EFEKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

Frida Octavia Purnomo

ABSTRAK
EFEKTIVITAS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN
ELEKTROLIT-NONELEKTROLIT DALAM MENINGKATKAN
KETERAMPILAN BERPIKIR LANCAR

Oleh
DEBIE MAULIDA YANTI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran
inkuiri terbimbing dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar pada materi
larutan elektrolit-nonelektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa
kelas X SMA Negeri 2 Metro Tahun Pelajaran 2013-2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X1 dan X2. Metode pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non
Equivalent Control Group Design. Efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing ditunjukkan oleh perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan
kelas eksperimen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen sebesar 0,36 dan 0,54.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit efektif dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar.

Kata kunci: keterampilan berpikir lancar, larutan elektrolit-nonelektrolit, model
pembelajaran inkuiri terbimbing


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Natar, pada tanggal 29 Agustus 1992 sebagai anak kedua
dari tiga bersaudara, buah kasih pasangan Bapak Sriyanto dan Ibu Nuridah.

Pendidikan formal diawali pada tahun 1996 di TK Almardiyyah diselesaikan tahun 1998, kemudian jenjang SD diselesaikan di SDN 5 Merak Batin Natar pada
tahun 2004, setelah itu melanjutkan jenjang sekolah di SMP Negeri 1 Natar dan
selesai pada tahun 2007, serta meneruskan pendidikkan di SMA Negeri 13 Bandar
Lampung dan lulus pada tahun 2010.

Tahun 2010 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia di
Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN. Tahun 2013 Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terintergrasi diikuti di SMA Negeri 1 Sumberjaya Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Lampung Barat.

MOTO

Betapapun musibah datang bertubi-tubi
Pastilah ada solusi dikemudian hari, karena selalu ada
harapan dalam setiap rintangan
(Dr. A idh Al-Qarni)


Yakinlah bahwa segala sesuatu yang diberikan Allah SWT
kepada kita adalah yang terbaik
(Debie Maulida yanti)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Inkuiri terbimbing pada Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Lancar ” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW,
yang menjadi suri tauladan bagi umat manusia.

Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada:
1.

Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.


3.

Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia
sekaligus pembahas atas kesediannya untuk memberikan motivasi, bimbingan,
saran, dan kritik dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi.

4.

Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan,
dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
perbaikan skripsi ini.

5.

Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc., selaku Pembimbing II atas kesediaannya memberi
bimbingan, kritik, saran dan motivasi untuk perbaikan skripsi.

6.


Ibu Siti Munaroh, S.Pd selaku guru mitra atas waktu yang telah diberikan kepada
penulis untuk melaksanakan penelitian.

7.

Bapak dan ibu dewan guru, staf TU SMA Negeri 2 Metro yang sudi menerima
keberadaan penulis selama penelitian.

8.

Ibu dan Bapak. Terima kasih atas ridho, doa dan semangat yang selalu mengiringi langkah anaknya meraih cita-cita.

9.

Kakak dan adikku, terimakasih atas semangat dan doa yang telah diberikan.

10. Rekan seperjuanganku Oktia Wulandari, Kenia Mahargiyani, dan Ali Rifai.
Terima kasih atas kerja sama dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.
11. Keluarga “Wink” Nisa, Fuah, Wanti, Eva, Revi, Arif, dan Yuda . Terima kasih
atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan. You are best friend

forever.
12. Teman-temanku, Kakak tingkat dan Adik tingkatku di Pendidikan Kimia. Terima
kasih atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya.

Bandar Lampung,
Penulis,

Debie Maulida Yanti

2014

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................

I.

vi

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ...............................................................................

5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................

5

D. Manfaat Penelitian ..............................................................................

5


E. Ruang Lingkup ....................................................................................

6

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme ..........................................................

7

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.............................................

11

C. Keterampilan Berpikir Kreatif ............................................................

14

D. Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit ...................


18

E. Kerangka Pemikiran ............................................................................

21

F. Anggapan Dasar ..................................................................................

22

G. Hipotesis .............................................................................................

22

III. METODELOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................

23

B. Data Penelitian ....................................................................................


24

i

C. Metode dan Desain Penelitian .............................................................

24

D. Variabel Penelitian ..............................................................................

24

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen.....................................

25

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .........................................................

26


G. Teknik Analisis Data ...........................................................................

28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .....................................................................................

34

B. Pembahasan...........................................................................................

39

V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ..............................................................................................

48

B. Saran .....................................................................................................


48

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1.

Analisis SKL-KI-KD ..........................................................................

51

2.

Silabus Kelas Eksperimen....................................................................

61

3.

RPP Kelas Eksperimen .......................................................................

74

4.

LKS ....................................................................................................

91

5.

Kisi-kisi Soal Pretes dan Postes........................................................... 120

6.

Soal Pretes............................................................................................ 127

7.

Soal Postes ........................................................................................... 132

8.

Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ............................................. 137

9.

Rubrik Penilaian Afektif Siswa ........................................................... 148

10. Data Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen................................. 151
11. Data Penilaian Afektif Siswa Kelas Kontrol ....................................... 155
ii

12. Data Penilaian Psikomotor Siswa Kelas Eksperimen .......................... 159
13. Lembar Observasi Kinerja Guru .......................................................... 161
14. Data Pemeriksaan Jawaban Pretes dan Postes ..................................... 167
15. Data Nilai Pretes, Postes dan n-Gain .................................................. 179
16. Perhitungan .......................................................................................... 180
17. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian......................................... 203

iii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing......................................................

13

2.

Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif....................................

16

3.

Indikator kemampuan berpikir kreatif ........................................................

16

4.

Analisis konsep materi larutan elektrolit-nonelektrolit...............................

19

5.

Desain penelitian.........................................................................................

24

6.

Hasil Uji normalitas nilai pretes siswa........................................................

35

7.

Hasil Uji homogenitas nilai pretes siswa ....................................................

36

8.

Hasil Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes siswa....................................

36

9.

Hasil Uji normalitas n-Gain siswa..............................................................

37

10. Hasil Uji homogenitas n-Gain siswa ..........................................................

38

11. Hasil Uji perbedaan dua rata-rata n-Gain siswa .........................................

38

12. Data nilai pretes dan postes siswa............................................................... 180
13. Daftar distribusi frekuensi nilai pretes siswa pada kelas kontrol................ 182
14. Uji normalitas pretes kelas kontrol ............................................................. 184
15. Daftar distribusi frekuensi nilai pretes siswa pada kelas eksperimen ......... 186
16. Uji normalitas pretes kelas eksperimen ..................................................... 188
17. Data nilai n-Gain siswa ............................................................................... 191
18. Daftar distribusi frekuensi nilai n-Gain siswa pada kelas kontrol .............. 193

iv

19. Uji normalitas n-Gain kelas kontrol............................................................ 195
20. Daftar distribusi frekuensi n-Gain siswa pada kelas eksperimen ............... 197
21. Uji normalitas n-Gain kelas eksperimen..................................................... 198

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Prosedur pelaksanaan penelitian ................................................................

2.

Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan berpikir lancar siswa kelas

3.

27

kontrol dan eksperimen...............................................................................

34

Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa..................................

37

vi

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu cabang ilmu sains dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.
Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi
struktur, komposisi, dan sifat; dinamika, kinetika, dan energetika; yang melibatkan keterampilan dan penalaran (Tim Penyusun, 2006). Konten ilmu kimia yang
berupa konsep, hukum, dan teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia
harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses, produk dan sikap
(Fadiawati, 2011).

Kimia sebagai produk dapat berupa fakta, konsep, prinsip hukum dan teori.
Sedangkan kimia sebagai sikap meliputi keterampilan berkomunikasi, bekerja
sama, ulet, kritis, kreatif, tanggung jawab dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
ketika menjumpai suatu fenomena (BSNP, 2006). Sesuai dengan Permendikbud
2013 No.69 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah
atas / madrasah aliyah, dijabarkan bahwa pembelajaran kimia di SMA harus lebih
diarahkan pada pengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Maka, pembelajaran kimia di SMA memiliki tujuan untuk memupuk kemampuan berpikir kreatif siswa (Tim Penyusun, 2013a). Keterampilan berpikir kreatif

2

terbagi menjadi lima indikator, yaitu berpikir lancar, berpikir luwes, berpikir
orisinil, berpikir elaboratif dan berpikir evaluatif (Munandar, 2008). Keterampilan berpikir kreatif juga menjadi salah satu Standar Kompetensi Lulusan pada
kurikulum 2013 untuk dimensi keterampilan, yaitu siswa diharapkan memiliki
kemampuan berpikir dan tindakan yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak
dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri
(Tim Penyusun, 2013a).

Faktanya, pembelajaran kimia di sekolah masih belum melatihkan keterampilan
berpikir kreatif siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan di SMA
Negeri 2 Metro dengan guru bidang studi kima diperoleh bahwa pembelajaran
kimia menggunakan metode ceramah. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung siswa jarang menggunakan media pembelajaran, seperti Lembar Kerja Siswa
(LKS). Siswa lebih sering mencatat apa yang guru bacakan atau tuliskan di papan
tulis. Pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Metro yang diterapkan masih berpusat pada guru (Teacher Centered learning). Pada pembelajaran ini siswa cenderung bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, sehingga siswa
kurang memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan berpikirnya
dengan cara mengajukan ide, gagasan ataupun pertanyaan. Hal ini menyebabkan
keterampilan berpikir kreatif siswa rendah. Untuk melatihkan keterampilan berpikir kreatif siswa, diperlukan model pembelajaran yang dapat melatih siswa
untuk membangun sendiri secara aktif pengetahuannya dengan menggunakan
pengetahuan yang telah ada dalam diri siswa.

3

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran
inkuiri terbimbing, karena beberapa keterampilan berpikir kreatif seperti keterampilan berpikir lancar dapat diterapkan pada tahapan-tahapan model pembelajaran
ini. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki lima tahapan yaitu pembelajaran dimulai dengan memberikan pertanyaan atau permasalahan. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan pendapatnya dalam bentuk hipotesis
yang akan diuji kebenarannya. Langkah selanjutnya siswa mengumpulkan datadata dengan melakukan percobaan dan telaah literatur. Siswa kemudian menganalisis data untuk meyakinkan bahwa hipotesisnya tersebut benar, tepat dan rasional;
langkah terakhir menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan
(Gulo dalam Trianto, 2010).

Berdasarkan kurikulum 2013, siswa harus menguasai Kompetensi Inti (KI) pada
setiap jenjang pendidikannya dan KI ini dijabarkan dalam bentuk Kompetensi
Dasar (KD). KD yang harus dikuasai pada kelas X IPA semester genap adalah
KD 3.8 yaitu, menganalisis sifat larutan elektrolit-nonelektrolit berdasarkan daya
hantar listriknya serta KD 4.8 yaitu, merancang, melakukan, dan menyimpulkan
serta menyajikan hasil percobaan untuk mengetahui sifat larutan elektrolit-nonelektrolit.

Pada penggunaan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk materi larutan
elektrolit-nonelektrolit, siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena dalam kehidupan sehari-hari dan diajak melakukan percobaan. Fenomena tersebut misalkan penggunaan aki sebagai sumber energi listrik pada kendaraan bermotor. Kemudian, timbullah pertanyaan dan permasalahan dari fenomena tersebut. Lalu

4

siswa dilatih untuk berhipotesis, mengumpulkan data melalui percobaan, menganalisisnya untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah mereka buat dan
membuat kesimpulan. Dengan demikian pembelajaran materi larutan elektrolitnonelektrolit menggunakan model inkuiri terbimbing akan dapat melatih keterampilan berpikir kreatif siswa khususnya keterampilan berpikir lancar. Keterampilan
berpikir lancar merupakan salah satu indikator keterampilan berpikir kreatif yang
akan diteliti, meliputi mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban; memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai
hal; selalu memikirkan lebih dari satu jawaban (Munandar, 2008).

Menurut hasil penelitian yang mengkaji penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu Andalan (2013) yang meneliti model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan keterampilan berpikir lancar siswa SMA Negeri 7
Bandarlampung pada materi koloid. Metode penelitian yang digunakan adalah
kuasi eksperimen dengan desain Non Equivalence Control Group Design. Dari
analisis n-Gain menunjukkan bahwa peningkatan keterampilan berpikir lancar
dengan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
dengan judul “Efektivitas Inkuiri Terbimbing Pada Materi Larutan ElektrolitNonelektrolit dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Lancar”.

5

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada materi
larutan elektrolit-nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan berpikir lancar?
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:
Untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing pada
materi larutan elektrolit-nonelektrolit dalam meningkatkan keterampilan berpikir
lancar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.

Bagi siswa
Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam kegiatan
belajar mengajar akan memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam
memecahkan masalah kimia dan meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
khususnya keterampilan berpikir lancar.

2.

Bagi guru
Model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat menjadi salah satu alternatif
model pembelajaran yang inovatif dan kreatif.

3.

Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah.

6

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif meningkatkan ketrampilan berpikir lancar siswa, apabila secara statistik ada perbedaan n-Gain
yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen (Nuraeni dkk,
2010).

2.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini
menurut Gulo (Trianto, 2010) yang terdiri dari 5 fase, yaitu; mengajukan
pertanyaan atau permasalahan (fase 1), merumuskan hipotesis (fase 2),
mengumpulkan data (fase 3), menganalisis data (fase 4), dan menarik
kesimpulan (fase 5).

3.

Keterampilan berpikir lancar merupakan salah satu indikator keterampilan
berpikir kreatif, meliputi mencetuskan banyak gagasan, jawaban (Munandar,
2008).

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Konstruktivisme

Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya
sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir seseorang dalam menghadapi suatu keadaan pada waktu sebelum dan sesudah mengalami proses belajar (Dahar, 1989). Teori belajar pada dasarnya merupakan
penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses di dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu
pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa sebagai hasil belajar.

Teori belajar yang berlandaskan kontruktivisme adalah teori belajar menurut
Piaget. Menurut Piaget dalam Baharuddin dan Wahyuni (2010):
Manusia memiliki struktur dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang
masing-masing mempunyai makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang
sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu
dan disimpan di dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan
dihubungkan dengan kotak-kotak atau struktur pengetahuan dalam otak
manusia. Oleh karena itu, pada saat manusia belajar, menurut Piaget,
sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi
informasi dan proses adaptasi.
Menurut (Trianto, 2010) konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang

8

siap untuk diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi
makna melalui pengalaman nyata.
Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya (Lobach dan Tobin dalam Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak
harus berupa pengalaman fisik semata namun termasuk juga pengalaman kognitif
dan pengalaman mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh gurunya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan begitu saja. Siswa masih harus mengonstruksi atau minimal menginterpretasi pengetahuan tersebut dalam dirinya. Dalam teori belajar konstruktivisme, guru hanya berperan sebagai fasilitator yang memotivasi siswa untuk memperoleh pengetahuan sendiri agar siswa dapat terlatih belajar secara aktif. Informasi yang telah diperoleh, selanjutnya akan dikonstruksi sendiri oleh siswa menjadi suatu pengalaman baru baginya (Husamah dan Yanur, 2013).

Slavin (Syamsuri, 2011) mengemukakan, teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist
theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu
tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan
pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala

9

sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini
berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan
teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.

Menurut Piaget dalam Dahar (1989), dasar dari belajar adalah aktivitas yang terjadi apabila anak berinteraksi dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya.
Pertumbuhan anak merupakan suatu proses sosial. Anak tidak berinteraksi dengan lingkungan fisiknya sebagai suatu individu terikat, tetapi sebagai bagian dari
kelompok sosial. Akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara anak dengan
lingkungan fisiknya. Interaksi anak dengan orang lain memainkan peranan penting dalam mengembangkan pandangannya terhadap alam. Melalui pertukaran
ide-ide dengan orang lain, anak yang tadinya memiliki pandangan subyektif terhadap sesuatu yang diamatinya akan berubah pandangannya menjadi obyektif.
Aktivitas mental anak terorganisasi dalam suatu struktur kegiatan mental yang
disebut skema atau pola tingkah laku. Dalam perkembangan intelektual ada tiga
hal penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
a.

b.

c.

Struktur, memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik,
tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Tindakan menuju
pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada perkembangan
struktur-struktur.
Isi, merupakan pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon
yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang
dihadapinya.
Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan
intelektual.

Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi

10

sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi, terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi. Lebih lanjut,
Piaget mengemukakan bahwa dalam proses asimilasi seseorang menggunakan
struktur atau kemampuan yang sudah ada untuk menanggapi masalah yang dihadapinya dalam lingkungannya sedangkan dalam proses akomodasi seseorang
memerlukan modifikasi struktur mental yang ada dalam mengadakan respons terhadap tantangan lingkungannya.
Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi atau ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang
tentang alam yang didasarkan pada model-model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi seseorang tersebut (Dahar,
1989).

Teori Vigotsky lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Vigostsky
dalam Suparno (2006) mengungkapkan bahwa penemuan dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang. Vigotsky memperhatikan
adanya akibat dari interaksi sosial terlebih bahasa dan budaya dalam proses belajar anak. Vigotsky mengungkapkan bahwa belajar adalah proses sosial kontruksi yang dihubungkan oleh bahasa dan interaksi sosial.

11

B. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses
bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan.
Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu
proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan
bertanya dan mencari tahu (Roestiyah, 2001).

Menurut Gulo (Trianto, 2010) inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sebagai berikut:
1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan metode pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau
permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan
hipotesis.
2. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,
guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan.
3. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru
membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan
data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik.
4. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh. Setelah memperoleh kesimpulan,
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan.
Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan
sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

12

5. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inquiri adalah membuat kesimpulan
berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Model inkuiri terbimbing merupakan salah satu model pembelajaran yang menitikberatkan kepada aktifitas siswa dalam proses belajar. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan
mereka. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap percaya diri yang dimiliki
oleh siswa tersebut. Inkuiri terbimbing adalah sebagai proses pembelajaran dimana guru menyediakan unsur-unsur asas dalam satu pelajaran dan kemudian meminta pelajar membuat generalisasi (Andalan, 2013).

Sikap ilmiah sangat dibutuhkan oleh siswa ketika mengikuti proses pembelajaran
dengan menggunakan inkuri terbimbing. Seperti dikutip dari Lestari (Marlinda,
2012) sikap ilmiah adalah sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan
prinsip-prinsip ilmiah seperti:
1. jujur terhadap data,
2. rasa ingin tahu yang tinggi,
3. terbuka atau menerima pendapat orang lain serta mau mengubah
pandangannya jika terbukti bahwa pandangannya tidak benar,
4. ulet dan tidak cepat putus asa,
5. kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa
adanya dukungan hasil observasi empiris, dan
6. dapat bekerja sama dengan orang lain. Sikap ilmiah merupakan faktor
psikologis yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan
siswa.

13

Pada penelitian ini tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang digunakan mengadaptasi dari tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing yang dikemukakan oleh
Gulo (Trianto, 2010). Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing tersebut dapat
dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Tahap pembelajaran inkuiri terbimbing
No
Fase
1. Mengajukan
pertanyaan
atau permasalahan
2. Membuat
hipotesis

Kegiatan Guru
Guru membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Guru membagikan LKS
kepada siswa
Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk curah
pendapat dalam membuat
hipotesis. Guru membimbing
siswa dalam menentukan
hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan hipotesis mana yang
menjadi prioritas penyelidikan

Kegiatan Siswa
Siswa mengidentifikasi
masalah yang terdapat
dalam LKS

3. Mengumpulkan data

Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau
data-data melalui percobaan
maupun telaah literatur

Siswa melakukan
percobaan maupun telaah
literatur untuk
mendapatkan data-data
atau informasi

4. Menganalisis
data

Guru memberi kesempatan
pada tiap siswa untuk
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul

Siswa mengumpulkan dan
menganalisi data serta
menyampaikan hasil pengolahan data yang
terkumpul

Guru membimbing siswa
dalam membuat kesimpulan

Siswa membuat
kesimpulan

5.

Membuat
kesimpulan

Siswa memberikan
pendapat dan
menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan

Menurut (Roestiyah, 1998), inkuiri memiliki keunggulan yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Dapat membentuk dan mengembangkan ”Self-Concept” pada diri siswa,
sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih
baik.

14

2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses
belajar yang baru.
3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri,
bersikap obyektif, jujur dan terbuka.
4. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
5. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu.
6. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.
7. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat
mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.
Sedangkan kelemahan dari model pembelajaran inkuiri antara lain:
1. Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukan untuk membantu
siswa menemukan konsep.
2. Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya.
3. Guru sebagai fasilitator diharapkan kreatif dalam mengembangkan
pertanyaan-pertanyaan.
Kelemahan model pembelajaran inkuiri tersebut dapat diatasi dengan cara:
1. Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing agar siswa
terdorong mengajukan dugaan awal
2. Menggunakan bahan atau permainan yang bervariasi
3. Memberikan kesempatan kepada siswa mengajukan gagasan-gagasan
meskipun gagasan tersebut belum tepat.

C. Keterampilan Berpikir Kreatif

Amin dalam Husamah dan Yanur (2013) menjelaskan bahwa kreativitas adalah
hasil dari suatu pemikiran yang timbul secara langsung atau spontan dan bersifat
imajinatif. Sedangkan menurut (Munandar, 2008) kreativitas adalah hasil dari
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Kreativitas dapat dipengaruhi
oleh lingkungan dan individu lain yang berada dalam lingkungan tersebut. Lingkungan tidak hanya dapat menunjang kreativitas seseorang, tetapi dapat pula
menghambat perkembangan kreativitas. Impikasi dalam meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dapat diperoleh melalui pendidikan.

15

Menurut Craft dalam (Andalan, 2013) strategi-strategi yang dapat dilakukan guru
dalam upaya membantu pengembangan kreativitas siswa secara efektif antara
lain:
a.
b.
c.
d.
e.

Menggunakan humor.
Membujuk individu-individu secara akrab.
Menyebut individu-individu dengan nama.
Secara umum harapan guru yang tinggi mencakup dorongan positif untuk
memperoleh jawaban yang benar.
Membuat langkah cepat.

Proses kreatif pada diri siswa mengalir dalam lima tahap:
a.
b.
c.
d.
e.

Persiapan, mendefinisikan masalah, tujuan atau tantangan.
Inkubasi, mencerna faktor-faktor dan mengolahnya dalam pikiran.
Iluminasi, mendesak ke permukaan, gagasan bermunculan.
Verifikasi, memastikan apakah solusi itu benar-benar memecahkan
masalah.
Aplikasi, mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti solusi
tersebut (Husamah dan Yanur, 2013).

Menurut model struktur intelek oleh Guilford (Munandar, 2008), “Berpikir
divergen (disebut juga berpikir kreatif) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan
pada keragaman jumlah dan kesesuaian”. Slanjutnya, definisi keterampilan berpikir secara kreatif (Arifin, 2003) dilakukan dengan menggunakan pemikiran dalam mendapatkan ide-ide yang baru, kemungkinan yang baru, ciptaan yang baru
berdasarkan kepada keaslian dalam penghasilannya.

Menurut model Killen (2009) perilaku siswa yang termasuk dalam keterampilan
kognitif kreatif dapat dijelaskan pada Tabel 2 sebagai berikut:

16

Tabel 2. Perilaku siswa dalam keterampilan kognitif kreatif
Perilaku
1) Berpikir Lancar
(fluency)
2) Berpikir Luwes
(fleksibel)
3) Berpikir Orisinil
(originality)
4) Berpikir
Terperinci
(elaborasi)

a.
b.
a.
b.
c.
a.

a.
b.
c.

Arti
Menghasilkan banyak gagasan/jawaban yang
relevan;
Arus pemikiran lancar.
Menghasilkan gagasan-gagasan yang beragam;
Mampu mengubah cara atau pendekatan;
Arah pemikiran yang berbeda.
Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain
dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan
orang.
Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu
gagasan;
Memperinci detail-detail;
Memperluas suatu gagasan.

Sedangkan menurut Guilford (Andalan, 2013) menyebutkan lima indikatorindikator berpikir kreatif, yaitu:
1. Kepekaan (problem sensitivity), adalah kemampuan mendeteksi, mengenali dan memahami serta menanggapi suatu pernyataan, situasi atau
masalah.
2. Kelancaran (fluency), adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak
gagasan.
3. Keluwesan (flexibility), adalah kemampuan untuk mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah.
4. Keaslian (originality), adalah kemampuan untuk mencetuskan gagasan
dengan cara-cara yang asli, tidak klise dan jarang diberikan kebanyakan
orang.
5. Elaborasi (elaboration), adalah kemampuan menambah suatu situasi atau
masalah sehingga menjadi lengkap, dan merincinya secara detail, yang di
dalamnya terdapat berupa tabel, grafik, gambar model, dan kata-kata.
Munandar (2008) memberikan uraian tentang aspek berpikir kreatif sebagai dasar
untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Indikator kemampuan berpikir kreatif
Pengertian
Berpikir Lancar (Fluency)

Perilaku
a. Mengajukan banyak pertanyaan.

17

Tabel 3. (Lanjutan)
Pengertian
Perilaku
1) Mencetuskan banyak gagasan,
b. Menjawab dengan sejumlah
jawaban, penyelesaian masalah
jawaban jika ada.
atau jawaban.
c. Mempunyai banyak gagasan
2) Memberikan banyak cara atau
mengenai suatu masalah.
saran untuk melakukan berbagai d. Lancar mengungkapkan gagasanhal.
gagasannya.
3) Selalu memikirkan lebih dari
e. Bekerja lebih cepat dan melakukan
satu jawaban
lebih banyak dari orang lain.
f. Dapat dengan cepat melihat
kesalahan dan kelemahan dari suatu
objek atau situasi.
Berpikir Luwes (Flexibility)
1) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi.
2) Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda.
3) Mencari banyak alternatif atau
arah yang berbeda.
4) Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran.
Berpikir Orisinil (Originality)
1) Mampu melahirkan ungkapan
yang baru dan unik.
2) Memikirkan cara-cara yang tak
lazim untuk mengungkapkan
diri.
3) Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari
bagian-bagian atau unsur-unsur.
Berpikir Elaboratif (Elaboration)
1) Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan
atau produk.
2) Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan
atau situasi sehingga menjadi
lebih menarik.

Berpikir Evaluatif (Evaluation)
1) Menentukan kebenaran suatu

a. Memberikan bermacam-macam
penafsiran terhadap suatu gambar,
cerita atau masalah.
b. Menerapkan suatu konsep atau asas
dengan cara yang berbeda-beda.
c. Jika diberikan suatu masalah
biasanya memikirkan bermacammacam cara untuk
menyelesaikannya.
a. Memikirkan masalah-masalah atau
hal yang tidak terpikirkan orang
lain.
b. Mempertanyakan cara-cara yang
lama dan berusaha memikirkan
cara-cara yang baru.
c. Memilih cara berpikir lain dari pada
yang lain.
a. Mencari arti yang lebih mendalam
terhadap jawaban atau pemecahan
masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci.
b. Mengembangkan atau memperkaya
gagasan orang lain.
c. Menambah garis-garis, warnawarna, dan detail-detail (bagianbagian) terhadap gambaranya
sendiri atau gambar orang lain.
a. Memberi pertimbangan atas dasar
sudut pandang sendiri.
b. Mencetuskan pandangan sendiri

18

Tabel 3. (Lanjutan)
Pengertian
pertanyaan atau kebenaran suatu
penyelesaian masalah.
2) Mampu mengambil keputusan
terhadap situasi terbuka.
3) Tidak hanya mencetuskan
gagas-an tetapi juga
melaksanakannya

Perilaku
mengenai suatu hal.
c. Mempunyai alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
d. Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya.

Pada penelitian ini yang akan dijadikan tolak ukur kemampuan berpikir kreatif
adalah kemampuan berpikir lancar (fluency).

D. Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit

Herron, dkk. dalam (Fadiawati, 2011) berpendapat bahwa belum ada definisi
tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep
disamakan dengan ide. Markle dan Tieman mendefinisikan konsep sebagai
sesuatu yang sungguh-sungguh ada (Fadiawati, 2011).

Lebih lanjut lagi, Herron, dkk. dalam (Fadiawati, 2011) mengemukakan bahwa
analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong
guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep.
Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer
dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama
atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel,
posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep untuk materi larutan
elektrolit-nonelektrolit dapat dilihat dalam Tabel 4.

19

Tabel 4. Analisis Konsep Materi Larutan Elektrolit-Nonelektrolit

Label
Konsep
(1)
Larutan

Larutan
elektrolit

Definisi Konsep
(2)
Campuran homogen
dari dua zat atau lebih,
dimana salah satunya
bertindak sebagai zat
terlarut sedangkan yang
lainnya sebagai zat
pelarut dan mempunyai
sifat dapat
menghantarkan listrik
(elektrolit) atau tidak
dapat menghantarkan
listrik (non elektrolit).
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik,
yang dapat bersifat
elektrolit kuat atau
elektrolit lemah.

Jenis
Konsep
(3)

Konsep
Konkrit

Konsep
berdasar
kan
prinsip

Atribut
Kritis
Variabel
(4)
(5)
• Larutan • Jenis zat
elektropelarut
lit
• Jenis zat
• Larutan
terlarut
nonelek
-trolit

Posisi Konsep
Superordin Koordinat
Subordinat
at (6)
(7)
(8)
• Campuran • Suspensi
• Larutan
elektrolit
• Koloid
• Larutan
non
elektrolit
• Larutan
asam basa
• Larutan
garam
• Larutan
penyangga

• Larutan • Jenis zat
elektrol
terlarut
it kuat
• Larutan
elektrol
it lemah

• Larutan

• Larutan
nonelektrolit

• Larutan
elektrolit
kuat
• Larutan
elektrolit
lemah

Contoh
(9)
• Larutan
garam

• Larutan
HCl
• Larutan
NaOH
• Larutan
H2SO4

Non
Contoh
(10)
• Susu
• Campuran
air
dan
pasir

• Larut
an
urea
• Larutan
Gula

20

Tabel 4 (lanjutan)
1
Larutan
elektrolit
kuat

Larutan
elektrolit
lemah

Larutan
nonelektrolit

2
Larutan yang
dapat
terionisasi
seluruhnya
menjadi ion
positif dan ion
negatif
sehingga dapat
menghantarkan
listrik dengan
kuat
Larutan yang
terionisasi
sebagian
menjadi ion
positif dan ion
negatif
sehinggadaya
hantar
listriknya
lemah.
Larutan yang
tidak dapat
menghantarkan
listrik.

3
Konsep
berdasar
kan
prinsip

Konsep
berdasar
kan
prinsip

Konsep
berdasar
kan
prinsip

4
5
• Larutan •Konsentrasi
elektrolit larutan
kuat
•Kerapatan ion

6
• Larutan
elektrolit

7
• Larutan
elektrolit
lemah

8

9
• Larutan NaCl
• Larutan HCl

• Larutan •Konsentrasi
elektrolit larutan
lemah
•Kerapatan ion

• Larutan
elektrolit

• Larutan
elektrolit
kuat

• Larutan
CH3COOH
• Larutan
NH4OH

• Larutan
nonelekt
rolit

• Larutan

• Larutan
elektrolit

• Urea
• Larutan
HNO3
• Larutan gula
• Alkohol
• Larutan
garam






10
Alkohol
Larutan
gula
Al(OH)3
HCN

• Alkohol
• KOH
• H2SO4
(air aki)

21

E. Kerangka Berpikir

Prinsip dasar model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah guru memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui
pengamatan, eksplorasi dan prosedur penelitian. Pada tahap merumuskan masalah,
siswa diberikan permasalahan oleh guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan
jawaban terhadap permasalahan tersebut di bawah bimbingan guru. Pada tahap ini,
siswa akan termotivasi untuk bertanya dan menemukan kemungkinan jawaban atas
permasalahan yang diajukan oleh guru. Setelah permasalahan diungkapkan, siswa
mengembangkan jawabannya dalam bentuk hipotesis yang akan diuji kebenarannya.

Setelah siswa mengembangkan hipotesis, langkah selanjutnya adalah siswa mengumpulkan data dengan melakukan percobaan dan telaah literatur untuk membuktikan
bahwa hipotesis siswa tersebut benar, tepat, dan rasional. Pada tahap ini siswa akan
terpacu berpikir, bertanya, dan bereksperimen sehingga keterampilan berpikir kreatif
terutama keterampilan berpikir lancar siswa dapat berkembang, siswa dapat
mengajukan banyak pertanyaan/gagasan/cara dan dapat memikirkan lebih dari satu
jawaban berkaitan dengan percobaan yang dilakukan. Kemudian siswa diminta untuk
menyajikan data hasil percobaan dalam bentuk tabel hasil pengamatan.

Langkah berikutnya adalah menganalisis data hasil pengamatan. Pada tahap ini, siswa
dapat mengemukakan banyak gagasannya untuk menganalisis data hasil percobaan,
sehingga keterampilan berpikir kreatif terutama keterampilan berpikir lancar siswa
dapat berkembang. Kemudian guru memberikan kesempatan pada tiap siswa masingmasing kelompok untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Tahap
terakhir siswa dapat menarik kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Pada

22

tahap ini pula siswa diminta menyampaikan banyak gagasannya dalam membuat
kesimpulan dari masalah yang telah diberikan oleh guru pada awal pembelajaran,
kemudian siswa dibimbing oleh guru untuk mendapatkan kesimpulan yang relevan.
Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas dengan diterapkannya pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit akan dapat meningkatkan
keterampilan berpikir kreatif terutama pada indikator keterampilan berpikir lancar
siswa.

F. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1.

Perbedaan n-Gain keterampilan berpikir lancar siswa terjadi karena perbeda-an
perlakuan dalam proses belajar.

2.

Faktor-faktor lain diluar perilaku pada kedua kelas diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif dalam meningkatkan keterampilan
berpikir lancar pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit.

23

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 2 Metro
Tahun Pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 256 siswa. Siswa tersebut merupakan
satu kesatuan populasi karena adanya kesamaan-kesamaan sebagai berikut:
a.

Siswa-siswa tersebut berada dalam empat kelas yang sama, yaitu kelas X
SMA Negeri 2 Metro.

b.

Siswa-siswa tersebut berada dalam semester yang sama, yaitu semester genap.

c.

Dalam pelaksanaan pengajarannya, siswa-siswa tersebut diajar dengan kurikulum yang sama (Kurikulum 2013), dan jumlah jam belajar yang sama (tiga
jam pelajaran dalam setiap minggu).

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Purposive
sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Syaodih, 2009).

Berdasarkan pertimbangan kemampuan kognitif siswa yang relatif sama,peneliti
dengan bantuan guru mitra menentukan dua kelas sampel, yaitu kelas X1 dan X2.
Kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas

24
kontrol. Kemudian berdasarkan pengundian diperoleh kelas X1 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing, sedangkan
kelas X2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil tes sebelum pembelajaran (pretes), hasil tes setelah pembelajaran (postes), serta data pendukung, yaitu
kinerja guru dan afektif siswa.

C. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non
Eqiuvalent Pretest-Posttest Control Group Design (Creswell, 1997) yang
ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Desain penelitian.

Group A
Group B

Pretes
O1
O1

Perlakuan
X


Postes
O2
O2

Sebelum diterapkan perlakuan, kedua kelompok sampel diberikan pretes (O1)
Kemudian, pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model pembelajaran inkuiri terbimbing (X) dan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional. Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postes (O2).

D. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai variabel bebas, yaitu pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing. Sebagai

25
variabel terikat adalah keterampilan berpikir lancar siswa pada materi larutan
elektrolit-nonelektrolit.

E. Instrumen Penelitian dan Validitas Instrumen

Instrumen adalah alat yang berfungsi mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul data untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan data (Arikunto, 2004). Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini antara lain silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) kimia yang menggunakan model inkuiri terbimbing pada materi larutan elektrolit-nonelektrolit sejumlah tiga LKS,
soal pretes dan soal postes yang terdiri dari sepuluh butir soal uraian untuk
mengukur keterampilan berpikir lancar.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan
dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian kevalidan instrumen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
judgment atau penilaian dan pengujian empirik.

Instrumen pada penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur (Ali, 1992).
Pengujian kevalidan isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Apabila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian maka dapat dinilai bahwa instrumen

26
dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai kepentingan
penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu, dalam melakukan judgment
diperlukan ketelitian dan keahlian penilai maka peneliti meminta ahli untuk
melakukannya. Dalam hal ini dilakukan oleh Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. dan
Ibu Lisa Tania, S.Pd., M.Sc. selaku dosen pembimbing untuk mengujinya.

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Pra penelitian
Pada tahap pra penelitian ini dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 2 Metro untuk melaksanakan
penelitian.
b. Melakukan wawancara dengan guru kimia kelas X untuk mendapatkan informasi mengenai pembelajaran kimia yang diterapkan di sekolah.
2. Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menyusun instrumen penelitian yaitu: silabus, RPP, LKS, soal pretes dan
postes.
c. Melaksanakan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian adalah:
(1) Melakukan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol.
(2) Melakukan analisis data pretes yaitu uji persamaan dua rata-rata.

27
(3) Melaksanakan kegiatan p