PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN SEJARAH YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING TERHADAP SISWA KELAS X SMA N 1 KETAPANG TAHUN AJARAN 2012/2013

ABSTRAK
PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN
SEJARAH YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL TEAMS
GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING
TERHADAP SISWA KELAS X SMA N 1 KETAPANG
TAHUN AJARAN 2012/2013

Oleh:
Afip Firmansyah

Penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ketapang, diketahui
beberapa faktor yang diindikasikan sebagai penyebab rendahnya nilai ujian
sejarah semester yang lalu, salah satunya adalah motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran masih kurang karena pelajaran sejarah terkesan hanya hafalan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, solusi yang dapat dilakukan untuk
memperbaikinya

adalah

dengan


cara

mencoba

memvariasikan

model

pembelajaran yang lain. Dalam penelitian ini dipilih model pembelajaran Team
Games Tournament (TGT) dan Snowball Throwing (ST).
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui motivasi
belajar siswa sebelum dan setelah diajar menggunakan model Team Games
Tournament (TGT) dan Snowball Throwing (ST) serta membandingkan motivasi
belajar siswa setelah diajar menggunakan model Team Games Tournament (TGT)
dan Snowball Throwing (ST).

Desain penelitian adalah pretest-postest control group design.
penelitian ini adalah siswa kelas X2 dan X3

Sampel pada


di SMA Negeri 1 Ketapang.

Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dan teknik analisis
data menggunakan uji independent samples t-test.

Berdasarkan hasil penelitian, motivasi belajar siswa pada kelas yang diajar
menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih tinggi
dengan akumulasi nilai rata-rata angket sebesar 84,25 dibandingkan dengan kelas
yang menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing (ST) dengan ratarata nilai angket sebesar 81,62. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) lebih efektif dalam meningkatkan
motivasi belajar dibandingan dengan model pembelajaran Snowball Throwing
(ST).

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian..................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 12
1. Konsep Model Pembelajaran ......................................................... 12
2. Konsep Model Pembelajaran Teams Games Tournament ............. 13
3. Konsep Model Snowball Throwing ................................................ 16
4. Konsep Motivasi Belajar ................................................................ 18
B. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 21
C. Paradigma .............................................................................................. 24
D. Anggapan Dasar dan Hipotesis ............................................................. 26
III. METODE PENELITIAN
A. Metode yang Digunakan ....................................................................... 27

B. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 27
C. Populasi dan Sampel ............................................................................. 27
D. Desain Penelitian ................................................................................... 28
E. Prosedur Penelitian ................................................................................ 29
F. Variabel Penelitian ................................................................................ 30
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 30
H. Kisi-Kisi Instrumen ............................................................................... 31
I. Analisis Instrumen ................................................................................. 32
1. Validitas ......................................................................................... 32
2. Reliabilitas...................................................................................... 33
J. Teknik Analisis Data ............................................................................. 34
1. Menghitung Sekor Gain ................................................................. 35
2. Uji Normalitas ................................................................................ 35
3. Uji Homogenitas ............................................................................ 36
4. Uji Paired Sample t-test ................................................................ 36
5. Uji Independent Sample t-test ........................................................ 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
1. Gambaran Umum SMA Negeri 1 Ketapang ..................................... 40

2. Kelas Team Games Tournament (TGT) ............................................ 44
3. Kelas Snowball Throwing (ST) ......................................................... 48
4. Perbandingan antara Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Snowball Throwing (ST). ................................. 52
B. Pembahasan ........................................................................................... 55
1. Kelas Team Games Tournament (TGT) ............................................ 55
2. Kelas Snowball Throwing (ST) ......................................................... 59
3. Perbandingan antara Model Pembelajaran Teams Games
Tournament (TGT) Snowball Throwing (ST). ................................. 62
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan............................................................................................ 64
B. Saran ...................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL

Tabel
3.1
3.2
4.1

4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8

Halaman
Jumlah populasi .................................................................................... 28
Kisi-kisi instrumen ............................................................................... 31
Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi Belajar.................................... 43
Distribusi frekuensi nilai motivasi awal kelas TGT ............................. 45
Distribusi frekuensi nilai motivasi akhir kelas TGT ............................ 47
Data Kenaikan Motivasi Belajar siswa Kelas TGT.............................. 47
Distribusi frekuensi nilai motivasi awal kelas ST ............................... 49
Distribusi frekuensi nilai motivasi akhir kelas ST ............................... 51
Data Kenaikan Motivasi Belajar siswa Kelas ST ................................. 51
Uji Independent Sample t-test motivasi belajar.................................... 53


DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
3.1 Desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design ............... 28
4.1 Perbandingan rata-rata motivasi belajar siswa antara model
Team Games Tournament (TGT) dan Snowball Throwing (ST) ......... 54

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masih banyak anggapan mata pelajaran sejarah yang kurang menarik,hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan
pada fakta sejarah dan hafalan fakta seperti pelaku, tahun kejadian, dan tempat
kejadian. Menurut Mulyadi kurangnya motivasi dan rendahnya prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran Sejarah salah satunya disebabkan oleh faktor guru
yang kurang optimal dalam melibatkan siswa pada kegiatan belajar, sehingga
siswa menjadi pasif yaitu hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh
guru (Mulyadi, 2005). Selain itu guru dalam mengajarkan mata pelajaran sejarah

langsung kepada materi pelajaran tanpa mengkaitkannya dalam kehidupan
sehari–hari terlebih dahulu. Model yang digunakan dalam pembelajaran sejarah
kurang bervariasi yang menyebabkan rasa ketertarikan terhadap mata pelajaran
sejarah menjadi berkurang sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah.

Motivasi belajar adalah suatu dorongan baik dari dalam diri maupun dari luar diri
untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkan sehingga suatu tujuan dapat
tercapai sesuai keinginan. Dalam hal ini proses belajar sangat berhubungan
dengan motivasi belajar. Perubahan suatu motivasi belajar akan merubah pula

2

wujud, bentuk, dan pemahaman akan suatu hal. Tanpa adanya motivasi belajar
baik dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, dan sekolah maka tidak akan muncul
semangat untuk mencapai suatu tujuan.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diukur dengan ketercapaian siswa dalam
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Permasalahannya adalah hampir
semua siswa dari suatu sekolah kurang bisa mencapai kriteria ketuntasan
minimal. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh guru dalam memperbaiki

keadaan siswanya sehingga tercapai KKM dimulai dari penerapan metode,
pendekatan, atau model yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, dan
selalu berusaha menghadirkan pembelajaran yang menarik dan diminati oleh
siswa.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1
Ketapang, melalui penggalian sumber data yang diperoleh peneliti dari guru
mata pelajaran sejarah peneliti mengetahui bahwa siswa kelas X2 dan X3
memperoleh nilai yang beragam pada mata pelajaran sejarah. Nilai rata-rata uji
blok kelas X2 dan X3 pada semester ganjil SMA Negeri 1 Ketapang tahun
pelajaran 2012/2013, di kelas X2 siswa yang mendapat nilai 65 ke atas hanya 18
siswa dari 40 siswa, sedangkan untuk kelas X3 siswa yang mendapat nilai 65 ke
atas hanya 15 siswa dari 36 siswa. Hal ini menunjukkan hasil belajar siswa
belum mencapai target (KKM) yang telah ditetapkan di SMA Negeri 1 Ketapang
yaitu sebesar 70,0 % siswa yang harus mencapai kentutasan minimal dengan
nilai ≥ 65. Selain itu hasil wawancara yang diperoleh melalui siswa terdapat

3

beberapa faktor utama yang diindikasikan sebagai penyebab rendahnya nilai

ujian sejarah siswa semester yang lalu adalah motivasi belajar siswa terutama
pada mata pelajaran sejarah sangat rendah, sehingga menyebabkan siswa belum
mampu menyerap materi dengan baik. Kemudian mata pelajaran sejarah terkesan
hanya hafalan sehingga mengakibatkan siswa merasa bosan dan hanya membuat
siswa merasa terpaksa mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan permasalahan di atas, solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk
memperbaiki

proses

pembelajaran

salah

satunya

adalah

dengan


cara

membangkitkan motivasi belajar siswa yang masih kurang melalui variasi model
pembelajaran. Tidak ada satupun pola model pembelajaran yang dapat dianggap
paling baik diantara pola model pembelajaran yang lain, karena masing-masing
mempunyai karakteristik tertentu dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Model pembelajaran tertentu kemungkinan baik untuk materi, situasi, dan
kondisi tertentu, namun kemungkinan dapat juga kurang tepat untuk keadaan
yang lain.

Dalam proses pembelajaran guru harus memiliki model pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat belajar secara efektif, efisien, dan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) dan Snowball
Throwing (ST) adalah bagian dari strategi pembelajaran Cooperative learning.
Menurut Isjoni:
“…Tujuan utama dalam menerapkan model belajar cooperative learning
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

4

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok”.
(Isjoni, 2007:21).
Cooperative learning merupakan strategi pembelajaran yang cukup berhasil
untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada kelompok-kelompok kecil, di
mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa yang heterogen
melakukan berbagai kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka
tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari.

Team Games Tournament (TGT) adalah suatu model pembelajaran yang di
dalamnya terdapat unsur permainan akademik atau turnamen. Terdapat tiga
struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament
(TGT) menurut Deutsch:
“… 1). Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain. 2).
Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.
3). Individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
tidak memiliki konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota
lainnya (Deutsch dalam Slavin, 2008:31).”

Model Pembelajaran Snowball Throwing (ST) merupakan pembelajaran untuk
melatih siswa agar lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk
bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada
temannya dalam satu kelompok. Menurut Bayor, Snowball Throwing (ST)
merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang dalam pelaksanaannya
banyak melibatkan siswa (Bayor, 2010).

5

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan Model Snowball
Throwing (ST) dipilih karena diindikasikan dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa yang diharapkan mampu membangkitkan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang diharapkan.

Bedasarkan latar belakang tersebut, maka akan dilakukan penelitian dengan judul
“Perbandingan Motivasi Belajar Siswa dalam Pelajaran Sejarah yang Diajar
Menggunakan Model Teams Games Tournament (TGT) dengan Model Snowball
Throwing (ST) Terhadap Siswa Kelas X SMA N 1 Ketapang Tahun Pelajaran
2012/2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Teams
Games Tournament (TGT)?
2.

Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran
sejarah sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Snowball
Throwing (ST)?

3. Adakah perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa dalam pembelajaran
sejarah setelah diajar menggunakan model Teams Games Tournament (TGT)
dengan model Snowball Throwing (ST)?

6

C. Tujuan, Manfaat, dan Ruang Lingkup

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1.

perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Teams Games
Tournament (TGT)

2.

perbedaan rata-rata motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah
sebelum dan sesudah diajar dengan menggunakan model Snowball
Throwing (ST)

3.

Perbedaan motivasi belajar siswa dalam pelajaran sejarah yang diajar
diajar menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan
Snowball Throwing (ST).

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini adalah :
1.

Manfaat Teoritis
Manfaat

teoritis

hasil

penelitian

ini

diharapkan

bahwa

model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan Snowball Throwing
(ST) dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa.
2.

Manfaat Praktis

7

a. Sebagai bahan pertimbangan guru atau calon guru untuk memilih
model pembelajaran dalam mengajar sejarah.
b. Dengan diterapkan model yang sesuai dengan penyusunan materi,
siswa dapat memahami materi secara jelas.

3.

Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat mencapai sasaran sebagaimana yang telah
dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut :
1.

Pembelajaran Team Games Tournament (TGT) adalah suatu model
pembelajaran kooperatif yang di dalamnya terdapat unsur permainan
akademik atau turnamen untuk mengganti tes individu. Sehingga siswa
tidak merasakan bosan karena ada unsur turnamen. Menurut Slavin
pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu :
presentasi di kelas, tim (kelompok), game (permainan), turnamen
(pertandingan), dan rekognisi tim (penghargaan kelompok) (Slavin,
2008).

Langkah-langkah

pembelajarannya

meliputi

para

siswa

dikelompokkan dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang
heterogen, guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai dan
Games Tournament di masukkan sebagai tahapan review setelah setelah
siswa bekerja dalam tim.
2.

Snowball Throwing (ST) disebut juga model pembelajaran gelundungan
bola salju karena model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih

8

tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang
terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya
dalam satu kelompok. Model ini memiliki kelebihan diantaranya ada
unsur permainan yang menyebabkan model ini lebih menarik perhatian
siswa. Menurut Komalasari model pembelajaran Snowball Throwing (ST)
menggali

potensi

kepemimpinan

murid

dalam

kelompok

dan

keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui
permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju (Komalasari,
2010). Langkah-langkahnya meliputi tahapan : pemberian materi,
pembentukan kelompok heterogen, diskusi kelompok, games dan
evaluasi.
3.

Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri
maupun dari luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai. Definisi motivasi belajar yang dikemukakan
Sardiman yaitu keseluruhan daya dan penggerak psikis di dalam diri
seseorang yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan
belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan
(Sardiman, 2012). Menurut Winkel motivasi belajar merupakan faktor
psikis,

yang

bersifat

nonintelektual

yang

berperan

dalam

hal

meningkatkan gairah belajar (Wingkel ,1983). Siswa yang memiliki
motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan
sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat tercapai dengan lebih baik.

9

4.

Objek penelitian ini adalah siswa kelas X2 dan X3 semester genap SMA
Negeri 1 Ketapang

5.

Materi yang akan disampaikan dalam penelitian ini adalah Kebudayaan
Bascon-Hoabinh dan Dongson.

10

REFERENSI

Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raya
Grafindo Persada. Halaman 149
Ishaq, Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Halaman
21.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik . Bandung :
Nusa Media. Halaman 31

Salsabila. Fitri. 2011. Stad And Snowball Throwing. Diakses Pada Pukul 20:30
Tanggal 20 Februari 2013. Http://Salsabilafitri.Blogspot. Com
/2011_05_01_Archive. Html. Halaman 1.

Sardiman, A.M. 2012. Op Cit. Halaman 151

II. TINJAUAN PUSTAKA

1.

Tinjauan Pustaka

(a) Konsep Model pembelajaran

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola atau acuan yang
dibuat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Model
pembelajaran Menurut Soekamto kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Soekamto

dalam Endang, 2011). Model

pembelajaran dapat diartikan sebagai konsep pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas.

Model pembelajaran juga dapat diartikan juga sebagai suatu perangkat
rencana atau pola pembelajaran yang dirancang oleh guru yang bermuara
pada terjadinya proses belajar siswa seperti yang dikemukakan Soekamti
dalam Trianto :
“…Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar”. (Soekamti dalam Trianto, 2009)

12

Selain memperhatikan, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai, model
pembelajaran memiliki lima unsur dasar, menurut Joyce dan Weil :
“. . . Syntax, yaitu langkah-langkah operasional pembelajaran,
Social system, adalah suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran,
Principles of reaction, menggambarkan bagaimana seharusnya guru
memandang, memperlakukan, dan merespon siswa,
Support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar
yang mendukung pembelajaran, dan
Instructional dan nurturant effects—hasil belajar yang diperoleh
langsung berdasarkan tujuan”.(Joyce dan Weil, 1980)
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
adalah pola atau kerangka dalam mempersiapkan dan melaksanakan
pembelajaran di dalam kelas dengan penuh makna sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa.

(b) Konsep Model Teams Games Tournament (TGT)

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah
satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan
aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, dan mengandung
unsur permainan. Aktivitas belajar yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa
dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab,
kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Langkah-langkah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
dikemukakan oleh Slavin :

13

“… a) Penyajian kelas, pada awal pembelajaran guru menyampaikan
materi dalam penyajian kelas, b)Kelompok, kelompok biasanya terdiri
atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah
untuk lebih mendalami materi. c) Game, game terdiri atas pertanyaanpertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat
siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Siswa memilih kartu
bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor. d)Penghargaan kelompok, masing-masing team
akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
kriteria yang ditentukan. Kriterianya adalah ≥ 45 Super Team, 40 – 45
Great Team, 30 – 40 Good Team”. (Slavin, 2008: 171)
Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memiliki keunggulan
Menurut Suarjana yaitu:
“… (a) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,
(b)Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu.
(c)Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara
mendalam, (d)Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan
dari siswa, (e)Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan
orang lain, (f)Motivasi belajar lebih tinggi, (g)Hasil belajar lebih baik,
(h)Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi”. (Suarjana,
2000:10)

Selain itu, Slavin mengemukakan bahwa keunggulan model pembelajaran
Teams Games Tournament (TGT) diantaranya yaitu dalam model
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) ini, membuat siswa lebih
bersemangat dalam mengikuti pelajaran serta dalam pembelajaran membuat
siswa menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan
permainan berupa tournament. (Slavin, 2008: 178)

14

Melihat kelebihan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di
atas, maka model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) yang
berhasil akan meningkatkan motivasi belajar yang diharapkan.

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) sama seperti model
pembelajaran lain yang juga memiliki beberapa kekurangan seperti yang
dikemukakan oleh Suarjana :
“…1). Bagi guru: sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai
kemampuan heterogen dari segi akademis.
2). Bagi Siswa.Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang
terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya”.
(Suarjana, 2000:10)
Kelemahan-kelemahan yang ada dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
dengan cara menguasai kelas secara menyeluruh.

Terdapat tiga struktur tujuan dalam pembelajaran kooperatif tipe Teams
Games Tournament (TGT) yang dapat diidentifikasikan menurut Deutsch,
yaitu:
“… a) Kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
memberi konstribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain.
b) Kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu
menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya.c) Individualistik, di
mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki
konsenkuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya”. (Deutsch
dalam Slavin, 2008:31)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran
Teams Games Tournaments (TGT) menjadikan siswa lebih aktif dan efektif
karena dalam pembelajaran ini siswa akan dibagi menjadi beberapa

15

kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah dalam materi pelajaran yang
diberikan. Sehingga interaksi siswa yang terjadi di kelas dalam proses
belajar akan lebih meningkat dan peran hubungan kerja dapat dibangun
dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok. Sehingga
dengan adanya pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa karena siswa dapat belajar lebih rileks, serta dapat
menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan
keterlibatan belajar.

(c) Konsep Model Snowball Throwing (ST)

Selain Teams Games Tournaments (TGT) model lain yang digunakan pada
penelitian ini sebagai variabel bebas adalah model Snowball Throwing (ST),
Snowball secara etimologi berarti bola salju, sedangkan throwing artinya
melempar. Snowball Throwing (ST) secara keseluruhan dapat diartikan
melempar bola salju. Seperti yang dikatakan Saminanto yang menyatakan
bahwa model Pembelajaran Snowball Throwing (ST) disebut juga model
pembelajaran gelundungan bola salju (Saminanto, 2010:37).

Pembelajaran Snowball Throwing (ST) dalam praktiknya bola salju
merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian
dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Model pembelajaran ini
melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam
bentuk bola salju yang terbuat dari kertas. Selain itu siswa mendapat

16

kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena siswa
memiliki kesempatan untuk membuat butir soal. Model pembelajaran
Snowball Throwing (ST) menurut Kisworo,:
“…Suatu model pembelajaran yang diawali dengan pembentukan
kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari
guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang
dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain
yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh”. (Kisworo dalam Mukhtari, 2010 : 6)
Model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan murid dalam
kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan
melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Snowball Throwing (ST) Menurut Hanafiah
dan Suhana :
“… a) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan,
b) Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memberikan penjelasan
tentang materi kapada ketua kelompok,
c) Masing-masing ketua kemudian menjelaskan materi yang
disampaikan oleh guru kepada temannya,
d) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja,
untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok,
e) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. f)
Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas
berbentuk bola tersebut secara bergantian,
g) Evaluasi”. (Hanafiah dan Suhana dalam Endang 2011:11)
Model Snowball Throwing (ST) mempunyai beberapa kelebihan yang
semuanya melibatkan dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran.
Kelebihan dari model Snowball Throwing (ST) menurut Suprijono :

17

“… (a)Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa
seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, (b)
Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan
pada siswa lain, (c) Membuat siswa siap dengan berbagai
kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya
seperti apa, (d)Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, (e) Pendidik
tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam
praktek, (f)Pembelajaran menjadi lebih efektif, (g) Ketiga aspek yaitu
aspek koknitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai”. (Suprijono,
2009:130)
Di samping terdapat kelebihan tentu saja model Snowball Throwing (ST)
juga mempunyai kekurangan. Kelemahan dari model ini menurut Suprijono :
“… (a) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami
materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat
dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang
sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan, (b)
Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga
siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. tapi
tdk menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan
kuis individu dan penghargaan kelompok, (c)Memerlukan waktu yang
panjang, (d) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar, (e)Kelas
sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid”. (Suprijono,
2009:130)
Berdasarkan

uraian

dapat

disimpulkan

bahwa

penggunaan

model

pembelajaran Snowball Throwing (ST) dapat menciptakan pembelajaran
yang menyenangkan sehingga dapat meningkatkan aktivitas proses
pembelajaran siswa serta siswa mampu membangun sendiri pengetahuan dan
pengalamannya. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran Snowball
Throwing (ST) dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan
sehingga dapat meningkatkan motivasi serta aktivitas proses pembelajaran.

18

(d) Konsep Motivasi belajar

Motivasi menjadi sesuatu hal yang sangat penting apabila seseorang akan
melakukan suatu pelajaran karena motivasi merupakan keseluruhan daya
penggerak di dalam diri sesorang yang menimbulkan, memberikan arah dan
memberi kekuatan, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Menurut Purwanto motivasi berasal dari kata motif yang berarti semua
penggerak, alasan-alasan, dorongan-dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan seseorang berbuat sesuatu (Purwanto, 1998). Menurut
Sardiman motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu (Sardiman, 2012:75). Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian motivasi adalah
keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan
menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu
yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek
pengetahuan, ketrampilan dan sikap seseorang setelah memperoleh
informasi yang disengaja. Menurut Hamalik belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku akibat latihan (Hamalik, 2007). Berdasarkan
pengertian beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

19

merupakan

suatu

proses

usaha

perubahan

tingkah

laku

sehingga

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, nilai dan sikap
yang dilakukan oleh seorang individu melalui latihan serta pengalaman
dalam interaksinya dengan lingkunganya.

Berdasarkan uraian yang tersebut di atas, dapat diartikan bahwa motivasi
belajar adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari
luar siswa yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai. Definisi motivasi belajar yang dikemukakan Sardiman merupakan
keseluruhan daya dan penggerak psikis di dalam diri seseorang yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar dan memberi
arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan (Sardiman, 2012).
Sedangkan menurut Winkel motivasi belajar merupakan faktor psikis, yang
bersifat nonintelektual yang berperan dalam hal gairah belajar (Winkel,
1983). Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi
untuk melakukan kegiatan.

Dalam motivasi belajar terdapat jenis-jenis

motivasi belajar yaitu motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar diri
seperti yang dikemukakan oleh Purwanto :
“… (a) Motivasi Intrinsik, berasal dari dalam diri manusia, biasanya
timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga
manusia menjadi puas. (b) Motivasi Ekstrinsik ,berasal dari luar yang
merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Perilaku yang
dilakukan dengan motivasi ekstrinsik penuh dengan kekhawatiran,
kesangsian apabila tidak tercapai kebutuhan”. (Purwanto, 1998 )

20

Motivasi belajar dapat berfungsi sebagai pendorong usaha pencapaian
prestasi seseorang melakukan suatu usaha dalam proses pembelajaran.
Fungsi motivasi Menurut Sardiman adalah :
“…a). Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau
motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b)
Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang
harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c) Menyeleksi
perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus
dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisikan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut”.
(Sardiman, 2012: 85)
Motivasi belajar memiliki beberapa kekuatan, untuk mengetahui kekuatan
motivasi belajar siswa menurut Handoko yaitu kuatnya kemauan untuk
berbuat, jumlah waktu yang disediakan untuk belajar lebih banyak, lebih rela
meninggalkan kewajiban atau tugas yang lain serta lebih tekun dalam
mengerjakan tugas (Handoko, 1992: 59). Menurut Hamalik motivasi belajar
penting artinya dalam proses belajar siswa, karena fungsinya yang
mendorong, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar (Hamalik,
2011: 156). Karena itu, prinsip-prinsip penggerak motivasi belajar sangat
erat kaitannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri . Indikator motivasi
belajar menurut Sardiman adalah sebagai berikut :
“… a)Tekun menghadapi tugas, b) Ulet menghadapi kesulitan
c)menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah
d)Mempunyai orientasi ke masa depan. e)Lebih senang bekerja
mandiri. f)Dapat mempertahankan pendapatnya.g) Tidak pernah
mudah melepaskan hal yang sudah diyakini. h)Senang mencari dan
memecahkan masalah soal-soal”. (Sardiman, 2012 : 83)

21

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan belajar,
motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yang menjamin proses dan memberikan arah kegiatan belajar,
sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi
sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam
belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar dengan sunguhsungguh.

2. Kerangka Pikir
Kegiatan pembelajaran di kelas, peneliti mengutamakan keterlibatan aktif siswa
secara langsung sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena
suasana lebih menyenangkan. Pada pelaksanaannya, siswa dibedakan menjadi
dua kelas yaitu kelas pertama dibelajarkan model pembelajaran Teams Games
Tournaments (TGT), kelas kedua dibelajarkan model Snowball Throwing (ST).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Teams Games Tournaments
(TGT) ( X 1 ) dan Snowball Throwing (ST)( X 2 ), sedangkan variabel terikatnya
adalah motivasi belajar melalui model Teams Games Tournament (TGT) ( Y1 ) dan
motivasi belajar melalui model Snowball Throwing (ST)( Y2 ). Sebelum
dilaksanakan pembelajaran maka dilakukan pengukuran motivasi awal kepada
masing-masing kelas untuk mengetahui rata-rata motivasi awal siswa sebelum
dilakukannya pembelajaran.

22

Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa
harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan
mengandung unsur permainan. Pada pelaksanaannya model Teams Games
Tournament (TGT), kelas akan dibagi menjadi 4-5 siswa perkelompok. Saat
game dimulai dipersilahkan perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
melakukan turnamen.

Pelaksanaan turnamen terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar
kelompok. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban
singkat. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapatkan skor. Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang,
masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor
memenuhi kriteria yang ditentukan.

Snowball Throwing (ST) diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran
Snowball Throwing (ST), bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan
yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk
dijawab. Model pembelajaran Snowball Throwing (ST) diawali dengan
pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas
dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk

23

seperti bola lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab
pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Setelah pembelajaran, masing-masiang siswa diberikan bentuk pernyataan yang
disebut pengukuran motivasi akhir untuk mengetahui seberapa besar peningkatan
motivasi siswa. Kemudian selanjutnya masing-masing pengukuran motivasi
akhir antara pembelajaran yang diajar menggunakan model TGT dan ST
dibandingkan agar diketahui mana yang lebih tepat atau cocok digunakan untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa.

24

3.

Paradigma

Siswa

O1

O2

Siswa yang diajar
menggunakan model
Teams Games Tournaments

Siswa yang diajar
menggunakan model
Snowball Throwing

(TGT) ( X 1 )

(ST)( X 2 )

O3

O4

Keterangan :

O1
O2
O3
O4

: Garis perlakuan
: Garis perbandingan
: Pengukuran motivasi awal sebelum diajar menggunakan model TGT
: Pengukuran motivasi awal sebelum diajar menggunakan model ST
: Pengukuran motivasi akhir setelah diajar menggunakan model TGT
: Pengukuran motivasi akhir setelah diajar menggunakan model ST

25

26

4. Angapan Dasar dan Hipotesis Penelitian

1. Anggapan Dasar

Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir
adalah:
1) Kedua kelas sampel memiliki pengalaman belajar yang setara.
2) Motivasi belajar siswa pada mata pelajaran sejarah berbeda-beda.
3) Faktor-faktor lain di luar penelitian diabaikan.

2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran, maka diajukan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ada peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah
diajar menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dan model
Snowball Throwing (ST)
2. Ada perbedaan rata-rata motivasi belajar

siswa setelah diajar

menggunakan model Teams Games Tournament (TGT) dengan model
Snowball Throwing (ST)

27

REFERENSI
Cahaya, Endang N. 2011. “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Snowball
Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa SMPN 3 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2010/2011”. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Halaman 15
Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi
Pustaka. Jakarta. Halaman 56
Joyce, Bruce dan Weil Marsha.1980. models of teaching. New jersey : prentice-hall,
inc. Halaman 30.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning, Teori Riset dan Praktik . Bandung :
Nusa Media. Halaman 171.
Suarjana. (2000). Model pembelajaran kooperatif TGT. Diakses Pada Pukul 22:00
Tanggal 20 Februari 2013. http://asemcuka.wordpress.com /2012/07/16/
model-pembelajaran-kooperatif-tgt/
Slavin, Robert E. 2005. Op Cit. Halaman 31.
Cahaya, Endang N. 2011. Op Cit. Halaman 11
Sardiman, A.M. 2012. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raya
Grafindo Persada. Halaman 75.
Hamalik, Oemar, 2011. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: Bumi Aksara. Halaman 56.
Purwanto, M. Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Halaman 71.
Sardiman, A.M. 2012. Op Cit. Halaman 85.
Hamalik, Oemar, 2011. Op Cit. Halaman 156.
Sardiman, A.M. 2012. Op Cit. Halaman 83.

III. METODE PENELITIAN

1. Metode yang Digunakan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono metode eksperimen adalah
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono,
2012).

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 di
SMA Negeri 1 Ketapang.

3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Semester
Genap SMA Negeri 1 Ketapang pada tahun pelajaran 2012/2013.
Tabel 3.1 Jumlah Populasi
No
1
2
3

Kelas
X1
X2
X3
Jumlah

Siswa
L
21
23
15
59

P
21
17
21
59

Jumlah
Total
42
40
36
117

Sumber : Format Lembar Informasi Data Individual Siswa SMA N
1Ketapang TA 2012/2013

29

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
sampling purposive. Menurut Sugiyono teknik sampling purposive
merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2012). Teknik ini ditentukan berdasarkan hasil belajar semester
sebelumnya, sehingga akan diperoleh sampel yang memiliki hasil belajar
yang rata-rata sama.

Sampel yang diperoleh untuk dipakai dalam penelitian ini adalah kelas X2
sebagai kelompok eksperimen 1 yang berjumlah 40 siswa dan kelas X3
berjumlah 36 siswa sebagai kelompok eksperimen 2. Kedua kelas yang
dipilih menjadi sampel adalah homogen yaitu yang memiliki rata-rata
kemampuan akademik siswa pada kedua kelas tersebut tidak berbeda.

4. Desain Penelitian

Desain eksperimen pada penelitian ini menggunakan tipe Pretest-Posttest
Control Group Design. Pada desain ini, terdapat pengukuran awal sebelum
diberi perlakuan dan pengukuran akhir setelah diberi perlakuan. Dengan
demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Desain

eksperimen tipe Pretest-Posttest Control Group Design digambarkan
menurut Sugiyono :
X
X11
X
X 22

Gambar 3.1 Desain eksperimen Pretest-Posttest Control Group Design.
(Sugiyono, 2012: 112)

30

Keterangan:
: Hasil pengukuran motivasi awal
: Hasil pengukuran motivasi akhir
: pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT)
X1
: pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing (ST)

X2

5. Prosedur Penelitian

Dalam

pembelajaran

yang

menggunakan

model

Teams

Games

Tournament (TGT), siswa ditempatkan dalam kelompok yang heterogen,
pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi biasanya dilakukan
dengan pengajaran langsung. Selanjutnya setelah pemberian materi
dibentuk kelompok heterogen. Kelompok biasanya terdiri atas empat
sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih
mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk
mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal
pada saat game. Setelah game berakhir, guru kemudian mengumumkan
kelompok yang menang, masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau
hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

Pada pembelajaran Snowball Throwing (ST) pada awal mengajar, guru
menyampaikan materi yang akan disajikan. Selanjutnya guru membentuk
siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi. kemudian ketua kelompok kembali
ke

kelompoknya

masing-masing

untuk

menjelaskan

materi

yang

disampaikan oleh guru kepada teman kelompoknya. Setelah itu masingmasing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu

31

pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh
ketua kelompok. Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola
dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. Setelah
siswa mendapat satu bola yang di dalamnya berisi satu pertanyaan
kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan
yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut.

6. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan
veriabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran
dengan menggunakan model Teams Games Tournaments (TGT) ( X 1 ) dan
Snowball Throwing (ST) ( X 2 ), sedangkan variabel terikatnya adalah
motivasi belajar melalui model Teams Games Tournament (TGT) ( Y1 ) dan
motivasi belajar melalui model Snowball Throwing (ST) ( Y2 ).
7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik

pengumpulan

data

adalah

alat

yang

digunakan

untuk

mengumpulkan data. Adapun data yang akan dikumpulkan ada dua jenis
yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari penelitian
lapangan yaitu dari sampel penelitian. Data sekunder diperoleh dari arsip
SMA Negeri 1 Ketapang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket. Menurut Sugiyono angket merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono,

32

2012:199).

Alternatif

jawaban

yang

disediakan

adalah

dengan

menggunakan skala likert. Menurut Sukardi :
“...Skala likert digunakan untuk menilai sikap atau tingkah laku yang
diinginkan oleh peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan
kepada responden. Kemudian responden diminta memberikan pilihan
jawaban atau respons dalam skala ukur yang telah disediakan,
misalnya sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju“
(Sukardi, 2008:146).
Dalam penelitian ini digunakan skala likert lima poin, setiap pilihan
jawaban mempunyai bobot antara lain yaitu :
a. sangat tidak setuju : 1

d. setuju

:4

b. tidak setuju

:2

e. sangat setuju

:5

c. ragu-ragu

:3

8. Kisi – Kisi Instrumen
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen
Nomor Soal
No

Indikator

1

Tekun menghadapi tugas.

2

Ulet menghadapi kesulitan.

Keinginan mendalami materi
yang diberikan.
Dapat
mempertahankan
4
pendapatnya.
Senang
mencari
dan
5
memecahkan masalah.
Sumber : Sardiman (2012 : 83)
3

Soal
Soal
Positif Negatif
12,18
7

Jumlah
Soal
3

2,19

3,5

4

1,16

14,15

4

4,8

6,10,11

5

13,20

9,17

4

Ket.

33

9. Analisis Instrumen

(a) Validitas

Validitas digunakan untuk mengetahui bahwa instrumen yang
digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Menurut
Sugiyono hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara
data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti (Sugiyono, 2012:172). Dapat dicontohkan seperti
misalnya dalam obyek berwarna merah, sedangkan data yang
terkumpul berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid.

Dapat disimpulkan bahwa instrumen yang valid merupakan syarat
mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Untuk menguji
validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson :
(
*

(

)(

) +*

)
(

) +

(Pearson dalam Sukardi, 2007: 90)

Dengan kriteria pengujian jika korelasi antar butir dengan skor total
lebih dari 0,3 maka instrumen tersebut dinyatakan valid, atau
sebaliknya jika korelasi antar butir dengan skor total kurang dari 0,3
maka instrumen tersebut dinyatakan tidak valid. Dan jika r hitung > r
tabel dengan α = 0,05 maka koefisien korelasi tersebut signifikan.

34

Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17.0 dengan kriterium uji bila correlated item – total
correlation lebih besar dibandingkan dengan 0,3 maka data
merupakan construck yang kuat (valid).

(b) Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Perhitungan untuk mencari harga reliabilitas
instrumen didasarkan

pada rumus Alpha Cronbach’s. Dalam

menghitung reliabilitas dapat digunakan rumus alpha, menurut Alpha
Cronbach’s yaitu :
(

)(

)

(Alpha Cronbach’s dalam Arikunto, 2008: 109)
Keterangan :
r11 = reliabilitas yang dicari
Σσi2 = jumlah varians skor tiap-tiap item
σt2 = varians total
Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat
pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Reliabilitas instrumen
diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.
Untuk mencapai hal tersebut, dilakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan SPSS 17.0 dengan metode Alpha Cronbach’s yang
diukur berdasarkan skala alpha cronbach’s 0 sampai 1.

35

Menurut Sujianto kuesioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai
koefisien alpha (Sujianto dalam Sayuti, 2009: 97). Oleh sebab itu
digunakan ukuran kemantapan alpha yang diinterprestasikan sebagai
berikut:
1. Nilai Alpha 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliabel.
2. Nilai Alpha 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliabel.
3. Nilai Alpha 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliabel.
4. Nilai Alpha 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliabel.
5. Nilai Alpha 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliabel.

Setelah instrumen valid dan reliabel, kemudian disebarkan pada
sampel yang sesungguhnya.

10. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian adalah data yang berbentuk skala
ordinal. Untuk menganalisis data, sebelumnya data motivasi belajar
diterjemahkan ke dalam skor gain, kemudian dilakukan uji prasyarat
analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Setela

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X PADA MATERI VEKTOR DI SMA N 1 KUTA COT GLIE.

0 18 1

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

0 8 71

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 55

PERBANDINGAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PELAJARAN SEJARAH YANG DIAJAR MENGGUNAKAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING TERHADAP SISWA KELAS X SMA N 1 KETAPANG TAHUN AJARAN 2012/2013

0 10 53

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN TIPE GROUP INVESTIGATION PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 SEKAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 88

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 PURWODADI DALAM TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 33

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATANGHARI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 10 84

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI KELAS XI DI MAN 1 KOTA MAGELANG TAHUN AJARAN 2015

0 6 6

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X DENGAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DI SMK CANDIREJO BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN PELAJARAN 20102011

0 0 8

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA MATERI ANIMALIA SISWA KELAS X MAN PULANG PISAU

0 0 109