EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL
Oleh
AGUS WINARTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
(2)
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR ORISINIL
Oleh
AGUS WINARTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran inkuiri
terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil pada materi koloid.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari lima tahap yaitu (1)
mengaju-kan pertanyaan atau permasalahan, (2) merumusmengaju-kan masalah, (3) mengumpulmengaju-kan
data, (4) menganalisis data, dan (5) membuat kesimpulan. Populasi dalam
pene-litian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun
pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 200 siswa dan tersebar dalam lima kelas
yaitu XI IPA 1 sampai XI IPA 5. Teknik pengambilan sampel menggunakan
purposive sampling dan diperoleh kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 sebagai sampel
penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan Non
equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri
ter-bimbing diukur berdasarkan perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas
kotrol dan kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata
n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada kelas kontrol sebesar 0,52 dan pada kelas
eksperimen sebesar 0,60. Berdasarkan pengujian hipotesis, diketahui bahwa
(3)
pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
berpikir orisinil.
(4)
(5)
(6)
(7)
`iv
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran Kontruktivisme ... 7
B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 8
C. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 12
D. Konsep ... 15
E. Kerangka Berpikir ... 21
F. Anggapan Dasar ... 22
(8)
`v
III. METODE PENELITIAN
A. Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian... 23
B. Jenis dan Sumber Data ... 24
C. Desain dan Metode Penelitian ... 24
D. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen ... 25
E. Pelaksanaan Penelitian... 26
F. Teknik Analisis Data ... 27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 32
B. Pembahasan ... 36
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 49
B. Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... ... 50
LAMPIRAN
1. Pemetaan Kelas Eksperimen ... 51
2. Silabus Kelas Eksperimen ... 66
3. Silabus Kelas Kontrol ... 77
4. RPP Kelas Eksperimen ... 81
5. RPP Kelas Kontrol... 112
6. Lembar Kerja Siswa ... 119
7. Kisi-Kisi Pretest dan Postest ... 159
8. Soal-soal Pretest ... 177
9. Soal-soal Postest ... 182
10. Rubrik Penilaian Pretest ... 187
11. Rubrik Penilaian Postest ... 202
12. Data Nilai Pretest-Posttest dan n-Gain ... 216
13. Perhitungan dan Analisis Data Keterampilan Berpikir Orisinil ... 218
14. Lembar Aktivitas Siswa... 228
16. Surat Izin Penelitian ... 229
(9)
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ilmu kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan
kehidup-an sehari-hari. Di dalam Kurikulum Tingkat Satukehidup-an Pendidikkehidup-an (KTSP)
disebut-kan bahwa pendididisebut-kan ilmu kimia merupadisebut-kan wahana bagi siswa untuk
memlajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, yang menekankan pada pemberian
pe-ngalaman langsung, sehingga siswa perlu dibantu mengembangkan
keterampilan-keterampilan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Pengem-bangan keterampilan dalam pelaksanaan KTSP berdampak pada kegiatan
pembe-lajaran untuk siswa sehingga lebih aktif, kreatif, dan inovatif, terutama dalam
mengembangkan keterampilan berpikirnya. Siswa seharusnya tidak hanya disuapi
dengan berbagai teori saja, tetapi hendaknya ikut aktif dalam pembelajaran di
kelas dalam proses menemukan fenomena yang ada pada kehidupan sehari-hari
yang erat kaitannya dengan kimia (BSNP, 2006).
Faktanya, pembelajaran kimia yang diterapkan sebagian besar guru di sekolah
le-bih mementingkan pada produk saja. Berdasarkan hasil observasi di lapangan
pada salah satu SMA di Bandar Lampung yaitu SMA Negeri 7 Bandar Lampung,
pada tahun pelajaran 2011/2012 didapatkan nilai rata-rata siswa kelas XI IPA
(10)
hanya mencapai 48% , sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditetapkan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yaitu 70.
Rendahnya keterampilan berpikir siswa terlihat selama aktivitas pembelajaran,
siswa sangat pasif, tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat,
bertanya, menjawab pertanyaan, tidak kreatif dan mandiri, dalam mencari sumber
sangat tergantung apa yang diberikan guru apalagi berpikir kreatif dan inovatif
dalam mencari permasalahan dan pemecahannya serta keberanian membuat
ke-simpulan dari topik yang sedang dipelajari. Peneliti melihat bahwa pada saat
pro-ses pembelajaran berlangsung guru tidak melibatkan siswa untuk mengemukakan
pendapat dari suatu konsep/fakta dan pemberian pengalaman secara langsung,
sehingga siswa dalam proses belajar mengajar belum dilatih keterampilan berpikir
orisinil. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menimbulkan
suasana belajar yang tidak efektif.
Oleh karena itu perlu dicari model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah
tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan peran aktif
siswa dan mengembangkan kemampuan berpikir orisinil siswa adalah dengan
menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam
pembelajaran. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tentunya menggunakan model
pembelajaran yang tepat dan cocok dengan karakteristik siswa serta materi yang
akan diajarkan. Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan
referensi bagi guru dalam mengajar. Setiap model pembelajaran tersebut, tentunya
mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Salah satu model pembelajaran yang
(11)
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah suatu penyajian materi
pembelajar-an dimpembelajar-ana guru memberikpembelajar-an permasalahpembelajar-an kemudipembelajar-an siswa diminta untuk
me-mecahkan permasalahannya tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur
penelitian. Model pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari 5 fase, yaitu
mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase
2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik
kesimpulan (fase 5) (Gulo dalam Trianto, 2010).
Koloid merupakan salah satu materi kimia kelas XI IPA yang dipelajari pada
akhir semester genap. Koloid ini merupakan suatu campuran yang keadaannya
antara larutan dan suspensi dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya adalah susu, santan, es krim, asap kendaraan, agar-agar, keju, dan
lain-lain. Kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa dalam mempelajari koloid
ada-lah mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari dan membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di
ling-kungan sekitar. Untuk pencapaian kompetensi dasar tersebut, tentunya diperlukan
suatu proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menemukan fakta-fakta, konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan
berpikir kreatif dan sikap ilmiah siswa sendiri.
Selain penguasaan konsep, pembelajaran kimia seperti koloid juga perlu
mengem-bangkan keterampilan berpikir siswa diantaranya adalah keterampilan berpikir
kreatif. Salah satu contohnya adalah pada saat siswa mengetahui sifat-sifat koloid
melalui eksperimen, siswa diberikan alat dan bahan untuk melakukan eksperimen
(12)
bimbingan guru, dengan demikian siswa akan terpacu untuk berkreativitas dan
mendapatkan pengalaman langsung dalam mempelajari materi tersebut yakni
mengetahui sifat-sifat koloid dan mengemukakan gagasannya tentang sifat-sifat
koloid. Filsaime (2008) menyatakan para guru seharusnya memberikan ruang bagi
siswa untuk mengekspresikan daya berpikir kreatif mereka.
Keterampilan berpikir kreatif diperlukan siswa untuk memecahkan berbagai
ma-salah yang akan mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
keteram-pilan berpikir kreatif adalah keteramketeram-pilan berpikir orisinil. Menurut Munandar
(2009), keterampilan berpikir orisinil yaitu keterampilan berpikir kreatif untuk
dapat melahirkan ungkapan yang baru dan unik serta memikirkan cara-cara yang
tak lazim untuk mengungkapkan diri. Oleh karena itu, diperlukan suatu model
pembelajaran yang dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa menjadi
lebih aktif dan mampu memecahkan masalah serta mencari solusinya secara
il-miah, terutama masalah yang erat kaitannya dengan ilmu kimia dan diharapkan
mampu menerapkan keterampilan berpikir orisinil. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing diharapkan cocok untuk meningkatkan keterampilan berpikir orisinil
siswa pada materi koloid melalui fase-fase pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing.
Pada hasil penelitian sebelumnya yaitu penelitian Fathur dkk (2012) yang
dilaku-kan di
MTs
Matholi’
ul Huda menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
discovery terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Penelitian lainnya adalah Sohibi dan Siswanto (2012) yang meneliti pengaruh
(13)
Comal Kabupaten Pemalang menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka dilakukan penelitian yang
berjudul
“
Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Pada Materi
Koloid Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Orisinil
”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah:
Bagaimanakah efektivitas pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid
dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil pada siswa kelas XI IPA SMA
Negeri 7 Bandar Lampung?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mendeskripsikan pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid
da-lam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi siswa
Dengan diterapkannya model inkuiri terbimbing dalam kegiatan belajar
meng-ajar maka akan memberi pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan
(14)
2.
Bagi guru
Memperoleh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan
keteram-pilan berpikir kreatif khususnya keteramketeram-pilan berpikir orisinil.
3.
Sekolah
Penelitian ini dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1.
Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan keterampilan berpikir
orisinil siswa apabila secara statistik keterampilan berpikir orisinil siswa
menunjukkan adanya perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol (Wicaksono, 2008).
2.
Pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model inkuiri terbimbing menurut Gulo (dalam Trianto, 2010) yang terdiri
dari 5 fase, yaitu mengajukan pertanyaan atau permasalahan (fase 1),
me-rumuskan hipotesis (fase 2), mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data
(fase 4), dan menarik kesimpulan (fase 5).
3.
Keterampilan berpikir orisinil yang akan diteliti meliputi kemampuan
meng-ungkapkan gagasan yang baru dan unik, memikirkan cara-cara yang tak biasa
untuk mengungkapkan diri dan mempertanyakan cara-cara yang lama dan
(15)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, bahwa
pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat. Manusia
harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman
nyata (Trianto, 2010).
Glasersfeld (Komalasari, 2010) mengemukakan:
“Konstruktivisme merupakan
salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita
merupakan hasil kons
truksi (bentukan) kita sendiri”.
Glasersfeld juga menyatakan
bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah hasil konstruksi sendiri, maka
sangat kecil kemungkinan adanya transfer pengetahuan dari seseorang kepada
yang lain.
Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarakan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman
(16)
tidak harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman
kognitif dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang tidak mengerti apa yang
diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat
dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal
meng-interpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya.
Teori konstruktivis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
men-transformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan-aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori ini
ber-kembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori
psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak
dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah pemaduan
data baru dengan stuktur kognitif yang ada. Akomodasi ialah penyesuaian stuktur
kognitif terhadap situasi baru, dan equilibrasi ialah penyesuaian kembali yang
te-rus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi (Bell, 1994).
B.
Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan
penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
(17)
observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atu memecahkan masalah
dengan bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).
Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
pe-nemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri adalah
sebagai berikut:
1.
Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
per-masalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipote-sis.
2.
Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasa-lahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru
membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasa-lahan yang diberikan.
3.
Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4.
Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan
sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.
5.
Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang menitik beratkan
kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran
in-kuiri adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir
inte-lektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan
(18)
pembelajaran inkuiri diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam
proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut
dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut. Inkuiri
terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan
unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat
general-isasi. Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu model
pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan
atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Sebagian perencanaannya dibuat oleh
guru, siswa tidak merumuskan problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
siswa. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam
melakukan kegiatan-kegiatan sehingga siswa yang beripikir lambat atau siswa
yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan-kegiatan
yang sedang dilaksanakan dan siswa mempunyai kemampuan berpikir tinggi tidak
memonopoli kegiatan oleh sebab itu guru harus memiiki kemampuan mengelola
kelas yang bagus.
Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Cahyono dalam
Lestari (2010) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai
dengan prinsip-prinsip ilmiah seperti
1.
jujur terhadap data,
2.
rasa ingin tahu yang tinggi,
3.
terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4.
ulet dan tidak cepat putus asa,
5.
kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa
adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
(19)
6.
dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
siswa.
Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan
me-ngadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh
Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No
.
Fase
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1.
Mengajukan
tanyaan atau
per-masalahan
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Guru membagi siswa dalam
kelompok
Siswa mengidentifikasi
masalah dan siswa
du-duk dalam
kelompok-nya masing-masing.
2.
Membuat
hipotesis
Guru memberikan
kesempatan pada siswa
untuk curah pendapat dalam
membuat hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang
relevan dengan
permasalah-an dpermasalah-an memprioritaskpermasalah-an
hipotesis mana yang
men-jadi prioritas penyelidikan.
Siswa memberikan
pendapat dan
menentu-kan hipotesis yang
relevan dengan
permasalahan.
3.
Mengumpulkan
data
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau
data-data melalui percobaan
maupun telaah literature
Siswa melakukan
percobaan maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan data-data
atau informasi
4.
Menganalisis data
Guru memberi kesempatan
pada tiap siswa untuk
menyampaikan hasil
peng-olahan data yang terkumpul
Siswa mengumpulkan
dan menganalisis data
serta menyampaikan
hasil pengolahan
5.
Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan
data yang terkumpul
Siswa membuat
kesimpulan
(20)
C.
Keterampilan Berpikir Kreatif
Menurut model struktur intelek oleh Guilford dalam Munandar (2009
), “Ber
pikir
divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam
ke-mungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan
pada keragaman jumlah dan kesesuaian”.
Pemikiran kreatif akan membantu orang untuk meningkatkan kualitas dan
keefek-tifan pemecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans,
1991).
“Definisi kemampua
n berpikir secara kreatif dilakukan dengan
mengguna-kan pemikiran dalam mendapatmengguna-kan idea-idea yang baru, kemungkinan yang baru,
ciptaan yang baru berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya
” (Arifin
,
2000).
Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2
.
Perilaku Siswa Dalam Keterampilan Kognitif Kreatif
Perilaku
Arti
1)
Berpikir Lancar
- Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang relevan
- Arus pemikiran lancar
2)
Berpikir Luwes
-
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam
- Mampu mengubah cara atau pendekatan
- Arah pemikiran yang berbeda
3) Berpikir Orisinil
- Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain
dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan
orang
4) Berpikir Terperinci
- Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu
gagasan
- Memperinci detail-detail
- Memperluas suatu gagasan
(21)
Sedangkan menurut Guilford dalam Febrianita (2010) menyebutkan lima
indi-kator berpikir kreatif, yaitu:
1.
Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi,
menge-nali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau
ma-salah
2.
Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan
3.
Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan
ber-macam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah
4.
Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang
5.
Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.
Munandar (2009) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
.
Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
Pengertian
Perilaku
1. Berpikir Lancar
1.
Mencetuskan banyak
gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah
atau jawaban
2.
Memberikan banyak cara
atau saran untuk
melakukan berbagai hal
3.
Selalu memikirkan lebih
dari satu jawaban
1.
Mengajukan banyak pertanyaan
2.
Menjawab dengan sejumlah jawaban jika
ada
3.
Mempunyai banyak gagasan
mengenai suatu masalah
4.
Lancar mengungkapkan
gagasan-gagasannya
5.
Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
banyak dari orang lain
6.
Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi
2.Berpikir Luwes
1. Menghasilkan gagasan,
jawaban, atau pertanyaan
yang bervariasi
2. Dapat melihat suatu
masalah dari sudut
pandang yang berbeda
3. Mencari banyak alternatif
atau arah yang berbeda
4. Mampu mengubah cara
1. Memberikan aneka ragam penggunaan
yang tak lazim terhadap suatu objek
2. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah
3. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda
4. Memberikan pertimbangan terhadap
situasi yang berbeda dari yang
diberikan orang lain
(22)
Lanjutan Tabel 3
pendekatan atau pemikiran
situasi selalu mempunyai posisi yang
bertentangan dengan mayoritas
kelompok
6. Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam-macam cara
untuk menyelesaikannya
3.Berpikir Orisinil
1. Mampu melahirkan
ungkapan yang baru dan
unik
2. Memikirkan cara-cara
yang tak lazim untuk
mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat
kombinasi-kombinasi yang
tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
1. Memikirkan masalah-masalah atau hal
yang tidak terpikirkan orang lain.
2. Mempertanyakan cara-cara yang lama
dan berusaha memikirkan cara-cara
yang baru.
3. Memilih asimetri dalam mengambarkan
atau membuat desain.
4. Memilih cara berpikir lain dari pada
yang lain.
5. Mencari pendekatan yang baru dari
yang klise.
6. Setelah membaca atau mendengar
gagasan-gagasan, bekerja untuk
menyelesaikan yang baru.
7. Lebih senang mensintesa dari pada
menganalisis sesuatu.
4. Berpikir Elaboratif
1. Mampu memperkaya dan
mengembangkan suatu
gagasan atau produk
2. Menambah atau merinci
detail-detail dari suatu
objek, gagasan atau situasi
sehingga menjadi lebih
menarik
1. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan
langkah-langkah yang terperinci
2. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain
3. Mencoba atau menguji detail-detail
untuk melihat arah yang akan ditempuh
4. Mempunyai rasa keindahan yang kuat,
sehingga tidak puas dengan penampilan
yang kosong atau sederhana
5. Menambah garis-garis, warna warna,
dan detail-detail (bagian-bagian)
terhadap gambaranya sendiri atau
gambar orang lain
Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif
(23)
D.
Konsep
Konsep merupakan suatu abstraksi yang melibatkan hubungan antar konsep
(relational concepts) dan dapat dibentuk oleh individu dengan mengelompokkan
obyek, merespon obyek tersebut dan kemudian memberinya label (concept by
definition). Oleh karena itu, suatu konsep mempunyai karakteristik berupa hirarki
konsep dan definisi konsep. Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang
dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan
peng-ajaran bagi pencapaian konsep. Untuk melakukan analisis konsep, guru
hendak-nya memperhatikan hal-hal seperti nama konsep, atribut-atribut variabel dari
konsep, definisi konsep, contoh-contoh dan noncontoh dari konsep, hubungan
konsep dengan konsep-konsep lain (Dahar, 1989). Analisis konsep dapat terlihat
(24)
Tabel 4. Analisis konsep materi koloid.
No
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Konsep
Contoh
Non
Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat
Subordinat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)1.
Campuran
Campuranmerupakan gabungan dari dua zat atau lebih yang tidak mempunyai
komposisi yang tetap dan dapat dipisahkan secara fisika.
Konsep
konkrit
Campuran Gabungan dari dua zat atau lebih zat. Campuran homogen/ campuran heterogen, dapat berupa larutan,kol oid suspensi. Partikel ZatMateri
Senyawa
Suspensi
Larutan
koloid
Udara,
campuran air dengan pasir, campuran air dengan garam, Gas nitrogen, gas oksigen, pasir,gula2.
Suspensi
Suspensi
merupa-kan campuran
heterogen yang
terdiri dari dua fasa
dan dapat
dibeda-kan antara zat
terlarut dengan zat
pelarut.
Konsep
konkret
Suspensi
Campuran
heterogen
Zat terlarut
dan zat
pelarut
dapat
dibedakan
Partikel
zat
sistem
dispersi
larutan
koloid
-
Campuran
air dengan
pasir
campuran
minyak
dengan air
Santan,
susu
3.
Larutan
campuran homogen
yang terdiri dari
satu fasa dan tidak
dapat dibedakan
antara zat terlarut
Konsep
konkret
larutan
campuran
homogen
zat terlarut
dan pelarut
partikel
zat
sistem
dispersi
suspensi
koloid
Larutan
elektrolit
dan non
elektrolit
Larutan
Larutan
gula, larutan
garam
campuran
air dan
pasir,
campuran
minyak
(25)
No
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Konsep
Contoh
Non
Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat
Subordinat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)dengan zat pelarut.
tidak dapat
dibedakan
asam basa
dengan air
4.
Koloid
Koloid adalah
suatu bentuk
campuran yang
keadaanya terletak
antara larutan dan
suspensi(campuran
kasar)
Konsep
abstrak
contoh
konkret
Koloid
Campuran
yang
terletak
antara
suspensi
dan larutan
Partikel
Zat
sistem
dispersi
larutan
suspensi
sol
emulsi
buih
aerosol
gel
Susu, santan
, cat ,tinta
Campuran
air dengan
minyak,
campuran
pasir
dengan air
5.
Aerosol
Aerosol merupakan
jenis koloid dari
partikel padat atau
cair yang
terdispersi dalam
gas
Konsep
abstrak
contoh
konkret
aerosol
koloid dari
partikel
padat/cair
yang
terdispersi
dalam gas
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
sol
emulsi
buih
gel
Aerosol
padat
Aerosol
cair
Asap, debu
dalam udara
Kabut dan
awan
Air
sungai, cat
6.
Sol
Sol merupakan
jenis koloid dari
partikel padat yang
terdispersi dalam
zat cair
Konsep
abstrak
contoh
konkret
sol
jenis koloid
dari partikel
padat
terdispersi
dalam zat
cair
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
emulsi
buih
gel
Sol cair
Sol padat
Sol sabun,
sol
detergen,
sol kanji
santan,
susu,
mayonaise
7.
Emulsi
Emulsi merupakan
jenis koloid dari zat
cair yang
terdispersi dari zat
cair lagi
Konsep
abstrak
contoh
konkret
emulsi
terdiri dari
fase
terdispersi
cair dan
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
buih
gel
Emulsi
padat
Emulsi
cair
Susu,santan,
mutiara, jeli
Kabut,
awan
(26)
No
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Konsep
Contoh
Non
Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat
Subordinat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)medium
pendispersi
cair
8.
Buih
Buih merupakan
jenis koloid yang
terdiri dari gas
yang terdispersi
dalam zat cair
Konsep
abstrak
contoh
konkret
buih
Terdiri dari
fase
terdispersi
gas dan
medium
pendispersi
padat/cair
Partikel
Zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
emulsi
gel
Buih cair
Buih
padat
Buih sabun,
karet busa
batu apung
susu,
santan, jeli
9.
Gel
Gel merupakan
jenis koloid yang
setengah kaku
(antara padat dan
cair)
Konsep
abstrak
contoh
konkret
gel
koloid yang
setengah
padat dan
cair
partikel
zat
jenis-jenis
koloid
aerosol
sol
emulsi
buih
-
Gel silika,
gelatin,
agar-agar
Sabun,
karet busa,
awan
10.
Efek
Tyndall
Efek Tyandall
adalah
tehamburnya
berkas cahaya oleh
koloid
Konsep
abstrak
efek
Tyndall
terhamburn
ya seberkas
cahaya oleh
partikel
koloid
partikel
sifat-sifat
koloid
gerak
Brown
koagula-si
adsorpsi
elektrofor
esis
dialysis
-
Sorot lampu
mobil pada
malam yang
berkabut
Pemurnian
gula tebu
11. Gerak
Brown
Gerak Brown yaitu
suatu gerak zig-zag
partikel koloid
yang dapat diamati
dengan mikroskop
ultra
Konsep
abstrak
gerak
Brown
gerak zig
zag yang
diamati
dengan
partikel
sifat-sifat
koloid
efek
Tyandall
koagulasi
adsorpsi
elektrofor
esis
-
Pengamatan
partikel
koloid pada
susu
Sorot
lampu
mobil
pada
malam
yang
(27)
No
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Konsep
Contoh
Non
Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat
Subordinat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)mikroskop
ultra
dialysis
berkabut
12. Elektrofor
esis
Pergerakan partikel
koloid dalam
medan listrik
Konsep
abstrak
elektrofore-sis
parikel
koloid
dalam
medan
listrik
partikel
sifat-sifat
koloid
efek
Tyandall
koagulasi
adsorpsi
gerak
brown
dialysis
-
Untuk
identifikasi
DNA dalam
mengidentif
ikasi pelaku
kejahatan
Pengamat-an partikel
koloid
pada susu
13. Adsorpsi
Partikel koloid
memiliki
kemampuan
menyerap berbagai
macam zat pada
permukaan
Konsep
abstrak
Adsorpsi
Kemampua
n menyerap
berbagai
Macam zat
pada
permukaan
partikel
sifat-sifat
koloid
efek
Tyandall
koagulasi
elektro-forsis
gerak
brown
dialysis
-
Pemurnian
gula
Penjernian
air
Sorot
lampu
mobil
pada
malam
yang
berkabut
14. Koagulasi Koagulasi yaitu
peristiwa
penggumpalan
pada koloid
Konsep
abstrak
Koagulasi
Penggumpa
l-an pada
koloid
partikel
sifat-sifat
koloid
efek
Tyandall
adsorpsi
elektro-forsis
gerak
brown
dialysis
-
Sol
Fe(OH)
3ditetesi
larutan
NaCl
Pemutihan
gula tebu
15. Dialisis
Dialisis yaitu
campuran koloid
yang dapat
Konsep
abstrak
Dialisis
Campuran
yang dapat
partikel
sifat-sifat
koloid
efek
Tyandall
adsorpsi
-
Proses
pemisahan
hasil-hasil
Sol
Fe(OH)
3ditetesi
(28)
No
Label
Konsep
Definisi Konsep
Jenis
Konsep
Atribut Konsep
Konsep
Contoh
Non
Contoh
Kritis
Variabel
Superordinat
Koordinat
Subordinat
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)dipisahkan dari
ion-ion
dipisahkan
oleh
ion-ion
elektro-forsis
gerak
brown
koagulasi
metabolis-me dari
darah oleh
ginjal
larutan
NaCl
16. Cara
Dispersi
Cara dispersi yaitu
pembuatan koloid
dengan cara
mengelilingi atau
menggerus koloid
hingga halus dan
mencampur dengan
medium
pendispersi.
konkret
Dispersi
Pembuatan
koloid yang
dilakukan
dengan cara
menghalus-kan koloid
dengan
mencampur
-kan
medium
pendispersi.
Partikel
Cara
Pembuatan
koloid
Cara
dispersi
Cara
kondensasi
Cara
dispersi
langsung
Homogenis
asi
Peptisasi
Busur
bredig
Pembuatan
sol belerang
Pembuat-an sol
Fe(OH)
317.
Cara
Kondensa
si
cara pembuatan
koloid dari partikel
kecil (larutan)
menjadi partikel
koloid
konkret
kondensasi
Partikel
Cara
Pembuatan
koloid
Cara
kondensasi
Reaksi
Hidrolisis
Reaksi
Redoks
Pertukar-an
ion
Pembuatan
sol Fe(OH)
3(29)
F.
Kerangka Berpikir
Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan
permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahannya
ter-sebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Pada tahap pertama
pembelajaran inkuiri terbimbing ialah merumuskan masalah, siswa diberikan
ma-salah atau pertanyaan dari guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan
ja-waban terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan guru. Dalam tahapan ini
keterampilan berpikir orisinil dilatihkan kepada siswa. Siswa diharapkan terampil
dalam mengemukakan gagasan yang orisinil tentang koloid yang mereka ketahui.
Pada tahap tersebut, siswa akan termotivasi untuk bertanya atau merumuskan
per-tanyaan terhadap permasalahan.Setelah masalah diungkapkan, siswa
mengem-bangkan dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya. Pada tahap
ter-sebut, siswa akan meramalkan kemungkinan hipotesis yang relevan dengan
per-masalahan yang diberikan guru.
Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya siswa
mengumpul-kan data-data dengan melakumengumpul-kan percobaan dan telaah literatur, siswa pun amengumpul-kan
terpacu untuk meneliti, bertanya, dan bereksperimen untuk membuktikan
hipo-tesis sebelumnya. Pada tahap ini diharapkan keterampilan berpikir orisinil siswa
dapat berkembang, siswa dapat mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
per-cobaan yang dilakukan kemudian siswa diminta untuk menyajikan data hasil
percobaan ke dalam bentuk essay. Langkah berikutnya menganalisis data dari
hasil pengumpulan data. Pada tahap ini guru memberi kesempatan pada tiap
(30)
siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Ketika
siswa telah mendapatkan kesimpulan tentang jawaban dari masalah yang telah
diberi diharapkan siswa dapat mengungkapkan jawabannya yang orisinil dengan
yang siswa yang lain (Gulo dalam Trianto, 2010).
Pada akhirnya, berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas diharapkan dengan
diterapkannya pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan keterampilan
berpikir orisinil siswa.
G.
Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.
Siswa-siswi kelas XI IPA 3 semester genap SMA Negeri 7 Bandar Lampung
tahun pelajaran 2012/2013 yang menjadi subjek penelitian mempunyai
kemampuan dasar yang sama.
2.
Perbedaan n-Gain keterampilan orisinil siswa semata-mata terjadi karena
perubahan perlakuan dalam proses belajar.
3.
Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.
H.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
(31)
III. METODOLOGI PENELITIAN
A.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA yang berjumlah 200
siswa dan tersebar dalam lima kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4
dan XI IPA 5. Pembagian siswa pada tiap kelas dilakukan secara heterogen, sehingga
proporsi jumlah siswa yang memiliki kemampuan akademik yang tinggi, sedang
maupun kurang dalam tiap kelasnya hampir sama antara salah satu kelas dengan
ke-las yang lainnya.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 SMA N 7
Bandar Lampung. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling,
yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Pada
tek-nik purposive sampling menurut Sudjana (2002), hanya mereka yang dianggap ahli
yang patut memberikan pertimbangan untuk pengambilan sampel yang diperlukan.
Purposive sampling akan baik hasilnya di tangan seorang ahli yang mengenal
popu-lasi dan dapat segera mengetahui lokasi masalah-masalah yang khas. Berdasarkan
teknik ini maka peneliti menetapkan kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen yang
mengalami pembelajaran inkuiri terbimbing dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang
(32)
B.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat
kuantitatif yaitu data hasil tes sebelum belajar (pretest) dan hasil tes setelah belajar
(posttest) siswa.
Sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1.
Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen.
2.
Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol.
Data penelitian ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa
kelas kontrol.
C.
Desain dan Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Non Equivalent Control Group Design (Sugiyono,
2010). Di dalamnya terdapat langkah-langkah yang menunjukkan suatu urutan
kegiatan penelitian yaitu:
Tabel 5. Desain penelitian
Kelas
Pretest
Perlakuan
Postest
Kelas eksperimen
O
1X
O
2Kelas kontrol
O
1 -O
2Sebelum diterapkan perlakuan kedua kelompok sampel diberikan pretest (O
1) yang
terdiri dari 5 soal essay terlebih dahulu. Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan
perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada kelas kontrol
di-terapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel
(33)
D.
Instrumen Penelitian dan Validitasnya
Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen
pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk
me-laksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Pada penelitian ini,
in-strumen yang digunakan antara lain adalah silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembe-lajaran (RPP), LKS kimia yang menggunakan metode inkuiri terbimbing pada materi
koloid sejumlah 4 LKS, soal pretest, dan soal posttest yang berupa soal uraian yang
mewakili keterampilan adalah keterampilan berpikir orisinil.
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian
kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment.
Instrumen ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara
in-strumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992). Adapun pengujian
ke-validan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan
dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan
peng-ukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila antara unsur-unsur itu terdapat
kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk digunakan
dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh
karena dalam melakukan judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka
peneliti meminta ahli untuk melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dr.
(34)
E.
Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah:
1.
Observasi Pendahuluan
Tujuan observasi pendahuluan:
a.
Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
in-formasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana prasarana
yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung
pe-laksanaan penelitian.
b.
Menentukan populasi dan sampel penelitian.
2.
Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a.
Tahap persiapan, menyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b.
Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah (1)
melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi koloid sesuai
dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas, pembelajaran
inkuiri terbimbing diterapkan di kelas eksperimen serta pembelajaran
konvensi-onal diterapkan di kelas kontrol; (3) melakukan postest dengan soal-soal yang
sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol; dan (4) melakukan tabulasi dan
analisis data.
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada alur penelitian, seperti
(35)
Gambar 1. Alur Penelitian
F.
Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti
yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah,
tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
1.
Penentuan Nilai Akhir Siswa
...(1)
Data yang diperoleh kemudian dicari gain ternormalisasinya kemudian dianalisis
menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas dua varians.
2.
Perhitungan Gain ternormalisasi (n-Gain)
Observasi Pendahuluan
1.
Menentukan populasi dan Sampel
2.
Mempersiapkan perangkat
pembelajaran dan Instrumen
3.
Validasi Instrumen
Kelas Eksperimen
Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing
Kelas Kontrol
Pembelajaran
Konvensional
Pretest
Posttest
Analisis Data
Pembahasan dan kesimpulan
100
x
maksimal
skor
benar
yang
jawaban
skor
Siswa
Nilai
(36)
Gain ternormalisasi (n-Gain) merupakan perbandingan antara selisih skor pretest
dan skor posttest dengan selisih skor maksimum dan skor pretest. n-Gain
di-gunakan untuk mengukur efektivitas suatu pembelajaran. Melalui perhitungan ini
didapatkan data n-Gain sejumlah siswa yang mengikuti tes tersebut. Dalam hal ini
39 data pada kelas XI IPA
3(kelas eksperimen) dan 39 data pada kelas XI IPA
2(kelas kontrol). n-Gain dirumuskan sebagai berikut:
Rumus
...(2)
Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya
kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.
3.
Pengujian Hipotesis
a.
Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan statistik yang akan digunakan
dalam mengolah data, yang paling penting adalah untuk menentukan apakah
menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik. Untuk menguji
normalitas data sampel yang diperoleh yaitu gain ternormalisasi dapat digunakan
uji Chi-Kuadrat. Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk
uji ini adalah:
H
0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H
1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut:
a) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah.
b) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas.
(37)
d) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas.
e) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2002) dengan
rumus: Z=
dimana S adalah simpangan baku dan adalah rata-rata sampel
f) Mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakan
tabel.
g) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (2002)
Dengan:
X
2= Chi
–
kuadrat
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi yang diharapkan
h) Membandingkan harga Chi
–
kuadrat dengan tabel Chi
–
kuadrat X
2dengan
taraf signifikan 5%
i) Menarik kesimpulan, jika
maka data
berdistribusi normal atau
terima H
0b.
Uji homogenitas dua varians
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian
homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik yang akan digunakan
dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki
apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang
(38)
H
0=
12 22(data penelitian mempunyai variansi yang homogen)
H
1=
12 22(data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen)
Untuk uji homogenitas dua peubah terikat digunakan rumus yang terdapat dalam:
kecil Varian ter
terbesar Varians
F
...(3)
Keterangan : F = Kesamaan dua varians
Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung F ½ ( 1, 2)
Jika F
hitung< F
tabelmaka H
0diterima. Yang berarti kedua kelompok tersebut
mempunyai varians yang sama atau dikatakan homogen (Sudjana, 2002)
c. Uji perbedaan dua rata-rata
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji
perbedaan dua rata-rata. Rumusan hipotesisnya adalah sebagai berikut :
H
0µ
1x≤ µ2x: Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada materi koloid
pada kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih
rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain keterampilan berpikir
orisinil pada kelas yang diterapkan pembelajaran konvensional.
H
1µ
1x> µ
2x: Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada materi koloid pada
kelas yang diterapkan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi
dari pada rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil pada kelas
yang diterapkan pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ
1 :Rata-rata n-Gain (x) pada materi pokok koloid pada kelas yang diterapkan
(39)
µ
2 :Rata-rata n-Gain (x) pada materi koloid pada kelas yang diterapkan
pem-belajaran konvensional
x: keterampilan berpikir orisinil
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, karena
jika kedua varians kelas sampel homogen (σ1
2 = σ22), maka uji yang dilakukan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan:
= nilai rata-rata kelas eksperimen
= Simpangan baku gabungan
= nilai rata-rata kelas kontrol
s
12= varians kelas eksperimen
= Jumlah siswa kelas eksperimen
s
22= varians kelas kontrol
n
2= Jumlah siswa kelas kontrol
Dengan kriteria uji :
Terima H
0jika t
hitung< t
(1-α)dan tolak sebaliknya.
(40)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi koloid efektif
dalam meningkatkan keterampilan berpikir orisinil.
2.
Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir orisinil dengan model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain keterampilan
berpikir orisinil dengan pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1.
LKS berbasis inkuiri terbimbing sebagai media pembelajaran perlu upaya
pengembangan yang lebih baik dan menarik karena mampu menunjang proses
pembelajaran.
2.
Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa hendaknya
membuat perencanaan dan skenario pembelajaran dengan matang sehingga
pembelajaran lebih efektif dan maksimal.
3.
Model pembelajararan inkuiri terbimbing dapat dipakai sebagai model
pembe-lajaran bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar dan disesuaikan dengan
(41)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Strategi Penelitian Pendidikan. Angkasa. Bandung
Arifin. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Bandung. Jurusan Pendidikan Kimia
FPMIPA UPI.
Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah.
BSNP. Jakarta.
Bell, G.M.E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori belajar. Erlangga. Jakarta.
Djamarah, S.B., Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Evans, J. R. 1991. Berpikir Kreatif, dalam Pengambilan Keputusan dan
Manajemen. Bumi Aksara. Jakarta
Fathur, Rohim, Susanto, H. 2012. Penerapan Model Discovery Terbimbing Pada
Pembelajaran Fisika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif.
Journal Universitas Negeri Semarang. Diakses 8 Juni 2013 dari
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upej
Febrianita, N. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Pokok Bahasan
Lingkaran Berbasis Pemecahan Masalah untuk Melatih Kemampuan
Berfikir Kreatif Siswa SMP. Tesis Pasca Universitas Sriwijaya Palembang.
Diakses 13 Juli 2013 dari
http://p4mriunsri.wordpress.com/penelitian/
Filsaime, D.K. 2008. Menguak Rahasia Kritis dan Kreatif. Prestasi Pustaka
Publisher. Jakarta
Ibrahim, M. 2002. Pembelajaran Inkuiri. Diakses 13 Juli 2013 dari
http://herfis.blogspot.com/2009/07/ pembelajaran-inkuiri.html
(42)
MATA PELAJARAN/TEMA
: KIMIA/Sistem Koloid
KELAS/SEMESTER
: XI/Genap
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR Tingkat Ranah KD INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI Tingkat Ranah IPK MATERI POKOK RUANG
LINGKUP ALOKASI WAKTU
NILAI KARAKTER
1
2
3
5. Menjelaskan sistem dan sifat koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari 5.1 Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
C5 A. Kognitif
Produk :
1. Mengelompokkan beberapa
campuran kedalam koloid, larutan dan suspensi
2. Menjelaskan pengertian
sistem koloid berdasarkan percobaan
kesamaan/perbedaan sifat
3. Menjelaskan pengertian
sistem koloid berdasarkan ukuran partikelnya
4. Memberikan contoh-contoh
koloid yang ada dalam kehidupan sehari-hari
5. Mendefinisikan kembali jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi
6. Mengelompokkan jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium
C3 C1 C1 C2 C1 C3 Sistem Koloid Jenis Koloid
6 JP Peduli
Tanggung Jawab Kejujuran Berprilaku Santun
ra
n 1
(43)
KD IPK
1
2
3
pendispersi
7. Menjelaskan hasil pengamatan berupa tabel maupun gambar tentang efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, koagulasi, adsorpsi dan elektroforesis
8. Menjelaskan pengertian efek
Tyndall, gerak Brown, dialisis, koagulasi, adsorpsi, dan elektroforesis
9. Memberikan contoh beberapa sifat koloid dalam kehidupan sehari-hari yang termasuk efek Tyndall, gerak Brown, dialisis, koagulasi, adsorpsi, dan elektroforesis
10. Menjelaskan peristiwa
terjadinya muatan listrik pada partikel koloid
Proses :
1. Melakukan percobaan untuk
mengetahui sifat koloid, larutan dan suspensi
2. Mengisi tabel hasil
pengamatan yang telah tersedia
3. Menganalisis data hasil
pengamatan untuk menentukan sifat koloid,
C1
C1
C2
C1
C3
C3
C4
Sifat Koloid
(44)
KD IPK
1
2
3
larutan dan suspensi
4. Memberikan contoh campuran
lain yang karakteristiknya mirip dengan larutan (lancar)
5. Memberikan contoh campuran
lain yang karakteristiknya mirip dengan koloid (lancar)
6. Memberikan contoh campuran
lain yang karakteristiknya mirip dengan suspensi (lancar)
7. Mengemukakan gagasan yang
lain mengenai sistem koloid berdasarkan percobaan kesamaan/perbedaan sifat (orisinil)
8. Membuat gagasan lain tentang
sistem koloid dengan pendekatan berbeda dari percobaan (fleksibel)
9. Menemukan pengertian sistem
koloid berdasarkan percobaan kesamaan/perbedaan sifatnya
10. Menemukan pengertian sistem
koloid berdasarkan ukuran partikelnya.
11. Mengamati contoh-contoh koloid untuk menentukan fase terdispersi dan medium pendispersinya
C4
C4
C4
C5
C5
C5
C5
C3
(45)
KD IPK
1
2
3
12. Mengidentifikasi jenis-jenis koloid berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya
13. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan buih (lancar)
14. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan buih padat (orisinil)
15. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan emulsi (lancar)
16. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan emulsi padat (lancar)
17. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan aerosol padat (lancar)
18. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya
C1
C4
C4
C4
C4
C4
C4
(46)
KD IPK
1
2
3
sama dengan sol (lancar)
19. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan sol padat (lancar)
20. Memberikan contoh lain
koloid yang fase terdispersi dan medium pendispersinya sama dengan aerosol cair (lancar)
21. Mengidentifikasi contoh
campuran yang bukan merupakan jenis koloid dengan pendekatan berbeda (lancar)
22. Mendefinisikan jenis-jenis
koloid
23. Menganalisis tabel hasil pengamatan pada percobaan mendefinisikan koloid yang dilakukan siswa di awal materi koloid.
24. Membaca hasil pengamatan untuk campuran koloid yang diberi perlakuan dengan cara disinari dengan lampu senter
25. Mengemukakan gagasan
tentang fenomena efek Tyndall (lancar)
C4
C4
C5
C1 C4
C3
C5
(47)
KD IPK
1
2
3
26. Memberikan contoh lain, fenomena yang mirip dengan proses cuci darah (lancar)
27. Mengamati terbentuknya koagulasi pada percobaan penambahan air jeruk terhadap susu
28. Mengemukakan gagasan
tentang fenomena koagulasi berdasarkan percobaan
penambahan air jeruk terhadap susu (orisinil)
29. Mengintrepretasikan gambar peristiwa koagulasi Sol Fe(OH)3 (fleksibel) 30. Mengamati gambar yang
menunjukkan pergerakan partikel koloid secara terus-menerus pada percobaan gerak Brown.
31. Mengemukakan gagasan
tentang fenomena gerak Brown berdasarkan gambar pergerakan partikel secara terus-menerus (orisinil)
32. Mengamati gambar partikel sol Fe(OH)3 dan partikel sol As2S3 .
33. Mengemukakan gagasan
tentang fenomena adsorpsi
C4
C3
C5
C6
C3
C5
C3
C5
(48)
KD IPK
1
2
3
dari gambar partikel sol
Fe(OH)3 dan partikel sol As2S3. (orisinil)
34. Mengamati gambar sistem koloid dalam selaput
semipermeabel di bejana yang berisi air
35. Mengemukakan gagasan
tentang fenomena dialisis dari gambar sistem koloid dalam selaput semipermeabel di bejana yang berisi air (orisinil)
36. Mengamati gambar sel
elektroforesis
37. Mengamati peristiwa
terjadinya muatan listrik pada partikel koloid
38. Mengemukakan gagasan
tentang cara kerja
elektroforesis berdasarkan gambar sel elektroforesis (orisinil)
39. Mendefinisikan kembali
tentang efek Tyndall, koagulasi, absorbsi, gerak Brown, dialisis dan elektrolisis 40. Mengamati gambar partikel
sol Fe(OH)3 dan partikel sol As2S3 .
41. Mengemukakan gagasan
C3
C5
C3 C3
C5
C1
C3
(49)
KD IPK
1
2
3
tentang fenomena adsorpsi dari gambar partikel sol
Fe(OH)3 dan partikel sol As2S3. (orisinil)
42. Mengamati gambar sistem koloid dalam selaput
semipermeabel di bejana yang berisi air.
43. Mengemukakan gagasan
tentang fenomena dialisis dari gambar sisitem koloid dalam selaput semipermeabel di bejana yang berisi air (orisinil)
44. Mengamati gambar sel
elektroforesis
45. Mengamati peristiwa
terjadinya muatan listrik pada partikel koloid
46. Mengemukakan gagasan
tentang cara kerja
elektroforesis berdasarkan gambar sel elektroforesis (orisinil)
47. Mendefinisikan kembali
tentang efek Tyndall, koagulasi, absorbsi, gerak Brown, dialisis dan elektroforesis
C5
C3
C5
C3 C3
C5
C1
(50)
KD IPK
1
2
3
5.2 Membuat
berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya
C3 A. Kognitif
Produk :
1. Menjelaskan pembuatan
koloid dengan cara kondensasi
2. Menjelaskan pembuatan
koloid dengan cara dispersi
3. Membuat koloid liofil dan
koloid liofob serta
mengidentifikasi perbedaan sifat keduanya
4. Menjelaskan peranan koloid
di industri kosmetik, makanan, farmasi dan dampaknya pada lingkungan.
Proses :
1. Melakukan percobaan
pembuatan koloid secara kondensasi dengan bahan-bahan yang telah disediakan
2. Menganalisis data hasil
percobaan pembuatan koloid secara kondensasi
3. Memberikan contoh koloid
yang prosedurnya mirip dengan pembuatan koloid secara kondensasi (lancar)
C1
C1 C3
C1
C3
C4
C4
Pembuatan Koloid
Peranan Koloid
3 JP
(51)
KD IPK
1
2
3
4. Mengemukakan gagasan yang
lain mengenai pembuatan koloid secara kondensasi berdasarkan percobaan (lancar)
5. Menuliskan persamaan reaksi
yang terjadi pada pembuatan koloid secara kondensasi
6. Menyimpulkan gagasan
pembuatan koloid secara kondensasi
7. Melakukan percobaan
pembuatan koloid secara dispersi dengan bahan-bahan yang telah disediakan
8. Menganalisis data hasil
percobaan pembuatan koloid secara dispersi
9. Memberikan contoh koloid
yang prosedurnya mirip dengan pembuatan koloid secara dispersi (lancar)
10. Mengemukakan gagasan yang
lain mengenai pembuatan koloid secara dispersi berdasarkan percobaan (orisinil)
11. Menuliskan persamaan reaksi
yang terjadi pada pembuatan koloid secara dispersi
C5
C1
C5
C3
C4
C4
C5
C1
(52)
KD IPK
1
2
3
12. Menyimpulkan gagasan
pembuatan koloid secara dispersi
13. Melakukan percobaan
pembuatan koloid liofil dan koloid liofob dengan bahan-bahan yang telah disediakan
14. Menganalisis data hasil
percobaan koloid liofil
15. Memberikan contoh lain
koloid yang karakteristiknya mirip koloid liofil (lancar)
16. Mengemukakan gagasan yang
lain mengenai koloid liofil berdasarkan percobaan (orisinil)
17. Memberikan contoh lain
koloid yang karakteristiknya mirip koloid liofob (lancar)
18. Mengemukakan gagasan yang
lain mengenai koloid liofob berdasarkan percobaan (orisinil)
19. Mengamati cara kerja
sabun/detergen dalam membersihkan kotoran pada kain melalui percobaan.
20. Mengemukakan gagasan cara
kerja sabun/detergen berdasarkan percobaan
C5
C3
C4 C4
C5
C4
C5
C3
C5
(53)
KD IPK
1
2
3
(orisinil)
21. Membedakan koloid liofil dan
koloid liofob dengan
pendekatan yang berbeda dari percobaan (fleksibel)
22. Menemukan pengertian koloid
liofil dan koloid liofob
23. Mengidentifikasi perananan
koloid dalam industri kosmetik, makanan dan farmasi
24. Memberikan contoh koloid
lain dalam industri kosmetik yang karakteristiknya mirip dengan bahan kosmestik yang ada(lancar)
25. Memberikan contoh koloid
lain dalam industri makanan yang karakteristiknya mirip dengan bahan makanan yang ada (lancar)
26. Memberikan contoh koloid
lain dalam industri farmasi yang karakteristiknya mirip dengan koloid farmasi yang ada (lancar)
27. Mengidentifikasi dampak
buruk koloid dalam kehidupan
28. Memberi gagasan yang lain
sistem koloid yang memiliki
C2
C5 C1
C4
C4
C4
C1
(54)
KD IPK
1
2
3
dampak buruk bagi kehidupan (fleksibel)
Bandarlampung, 1 Juni 2013
Guru Mitra
Mahasiswa Peneliti
Budi Susana, S.Pd
Agus Winarti
NIP 19671129 198811 1 001
NPM 0743023003
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 7 Bandarlampung
Drs. Suharto,M.Pd
NIP 19671220 199303 1 003
(1)
LEMBAR AKTIVITAS SISWA (Kelas Eksperimen)
Standar Kompetensi : 5. Menjelaskan sistem koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 5. 1Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan : 2
No. Nama Jenis Kegiatan Siswa
1 2 3 4
1 Adan Haffiz Assad √ √ - √
2 Alfinando √ - √ √
3 Amrialita Shela Romli √ √ - √
4 Anita Kiki Saputri - √ √
-5 Annisa Citra Mutiara √ √ - √
6 Arda Miranika Triana A √ - √ √
7 Arrazy √ √ - √
8 Arswendo Prabowo - √ √ √
9 Asiska Aprilliya √ - √ √
10 Bagas Primaniarta √ √ - √
11 Carollyne Carepany - √ √
-12 Devi Lestari √ √ - √
13 Dicky Andhika Putra √ - √ √
14 Dwi Prasetya √ √ - √
15 Dyah Septi Windari - √ √
-16 Febri Putri Ramadhani √ √ √
-17 Gita Gianti √ - √ √
(2)
36 Wenti Prisilia Novita √
37 Wildan Akbar √ √ - √
38 Yogi Pangestu √ - √ √
39 Yugita Ritonga √ √ - √
Keterangan :
1. Siswa bertanya kepada guru 3. Siswa menjawab pertanyaan guru 2. Siswa memberikan pendapat 4. Bekerja sama dengan baik
Bandar Lampung, Mei 2013 Observer
(3)
LEMBAR AKTIVITAS SISWA (Kelas Eksperimen)
Standar Kompetensi : 5. Menjelaskan sistem koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 5. 1Mengelompokkan sifat-sifat koloid dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pertemuan : 3
No. Nama Jenis Kegiatan Siswa
1 2 3 4
1 Adan Haffiz Assad √ √ - √
2 Alfinando √ - √ √
3 Amrialita Shela Romli √ √ - √
4 Anita Kiki Saputri √ √ √
-5 Annisa Citra Mutiara √ √ - √
6 Arda Miranika Triana A √ - √ √
7 Arrazy √ √ - √
8 Arswendo Prabowo √ √ √ √
9 Asiska Aprilliya √ - √ √
10 Bagas Primaniarta √ √ - √
11 Carollyne Carepany √ √ √
-12 Devi Lestari √ √ - √
13 Dicky Andhika Putra √ - √ √
14 Dwi Prasetya √ √ - √
15 Dyah Septi Windari √ √ √
-16 Febri Putri Ramadhani √ √ √
-17 Gita Gianti √ - √ √
(4)
36 Wenti Prisilia Novita √
37 Wildan Akbar √ √ - √
38 Yogi Pangestu √ - √ √
39 Yugita Ritonga √ √ - √
Keterangan :
1. Siswa bertanya kepada guru 3. Siswa menjawab pertanyaan guru 2. Siswa memberikan pendapat 4. Bekerja sama dengan baik
Bandar Lampung, Mei 2013 Observer
(5)
LEMBAR AKTIVITAS SISWA (Kelas Eksperimen)
Standar Kompetensi : 5. Menjelaskan sistem koloid serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kompetensi Dasar : 5. 2 Membuat berbagai sistem koloid dengan bahan-bahan yang ada disekitar.
Pertemuan : 4
No Nama Jenis Kegiatan Siswa
1 2 3 4
1 Adan Haffiz Assad √ - √ √
2 Alfinando √ - √ √
3 Amrialita Shela Romli √ √ - √
4 Anita Kiki Saputri - √ √
-5 Annisa Citra Mutiara √ √ - √
6 Arda Miranika Triana A √ - √ √
7 Arrazy √ √ - √
8 Arswendo Prabowo √ - √ √
9 Asiska Aprilliya √ - √ √
10 Bagas Primaniarta √ √ - √
11 Carollyne Carepany √ √ √
-12 Devi Lestari √ √ - √
13 Dicky Andhika Putra √ - √ √
14 Dwi Prasetya √ √ - √
15 Dyah Septi Windari √ √ √
-16 Febri Putri Ramadhani √ √ √
-17 Gita Gianti √ - √ √
(6)
36 Wenti Prisilia Novita √
37 Wildan Akbar √ √ - √
38 Yogi Pangestu √ - √ √
39 Yugita Ritonga √ √ - √
Keterangan :
1. Siswa bertanya kepada guru 3. Siswa menjawab pertanyaan guru 2. Siswa memberikan pendapat 4. Bekerja sama dengan baik
Bandar Lampung, Mei 2013 Observer