Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli

(1)

TINJAUAN SOSIAL EKONOMI NELAYAN DI DESA FOWA KECAMATAN GUNUNGSITOLI IDANOI

KOTA GUNUNGSITOLI

Diajukan untuk memenuhisalah satu syarat Mendapatkan gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh

FERI ARIF NOVAN TELAUMBANUA 110902043

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Feri Arif Novan Telaumbanua Nim : 110902043

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “ Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.”

Desa Fowa merupakan salah satu desa di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi yang penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini dikarenakan Desa Fowa memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang cukup besar serta dipengaruhi oleh letaknya berada pada daratan pantai, lereng dan pegunungan. Salah satu potensial sumber daya pesisir dan laut yang paling potensial menopang perekonomian masyarakat Desa Fowa adalah perikanan laut. Nelayan di Desa Fowa masih tergolong Nelayan tradisional yang menggunakan alat seadanya yaitu perahu dan pancing. Kehidupan nelayan di Desa Fowa masih jauh dari kata sejahtera sebagaimana kehidupan nelayan pada umumnya.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode pengalaman individu dari subyek penelitian yaitu 4 informan kunci dan 1 informan tambahan yang melakukan partisipasi observasi dan wawancara mendalam terhadap nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunugngsitoli Idanoi.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial ekonomi nelayan di Desa Fowa kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli masih tergolong masyarakat yang berpenghasilan rendah dilihat dari pendapatan yang tidak menentu dari hasil melaut. Hal ini juga berkaitan langsung dengan ketidakberdayaan teknologi penangkapan yang canggih, keterbatasan modal dalam meningkatkan produktivitas, sistem pemasaran yang tidak memihak nelayan serta pemerintah yang kurang memperhatikan kehidupan mereka sehingga nelayan di Desa fowa sulit melepaskan diri dari kemiskinan yang melanda kehidupan para nelayan.


(3)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OFSOCIALWELFARE

Name : Feri Arif Novan Telaumbanua NIM : 110902043

ABSTRACT

This thesis is submitted in order to qualify a bachelor's degree of Social Welfare, with the title “Social and Economic Review Fisherman in The Village Fowa Gunungsitoli Sub-District Idanoi Gunungsitoli City”

Villagers fowa is one village and sub-district gunungsitoli idanoi the majority population with the search for fisherman.It was because the potential fowa have the resources, and the huge and affected by it is on the beach, and the slope of the mountain.One potential resources and coastal sea most economic support for rural communities are fowa marine fisheries.The fisherman village fowa still many of traditional fisherman using available tools and a draw is a boat.The people in this village fowa still far from the wealth of the people at large.

This research was done using a method of qualitative research and data collection method with using a method of individual experience of the subject of research which is 4 key informants and 1 of additional informants do the participation of observation and in-depth interviews with fisherman in the village fowa idanoi gunugngsitoli sub-district .

Based on research that has been the author of doing , overall economic social conditions can be concluded that fisherman in the village fowa gunungsitoli sub-district idanoi gunungsitoli city is still considered low income people seen from the erratic results of the income at sea .It is also directly related to the arrest of helplessness that sophisticated technology, limited capital to improve productivity , impartial fisherman marketing system and the government less attention to their lives so that fisherman in the village fowa difficult to escape from poverty in the lives of fisherman .


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.”

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua, Notianus Telaumbanua, SE dan Gestiani Zagoto yang telah menjadi semangat penulis dan selalu berupaya memenuhi kebutuhan penulis dalam keadaan apapun serta seluruh keluarga yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini dan yang telah membantu penulis selama kuliah sampai penulis lulus, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si selaku Dekan FISIP-USU.

2. Ibu Hairani Siregar, S. Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP-USU.

3. Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.SP selaku Dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis penuh kesabaran atas segala kekurangan


(5)

dan kelambatan penulis, mengarahkan, dan meluangkan waktu selama penulisan skripsi.

4. Bapak Husni Thamrin, S.Sos, M.SP selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.

5. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Seluruh staff pendidikan dan administrasi FISIP USU.

7. Bapak Fardinafis Gea selaku Kepala Desa Fowa yang telah memberi ijin penulis untuk melakukan penelitian di Desa Beliau.

8. Seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan wawancara dengan penulis untuk memberikan informasi yang penulis butuhkan.

9. Kedua Orangtua yang selalu mendoakan kesuksesan penulis yaitu : Notianus Telaumbanua, SE dan Gestiani Zagoto yang tak pernah lelah memberi semangat dan mendukung seluruh kegiatan yang penulis lakukan demi terselesaikannya skripsi ini serta adik-adik tercinta Noni Paskah Riang Telaumbanua, Seli Yobelinda Telambanua dan Imanuel Telaumbanua.

10.Kepada orang terdekat penulis yang telah banyak memberikan masukan dan semangat dari putus asa untuk penulis agar selalu berusaha dan mampu dalam situasi serta kondisi apapun terutama dalam penyelesaian skripsi ini, yakni Denni Agustin Zamasi, Am.Keb. Terimakasih atas bantuannya selama ini.


(6)

11.Buat teman seperjuangan satu daerah seangkatan Agus, Felix, Riasapta S.Sos, Nonivili, Elvin, serta William semoga ke depan kita menjadi orang-orang yang sukses. Ya’ahowu!

12.Buat sahabat-sahabat terdekat khususnya dalam mengekspreksikan hobi dalam hal bermusik Elfris, Erick, Frank Sonasa dan lainnya agar persahabatan kita tetap solid.

13.Buat teman satu doping Asa, Hera, Ronny, dan Revor yang setiap minggu nya selalu bersama dan setia menungu satu sama lain jika menemui doping untuk bimbingan terimakasih atas kebersamaannya dan mari berjuang. 14.Buat teman seperjuangan di Kessos stambuk 2011 Ecko, Mesya, Halim,

Tika, Guster, Denisa, Rahel, Debora, Mario, Neysa dan masih banyak lagi yang gak bisa penulis sebutkan satu-persatu makasih atas waktu dan informasi nya selama di perkuliahan ini. Salam sukses selalu.

15.Untuk teman ngumpul lain Darson, Habib, Adi, Kristian, Karya, Rano, Heltinus dan yang masih banyak lagi yang tidak penulis sebutkan satu per satu.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2015


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR BAGAN...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Rumusan Masalah...9

1.3. Tujuan Penelitian...9

1.4.Manfaat Penelitian...9

1.5.Sistematika Penulisan...10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sosial Ekonomi...13

2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi...13

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi...15


(8)

2.2.1 Defenisi Kemiskinan...21

2.2.2 Aspek-aspek Kemiskinan...21

2.2.3 Gejala Kemiskinan...24

2.2.3 Ciri-Ciri Kemiskinan...25

2.3 Nelayan...26

2.3.1 Defenisi Nelayan...26

2.3.2 Kemiskinan Nelayan...29

2.3.2 Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan...32

2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya...34

2.5 Kesejahteraan Sosial...35

2.6 Konsep Penelitian...37

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian...41

3.2 Lokasi Penelitian...41

3.3 Unit Analisis dan Data Informan 3.3.1 Unit Analisis...41

3.3.2 Data Informan...42

3.4 Teknik Pengumpulan Data...43

3.5 Teknik Analisis Data...44

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Desa...45


(9)

4.1.1 Sejarah Desa...45

4.1.2 Demografi...45

4.1.3 Keadaan Sosial...46

4.1.4 Tingkat Pendidikan...47

4.1.5 Mata Pencaharian...47

4.1.6 Sarana dan Prasarana...48

4.2 Kondisi Pemerintahan Desa...49

4.2.1 Pembagian Wilayah Desa...49

4.2.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (SOPD)...50

4.3 Potensi Desa Fowa...51

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Informan Kunci...53

5.1.1 Informan I...53

5.1.2 Informan II...58

5.1.3 Informan III...63

5.14 Informan IV...67

5.2 Informan Tambahan...72

5.3 Analisis Data...73

5.3.1 Kondisi Sosial Eknomi...73

5.3.2 Faktor-faktor yang berkaitan dengan kehidupan nelayan di Desa Fowa...83


(10)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan...89 6.2 Saran...91 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Penduduk Desa Fowa ...46

Tabel 2 Keadaan Tingkat Pendidikan...47

Tabel 3 Pekerjaan...48

Tabel 4 Sarana dan Prasarana...49


(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan Alur Pemikiran...40 Perangkat Desa Fowa...50


(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

Nama : Feri Arif Novan Telaumbanua Nim : 110902043

ABSTRAK

Skripsi ini diajukan guna memenuhi syarat meraih gelar sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial, dengan judul “ Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.”

Desa Fowa merupakan salah satu desa di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi yang penduduknya mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Hal ini dikarenakan Desa Fowa memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang cukup besar serta dipengaruhi oleh letaknya berada pada daratan pantai, lereng dan pegunungan. Salah satu potensial sumber daya pesisir dan laut yang paling potensial menopang perekonomian masyarakat Desa Fowa adalah perikanan laut. Nelayan di Desa Fowa masih tergolong Nelayan tradisional yang menggunakan alat seadanya yaitu perahu dan pancing. Kehidupan nelayan di Desa Fowa masih jauh dari kata sejahtera sebagaimana kehidupan nelayan pada umumnya.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan metode pengumpulan data dengan menggunakan metode pengalaman individu dari subyek penelitian yaitu 4 informan kunci dan 1 informan tambahan yang melakukan partisipasi observasi dan wawancara mendalam terhadap nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunugngsitoli Idanoi.

Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial ekonomi nelayan di Desa Fowa kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli masih tergolong masyarakat yang berpenghasilan rendah dilihat dari pendapatan yang tidak menentu dari hasil melaut. Hal ini juga berkaitan langsung dengan ketidakberdayaan teknologi penangkapan yang canggih, keterbatasan modal dalam meningkatkan produktivitas, sistem pemasaran yang tidak memihak nelayan serta pemerintah yang kurang memperhatikan kehidupan mereka sehingga nelayan di Desa fowa sulit melepaskan diri dari kemiskinan yang melanda kehidupan para nelayan.


(14)

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OFSOCIALWELFARE

Name : Feri Arif Novan Telaumbanua NIM : 110902043

ABSTRACT

This thesis is submitted in order to qualify a bachelor's degree of Social Welfare, with the title “Social and Economic Review Fisherman in The Village Fowa Gunungsitoli Sub-District Idanoi Gunungsitoli City”

Villagers fowa is one village and sub-district gunungsitoli idanoi the majority population with the search for fisherman.It was because the potential fowa have the resources, and the huge and affected by it is on the beach, and the slope of the mountain.One potential resources and coastal sea most economic support for rural communities are fowa marine fisheries.The fisherman village fowa still many of traditional fisherman using available tools and a draw is a boat.The people in this village fowa still far from the wealth of the people at large.

This research was done using a method of qualitative research and data collection method with using a method of individual experience of the subject of research which is 4 key informants and 1 of additional informants do the participation of observation and in-depth interviews with fisherman in the village fowa idanoi gunugngsitoli sub-district .

Based on research that has been the author of doing , overall economic social conditions can be concluded that fisherman in the village fowa gunungsitoli sub-district idanoi gunungsitoli city is still considered low income people seen from the erratic results of the income at sea .It is also directly related to the arrest of helplessness that sophisticated technology, limited capital to improve productivity , impartial fisherman marketing system and the government less attention to their lives so that fisherman in the village fowa difficult to escape from poverty in the lives of fisherman .


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah negara ini terdiri dari lautan dengan total garis panjang pantainya terpanjang kedua didunia. Wilayah pesisir Indonesia yang luas memiliki garis pantai sepanjang 81.000 km, sekitar 75% dari wilayahnya merupakan wilayah perairan sepanjang 5,8 km termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (ZEEI) dan juga merupakan terbesar didunia dengan jumlah pulau lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483 km2.

Pemerintah telah giat mencanangkan pembangunan sektor ekonomi sebagai titik tumpu dalam usaha mencapai kemakmuran. Kompleksitas pembangunan akibat resesi ekonomi, terbatasnya sumber daya alam, ledakan penduduk yang berakibat langsung pada peningkatan angkatan kerja. Hal ini juga berdampak pada masyarakat bermukim dan berusaha didaerah pesisir.

22.30 WIB)

Luasnya wilayah perairan Indonesia dengan kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan yang besar menjadikan indonesia sebagai salah satu negara pemasok produk perikanan terbesar dunia. Kontribusi Indonesia dalam memasok kebutuhan produk perikanan dunia diketahui mencapai 30 persen. Peran strategis laut Indonesia sebagai pemasok produk perikanan dunia semakin


(16)

terancam akibat maraknya praktek Illegal Unreported danUnregulated (IUU)

Fishing. Banyaknya praktik penangkapan ikan ilegal dan merusak biota laut

menyebabkan berkurangnya jumlah populasi ikan di wilayah Indonesia. Hal itu berdampak pada menurunnya jumlah ikan hasil tangkapan nelayan dan daerah penangkapan yang semakin meluas kelaut lepas. Akibat sulitnya mendapatkan ikan, banyak nelayan tradisional yang beralih menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti pukat dan cantrang.

Visi pemerintah mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim, pembangunan kemaritiman akan difokuskan pada empat agenda utama, yaitu : pembangunan kedaulatan maritim, pengelolaan sumber daya alam dan jasa kelautan berkelanjutan, pembangunan infrastruktur maritim dan penguatan sumber daya manusia (SDM), iptek, dan budaya maritim. Keempat fokus tersebut akan dikoordinasi dan disinkronisasikan dibawah kementerian koordinator kemaritiman (Menko maritim), sebagai kementrian baru dalam kabinet kerja 2014-2019. Masa depan indonesia berada dilaut. Lantaran itu, pemerintahan Presiden Joko widodo akan terus meneguhkan kedaulatan bahari Indonesia dalam konsep poros maritim dunia. Pernyataan ini tentu sangat menggembirakan bagi masyarakat indonesia, khususnya masyarakat nelayan karena pemerintah menaruh perhatian dan harapan besar bagi mereka demi mewujudkan visi indonesia menjadi negara maritim.

Dilihat dari keseluruhan penduduk Indonesia, sebagian besar penduduk miskin di Indonesia yang berada di wilayah pesisir. Secara geografis nelayan


(17)

adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir , yakni kawasan transisi antara wilayah darat dan laut.Sebagai suatu sistem, masyarakat nelayan terdiri atas kategori-kategori yang membentuk suatu kesatuan sosial. Nelayan juga memiliki suatu sistem nilai-nilai yang menjadi referensi perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai kelompok sosial yang tinggal di daerah pesisir, masyarakat tersebut sangat menggantungkan kelangsungan hidup dari berbagai potensi sumberdaya kelautan. Bagi nelayan, laut bukan hanya merupakan hamparan air yang hanya membatasi daratan, tapi lebih dari itu yakni sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sebagai bangsa bahari, seharusnya kelompok masyarakat yang bermata pencaharian nelayan itu seharusnya tidak miskin.

Nelayan termasuk warga negara Indonesia yang berekonomi lemah, sangat kontras sekali dengan perannya sebagai pahlawan protein bangsa. Lembaga swadaya masyarakat Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) menyebutkan jumlah nelayan ditanah air terus berkurang. Jumlahnya saat ini tersisa 2,2 juta nelayan dari total jumlah penduduk indonesia. Permodalan yang lemah dan kultur kewirausahaan yang tidak kondusif merupakan unsur utama dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat nelayan. Selain permodalan, jumlah tanggungan keluarga juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan nelayan. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak biaya yang dikeluarkan. Hal ini mempunyai pengaruh yang negatif terhadap peningkatan kesejahteraan nelayan. Tingkat kesejahteraan adalah kemampuan dari pendapatan yang diterima untuk digunakan dalam kegiatan konsumsi yang dihitung dalam satu rupiah. Tingkat kesejahteraan nelayan


(18)

dihitung dengan indeks nilai tukar nelayan (NTN). NTN adalah rasio total pendapatan terhadap total pengeluaran rumah tangga nelayan selama satu bulan. Januari 22.55 WIB)

Sektor perikanan tradisional belum ditempatkan sebagai masyarakat maupun komoditas yang memiliki peran penting di bangsa kita. Bahkan yang paling miris adalah kalau kita membaca undang-undang (UU) tentang perikanan. Yang disebut dengan nelayan adalah mereka yang menangkap ikan. Padahal pada kenyataannya nelayan tradisional menjadikan pekerjaan ini sebagai mata pencaharian utama, dan kalau hanya mengandalkan kegiatan menangkap ikan saja bisa dipastikan mereka tidak mendapatkan penghasilan yang cukup baik. Pada tanggal 30 september 2011, DPR telah mengesahkan Rancangan Perubahan Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Lebih dari 40 pasal yang direvisi, namun ketegasan perlindungan dan pemberdayaan terhadap nelayan kecil masih jauh dari harapan. Dalam Undang-Undang perikanan yang lama (Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004), sesungguhnya mengandung beberapa masalah diantaranya adalah persoalan kepentingan nasional, sistem tenurial dan hak asasi nelayan, serta kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir. Namun, masalah-masalah tersebut tidak terselesaikan didalam Undang-Undang pasca revis tanggal 29 Januari 23.10 WIB)

Terbukti, persoalan perlindungan nelayan kecil kurang memihak pada kebijakan perikanan yang baru ini. Terkait dengan nelayan kecil, undang-undang ini hanya meredifinisi, tanpa mencantumkan bagaimana mereka mesti dilindungi


(19)

dan diberdayakan. Padahal, nelayan kecil seharusnya dilindungi dan dipenuhi haknya, baik sebagai produsen pangan maupun sebagai kelompok masyarakat rentan. Bahkan harapan akan ada penegasan perihal larangan alat tangkap yang merusak seperti troll juga tidak muncul. Peralihan profesi nelayan itu terutama karena nelayan tidak punya modal. Nelayan indonesia tidak memiliki perahu sendiri untuk menangkap ikan. Mereka tidak memiliki biaya untuk membeli bahan bakar minyak (BBM), kesulitan memperoleh BBM, dan tidak memiliki biaya untuk keluarga sementara ia pergi melaut. Memandang hal itu, Indonesian

Human Right Committee for Social justice (IHCS) menilai bahwa hasil perubahan

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan masih mengabaikan nelayan kecil. Oleh karenanya, dalam aturannya harus ada penegasan keberpihakan dan pemberdayaan nelayan kecil.

Pulau Nias adalah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas Suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan obyek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman dan lompat batu. Pulau dengan luas wilayah 5.625 km2 ini berpenduduk 700.000 jiwa. Nias saat ini telah dimekarkan menjadi 4 kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat dan Kota Gunungsitoli. Nias merupakan sebuah pulau dan tidak memiliki hubungan daratan dengan daerah lain menjadikan Nias memiliki wilayah laut yang luas, dan sebagian besar ekonomi penduduk khususnya masyarakat nelayan dipesisir bergantung pada hasil laut. Salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduk ekonominya bergantung pada hasil laut di Pulau Nias adalah Kota Gunungsitoli.


(20)

Kota Gunungsitoli adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008, sebagai salah satu hasil pemekaran dari Kabupaten Nias. Dengan luas wilayah 284,78km2. Dengan jumlah penduduk 128.337 Jiwa. Terdiri atas 6 kecamatan dan 101 desa. Kehidupan masyarakat Kota Gunungsitoli sebagian besar mata pencaharian sebagai nelayan. Salah satu desa yang ekonomi masyarakatnya bergantung dari hasil laut adalah Desa Fowa.

Desa Fowa merupakan desa yang dikenal sebagai desa nelayan. Karena hampir seluruh kepala keluarga bahkan pemuda di daerah ini bekerja sebagai nelayan. Desa Fowa memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang cukup besar, hal ini dipengaruhi oleh letaknya berada pada daratan pantai, lereng dan pegunungan. Salah satu potensial sumber daya pesisir dan laut yang paling potensial menopang perekonomian masyarakat Desa Fowa adalah perikanan laut. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat ditempat ini sungguh memprihatinkan. Hal ini dapat dilihat dari sandang, pangan dan papan masyarakat ditempat ini, bisa dikatakan masih jauh dari kata layak.

Nelayan di desa ini biasanya memperoleh penghasilan sekitar 40-50 ribu perhari, itupun jika hasil tangkapan tidak menentu mendapatkan hasil seperti itu. Namun apabila kondisi laut sedang tidak mendukung maka biasanya nelayan tidak memperoleh penghasilan sama sekali. Nelayan di desa ini sepenuhnya menggantungkan hidupnya dari hasil laut, karena nelayan di Desa Fowa ditempat tidak memiliki usaha lain seperti bertani ataupun berdagang . Bagi mereka laut adalah satu-satunya harapan mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup. Nelayan di desa ini beranggapan bahwa rejeki setiap manusia itu


(21)

berbeda-beda, jadi apa yang diperoleh hari ini menjadi rejeki hari ini dan apabila hari esok tidak memperoleh hasil tangkapan tidak masalah berarti belum rejeki. Kebanyakan nelayan di Desa ini tidak berupaya untuk melakukan usaha lain. Mereka terlihat pasrah dengan kondisi yang melilit kehidupan mereka. Pola pikir masyarakat inilah yang menjadi salah satu penyebab kesenjangan sosial ekonomi di desa ini. Pola pikir masyarakat ini dapat disebabkan karena mereka yang

rata-rata mengenyam pendidikan dibangku Sekolah Dasar (SD) dan bahkan sebagian besar yang tidak pernah duduk dibangku sekolah sehingga peluang

mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sektor lainnya kemungkinan sangat kecil.

Desa Fowa seperti tidak tersentuh oleh permerintah setempat. Alat tangkapan ikan yang dipakai masih terbilang sangat sederhana. Nelayan di desa ini mayoritas menggunakan alat tangkapan tradisional. Banyak nelayan yang mengeluhkan kebijakan pemerintah setempat. Seolah-olah desa mereka tidak diperhatikan sama sekali. Jangankan diberi bantuan berupa alat atau dana untuk masyarakat nelayan di desa ini, memberi sosialisasi ataupun pelatihan saja jarang diadakan oleh pemerintah setempat. Mereka tentunya sangat membutuhkan peralatan dan modal untuk berlayar, dalam hal ini mereka membutuhkan suntikan modal dari pihak lain terlebih dari pemerintah setempat.

Nelayan diDesa Fowa dibagi atas 2 kelompok. Pembagian kelompok ini dibentuk pada tahun 2006. Pembentukan kelompok ini berawal dari perhatian pemerintah atas gempa yang terjadi dipulau Nias pada tahun 2005 silam. Bila gempa tidak terjadi maka kemungkinan kecil kelompok nelayan ini tidak akan dibentuk oleh pemerintah setempat. Awalnya kelompok ini bertujuan sebagai


(22)

sarana untuk menyalurkan bantuan tepat sasaran kepada masyarakat nelayan. Hal ini diakui oleh nelayan di Desa Fowa bahwa sesungguhnya bantuan itu berasal dari lembaga-lembaga sosial, yang mana pemerintah hanya sebagai pemberi fasilitas. Namun sekarang ini, kelompok nelayan tersebut kurang berjalan karena awalnya tadi terbentuknya kelompok nelayan di Desa agar mereka mendapatkan bantuan-bantuan akan tetapi seiring berjalan waktu bantuan dari lembaga tadi sudah terhenti serta pemerintah setempat kurang memperhatikan kelanjutan untuk diberikannya bantuan kepada nelayan di Desa Fowa. Kesenjangan sosial yang terjadi pada masyarakat nelayan disebabkan karena kebijakan yang terlalu terkonsentrasi pada pembangunan wilayah darat. Sedangkan pembangunan sektor kelautan kurang mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan sering terpinggirkan. Hal ini tentu saja berdampak negatif bagi kegiatan nelayan yang bertinggal disepanjang pesisir wilayah kota Gunungsitoli. Bila dilihat kontribusi atau peranan sektor-sektor ekonomi di kota Gunungsitoli, peranan sektor pertanian tetap dominan dalam pembentukan PDRB daerah seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya.

Oleh sebab itu penulis mengangkat permasalahan ini sebagai objek penelitian dengan judul “Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan Di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli”


(23)

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka hal-hal yang ingin diketahui dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan “1. Bagaimana Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli”. 2. “Apa Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli”

1.3 Tujuan penelitian

Adapun Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui Gambaran sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis antara lain :

1. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu sosial terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai tinjauan sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

2. Dapat memberikan masukan dan sumber informasi bagi disiplin ilmu sosial terutama pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, mengenai


(24)

fak-faktor yang berkaitan dengan sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

3. Dapat menjadi masukan bagi para peneliti lain yang tertarik meneliti lebih jauh mengenai tinjauan sosial ekonominelayan di Desa Fowa Kecamatan gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

1.4.2 Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, antara lain:

1. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi para nelayan mengenai kondisi sosial ekonominya.

2. Menjadi sumbangan informasi bagi organisasi masyarakat yang mewadahi komunitas nelayan, maupun bagi instasi pemerintah terkait, hingga nantinya dapat memberikan dukungan yang membuat perubahan positif bagi nelayan di desa fowa kecamatan gunungsitoli idanoi kota gunungsitoli.

3. Memberikan masukan dan sumber informasi bagi pembaca, pengamat sosial, dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini mengenai kondisi sosial ekonomi nelayan didesa fowa kecamatan gunungsitoli idanoi kota gunungsitoli.


(25)

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi uraian dan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian, kerangka pemikiran, dan definisi operasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Metode penelitian berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian tehnik pengumpulan data, tehnik analisa data, dan penyajian data

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Berisikan gambaran umum lokasi penelitian yan berhubungan dengan objek yang diteliti

BAB V : ANALISIS DATA

Berisikan uraian pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penilitian


(26)

BAB VI : PENUTUP

Berisikan tentang pokok-pokok kesimpulan dan saran-saran yang perlu disampaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan hasil penelitian


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian Sosial Ekonomi

Keadaan sosial ekonomi orang itu berbeda - beda, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang dan rendah. Pengertian sosial dan pengertian ekonomi jarang di bahas secara bersamaan. Salah satu faktor yang penting untuk membangun masyarakat yang sejahtera adalah melalui pembangunan ekonomi. Sepanjang sejarah manusia terus mencari tahu bagaimana cara sumber daya alam ini dapat digunakan dengan baik. Masyarakat memerlukan sistem pemerintahan yang dapat memenuhi semua kebutuhan anggotonya. Jawaban masyarakat dari keperluan itu menggambarkan nilai-nilai sosial ekonomi yang diikuti masyarakat ketika itu.

Kata sosial berasal dari kata “socious” yang artinya kawan,. Dalam hal ini arti kawan bukan terbatas, Dalam hal ini kawan adalah mereka orang-orang yang ada disekitar dan tinggal dalam satu lingkungan tertentu dan mempunyai sifat yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010) .Sehingga kata sosial sering diartikan sebagai hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat.

Istilah ekonomi sendiri berasal dari kata yunani yaitu “oikos” yang berarti keluarga, maka secara garis besar ekonomi diartikan sebagai aturan rumah tanga atau manajemen rumah tangga.


(28)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ekonomi berarti ilmu-ilmu yang mengenai asas-asas produksi, distribusi dan pemakaina barang serta kekayaan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2010)

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status.

Melly G. Tan mengatakan untuk melihat kondisi sosial ekonomi keluarga atau masyarakat itu dapat dilihat melalui tiga aspek yaitu pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan.

Tiga tingkatan golongan masyarakat berdasarkan kondisi sosial ekonomi, yaitu :

1. Golongan berpenghasilan rendah.Masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal. Untuk memenuhi tingkat hidup yang minimal, mereka perlu mendapatkan pinjaman dari orang lain karena tuntutan kehidupan yang keras, perkembangan anak dari keluarga itupun menjadi agresif. Sementara itu orangtua yang sibuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi tidak sempat memberikan bimbingan dan pengawasan terhadap perilaku anaknya.

2. Golongan berpenghasilan sedang. Masyarkat yang memiliki pendapatan yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok dan tidak dapat menabung.


(29)

3. Golongan berpenghasilan tinggi.Masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan pokok, sebagian dari pendapatan yang diterima dapat ditabung dan digunakan untuk kebutuhan lain ataupun kebutuhan di masa mendatang.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosial ekonomi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat antara lain sandang, pangan, perumahan pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Kehidupan sosial ekonomi harus di pandang sebagai sistem (sistem sosial) yaitu satu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam satu kesatuan.

2.1.2 Indikator Sosial Ekonomi

Keluarga atau kelompok masyarakat dapat digolongkan memiliki sosial ekonomi rendah, sedang dan tinggi. Bersasakan hal tersebut, kita dapat mengklarifikasikan keadaan sosial ekonominya yang dapat dijabarkan sesuai dengan indikator sebagai berikut :

a) Pendapatan

Pendapatan akan mempengaruhi status sosial seseorang terutama akan ditemui dalam masyarakat yang materialis dan tradisional yang menghargai status sosial ekonomi yang tinggi terhadap kekayaan.

Biro pusat statistik (BPS), merinci pendapatan dalam kategori sebagai berikut:


(30)

1. Pendapatan berupa uang yaitu pendapatan :

a) Dari gaji dan upah yang diperoleh dari kerja pokok, kerja sampingan, kerja lembur dan kerja kadang-kadang.

b) Dari hasil usaha sendiri berupa hasil bersih dari usaha sendiri dan penjualan dari kerajinan rumah.

c) Dari hasil investasi yakni pendapatan yang diperoleh dari hak milik tanah. d) Dari keuntungan sosial yakni pendapatan yang diperoleh dari kerja sosial. 2. Pendapatan berupa barang yaitu pendapatan berupa :

a) Bagian pembayaran upah dan gaji yang berbentuk beras, pengobatan, transportasi, perumahan dan rekreasi.

b) Barang yang diproduksi dan dikonsumsi dirumah antara lain pemakaian barang yang diproduksi dirumah dan sewa yang seharusnya dikeluarkan terhadap rumah sendiri yang ditempati.

Berdasarkan penggolongannya, BPS membedakan pendapatan penduduk menjadi 4 golongan yaitu:

1. Golongan Sangat Tinggi : Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih dari Rp. 3.500.000,00 per bulan

2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp.2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per bulan.

3. Golongan Pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata dibawah antara Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.500.000, 00 perbulan.

4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp.1.500.000,00 per bulan


(31)

Undergraduate-22748-BAB%20II.pdf

Berdasarkan kategori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendapatan juga sangat berpengaruh terhadap tingkat ekonomi seseorang. Apabila seseorang memiliki pendapatan yang tinggi, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ekonominya tinggi juga.

di akses pada tanggal 30 Januari 21.00 WIB)

b) Perumahan

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, tersedianya listrik, telepon, jalan yang memungkinkan pemukiman sebagaimana mestinya.

Berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu :

1. Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.

2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.


(32)

3. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.

4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan permukiman yang terdiri atas lebih dari satu satuan permukiman.

5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.

8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan mendapatkan keuntungan.

9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya masyarakat.

10.Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.


(33)

11. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan khusus.

c) Pendidikan

Pendidikan adalah pembelajar sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

Pada dasarnya pengertian pendidikan dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentangSISDIKNAS, yakni:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.Berdasarkan definisi di atas, saya menemukan 3 (tiga) pokok pikiran utama yang terkandung di dalamnya, yaitu:

1. Usaha sadar dan terencana.

2. Mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya.

3. Memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada


(34)

perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap dalam melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

d) Kesehatan

Pengertian kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan bahwapengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit dan kelemahan. Dalam piagam ottawa untuk promosi kesehatan, mengatakan bahwa pengetian kesehatan adalah sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan kesehatan adalah konsep positif menekankansumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik.

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

e) Sandang dan Pangan

Sandang adalah pakaian manusia. Pakaian menjadi kebutuhan primer pertama walaupun manusia tidak bisa hidup tanpa pakaian, tetapi karena manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat sehingga pakaian adalah hal yang paling penting. Sedangkan pangan adalah sumber makanan bagi manusia dan merupakan kebutuhan primer. Pangan meliputi pekerjaan dan hal-hal yang dilakukan dengan tujuan menghasilkan pangan bagi kehidupan. Manusia hidup


(35)

dalam masayarakat dan mebutuhkan pekerjaan dalam menghasilkan kebutuhannya sehari-hari.

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Defenisi Kemiskinan

Kemisikinan merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain seperti : tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, geografis, akses terhadap barang dan jasa serta kondisi lingkungan, Kemiskinan terus mejadi masalah sosial yang fenomenal sepanjang sejarah indonesia.

Kemiskinan merupakan bagian dari masalah sosial, apabila studi masalah sosial dianggap suatu proses maka penanganan kemiskinan sebagai salah satu bentuk masalah sosial selalu terkait dengan pemahaman terhadap latar belakang atau faktor-faktor yag dianggap sebagai sumber masalah. Strategi dan pendekatan dalam menangani masalah akan sangat ditentukan oleh pendekatan yang digunakan dalam memahami latar belakang masalahnya. Treatment dalam menangani kemiskinan akan sangat ditentukan oleh diagnosis yang dilakukan (Soetomo 2008:326).

2.2.2 Aspek-aspek Kemiskinan

Langkah pertama yang tepat dilakukan dalam upaya memahami kemiskinan secara holistik adalah dengan melakukan kajian-kajian dengan aspek-aspek kemiskinan itu sendiri, yaitu :


(36)

Sifat kemiskinan sebagai suatu konsep multi dimensi berakar dari kondisi kehidupan manusia yang beranekaragam. Ditinjau dari segi kebijakan umum, maka kemiskinan ini meliputi aspek-aspek primer, organisasi-organisasi sosial, kelembagaan-kelembagaan sosial, berbagai pengetahuan serta berbagai keterampilan yang dianggap dapat mendukung manusia. Sedangkan aspek sekundernya antara lain miskinnya informnasi , jaringan sosial, dan sumber-sumber keuangan yang kesemuanya merupakan faktor-faktor yang dapt digunakan sebagai jembatan memperoleh sebuah fasilitas yang dapat mendukung upaya mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup.

b) Aspek-aspek kemiskinan saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sebagai konsekuensi logisnya, kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mengakibatkan kemajuan atau kemunduran aspek lainnya. Justru kondisi seperti inilah yang mengakibatkan tidak mudahnya menanalisis kemiskinan itu menuju dalam pemahaman yang komprehensif.

c) Kemiskinan itu adalah fakta yang terukur

Fenomena yang sering ditemukan adalah pendapatan yang diperoleh sekelompok yang bermukim ditempat yang sama namun kualitas individu atau keluarga yang dimiliki mungkin saja berbeda. Kondisi kehidupan manusia memiliki standar yang akuntabel. Kajian kesehatan memiliki kemampuan untuk mengukur kuantitas kalori yang dibutuhkan manusia untuk dapat hidup secara wajar. Lebih jauh lagi, setiap unsur


(37)

makanan dengan jumlah, jenis dan kuantitas tertentu dapat diukur kuantitas kandungan kalorinya yang berguna bagi aktivitas kehidupan manusia. Dengan demikian terdapat standar kehidupan minimum yang semestinya dicapai dan dimiliki oleh manusia. Hal ini mengindikasikan kepada kita bahwa kemiskinan itu benar-benar fakta yang terukur. Demikian terukurnya kemiskinan itu sehingga dapat diklarifikasikan ke dalam berbagai tingkat, seperti :

1. Miskin

2. Sangat miskin 3. Sangat miskin sekali

Demikian halnya dengan BKKBN sering mengklarifikasi kondisi kehidupan masyarakat ke dalam berbagai tingkat seperti:

1. Pra sejahtera 2. Sejahtera 1 3. Sejahtera 2

d) Bahwa yang miskin adalah manusianya, baik secara individual maupun kolektif.

Kita sering mendengar istilah kemiskinan pedesaan (rural proverty), kemiskinan perkontaan (Urban Proverty), dan sebagainya. Berbagai istilah tersebut bukanlah berarti bahwa yang mengalami kemiskinan itu adalah desa atau kota secara an sich. Kondisi desa dan kota itu merupakan penyebab kemiskinan bagi manusia. Dengan demikian pihak yang menderita miskin hanyalah manusia, baik secara individual maupun kelompok, dan bukan wilayah (Siagian 2012:12-15).


(38)

2.2.3 Gejala Kemiskinan

Untuk memahami kemiskinan lebih sering dilakukan dengan cara atau pedekatan lain, seperti melalui gejala-gejala kemiskinan. Salah satu cara dan langkah pemahaman kemiskinan adalah melalui penelusuran gejala-gejala kemiskinan, seperti :

a. Kondisi kepemilikan faktor produksi

Kemiskinan tidak datang secara serta-merta. Demikian halnya dengan pendapatan, juga tidak datang dengan serta-merta. Semuanya melalui saluran, sumber dan protes tertentu. Dengan demikian, salah satu pendekatan untuk mengetahui kemiskinan adalah mengetahui pekerjaan atau mata pencaharian, apa alat atau faktor produksi yang digunakan dan bekerja dalam upaya mendapatkan pencaharian itu. Pemahaman akan berbagai hal tersebutmerupakan jalan bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang atau kelompok orang tersebut miskin atau tidak.

b. Angka ketergantungan penduduk

Secara teoritis memang dikenal banyak sumber pendapatan, seperti hasil usaha atau keuntungan, upah, bunga tabungan dan lain-lain. Namun bagi mayoritas masyarakat, atau satu kalimat yang berlaku secara umum, orang hanya akan memiliki pendapatan jika bekerja. Namun pada kenyataannya, angka ketergantungan pada masyarakat atau keluarga sangat tinggi.


(39)

Laporan dari berbagai institusi sperti Dinas Kesehatan, Puskesmas maupun Rumah Sakit sering menggambarkan status masyarakat. Berbagai kesimpulan diperoleh dari laporan tersebut, antara lain adalah wilayah rawan gizi. Berbagai media massa sering menginformasikan tentang kondisi masyarakat yang kurang gizi. Informasi ini merupakan gejala sangat miskin seseorang atau sekelompok orang. Masalahnya berbagai unsur terdapat dalam kebutuhan pokok, dimana kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang paling utama. Oleh karena itu, tidak terpenuhinya kebutuhan fisik yang mengakibatkan seseorang atau sekelompok orang itu teridentifikasi kekurangan gizi menjadi gejala betapa miskinnya seseorang atau sekolompok orang itu.

d. Pendidikan yang rendah

Di era modern seperti ini, pendidikan dinaggap sebagai sesuatu yang penting. Pendidikan bahkan telah sebagai indikator utama kedudukan dalam masyarakat. Oleh karena itu, wajar jika setiap orang berupaya meraih tingkat pendidikan, bahkan tidak sekedar pendidikan, melainkan pendidikan yang tinggi. Hal ini terjadi karena pendidikan dianggap sebagai alat memenangkan persaingan yang makin hari makin ketat (Siagian 2012:15-19).

2.2.4 Ciri-ciri Kemiskinan

Kemiskinan dapat juga disebutkan sebagai suatu kondisi sosial yang sangat rendah. Kondisi sosial lain dari penduduk miskin biasanya dicirikan oleh keadaan rumah tangga dimana jumlah anggota keluarga banyak, tingkat


(40)

pendidikan kepala rumha tangga dan anggota rumah tangga rendah, dan umumnya rumah tersebut berada di pedasaan.

Dengan menggunakan perspektif yang lebih luas, kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Ketidakmapuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan,sandang,pangan)

2. Ketiadaan akses terhadapkebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan pendidikan, sanitasi air bersih, transportasi)

3. Ketiadaaan jaminan masa depan

4. Kerentanan terhadap goncangan individual maupun masal 5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia

6. Keterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat

7. Ketiadaan akses terhadap lapangan pekerjaaan dan mata pencaharian berkesinambungan

8. Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik maupun mental 9. Ketidakmapuan dan ketidak beruntungan sosial (Soeharto 2009:32).

2.3 Nelayan

2.3.1 Defenisi Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya ( Imron dalam Mulyadi, 2005 :7).


(41)

Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung, menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelola potensi sumberdaya perikanan. Mereka menjadi komponen utama konstruksi masyarakat maritim Indonesia. Dalam konteks ini, nelayan didefinisikan sebagai kesatuan sosial kolektif masyarakat yang hidup di kawasan pesisir dengan mata pencahariannya menangkap ikan di laut, pola-pola perilakunya diikat oleh sistem budaya yang berlaku, memiliki identitas bersama dan batas-batas kesatuan sosial, struktur sosial yang mantap, dan masyarakat terbentuk karena sejarah sosial yang sama.

Sebagai sebuah komunitas sosial, masyarakat nelayan memiliki sitem budaya yang tersendiri dan berbeda dengan masyarakat lain yang hidup di daerah pegunungan, lembah atau dataran rendah, dan perkotaan.Komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara transportasi darat. Sedangkan yang homogen terdapat di desa-desa nelayanterpencil biasanya mengunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu, kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil laut di daerah mereka. Dilihat dari teknologi peralatan tangkap yang digunakan dapat dibedakan dalam dua katagori, yaitu nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata karena penggunaan motor untuk mengerakkan perahu, melainkan juga besar kecilnya motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat tangkap yang digunakan.


(42)

Perbedaan modernitas teknologi alat tangkap juga akan berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka.

Dalam satu keluarga, tiap anggota memiliki peranan masing-masing terutama dalam menjalankan perekonomian keluarga. Suami sebagai kepala rumah tangga adalah penanggungjawab kebutuhan rumah tangga, dan sebagai pencari nafkah, yaitu mencari ikan di laut. Laut bagi nelayan merupakan ladang hidup, dan kehidupannya tergantung dari sumber-sumber kelautan. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan adalah pergi ke laut untuk menangkap ikan, jadi aktivitas nelayan (suami) sebagian besar dihabiskan di laut. Kegiatan yang berkaitan dengan kenelayanan ini dilakukan oleh nelayan tidak hanya di laut, tetapi juga dilakukan pada waktu di darat. Waktu senggang ketika tidak melaut, mereka gunakan untuk memperbaiki perahudan peralatan tangkap (Sumintarsih, 2005:27)

Sesungguhnya nelayan bukanlah suatu identitas tunggal, mereka terdiri dari beberapa kelompok. Dilihat dari segi pemilikan alat tangkap, nelayan dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan juragan, dan nelayan perorangan. Nelayan buruh adalah nelayan yang bekerja dengan alat tangkap milik orang lain. Sebaliknya nelayan juragan adalah nelayan yang memiliki alat tangkap yang dioperasikan oleh orang lain. Adapun nelayan perorangan adalah neyalan yang memiliki peralatan sendiri, dan dalam pengoperasiannya tidak melibatkan orang lain (Mulyadi 2005:7).


(43)

Kemiskinan nelayan terdiri dari atas kemiskinan prasarana dan kemiskinan keluarga. Kemiskinan prasarana dapat diindikasikan pada ketersediaan prasarana fisik di desa-desa nelayan, yang pada umumnya masih sangat minim, seperti tidak tersedianya air bersih, jauh dari pasar, dan tidak adanya aksesuntuk memndapatkan bahan bakar yang sesuai dengan harga standar. Kemiskinan prasarana itu secara tidak langsung juga memiliki andil bagi munculnya kemiskinan keluarga. Misalnya, tidak tersedianya air bersih akan memaksa keluarga untuk mengeluarkan uang untuk membeli air bersih, yang berarti mengurangi pendapatan mereka. Kemiskinan prasarana juga dapat mengakibatkan keluarga yang berada garis kemiskinan (near poor) bisa merosot kedalam keluarga miskin.

Sesungguhnya, ada dua hal utama yang terkandung dalam kemiskinan, yaitu kerentanan dan ketidakberdayaan. Dengan kerentanan yang dialami, orang miskin akan mengalami kesulitan untuk menghadapi situasi darurat. Ini dapat dilihat dari nelayan perorangan misalnya , mengalami kesulitan dalam membeli bahan bakar untuk keperluan melaut. Hal ini disebabkan karena pada sebelumnya tidak ada hasil tangkapan yang bisa di jual, dan tidak ada dana cadangan yang dapat digunakan untuk keperluan mendesak. Hal yang sama juga dialami oleh nelayan buruh, mereka merasa tidak berdaya di hadapan para juragan yang telah memperkerjakannya, meskipun bagi hasil yang diterimanya dirasakan tidak adil (Mulyadi 2005:49).

Menurut Kusnadi kemiskinan nelayan disebabkan oleh faktor-faktor kompleks yang saling terkait satu sama lain. Kusnadi mengkategorikan faktor-faktor tersebut kedalam faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah


(44)

faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi internal sumberdaya manusia nelayan dan aktfitas kerja mereka. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi di luar diri dan aktiitas kerja nelayan. Faktor internal mencakup masalah :

a) Keterbatasan kualitas sumber daya manusia nelayan,

b) Keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan,

c) Hubungan kerja (pemilihan perahu-nelayan buruh) dalam organisasi organisasipenangkapan yang dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh,

d) Kesulitan melakukan diperivikasi usaha penangkapan, e) Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut, dan,

f) Gaya hidup yang dipandang “boros” sehingga kurang berorientasi pada masa depan.

Faktor kemiskinan yang bersifat eksternal mencakup masalah:

a) Kebijakan pembangunan perikanan yang lebih berorientasi pada produktivitas untuk menunjang pertumbuhan ekonomi nasional, parsial, dan tidak memihak nelayan tradisional,

b) Sistem pemasaran hasil perikanan yang lebih menguntungkan pedagang perantara,

c) Kerusakan ekosistem pesisir dan laut karena pencemaran dari wilayah darat, praktek penangkapan dengan bahan kimia, perusakan terumbu karang, dan konversi hutan bakau di kawasan pesisir,

d) Penggunaan peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, e) Penegakan hukum yang lemah terhadap perusak lingkungan,


(45)

f) Terbatasnya teknologi pengolahan hasil tangkapan pascatangkap,

g) Terbatasnya peluang-peluang kerja di sektor nonperikanan yang tersedia di desa-desa nelayan, kondisi alam dan fluktuasi musim yang tidak memungkinkan nelayan melaut sepanjang tahun

h) Isolasi geografis desa nelayan yang mengganggu mobilitas barang, jasa, modal dan manusia (Kusnadi, 2004 : 5-7).

Beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan antara lain : a. Rendahnya tingkat teknologi penangkapan

b. Kecilnya skala usaha

c. Belum efesiennya sistem pemasaran hasil ikan

d. Status nelayan yang sebagian besar adalah buruh (Basri 2007:44) Sementara menurut Raymond Firth kemisikinan nelayan dicirikan paling tidak lima karakteristik.

Pertama, pendapatan nelayan bersifat harian (daily increments) dan jumlahnya sangat sulit untuk ditentukan, dan sangat bergantung pada musim dan status nelayan itu sendiri, dalam arti ia sebagaijuragan. Keadaan demikian mendorong nelayan untuk membelanjakan uangnya segera setelah mendapatkan penghasilan. Implikasinya, nelayan sulit mengakumulasikan modal atau menabung.

Kedua, dilihat dari pendidikannya, tingkat pendidikan nelayan atau anak-anak nelayan umumnya rendah. Kondisi demikian mempersulit mereka dalam memilih atau memperoleh pekerjaan lain, selain meneruskan pekerjaanorang tuanya sebagai nelayan. Sementara itu, anak-anak nelayan yang berhasil mencapai


(46)

pendidikan tinggi. Maupun para sarjana perikanan, enggan berprofesi sebagai nelayan, karena menganggap profesi nelayan sebagai lambang ketidakmampuan.

Ketiga, dihubungkan dengan sifat produksi yang dihasilkan nelayan, maka nelayan lebih banyak berhubungan dengan ekonomi tukar-menukar karena produk tersebut bukan merupakan makanan pokok, selain itu, sifat produk yang mudah rusak dan harus segera dipasarkan, menimbulkan ketergantungan yang besar dari nelayan kepada pedagang. Hal itu membuat harga ikan akan dikuasai oleh pedagang.

Keempat, bidang perikanan membutuhkan investasi besar dan cenderung mengandung resiko yang besar dibandingkan dengan sektor usaha lainnya. Oleh karena itu, nelayan cenderung menggunakan armada dan peralatan tangkap yang sederhana, ataupun hanya menjadi anak buah kapal.

Kelima, kehidupan nelayan yang miskin juga diliputi oleh keheranan, misalnya ditunjukkan oleh terbatasnya anggota keluarga yang secara langsung dapat ikut dalam kegiatan produksi dan ketergantungan nelayan yang sangat besar pada satu mata pencaharian, yaitu menangkap ikan (Sutawi dan David, 2003: 29-32).

2.3.2 Ketidakberdayaan Teknologi dan Ekonomi Nelayan

Dapat dipahami, jika ketergantungan nelayan terhadap teknologi penangkapan itu sangat tinggi. Hal tersebut disebabkan selain kondisi sumber daya perikanan yang bersifat mobile, yaitu mudah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, juga untuk menangkapnya nelayan perlu sarana bantu untuk dapat bertahan lama hidup di atas air.


(47)

Pada umumnya para nelayan masih mengalami keterbatasan teknologi penangkapan. Dengan alat tangkap yang sederahana, wilayah operasi pun menjadi terbatas, hanya di sekitar perairan pantai. Disamping itu, ketergantungan terhadap musim sangat tinggi, sehingga tidak setiap saat nealayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak, yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Akibatnya selain hasil tangkapan menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang dapat diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan karena rata-rata pendapatan per bulan menjadi lebih kecil, dan pendapatan yang diperoleh pada saat musim ikan akan habis dikonsumsi pada saat paceklik.

Selain rendahnya teknologi penagkapan yang dimiliki oleh nelayan pada umumnya, hal lain yang dihadapi nelayan adalah tidak semua nelayan memiliki alat tangkap. Kemampuan untuk meningkatan peralatan sangat di pengaruhi oleh kondisi soial ekonomi seseorang nelayan. Sesuai dengan kondisi ekonominya, peralatan yang mampu dibeli adalah peraltan yang sederhana. Oleh karena itu, untuk mengembangkan alat variasi tangkap bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Akibatnya kemampuan untuk melakukan dan meningkatkan hasil tangkapan menjadi sangat terbatas. Kondisi ini mengakibatkan nelayan mengalami kesulitan untuk dapat melelpaskan diri dari kemiskinan karena kemiskinan yang dialami oleh para nelayan tersebut menjadi semacam lingkaran setan (Mulyadi 2005:49-50).


(48)

2.4 Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian tentang Keadaan Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan Di Desa Kinabuhutan Kecamatan Likupang Barat. Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara pernah dilakukan oleh Martha Wasak program studi Agrobisnis Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi manado dengan hasil penelitian Penduduk Desa Kinabuhutan tercatat 1.089 jiwa di mana 90% beragama islam, berpendidikan formal tamat SD, dan sebagian besar (78,55%) bermatapencaharian sebagai nelayan, dengan menggunakan alat tangkap soma pajeko, pukat pantai dan pancing, di mana sekitar 51% nelayan berpendapatan Rp. 610.000 - Rp 800.000 per bulan, yang berdampak pada rendahnya tingkat kesejahteraan keluarga nelayan. Organisasi sosial dan ekonomi dapat bermanfaat dalam peningkatan taraf hidup dan kualitas hidup masyarakat di desa ini.

Penelitian tentang Kondisi Nelayan Di Kecamatan Sei Tualang Raso Kota Tanjungbalai pernah dilakukan oleh Rudy Fantony Manurung alumni mahasiswa program studi Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dengan hasil penelitian Jenis Alat Tangkap Nelayan Tradisional pada umumnya telah ketinggalan zaman dengan nelayan modern. Sehingga hasil tangkapan yang mereka peroleh sangat terbatas jumlah maupun jenisnya. Hal ini berdampak langsung bagi pendapatan nelayan yang nantinya akan mempengaruhi perekonomian keluarga nelayan tradisional. Frekuensi melaut nelayan sangat dipengaruhi oleh keadaan alam khususnya cuaca, nelayan Tradisional pada umumnya melaut pada siang hari.Tingkat pendapatan nelayan sangatlah rendah bila dibandingkan kebutuhan sehari-hari di zaman sekarang ini.Daya beli mereka rendah, dan pengeluaran untuk pendidikan juga rendah.


(49)

2.5 Kesejahteraan Sosial

Konsep kesejahteraan sosial sebagai suatu program yang terorganisir dan sistematis yang dilengkapi dengan segala macam keterampilan ilmiah, merupakan suatu konsep yang relatif berkembang, terutama di negara-negara berkembang.Masalah-masalah kemiskinan, penyakit dan diorganisasi sosial merupakan masalah sosila yang sudah lama ada disepanjang sejarah kehidupan manusia.Akan tetapi di negara-negara maju dan negara industri sekarang ini, baru kira-kira seratus tahun yang lalu masalah-masalah sosial tersebut dirasakan sangat berat dan mengganggu perkembangan masyarakat, sehingga diperlukan sistem pelayanan sosial yang lebih teratur.Sejak saat itu tanggung jawab pemerintah semakin meningkat bagi kesejahteraan masyarakatnya.

Selaras dengan kemajuan kemajuan dibidang pengetahuan biologi dan sosial maka berkembang pula penelitian dan studi dibidang kesejahteraan manusia, sehingga melahirkan konsep-konsep kesejahteraan sosial, pelayanaan sosial, pekerjaan sosial dan jaminan sosial.

Menurut walteral friedlander kesejahteran sosial adalah sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanansosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standar hidup dan kesehatan dan memuaskan dan relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuannya sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakatnya (Wibhawa dkk, 2010:24)

Undang-undang No. 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial menyatakan bahwa kesejahteran sosial adalh kondisi terpenuhinya kebutuhan


(50)

material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosianya (Siagian dan Suriadi, 2012:107-108)

Berdasarkan pasal 3 UU nomor 11 tahun 2009 tentang penyelenggaraaan kesejahteraan sosial bertujuan untuk :

a) Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup. b) Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

c) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial.

d) Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

e) Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

f) Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial


(51)

2.6 Konsep Penelitian

Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai laut yang luas, dengan potensi sumber daya alam yang besar di dalamnya. Dengan luasnya laut indonesia, membuat negeri kita memiliki potensi kekayaan yang begitu melimpah untuk mensejahterahkan rakyat indonesia.

Nelayan merupakan suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, yang mana tempat tinggal tidak jauh dari aktivitas yang mereka lakukan. Seperti halnya kebanyakan nelayan di Indonesia pada umumnya, nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli mempunyai permasalahan kesejahteraan. Kesejahteraan Nelayan secara sosial ekonomi masih jauh dari harapan. Penghasilan dari menangkap ikan masih belum cukup untuk mensejahterahkan keluarga mereka. Penghasilan yang diperoleh masih belum dapat memenuhi aspek pendidikan anak-anak mereka, belum mampu membiayai perawatan rumah sakit, belum mampu membeli makanan dengan asupan gizi yang layak, sehat dan bermutu bagi keluarga serta belum mampu meningkatkan kesejahteraan mereka dan lain sebagainya.

Faktor keberpihakan pemerintah masih menjadi sesuatu yang sentral penyebab kemiskinan nelayan dan masih banyak nelayan yang menggunakan alat-alat yang kurang menunjang dalam profesi mereka, susah memperoleh modal usaha, sistem pemasaran yang kurang efektif serta minim pengetahuan dan teknologi sehingga membuat keadaan sosial ekonomi nelayan semakin terpuruk .

Konsep merupakan sejumlah pengertian atau ciri-ciri yang berkaitan dengan berbagai peristiwa,objek,kondisi,situasi dan hal-hal lain yang sejenisi. Konsep diciptakan dengan mengelompokkkan objek-objek atau


(52)

peristiwa-peristiwa yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan sejumalah pengertian yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian (Silalahi, 2009:23).

Perumusan konsep dalam suatu penelitian ilmiah menunjukkan bahwa untuk mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti oleh peneliti. Penelti berupaya menggiring para pembaca hasil penelitian itu memaknai konsep sesuai dengan yang di inginkan dan di maksudkan oleh si peneliti, Jadi defenisi konsep adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu peneltitian (Siagian, 2011:136-138). Untuk lebih memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :

1. Sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial maupun ekonomi dan menempatkan sesorang pada kondisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status sosial yang terdiri dari kombinasi pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, serta konsumsi.

2. Kemiskinan dalam penelitian ini adalah suatu fakta dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. 3. Nelayan dalam penenelitian ini adalah suatu kelompok masyarakat yang

kehidupannya tergantung langsung paa hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau budi daya. Mereka pada umumnya tinggal di


(53)

pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatannya.

Dengan penelitian ini nantinya akan diketahui lebih detailnya mengenai Kondisi Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.


(54)

Bagan Alur Pemikiran

Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli

Idanoi Kota Gunungsitoli

Kondisi Sosial Ekonomi Indikator Sosial-Ekonomi : 1. Pendapatan 4. Kesehatan 2. Perumahan 5. Sandang 3. Pendidikan 6. Pangan

Faktor-Faktor yang berkaitan dengan Nelayan di Desa Fowa

: 1. Teknologi

Penangkapan 2. Modal Usaha 3. Sistem

Pemasaran 4. Peran


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan menggambarkan atau mendeskrisikan obyek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variable penelitian itu berinterakasi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian ini penulis ingin menggambarkan bagaimana tinjauan sosial ekonomi nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Fowa Kecamatan Gunugsitoli Idanoi Kota Gunugsitoli. Alasan Peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena peneliti ingin mengetahui kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menjadi nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli dan merupakan salah satu desa yang mayoritas profesinya sebagai seorang nelayan.

3.3. Unit analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis merupakan hal penting ketika melakukan analisis data penelitian, karena menjadi faktor utama untuk mendapatkan informasi dan data yang akurat di lapangan.Dalam pengertian yang lain, Unit analisis diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan fokus/ komponen yang diteliti. Unit


(56)

analisis ini dilakukan oleh peneliti agar validitas dan reabilitas penelitian dapat terjaga, Karena terkadang peneliti masih bingung membedakan antara objek penelitian, subjek penelitian dan sumber data.Unit analisis suatu penelitian dapat berupa individu, kelompok, organisasi, benda, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan fokus permasalahannya.

Berdasarkan penelitian di atas, maka yang akan menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah:

- Nelayan yang berada di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

- Pihak-pihak yang berhubungan dengan nelayan di Desa Fowa, yaitu pemerintah setempat.

3.3.2 Informan

Mengingat jumlah unit analisis cukup banyak, maka data diambil dari beberapa sumber yang disajikan sebagai sumber informan. Subjek yang telah tercermin dalam focus penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek penelitian ini menjadi informan yang memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama penelitian. Dalam penelitian ini informan ada 2 (dua) jenis, yaitu:

a. Informan kunci yaitu nelayan yang berada di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli berjumlah 4 orang. Terdiri dari ketua kelompok nelayan serta 3 orang nelayan tradisonal yang telah lama berdomisili di Desa Fowa.

b. Informasi tambahan yaitu Kepala Desa Fowa yang sekaligus berprofesi sebagai penggalas ikan.


(57)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dala mpenelitian, karena tujuan utama penelitian adalah untuk mendapatakan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data ditetapkan (Sugiyono,2005:308)

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikutnya :

a) Studi Kepustakaan

Studi pustaka adalah proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber kepustakaan, sepertti buku, surat kabar, jurnal, dan bahasa tulisan lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang dihasilkan dari studi kepustakaan merupakan data primer.

b) Studi lapangan

Studi Lapangan yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yag berkaitan dengan subyek penelitian yakni: 1. Observasi, yaitu mengumpulkan data mengenai gejala tertentu yang

dilakukan dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang menjadi sasaran penelitian. Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan-kegiatan maupun aktivitas yang dilakukan


(58)

para nelayan di Desa Fowa. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan keterangan yang diberikan dengan situasi yang terjadi sebenarnya. 2. Wawancara mendalam, yaitu mengumpulkan data dengan

mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan respondenrepresentatif yang bertujuan untuk melengkapi data dan menganalisa masalah yang ada dan diperlukan dalam penelitian ini. Jenis wawancara yang peneliti lakukan adalah wawancara terpimpin dimana tanya jawab dilakukan dengan terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian menggunakan metode kualitatif, yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajarai data, menelaaah menyususn dalam suatu satuan yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan serta mendefenisikannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan peneliti (Moleong, 2007:242).

Selain itu data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif, artinya untuk analisi data tidak diperlukan model uji statistik dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan lebih ditujukan sebagai tipe penelitian deskriptif. Kutipan hasil wawancara dan observasi sejauh mungkin akan ditampilkan untuk mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.


(59)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Kondisi Desa 4.1.1 Sejarah Desa

Desa Fowa adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Gunugnsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli. Nama Desa Fowa dulunya berasal dari nama kayu Afoa, maka menurut penuturan tokoh adat dan masyarakat bahwa dengan penemuan nama kayu tersebut nama Desa dinamakan Desa Fowa. Ada 3 sungai yang mengelilingi dan melintasi Desa Fowa yaitu : Sungai Fowa, Sungai Salikhi, dan Sungai Bondawa. Asal usul Desa Fowa adalah Orang Nias Asli, suku Padang dan suku Aceh yang telah lama berdomisili di Desa Fowa maka terbentuklah sebuah Desa yang dipimpin oleh seorang Kepala Desa.

4.1.2 Demografi

Desa Fowa terletak di dalam wilayah Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli Provinsi Sumatera Utara yang berbatasan dengan :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Siwalubanua-II Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli.

• Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Idanotae Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli


(60)

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tetehosi-I Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli

Luas wilayah Desa Fowa adalah 2.54 Ha dimana berupa daratan yang bertopografi berbukit-bukit, dan daratan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian dan perkebunan, sebagaimana Desa-Desa lain di Indonesia mempunyai iklim Kemarau dan Penghujan.

4.1.3 Keadaan Sosial

Penduduk Desa Fowa berasal dari masyarakat Suku Nias, Padang dan Aceh yang turun-temurun sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong-royong dan kearifan lokal sudah dilakukan oleh masyarakat sejak adanya Desa Fowa dan secara efektif menghindari adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat. Desa Fowa mempunyai jumlah penduduk 586 jiwa yang terbagi dalam 2 (dua) wilayah dusun dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1 Penduduk Desa Fowa

No. Dusun Jumlah KK L P Jumlah

1. Dusun I 67 145 152 297

2. Dusun II 59 140 149 289

Jumlah 126 285 301 586


(61)

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui komposisi penduduk Desa Fowa berjumlah 586 jiwa, seta jumlah penduduk laki-laki berjumalah 285 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 301 jiwa.

4.1.4 Tingkat Pendidikan

Untuk melihat tingkat pendidikan penduduk di Desa Fowa dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2

Keadaan Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Presentase (%)

1. Tamat SD 107 Org 55,15

2. Tamat SLTP 27 Org 13,91

3. Tamat SLTA 33 Org 17,01

4. D-II/D-III 10 org 5,15

5. Sarjana 17 org 8,76

Jumlah 194 100

Sumber :Kepala Desa Fowa, 2014

Secara umum tingkat pendidikan penduduk di Desa Fowa paling banyak adalah tamat Sekolah Dasar(SD) sekitar 55,15% , dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk masih tergolong rendah dengan minimnya penduduk yang mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan rincian tamatan D-II/D-III 5,15% dan Sarjana (S1) 8,76%.


(62)

4.1.5 Mata Pencaharian

Desa Fowa merupakan Desa Perikanan maka sebagaian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan selengkapnya sebagai berikut:

Tabel 3 Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (KK) Presntase (%)

1. Nelayan 71 56,34

2. Pedagang 12 9,52

3. PNS 14 11,11

4. Buruh/Petani 29 23,01

Jumlah 126 100

Sumber :Kepala Desa Fowa, 2014

Dari tabel dapat dilihat bahwa jenis mata pencaharian di sektor nelayan merupakan mayoritas pekerjaan dari penduduk di Desa Fowa yang mencapai 56,34% dan selebihnya adalah petani/buruh 23,01% , PNS 11,11% dan pedagang 9,52%.

4.1.6 Sarana dan Prasarana

Kondisi sarana dan prasarana umum Desa Fowa secara garis besar adalah sebagai berikut :


(63)

Tabel 4

Sarana dan Prasarana Desa

No. Sarana/Prasarana Jumlah

1. Puskesmas 1 Unit

2. Mis Muhamadiyah 1 Unit

3. Balai Desa` 1 Unit

4. PUD Sakinah 1 Unit

5. TK ABA 1 Unit

6. Mesjid Al-Iman 1 Unit

7. Kantor Urusan Agama 1 Unit

Sumber : Kepala Desa Fowa, 2014

Secara umum kondisi sarana dan prasarana di Desa Bowa masih sangat terbatas khususnya di bidang pendidikan ditandai dengan hanya adanya Sekolah Dasar sehingga anak-anak dari penduduk Desa Fowa harus ke Desa atau Daerah lain jika ingin melanjutkan sekolah anaknya ke jenjang yang lebih tinggi.

4.2 Kondisi Pemerintah Desa 4.2.1 Pembagian Wilayah Desa

Pembagian wilayah desa dibagi menjadi 2 (dua) Dusun dan masing-masing Dusun tidak ada pembagian wilayah pertanian dan perkebunan, sementara pusat Desa berada di Dusun II, setiap Dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun.


(64)

4.2.2 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa (SOPD)

Struktur Organisasi Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli Idanoi menganut Sistem Kelembagaan Pemerintahan Desa, selengkapanya di sajikan dalam gambar sebagai berikut :

Perangkat Desa Fowa

KAUR Pemerintahan Yuswan

KAUR Umum Aimansyah Gulo

KAUR Pembangunan Meiman Tanjung

Kepala Dusun I Dharmawangsa Tanjung

Kepala Dusun II Azwar Tanjung Kepala Desa

Fardinafis Gea

Sekretaris Desa Ruskin Gea


(65)

4.3 Potensi Desa Fowa

Adapun beberapa potensi dari Desa Fowa dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 5

No. Bidang Potensi

1. Pendididikan • Ada Gedung Sekolah Dasar (Mis Mohamadiyah). • Adanya Guru SD.

• Adanya Guru PAUD.

• Adanya Siswa dan calon Siswa untuk TK dan SD.

2. Kesehatan • Adanya Puskesmas.

• Adanya Sumber Mata Air Bersih dari Sumur Gali dan Sungai.

• Adanya Tenaga Medis.

3. Saran dan Prasarana

• Adanya Jalan Umum skala Kabupaten/Kota. • Adanya Jalan Desa penghubung antar Dusun • Adanya Balai Desa

4. Sosial dan Budaya

• Adanya Lapangan Bola Kaki/Voli dan Bulutangkis.

5. Koperasi dan Usaha

Masyarakat

• Adanya Kelompok SPP • Adanya bengkel motor. • Adanya usaha dagang. • Adanya usaha moubeler.


(66)

• Adanya usaha ayam potong/ras

• Adanya masyarakat yang memelihara hewan ternak berupa ayam kampung dan kambing. • Adanya pandai besi.

• Adanya usaha masyarakat berupa jahit menjahit.

6. Pemerintahan • Struktur aparatur Desa lengkap • Struktur BPD lengkap.

• Sekretaris Desa.


(67)

BAB V ANALISIS DATA

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dilapangan melalui observasi dan teknik pengumpulan data wawancara mendalam kepada informan yakni informan kunci dan informan tambahan, peneliti berhasil mengumpulkan informan sebanyak 4 informan kunci dan 1 informan tambahan. Peneliti berhasil mendapatkan data informasi mengenai Tinjauan Sosial Ekonomi Nelayan di Desa Fowa Kecamatan Gunungsitoli Idanoi Kota Gunungsitoli. Melalui wawancara mendalam terhadap semua informan diperoleh data mengenai kondisi sosial ekonomi masyarakat nelayan berdasarkan dari pendapatan, perumahan, pendidikan, kesehatan, sandang dan pangan, serta faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi nelayan. Untuk melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka penulis mencoba menguraikan beberapa poin-poin terhadap permasalahan dengan petikan hasil wawancara serta narasi penulis tentang data-data tersebut.

5.1 Informan Kunci 5.1.1 Informan I

Nama : Ali Rajab Bate’e

Usia : 41 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Suku : Nias


(68)

Jumlah Anak : 5 Orang

Pendidikan : Tamat SD

Pria kelahiran fowa, 03 Februari 1974 ini telah menjalankan profesi nelayan kurang lebih dari 25 tahun lamanya. Awal Bapak Ali menekuni profesi sebagai nelayan di dasari mengikuti profesi orang tuanya dulu yang berprofesi juga sebagai nelayan dan sejak memulai menekuni profesi sebagai nelayan tidak pernah menggeluti profesi lain sebelumnya. Ia juga merupakan ketua kelompok nelayan di Desa hingga sekarang. Di dalam keluarga, Bapak Ali merupakan tulang punggung dari keluarga yang mana istrinya hanya sebagai ibu rumah tangga dan memiliki 5 orang anak yang masih duduk di bangku sekolah, yang tertua baru selesai Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan yang paling bungsu duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas I.

Dalam menjalankan profesinya, Bapak Ali biasanya melaut hampir tiap hari jika cuaca mendukung dan di mulai kira-kira pukul 05.00 Wib pergi melaut hingga pukul 11.00 Wib. Setiap pagi pun Bapak Ali harus mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk keperluan melaut, bensin untuk perahu dan bekal yang digunakan seperti sebungkus rokok dan kopi menemani waktunya dalam mencari ikan di laut. Dalam sekali jalan, biaya bensin yang diperlukan sekitar Rp. 30.000. Beliau menggunakan perahu sendiri yang tergolong sederhana karena ukurannya yang tidak begitu besar sehingga dapat dikatakan tergolong nelayan tradisional. Alat tangkap yang digunakan masih sederhana berupa alat pancing dikarenakan minimnya modal untuk membeli sebuah jaring ikan namun dengan alat pancing pun dirasanya sudah cukup untuk menangkap ikan di laut.


(69)

Kebutuhan ekonomi merupakan hal yang mendasar dibutuhkan oleh sebuah keluarga, dengan pendapatan yang besar maka kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Hal tersebut juga dirasakan Bapak Ali yang dengan profesinya sebagai nelayan yang tidak menentu pendapatan yang bisa di dapatkan setiap harinya dari melaut. Dalam sebulan, Ia mengaku rata-rata pendapatan yang bisa di dapatkan dalam melaut Rp. 1.000.000. Namun kalau dihitung tiap harinya hasilnya tidak menentu. Memang hampir setiap harinya Bapak Ali pergi melaut jika kondisi cuaca memungkinkan namun terkadang dalam sehari bisa tidak mendapatkan hasil sama sekali.

Pendapatan dari hasil melaut pun terkadang tidak ada sisa yang bisa di tabung karena semakin tingginya harga bahan pokok serta kebutuhan hidup sehari-harinya sehingga hampir seluruh pendapatan yang di dapat hampir digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, namun jika ada pendapatan yang lebih akan di simpan untuk keperluan mendadak semisalnya jika Ia tidak bisa melaut dikarenakan faktor cuaca yang tidak mendukung atau kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan untuk perlu melaut maka uang lebih daril hasil melaut tadi dapat digunakan untuk menutupi kebutuhan mereka selama beliau tidak pergi melaut.

Meskipun dengan pendapatan yang di rasa belum dapat mencukupi kebutuhan keluarganya, namun Bapak Ali dan keluarga harus mampu membagi-membagikan pendapatan tersebut untuk memenuhi kebutuhan mereka. Hasil dari menangkap ikan tidak langsung di jual kepada masyarakat namun diberikan kepada penggalas ikan untuk di jual ke masyarakat. Terkadang hasil dari melaut tidak laku terjual baik kepada penggalas ataupun masyarakat maka ikan tersebut


(1)

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : Rafika aditama

Soeharto, Edi.2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat (Kajian Strategis Pembangunan Ilmu Kesejahteraan Sosial dan pekerjaan sosial). Bandung : Reflika

Soetomo.2008. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sugiyono.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sumintarsih, dkk. 2005. Kearifan Lokal di Lingkungan Masyarakat Madura. Yogyakarta: Kemenbudpar.

Sutawi dan David Hermawan. 2004. Polemik Kemiskinan Nelayan: Mengurai Benang Kusut Kemiskinan (Penyunting: Kusnadi). Bantul: Pustaka Jogja Mandiri

Wibhawa, Budhi, Santoso T. Raharjo, Meilanny Budiarti S. 2010. Dasar-Dasar Pekerjaan Sosial Pengantar Profesi Pekerjaan Sosial. Bandung : Widya Padjajaran

Sumber Lain

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan


(2)

Sumber Online

Hukum Online. Undang-Undang Perikanan. diakses pada tanggal 29 Januari 23.10 Wib da

Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam jaringan. 2010.Jakarta

Februari 2015 pukul 13.00 WIB

Kementrian Sosial. Undang-Undang Kesejahteraan Sosial No 11 Tahun 2009 . Diakses

pada tanggal 3 Februari pukul 12.45 Wib dari

KKP. (2015, 04 Februari).Indonesia Pasok 30 Persen Produk Perikanan Dunia.Diakses pada tanggal 29 Januari 2015 pukul 22.40 Wib dari

Republika. (2013, 13 April) . Jumlah Nelayan Indonesia Tinggal Dua Juta.Diakses pada tanggal 29 Januari Pukul 22.30 Wib dar

Universitas Negeri Medan. Pengertian Status Sosial Ekonomi.Diakses pada tanggal 30

Januari 21.00 Wib dar


(3)

Gambar 1. Informan Pertama ( Ali Rajab Bate’) sedang meminum air usai dari melaut.

Gambar. 2 Informan pertama (Ali Rajab Bate’e) sedang mengangkat hasil tangkapan bersama beberapa masyarakat serta penggalas ikan.


(4)

Gambar 3. Informan Kedua (Buyu aro Gea) yang memakai kaos putih serta topi sedang memeriksa kondisi perahunya.

Gambar 4. Informan Ketiga (Faduhu Gea) Sedang menghitung hasil tangkapan yang beliau dapat.


(5)

Gambar 5. Informan Keempat (Meiman Zebua) pergi untuk memasarkan hasil tangkapannya ke masyarakat.


(6)

Gambar 7. Nelayan di Desa Fowa saling membantu untuk menarik perahu nelayan lainnya yang baru tiba dari melaut.