Fungsi Kesenian Cepetan HASIL DAN PEMBAHASAN
                                                                                Pertunjukan  dibuka  dengan  pengantar  cerita  menggunakan  bahasa  Jawa tentang  sejarah  kesenian  Cepetan.  Setelah  pengantar  cerita  selesai,  para  penari
keluar  dengan  penggambaran  Babad  hutan  Curug  Bandung,  para  penari memegang properti kudhi.
Gambar 3. Gerak Babad Alas sebagai penggambaran babad alas Curug Bandung yang menggunakan properti kudhi  Foto : Bayu, 2014
Kemudian keluarlah hewan-hewan yang ada di hutan Curug Bandung yang diiringi  dengan  gendhing  malangdui.  Disusulah  keluarnya  para  buto  yang
membuat petani ketakutan dan diiringi dengan gendhing godril. Hingga para buto bersenang-senang  dengan  gerak  jogedan  yang  diiringi  dengan  gendhing  ricik-
ricik.
Gambar 4. Gerak Jogedan, para buto bersenang-senang diiringi gendhing ricik- ricik Foto : Bayu, 2014
Berdasarkan  kenyataan  itu,  petani  memiliki  siasat  untuk  mengatasi  hal tersebut  dengan  memasang  sesaji  untuk  mengatasi  rasa  takut.  Dengan  diiringi
gendhing  Sisulangsih  Sulandono  penghuni  hutan  takluk  kepada  petani  yang membawa  sesaji.  Kemudian  para  penghuni  hutan  bersenang-senang  memakan
sesaji.  Ketika  para  penghuni  hutan  sedang  bersenang-senang,  petani  masuk  dan terjadi perkelahian antara sosok manusia dengan  berbagai  macam  makhluk  halus
dan  penghuni  hutan.  Diakhiri  dengan  kemenangan  tokoh  manusia  dan menyingkirnya para penghuni hutan yang diiringi dengan gendhing ayak-ayak.
Gambar 5. Gerak jengkeng membentuk pola lingkaran, penggambaran para penghuni hutan takluk dengan petani yang membawa sesaji
Foto: Bayu, 2014
2. Pola Lantai Pola  lantai  yang  digunakan  sangat  sederhana,  pada  gerak  lumaksono
bagian  pembuka  saat  keluarnya  semua  para  penari  membentuk  pola  lingkaran. Pada  ragam  gerak  babad  menggunakan  pola  lantai  trapesium.  Pada  bagian  jejer
saat  keluarnya  para  buto  dan  melakukan  gerak  muryani  busono  menggunakan pola  lantai  horizontal.  Ketika  tokoh  petani  membawa  sesaji,  para  buto  jengkeng
membentuk pola lingkaran. 3. Tempat pertunjukan
Kesenian  Cepetan  ditampilkan  ditempat  terbuka,  antara  penari  dan penonton  tidak  ada  jarak  sehingga  dapat  dinikmati  oleh  orang  banyak.  Kesenian
ini  dapat  ditampilkan  di  halaman  rumah  ketua  kesenian  Cepetan  Bapak