ANALISIS RESPON PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP GUNCANGAN INSTRUMEN MONETER DI INDONESIA (PERIODE 2002:Q1-2014:Q4)

(1)

ABSTRACT

ANALYSIS OF ECONOMIC GROWTH RESPONSE TO SHOCKS MONETARY INSTRUMENTS IN INDONESIA

(PERIOD 2002: Q1-2014: Q4) By

Ayuni Dina Tiara

The purpose of this study is to analyze the response of economic growth is affected by shocks independent variables, which are: SBI interest rates, deposit rates, lending rates for working capital, investment credit interest rate and interest rates on consumer credit. This study uses data time series period 2002: Q1-2014: Q4. The analytical tool used is multiple regression tool with method Vector Error Correction Model (VECM). Results from this study showed that the SBI interest rate and significant negative effect on economic growth, while also working capital loan interest rate is also a significant negative effect. While the interest rate for investment credit and consumer credit interest rates had no significant effect. Keyword: Economic growth, SBI interest rate, deposit rate, lending rate for working capital, investment credit interest rate, interest rates on consumer credit.


(2)

ABSTRAK

ANALISIS RESPON PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP GUNCANGAN INSTRUMEN MONETER DI INDONESIA

(PERIODE 2002:Q1-2014:Q4)

Oleh Ayuni Dina Tiara

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis respon pertumbuhan ekonomi yang dipengaruhi oleh guncangan variabel bebas, yaitu : suku bunga SBI, suku bunga deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi. Penelitian ini menggunakan data time series periode 2002:Q1-2014:Q4. Alat analisis yang digunakan adalah alat regresi berganda dengan metode VectorError Correction Model (VECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan siginifikan

terhadap pertumbuhan ekonomi, selain itu juga suku bunga kredit modal kerja juga berpengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi tidak berpengaruh signifikan.

Kata Kunci: Pertumbuhan Ekonomi, Suku Bunga SBI, Suku Bunga deposito, Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Suku Bunga Kredit Investasi, Suku Bunga Kredit Konsumsi.


(3)

ANALISIS RESPON PERTUMBUHAN EKONOMI

TERHADAP GUNCANGAN INSTRUMEN MONETER DI

INDONESIA

PERIODE 2002:Q1

2014:Q4

Oleh Ayuni Dina Tiara

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA EKONOMI

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

INDONESIA PERIODE 2002:Q1-2014:Q4

(Skripsi)

Oleh Ayuni Dina Tiara

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

Gambar Halaman

1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi ... 6

2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Deposito ... 8

3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja ... 9

4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Investasi ... 10

5. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Konsumsi ... 11

6. Kerangka Pemikiran ... 16

7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ... 25

8. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter SebagaiBlack Box ... 25

9. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga ... 32

10. Kurva IS ... 36

11. Kurva LM ... 37

12. Proses Pembentukan VAR ... 39


(6)

Tabel Halaman

1. Penelitian Terdahulu ... 42

2. Nama Variabel, Satuan Volume dan Sumber Data ... 43

3. Hasil Uji Stasioneritas ADF pada tingkatLevel. ... 55

4. Hasil Uji Stasioneritas padaFirst Difference... 56

5. Hasil PenentuanLag ... 57

6. Hasil Uji VAR ... 57

7. Hasil uji kointegrasi Johansen ... 58

8. Hasil estimasi ECM ... 59

9. Hasil ujiimpulse responses ... 66

10. Ringkasan hasil ujiimpulse respons ... 72


(7)

(8)

(9)

(10)

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah mengetahui apa

yang kamu kerjakan.”

( Al- Mujadilah : 11 )

“ Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.”

( Evelyn Underhill )

“Berjuanglah tanpa menyingkirkan orang lain dan naiklah tinggi tanpa menjatuhkan orang lain”.


(11)

Dengan puji syukur kepada Allah SWT dan nabi besar Muhammad SAW, kupersembahkan karya yang sederhana ini dengan segala ketulusan dan

kerendahan hati kepada:

Almamater tercinta Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Papa dan Mamaku tercinta Djamaluddin dan Lucky Sulistyawati yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, yang selalu memberikan semangat

dan dukungan, serta mendoakan keselamatan, kesehatan dan kesuksesanku. Serta H.S.S Der Moga Barita Raja Muhammad Syukur


(12)

Nama lengkap penulis adalah Ayuni Dina Tiara, penulis dilahirkan pada tanggal 20 September 1993 di Bandar Lampung. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan Djamaluddin dan Lucky Sulistyawati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SDN I Langkapura Bandar Lampung pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2008 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2011.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas lampung jurusan ekonomi pembangunan melalui jalur Seleksi Ujian Mandiri. Pada tahun 2013 penulis melakukan kuliah kunjungan lapangan (KKL) ke Bank Indonesia, Kementrian Keuangan dan Badan Kebijakan Fiskal. Pada Agustus 2014 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kelurahan Sumber Agung, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung.


(13)

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsiyang berjudul “Analisis Respon Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Guncangan Instrumen Moneter Di Indonesia (Periode 2002.Q1–

2014.Q4)”sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.E.P. selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. 4. Bapak Dr. Saimul, S.E., M.S.i selaku Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan perhatian, motivasi, semangat dan sumbangan pemikiran kepada penulis demi


(14)

memberikan saran, pengetahuan nasihat, motivasi dan semangat kepada penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Dorothy Rouli, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing, memberikan perhatian dan semangat selama menjadi

mahasiswa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

7. Ibu Dr. Tiara Nirmala, S.E., M.si, Ibu Emi Maimunah, S.E., M.S.i, Ibu Zulfa Emalia, S.E., M.S.i, Ibu Nurbetty, S.E., M.S.i , Ibu Irma, S.E., M.S.i dan Bpk Imam Awaludin S.E., M.S.i, serta seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan ilmu dan pelajaran yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

8. Papa dan Mama tercinta, Djamaluddin dan Lucky Sulstyawati. Terima Kasih atas Cinta dan Kasih sayang serta dukungan yang diberikan selama ini, kesabaran serta doa yang tidak pernah lelah demi yang terbaik untuk anak-anaknya.

9. Kakak-kakakku tersayang Arya Anja, Aryadi Citra, Ardyana L.F, Amina Ratri Ayushanty. Terimakasih atas dukungan, semangat dan motivasi untuk terus berjuang.

10. Sahabat-sahabat terbaik Deftiana, Caca, Mule, Suci, Glady yang selalu memberikan semangat, doa, dukungan, membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(15)

Devin, Yoga, Ginov, Yessy,Winda, Ika, Edo, Nanang, Butet, Irma, Devy, Rosy, Zahara, Tria, Indah Fajriati, Indah permata, Duwi,Yudi, Fadil, Buero, Nurul, Asih, Gita Levi, Gella,Windy, Dianita serta seluruh teman-teman

EP’11 yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena keterbatasan yang ada.

Terimakasih atas segala dukungan dan semangatnya selama ini.

12. Keluarga KKN Tematik Desa Sumber Agung. Bagus, Alwi, Dayat, Anton, Daniar, Laras, Ayu, Vivi, Lili, Dini, Sari, Arif (alm), Rio, Adi, Yori, Ega, Rafiq.

13. Sahabat-sahabatku Anis Riski, Ratih Apriyani, Rastri, Bella Viranda, Devyna, Novianti yang selalu memberikan keceriaan, semangat dan dukungan yang memotivasi.

14. Seluruh staf Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ekonomi Pembangunan, khususnya Ibu Hudaiyah, Mas Feri, Ibu Yati, Mas Usman,Mas Ma’ruf. 15. Kakak dan Adik tingkat EP 2009,2010, 2012, 2013, 2014. Mba Inaya , Puspa,

Gerry dan yang lain maaf tidak dapat disebutkan satu-persatu.

16. Teman-teman Surveyor Bank Indonesia Gita Juhri, Fiona, Selvi, Merry, Dina. 17. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini


(16)

bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 26 Oktober 2015 Penulis,


(17)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR TABEL... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 13

E. Kerangka Pemikiran... 14

F. Hipotesis ... 16

G. SistematikaPenulisan ... 17

II. TINJAUAN PUSTAKA . ... 19

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 19

B. Teori Keynes ... 20

C. Kebijakan Moneter... 21

a. Definisi Kebijakan Moneter... 21


(18)

1. BI rate ... 27

2. Suku Bunga SBI... 28

3. Suku Bunga Deposito ... 30

4. Suku Bunga Kredit Modal Kerja... 30

5. Suku Bunga Kredit Investasi... 31

6. Suku Bunga Kredit Konsumsi... 31

E. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga... 31

F. Model IS-LM... 34

G. Error Correction Model... 38

H. Studi Empirik... 40

III. METODE PENELITIAN... 43

A. Jenis dan Sumber Data. ... 43

B. Definisi Variabel . ... 44

C. Prosedur dan Metode Analisis . ... 46

1. Uji Stasionaritas (Unit Root Test) . ... 46

2. Penenetuan Lag Optimum . ... 47

3. Uji Stabilitas VAR . ... 48

4. Uji Kointegrasi , ... 48

5. Error Correction Model ... 49

6. Impulse Response Function. ... 51

7. Variance Decomposition ... 51


(19)

IV. HASIL & PEMBAHASAN... 55

A. Uji Stasioneritas... 55

B. Uji Lag Optimum ... 56

C. Uji Stabilitas Var ... 57

D. Uji Kointegrasi Johansen ... 58

E. Hasil Estimasi ECM ... 59

F. Uji Impulse Response ... 65

G. Uji Variance Decomposition ... 72

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Simpulan ... 75


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral yang berperan penting dalam suatu perekonomian. Peran kebijakan tersebut dilihat dari kemampuannya dalam mencapai sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, perluasan kesempatan kerja, dankeseimbanganneraca pembayaran. Salah satu sasaran yang menjadi tolak ukur kemampuan perekonomian dalam suatu negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Tak terkecuali untuk negara berkembang seperti Indonesia, pertumbuhan ekonomi masih menjadi pusat perhatian. Oleh karena itu , sering kali hal ini menjadi sasaran akhir kebijakan moneter.

Sesuai dengan UU No. 23 Tahun 1999 yang telah diamandemen dengan UU No. 3 Tahun 2004, tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah, yaitu kestabilan harga (inflasi) dan nilai tukar rupiah ( Warjiyo, 2004).

Dalam instrumen moneter juga terdapat lima saluran transmisi kebijakan moneter yang dapat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan. Lima saluran itu diantaranya adalah saluran uang, saluran kredit, saluran suku bunga, saluran nilai tukar dan ekspetasi inflasi.


(21)

Mekanisme transmisi moneter dimulai dari tindakan bank sentral dengan

menggunakan instrumen moneter operasi pasar terbuka (OPT) atau yang lain, dalam melaksanakan kebijakan moneternya. Tindakan itu kemudian ,berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi dan keuangan melalui berbagai saluran transmisi kebijakan moneter. Di bidang keuangan, kebijakan moneter berpengaruh terhadap

perkembangan suku bunga, nilai tukar dan harga saham di samping volume dana masyarakat yang disimpan di bank, kredit yang disalurkan bank kepada dunia usaha, penanaman dana pada obligasi, saham maupun sekuritas lainnya. Sementara itu, di sektor ekonomi riil kebijakan moneter selanjutnya mempengaruhi perkembangan konsumsi, investasi, ekspor-impor, hingga pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang merupakan sasaran akhir kebijakan moneter.

Untuk mencapai sasaran tersebut terdapat tiga faktor yang mempengaruhinya yaitu: (i) Perubahan perilaku bank sentral, perbankan, dan para pelaku ekonomi dalam

berbagai aktivitas ekonomi dan keuangannya.

(ii) Lamanya tenggat waktu (lag)sejak kebijakan moneter ditempuh sampai sasaran inflasi tercapai.

(iii) Terjadinya perubahan pada saluran-saluran transmisi moneter itu sendiri sesuai dengan perkembangan ekonomi dan keuangan di Negara yang bersangkutan.

Dengan transmisi kebijakan moneter ke pertumbuhan ekonomi dan inflasi dapat berlangsung dengan tenggat waktu yang cukup lama dan bervariasi (Friedman dan Schwartz, 1963). Hal ini disebabkan karena transmisi kebijakan moneter banyak berkaitan dengan pola hubungan antara berbagai variabel ekonomi dan keuangan


(22)

yang selalu berubah sejalan dengan perkembangan ekonomi negara bersangkutan. Pada kondisi ekonomi yang masih tradisional dan masih tertutup dengan perbankan sebagai satu-satunya lembaga keuangan, hubungan antara uang beredar dengan aktivitas ekonomi riil pada umumnya masih relatif erat.

Menurut Bank Indonesia (2009), BI melakukan beberapa kebijakan dan instrumen agar menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Pergerakan suku bunga Bank Indonesia menjadi tolak ukur bagi tingkat suku bunga lainnya sehingga kenaikan suku bunga ini mendorong suku bunga antar bank dan suku bunga deposito. Untuk itu, salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah salah satunya menggunakan kebijakan moneter.Kebijakan moneter yang dijalankan di Indonesia adalah dengan cara menetapkan kisaran BI rate yaitu suku bunga kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia sebagai acuan dalam menjalankan kebijakan moneter dengan tujuan kestabilan harga.

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakan moneter, Bank Indonesia

menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga ( target suku bunga ). Pada jalur sukubunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bungadeposito dan suku bunga kredit perbankan. Mekanisme melalui jalur suku bunga menekankan bahwa kebijakan moneter dapat mempengaruhi permintaan agregat melalui perubahan suku bunga. Dalam hal ini pengaruh perubahan suku bunga jangka pendek ditransmisikan pada suku bunga jangka menengah-panjang melalui mekanisme penyeimbangan sisi permintaan dan penawaran di pasar uang.


(23)

Oleh karena itu, dalam perkembangannya kebijakan moneter dijadikan sebagai alat untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan mengendalikan ekonomi makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan yaitu dengan beberapa instrumen-instrumen kebijakan moneter yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat.

Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Hal ini akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, jika suku bunga kredit meningkat maka akan berpengaruh negatif terhadap permintaan akan kredit tersebut. Karena, ketika suku bunga kredit meningkat maka permintaan akan kredit tersebut akan menurun.

Menurut Siregat, Et al (2006), stabilitas makro ekonomi dapat dilihat dari dampak guncangan suatu variable makro ekonomi terhadap variabel makro ekonomi lainnya. Apabila dampak suatu guncangan menyebabkanfluktuasi yang besar pada variabel makro ekonomi dan di perlukan waktu yang relativ lama untuk mencapai

keseimbangan jangka panjang, maka dapat dikatakan bahwa stabilitas makro ekonomi rentan terhadap perubahan variabel makro. Sebaliknya, jika dampak guncangan menunjukkan fluktuasi yang kecil dan waktu untuk mencapai


(24)

keseimbangan jangka panjang relative tidak lama maka dapat dikatakan bahwa kondisi makro ekonomi relative stabil.

Akan tetapi dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui instrumen kebijakan moneter Bank Indonesia menggunakan pendekatanrulesatau pendekatandisrection. Dalam pendekatan rules(rules-base money), implmentasi kebijakan moneter

mengacu pada kebijakan moneter didasarkan pada pertumbuhan jumlah uang beredar yang konstan(the constant-money-growth rule).Sedangkan pendekatandisrection mengacu pada otoritas moneter memiliki kebebasan dalam menjalankan kebijakan moneter sesuai dengan kondisi aktual yang dihadapi oleh suatu perekonomian (Natsir, 2008).

Menurut Nurdiati (2014), instrumen kebijakan suku bunga SBI lebih efektif dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daripada menggunakan instrumen jumlah uang beredar yang waktu tenggat dan responnya lebih lama terhadap pertumbuhan

ekonomi, karena sektor perbankan dan sektor riil lebih cepat merespon suku bunga SBI daripada jumlah uang beredar. Sektor perbankan belum tentu memungkinkan melakukan intervensi kebijakannya dengan menentukan harga atau suku bunga dengan keputusan dinaikkan atau diturunkan ketika terjadinya kondisi jumlah uang beredar meningkat dalam jangka panjang.

Sedangkan, menurut Seprilina (2012) menemukan bahwa variabel suku bunga SBI dan suku bunga Deposito mempunyai pengaruh negatif dengan pertumbuhan ekonomi sampai pada lag tiga yang diartikan apabila suku bunga SBI, dan suku


(25)

bunga Deposito meningkat maka pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan. Berbeda dengan peneliti sebelumnya, Julaiha dan Insukrindo (2004) menemukan bahwa instrumen suku bunga SBI mampu mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjangsehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi lebih cepat ditingkatkan ketika otoritas moneter menggunakan instrument suku bunga SBI sebagai intervensi kebijakannya. Melalui jalur suku bunga, Bank Indonesia berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi yang baik akan berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat Indonesia, karena pertumbuhan ekonomi mencerminkan keadaan perekonomian suatu negara. Berikut adalah perkembangan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2002.Q1-2014.Q3

Sumber:Badan Pusat Statistik (data diolah)

Gambar 1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Pada 2002.Q3-2014.Q3

Gambar 1 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2002 hingga 2014. Terlihat pada gambar bahwa pertumbuhan ekonomi mengalami fluktuasi selama tahun penelitian, pertumbuhan ekonomi tertinggi terlihat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 Q3 -2 0 0 2 Q1 -2 0 0 3 Q3 -2 0 0 3 Q1 -2 0 0 4 Q3 -2 0 0 4 Q1 -2 0 0 5 Q3 -2 0 0 5 Q1 -2 0 0 6 Q3 -2 0 0 6 Q1 -2 0 0 7 Q3 -2 0 0 7 Q1 -2 0 0 8 Q3 -2 0 0 8 Q1 -2 0 0 9 Q3 -2 0 0 9 Q1 -2 0 1 0 Q3 -2 0 1 0 Q1 -2 0 1 1 Q3 -2 0 1 1 Q1 -2 0 1 2 Q3 -2 0 1 2 Q1 -2 0 1 3 Q3 -2 0 1 3 Q1 -2 0 1 4 Q3 -2 0 1 4

Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi


(26)

pada tahun 2005 akhir hingga menyentuh angka 7%, Dari tahun 2005 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi cukup stabil. Hal ini didukung dengan meningkatnya perhitungan PDB atas dasar harga konstan dan laju pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pada tahun 2008 pertumbuhan ekonomi terlihat mengalami penurunan. Hal ini disebabkan adanya dampak krisis yang memberikan tekanan yang cukup signifikan, tidak saja pada perekonomian domestik jangka pendek, namun juga akan

mempengaruhi lintasan variabel-variabel kunci ekonomi makro dalam jangka menengah.

Meskipun diperkirakan akan mengalami tekanan yang cukup kuat pada tahun 2009. Pada bulan maret 2009 pertumbuhan ekonomi bergerak mencapai 4,52%, namun pada tiga bulan selanjutnya yaitu bulan juni pertumbuhan ekonomi menurun sebesar 4,14% hal ini disebabkan karena suku bunga kredit modal kerja juga menurun yang mana pada bulan maret 2009 suku bunga kredit modal kerjanya sebesar 14,99% sedangkan pada bulan juni menurun sebesar 14,52%. Namun dalam jangka menengah perekonomian diperkirakan akan tetap bergerak dalam lintasan pertumbuhan ekonomi yang makin tinggi dengan laju inflasi yang tetap terkendali. Permintaan domestik diperkirakan akan tetap menjadi kekuatan utama pertumbuhan ekonomi, sementara kinerja ekspor juga akan kembali mengalami penguatan sejalan dengan


(27)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Deposito di Indonesia Periode 2009.Q1-2014.Q4

Gambar 2 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan suku bunga deposito periode 2009.Q1-2014.Q4. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga deposito berhubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka suku bunga deposito menurun. Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi menurun maka suku bunga deposito meningkat.

Pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan mulai tahun 2009 hingga tau 2012, namun dari tahun 2012 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang cukup stabil. Sedangkan, suku bunga deposito terus mengalami penurunan hingga tahun 2013 dan dari tahun 2013 hingga tahun 2014 suku bunga deposito terus mengalami peningkatan hingga menyentuh 9%.

0 2 4 6 8 10 12 Q1 -2 0 0 9 Q2 -2 0 0 9 Q3 -2 0 0 9 Q4 -2 0 0 9 Q1 -2 0 1 0 Q2 -2 0 1 0 Q3 -2 0 1 0 Q4 -2 0 1 0 Q1 -2 0 1 1 Q2 -2 0 1 1 Q3 -2 0 1 1 Q4 -2 0 1 1 Q1 -2 0 1 2 Q2 -2 0 1 2 Q3 -2 0 1 2 Q4 -2 0 1 2 Q1 -2 0 1 3 Q2 -2 0 1 3 Q3 -2 0 1 3 Q4 -2 0 1 3 Q1 -2 0 1 4 Q2 -2 0 1 4 Q3 -2 0 1 4 Q4 -2 0 1 4 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Deposito


(28)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Modal Kerja

Gambar 3 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit modal kerja periode 2009.Q1-2014.Q4. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit modal kerja memiliki hubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka suku bunga kredit modal kerja menurun. Sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi menurun, maka suku bunga kredit modal kerja mengalami peningkatan. Titik terendah pertumbuhan ekonomi terjadi pada tahun 2009, kemudian terus meningkat hingga tahun 2011. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2011 meningkat hingga 7% , dari tahun 2011 hingga tahun 2014 pertumbuhan ekonomi cukup stabil.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Q1 -2 0 0 9 Q2 -2 0 0 9 Q3 -2 0 0 9 Q4 -2 0 0 9 Q1 -2 0 1 0 Q2 -2 0 1 0 Q3 -2 0 1 0 Q4 -2 0 1 0 Q1 -2 0 1 1 Q2 -2 0 1 1 Q3 -2 0 1 1 Q4 -2 0 1 1 Q1 -2 0 1 2 Q2 -2 0 1 2 Q3 -2 0 1 2 Q4 -2 0 1 2 Q1 -2 0 1 3 Q2 -2 0 1 3 Q3 -2 0 1 3 Q4 -2 0 1 3 Q1 -2 0 1 4 Q2 -2 0 1 4 Q3 -2 0 1 4 Q4 -2 0 1 4 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Modal Kerja


(29)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 4. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Investasi

Gambar 4 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit investasi. Selama periode penelitian terlihat bahwa suku bunga kredit investasi mengalami penurunan yang signifikan hingga tahun 2014. Sedangkan, pertumbuhan ekonomi mengalami trend yang berfluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit insvestasi dikarenakan,ketika suku bunga kredit investasi meningkat akan berpengaruh terhadap biaya modal produksi sehingga permintaan akan investasi menurun. Jika permintaan investasi menurun maka menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia menurun. Karena kurangnya investor yang menanamkan modalnya di Indonesia.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Q1 -2 0 0 9 Q2 -2 0 0 9 Q3 -2 0 0 9 Q4 -2 0 0 9 Q1 -2 0 1 0 Q2 -2 0 1 0 Q3 -2 0 1 0 Q4 -2 0 1 0 Q1 -2 0 1 1 Q2 -2 0 1 1 Q3 -2 0 1 1 Q4 -2 0 1 1 Q1 -2 0 1 2 Q2 -2 0 1 2 Q3 -2 0 1 2 Q4 -2 0 1 2 Q1 -2 0 1 3 Q2 -2 0 1 3 Q3 -2 0 1 3 Q4 -2 0 1 3 Q1 -2 0 1 4 Q2 -2 0 1 4 Q3 -2 0 1 4 Q4 -2 0 1 4 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Investasi


(30)

Sumber : Badan Pusat Statistik

Gambar 5. Perekembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Suku Bunga Kredit Konsumsi

Gambar 5 menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi. Selama periode penelitian terlihat bahwa pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi memiliki hubungan negatif. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka suku bunga kredit konsumsi mengalami penurunan,

sebaliknya jika pertumbuhan ekonomi menurun maka suku bunga kredit konsumsi mengalami peningkatan. Suku bunga kredit konsumsi terus mengalami penurunan dari tahun 2009 hingga tahun 2014. Sedangkan pertumbuhan ekonomi memiliki trend yang berfluktuasi drai tahun 2009 hingga tahun 2014.

Hubungan negatif antara pertumbuhan ekonomi dengan suku bunga kredit konsumsi dikarenakan, ketika suku bunga kredit konsumsi meningkat maka permintaan akan kredit akan menurun. Sedangkan ketika pertumbuhan ekonomi suatu negara

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Q1 -2 0 0 9 Q2 -2 0 0 9 Q3 -2 0 0 9 Q4 -2 0 0 9 Q1 -2 0 1 0 Q2 -2 0 1 0 Q3 -2 0 1 0 Q4 -2 0 1 0 Q1 -2 0 1 1 Q2 -2 0 1 1 Q3 -2 0 1 1 Q4 -2 0 1 1 Q1 -2 0 1 2 Q2 -2 0 1 2 Q3 -2 0 1 2 Q4 -2 0 1 2 Q1 -2 0 1 3 Q2 -2 0 1 3 Q3 -2 0 1 3 Q4 -2 0 1 3 Q1 -2 0 1 4 Q2 -2 0 1 4 Q3 -2 0 1 4 Q4 -2 0 1 4 Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Kredit Konsumsi


(31)

meningkat, artinya ekonomi negara tersebut mengalami perbaikan sehingga masyarakat akan lebih memilih menyimpan sebagian uangnya .

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia ?

2. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga deposito ?

3. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit kredit modal kerja ?

4. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit investasi ?

5. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit konsumsi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.

2. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga deposito.

3. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit modal kerja.


(32)

4. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit investasi.

5. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan suku bunga kredit konsumsi.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti

Dapatdigunakanolehpenulissebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dan sebagai media untukmengaplikasikanteori yang didapat di masa perkuliahanterhadap kenyataan sebenarnya yang terjadidanmengujiseberapabesar respon Pertumbuhan Ekonomi terhadap guncangan instrumen moneter

2. Serta pihak lain

Melaluipenelitaninidiharapkandapatmemberikansumbanganilmupengetahuanuntuk pembaca.


(33)

E. Kerangka Pemikiran

Dalam transmisi kebijakan moneter terdapat lima saluran mekanisme yang sering dikemukakan dalam teori ekonomi moneter (Miskhin, 1995, 1996; Bank for International Settlement, 1997; Kakes, 2000; De Bondt, 2000; Bofinger, 2001). Lima saluran yang dimaksud diatas adalah saluran uang, saluran suku bunga, saluran kredit, saluran aset dan saluran ekspetasi.

Pada penelitian ini saluran transmisi kebijakan moneter yang digunakan adalah saluran suku bunga, karena saluran suku bunga lebih menekankan pentingnya aspek harga di pasar keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil.dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh pada sasaran akhir pertumbuhan ekonomi.

Transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga dapat diterangkan melalui dua tahap. Pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan suku bunga jangka pendek, misal SBI di pasar uang.

Selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada simpanan masyarakat dan suku bunga bunga kredit yang dibebankan bank-bank kepada debiturnya. Kedua, transmisi suku bunga di sektor riil akan bergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan konsumsi terjadi karena bunga deposito merupakan komponen dari pendapatan masyarakat.


(34)

Sementara itu, pengaruh suku bunga tethadap investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal, disampingyieldobligasi dan deviden saham dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut selanjutnya akan berdampak pada besarnya pemintaan agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi (Warjiyo, 2004). Pada penelitian ini suku bunga SBI, suku bunga Deposito, suku bunga Kredit Modal Kerja, suku bunga Kredit Investasi, dan suku bunga Konsumsi sebagai

variabel yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi apabila variabel tersebut terjadi guncangan. Namun, variabel tersebut memiliki hubungan jangka panjang yang memerlukan waktu(time lag)dan memiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap pertumbuhan ekonomi tersebut (Seprillina,2012).

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Seprillina, 2013 dalam judul Efektivitas Instrumen Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia, bahwa hasil estimasi yang diperoleh untuk variabel suku bunga deposito, suku bunga kredit dan volume kredit mempunyai pengaruh yang negatif dengan pertumbuhan ekonomi sampai pada lag tiga yang artinya, apabila suku bunga deposito, suku bunga kredit dan volume kredit mengalami kenaikan justru akan diikuti juga oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan untuk variabel suku bunga SBI dan investasi mempunyai pengaruh yang positif dengan pertumbuhan ekonomi.


(35)

Gambar 6. Skema Kerangka Pemikiran

Dengan paparan diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis respon pertumbuhan ekonomi sebagai sasaran akhir kebijakan moneter terhadap guncangan instrumen moneter dengan memasukkan varibel yang digunakan dalam transmisi kebijakan moneter jalur suku bunga yaitu suku bunga SBI, suku bunga deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, dan suku bunga konsumsi seperti yang dapat dilihat pada Gambar 6.

F. Hipotesis

1. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga SBI secara negatif 2. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga deposito secara

positif

rSBI

Pertumbuhan Ekonomi Suku Bunga Deposito

Suku Bunga Kredit Modal Kerja

Suku Bunga Kredit Investasi

Suku Bunga Kredit Konsumsi


(36)

3. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit modal kerja secara negatif

4. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit investasi secara negatif

5. Diduga pertumbuhan ekonomi merespon perubahan suku bunga kredit konsumsi secara negatif

G. Sistematika Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab,sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

Bab 1 :Pendahuluan

Berisi latar belakang yang menggambarkan bagaimana perkembangan pertumbuhan ekonomi dengan variabel yang

digunakan seperti suku bunga SBI, suku bunga Deposito, suku bunga Kredit Modal Kerja, suku Bunga Kredit Investasi, suku bunga Kredit Konsumsi. Selanjutnya rumusan masalah, tujuan penelitian,

kerangka pemikiran, hipotesis dan sistematika penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka

Dalam tinjauan pustaka ini berisi tentang teori pertumbuhan

ekonomi, transmisi kebijakan moneter dan empiris yang digunakan untuk menganalisis sehingga hasilnya dapat membuktikan hipotesis yang diajukan.


(37)

Bab III :Metode Penelitian

Dalam bab ini berisi objek penelitian, jenis dan sumber data, batasan peubah serta metode analisis ECM yang digunakan

Bab IV :Hasil Perhitungan dan Pembahasan

Bab ini menguraikan deskriptif objek penelitian dan analisisnya. BabV :Kesimpulan dan Saran

Berisikan kesimpulan dan hasil analisa data serta saran-saran yang dianggap perlu dan berguna bagi penelitian ini.

Daftar Pustaka Lampiran


(38)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Secara umum pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai peningkatan dalam kemampuan dari suatu perekonomian dalam memproduksi barang-barang dan jasa. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi lebih menunjuk pada perubahan yang bersifat kuantitatif(quantitative change) dan biasanya diukur dengan menggunakan dataprodukdomestik bruto (GDP), atau pendapatan output perkapita. GDP adalah total nilai pasaryang dihasilkan didalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu (Sachs and Larrain,1993: 25).

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktifitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki oleh masyarakat (Basri, 2002).

Kuznet dalam Hariyanto (2005) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai jangka panjang dalam kemampuan suatu negara dalam menyediakan semakin banyak barang jenis ekonomi kepada


(39)

B. Teori Keynes tentang tingkat bunga

Tingkat suku bunga menurut Keynes adalah harga yang dikeluarkan debitur untuk mendorong seorang kreditur memindahkan sumber daya langka (uang) mereka, akan tetapi, uang yang dikeluarkan debitur mempunyai kemungkinan adanya kerugian berupa resiko tidak diterimanya tingkat bunga tertentu.

Menurut Keynes, tingkat bunga merupakan suatu fenomena moneter. Artinya tingkat bunga ditentukan oleh penawaran dan akan permintaan uang. Uang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi (GNP), sepanjang uang ini akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi dan dengan demikian akan mempengaruhi GNP. Permintaan uang akan mempunyai hubungan negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat bunga dapatlah dijelaskan sebagai berikut. Pertama, Keynes menyatakan bahwa masyarakat mempunyai keyakinan adanya suatu tingkat bunga normal. Apabila tingkat bunga turun dibawah nominal makin banyak orang yakin bahwa tingkt bunga akan kembali ke tingkat normal (jadi mereka yakin bahwa tingkat bunga akan naik diwaktu yang akan datang). Jika mereka memegang surat berharga pada waktu tingkat bunga naik mereka akan menderita kerugian. Mereka menghindari kerugian ini dengan cara mengurangi surat ebrjharga yang dipegangnya dan dengan sendirinya menambah uang kas yang dipegang, pada waktu tingkat bunga naik. Kedua, berkaitan dengan ongkos memegang uang kas (opportunity cost of holding money). Makin tinggi tingkat bunga, makin tinggi pula ongkos memegang uang kas sehingga keinginan memegang uang kas juga turun. Sebaliknya, apabila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas juga makin rendah sehingga permintaan akan uang kas naik.


(40)

C. Kebijakan Moneter

a. Definisi Kebijakan Moneter

Menurut Nopirin, kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (biasanya bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang beredar dan kredit yang pada gilirannya akan

mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat (Nopirin, 1992:45). Bank sentral adalah lembaga yang berwenang mengambil langkah kebijakan moneter untuk mempengaruhi jumlah uang beredar. Sedangkan menurut Iswardono, kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Kebijakan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi makro, yaitu pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan, dan keseimbangan neraca pembayaran (Iswardono, 1997 : 126).

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan moneter pada dasarnya merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan internal (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan eksternal

(keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga stabilisasi ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga serta neraca pembayaran internasional yang seimbang. Apabila kestabilan dalam kegiatan perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi). Pengaruh kebijakan moneter pertama kali akan


(41)

b. Instrumen Kebijakan Moneter

Alat / instrumen kebijakan moneter yang umum dijelaskan oleh Nopirin (1992 : 46) dan Mishkin (2001 : 435) sebagai berikut :

1. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)

Instrumen ini merupakan alat kebijakan moneter yang terpenting karenamerupakan determinan utama antara perubahan tingkat suku bunga danmonetary baseserta menjadi sumber utama untuk

mempengaruhi fluktuasi jumlah uang beredar. Kebijakan ini meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini memiliki 2 pengaruh utama terhadap kondisi pasar uang : pertama, menaikkan cadangan bank-bank umum yang turut dalam transaksi. Hal ini

dikarenakan dalam pembelian surat berharga misalnya, bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang menjual surat berharga tersebut, akibatnya bank umum dapat menambah jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit). Pada saat bank sentral menjual surat-surat berharga di pasar terbuka, cadangan bank-bank umum akan menurun. Berikutnya bank-bank ini dipaksa untuk mengurangi penyaluran kreditnya, dengan demikian akan mengurangi jumlah uang beredar. Pengaruh yang kedua, tindakan pembelian atau penjualan surat berharga akan mempengaruhi harga (dan dengan demikian juga tingkat bunga) surat berharga, sehingga mengakibatkan menurunnya jumlah uang beredar dan meningkatkan tingkat suku bunga.

Berdasarkan tujuannya, operasi pasar terbuka dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :

1.Dynamic open market operation, bertujuan untuk mengubah jumlah cadangan danmonetary base. 2. Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Policy)

Kebijakan ini meliputi tindakan untuk mengubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana dari bank sentral. Kebijakan ini pada dasarnya bertujuan untuk


(42)

mempengaruhi tingkat diskonto yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap jumlah uang beredar melalui perubahan tingkat bunga pinjaman. Dengan menaikkan diskonto, maka biaya untuk meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi keinginan bank umum untuk melakukan peminjaman ke bank sentral.

Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan / dikurangi. Di samping itu, posisi jumlah

cadangan juga dapat dipengaruhi melalui instrumen ini. Apabila tingkat diskonto mengalami kenaikan, maka akan meningkatkan biaya pinjaman pada bank. Peningkatan jumlah cadangan ini merupakan indikasi bahwa bank sentral menerapkan kebijakan moneter yang ketat.

3. Penetapan Cadangan Wajib Minimum (Reserves Requirements)

Kebijakan perubahan cadangan minimum dapat mempengaruhi jumlah uang yang beredar. Apabila cadangan wajib minimum diturunkan, maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah deposito sehingga jumlah uang beredar cenderung meningkat, dan sebaliknya apabila cadangan wajib minimum dinaikkan, maka akan mengurangi jumlah deposito yang akhirnya akan menurunkan jumlah uang yang beredar.

D. Konsep Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral mempengaruhi berbagai aktivitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir. Tujuan akhir kebijakan moneter tersebut meliputi :

a. Menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil.


(43)

b. Stabilitas ekonomi, suatu keadaan pertumbuhan ekonomi berlangsung secara terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang dan jasa dan arus uang berjalan seimbang. c. Kesempatan kerja, dimana kesempatan kerja akan meningkat apabila produksi meningkat.

Peningkatan produksi biasanya diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran para karyawan.

d. Neraca pembayaran internasional, neraca pembayaran dikatakan seimbang apabila jumlah nilai barang yang diekspor sama dengan nilai yang diimpor. Misalnya, pemerintah melakukan devaluasi (penurunan nilai uang dalam negeri terhadap uang luar negeri).

Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI Rate sebagai

instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI rate sampai dengan pencapaian sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).

Mekanisme bekerjanya perubahan BI Rate sampai mempengaruhi inflasi tersebut sering disebut sebagai mekanisme transmisi kebijakan moneter. Mekanisme ini menggambarkan tindakan Bank Indonesia melalui perubahan-perubahan instrumen moneter dan target operasionalnya mempengaruhi berbagai variable ekonomi dan keuangan sebelum akhirnya berpengaruh ke tujuan akhir inflasi. Mekanisme tersebut terjadi melalui interaksi antara Bank Sentral, perbankan dan sektor keuangan, serta sektor riil. Perubahan BI Rate mempengaruhi inflasi melalui berbagai jalur diantaranya jalur suku bunga, jalur kredit, jalur nilai tukar, jalur harga aset, dan jalur ekspektasi. Gambar 4 dijelaskan

bagaimana transmisi kebijakan moneter ketika bank sentral mengubah instrumennya sehingga mempengaruhi sasaran akhir.


(44)

Sumber: Warjiyo (2004)

Gambar 7. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Secara spesifik Taylor (1995) menyatakan bahwa mekanisme transmisi kebijakan moneter adalah “the process through which monetary policy decision are transmitted into changes in real GDP and

inflation”.

Sumber: Miskhin (1995).

Gambar 8. Mekanisme Kebijakan Moneter Sebagai Black box

Dalam kenyataannya, mekanisme transmisi kebijakan moneter merupakan proses yang kompleks dan

karenanya dalam teori ekonomi moneter sering disebut dengan “black box”(Miskhin, 1995).

Jalur Uang (moneter) Kredit Bank Permintaan Domestik Harga Aset Ekspektasi Permintaan Asing AD Nilai Tukar Output Gap Uang Beredar Tekanan Inflasi Domestik IN FL A SI Harga Traded Goods Suku bunga INS T RUM E N KE BIJ AKAN M ONE T E R Inflasi Output

?

Kebijakan Moneter


(45)

Pada jalur suku bunga, perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk

mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi.

Perubahan suku bunga BI Rate juga dapat mempengaruhi nilai tukar. Mekanisme ini sering disebut jalur nilai tukar. Kenaikan BI Rate, sebagai contoh, akan mendorong kenaikan selisih antara suku bunga di Indonesia dengan suku bunga luar negeri. Dengan melebarnya selisih suku bunga tersebut mendorong investor asing untuk menanamkan modal ke dalam instrument-instrumen keuangan di Indonesia seperti SBI karena mereka akan mendapatkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi. Aliran modal masuk asing ini pada gilirannya akan mendorong apresiasi nilai tukar Rupiah. Apresiasi Rupiah mengakibatkan harga barang impor lebih murah dan barang ekspor kita di luar negeri menjadi lebih mahal atau kurang kompetitif sehingga akan mendorong impor dan mengurangi ekspor.

Turunnya net ekspor ini akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi dan kegiatan perekonomian.

Perubahan suku bunga BI Rate mempengaruhi perekonomian makro melalui perubahan harga aset. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga aset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi


(46)

kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk melakukan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.

Dampak perubahan suku bunga kepada kegiatan ekonomi juga mempengaruhi ekspektasi publik akan inflasi (jalur ekspektasi). Penurunan suku bunga yang diperkirakan akan mendorong aktifitas ekonomi dan pada akhirnya inflasi mendorong pekerja untuk mengantisipasi kenaikan inflasi dengan meminta upah yang lebih tinggi. Upah ini pada akhirnya akan dibebankan oleh produsen kepada konsumen melalui kenaikan harga.

Mekanisme transmisi kebijakan moneter ini bekerja memerlukan waktu (time lag). Time lag masing-masing jalur bisa berbeda dengan yang lain. Jalur nilai tukar biasanya bekerja lebih cepat karena dampak perubahan suku bunga kepada nilai tukar bekerja sangat cepat. Kondisi sektor keuangan dan perbankan juga sangat berpengaruh pada kecepatan transmisi kebijakan moneter. Apabila perbankan melihat risiko perekonomian cukup tinggi, respon perbankan terhadap penurunan suku bunga BI rate biasanya sangat lambat. Juga, apabila perbankan sedang melakukan konsolidasi untuk memperbaiki permodalan, penurunan suku bunga kredit dan meningkatnya permintaan kredit belum tentu direspon dengan menaikkan penyaluran kredit. Di sisi permintaan, penurunan suku bunga kredit perbankan juga belum tentu direspon oleh meningkatnya permintaan kredit dari masyarakat apabila prospek

perekonomian sedang lesu. Kesimpulannya, kondisi sektor keuangan, perbankan, dan kondisi sektor riil sangat berperan dalam menentukan efektif atau tidaknya proses transmisi kebijakan moneter. 1. BIrate

BIrateadalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stancekebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Tingkat suku bunga adalah harga dari penggunaan dana investasi(loanable funds). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indikator


(47)

dalam menentukan apakah seorang akan melakukan investasi atau menabung (Boediono, 1994:76). Pengertian lain tentang suku bunga adalah sebagai harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu. Pengertian suku bunga sebagai harga dinyatakan sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah sekarang atau satu rupiah nanti.

Menurut Marshall Principle : ”bunga selaku harga yang harus dibayaruntuk penggunaan modal di

semua pasar, cenderung ke arah keseimbangan,sehingga modal seluruhnya di pasar itu menurut tingkat

bunga sama dengan persediaannya yang tampil pada tingkat itu”. Bunga merupakan imbalan atas

ketidaknyamanan karena melepas uang, dengan demikian bunga adalah harga kredit. Tingkat suku bunga berkaitan dengan peranan waktu dalam kegiatan-kegiatan ekonomi.

Dalam rangka mencapai sasaran akhir kebijakam moneter, Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter melalui pengendalian suku bunga.Stancekebijakan moneter dicerminkan oleh penetapan suku bunga kebijakan (BIrate).

2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Sertifikat merupakan suatu surat keterangan atau pernyataan atau tercetak dari orang yang berwenang yang dapat digunakan sebagai bukti suatu kejadian. Sertifikat yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dikenal dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Pendapat tersebut diperkuat oleh S.K Direksi BI No. 31/67/Kep/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan dan perdagangan SBI serta intervensi rupiah

yakni “Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk atas rupiah yang diterbitkan

oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto”.

SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan rupiah. Dengan menjual SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer beredar. Tingkat


(48)

suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan

sistem lelang. Sejak awal juli 2005, BI menggunakan mekanisme “BI rate”(suku bunga BI), yaitu BI

mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BIrateini kemudian yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Bank Indonesia selaku otoritas moneter memiliki SBI sebagai instrumen utama yang digunakan dalam operasi pasar terbuka. Penjualan SBI oleh Bank Indonesia yang dilakukan melalui lelang bertujuan untuk memenuhi targetbase moneyyang telah ditetapkan. Bank indonesia menjual SBI dengan tujuan antara lain untuk memperkecil jumlah uang beredar dan sekaligus menjaga deflasi serta membuat inflasi tidak terjadi secara terus menerus. Sesuai dengan konsep tersebut maka SBI mempunyai jangka waktu maksimum dan saat ini yang diperdagangkan adalah SBI berjangka waktu satu bulan dan tiga bulan. Berdasarkan jangka waktu dari SBI ini maka para investor ataupun pemain dalam pasar uang mengklarifikasikan SBI sebagai salah satu instrumen pasar uang dan dianggap beresiko rendah.

Tujuan penerbitan SBI sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai Rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.

Dan sebaliknya, bila menambah uang beredar maka Bank Indonesia membeli surat-surat berharga di pasar uang. Melalui penggunaan SBI, Bank Indonesia (BI) dapat secara tidak langsung dapat

mempengaruhi tingkat bunga di pasar uang dengan cara mengumumkan stop out rate (SOR). SOR merupakan tingkat suku bunga yang diterima oleh BI atas penawaran tingkat bunga dari peserta pada


(49)

lelang harian maupun mingguan. Selanjutnya stop out rate tersebut digunakan sebagai indikator bagi tingkat suku bunga transaksi di pasar uang pada umumnya.

Tingkat suku bunga SBI merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia, setiap perubahan pada tingkat suku bunga SBI akan segera direspon oleh suku bunga PUAB (pasar uang antar bank) dan suku bunga deposito. Sehingga suku bunga SBI mencerminkan perilaku pasar uang. Suku bunga SBI menjadi patokan bagi perbankan untuk menetapkan tingkat suku bunga yang akan diberikan kepada para deposan.

3. Suku Bunga Deposito

Deposito adalah produk simpanan bank yang penyetoran maupun penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu saja atau sesuai dengan jatuh temponya sehingga deposito dikenal juga sebagai tabungan berjangka (Raharja,2003).

Bunga deposito selalu lebih besar dari bunga tabungan sehingga otomatis dana pun akan berkembang lebih cepat. Inilah biasanya yang menjadi dayatarik utama depsito, sehingga depsito lebih cocok dijadikan saran investasi dibandingkan tabungan (Dwiastuti,2000).

4. Suku Bunga Kredit Modal Kerja

Suku bunga pinjaman, merupakan tingkat suku bunga yang dikenakan oleh bank kepada debitur yang meminjam uang dari bank. Suku bunga kredit modal kerja adalah suku bunga kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contohnya diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan produksi perusahaan. Tingkat suku bunga kredit modal kerja akan mempengaruhi jumlah permintaan kredit perbankan dan pada akhirnya akan mempengaruhi output riil dan inflasi (Andini, 2014).


(50)

5. Suku Bunga Kredit Investasi

Suku bunga kredit investasi, merupakan suku bunga kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan rehabilitasi. Contoh, membangun pabrik atau membeli mesin-mesin yang masa pemakainnya untuk suatu produk yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang cukup besar. Suku bunga kredit investasi yang rendah, menyebabkan peningkatan permintaan perusahaan-perusahaan terhadap kredit investasi, yang nantinya dapat menghasilkan/menambah produksi dari perusahaan-perusahaan tersebut, sehingga berpengaruh juga terhadap peningkatan output riil, demikian juga sebaliknya.

6. Suku Bunga Kredit Konsumsi

Suku bunga kredit yang digunakan untuk konsumsi secara pribadi, dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan/dikonsumsi secara pribadi oleh perorangan. Suku bunga kredit konsumsi yang rendah mengakibatkan permintaan atas kredit konsumsi meningkat, sehingga mendorong permintaan masyarakat atas barang-barang produksi juga meningkat, dan hal ini dapat meningkatkan jumlah produksi dari perusahaan-perusahaan,

sehingga berpengaruh terhadap peningkatan output riil, demikian juga sebaliknya.

E. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Melalui Jalur Suku Bunga

Saluran suku bunga (interest rate channel)lebih menekankan pentingnya aspek harga di pasar

keuangan terhadap berbagai aktivitas ekonomi di sektor riil. Dalam kaitan ini, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap perkembangan berbagai suku bunga di sektor keuangan dan selanjutnya akan berpengaruh pada tingkat inflasi dan output riil. Mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui suku bunga dapat dilihat pada Gambar 9 dibawah ini.


(51)

Sumber :Warjiyo (2004

Gambar 9. Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Suku Bunga

Dalam interaksi antara bank sentral dengan perbankan dan para pelaku ekonomi dalam proses perputaran uang, mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran suku bunga dapat diterangkan sebagai berikut.

Pada tahap pertama, kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral akan berpengaruh terhadap

perkembangan suku bunga jangka pendek (misalnya suku bunga SBI dan PUAB) di pasar uang rupiah. Perkembangan ini selanjutnya akan mempengaruhi suku bunga deposito yang diberikan perbankan pada simpanan masyarakat dan suku bunga kredit yang dibebankan bank-bank kepada para debiturnya. Proses transmisi suku bunga tersebut biasanya tidak berlangsung secara segera atau terdapat tenggat waktu.

Kebijakan Moneter

Suku Bunga • SBI • PUAB

Suku Bunga Deposito

Suku Bunga Kredit

Konsumsi

Investasi

Permintaan Agregat

Output Gap Inflasi

Transmisi di Sektor Keuangan

Transmisi di Sektor Riil


(52)

Pada tahap kedua, transmisi suku bunga dari sektor keuangan ke sektor riil akan tergantung pada pengaruhnya terhadap permintaan konsumsi dan investasi dalam perekonomian. Pengaruh suku bunga terhadap permintaan konsumsi terjadi terutama karena bunga deposito merupakan komponen dari pendapatan masyarakat (income effect)dan suku bunga kredit sebagai pembiayaan konsumsi

(substitution effect).Sementara itu, pengaruh suku bunga terhadap permintaan investasi terjadi karena suku bunga kredit merupakan komponen biaya modal (cost of capital),disamping yield obligasi dan dividen saham, dalam pembiayaan investasi. Pengaruh melalui investasi dan konsumsi tersebut

selanjutnya akan berdampak pada besarnya agregat dan pada akhirnya akan menentukan tingkat inflasi dan output riil dalam ekonomi.

Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dari ekspansi moneter adalah peningkatan permintaan agregat sebagai akibat peningkatan ekspansi inflasi oleh penurunan tingkat bunga riil. Penurunan tingkat bunga riil akan meningkatkan investasi dan menurunkan biaya modal dalam produksi sehingga output agregat naik. Tingkat bunga merupakan kunci mekanisme transmisi kebijakan moneter dalam model IS, model LM.

Peningkatan investasi pada akhirnya akan meningkatkan otuput agregat. Penurunan tingkat suku bunga riil juga akan meningkatkan pengeluaran untuk pembelian rumah dan barang tahan lama. Oleh sebab itu penurunan tingkat suku bunga akibat ekspansi moneter akan meningkatkan belanja atau konsumsi dan permintaan agregat. Pada tingkat suku bunga nominal yang rendah, ekspansi moneter akan meingkatkan ekspetasi harga dan inflasi, akibatnya tingkat suku bunga riil turun. Penurunan tingkat suku bunga riil akan menurunkan biaya modal dan biaya memegang uang, kemudian menstimulasi pengeluaran bisnis dan konsumen. Pengeluaran peningkatan bisnis dan konsumen pada akhirnya akan


(53)

meningkatkan permintaan agregat. Mekanisme transmisi jalur tingkat bunga dirumuskan dalam bentuk, yaitu :

Dimana :

M : stock uang nominal P : ekspetasi tingkat harga R : tingkat bunga riil I : investasi bunga riil Y : output agregat

Permintaan agregat mengacu pada jumlah total yang bersedia dibelanjakan oleh sektor-sektor yang berada dalam perekonomian dalam suatu periode tertentu. Permintaan agregat menununjukkan

hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga.

F. Model IS-LM

Model Keynes seperti yang telah dijlaskan belumlah dapat dipergunakan untuk menganalisa efek suatu kebijaksanaan (moneter atau fiskal) terhadap tingkat bunga dan pendapatan nasional. Oleh karena itu, kemudian seorang ahli ekonomi bernama J. Hicks dan A. Hansen mengembangkan alat analisa kebijakan berdasarkan teori Keynes berupa kurva yang diberi nama IS dan LM.


(54)

1. Kurva IS

Alat analisis ini disusun dari teori Keynes yang berupa suatu keseimbangan dalam pasar barang (Sektor riil). Y= C+I+G atau S+T=I+G.

Fungsi IS menunjukkan berbagai kombinasi tingkat pendapatan (Y) dengan tingkat bunga (r) dalam keseimbangan pasar barang (S+T=I+G). Hubungan Y dengan r adalah negatif, oleh karena itu bentuk kurvanya negatif. Hubungan negatif ini terjadi karena pada tingkat bunga yang lebih tinggi investasi akan turun (I<S). Oleh karena itu pendapatan harus lebih rendah/menurun untuk menurunkan tabungan hingga kembali ke keseimbangan dimana I=S.

2. Kurva LM

Berbeda dengan kurva IS yang menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar barang kurva LM menggambarkan adanya keseimbangan dalam pasar uang (Ms=Md). Fungsi LM menunjukkan

berbagai kombinasi pendapatan (Y) dan tingkat bunga (r) dalam keseimbangnan pasar uang. Dalam hal ini terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendapatan dengan tingkat bunga, sehingga bentuk kurvanya pun positif. Hal ini dikarenakan pada tingkat pendapatan yang lebih tinggi permintaan uang kas akan mningkat. Oleh sebab itu tingkat bunga juga harus ikut dinaikkan untuk menurunkan jumlah permintaan uang.

3. Efektivitas Kebijakan Moneter Menggunakan Kurva IS-LM

a) Kurva IS, semakin datar kurva IS, maka kebijakan moneter makin efektif. Sebab turnnya tingkat bunga sebagai akibat penambahan jumlah unang beredar akan mengakibatkan naiknya

pengeluaran investasi yang cukup besar. Sebaliknya, jika kurva IS makin tegak, maka kebijakan moneter makin tidak efektif.


(55)

Gambar 10. Kurva IS dalam Efektivitas Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang ekspansif, misalnya dengan penambahan uang beredar, menyebabkan kurva LM dari ke . Efeknya terhadap Y tergantung dari lereng kurva IS. Untuk IS datar, Y naik dari ke , sedangkan untuk IS tegak kenaikan Y menjadi lebih kecil, yakni dari ke . Maka jelas terlihat bahwa makin datar kurva IS, kebijakan moneter makin efektif.

b) Kurva LM, makin datar kurva LM, maka kebijakan moneter makin tidak efektif. Alasannya, makin kecil turunnya tingkat bunga apabila jumlah uang beredar ditambah, sehingga dengan penurunan tingkat bunga yang kecil ini akan mengakibatkan kenaikan yang kecil dalam pengeluaran investasi dan juga Y, karena perubahannya yang begitu kecil sehingga mengakibatkan kebijakan moneter yang diterapkan tidak cukup efektif.

Y

IS datar

IS tegak

Tingkat bunga (%)


(56)

Gambar 11. Kurva LM dalam Efektivitas Kebijakan Moneter

Untuk LM yang tegak, kebijakan moneter yang ekspansif menyebabkan kurva LM bergeser dari ke .Sedangkan untuk yang datar, kurvanya begeser dari ke . Untuk LM

yang datar efeknya terhadap Y kecil dibandingkan dengan LM yang tegak. Dengan demikian makin datar LM kebjiakan moneter makin tidak efektif.

Y IS

a

b Tingkat bunga


(57)

G. Error Correction Model

ModelVector Auto Regressionatau disingkat dengan VAR dikembangkan oleh ahli ekonometrika untuk menyelesaikan persoalan yang seringkali terjadi, yaitu ketika teori ekonomi belum mampu menentukan spesifikasi yang tepat. Misalnya, teori terlalu komplek sehingga simplifikasi harus dibuat atau sebaliknya fenomena yang ada terlalu kompleks jika hanya dijelaskan dengan teori yang ada. Model VAR dibangun dengan pertimbangan meminimalkan pendekatan teori dengan tujuan agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik. Dengan demikian VAR adalah model non struktural atau merupakan model tidak teoritis (ateoritis).

Model VAR adalah model persamaan regresi yang menggunakan datatime series.langkah pertama pembentukan model VAR adalah dengan melakukan uji stasioneritas data.Jika data adalah stasioner pada tingkat level maka model VAR-nya adalah model VAR biasa (unrestricted VAR).Sebaliknya apabila data tidak stasioner pada level tetapi stasioner pada proses diferensi data,maka harus diuji apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi. Apabila terdapat kointegrasi maka model yang digunakan adalahError Correction Model (ECM).Hal ini dapat dilihat pada Gambar 12.


(58)

Sumber: Widarjono, 2009(diolah)

Gambar 12. Proses Pembentukan Var

Model ECM ini merupakan model yang terestriksi (restricted VAR)karena adanya kointegrasi yang menunjukkan adanya hubungan jangka panjang antar variabel di dalam sistem VAR. Spesifikasi ECM merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel agar konvergen ke dalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan dinamis dalam jangka pendek.

Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai koreksi kesalahan (error corection)karena bila terjadi deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi melalui penyesuaian parsial jangka pendek secara bertahap. Apabila data stasioner pada proses diferensi data namun variabel tidak terkointegrasi maka disebut model VAR dengan data diferensi (Var In Difference).Selain uji

Data Time Series

Uji Stasioneritas Data

Tidak Stasioner Stasioner

Var bentuk Diferensi VAR bentuk

Level/Unrestricted VAR

Uji Kointegrasi

Uji Terkointegrasi Tidak Terkointegrasi

Restricted VAR/VECM VAR In Differences


(59)

stasioneritas dan uji kointegrasi data,hal yang juga penting dalam estimasi VAR adalah masalah penentuan panjangnya kelambanan didalam sistem VAR. Panjangnya kelambanan variabel yang optimal diperlukan untuk menangkap pengaruh dari setiap variabel terhadap variabel lain dalam sistem VAR. Penentuan panjangnya kelambanan optimal ini bisa menggunakan beberapa kriteria seperti Akaike Information Criteria (AIC), Schwartz Information Criteria (SIC),atau dengan menggunakan Hannan-Quin Criteria (HQ).

Ada beberapa analisis penting yang bisa dihasilkan didalam model VAR yaitu peramalan,Impulse Response, Variance Decomposition,dan Uji Kausalitas.

H. Studi Empirik

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang ditulis oleh peneliti sebelumnya yang dapat dilihat pada Tabel 1 :

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

Penulis Judul Variabel yang

dipakai

Metode Penelitian Hasil Penelitian

1. Seprillina, 2012 Efektivitas Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (periode 1999:1-2012:2) Suku Bunga SBI, Jumlah Uang Bererdar, Suku Bunga Deposito, Suku Bunga Kredit, Volume Kredit, dan Investasi

Granger Causalitydan Vector

Autoregression(VAR)/Vector Error Corerrction Model (VECM)

Instrumen jumlah uang beredar dan suku bunga SBI, rDepo,rKredit berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. 2. Natsir, 2011 Analisis

Empiris Efektivitas Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia Melalui Suku Inflasi, Output Gap, Rpuab, Rdepo,Rkredit, dan rSBI

Vector Auto Regression (VAR) Variabel Rpuab mampu menjelaskan variasi sasaran akhir kebijakan moneter secara signifikan. Hal ini menunjukkan


(60)

Bunga rPUAB berfungsi secara efektif sebagai sasaran operasional kebijakan moneter 3. Ascarya Alur Transmisi

dan Efektivitas Kebijakan Moneter Ganda di Indonesia periode januari 2003-2009 SBI (1bulan), SBIS. rPUAB , Tingkat bagi hasil PUAB, rKredit Modal Kerja, Tingkat bagi hasil pembiayaan, Total Kredit Konvensional, Total pembiayaan syariah, Tingkat Inflasi

Granger Causalitydan Vector Autoregression (VAR) /Vector Erorr Correction Model(VECM).

Kebijakan moneter dengan pola syariah lebih efektif untuk pengurangan inflasi daripada pola konvensional

4. Mardani, 2012 Analisis Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Moneter Di Indonesia

BI rate, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi, Nilai Tukar, IDR

VECM, Impulse Respons Function, dan Variance Decomposition

Jangka pendek nilai tukar dan inflasi berpengaruh signifikan, hasil impulse respon function menunjukkan shock inflasi dan IDR direspon naik pada awal bulan, sedangkan pertumbuhan ekonomi direspon menurun pada awal bulan 5. Satria dan

Juhro(2011) Perilaku Risiko Dalam Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia Kredit, PDB, Indeks persepsi resiko pelaku sektor perbankan, tingkat resiko perbankan, stance

ECM (Error Correction Model) Persepsi resiko dan tingkat resiko perbankan berperan yang signifikan dalam mentransmisikan kebijakan moneter melalui kredit


(61)

6. Alfian (2011) Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Pada Suku Bunga (periode 2005:07-2010:06)

SBI, rPUAB , Deposito, Kredit

VAR Respon variabel

pada jalur ini terhadap shock suku bunga SBI relatif lemah masing-masing mebutuhkan time laguntuk merespon SBI 7. Julaiha dan

Insukrindo (2004) Analisis Efektivitas Kebijakan Moneter Terhadap Variabel Makroekonomi Di Indonesia periode 1983.1-2003.2 M0, SBI, DEPO, Inflasi, PDB, Nilai Tukar

VECM Respon laju

pertumbuhan terhadap peningkatan rSBI adalah negatif berdasarkan VD, maka terlihat bahwa uang primer tidak mampu memberikan konstribusi terhadap pertumbuhan ekonomi 8. Gamawati (2012) Respon Suku Bunga Perbankan Terhadap Suku Bunga Kebijakan Moneter Di Indonesia periode 2006:01-2011.12 BI rate, rPUAB, rSBI, rFASBI, rDEPO, rKRDTK, rKRDTI, rKRDTM, KONS, INVES, PDB, INF

VAR Seluruh variabel

bebas tidak berpengaruh pada suku bunga kredit konsmusi, karena tingkat kredit konsumsi yang diminta masyarakat terus meningkat sehingga meningkatkan resiko beban bagi perbankan


(62)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data triwulanan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2002:Q1–2014:Q4 yang diperoleh dari laporan Bank Indonesia dalam situs resmi Bank Indonesia di http://www.bi.go.id, Badan Pusat Statistik (BPS), serta media informasi internet. Selain itu juga digunakan buku-buku bacaan sebagai referensi yang dapat menunjang penulisan skripsi ini.

Tabel 2. Nama Variabel, Simbol Variabel, Periode Waktu, Satuan Ukuran dan Sumber Data

Nama Variabel Simbol Variabel Periode Waktu Satuan Ukuran Sumber Data

Pertumbuhan Ekonomi

PDB Triwulanan Persentase BPS

Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Rsbi Triwulanan Persentase BI

Suku Bunga Deposito

rDEPO Triwulanan Persentase BI

Suku Bunga Kredit Modal Kerja

rKMK Triwulanan Persentase BI

Suku Bunga Kredit Investasi

Rkinv Triwulanan Persentase BI

Suku Bunga Kredit Konsumsi


(63)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, suku bunga deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi, dan suku bunga kredit konsumsi yang dapat dilihat pada tabel 2.

B. Definisi Operasional Variabel

Definisi variabel-variabel yang dipakai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu. Menurut penelitian Seprillina (2013), acuan Bank Indonesia dalam mengintervensi kebijakan moneternya harus melihat kondisi perekonomian Indonesia pada saat itu, jika terdapat keadaan setelah resesi, maka untuk memulihkan pertumbuhan ekonomi sebaiknya menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif yaitu menaikkan jumlah uang beredar dengan cara menurunkan suku bunga kebijakan sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi. Data Pertumbuhan Ekonomi yang digunakan adalah data triwulanan yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

2. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan rupiah. Dengan menjual SBI, Bank


(64)

Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar. Suku Bunga SBI yang digunakan adalah suku bunga SBI jangka waktu 3 bulan yang diperoleh dari Bank Indonesia dalam satuan persen. Data dalam penelitian ini menggunakan data triwulanan yang diperoleh dari SEKI Bank Indonesia

3. Suku Bunga Kredit Investasi

Suku bunga kredit yang diberikan oleh perbankan terhadap masyarakat yang membutuhkan dana untuk investasi. Data yang digunakan adalah data kredit investasi pada bank umum. Data yang diperoleh berupa data triwulanan bersumber dari data SEKI Bank Indonesia.

4. Suku Bunga Deposito

Suku Bunga yang diberikan oleh perbankan terhadap masyarakat yang

menitipkan/menginvestasikan uang mereka di bank. Data yang digunakan adalah data tabungan pada bank umum. Dalam penelitian ini menggunakan bank umum karena suku bunga umum relatif stabil dan juga merupakan pedoman bagi bank swasta, dan dapat mewakili seluruh bank di Indonesia. Data yang diperoleh berupa data triwulanan, bersumber dari data SEKI Bank Indonesia.

5. Suku Bunga Kredit Modal Kerja

Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan

meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Data yang digunakan adalah data suku bunga kredit modal kerja pada bank umum. Data yang diperoleh berupa data triwulanan periode.


(65)

6. Suku Bunga Kredit Konsumsi

Suku Bunga yang diberikan oleh perbankan terhadap masyarakat yang membutuhkan dana, namun dana tersebut hanya digunakan untuk konsumsi.

C. Prosedur dan Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan model ECM untuk menjawab permasalahan yang telah dikemukakan di awal dengan menggunakan datatime seriesjika data yang digunakan stasioner dan terdapat kointegrasi. Sedangkan, jika data yang

digunakan stasioner namun tidak terdapat kointegrasi didalamnya maka penelitian ini akan menggunakan model VAR. Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakansoftware eviews6.1. Adapun tahapan dalam melakukan analisis penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Stasioneritas (Unit Root Test)

Uji stasioneritas akar unit (Unit Root Test)merupakan uji yang pertama harus dilakukan sebelum melakukan analisis regresi dari data yang dipakai. Tujuan uji stasioneritas adalah untuk melihat apakah rata-rata data konstan sepanjang waktu dan kovarian antara dua atau lebih data runtun waktu hanya tergantung pada kelambanan antara dua atau lebih periode waktu tersebut. Pada umumnya data time-seriessering kali tidak stasioner. Jika hal ini terjadi, maka kondisi stasioner dapat tercapai dengan melakukan diferensiasi satu kali atau lebih. Terdapat beberapa pengujianunit root,diantaranya yang sering digunakan adalah Dickey-FullerdanPhiliips-Perron unit root test.

Prosedur ujiunit rootadalah :

1. Dalam ujiunit rootyang pertama dilakukan adalah menguji masing-masing variabel yang kita gunakan untuk penelitian dari setiaplevel-series.


(66)

2. Jika semua variabel stasioner pada tingkat level, maka estimasi terhadap model yang digunakan adalahVAR In Level.

3. Dan jika seluruh data dinyatakan tidak stasioner, maka langkah selanjutnya adalah menentukanfirst differencedari masing-masing variabel tersebut dan kemudian melakukan ujiunit rootkembali terhadapfirst differencedari series. 4. Jika pada tingkatfirst differencedinyatakan telah stasioner, maka estimasi

pada model tersebut dapat menggunakan uji kointegrasi untuk menentukan model analisis apa yang akan digunakan dalam penelitian.

Jika Philip-Perrontest statisticlebih besar dari nilai kritis maka Ho ditolak dan Ha diterima atau dengan kata lain data sudah stasioner. Sebaliknya, jika Philips-Perrontest statisticlebih kecil dari nilai kritis maka Ho diterima dan Ha ditolak atau dengan kata lain mengandungunit root(data tidak stasioner).

2. PenentuanLag Optimum

PenentuanLagOptimum ini digunakan dalam metodeimpulse responsesdan variance decomposition. Dampak dari sebuah kebijakan ekonomi seperti kebijakan moneter biasanya tidak secara langsung berdampak pada aktivitas ekonomi tetapi memerlukan waktu (Widarjono, 2009).

Penentuan panjanglagoptimum dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria informasi yang tersedia. Kandidat Lag yang dipilih adalah panjang lag menurut kriteriaAkaike Information Criterion(AIC) danSchwartz Criterion(SC).Lag optimum dalam penelitian ini akan ditemukan pada spasifikasi model yang memberikan nilai SBC paling minimum.


(67)

3. Uji Stabilitas VAR

Stabilitas VAR perlu diuji terlebih dahulu sebelum melakukan analisis lebih jauh, karena jika hasil estimasi VAR yang akan dikombinasikan dengan model koreksi kesalahan tidak stabil, makaImpulse Responses FunctiondanVariance

Decompositionmenjadi tidak valid (Setiawan, 2007). Untuk menguji stabil atau tidaknya estimasi VAR yang telah dibentuk maka dilakukan pengecekan kondisi VAR stabilityberuparoots of characteristic polynomial.

4. Uji Kointegrasi

Uji ini dilakukan setelah uji stasioneritas dan telah berintegrasi pada derajat yang sama. Uji kointegrasi dilakukan dengan cara menguji stasioneritas dari residual, jika ternyata residual tidak mengandung akar unit atau data stasioner I(O) maka variabel-variabel di dalam model terkointegrasi pada tingkat level. Sedangkan pada tingkat level tidak stasioner, maka dapat diuji stasioner pada tingkat diferensi yang sama yaitu Y adalah I (d) dan X adalah I (d) dimana d adalah tingkat

diferensi yang sama maka kedua data adalah terkointegrasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan jangka panjang antar variabel-variabel yang diamati.

Dalam penelitian ini uji kointegrasi menggunakan uji kointegrasi Johansen. Uji kointegrasi Johansen ini melihat ada tidaknya kointegrasi didasarkan pada uji likelihood ratio(LR). Jika nilai LR lebih besar dari nilai nilai kritis LR maka dapat diterima adanya kointegrasi sejumlah variabel. Nilai kritis LR maka dapat diterima adanya kointegrasi sejumlah variabel. Nilai kritis LR diperoleh dari tabel yang diekmbangkan oleh Johansen-Juselius dan Johansen juga menyediakan uji


(68)

statistik alternatif yang dikenal dengantrace testdanmaximum eigeenvalue statistic(Mardani, 2013).

5. Error Correction Model

Model ECM digunakan apabila data time series tidak stasioner pada level, tetapi stasioner pada data diferensi dan terkointegrasi sehingga menunjukkan adanya hubungan teoritis antar variabel. Adanya kointegrasi ini maka model ECM disebut model VAR yang terestriksi.

Spesifikasi ECM merestriksi hubungan perilaku jangka panjang antar variabel yang ada agar konvergen kedalam hubungan kointegrasi namun tetap membiarkan perubahan-perubahan dinamis di dalam jangka pendek. Terminologi kointegrasi ini dikenal sebagai kesalahan(Error Corection)karena bila terjadi deviasi terhadap keseimbangan jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian parsial jangka pendek secara bertahap. Model VAR/ECM secara umum adalah sebagai berikut :

= + + + + ... + +

Penanaman model VAR ini karena di sebelah kanan persamaan hanya terdiri dari kelambanan variabel di sebelah kiri sehingga disebutautoregresive.Sedangkan katavectorkarena kita berhubungan dengan dua atau lebih variabel didalam model. Derajat kointegrasi menunjukkan berapa panjang hubungan jangka

panjang di antara peubah dari model. Salah satu syarat agar model ECM dapat dibangun selain model tidak stasioner adalah terkointegrasi. Derajat kointegrasi ditentukan dengan menggunakanJohansen procedure.


(69)

Model var/ecm secara umum:

= + + + + ... + +

Model ECM:

= + + + +

+ +

Dimana :

: Pertumbuhan Ekonomi : Suku bunga SBI

: Suku bunga Deposito

: Suku bunga kredit modal kerja : Suku bunga kredit investasi

: Suku bunga kredit konsumsi : Kesalahan keseimbangan

: Intersep / Konstanta : Faktor pengganggu

Persamaan diatas menunjukkan bahwa tujuh variabel ekonomi yang diamati dalam dua persamaan yaitu persamaan kebijakaan moneter berpengaruh dengan menggunakan ECM.


(70)

6. Impulse Responses Function(IRF)

IRF merupakan perangkat VAR yang dapat digunakan untuk menjelaskan reaksi dari variabel Y dalam menerimashockdari variabel X. IRF berfungsi untuk mengukur besaran ( perubahan dalam persen), orientasi (meningkat atau menurun), dan panjang (seberapa lamashockmempengaruhi variabel-variabel terikat) dari suatu respon dan mengevaluasi kecepatan dari mekanisme transmisi dalam beroperasi (Widarjono, 2009:353).

7. Variance Decomposition(VD)

Analisisimpulse responsesebelumnya digunakan untuk melacak dampakshock dari variabel endogen terhadap variabel lain di dalam sistem VAR. Sedangkan analisis varianse decomposition ini menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel di dalam sistem VAR karena adanyashock. Variance Decomposition berguna untuk memprediksi kontribusi persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu didalam sistem VAR.

8. Uji Hipotesis

Uji hipotesis merupakan komponen utama yang diperlukan untuk dapat menarik kesimpulan dari suatu penelitian, uji hipotesis juga digunakan untuk mengetahui keakuratab data. Dalam penelitian ini, dilakukan 2 jenis uji hipotesis, yaiu :

a. Uji Hipotesis secara Parsial (Uji t-statistik)

Uji statistik untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel ebas terhadap variabel terikat. Uji ini dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung


(71)

atau t-statistik dengna t-tabel. Tahapan pengujian hipotesis secara parsial (t-statistik) adalah :

1) Menentukan Ho dan Ha.

Jika hipotesis positif, maka : Jika hipotesis negatif, maka :

Ho : β1 ≤ 0 Ho : β1 ≥ 0

Ha : β > 0 Ha : β < 0

2) Menentukan tingkat keyakinan dan daerah kritis ( = n-k-1)

3) Menentukan nilai t-tabel kemudian membandingkan nilai t-tabel dan nilai t-statistik.

Hipotesis yang digunakan dalam uji t yaitu Ho : variabel independen tidak

signifikan mempengaruhi variabel dependen. Sedangkan Ha : variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel independen. Jika kita menolak Ho atau menerima Ha beratrti secara statistik variabel independen signifikan

mempengaruhi variabel dependen dan sebaliknya jika kita menerima Ho dan menolak Ha berarti secara statistik variabel independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Kriteria pengambilan keputusan yaitu :

a. Jika statistik positif, statistik < tabel Ho diterima, sedangkan jika t-statistik > t-tabel maka H0 ditolak.

b. Jika t-statistik negatif, -t-satistik > -t-tabel maka Ho diterima, sedangkan jika–tastistik < -t-tabel maka Ho ditolak.

H0:β1=0 variabel suku bunga SBI tidak berpengaruh negatif terhadap


(1)

terikat.

Dengan ketentuan pengambilan keputusan bahwa :

Ho diterima jika > , artinya variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Ho diterima jika < artinya, variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.


(2)

75

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan estimasi ECM, respon pertumbuhan ekonomi terhadap suku bunga SBI dan suku bunga kredit modal kerja berpengaruh negatif dan siginfikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, sedangkan untuk variabel suku bunga deposito, suku bunga kredit investasi dan kredit konsumsi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Kemudian dalam jangka pendek suku bunga SBI, suku bunga

deposito dan suku bunga konsmsi berpengaruh positif, sedangkan suku bunga kredit modal kerja dan suku bunga kredit investasi berpengaruh negatif.

2. Dalam hasil ujiImpulse Response, respon pertumbuhan ekonomi terhadap guncangan (shock) instrumen moneter berbeda-beda dalam 20 periode

pengamatan. Suku bunga SBI stabil pada periode ke-12, suku bunga deposito pada periode ke-9, suku bunga kredit modal kerja pada periode ke-13,

sedangkan suku bunga kredit investasi stabil pada periode ke-7 dan variabl inilah yang paling cepat dalam mencapai titik stabilnya.


(3)

variabel pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Namun selain pertumbuhan ekonomi, variabel bebas lainnya juga berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi seperti suku bunga SBI, suku bunga deposito, suku bunga kredit modal kerja, suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsumsi. Walaupun suku bunga kredit investasi dan suku bunga kredit konsmusi tidak memberikan kontribusi yang begitu besar.

B. Saran

Agar penelitian ini di masa yang akan datang menjadi lebih baik, penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu untuk menjaga salah satu sasaran akhir kebijakan moneter yaitu

pertumbuhan ekonomi, sebaiknya tingkat suku bunga SBI dapat dikontrol dengan baik, karena suku bunga SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai rupiah dan kebijakan moneter melalui jalur suku bunga ini, Bank Indonesia berperan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Suku bunga deposito merupakan tingkat suku bunga yang diberikan bank sebagai balas jasa karena nasabah telah mempercayakan uangnya untuk


(4)

77

disimpan di bank. Berdasarkan hasil penelitian suku bunga deposito berpengaruh positif dan signifikan oleh pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang baik maka sebaiknya Bank Indonesia dapat mempertahankan tingkat suku bunga deposito.


(5)

Ascarya (2002), Instrumen-Intrumen Pengendalian Moneter. Buku seri Kebanksentralan No.3, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia.

Batalagi, B.H.2004a. Econometrics. Second Revised Edition Texas: Springer

Bofinger, P. (2001),Monetary Policy: Goals, institutions, Strategies, and Instruments. Oxford University Press.

De Bondt, G.J. (2000), Financial Structure and Monetary Transmision in Europe. Edward Elgar Publ.

Fisher, Irving (1911), The Purchasing Power of Money, 2nd edition, 1926, repreinted by Augustus Kelley, New York, 1963.

Friedman, M and A.J. Schwartz (1963),A Monetary History of the United State: 1867-1960. Princeton University Press.

Gamawati, Dioda. 2012. Respon Suku Bunga Perbankan Terhadap Suku Bunga Kebijakan moneter Di Indonesia periode 2006:01-2011:12

Hadikusuma, Ismail. 2007. Analisis Efektivitas Instrumen Moneter terhadap Penyaluran Kredit dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.

Julaiha, Umi dan Insukrindo. 2004. Analisis Dampak Kebijakan Moneter terhadap Variabel Makroekonomi di Indonesia Tahun 1983-2003.Buletin Ekonomi dan Perbankan. Bank Indonesia. Jakarta

Mankiw, N. Gregory. 2000.Makroekonomi Edisi Keempat. Penerbit Erlangga. Jakarta,Salemba Empat.

Mardani, Mella. 2012. Analisis Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Sebagai Instrumen Dalam Kebijakan Moneter Di Indonesia


(6)

Mishkin, Frederic S. 2009.The Economic of Money, Banking, and Financial.

Natsir, M. 2008. Studi Efektivitas Jalur-jalur Transmisi Kebijakan Moneter di Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga dan Jalur Nilai Tukar serta Jalur Ekspetasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1. Desertasi Program Pascarsarjana Universitas Airlangga Surabaya Jawa Timur.

Nirmala, Diondra. 2010. Analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI dan Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada BEI.

Nopirin. 2007.Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Nouri, Monouchehr and Samimi, A.J. 2011. The Impact of Monetary Policy on Economic Growth in Iran.Middle-East Journal of Scietific Research.Vol Pp:740-743.

Seprillina, Linda. 2013. Efektivitas Instrumen Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia (Periode 1999:1-2012:2).

Siregar, Nuryati dan Ratnawati. 2006. Dampak Kebijakan Inflation Targetting Terhadap Beberapa Variabel Makroekonomi Di Indonesia, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Juni, vol 9 (1) : 113-134

Warjiyo, Perry. 2004.Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Di Indonesia. Buku Seri Kebanksentralan No.6, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Bank Indonesia.

Widarjono, Agus. 2007.Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya.Edisi Kedua. Yogyakarta : Penerbit Ekonosia Fakultas Ekonomi UII.

www.bi.go.id www.bps.go.id