 1987:560),

d. Perubahan sosial adalah perubahan pola perilaku, hubungan sosial, lembaga dan struktur sosial pada waktu tertentu (Farley, 1990:626).

Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin dalam Anwar dan Adang (2013:246), dianggap sebagai suatu variasi cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan materiil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang perubahan sosial di atas, perubahan sosial dapat disimpulkan sebagai perubahan segala sistem yang ada di


(22)

masyarakat, sistem itu dikenal dengan sistem sosial. Sistem sosial masyarakat dikaji dalam studi Sosiologi, oleh karena itu perubahan sosial merupakan inti dari studi Sosiologi. Karena sosiologi merupakan studi mengenai masyarakat dalam suatu sistem sosial.

Perubahan sosial merupakan salah satu konsep dari pembangunan. Pembangunan merupakan perubahan sosial positif yang direncanakan, terarah dan dilakukan dengan sadar/disengaja. Disisi lain pembangunan juga mempunyai berbagai masalah.Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks, dan tidak berkutat pada masalah ekonomi semata, tetapi juga menyangkut aspek perubahan sosial.

Todaro dalam Sztompka (2008: 86) menjelaskan bahwa pembangunan haruslah ditinjau dari perspektif yang lebih luas, yaitu dalam konteks sistem sosial yaitu hubungan interdependen antara faktor-faktor ekonomis dan nonekonomis. Faktor-faktor nonekonomis ini diantaranya sikap-sikap masyarakat menghadapi kehidupan, pekerjaan dan kekuasaan, struktur administratif dan birokrasi pemerintah ataupun swasata, pola-pola pertalian keluarga dan keagamaan, tradisi-tradisi kultural, sistem-sistem pemakaian tanah/lahan, otoritas dan integritas badan-badan pemerintah, tingkat peran serta dalam keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatan pembangunan.

Pertumbuhan ekonomi tidak dengan sendirinya membawa efek positif terhadap bidang-bidang lainnya, bahkan dalam satu dan lain kasus membawa


(23)

dampak sebaliknya yaitu dampak negatif. Oleh karena itu pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera akan membawa perubahan sosial bagi masyarakat sekitar baik sebelum dibangun (proses perencanaan) maupun setelah pembangunannya. Perubahan sosial yang mungkin akan terjadi adalah perubahan dalam berbagai aspek seperti aspek ekonomi, pendidikan, dan rencana tata ruang wilayah Provinsi Lampung, terlebih adalah adanya perubahan kebudayaan, karena perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan6.

C. Dampak Perubahan Sosial

Menurut Anwar dan Adang (2013: 250), arah perubahan sosial meliputi beberapa orientasi, antara lain:

a. Perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial yang harus ditinggalkan atau di ubah. b. Perubahan dengan orientasi pada suatu bentuk atau unsur yang memang

bentuk atau unsur baru; suatu perubahan yang berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau pada masa lampau.

Dampak yang ditimbulkan akibat dari perubahan sosial yang terjadi bisa positif, juga negatif. Masyarakat harus bisa memilih apakah mereka mengikuti perubahan yang terjadi atau sebaliknya. Semua pihak tentu

6

Soekanto dalam Anwar dan Adang (2013:246), perubahan kebudayaan mencakup semua bagian yang meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. akan tetapi perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial.


(24)

berharap yang timbul dari perubahan tersebut adalah kebaikan bagi mereka, masyarakat harus menerima konsekuensi dari perubahan yang terjadi. Masyarakat mungkin menyadari proses perubahan sosial yang terjadi, menduga arahnya dan mengharapkan dampak khususnya namun dugaan itu ternyata keliru sama sekali. Proses yang terjadi justru berlawanan dengan harapan mereka dan menimbulkan hasil yang sama sekali berlawanan dengan yang diharapkan semula.

Sztompka dalam Scott (2011: 32) memaparkan dampak perubahan akan berbeda-beda dalam hal skala, signifikansi, terhadap keseluruhan bidang/wilayah, dan tempo. Beberapa perubahan terjadi secara internal di dalam bidang tersebut. Perubahan tersebut berulang dan berkelanjutan atau memproduksi bidang/wilayah tersebut secara utuh. Contoh: akan berubah dalam rutinitas sehari-hari sebuah keluarga, naik turunnya perdagangan dari pagi sampai petang, atau rangkaian tenaga kerja musiman dalam komunitas petani. Perubahan lain menyebabkan perubahan kualitatif, dan pembatasan atau pengurangan sifat dasar dari keseluruhan bidang/wilayah. Paling sering, hal ini menyebabkan perubahan struktur dan fungsi, seperti munculnya kapitalisme, demokratisasi sistem politik, dan sekularisasi masyarakat modern. Perubahan sosial yang demikian ini adalah perubahan sosial yang bersifat komprehensif, mencakup banyak aspek dalam bidang/ wilayah tersebut, dan yang paling relatif cepat juga revolusi sosial.


(25)

D. Perencanaan Pembangunan

Menurut Reksoproetranto (1992:46), perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber daya alam, manusia, keuangan, yang terbatas adanya, serta unsur-unsur sosial budaya untuk mencapai tujuan-tujuan pembagunan, melalui kebijakan pemerintah. Perencanaan pembangunan merupakan persiapan untuk merumuskan kebijaksanaan pemerintah, serta proyek pembangunan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dipilihnya dan disetujui oleh rakyat suatu negara.

Sjafrizal (2009:14) menjelaskan bahwa perencanaan pembangunan adalah cara atau teknik untuk mencapai tujuan pembangunan secara tepat, terarah dan efisien sesuai dengan kondisi negara dan daerah yang bersangkutan. Seorang ahli perencanaan pembangunan bangsa India M.L. Jhingan dalam Sjafrizal (2009:14), memberikan definisi kongkrit tentang perencanaan pembangunan. Menurutnya, perencanaan pembangunan merupakan pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa (pemerintah) pusat untuk mencapai tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.

Perencanaan pembangunan menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2004 sistem perencanaan pembangunan nasional (SSPN) adalah suatu kesatuan tatacara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan tahunan, yang


(26)

dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

Serangkaian definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembangunan berarti segala sesuatu yang dipersiapkan dengan matang yang dalam proses perumusannya mempertimbangkan dampak baik dan buruknya, memungkinkan memilih cara yang terbaik dalam pembangunannya dan yang terpenting hasil dari pembangunannya menguntungkan atau tidak. Semuanya dapat terukur melalui usaha yang kuat dari berbagai pihak terutama pemerintah sebagai subyek pembangunan dan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah dipilihnya disetujui oleh rakyat sebagai obyek pembangunannya.

Tjokroamidjojo dalam Reksopoetranto (1992:46) menjelaskan mengenai pentingnya perencanaan dalam kegiatan pembangunan dari segi alat/cara mencapai tujuansebagai berikut:

(1) Perencanaan memberikan pengarahan kegiatan, serta pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan;

(2) Perencanaan mengusahakan agar ketidakpastian keadaan dapat dikurangi, melalui pemikiran (forecasting) mengenai potensi-potensi dan prospek perkembangan, serta pula mengenai hambatan-hambatan dan kemungkinan kegagalan;

(3) Perencanaan memberikan kemungkinan memilih cara dan kombinasi cara yang terbaik dalam pembangunan;


(27)

(4) Dengan perencanaan, dapat disusun daftar urutan pentingnya sasaran dan kegiatan usaha;

(5) Sebuah rencana merupakan alat pengukur untuk pengawasan dan penilaian;

(6) Peningkatan efisiensi (daya guna) dalam alokasi sumber-sumber daya yang langka dan terbatas untuk kegiatan pembangunan;

(7) Memantapkan perkembangan ekonomi;

(8) Lebih tahan dalam menghadapi turun naiknya keadaan ekonomi dunia.

E. Tahapan-tahapan Perencanaan Pembangunan

Menurut Sjafrizal (2009: 38), secara umum terdapat empat tahap dalam proses pembangunan. Tahap pertama adalah penyusunan rencana, tahap kedua penetapan rencana, tahap ketiga pengendalian pelaksanaan rencana dan tahap keempat evaluasi keberhasilan pelaksanaan rencana. Keempat tahap ini berkaitan satu sama lainnya sehingga perlu dijaga konsistensi antara satu sama lainnya.

(a) Tahap Penyusunan Rencana

Tahap awal kegiatan perencanaan adalah menyusun naskah atau rancangna rencana pembangunan yang secara formal merupakan tanggungjawab badan perencana, baik BAPPENAS untuk tingkat nasional dan BAPPEDA untuk tingkat daerah. Penyusunan rencana ini dapat dilakukan secara swakelola oleh badan perencana sendiri atau dikontrakkan kepada perusahaan konsultan yang relevan bila tenaga


(28)

perencana yang terdapat pada badan perencana tidak mencukupi. Namun demikian, bila dimungkinkan sebaiknya penyusunan rencana dilakukan sendiri oleh badan perencana sendiri dengan memanfaatkan tenaga-tenaga ahli tambahan dari instansi dan badan lainnya yang terkait. Hal ini sangat operasional dengan menjaga antara keterkaitan dengan pelaksanaannya. (b) Tahap Penetapan Rencana

Rancangan rencana pembangunan yang telah selesai baru akan berlaku secara resmi bila telah mendapat pengesahan dari pihak yang berwenang. Sesuai ketentuan yang berlaku, RPJP perlu mendapat pengesahan dari DPRD setempat, sedangkan RPJM dan RKPD cukup mendapat pengesahan dari kepala daerah. Pada tahap kedua ini kegiatan badan perencana adalah melakukan proses untuk mendapatkan pengesahan tersebut.

(c) Tahap Pengendalian Pelaksanaan Rencana

Setelah rencana pembangunan tersebut ditetapkan oleh pihak yang berwenang, maka dimulai proses pelaksanaan rencana oleh pihak eksekutif melalui SKPD terkait. Namun demikian, sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, perencana masih tetap mempunyai tanggung jawab dalam melakukan pengendalian (monitoring) pelaksanaan rencana bersama SKPD bersangkutan. Sasaran utama pengendalian ini adalah untuk memastikan agar pelaksanaan kegiatan pembangunan sesuai dangan rencana yang telah ditetapkan terdahulu.


(29)

(d) Tahap Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Rencana

Setelah pelaksanaan kegiatan pembangunan selesai, bedan perencana masih mempunyai tanggungjawab terakhir yaitu melakukan evaluasi terhadap kinerja dari kegiatan pembangunan tesebut. Sasaran utama kegiatan evaluasi ini adalah untuk mengatahui apakah kegiatan dan objek pembangunan yang telah selesai dilaksanakan tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Selanjutnya perlu pula dievaluasi, bagaimana kegiatan dan objek pembangunan yang sudah dimanfaatkan tersebut dapat memberikan hasil (out-come) sesuai dengan yang direncanakan semula. Sesuai dengan PP No. 8 tahun 2006, evaluasi harus dilakukan dengan menggunakan Metode Evaluasi Kinerja yang paling kurang didasarkan pada 3 unsur evaluasi utama yaitu unsur masukan

(input) terutama dana, keluaran (output) dan hasil (outcome). Sedangkan

kriteria evaluasi secara lengkap mencakup 6 unsur dengan tambahan menyangkut dengan evaluasi proses, manfaat (benefit) dan dampak

(impact). Di samping itu, evaluasi ini juga mencakup faktor-faktor utama

yang menyebabkan keberhasilannya atau kendala yang menyebabkan kurangnya manfaat yang dapat dihasilkan oleh objek dan kegiatan pembangunan tersebut. hasil evaluasi ini sangat penting artinya sebagai masukan atau umpan balik (feedback) untuk penyusunan perencanaan pembangunan di masa mendatang.


(30)

F. Kerangka Pikir

Kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA) oleh pemerinah telah direncanakan pembangunannya di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung dianggap tepat sebagai tempat pembangunan kampus Nasional ini karena tempatnya yang strategis mudah dijangkau dan paling dekat dengan pulau Jawa. Pembangunan kampus ITERA akan banyak memunculkan pengaruh dan dampak-dampak bagi masyarakat Provinsi Lampung terlebih masyarakat di sekitar lokasi pembangunan kampus ini.

Pembangunan kampus ITERA menyebabkan terjadinya perubahan sosial yang terencana dan diharapkan. Karena pembangunannya meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan bahkan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya, maka yang menjadi tujuan pembangunan ini adalah untuk membangun sumberdaya manusia. Di sisi lain perlu diperhatikan juga bahwa bagi pihak-pihak tertentu, pembangunan tidak selalu memberikan kesejahteraan. Dalam konteks perubahan sosial, pembangunan juga justru membuat terkikisnya nilai-nilai lokal. Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Pembangunan tidak saja mencakup masalah ekonomi, tetapi memiliki andil dalam perubahan sosial.

Konsekuensi negatif perubahan sosial akibat adanya pembangunan harus bisa diminimalisir pada tahap awal (pascaperencanaan ITERA), untuk kembali


(31)

mengoptimalkan faedah pembangunan bagi kesejahteraan masyarakat terutama masyarakat lokal. Perlu ada strategi-strategi yang dilakukan masyarakat lokal agar terhindar dari bentuk marginalisasi untuk bertahan dalam persaingan bahkan bisa memanfaatkan peluang dengan adanya pembangunan kampus ITERA untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat


(32)

G. Skema Kerangka Berfikir

TAHAPAN PEMBANGUNAN

Pembangunan ITERA MONITORING DAN EVALUASI

PROSES PERENCANAAN

KesejahteraanHidup (Welfare Being) KesejahteraanMasyarakat (Welfare Society)

EfekPerubahan

Regres Progres

Budaya Sosial

Tata Ruang/Wilayah

Pendidikan

Dan lain-lain Ekonomi

PERUBAHAN


(33)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Ada tiga jenis metodologi penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan campuran kuantitatif dengan kualitatif. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell (2010: 4), penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian kualitatif menurut Idrus (2009: 23) adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam lingkungan hidup kesehariannya. Noor (2009: 32) mengatakan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia, menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial, hubungan erat antara peneliti dengan subjek yang diteliti.


(34)

Noor (2009: 34), penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, mengetahui makna yang tersembunyi, memahami interaksi sosial, mengembangkan teori, memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan. Proses penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari partisipan, dan menganalisis data secara induktif mulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Creswell (2010: 20) menerangkan bahwa metodologi kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan antara lain: penelitian partisipatoris, analisis wacana, etnografi, grounded theory, studi kasus, fenomenologi, dan naratif.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan studi kasus sebagai bagian dari penelitian kualitatif. Studi kasus berfokus pada spesifikasi kasus dalam suatu kejadian baik itu yang mencakup individu, kelompok budaya, ataupun suatu potret kehidupan. Selama tiga dekade, studi kasus telah didefinisikan oleh lebih dari 25 ahli. Creswell (2010: 20) mengatakan bahwa studi kasus merupakan strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Yin (2011: 1) mengatakan studi kasus adalah sebuah penyelidikan empiris yang menginvestigasi fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata, khususnya ketika batas antara fenomena dan konteks tidak begitu jelas. Ary dalam Idrus (2009: 57), studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang seorang individu, namun studi kasus terkadang


(35)

dapat juga dipergunakan untuk menyelidiki unit sosial yang kecil seperti keluarga, sekolah, kelompok-kelompok “geng” anak muda.

Tujuan penggunaan penelitian studi kasus menurut Yin (2011: 2) adalah untuk menjelaskan bagaimana keberadaan dan mengapa kasus tersebut terjadi. Penelitian studi kasus bukan sekedar menjawab pertanyaan penelitian tentang ‘apa’ (what) obyek yang diteliti, tetapi lebih menyeluruh dan komprehensif lagi adalah tentang ‘bagaimana’ (how) dan ‘mengapa’ (why).

Yin (2011: 25) membagi proses peneltian menjadi dua jenis yaitu proses penelitian studi kasus tunggal dan proses penelitian studi kasus jamak. Perbedaannya adalah pada jumlah kasus pada studi kasus jamak lebih dari satu. Artinya, membutuhkan replikatif proses yang lebih panjang untuk mengintegrasikan hasil- hasil kajian dari tiap-tiap kasus.

Studi kasus digunakan dalam penelitian ini karena studi kasus merupakan salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial. Selain studi kasus masih ada beberapa metode yang lain seperti eksperimen, survei, historis dan analisis informasi dokumenter (seperti dalam studi-studi ekonomi).

B. Fokus Penelitian

Fokus Penelitian sangatlah diperlukan dalam suatu penelitian. Fokus penelitian bertujuan agar data penelitian tidak meluas. Dalam penelitian kualitatif, menurut Idrus (2009: 24) ada batas kajian penelitian yang


(36)

ditentukan oleh fokus penelitian. Penelitian kualitatif menghendaki ditetapkannya batas dalam penelitian atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah penelitian, sehingga memudahkan peneliti untuk menentukan data yang terkait dengan tema penelitiannya. Tanpa adanya fokus penelitian ini, peneliti akan terjebak oleh banyaknya data yang diperoleh ketika terjun ke lapangan, sehingga dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah: Strategi-strategi ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan yang dilakukan dalam rangka menghadapi perubahan sosial pascaperencanaan pembangunan kampus ITERA.

Strategi ekonomi masyarakat menurut peneliti merupakan bagian dari perubahan sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial yang di maksud adalah perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat Desa Sabah Balau. Adanya pembangunan ITERA membuat masyarakat lokal yang semula apatis terhadap perekonomian keluarga, kini mulai peduli dengan hal itu. Mereka akan mulai membangun tempat-tempat usaha, mereka akan mulai menjual aset untuk mendapatkan modal usaha. Selain itu masyarakat yang tidak lagi bekerja di PTPN VII sebagai buruh harian lepas harus bisa mengubah gaya hidup mereka dengan cara melakukan penghematan pengeluaran keluarga.

Pembahasan mengenai perubahan sosial sangatlah luas dan bersifat umum. Soemardjan dalam Anwar dan Adang (2013: 246), perubahan sosial merupakan perubahan dalam masyarakat yang memengaruhi segala sistem


(37)

sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyrakat. Sedangkan Penelitian ini menggiring pembaca untuk memahami proses perubahan sosial itu karena penelitian ini berkonsentrasi pada perubahan sosial. Oleh karena itu, untuk membatasi ruang dan cakupan permasalah agar tidak terlalu luas, maka perlu ada batasan-batasan dalam penelitian. Sehingga yang di kaji dalam penelitiannya hanya pada strategi ekonomi masyarakat untuk bertahan dan meningkatkan perekonomiannya.

Penelitian ini berfokus pada startegi ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau. Strategi ekonomi adalah segala usaha yang dilakukan sebagai upaya mempertahankan untuk lebih lanjut dapat meningkatkan kehidupan pribadi dan keluarga agar lebih baik. Strategi ekonomi dalam penelitian ini di bagi menjadi dua, yaitu strategi ekonomi masyarakat menengah ke atas, dan strategi ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Strategi ekonomi masyarakat menengah ke atas untuk meningkatkan perekonomian mereka agar lebih baik dari yang sebelumnya. Hal ini merupakan usaha mereka untuk ikut berpartisipasi dan bersaing dalam dunia usaha, selain itu juga mereka tidak hanya menjadi penonton ketika masyarakat luar desa berlomba-lomba membangun tempat-tempat usaha yang strategis untuk mahasiswa. Strategi ini dilakukan bagi mereka yang mempunyai modal berupa tanah dan aset lainnya, selain itu juga dengan kemauan dan kemampuan berpikir ke depan bahwa kegiatan membuka usaha merupakan pilihan tepat karena situasi yang mendukungnya.


(38)

Berbeda dengan masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke bawah lebih mengutamakan pada strategi mereka untuk survive atau bertahan menghadapi perubahan sosial. Dampak negatif dapat ditimbulkan dari pembangunan, karena pembangunan yang tidak bisa mengakomodir masyarakat lokal di sekitar pembangunan tersebut. Upaya masyarakat selangkah lebih maju untuk bertahan merupakan hal positif lebih baik ketimbang berpangku tangan hanya menunggu uluran tangan stakeholder yang belum tentu bisa mengakomodir kebutuhan masyarakat.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Yin (2011), pelaksanaan pengumpulan data terdapat enam sumber yaitu: dokumen, rekaman arsip, wawancara, pengamatan langsung, observasi partisipan, dan perangkat-perangkat fisik. Proses penelitian studi kasus menurut Yin (2011) adalah:

a. Mendefinisikan dan merancang penelitian. Peneliti melakukan kajian pengembangan teori atau konsep untuk menentukan kasus atau kasus-kasus danmerancang protokol pengumpulan data.

b. Menyiapkan, mengumpulkan, dan menganalisis data. Peneliti melakukan persiapan, pengumpulan,dan analisis data berdasarkan protokol penelitian yangtelah dirancang sebelumnya.

c. Menganalisis dan menyimpulkan. Pada kasus tunggal, hasil penelitian digunakan untuk mengecek kembali kepada konsep atau teori yang telah dibangun pada tahap pertama penelitian.


(39)

Dalam pengambilan data dilaksanakan dalam dua model yaitu pengambilan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer merupakan pengumpulan data yang diperoleh bukan dari instansi, melainkan berasal dari observasi langsung ke lapangan. Pengumpulan data sekunder didapatkan dari instansi-instansi terkait dengan obyek penelitian. Data primer diperoleh dengan cara:

a. Wawancara mendalam (indepth interview).

Wawancara mendalam merupakan kegiatan untuk mendapatkan informasi dari para informan dengan cara tatap muka atau bertemu langsung. Pedoman wawancara disusun terlebih dahulu dan dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan di lapangan. Penunjukan informan dengan prosedur purposif yaitu menentukan kelompok peserta yang mejadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu, (Bungin 2007: 107). Seseorang diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Teknik ini memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menentukan informan yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian.

b. Pengamatan langsung ke lapangan.

Yin (2011: 113), Observasi atau pengamatan seringkali bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan tentang topik yang akan di teliti. Observasi suatu lingkungan sosial atau unit organisasi akan menambah dimensi-dimensi baru, untuk pemahaman konteks maupun fenomena


(40)

yang akan di teliti. Pengamatan bisa begitu berharga sehingga peneliti bahkan bisa mengambil foto-foto pada situs studi kasus. Observasi atau pengamatan langsung dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat kondisi terkini lingkungan sosial pada masyarakat di Desa Sabah Balau pascaperencanaan pembangunan kampus ITERA. Dengan demikian akan terlihat secara langsung perubahan-perubahan yang terjadi. Hasil pengamatan ini selanjutnya dideskripsikan melalui tabulasi dan visualisasi foto untuk kepentingan penelitian.

Data sekunder diperoleh dengan cara: a. Survei instansi

Survei instansi dilakukan terhadap berbagai instansi yang terkait dengan program perencanaan pembangunan kampus ITERA. Jika peneliti melakukan survei instansi yang berkenaan dengan perencanaan pembangunan di Provinsi Lampung maka survei dilakukan di instansi pemerintah Provinsi Lampung yaitu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Lampung (BAPPEDA). Data diperoleh dari instansi lainnya sesuai kebutuhan di lapangan dan untuk kepentingan penelitian seperti BPS, dan lain-lain. Survei instansi juga dapat dilakukan di kantor kelurahan / balai desa setempat yang menjadi tempat penelitian. Data-data beserta informasi mengenai monografi dan profil desa dipergunakan sebagai kelengkapan dalam penelitian.


(41)

b. Studi kepustakaan/literatur. Survei ini berkaitan dengan usaha mendapatkan informasi tentang pembangunan kampus ITERA dari buku teks, internet, kliping koran, laporan kegiatan, dan lain-lain.

1. Teknik Penentuan Informan

Penunjukan informan dengan prosedur purposif yaitu menentukan kelompok peserta yang mejadi informan sesuai dengan kriteria terpilih yang relevan dengan masalah penelitian tertentu, (Bungin 2007: 107). Menurut Bungin (2007: 78), informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Memiliki informasi dalam artian memiliki pengetahuan, pengalaman, dan memahami permasalahan. Teknik ini memberikan kemudahan kepada peneliti untuk menentukan informan yang akan diwawancarai sesuai dengan tujuan penelitian. Informan yang diwawancara dalam penelitian ini adalah:

a. Para pemangku kepentingan (stakeholders), yaitu perangkat desa, pemangku adat (tetua/sesepuh desa) yang memiliki pengaruh di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.Wawancara terhadap para pemangku kepentingan


(42)

ini untuk mendapatkan informasi mengenai perubahan sosial karena adanya perencanaan pembangunan kampus ITERA.

b. Perencana ITERA di Provinsi Lampung. Informan dimaksud tentu sangat mengetahui seluk-beluk perencanaan berdirinya kampus ITERA. Tokoh tersebut bertugas di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung.

c. Masyarakat Desa Sabah Balau diwawancara untuk mendapatkan informasi tentang bagaimana strategi ekonomi yang mereka lakukan untuk bisa bertahan dan tetap mempunyai pekerjaan, bahkan bisa memanfaatkan peluang agar ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau bisa lebih baik dengan adanya pembangunan kampus ITERA. Pemilihan informan dari masyarakat didasarkan pada potensi pemahaman yang dimiliki masyarakat akan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan kampus ITERA.

2. Lokasi Penelitian

Pembangunan kampus ITERA berada di 300 Ha tanah PTPN VII yang telah dihibahkan Provinsi Lampung kepada Kemendikbud. Pembangunan ITERA berada di tiga wilayah yang saling berbatasan, karena letaknya yang berada di daerah perbatasan antara Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung. Namun Peneliti memfokuskan untuk melakukan penelitian di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang


(43)

Kabupaten Lampung Selatan dengan mempertimbangkan beberapa alasan:

(1) Desa Sabah Balau merupakan tempat pembangunan kampus Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Pembangunan kampus ITERA akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat lokal sekitar kampus sehingga menimbulkan perubahan sosial di masyarakat terutama masyarakat Desa Sabah Balau.

(2) Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang berbatasan dengan Kecamatan Jati Agung sebagai lokasi pembangunan megaproyek Kota Baru. Artinya, akan ada banyak pembangunan di daerah ini sehingga bisa juga dijadikan faktor penyebab perubahan sosial masyarakat, di luar perencanaan pembangunan kampus ITERA.

(3) Dengan mencuatnya informasi rencana pembangunan kampus ITERA ternyata sudah banyak masyarakat menjual tanahnya di sekitar lokasi pembangunan kampus ITERA. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa masyarakat lokal sudah mulai menjual tanah milik mereka untuk digunakan membangun rumah kontrakan/kos, ruko, dan lain-lain kepada warga di luar desa atau masyarakat lokal. (4) Desa Sabah Balau merupakan daerah yang berbatasan langsung

juga dengan Kota Bandar Lampung. Diperkirakan dengan alasan tersebut desa Sabah Balau akan mengalami perkembangan yang sangat pesat dibanding Desa Way Hui Kecamatan Jati Agung.


(44)

3. Teknik Analisis Data

Taknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

a. Analisis deskriptif yaitu dengan menggambarkan strategi ekonomi masyarakat Desa Sabah Balau pascaperencanaan pembangunan kampus ITERA.

b. Analisis penjodohan pola (pattern matching). Analisis ini, menurut Yin (2011: 140), membandingkan pola yang didasarkan atas empirik dengan pola yang diprediksikan. Jika kedua pola ini ada persamaan, hasilnya menguatkan validitas internal studi kasus yang bersangkutan. Analisis pattern matching dalam penelitian ini adalah membandingkan prediksi awal atau asumsi yang akan terjadi dengan fakta sebenarnya di lapangan. Selain itu, penjodohan pola dilakukan dengan membandingkan antara fakta di lapangan dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya.


(45)

IV. LOKASI PENELITIAN

Desa Sabah Balau terletak di Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 1050 14’ sampai dengan 1050 45’ Bujur Timur dan 50 15’ sampai dengan 60 Lintang Selatan. Letak yang demikian ini, maka daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah lain di Indonesia menunjukkan sebagai daerah tropis. (Pokja Sanitasi Kabupaten Lampung Selatan 2012)

Kabupaten Lampung Selatan mempunyai daerah daratan kurang lebih 210.974 Ha, dengan pusat pemerintahan di Kota Kalianda, yang diresmikan menjadi Ibukota Kabupaten Lampung Selatan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 11 Februari 1982. Berdasarkan undang-undang Nomor 2 tahun 1997 tentang pembentukan Kabupaten Tanggamus, yaitu pemekaran dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Pada tahun 2006, terjadi pemekaran Kabupaten Pesawaran dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan. Kemudian pada tahun 2008, terjadi pemekaran di Kabupaten Lampung Selatan yaitu, Kecamatan Tanjung Sari, Way Sulan, Way Panji, dan Kecamatan Bakauheni, dengan demikian jumlah Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 17 kecamatan dan


(46)

selanjutnya terdiri dari desa-desa dan kelurahan sebanyak 248 desa dan 3 kelurahan. Letak administratif Kabupaten Lampung Selatan mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kab. Lampung Tengah dan Lampung Timur, Sebelah Selatan : Selat Sunda,

Sebelah Barat : Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran, Sebelah Timur : Laut Jawa.

Letak administratif Kabupaten Lampung Selatan lebih jelas dapat dilihat pada peta Kabupaten Lampung Selatan berikut ini:

Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Lampung Selatan Gambar 1


(47)

Kabupaten Lampung Selatan adalah daerah yang dilalui oleh arus lalu lintas pulau Sumatera dan Jawa. Badan Perencana dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Lampung tahun 2012 menyatakan, setiap hari 30.000 ton batu bara dari Bukit Asam dikirim dari pelabuhan Tarahan ke PLTU Suryalaya dan belum termasuk yang melalui angkutan mobil barang, rata-rata lebih dari 4.900 kendaraan yang melalui penyeberangan Bakauheni - Merak per hari, dan setiap hari rata-rata 800 ton hasil pertanian, perkebunan dan kebutuhan pokok dari Sumatera dikirim ke Jakarta (dan beberapa daerah di Jawa) melalui penyeberangan Bakauheni Lampung Selatan (Bappeda Provinsi Lampung 2012).

Kecamatan Tanjung Bintang merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan ini terbentuk berdasarkan peraturan pemerintah (PP No. 3) Tahun 1982 tanggal 23 Juni 1982, diresmikan oleh Bupati Lampung Selatan. Batas-batas kecamatan ini adalah:

• Sebelah Utara : Kecamatan Jati Agung • Sebelah Selatan : Kecamatan Merbau Mataram • Sebelah Timur : Kecamatan Tanjung Sari

• Sebelah Barat : Kecamatan Sukarame dan Tanjung Karang Timur

Luas Kecamatan ini adalah 36.707.62 Ha dan berjarak 60 Km dari pusat pemetintahan Kabupaten Lampung Selatan, berjarak 25 Km dari pusat Ibukota provinsi.

Jumlah penduduk Kecamatan Tanjung Bintang 72.395 jiwa, yang terdiri dari 36.376 jiwa laki-laki dan 36.019 jiwa perempuan. Kecamatan Tanjung Bintang


(48)

terdiri dari 16 desa, 117 dusun, 478 RT, desa-desa tersebut adalah sebagai berikut: Desa Jatibaru, Desa Jati Indah, Desa Serdang, Desa Budi Lestari, Desa Sinar Ogan, Desa Galih Lunik, Desa Kaliasin, Desa Lematang, Desa Way Galih, Desa Sukanegara, Desa Sindang Sari, Desa Rejo Mulyo, Desa Srikaton, Desa Trimulyo, Desa Purwodadi Simpang dan Desa Sabah Balau.

Kecamatan Tanjung Bintang memiliki berbagai potensi seperti perdagangan dan industri. Tercatat ada 13 perusahaan-perusahaan besar berskala nasional dan 20 perusahaan menengah. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak pada pengelolaan hasil bumi di produksi untuk kebutuhan di negeri sendiri maupun di ekspor ke luar negeri. Selain dalam di bidang perdagangan dan industri, potensi lain yang dimiliki Kecamatan Tanjung Bintang adalah pertanian dan perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara VII (PTPN) yang mempunyai wilayah operasi meliputi Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Provinsi Lampung letak wilayah operasinya berada di Kecamatan Tanjung Bintang dan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan.

Pada tahun 2012 terjadi penandatanganan nota kesepakatan antara Pemerintah dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk membangun Institut Teknologi Sumatera (ITERA) yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Bintang dan Jati Agung, tepatnya di Desa Way Hui Kecamatan Jati Agung dan Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang. Rencana pembangunan akan berdiri di atas tanah PTPN VII seluas 300 Ha.


(49)

A. Kondisi Demograf

Desa Sabah Balau Wilayah administra 1. Sebelah Utara b 2. Sebelah Selatan 3. Sebelah Barat b 4. Sebelah Timur b

Untuk lebih jelas Tanjung Bintang be

Sumber: Balai Desa Sab Peta D

afis

lau memiliki luas administrasi lahan sebesar trasi Desa Sabah Balau berbatasan dengan:

berbatasan dengan Desa Way Hui an berbatasan dengan Desa Lematang t berbatasan dengan Kelurahan Sukarame

r berbatasan dengan Desa Way Galih

s bisa dilihat pada peta Desa Sabah Balau K berikut ini:

abah Balau

Gambar 2

Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

r 1600 Ha.


(50)

Secara administrasi, Desa Sabah Balau merupakan bagian dari Kecamatan Tanjung Bintang. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 17 Km, jarak dari Ibukota kabupaten 75 Km dan jarak dari Ibukota provinsi 12 Km. Letak desa yang berada di perbatasan Kabupaten Lampung Selatan dengan Kota Bandar Lampung menjadikan Desa Sabah Balau lebih dekat dengan pusat pemerintahan Provinsi Lampung. Penduduk Desa Sabah Balau mayoritas terdiri dari berbagai etnis yaitu Jawa, Ogan, dan Banten yang mayoritas Buruh Tani dan Pedagang ternak.

B. Potensi Desa

1. Sumber Daya Alam

Desa Sabah Balau memiliki Luas 1600 Ha, terdiri dari 476,5 Ha peruntukan sawah dan ladang, pemukiman perumahan 330 Ha, bangunan umum 0,25 Ha, lain-lain 0,25 Ha. Areal persawahan sebesar 20 Ha seluruhnya merupakan sawah tadah hujan. Di desa ini juga terdapat 793 Ha areal perkebunan milik PTPN VII. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor perkebunan Indonesia. Berkantor pusat di Bandar Lampung, Provinsi Lampung yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1996. PTPN VII (Persero) merupakan penggabungan dari PT Perkebunan X (Persero), PT Perkebunan XXXI (Persero), Proyek Pengembangan PT Perkebunan XI (Persero) di Kabupaten Lahat dan Proyek Pengembangan PT Perkebunan XXIII


(51)

(Persero) di Provinsi Bengkulu. Perkebunan milik PTPN VII wilayah perseroannya meliputi meliputi 3 (tiga) Provinsi yang terdiri dari 10 Unit Usaha di Provinsi Lampung, 14 Unit Usaha di Provinsi Sumatera Selatan, dan 3 Unit Usaha di Provinsi Bengkulu.

PTPN VII yang berlokasi di Kecamatan Tanjung Bintang Desa Sabah Balau merupakan perusahaan yang menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri, dengan komoditi utama karet. Perseroan didirikan guna melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya serta sub-sektor perkebunan pada khususnya. Ini semua bertujuan untuk menjalankan usaha di bidang agribisnis dan agroindustri, serta optimalisasi pemanfaatan sumberdaya Perseroan untuk menghasilkan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk mendapatkan/mengejar keuntungan dalam rangka meningkatkan nilai Perseroan melalui prinsip-prinsip Perseroan Terbatas.

2. Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk Desa Sabah Balau adalah 3.996 jiwa yang terdiri dari 2.042 jiwa laki-laki dan 1.954 jiwa perempuan. Dengan 1.047 KK yang menyebar di 3 dusun/lingkungan. Dengan data tersebut maka desa ini


(52)

termasuk dalam kategori desa dengan jumlah penduduk yang besar. Berikut ini jumlah penduduk menurut usia.

Tabel 1

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Usia Tahun 2008

No

Kelompok Pendidikan Kelompok Tenaga Kerja Umur (Th) Jumlah

(jiwa) Umur (Th)

Jumlah (jiwa)

1 00-03 295 10-14 -

2 04-06 229 15-19 399

3 07-12 426 20-26 490

4 13-15 214 27-40 933

5 16-18 212 41-56 649

6 19> 2624 57< 153

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

Kelompok pendidikan adalah mereka yang berusia 3-19 tahun yang belum bekerja. Sedangkan yang masuk ke dalam kategori kelompok tenaga kerja ialah mereka yang masuk usia angkatan kerja1 dan telah atau sedang dalam mencari pekerjaan karena tidak lagi mengenyam pendidikan (putus sekolah). Perbedaan jumlah penduduk antara laki-laki dan perempuan di Desa Sabah Balau tidak terlalu signifikan, artinya hal tersebut memberikan implikasi terhadap jenis pekerjaan yang ditekuni. Kesetaraan gender di Desa Sabah Balau bisa terlihat melalui pekerjaan sebagai buruh tani. Pekerjaan ini bisa dikerjakan oleh laki-laki dan perempuan. Berikut sajian jumlah penduduk menurut pekerjaannya.

1

Mantra (2000: 298), Di Indonesia yang dimaksud dengan angkatan kerja adalah penduduk berumur 10 tahun ke atas yang secara aktif melakukan kegiatan ekonomis (Biro Pusat Statistik, 1983).


(53)

Tabel 2

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Menurut Pekerjaan Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (jiwa)

1 Petani 168

2 Buruh Tani 280

3 Buruh/Swasta 220

4 Pegawai Negeri 64

5 TNI/Polri 16

6 Pedagang 152

7 Buruh Bangunan 112

8 Nelayan 1

9 Pensiunan 78

10 Pemulung 3

11 Jasa 14

Jumlah 1.108

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

Data di atas memberikan informasi bahwa penduduk Desa Sabah Balau memiliki pekerjaan yang variatif. Jumlah penduduk yang bekerja adalah 1.108 orang, melebihi dari jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Sabah Balau yaitu 1.074 kepala keluarga. Ini menunjukkan bahwa sumber penghasilan penduduk dalam satu keluarga bukan hanya dilakukan oleh kepala keluarga. Jumlah tersebut juga menunjukkan bahwa adanya kemungkinan perempuan berpartisipasi dalam berbagai sektor pekerjaan. Hal ini juga mengindikasikan bahwa terjadi ketidakbiasan gender dalam hal pekerjaan. Kondisi ini memperkuat


(54)

asumsi bahwa seluruh penduduk berpartisipasi untuk meningkatkan perokonomian keluarga agar lebih baik.

Buruh tani dan buruh swasta adalah bidang pekerjaan yang paling banyak dilakoni masyarakat Desa Sabah Balau. Bidang pekerjaan yang seperti ini yang sering mendominasi desa-desa yang ada di Indonesia tidak hanya Desa Sabah Balau, karena di desa sistem mata pencahariannya tidak seperti di perkotaan yang sering dilekatkan pada bidang industri yang modern. Bidang pekerjaan yang dilakoni masyarakat tidak terlepas dari bidang pendidikan yang mereka tempuh. Berdasarkan tingkat pendidikannya, penduduk Desa Sabah Balau sangat beraram seperti dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2008

No. Lulusan Pendidikan Umum Lulusan Pendidikan Khusus Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa)

1 TK 16 Pondok

Pesantren -

2 SD 1.278 Madrasah 43

3 SMP/SLTP 1.079 Pend.

Keagamaan -

4 SMA/SLTA 999 SLB -

5 Akademi/D1-

D3 244 Kursus 17

6 Strata (S1-S3) 30 Lain-lain 358


(55)

Tabel 3 menyajikan data bahwa mayoritas warga Desa Sabah Balau berlatar belakang lulusan Sekolah Dasar (SD) yaitu berjumlah 1.278 jiwa. Pada tingkat ini diasumsikan bahwa penduduk sudah dianggap melek huruf sehingga bisa menyerap informasi melalui media massa seperti koran. Jumlah penduduk yang melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMP semakin sedikit yaitu berjumlah 1.079 jiwa dan semakin kecil pada tingkat SMA yaitu 999 jiwa. Permasalahan ketidakmampuan masyarakat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi lagi sudah menjadi rahasia umum, yaitu disebabkan oleh kemiskinan. Ketidakmampuan masyarakat dalam mengakses fasilitas pendidikan merupakan masalah sosial yang terus menerus muncul. Ketidakmampuan masyarakat diperkuat dengan minimnya sarana pendidikan yang disediakan oleh pemerintah. Akibatnya masyarakat miskin tetap berkutat pada kemiskinan akibat tidak memiliki pendidikan yang cukup.

Di sisi lain dapat dilihat dari tabel bahwa masyarakat masih memerhatikan pendidikan. Kebijakan Pemerintah dengan digulirkannya program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Program Keluarga Harapan membuka peluang bagi setiap penduduk Desa Sabah Balau untuk tetap sekolah, terutama di tingkat pendidikan dasar dalam rangka menyukseskan wajib belajar 9 tahun yang telah dicanangkan oleh pemerintah. Ditambah lagi saat ini akan dibangun perguruan tinggi Institut Teknologi Sumatera (ITERA) tentu menjadikan harapan dan


(56)

motivasi tersendiri bagi masyarakat desa untuk bisa menyekolahkan anaknya dan meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Jumlah penduduk yang mengeyam pendidikan tinggi terbilang masih sedikit yaitu hanya 30 orang untuk tingkat strata 1 (S1) sedangkan yang melanjutkan ke jenjang S2 dan S3 belum ada. Harapan besar muncul terlihat dari jumlah penduduk yang mengeyam pendidikan tinggi pada tingkat diploma rinciannya; D1 berjumlah 112 orang, D2 75 Orang dan D3 57 Orang. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa jumlahnya akan terus bertambah seiring semakin terbukanya peluang untuk kuliah di perguruan tinggi yang dekat dengan desa mereka yaitu ITERA. Tentu dengan biaya terjangkau dan adanya berbagai program beasiswa para lulusan program sarjana hingga doktoral bisa menjadi motivator bagi penduduk untuk tetap sekolah. Pada saat peneliti melakukan survei di lokasi penelitian, ada beberapa penduduk yang menanyakan tentang tata cara mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) agar bisa kuliah di ITERA, bagaimana caranya agar bisa mendapatkan beasiswa dari perguruan tinggi tersebut. Hal ini menunjukkan tingginya animo masyarakat terhadap pendidikan tinggi. Semakin banyaknya penduduk yang mengenyam pendidikan tinggi merupakan jaminan meningkatnya kesejahteraan penduduk sehingga bisa keluar dari kemiskinan. Pendidikan tinggi merupakan salah satu prestise yang membuka peluang untuk kehidupan yang lebih baik.


(57)

Bedasarkan suku bangsa dan agama yang ada di Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 4. dan 5

Tabel 4

Jumlah Suku Bangsa di Desa Sabah Balau Tahun 2008

No Suku Bangsa Jumlah (jiwa)

1 Jawa 2.372

2 Ogan 1.007

3 Banten 617

Jumlah 3.996

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008 Tabel menunjukkan adanya pluralisme di Desa Sabah Balau. Meskipun berlokasi di Provinsi Lampung, mayoritas penduduk Desa Sabah Balau bersuku bangsa Jawa. Pluralisme ini mengindikasikan keterbukaan masyarakat terhadap berbagai hal. Ego antarsuku bangsa dapat di minimalisir dengan melibatkan seluruh anggota masyarakat ke dalam berbagai organisasi sosial yang dibentuk oleh pemerintahan desa. Kemungkinan adanya friksi antarsuku bangsa sangat besar. Jika kondisi ini terjadi, maka muncul blok-blok antarsuku bangsa yang berujung pada ketidakaamanan, meningkatnya angka kriminalitas,kesulitan ekonomi, dan lain-lain.


(58)

Mayoritas penduduk Desa Sabah Balau menganut agama Islam. Sebagian lain memeluk agama Kristen, Katolik, dan Budha. Berikut disajikan data jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut:

Tabel 5

Proposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama di Desa Sabah Balau Tahun 2008

No Agama Jumlah (jiwa)

1 Islam 3.726

2 Kristen 206

3 Katholik 60

4 Hindu -

5 Budha 4

6 Kepercayaan -

Jumlah 3.996

Sumber: Monografi dan Profil Desa Sabah Balau per Juli 2008

3. Sumber Daya Buatan

Desa Sabah Balau merupakan kawasan yang jauh dari akses ibukota kabupaten namun dekat dengan Kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi. Karena akses yang dekat dengan Kota Bandar Lampung, maka banyak penduduk desa yang bekerja di Bandar Lampung termasuk anak-anak desa yang bersekolah di Bandar Lampung. Oleh karena banyaknya masyarakat yang melakukan aktivitas seperti bekerja dan lain-lain di Bandar


(59)

Lampung, maka pembangunan infrastrkutur terus dilakukan. Terlebih desa ini merupakan lalu-lintas jalan utama menuju rencana pembangunan Kota Baru Lampung di Jati Agung dan tempat dibangunnya kampus ITERA, maka aksesibilitas menuju Desa Sabah Balau terus ditingkatkan.

Berikut ditampilkan tabel tentang jumlah bangunan infrastruktur di Desa Sabah Balau:

Tabel 6

Jumlah Bangunan Infrastruktur di Desa Sabah Balau Tahun 2008

No. Jenis Bangunan Infrastruktur Jumlah

1 Jalan aspal 4,7 Km

2 Jembatan beton 3

3 Lapangan sepak bola, voli, dan bulu tangkis 6

4 Sumur gali 850

5 Mata air 5

7 Posyandu 3

8 Pos kamling 25

9 Balai pekon 1

10 TPA 1

11 TK 1

12 SD/sederajat 3

13 SMP/sederajat -

14 SMA/sederajat -

15 Masjid 8

16 Musholla 4

17 Lembaga Pendidikan Agama (Pesantren) 1

18 Gereja 2


(60)

Adanya sarana infrastrktur yang memadai di Desa Sabah Balau memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat desa untuk meningkatkan perekonomian. Desa Sabah Balau memiliki jalan aspal yang dijadikan sebagai jalur penghubung utama antara proyek perencanaan pembangunan Kota Baru di Jati Agung dan Kota Bandar Lampung. Saat ini Kota Baru Lampung yang dicanangkan sebagai pusat pemerintahan provinsi yang baru sedang dalam tahap pembangunan. Jalan-jalan menuju Kota Baru yang melewati Desa Sabah Balau juga dalam pengerjaan dan telah diaspal dengan dua jalur yang memiliki lebar jalan 13 meter. Di Desa Sabah Balau juga tengah dibangun Tugu Mekhanai sebagai simbol selamat datang di Kota Baru berciri khas kan Lampung. Tugu tersebut berdiri megah mempunyai tinggi 15 meter dengan patung seorang perempuan yang memakai baju adat Lampung dan Siger sebagai ciri khas provinsi ini berdiri di atas perahu. Rencananya tugu ini berfungsi seperti Tugu Gajah di jantung Kota Bandar Lampung.

Pembangunan infrastruktur lainnya juga yang saat ini tengah dikerjakan di Desa Sabah Balau dengan dibangunnya Gedung PKK Provinsi Lampung. Pembangunan di Desa Sabah Balau nampaknya akan sangat berkembang, hal ini diperkuat dengan dibangunnya Yayasan Al-Kautsar II sedang dalam pembangunan dan prosesnya akan segera rampung. Belum lagi akan di bangun Pondok Pesantren yang berada di tengah-tengah Desa Sabah Balau. Hal tersebut mengindikasikan bahwa diprediksi Desa Sabah Balau ke depan akan sangat berkembang dan tentu perekonomian warga desa juga akan turut berkembang.


(61)

4. Organisasi Sosial

Organisasi sosial merupakan merupakan salah satu unsur kebudayaan dan menjadi sebuah kekuatan dalam membangun keharmonisan suatu wilayah. Interaksi antaranggota masyarakat dapat terbangun dengan baik melalui organisasi sosial. Kegotongroyongan masyarakat dapat dilihat dari perilaku masyarakat dalam sebuah organisasi sosial. Desa Sabah Balau memiliki sejumlah organisasi sosial sebagai wadah bagi anggota masyarakat untuk saling berinteraksi dan melakukan kegiatan sesuai program yang telah ditentukan. Organisasi sosial di Desa Sabah Balau ada yang berbasis pekerjaan, perempuan, pemuda, agama, dan lain-lain. Untuk lebih lengkapnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Jumlah Penduduk Desa Sabah Balau dalam Keterlibatan di Organisasi Sosial Tahun 2008

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

(orang)

1 PKK 200

2 Kelompok Tani 60

3 Kelompok Pengajian Bapak-bapak 200 4 Majelis taklim (pengajian Ibu-ibu) 64

5 Karang Taruna 10

6 Remaja Islam Masjid 10

7 Kelompok Gotong Royong 1.109

8 LPM 12

9 Kelompok Arisan 20

10 Babinsa/Babinkamtimbas 12


(1)

122

2. Mengajukan kesanggupan bekerja di pembangunan ITERA kepada stakeholder. Upaya ini mendapat respon positif dari Pemerintah Daerah dan akan mengupayakan apa yang menjadi kebutuhan warga setelah aparatur desa bekerja sama dengan tokoh masyarakat menyalurkan aspirasi warga.

3. Memanfaatkan anggota keluarga untuk bekerja. Jika pekerjaan Bapak sebagai kepala dengan pekerjaan serabutannya tetap tidak mencukupi kebutuhan keluarga, maka anak-anak dan istri tidak lagi mengandalkan kepala keluarga. Mereka juga bekerja, jika anak-anak bekerja sebagai buruh bangunan maka istri buruh tani atau berjualan di warung sederhana miliknya.

4. Pengetatan pengeluaran. Walaupun aktifitas penghematan sudah dilakukan saat kepala keluarga masih bekerja tetap. Namun penghematan biaya kebutuhan sehari-hari dilakukan lebih, saat sudah tidak lagi bekerja tetap. Penghematan pengeluaran sebagai upaya bertahan agar tetap tercukupi kebutuhan, dari pada melakukan pinjam-meminjam memanfaatkan relasi sosial (modal sosial) kepada keluarga, kerabat terdekat, ataupun tetangga.

B. Saran

Pembangunan ITERA merupakan pembangunan yang akan mencetak generasi penerus bangsa yang ahli di bidang teknologi dan sains, maka hasil pembangunannya harus optimal. Faedah optimal harus dirasakan semua


(2)

pihak tak terkecuali masyarakat Desa Sabah Balau yang terkena dampak langsung pembanguan sehingga asumsi pembangunan yang seringkali diidentikkan dengan marginalisasi masyarakat sekitar pembangunan tidak terjadi pada pembangunan ITERA. Oleh karena itu ada beberapa saran yang harus menjadi perhatian:

1. Desa Sabah Balau yang akan terkena dampak pembangunan kampus ITERA harus diberdayakan oleh pemerintah daerah. Dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan kewirausahaan berbasis UKM. Karena saat ini masih minimnya pengetahuan warga desa akan keunggulan membangun usaha ketimbang menjual tanahnya yang terbatas tapi tidak dijadikan modal usaha.

2. Pemerintah Daerah seharusnya menerjunkan peneliti dan akademisi untuk melihat lebih jauh dampak yang akan ditimbulkan. Jangan sampai pembangunan yang bersifat elitis keatas tanpa memperhatikan kaum bawah yang rentang termarginalisasi seperti warga Desa Sabah Balau yang tidak berdaya secara pemikiran dan ekonomi berkemungkinan mereka hanya menjadi penonton keberhasilan pembangunan tanpa merasakannya.

3. ITERA merupakan kampus nasional membawa nama Sumatera. Kampus yang identik dengan kaum muda mahasiswa sering menjadi celah negatif karena rentannya usia. Desa Sabah Balau sebagai desa yang akan banyak membangun kost/kontrakan harus diberikan informasi yang baik dari Kemendikbud, Dinas Pariwisata, dan Kemenegpora agar dapat mencegah terjadinya celah-celah negatif pergaulan bebas yang akan merusak citra


(3)

124

perguruan tinggi dan nama baik provinsi. Informasi berupa sosialisasi agar diberlakukan jam kunjungan malam, pemisahan kontrakan laki-laki dan perempuan, ataupun pemberlakuan jam belajar malam menjadi penting. Terlebih kawasan Sukarame yang berbatasan dengan Sabah Balau merupakan kawasan pendidikan dengan banyak berdirinya sekolah dan kampus. Oleh karena itu bisa diprediksi daerah ini akan menjadi pusat pendidikan ke dua setelah Universitas Lampung, bahkan lebih besar.

4. Pemerintah Daerah harus memberikan masukkan kepada ITB selaku pemegang penuh pembangunan ITERA, agar masyarakat Desa Sabah Balau yang tidak mempunyai pekerjaan tetap bisa berpartisipasi dalam pembangunan untuk menjadi pekerja bangunan. Karena pembangunan yang baik bukan hanya pembangunan yang menjadikan masyarakat sebagai objek pembangunannya tapi juga subjek pembangunannya. 5. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam aspek ketajaman

analisis dalam pembahasannya, terutama mengenai pembahasan mengenai perubahan sosialnya. Seperti yang peneliti ungkapkan pada bagian batasan masalah bahwa perubahan sosial mempunyai sifat yang luas. Jika di kaji secara luas dan lebih mendalam maka akan sangat banyak sekali data-data yang harus dikumpulkan. Oleh karena itu peneliti menyarankan agar penelitian-penelitian seperti ini bisa dilanjutkan di masa yang akan datang. Agar informasi lebih luas didapatkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Adisasmita, R. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori. Graha Ilmu. Yogyakarya.

Anonim. 2008. Monografi dan Profil Desa Sabah Balau Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2008-2010. Desa Sabah Balau Anonim. 2012. Laporan Akhir Perencanaan Master Plan dan Detailed

Engineering Design (DED) Kampus Insitut Teknologi Bandung di Sumatera. Tim Master Plan Kampus ITERA. Jakarta.

Anonim, 2012. Buku Putih Sanitasi Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman. Tim Penyusunan Pokja Sanitasi Kabupaten Lampung Selatan Pemda Kabupaten Lampung Selatan. Lampung Selatan.

Cresswell, Jhon W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi ke-3. Diterjemahkan oleh: Ahmad Fawaid Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Kencana. Jakarta.

Fakih, M. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Insists Press. Yogyakarta

Fedyani Saifuddin, A. 2011. Catatan Reflektif Antropologi Sosial Budaya. Institut Antropologi Indonesia. Jakarta

Indrus, M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Iwan Nugroho dan Rokhmin Dahuri. 2004. Pembangunan Wilayah Perpektif Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. LP3ES. Jakarta


(5)

126

Mantra, Ida B. 2000. Demografi Umum. Pustaka Pelajar. Yogyakarta

Martono, N. 2011. Sosiologi Perubahan Sosial. Rajagrafindo Persada. Jakarta Noor, J. 2009. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Desertasi, dan Karya Ilmiah.

Kencana. Jakarta

Ranjabar, J. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia Suatu Pengantar. Alfabeta. Bandung

Reksopoetranto, S. 1992. Manajemen Proyek Pembangunan. FE UI. Jakarta Safi’i, H.M. 2009. Perencanaan Pembangunan Daerah. Averroes Press. Malang Scott, J. 2011. Sociologi The Key Concepts. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh:

Labsos FISIP Unsoed. Rajawali Pers. Jakarta

Sjafrizal. 2009. Teknik Praktis Penyusunan Rencana Pembangunan Daerah. Baduose Media. Jakarta

Sztompka, P. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh: Alimandan. Prenada. Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta

Yesmil Anwar dan Adang. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Revika Aditama. Bandung

Yin, R. K. 2011. Studi Kasus: Desain dan Metode. Edisi ke-1. Diterjemahkan oleh: M. Djauzi Mudzakir.Rajagrafindo Persada. Jakarta

Sumber Desertasi

Sutaryono. 2012. Marjinalisasi Petani di Daerah Istimewa Yogyakarta. (Desertasi). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.


(6)

Sumber Tesis

Ikhsan Muharma, P. 2008. Marginalisasi Rumah Tangga Miskin dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. (Tesis). Universitas Andalas. Padang.

Sumber Skripsi

Dhini, S. 2009. Strategi Bertahan Buruh Kontrak dalam Memenuhi Kebutuhan Pokok: Studi Kasus Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Kontrak di CV. Belawan Indah. (Skripsi). Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sumber Jurnal

Daulay, P. 2010. Survival Mechanism Victim Houshold of Lumpur Lampindo in Sidoarjo. Jurnal Organisasi dan Manajemen. UPBJJ-UT. Surabaya.

Sugihardjo, dkk. 2012. Strategi Bertahan dan Strategi Adaptasi Petani Samin Terhadap Dunia Luar. Jurnal Seva. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Sunarti, E dan Khomsan, A. 2007. Kesejahteraan Petani mengapa Sulit

diwujudkan?. Jurnal Kesejahteraan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumber Makalah dan Artikel

Suharto, E.2002. Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan Pendekatan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan. Makalah. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sumber Internet

Websiter Resmi BAPPENAS. 2012. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Di unduh pada tanggal 31 Oktober 2013 dari

http://ppsp.nawasis.info/dokumen/perencanaan/sanitasi/pokja/bp/kab.lampun gselatan/