Rangkaian penampil seven segment Flowchart Program Kesimpulan

3.5 Rangkaian penampil seven segment

Seven segment adalah susunan dari beberapa led yang kemudian disusun sedemikian rupa sehingga dapat menampilkan angka-angka desimal, rangkaian seven segment yang dihubungkan dengan mikrokontroller dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 3.5. Rangkaian Penampil Seven Segment Pada rangkaian diatas, masing-masing pin seven segment di hubungkan langsung dengan pin- pin pada mikrokontroller, sedangkan jenis 7-segment nya sendiri adalah common-cathoda, yang artinya apabila diberi logika low atau tegangan 0 volt, maka segment pada 7-segment akan hidup Universitas Sumatera Utara

3.6 Flowchart Program

Universitas Sumatera Utara Penjelasan Flowchart : - Pertama-tama mikrokontroler menginisialisasi port-port yang akan digunakan untuk keperluan pembacaan sensor dan port untuk menampilkan ke seven segment. - Setelah selesai inisilisasi maka sensor fotodioda sudah dapat mengirimkan sinyal yang akan dihasilkan sebelum menuju ke mikrokontroller - Sinyal dari penguat akan diteruskan ke pin input yang dimiliki oleh mikrokontroler ATMega 8535. - Data yang telah diterima mikrokontroler akan diolahdiproses oleh mikrokontroler - Hasil yang berupa nilai digit ini akan ditampilkan di seven segment Universitas Sumatera Utara BAB IV PENGUJIAN RANGKAIAN DAN ANALISA PROGRAM

4.1 Pengujian Rangkaian

4.1.1 Pengujian Rangkaian Power Supply

Pengujian rangkaian power supply ini bertujuan untuk mengetahui tegangan yang dikeluarkan oleh rangkaian tersebut, dengan mengukur tegangan keluaran dari power supply menggunakan multimeter digital. Setelah dilakukan pengukuran maka diperoleh besarnya tegangan keluaran sebesar 5 volt. Dengan begitu dapat dipastikan apakah terjadi kesalahan terhadap rangkaian atau tidak. Jika diukur, hasil dari keluaran tegangan tidak murni sebesar +9 Volt dan +12 Volt, tetapi +8.97Volt dan +12.03 Volt. Hasil tersebut dikarenakan beberapa faktor, diantaranya kualitas dari tiap-tiap komponen yang digunakan nilainya tidak murni. Selain itu, tegangan jala-jala listrik yang digunakan tidak stabil.

4.1.2 Pengujian Rangkaian Sensor dan Penguat

Untuk menguji rangkaian ini adalah dengan cara memancerkan sinar infra merah ke photodioda secara langsung dang melihat hasil outputnya. Pada rangkaian penerima, Fotodioda dioperasikan pada bias balik, dimana fotodioda ini akan memiliki hambatan besar jika tidak terkena sinar infra merah, dan hambatannya akan berubah menjadi kecil jika terkena sinar infra merah tergantung dari besarnya intensitas yang mengenainya. Semakin besar intensitasnya, maka hambatannya semakin kecil. Pada rangkaian, output dari fotodioda diumpankan sistem komparator lm324. Analisanya sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Jika ada sinar infra merah yang mengenai fotodioda, maka hambatan pada fotodioda akan kecil, sehingga tegangan V- akan kecil. Misal tahanan photodiode mengecil menjadi 10 kOhm. Maka dengan teorema pembagi tegangan: V- = RrxRrx + R2 x Vcc V- = 10 10+10 x Vcc V- = 12 x 5 Volt V- = 2.5 Volt Sedangkan jika tahanan photodiode besar ,maka tegangan V- akan besar mendekati nilai Vcc. Misal tahanan photodiode menjadi 150 kOhm. Maka dengan teorema pembagi tegangan: V- = RrxRrx + R2 x Vcc V- = 150 150+10 x Vcc V- = 150160 x 5 Volt V- = 4.7 Volt Sekarang kita akan melihat trimpot. Trimpot adalah komponen pembagi tegangan dengan mengubah nilai resistansi yang ada di dalamnya. Dalam rangkaian ini maka nilai trimpot akan berkisar antara 5 Volt sampai 0 Volt. Nilai tegangan trimpot ini akan mempengaruhi nilai V+ yang diterima komparator sebagai nilai referensi komparator. Komparator dalam rangkaian ini berfungsi untuk menghasilkan tegangan sebesar 0 Volt atau 5 Volt pada output komparator. Jika V+ lebih dari V- maka output komparator = 5 Volt. Jika V+ kurang dari V- maka output komparator = 0 Volt. Universitas Sumatera Utara Misal kita mengatur besar V+ dengan cara memutar putaran pada trimpot hingga dihasilkan tegangan sebesar 3.5 Volt.Pada saat intensitas infrared besar yang mengakibatkan tahanan Photodiode mengecil menjadi 10 kOhm dan mengakibatkan V- = 2.5 Volt maka output komparator menjadi 5 Volt.Pada saat intensitas infrared kecil yang mengakibatkan tahanan Photodiode membesar menjadi 150 kOhm dan mengakibatkan V- = 4.7 Volt maka output komparator menjadi 0 Volt. Penghubungan Output komparator dengan Vcc bertujuan sebagai rangkaian PullUp. Hal ini dikarenakan arus yang keluar dari komparator begitu kecil sehingga walaupun memiliki nilai tegangan sebesar 5 Volt tidak dapat diterima beban dalam rangkaian diatas beban adalah LED. Dengan penambahan Vcc,ketika tegangan output dari komparator berniali 0 Volt maka arus dari Vcc lebih banyak memilih mengalir menuju output komparator yang bernilai 0 Volt dan tanpa beban.ketika tegangan output dari komparator bernilai 5 Volt maka arus dari Vcc akan banyak mengalir menuju LED kemudian ke ground yang mengakibatkan LED menyala LED akan menyala jika sensor menerima sinar infra merah, dan akan mati jika sensor tidak menerima sinar infra merah. NO hidup Mati 1 4,7 V 0 V Tabel 4.1. Tegangan Fotodioda Secara sngkat, maka prinsip kerja dari komparator dapat dijelaskan sebagai berikut: Sebuah rangkaian komparator pada Op Amp akan membandingkan tegangan yang masuk pada satu saluran input dengan tegangan pada saluran input lain, yang disebut tegangan referensi. Tegangan output berupa tegangan high atau low sesuai dengan perbandingan Vin dan Vref. Dan berikut adalah rangkaian komparator sederhana. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.1. Komparator Sederhana Vref di hubungkan ke +V supply, kemudian R1 dan R2 digunakan sebagai pembagi tegangan, sehingg nilai tegangan yang di referensikan pada masukan + op-amp adalah sebesar : V = [R1R1+R2 ] Vsupply Op-amp tersebut akan membandingkan nilai tegangan pada kedua masukannya, apabila masukan - lebih besar dari masukan + maka, keluaran op-amp akan menjadi sama dengan – Vsupply, apabila tegangan masukan - lebih kecil dari masukan + maka keluaran op-amp akan menjadi sama dengan + Vsupply. Jadi dalam hal ini jika Vinput lebih besar dari V maka keluarannya akan menjadi – Vsupply, jika sebaliknya, Vinput lebih besar dari V maka keluarannya akan menjadi + Vsupply. Secara umum prinsip kerja rangkaian komparator adalah membandingkan amplitudo dua buah sinyal, jika +Vin dan −Vin masing-masing menyatakan amplitudo sinyal input tak membalik dan input membalik, Vo dan Vsat masing-masing menyatakan tegangan output dan tegangan saturasi, maka prinsip dasar dari komparator adalah Universitas Sumatera Utara +Vin ≥ −Vin maka Vo = Vsat+ +Vin −Vin maka Vo = Vsat− Keterangan: +Vin = Amplitudo sinyal input tak membalik V −Vin = Amplitudo sinyal input membalik V Vsat+ = Tegangan saturasi + V Vsat − = Tegangan saturasi - V Vo = Tegangan output V

4.1.3 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ATMega8535

Karena pemrograman menggunakan mode ISP In System Programming mikrokontroler harus dapat diprogram langsung pada papan rangkaian dan rangkaian mikrokontroler harus dapat dikenali oleh program downloader. Pada pengujian ini berhasil dilakukan dengan dikenalinya jenis mikrokontroler oleh program downloader yaitu ATMega8535. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2. Informasi Signature Mikrokontroler ATMega menggunakan kristal dengan frekuensi 8 MHz, apabila Chip Signature sudah dikenali dengan baik dan dalam waktu singkat, bisa dikatakan rangkaian mikrokontroler bekerja dengan baik dengan mode ISP-nya.

4.1.4 Pengujian rangkaian Ic 74245

IC TTL 74xx245 yang menurut data Sheet adalah ‘ Octal Bus Tranceiver, 3 State’ yang diberi seri ‘74xx245’. Yaitu IC TTL yang dapat digunakan sebagai masukan dan keluaran pada kaki yang sama, tiga kondisi tersebut adalah: Masukan, Keluaran, Pengunci, dan tidak membalikkan keadaan logika pada input ke output. IC TTL 74xx245 dapat menangani 8 buah jalur masukan maupun keluaran, dengan dikontrol oleh kaki DIR dan kaki E. Apabila Kaki DIR berkondisi Hight 1, maka IC akan mengisolasi data masukan maupun keluaran. Dan apabila kaki DIR low 0 maka IC akan mengijinkan data keluaranmasukan bekerja. kontrol kaki data yang digunakan sebagai masukan atau sebagai keluaran adalah kaki ‘E’.seperti terlihat dalam tabel. Universitas Sumatera Utara dot den Kon Kaki ‘E’ L L H Ketr: L = Low H = High X = Low Dengan tmatrik mak ngan kaki ntrol Masuk Kaki ‘ L H X Ta w 0 ht 1 w atau Hight karakteristi ka terhubun mikrokontr kan ‘DIR‘ L D H D X D abel 4.2. Fu t Gamba ik IC TTL ng dengan roler, denga Opera Data berasa Data berasa Data terisol ungsi Kaki I ar 4.3. Ben 74xx245 se kaki B pad an melihat asional al dari kaki B al dari kaki A asi kondisi IC TTL 74 tuk DIP IC eperti diatas da IC TTL pada tabel B menuju k A menuju k i impedensi 4xx245 C 74xx245 s,untuk terp 74xx245, d l diatas, m ke kaki A ke kaki B i tinggi pasang pada dan kaki B maka data b a kaki jalur B terhubung berasal dari r g i Universitas Sumatera Utara mikrokontroler yaitu pada kaki ‘ A ‘ dan output menuju kekaki ‘ B ‘ yang terhubung dengan kaki pada 7-Segment. Dengan keadaan ini, maka kaki ‘DIR’ akan terus berlogika Hight 1 sehingga dapat langsung dihubungkan ke VCC. Dan kaki‘ E ‘ dihubungkan ke kaki mikrokontroler yang berfungsi sebagai kontrol keaktifan dotmatriks. Untuk mengetahui karakteristik dari IC 74ls245 dilakukan pengujian untuk mendapatkan cara kerja dan karakter dari IC74lc245 sehingga kemampuan dan hasil yang diharapkan dapat lebih maksimal. Dalam pengujian IC 74xx245 dilakukan penyusunan seperti pada gambar . Gambar 4.4. Rangkaian skematik pengujian 74LS245 Hasil dari pengujian karakteristik 74LS245, didapat arus maksimal yang dapat dibebani oleh IC74LS245 adalah 20 mA. sehingga 74LS245 dapat langsung dihubungkan ke 7-segment didalam satu titik-nya yang memerlukan arus untuk dapat menyala secara optimal pada arus 15 mA. karena 7-segment adalah led yang terpasang membentuk karakter sehingga sumber arus dari setiap titik dotmatriks adalah satu antarmuka atau satu pin dari 74LS245, sehingga konfigurasi semacam ini tidak terlalu membebani dari IC74LS245 disamping itu jika penyalaan dari semua titik 7-segment berbarengan menyala semua maka Universitas Sumatera Utara arus yang diperlukan untuk menyalurkan ke pengendali 7-segment yaitu mikrokontroler adalah hasil jumlah dari arus seluruh titik. Sehingga total arus pada 7-segment menyala semua adalah: Arus dalam satu titik = 15 mA Arus dalam satu 7-segment 8 buah aktifmenyala = 15 x 8 = 120 mA. Sehingga apabila arus yang mengalirkan ke mikrokontroler sebesar 120 mA, maka mikrokontroler akan mengalami drop tegangan dan tentu saja arus sebesar 120 mA tidak diperbolehkan mengalir langsung ke mikrokontroler yang hanya mampu mengalirkan arus maksimal sebesar 20 mA. maka diperlukan sebuah driver 7-segment yang berfungsi untuk menyalurkan arus yang lebih besar.

4.1.5 Pengujian Rangkaian Display 7-Segment

Pengetesan ini bertujuan untuk mengetahui apakah 7-segment tersebut dapat menampilkan hidup sesuai dengan proses yang diharapkan. Listing program Pengetesan 7- segment: void_mainvoid { PORTC=0x10; PORTD =0x10; } Universitas Sumatera Utara Jika program ini dijalankan, maka pada seven segment akan menghidupkan led pada seven segment sehingga akan memunculkan bilangan angka digit “8” dan dapat dikatakan bahwa seven segment dapat berjalan dengan baik.

4.1.6 Pengujian Rangkaian Keseluruhan

Secara elektronis rangkaian telah bekerja dengan baik, respon dari fotodioda dapat memberikan nilai low apabila tidak mendapat pancaran infra merah dan akan megeluarkan nilai high apabila mendapat pancaran infra merah. output dari mikrokontroler dapat mengirimkan data ke 7-segment. Tampilan pada 7-segment dapat menampilkan bilangan digit 0-9

4.1.7 Analisa Program Keseluruhan

Listing program dari rangkain sistem pencacah nilai counter up adalah sebagai berikut: This program was created by the CodeWizardAVR V3.04 Evaluation Automatic Program Generator © Copyright 1998‐2013 Pavel Haiduc, HP InfoTech s.r.l. http:www.hpinfotech.com Project : Version : Universitas Sumatera Utara Date : 07062013 Author : Company : Comments: Chip type : ATmega8535 Program type : Application AVR Core Clock frequency: 1,000000 MHz Memory model : Small External RAM size : 0 Data Stack size : 128 include mega8535.h include delay.h Declare your global variables here unsigned char bil[10]={0x11,0xd7,0x32,0x52,0xd4,0x58,0x18,0xd3,0x10,0x50}; int a,b; void mainvoid { Universitas Sumatera Utara Declare your local variables here InputOutput Ports initialization Port A initialization Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In DDRA=0DDA7 | 0DDA6 | 0DDA5 | 0DDA4 | 0DDA3 | 0DDA2 | 0DDA1 | 0DDA0; State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T PORTA=0PORTA7 | 0PORTA6 | 0PORTA5 | 0PORTA4 | 0PORTA3 | 0PORTA2 | 0PORTA1 | 0PORTA0; Port B initialization Function: Bit7=In Bit6=In Bit5=In Bit4=In Bit3=In Bit2=In Bit1=In Bit0=In DDRB=0DDB7 | 0DDB6 | 0DDB5 | 0DDB4 | 0DDB3 | 0DDB2 | 0DDB1 | 0DDB0; State: Bit7=T Bit6=T Bit5=T Bit4=T Bit3=T Bit2=T Bit1=T Bit0=T PORTB=0PORTB7 | 0PORTB6 | 0PORTB5 | 0PORTB4 | 0PORTB3 | 0PORTB2 | 0PORTB1 | 0PORTB0; Port C initialization Function: Bit7=Out Bit6=Out Bit5=Out Bit4=Out Bit3=Out Bit2=Out Bit1=Out Bit0=Out DDRC=1DDC7 | 1DDC6 | 1DDC5 | 1DDC4 | 1DDC3 | 1DDC2 | 1DDC1 | 1DDC0; State: Bit7=0 Bit6=0 Bit5=0 Bit4=0 Bit3=0 Bit2=0 Bit1=0 Bit0=0 Universitas Sumatera Utara PORTC=1PORTC7 | 1PORTC6 | 1PORTC5 | 1PORTC4 | 1PORTC3 | 1PORTC2 | 1PORTC1 | 1PORTC0; Port D initialization Function: Bit7=Out Bit6=Out Bit5=Out Bit4=Out Bit3=Out Bit2=Out Bit1=Out Bit0=Out DDRD=1DDD7 | 1DDD6 | 1DDD5 | 1DDD4 | 1DDD3 | 1DDD2 | 1DDD1 | 1DDD0; State: Bit7=0 Bit6=0 Bit5=0 Bit4=0 Bit3=0 Bit2=0 Bit1=0 Bit0=0 PORTD=0PORTD7 | 0PORTD6 | 0PORTD5 | 0PORTD4 | 0PORTD3 | 0PORTD2 | 0PORTD1 | 0PORTD0; TimerCounter 0 initialization Clock source: System Clock Clock value: Timer 0 Stopped Mode: Normal top=0xFF OC0 output: Disconnected TCCR0=0WGM00 | 0COM01 | 0COM00 | 0WGM01 | 0CS02 | 0CS01 | 0CS00; TCNT0=0x00; OCR0=0x00; TimerCounter 1 initialization Clock source: System Clock Universitas Sumatera Utara Clock value: Timer1 Stopped Mode: Normal top=0xFFFF OC1A output: Disconnected OC1B output: Disconnected Noise Canceler: Off Input Capture on Falling Edge Timer1 Overflow Interrupt: Off Input Capture Interrupt: Off Compare A Match Interrupt: Off Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0COM1A1 | 0COM1A0 | 0COM1B1 | 0COM1B0 | 0WGM11 | 0WGM10; TCCR1B=0ICNC1 | 0ICES1 | 0WGM13 | 0WGM12 | 0CS12 | 0CS11 | 0CS10; TCNT1H=0x00; TCNT1L=0x00; ICR1H=0x00; ICR1L=0x00; OCR1AH=0x00; OCR1AL=0x00; OCR1BH=0x00; OCR1BL=0x00; Universitas Sumatera Utara TimerCounter 2 initialization Clock source: System Clock Clock value: Timer2 Stopped Mode: Normal top=0xFF OC2 output: Disconnected ASSR=0AS2; TCCR2=0WGM20 | 0COM21 | 0COM20 | 0WGM21 | 0CS22 | 0CS21 | 0CS20; TCNT2=0x00; OCR2=0x00; TimersCounters Interrupts initialization TIMSK=0OCIE2 | 0TOIE2 | 0TICIE1 | 0OCIE1A | 0OCIE1B | 0TOIE1 | 0OCIE0 | 0TOIE0; External Interrupts initialization INT0: Off INT1: Off INT2: Off MCUCR=0ISC11 | 0ISC10 | 0ISC01 | 0ISC00; MCUCSR=0ISC2; Universitas Sumatera Utara USART initialization USART disabled UCSRB=0RXCIE | 0TXCIE | 0UDRIE | 0RXEN | 0TXEN | 0UCSZ2 | 0RXB8 | 0TXB8; Analog Comparator initialization Analog Comparator: Off The Analog Comparators positive input is connected to the AIN0 pin The Analog Comparators negative input is connected to the AIN1 pin ACSR=1ACD | 0ACBG | 0ACO | 0ACI | 0ACIE | 0ACIC | 0ACIS1 | 0ACIS0; SFIOR=0ACME; ADC initialization ADC disabled ADCSRA=0ADEN | 0ADSC | 0ADATE | 0ADIF | 0ADIE | 0ADPS2 | 0ADPS1 | 0ADPS0; SPI initialization SPI disabled Universitas Sumatera Utara SPCR=0SPIE | 0SPE | 0DORD | 0MSTR | 0CPOL | 0CPHA | 0SPR1 | 0SPR0; TWI initialization TWI disabled TWCR=0TWEA | 0TWSTA | 0TWSTO | 0TWEN | 0TWIE; a=0; b=0; PORTD=bil[b]; PORTC=bil[a]; while 1 { if PINB.0==0 {while PINB.0==0; delay_ms200; a++; if a==10 { b++; ifb=9 b=9; PORTD=bil[b]; Universitas Sumatera Utara a=0; } PORTC=bil[a]; } if PINB.1==0 {while PINB.0==0; delay_ms200; a‐‐; if a==0 { b‐‐; ifb=0 b=0; PORTD=bil[b]; a=10; } PORTC=bil[a]; } Universitas Sumatera Utara while a==9 b==9 { PORTC=bil[a]; PORTD=bil[b]; delay_ms500; PORTC=0xFF; PORTD=0xFF; delay_ms500; } } } Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari perancangan dan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan : 1. Fotodioda akan mengalami konduksi jika menerima sinyal infra merah dan sebaliknya. Hal ini dapat terlihat jika fotodioda menerima sinyal infra merah maka output penguat sebesar 4,5 v dan jika terhalangi tidak menerima sinyal maka output penguat 0 v 2. Peralatan akan mengcounter pada saat fotodioda terhalangi obyek melintas yaitu jika fotodioda terhalangi maka akan terjadi menghitung naik dan jika fotodioda yang dikondisikan sebagai down terhalangi maka akan terjadi menghitung turun 3. Bahasa pemrograman Visual Basic dapat digunakan sebagai perangkat lunak software yang berfungsi sebagai pengendali kerja sistem, karena dapat mengendalikan perangkat keras hardware.

5.2 Saran