PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARANSNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh

ADE DIANA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar pendidikan kewarganegaraan kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan tahun pelajaran 2012/ 2013. Penelitian ini dilaksanakan dengan proses pembelajaran yang menerapkan langkah-langkah dengan model pembelajaran snowball throwing pada setiap siklusnya, metode penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan responden siswa SMP Taman Siswa Gedong Tataan kelas VII.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan model pembelajaran snowball throwing pada siswa kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan tahun pelajaran 2012/ 2013, melalui penelitian tindakan kelas diketahui dengan selalu memotivasi siswa pada proses pembelajaran, membimbing siswa secara menyeluruh, melibatkan siswa dalam membuat kesimpulan serta melaksanakan umpan balik sehingga aktivitas belajar siswa meningkat dan disimpulkan dengan meningkatnya aktivitas belajar siswa, maka hasil belajar juga mengalami peningkatan sesuai dengan yang telah ditetapkan. Dengan perolehan data pada siklus I sebesar 46,77%, meningkat pada siklus kedua sebesar 69,45% dan sebesar 81,10% pada siklus III.


(2)

A. Deskripsi Teoritis

1. Konsep Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat(condition)kemudian menimbulkan reaksi. Proses tersebut mempunyai arti adanya interaksi antara individu, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan keterampilan dalam hubungannya dengan lingkungan membawa perubahan kearah lebih baik.

Seseorang dikatakan belajar sesuatu bila terjadi perubahan dalam dirinya. Jika suatu reaksi terhadap rangsangan telah menjadi suatu kebiasaan, maka cara merubahnya adalah menghubungkan stimulus dengan respons yang berlawanan dengan reaksi buruk yang hendak dihilangkan. Misalnya dari tidak dapat mengendarai sepeda motor menjadi dapat mengendarai sepeda motor, dari tidak dapat mengoprasikan komputer menjadi dapat mengoprasikan komputer. Dengan demikian terjadilah perubahan prilaku yang sebelumnya tidak mengerti menjadi mengerti terhadap sesuatu hal.

“Belajar adalah suatu proses dimana peserta didik yang harus aktif, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru hanyalah merangsang keaktifan dengan jalan menyajikan bahan pelajaran, sedangkan yang mengolah dan mencerna adalah


(3)

peserta didik itu sendiri sesuai dengan kemauan, kemampuan, bakat, dan latar belakang masing-masingindividu”(Budinangsih, 2004:1 0).

“Belajar adalah proses perubahan dalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut tampak dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, kerampilan, daya pikir, dan kemampuan”(Hakim, 2005: 1).

Gagne (1985: 67) “menyatakan untuk terjadi belajar pada diri siswa diperlukan

kondisi belajar, baik internal maupun eksternal”. Kondisi internal merupakan

peningkatan (arising) memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Sedangkan kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran. Keduanya bertujuan untuk merangsang ingatan siswa, menginformasikan tujuan pembelajaran, membimbing siswa belajar materi yang baru, memberikan kesempatan kepada siswa menghubungkan pengetahuan yang telah ada dengan informasi yang baru.

Abdul Azis Wahab (2007: 7) mengemukakan “bahwa mengajar dimanifestasikan

dalam berbagai tindakan yang meliputi deskripsi tindakan-tindakan yang ditujukan guru sebagai gambaran dari komitmen mereka terhadap filsafat pendidikan tertentu, yang beberapa diantaranya telah diterangkan oleh para ahli

dari berbagai sudut pandang”.

Belajar bertujuan untuk mengubah sikap negatif menjadi positif, artinya apabila seseorang belajar sesuatu hal yang baru tergantung stimulus disekitarnya ( faktor lingkungan yang kondusif memberikan kenyamanan dalam proses belajar) termasuk keaktifan proses mental yang sering dilatih dan akhirnya menjadi suatu kegiatan yang terbiasa.


(4)

Pendapat ini didukung oleh teori B.F. Skinner yakni asas kondisioning operan (operant conditioning). Substansi dari teori skinner adalah teori belajar, pengkajian mengenai bagaimana proses individu memiliki tingkah laku baru, menjadi lebih tahu, dan menjadi lebih terampil. Menurut Skinner (dalam Alwisol, 2006), ”kehidupan terus menerus dihadapkan dengan situasi eksternal yang baru dan organisme harus belajar merespon situasi baru itu memakai respon lama atau memakai respon yang baru dipelajari”. Konsep dasar dan asumsi diatas adalah semua tingkah laku dapat dikontrol oleh konsekuensi tingkah laku itu.

Kondisioning Operan merupakan konsep paling radikal dari Skinner. Konsep ini telah menghinggapi hampir setiap ranah psikologi dengan dialektika yang bervariasi. Kondisioning operan Skinner sepintas mirip dengan Pengkondisian Klasik dari Pavlov, namun berbeda dalam hal faktor penguat atau reinforcernya.

Skinner lebih tertarik dengan aspek yang berubah-ubah dari kepribadian dari pada aspek struktur yang tetap. Unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkah laku itu sendiri. Ada dua klasifikasi tingkah laku/respon, dikutip dalam Sumardi Suryabrata (2001: 271), yaitu:

a. Tingkah laku responden (respondent behavior); respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon itu. Respon refleks termasuk dalam kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur ketika melhat makanan, mengelak dari pukulan dengan menundukkan kepala, merasa takut ketika ditanya guru atau mersa malu ketika dipuji.


(5)

b. Tingkah laku operan (operant behavior); respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Perangsang yang demikian itu disebut reinforcing stimuli atau reinforcer, karena perangsang-perangsang tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan organisme. Jadi perangsang yang demikian itu mengikuti (dan karenanya memperkuat) sesuatau

tingkah laku tertentu yang telah dilakukan. Jika seorang anak belajar (telah melakukan perbuatan), lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar (responnya menjadi lebih intensif/kuat).

Secara singkat, ada enam asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan. Asumsi-asumsi itu ialah sebagai berikut: (Margaret E. Bell Gredler, 1994: 122-123),

1. Belajar itu adalah tingkah laku.

2. Perubahan tingkah laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.

3. Hubungan yang berkaitan antara tingkah laku dengan lingkungan hanya dapat ditentukan kalau sifat-sifat tingkah lalku dan kondisi eksperimennya didefinisikan menurut fisiknya dan diobservasi di bawah kondisi-kondisi yang dikontrol secara seksama.

4. Data dari studi eksperimental tingkah laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat ditemui tentang penyebaba terjadinya tingkah laku.


(6)

5. Tingkah laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.

6. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahluk hidup.

Karena itu menurut pandangan Skinner (dalam Alwisol 2006: 26) belajar didefinisikan sebagai tingkah laku atau suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respon. Belajar pada hakikatnya merupakan “perubahan” yang

terjadi di dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Sebagai bentuk penghargaan yang diberikan guru kepada siswa yang telah mengikuti proses belajar adalah prestasi belajar.

Prestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Klusmeier dalam Djaali (2007: 110)

menyatakan bahwa “Perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi (need to achieve) ditunjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai

individu” pendapat ini didukung juga oleh Johnson dalam Djaali (2007: 110) yang menyatakan bahwa “ Siswa yang motivasi berprestasi tinggi hanya akan mencapai

prestasi akademik yang tinggi apabila : 1. rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keingginan untuk berhasil, 2. tugas-tugas didalam kelas cukup memberi tantangan, tidak terlalu mudah tetapi juga tidak terlalu sukar sehingga

memberi kesempatan untuk berhasil”.

Mc. Clelland dalam Made Pidarta (1997: 218) yang dikenal dengan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach).


(7)

Menyatakan “bahwa motivasiberbeda–beda, sesuai dengan kebutuhan seseorang

akan prestasi”. Hal ini sesuai dengan pendapat Murray yang dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan : “ melaksanakan

suatu tugas atau pekerjaan yang sulit, menguasai, memanifilasi, atau mengorganisasi obyek – obyek fisik, manusia, atau ide –ide melaksanakan hal –

hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku, mengatasi kendala – kendala, mencapai standar tinggi, mencapai performa puncak untuk diri sendiri, mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain, meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara

berhasil”.

Mc. Clelland mengemukakan karakteristik orang yang berprestasi tinggi ( high achievers ) memiliki tiga ciri umum yaitu : “ 1. sebuah prefensi untuk

mengerjakan tugas– tugas dengan derajat kesulitan moderat, 2. menyukai situasi

– situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor lain seperti kemujuran, 3. menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibanding dengan mereka yang berprestasi

rendah”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat dikemukakan bahwa prestasi belajar siswa merupakan hasil interaksi antara beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar dan aktivitas belajar, termasuk motivasi dan berprestasi tinggi. Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian dengan penegtahuan, pikiran dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemampuan


(8)

ini bergantung kepada tingkat kematangan intelektual, latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur. Selanjutnya kesiapan afeksi belajar di kelas bergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situasional yang mungkin dapat membangunkan motivasi. Ciri-ciri motivasi yang mendorong untuk berprestasi adalah mengejar kompetensi, usaha mengaktualisasikan diri, dan usaha berprestasi (Connell dalam Made Pidarta (1997: 218)).

Berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang paling penting adalah bagaimana meyeimbangkan atau menyesuaikan aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor agar anak didik mampu berkembang seutuhnya. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan Indonesia yakni untuk membentuk manusia seutuhnya, dalam arti berkembangnya potensi-potensi individu secara harmonis, berimbang, dan terintegrasi.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Sistem pembelajaran dewasa ini sangat menekankan pada pendayagunaan asas keaktifan (aktivitas) dalam proses belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. seperti yang dikemukakan oleh Sardiman, A.M.

(2004: 95) yang menyatakan “Belajar adalah berbuat, berbuat untuk

mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak

ada aktivitas”.

Berdasarkan pendapat tersebut, dapat terlihat bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi sehingga menimbulkan


(9)

perubahan dari perilaku belajarnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu, dan lain sebagainya.

Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting, ini sesuai dengan pendapat Sardiman, A.M. (2004: 99):

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang prestasi belajar.

Sardiman, A.M. (2004: 97) menyatakan bahwa aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam kegiatan belajar mengajar kedua aktivitas itu harus selalu terkait. Sejalan dengan itu, Ahmad Rohani (2004: 6) menyatakan bahwa :

Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah, jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pengajaran. Ia mendengarkan, mengamati, menyelidiki, mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan yang lainnya.

Dua aktivitas (psikis dan fisik) memang harus dipandang sebagai hubungan

yang erat. Menurut J. Pieget (dalam Ahmad Rohani, 2004: 7) “Seorang anak

berpikir sepanjang ia berbuat. Tanpa berbuat anak tidak berpikir. Agar ia berpikir sendiri (aktif) ia harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri”.


(10)

Senada dengan hal di atas, Soemanto (1993: 64) dalam Zainal Abidin

mengatakan bahwa ”Prestasi belajar anak sangat ditentukan oleh aktivitas

belajar yang dilakukan oleh anak itu sendiri, jadi tidak mungkin prestasi belajarnya baik, jika anak itu tidak melakukan belajar, karena tidak akan tahu

banyak tentang meteri pelajaran”. Selanjutnya Hopkins (1993) dalam Zainal juga mengatakan bahwa ”Siswa dikatakan aktif, apabila tidak melakukan

penyimpangan dalam hal: berbicara diluar pelajaran, memandang ke kiri ke kanan, mengganggu teman, mencari perhatian, mengerjakan tugas lain, dan

keluar masuk kelas”.

Banyak macam kegiatan yang dapat dilakukan siswa di sekolah, tidak hanya mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah. Paul B. Diedrich dalam Ahmad Rohani, (2004: 9) menggolongkan aktivitas sebagai berikut.

1. Visual activities, membaca, memperhatikan: gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain dan sebagainya.

2. Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi, dan sebagainya.

3. Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato, dan sebagainya.

4. Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin, dan sebagainya.


(11)

5. Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola, dan sebagainya.

6. Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya. 7. Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8. Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani,

tenang, gugup, dan sebagainya.

Prinsip aktivitas yang diuraikan di atas didasarkan pada pandangan psikologis bahwa, segala pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan (mendengar, melihat, dan sebagainya) sendiri dan pengalaman sendiri (Ahmad Rohani, 2004:9)

Poerwadarminta (1976: 26) mengemukakan bahwa aktivitas adalah suatu kegiatan atau aktivi yang diharapkan pada suatu tujuan, dalam kegiatan ini individu terlebih dahulu meninjau tujuan yang akan dicapainya, dan ia memang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan.

Sardiman dalam Wahyuni (2005 : 14) mengatakan bahwa: ”aktivitas dalam

proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan, yang dapat menunjang


(12)

Ini berarti ada banyak kegiatan yang merupakan aktivitas belejar siswa. Dari berbagai aktivitas belajar yang dapat dilihat dan ada pula aktivitas yang tidak dapat dilihat. Aktivitas yang tidak dapat dilihat antara lain mendengar, berfikir dan membaca. Aktivitas yang dapat dilihat antara lain bertanya hal- hal yang belum jelas. Mencatat, dan menjawab pertanyaan.

Klasifikasi aktivitas seperti yang telah diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah sangat bervariasi. Jika berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, sekolah akan menjadi pusat aktivitas belajar yang maksimal dan tidak membosankan.

3. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses belajar yang dialami siswa. Pengalaman belajar siswa juga bisa didapatkan dari berbagai informasi seperti tulisan-tulisan, didapatkan dari gambar-gambar yang berkaitan dengan materi belajar, dan juga bisa didapatkan dari siaran televisi atau gambaran atas gabungan beberapa objek secara fisik dimana guru akan memberikan arahan atau aturan untuk memandu siswa tersebut.

Sugiartini dalam Ristina (2009: 15) mengemukakan mengenai pembelajaran sebagai berikut:

Pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang sistemik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar membelajarkan. Dalam kegiatan itu terjadi interaksi antara kedua belah pihak, yaitu peserta didik (warga belajar) yang melakukan kegiatan


(13)

belajar, dengan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Disimpulkan bahwa pembelajaran itu merupakan proses interaksi belajar mengajar antara kedua belah pihak, yaitu antara siswa dan guru guna terjadinya perubahan, pembentukan, dan diharapkan nantinya memiliki pola perilaku yang lebih baik ke depan. Pembelajaran juga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan yang merupakan keberhasilan guru dan siswa.

Silberman (2002: XXVI) bahwa teknik-teknik pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran dirancang untuk bagaimana mendorong para peserta didik dengan lembut untuk berpikir, merasakan, dan menerapkan, yang termasuk di dalamnya adalah:

a. Full-class learning (belajar sepenuhnya di dalam kelas) Petunjuk dari pengajar yang merangsang seluruh kelas.

b. Class-discussion (diskusi kelas) Dialog dan debat mengenai pokok-pokok bahasan utama.

c. Question prompting (Cepatnya pertanyaan) Siswa meminta klarifikasi penjelasan.

d. Collaborative learning (belajar dengan bekerja sama) Tugas-tugas dikerjakan dengan kerja sama dalam kelompok-kelompok kecil peserta didik.

e. Peer teaching (belajar dengan sebaya) Petunjuk diberikan oleh peserta didik.

f. Independent learning (belajar mandiri) Aktivitas-aktivitas belajar dilakukan secara individual.

g. Affective learning (belajar afektif) Aktivitas-aktivitas yang membantu peserta didik untuk menguji perasaan-perasaan, nilai-nilai dan perilaku mereka.

h. Skill development (pengembangan keterampilan) Mempelajari dan mempraktikkan keterampilan-keterampilan, baik teknis maupun non teknis.

Dengan demikian, pembelajaran dapat meliputi segala pengalaman yang diaplikasikan guru kepada siswanya. Makin intensif pengalaman yang dihayati


(14)

peserta didik maka kualitas pembelajarannya pun semakin tinggi. Intensitas pengalaman belajar ini dapat dilihat dari tingginya keterlibatan siswa dalam proses belajar, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

4. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan sebagai “citizenship education” secara substantif

dan pedagogis didesain untuk mengembangkan warganegara yang cerdas terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertnidak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan menurut pengertian Yunani adalah pedagogik, yaitu : ilmu menuntun anak. Orang Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia. Bangsa Jerman melihat pendidikan sebagai Erziehung yang setara dengan educare, yakni : membangkitkan kekuatan terpendam atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik (mendidik), yaitu : memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian :proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan, cara mendidik. Ki Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan


(15)

hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

Kewarganegaraan berasal dari katacivicsyang secara etimologis berasal dari kata

Civicus” (bahasa latin) sedangkan dalam bahasa Inggris “Citizens”yang dapat

didefinisikan sebagai warga negara, penduduk dari sebuah kota, sesama warga negara, penduduk, orang setanah air bawahan atau kaula.

Menurut Stanley E. Dimond dan Elmer F.Peliger (1970:5) secara terminologis civics diartikan studi yang berhubungan dengan tugas-tugas pemerintahan dan hak-kewajiban warganegara. Namun dalam salah satu artikel tertua yang merumuskan definisi civic adalah majalah “education “. Pada tahun 1886 Civic adalah suatu ilmu tentang kewarganegaraan yang berhubungan dengan manusia sebagai individu dalam suatu perkumpulan yang terorganisir dalam hubungannya dengan negara (Somantri 1976:45).

Menurut UU tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia 2006 Pasal 1 ayat (2), Kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang berhubungan dengan warga negara.

Maka setelah menganalisis dari pengertian di atas dapat dipaparkan bahwa

pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dua istilah yaitu “Civic Education” dan “Citizenship Education” yang keduanya memiliki peranan masing-masing yang tetap saling berkaitan. Civic Education lebih pada suatu rancangan yang mempersiapkan warganegara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Sedangkan Citizenship Education adalah lebih pada pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal yang berupa program


(16)

penataran/program lainnya yang sengaja dirancang/sebagai dampak pengiring dari program lain yang berfungsi memfasilitasi proses pendewasaan atau pematangan sebagai warganegara Indonesia yang cerdas dan baik. Adapun arti warganegara menurut Aristoteles adalah orang yang secara aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara yaitu mereka yang mampu dan berkehendak mengatur dan diatur dengan suatu pandangan untuk menata kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip kebajikan (goodness).

Maka untuk membentuk warganegara yang baik sangat dibutuhkan konsep pendidikan yang demokratis yang diartikan sebagai tatanan konseptual yang menggambarkan keseluruhan upaya sistematis untuk mengembangkan cita-cita, nilai-nilai, prinsip, dan pola prilaku demokrasi dalam diri individu warganegara,dalam tatanan iklim yang demokratis.

Untuk memfasilitasi tumbuh dan berkembangnya masyarakat madani Indonesia yang demokratis dibutuhkan warganegara yang dapat menjalankan apa yang menjadi kewajibanya dan melaksanakan hak-haknya.

Disinilah perwujudan “pendidikan kewarganegaraan yang nyata dari sarana programatik kependidikan yang kasat mata, yang pada hakikatnya merupakan penerapan konsep, prosedur, nilai, dalam pendidikan kewarganegaraan sebagai dimensi politik yang berinteraksi dengan keyakinan, semangat, dan kemampuan yang praktis serta konteks pendidikan kewarganegaraan yang diikat oleh subtansi idiil sebagai dimensi pronesis yaknitruth and justice”.(Carr dan Kemis :1986)

Maka dapat menghubungkan dalam kehidupan masyarakat. Peranan pendidikan kewarganegaraan dalam memberikan pendidikan tentang pemahaman dasar tentang cara kerja demokrasi dan lembaga-lembaganya, tentang rule of law, HAM, penguatan keterampilan partisipasif yang akan memberdayakan


(17)

masyarakat untuk merespon dan memecahkan masalah-masalah mereka secara demokratis, dan pengembangan budaya demokratis dan perdamaian pada berbagai aspek kehidupan. Begitupun dengan ”hakikat warganegara dalam pengertian Civics sebagai bagian dari ilmu politik yang mengambil isi ilmu politik yang berupa demokrasi politik” (Numan Somantri 1976:23). Ilmu kewarganegaran merupakan suatu disiplin yang objek studinya mengenai peranan warganegara dalam bidang spiritual, social, ekonomi, politik, yuridis, cultural sesuai dengan dan sejauh yang diatur dalam UUD 1945. Dan oleh karena itu diharapkan dengan mempelajari PKn masyarakat menjadi berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi isu kewarganegaraan dan dapat bertanggung jawab dalam tindakannya sehingga diharapkan tidak terjadi salah mengartikan kata demokrasi yang seharusnya tetap pada kaidah-kaidah hukum,norma yang ada untuk menghargai dan menghormati kewajiban dan hak orang lain.

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Mengenal tujuan Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya pada Sekolah Menengah Pertama dan Atas secara utuh telah disajikan pada Bab VI butir B. Yang perlu dibahas dalam uraian ini ialah gambaran yang utuh tentang tujuan tersebut. Mengenal hal tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Baik tujuan PKn di SMP maupun di SMA sama-sama bertolak dari lima dari Pancasila, oleh karena itu untuk masing-masing kelas selalu ada lima tujuan kurikuler yang mencerminkan ide dan nilai yang menjadi masing-masing sila dari kelima sila Pencasila itu.


(18)

b. Tujuan-tujuan instruksional umum yang tentunya merupakan jabaran dari tujuan kurikuler, isinya mencerminkan butir-butir nilai Pancasila sebagaimana tertuang dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pencasila.

c. Rumusan tujuan kurikuler mencermnkan proses psikologis yang memadukan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam konteks materi masing-masing sila Pancasila. Oleh karena itu secara konseptual rumusan tujuan PMP

telah menerapkan ide “Confluent taxonomy” yang tidak lagi melihat masing -masing ranah sebagai proses psikologis yang dipisah-pisahkan.

d. Tujuan instruksional (umum) telah dirumuskan atas dasar proses psikologis dalam konteks butir-butir nilai Pancasila yang diwadahi oleh proses belajar keterampilan proses, yakni keterampilan intelektual, sosial, dan personal dalam dimensi operasional di masyarakat.

Mempertimbangkan keempat hal tersebut tentu dapat ditarik pernyataan lain yakni terintegrasinya semua ranah proses psikologis dan terintegrasinya isi dan proses psikologis menunjukkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah

satu model “Contfluent education”. Sekurang-kurangnya hal tersebut tersurat dan

tersirat dalam kurikulum. Tujuan PKn tidaklah “Content Free” tetapi “Content based”, dan oleh karena itu PKn bukan semata-mata pendidikan yang hanya bersifat monodimensional-kognitif atau afektif atau psikomotorik saja tetapi bersifat multidimensional atau bermata jamak. Dengan demikian apa yang oleh

Mac Neil (1978) digagaskan dalam “Content Curriculum” secara konseptual


(19)

Memang masih harus dipikirkan lebih jauh ialah perwujudan tujuan yang secara ideal baik itu dalam realitas proses Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. Untuk mendukung terciptanya keajegan antara tujuan yang telah dirumuskan dengan praktek pengajaran perlu adanya guru-guru dan sarana pendukung PKn yang memadai baik secara kuantitatif maupun dan lebih-lebih secara kualitatif. Jika tidak ada sarana manusiawi dan materiil yang sengaja dirancang untuk

mendukung “Confluent Curriculum” ini maka jurang antara “Intention” dan “reality” akan tetap menganga.

Lebih lanjut marilah kita melihat lebih jauh konsepsi “Confluent taxonomy” yang

secara konseptual dapat dianggap sebagai satu pandangan baru dalam melihat proses pencapaian kedewasaan anak.

6. Model Pembelajaran PKn

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimakdud dengan metode atau

model pembelajaran adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud di dalam ilmu pengetahuan, cara kerja yang bersistem untuk

memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”.

(Depdikbud, 1988 : 580).

Sesuai dengan Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, bahwa metode atau model pembelajaran adalah cara mengajar, artinya menciptakan situasi belajar mengajar untuk mencapaim tujuan pembelajaran (Depdikbud, 1994 : 4).


(20)

Pembelajaran PKn ada empat model pembelajaran atau juga disebut sebagai pendekatan dalam PKn yang berupaya untuk mendidik siswa secara moral, yaitu :

1. Klarifikasi Nilai,

2. Pendidikan Moral perkembangan kognitif 3. Analisa Nilai

4. Pendekatan seperangkat nilai.

(Agus Rachman dalam Buletin Pelangi Vol.3, tahun 2000)

Buku Petunjuk Teknis Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, disebutkan model pembelajaran nilai/moral ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan baik dalam rangka pemanasan maupaun pengenalan dan pengkajian nilai secara mendalam. Dengan menggunakan model ini para siswa mendapat stimulasi untuk menggali dan mengkaji hakekat nilai. Menurut Udin Syaripuddin (1989: 27), ada beberapa kegunaan pengajaran klarifikasi nilai, yaitu

1. Membantu pemudahan proses klarifikasi (kejelasan) nilai, Moral dan norma yang harus dikaji dan diserap peserta didik, sosok diri yang bersangkutan maupun kehidupan umum.

2. Memudahkan meningkatkan keberhasilan proses internalisasi dan personalisasi nilai moral dan norma yang disampaikan/diharapkan.

3. Memantapkan dan memperluas hasil belajar peserta didk.

4. Meningkatkan kadar CBSA dan mengajar secara lebih manusiawi, penuh gairah dan menyenangkan.


(21)

5. Meningkatkan kepaduan proses kepaduan kognitif dan afektif dan psikomotorik.

6. Meningkatkan kepaduan antara dunia persekolahan dengan dunia kehidupan nyata.

“Klarifikasi nilai atau dikenal dengan istilahValue Clarification Technique (VCT) adalah suatu nama /label dari suatu model pendekatan dan strategi belajar mengajar khusus untuk pendidikan nilai atau pendidikan efektif.” (Depdikbud, 1193 : 27). Pendekatan klarifikasi nilai menggambarkan penemuan atau klarifikasi nilai melalui seperangkat permainan dan latihan kelas yang beragam di dalam waktu, kompleksitas, dan materi permasalahan. Dalam pendekatan ini guru berperan netral dalam membantu siswa/mahasiswa. Nilai ditetapkan atas dasar : a) pilihan, b) pilihan secara benar, c) dipilih dari berbagai alternatif, d) berharga, e) dikenal umum, dan f) dilaksanakan secara teratur.

Model pembelajaran/ pendekatan pendidikan moral perkembangan kognitif direalisasikan dengan menghadapkan siswa pada dilemma etika yang merangsang dan menantang pemikiran mereka. Di dalam model/pendekatan ini, guru/dosen menyajikan dilemma dan ringkasan diskusi, membagi kelas ke dalam kelompok

solusi permasalahan, dan minta mereka untuk berdebat dengan pertanyaan “apa

yang benar untuk dilakukan, dan mengapa?”. Dengan menempatkan siswa dalam

kondisi demikian diharapkan siswa akan menguasai tahap pemikiran moral yang lebih komprehensif. Sesuai dengan pendekatan ini Kohlberg (Cheppy H, 1995)

mengembangkan pendekatan ‘just community school” , yang meekankan belajar


(22)

Pendekatan analisa nilai tercermin di dalam ucapan Pascal (Duska & Welan,

1982) yang menyatakan bahwa “hal paling bermoral yang dapat dilakukan

seseorang adalah melalui berfikir secarajernih”. Di dalam model/pendekatan ini,

guru mengajarkan proses berfikir moral dengan menganalisa posisi nilai hingga mencapai kesimpulan yang dapat dipertahankan.

Ada tujuh langkah analisa nilai, yaitu : a. Mengidentifikasi dilema, b. Mengidentifikasi alternatif,

c. Memprediksi konsekuensi setiap alternatif,

d. Memprediksi konsekuensi jangka pendek dan panjang, e. Mengumpulkan bukti alternatif, dan

f. Mengukur kebenaran setiap konsekuensi. (Duska & Welan, 1982)

Model/Pendekatan pembelajaran seperangkat nilai bertujuan untuk memberikan siswa dengan nilai yang secara sadar dipilih oleh masyarakat orang dewasa. Nilai ini ditujukan untuk menciptakan kebahagiaan individu dan kebaikan masyarakat. Guru dalam pendekatan ini berperan di dalam menyelenggarakan nilai dan mengupayakannya sebagai bagian dari kehidupan nyata.

B. Pengertian Model PembelajaranSnowball Throwing

Nanang Hanafiah (2009: 49) ”Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk


(23)

mengetahui sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut”. Pada model pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh .

Model Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

1.Langkah-langkah model pembelajaranSnowball Throwing

Adapun Langkah-langkah model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagi berikut :

1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.


(24)

3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama + 15 menit.

6. Setelah siswa dapat satu bola diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7. Evaluasi.

8. Penutup.

2. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Snowball Throwing Adapun kelebihan model pembelajaran Snowball Throwing adalah sebagai berikut :

1. Melatih kesiapan siswa.

2. Saling memberikan pengetahuan.


(25)

1. Pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.


(26)

A. Pendekatan Penelitian

“Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas atauclass room action researchadalah suatu pencermatan terhadap

kegiatan belajar, sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

kelas secara bersama”(Arikunto, 2007: 3).

Penelitian ini akan dilakukan untuk menguji cobakan suatu model pembelajaran

yaitu snowball throwing apakah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa Kelas VII SMP Taman Siswa

Gedong Tataan.

Penerapan model pembelajaran yaitu snowball throwing ini peneliti berusaha

untuk mengkaji hubungan sebab akibat dan mencari pengaruh yang terjadi dalam

pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing terhadap peningkatan


(27)

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu

bulan November sampai dengan Februari 2013.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan

Kabupaten Pesawaran.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa Kelas VII SMP Taman Siswa Gedong

Tataan Kabupaten Pesawaran. tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 39 siswa

terdiri dari 20 perempuan dan 19 laki-laki. Dengan latar belakang berasal dari

ekonomi keluarga hampir 85% menengah kebawah dan berada di daerah


(28)

2 Obyek Penelitian

Obyek dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dan penerapan

model PembelajaranSnowball Throwing.

D. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing merupakan pembelajaran

yang dapat digunakan untuk memberikan konsep pemahaman materi yang

sulit kepada siswa serta dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pengetahuan dan kemampuan siswa dalam materi tersebut”. Pada model pembelajaran Snowball Throwing siswa dibentuk menjadi beberapa

kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru,

kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk

seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang

masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh .

2. Aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar yang saling berinteraksi

sehingga menimbulkan perubahan dari perilaku belajarnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi


(29)

E. Operasional Tindakan

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini terbagi

menjadi beberapa siklus atau putaran dimana setiap siklus terdiri dari empat

komponen yang meliputi perencanaan (planing), tindakan (acting), observasi

(abserving) dan refleksi (refecting). Setelah dilakukan refleksi kemudian

diikuti dengan perencanaan ulang yang dilaksanakan dalam bentuk siklus

tersendiri. Rangkaian rencana tindakan dalam penelitian ini dapat


(30)

Gambar 2. Model Penelitian Tindakan (Arikunto , 2006:16) Perencanaan

Refleksi

Pengamatan SIKLUS I

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan

SIKLUS II

Perencanaan

Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS III Pelaksanaan

Pengamatan


(31)

F. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu cara untuk melengkapai penelitian ini dengan menggunakan teknik

pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang

lengkap yang nantinya dapat mendukung keberhasilan penelitian. Usaha untuk

mengumpulan data penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut.

1. Teknik pokok

a. Observasi

Peneliti melakukan observasi terhadap proses pembelajaran yang dilakukan

berdasarkan skenario model pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh guru,

dan aktivitas belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.

c. Dokumentasi

Teknik dekomentasi digunakan untuk mendapatkan data-data primer yang

berupa data jumlah siswa, foto aktifitas pembelajaran, rencana pelaksanaan


(32)

G. Teknik Analisis Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari data aktifitas siswa, dimana siswa dibagi dalam

beberapa kelompok. Dalam hal ini, data kualitatif menggunakan metodefocus

group discussion, dimana setiap kelompok diberikan pertanyaan yang telah

dibuat oleh peneliti sesuai dengan materi yang diberikan. Focus group

discussion adalah suatu metode riset yang oleh Irwanto (1981:1)

“didefinisikan sebagai suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok”.

(Setiap siswa diamati aktivitasnya secara klasikal dalam setiap pertemuan

dengan memberi tanda checklist (  ) pada lembar observasi yang telah

disediakan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan. Indikator siswa

dikatakan aktif jika lebih dari atau sama dengan 75% frekuensi yang

ditetapkan perindikator dilakukan siswa.setelah selesai diobservasi dihitung

jumlah aktivitas yang dilakukan siswa, lalu dipersentasikan.

Data pada siklus I dan II diolah menjadi persentase aktivitas siswa. Seorang


(33)

dilakukan. Jadi, siswa dikatakan aktif jika telah melakukan 5 indikator

aktivitas dari 6 indikator aktivitas yang ada. Pemilihan persentase keaktifan

siswa didukung oleh Arikunto (1989 : 17) yaitu:

a. 81%-100% adalah aktivitas siswa sangat baik

a. 61%-80% adalah aktivitas siswa baik

b. 41%-60% adalah aktivitas siswa cukup

c. 21%-40% adalah aktivitas siswa kurang

d. 0%-20% adalah aktivitas siswa kurang sekali

Menentukan persentase siswa aktif dengan menggunakan rumus :

P = F x 100 % N

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi aktivitas siswa

N = Jumlah individu (Sudijono, 1996)

2. Data Kuantitatif

Untuk data penerapan Model pembelajaran snowball throwing diambil dari


(34)

guru atau penerapan Model pembelajaransnowball throwingsebagai berikut :

Tabel 2. Kisi–kisi Observasi Kegiatan Guru

NO Jenis Kegiatan Skor

1 2 3 4 5

A. Pendahuluan 1 Membuka Pelajaran

2 Guru menyampaikan materi yang akan disajikan

B. Kegiatan Inti

3 Guru membentuk kelompok dan memanggil ketua kelompok untuk diberi penjelasan tentang materi

4 Membimbing siswa dalam diskusi 5 Membimbing siswa dalam

mengajukan pertanyaan.

6 Membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan.

7 Memberi kesempatan pada siswa 8 Menarik kesimpulan

C. Penutup

9 Bersama siswa membuat rangkuman 10 Melaksanakan Pos tes/umpan balik 11 Mengakhiri Pelajaran

JUMLAH

Presentasi kerja guru Kategori kerja guru

Keterangan :

1. Sangat tidak aktif 2. Tidak aktif 3. Kurang aktif 4. Aktif


(35)

Demikian juga untuk data aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar

observasi. Adapun kisi-kisi instrumen observasi pengamatan aktivitas

belajar siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3: Kisi-Kisi Observasi Aktivitas Belajar Siswa

NO INDIKATOR Skor

1 2 3

1. Memperhatikan penjelasan kelompok lain

2. Keatusiasan dalam mengerjakan tugas

3. Kerjasama dalam kelompok 4. Keuletan/Kesulitan menghadapi

rintangan

5. Menjawab pertanyaan atau mengemukakan pendapat

Jumlah skor Persentase (%)

Katagori

Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan terhadap hasil

belajar pendidikan kewarganegaraan (on task) dimana 75% dari seluruh

siswa mencapai indikator yang ditentukan. Keterangan :

1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi


(36)

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada siswa kelas VII. SMP Taman Siswa Gedongtataan tahun pelajaran 2012/2013, dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil penelitian dengan perolehan data pada siklus I rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 46,77%, meningkat 22,68% pada siklus II sebesar 69,45% dan kemudian pada siklus III naik 11,65% sehingga aktivitas belajar siswa mencapai nilai rata-rata sebesar 81,10% dari seluruh jumlah siswa yang dijadikan sampel penelitian.

B. Saran

1) Kepada guru SMP Taman Siswa Gedong Tataan supaya dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran.


(37)

2) Pihak sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah agar dapat memberikan dukungan berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam rangka mewujudkan proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik.

3) Kepada siswa supaya dapat fokus dalam mengikuti proses pembelajaran yang diberikan oleh guru, dan selalu memperhatikan arahan yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran.


(38)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(Skripsi)

Oleh ADE DIANA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(39)

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

ADE DIANA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPKn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(40)

1. Model Penelitian Tindakan ... . 39 2. Grafik 1 aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Taman Siswa dengan

menerapkan model pembelajaransnowball throwingsiklus I ... 52 3. Grafik 2 aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Taman Siswa dengan

menerapkan model pembelajaransnowball throwingsiklus II ... 62 4. Grafik 3 aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Taman Siswa dengan

menerapkan model pembelajaransnowball throwingsiklus III ... 71 5. Grafik 4 Peningkatan Aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Taman


(41)

Halaman

ABSTRAK ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

SANWACANA ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

1. Kegunaan Teoritis ... 7

2. Kegunaan Praktis ... 8

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

1. Ruang Lingkup Ilmu ... 8

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 9

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 9

4. Ruang Lingkup Wilayah ... 9

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 9

II. TINJUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis ... 10

1. Konsep Belajar ... 10

2. Pengertian Aktivitas Belajar ... 16

3. Pengertian Pembelajaran ... 20

4. Konsep Pendidikan Kewarganegaraan ... 22

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 25

6. Model Pembelajaran PKn ... 27


(42)

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 34

D. Faktor Yang Diteliti ... 35

E. Oprasional Penelitian ... 36

F.Teknik Pengumpulan Data ... 38

G. Teknik Analisis Data... 39

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Siklus I ... 47

1.1 Perencanaan Siklus I ... 47

1.2 Pelaksanaan Siklus I ... 48

1.3 Observasi Siklus I ... 49

1.4 Refleksi Siklus I ... 53

1.5 Rekomendasi Siklus I ... 56

2. Siklus II ... 57

1.1 Perencanaan Siklus II ... 58

1.2 Pelaksanaan Siklus II ... 58

1.3 Observasi Siklus II ... 59

1.4 Refleksi Siklus II ... 63

1.5 Rekomendasi Siklus II ... 65

3. Siklus III ... 66

1.1 Perencanaan Siklus III ... 67

1.2 Pelaksanaan Siklus III ... 68

1.3 Observasi Siklus III ... 69

1.4 Refleksi Siklus III ... 72

1.5 Rekomendasi Siklus III ... 75

B. Pembahasan ... 76

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN


(43)

Bambang Suteng dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas. Erlangga. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan ,StandarProses.Jakarta, BSNP,2007 Chotib, dkk. 2007.Kewarganegaraan.Yudistira. Jakarta.

Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Isi PKn SMP/MA .Jakarta, BSNP,2006

Budiyanto. 2007.Pendidikan Kewarganegaraan. Erlangga. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Perpustakaan. 2003. Sistem Pendidikan Nasional (Undang-undang RI No.20 Tahun 2003). Fokusmedia. Jakarta.

Tilaar, HAR. 2000.Paradigma Baru Pendidikan Nasional.Rineka Cipta. Jakarta. Trianto dan titik. 2007. Falsafah Negara Dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Prestasi Pustaka. Surabaya.

Usman Husaini, dkk. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara. Jakarta.


(44)

Halaman

I. Aktivitas siswa saat sedang berlangsung proses pembelajaran ... 5

2. Kisi-kisi observasi kegiatan guru ... ... 43

3. Kisi-kisi observasi aktivitas belajar siswa ... 44

4. Pelaksanaan modelsnowball throwing... ... 55

5. Pelaksanaan modelsnowball throwing... ... 65

6. Pelaksanaan modelsnowball throwing... 75

7. Aktivitas belajar siswa kelas VII SMP Taman Siswa dengan Menerapkan model pembelajaransnowball throwingT.P 2012-2013 77 8. Hasil pengamatan aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan Menerapkan model pembelajaransnowball throwing ... 80


(45)

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena barkat rahmat dan hidayahN-ya penulis dapat menyelesaikan proposal Penelitian Tindakan Kelas ini dengan kemauan dan tekat yang keras agar kuliah yang selama ini dijalani dapat diselesaikan sebaik mungkin.

Penulis menyadari terselesainya penyusnan proposal ini tidak terlepas dari bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing, oleh karena hal tersebut penulis mengucapkan terimakasih atas segala motivasi dan arahan yang diberikan kepada penulis selama ini.

Penulis mengharapkan mudah-mudahan proposal ini dapat memperlancar ketahap berikutnya yaitu menyusun skripsi, dan dapat berguna bagi pembaca.

Bandar Lampung, Desember 2012 Penulis


(46)

Judul : Penerapan Model PembelajaranSnowball Throwing Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pendidikan Kewarganearaan Kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2012-2013

Nama Mahasiswa : Ade Diana

NPM : 1013074001

Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irawan Suntoro, M.S. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd.

NIP 19560323 198403 1 003 NIP 19870602 200812 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi PPKn

Drs. Holillulloh, M.Si NIP 19610711 1987 03 1003


(47)

Kewarganearaan Kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2012-2013

Nama : Ade Diana

NPM : 1013104001

Jurusan : Ilmu Pendidikan Sosial Program Studi : PPKn

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Menyetujui 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irawan Suntoro, M.S. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. NIP 19560323 198403 1 003 NIP 19870602 200812 2 001

2. Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan IPS Ketua Program Studi PPKn

Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Holilulloh, M.Si.


(48)

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Irawan Suntoro, M.S. ………

Sekretaris : Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd. ………

Penguji : Drs. Holiululloh, M.Si. ………

Bukan Pembimbing

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(49)

Jadikan pengalaman sebagai guru yang paling

berharga dalam kehidupan dan belajarlah dari

masa lalu untuk acuan yang akan datang

(Ade Diana)

Jika engkau menghendaki sesuatu, maka laksanakan

segera. kencangkan lari kudamu dan kejarlah

cepat-cepat apa saja yang tertinggal, karena usiamu

berlari cepat termasuk seorang yang pandai, jika

selalu mempertimbangkan kehidupannya.

(HR. Imam Ahmad ibnu Hambal)


(50)

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Keluarga tercinta yang telah mendukung dan memberikan semangat

untuk selalu maju dan tidak putus asa

Bapak/ Ibu dosen program studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah

memberikan bantuan untuk terselesainya skripsi ini

Bapak Kepala Sekolah dan Dewan guru SMP Taman Siswa yang telah

memberi kesempatan dan dukungan moril

Almamater tercinta

Unversitas Lampung


(51)

Penulis Ade Diana dilahirkan di Desa Sukaraja Kecamatan Gedongtataan kabupaten Pesawaran pada tanggal 15 Maret 1983, Anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Hasan Latif dan Ibu Adenah.

Riwayat pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran selesai tahun 1995.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran selesai tahun 1998.

3. Sekolah Menengah Atas 17 Gadingrejo Pringsewu selesai tahun 2001

4. Diploma 1 (D.I.) di B.Bec Computer Gedongtataan Kabupaten Pesawaran selesai tahun 2003.

5. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa penyetaraan S 1 Dalam Jabatan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.


(52)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball ThrowingTerhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Pendidikan Kewarganearaan Kelas VII SMP Taman Siswa Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2012-2013”. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., sebagai pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II terimakasih atas bimbingan dan arahanya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Dan tidak lupa pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(53)

4. Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pembahas I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Kepala SMP Taman Siswa Gedongtataan yang telah memberikan izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis.

11. Bapak dan Ibu guru dan serta staf SMP Taman Siswa Gedongtataan. 12. Saudara-saudaraku sekeluarga besar yang telah memberikan dukungan

baik moril maupun materil kepada penulis.

13. Teman-teman seperjuangan S 1 guru dalam jabatan semuanya tanpa terkecuali.


(54)

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2013 Penulis,


(55)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama : Ade Diana

NPM : 1013104001

Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP Unila

Alamat : Gedongtataan Kabupaten Pesawaran

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2013

Ade Diana


(1)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk

Keluarga tercinta yang telah mendukung dan memberikan semangat

untuk selalu maju dan tidak putus asa

Bapak/ Ibu dosen program studi Pendidikan Kewarganegaraan yang telah

memberikan bantuan untuk terselesainya skripsi ini

Bapak Kepala Sekolah dan Dewan guru SMP Taman Siswa yang telah

memberi kesempatan dan dukungan moril

Almamater tercinta

Unversitas Lampung


(2)

RIWAYAT HIDUP

Penulis Ade Diana dilahirkan di Desa Sukaraja Kecamatan Gedongtataan kabupaten Pesawaran pada tanggal 15 Maret 1983, Anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Hasan Latif dan Ibu Adenah.

Riwayat pendidikan :

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran selesai tahun 1995.

2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran selesai tahun 1998.

3. Sekolah Menengah Atas 17 Gadingrejo Pringsewu selesai tahun 2001

4. Diploma 1 (D.I.) di B.Bec Computer Gedongtataan Kabupaten Pesawaran selesai tahun 2003.

5. Selanjutnya pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan sebagai mahasiswa penyetaraan S 1 Dalam Jabatan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Lampung.


(3)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi tindakan kelas yang berjudul

Penerapan Model Pembelajaran Snowball ThrowingTerhadap Peningkatan

Aktivitas Belajar Siswa Pendidikan Kewarganearaan Kelas VII SMP Taman

Siswa Gedong Tataan Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi ini dibuat untuk

memenuhi persyaratan sebagai Sarjana Pendidikan Universitas Lampung.

Terselesaikannya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari hambatan yang datang baik dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini juga tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak, diantaranya bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., sebagai pembimbing I dan Ibu Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II terimakasih atas bimbingan dan arahanya sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat waktu. Dan tidak lupa pula Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(4)

3. Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

5. Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Drs. Holilulloh, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai pembahas I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Bapak Muhammad Mona Adha, S.Pd., M.Pd. selaku pembahas II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

9. Bapak dan Ibu staf tata usaha dan karyawan Universitas Lampung.

10. Kepala SMP Taman Siswa Gedongtataan yang telah memberikan izin penelitian dan atas segala bantuan yang diberikan kepada Penulis.

11. Bapak dan Ibu guru dan serta staf SMP Taman Siswa Gedongtataan. 12. Saudara-saudaraku sekeluarga besar yang telah memberikan dukungan

baik moril maupun materil kepada penulis.

13. Teman-teman seperjuangan S 1 guru dalam jabatan semuanya tanpa terkecuali.


(5)

14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

Semoga amal baik yang telah Bapak/Ibu/Saudara/I serta teman-teman berikan akan selalu mendapatkan pahala dan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan baik dari penyampaian maupun kelengkapannya. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sebagai tolak ukur penulis dimasa yang akan datang. Penulis juga berharap semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Maret 2013


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, adalah :

Nama : Ade Diana

NPM : 1013104001

Program Studi : PPKn

Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/FKIP Unila

Alamat : Gedongtataan Kabupaten Pesawaran

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Maret 2013

Ade Diana


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI KELAS VA SDN 02 METRO SELATAN TAHUN AJARAN 2011/2012

1 19 59

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP NEGERI 1 PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 67

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KELAS VII SMP TAMAN SISWA GEDONG TATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 55

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS V SDN 5 CIPADANG KECAMATAN GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 56

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR N EGERI 3 GEDONG TATAAN KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 69

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 1 SENDANG AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 19 50

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMP TAMAN SISWA GEDONGTATAAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 51

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEAKTIFAN SISWA KELAS VII SMP N 2 TEMPURAN TAHUN AJARAN 20132014

0 0 12

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING MELALUI PEMANFAATAN PRIZED CHART TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP N 11 YOGYAKARTA

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8