Peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita kajian terhadap pelaksanaan program rehabilitasi sosial di panti sosial Bina Grahita(PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor

PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
PENYANDANG TUNAGRAHITA
Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial
Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong Bogor

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:
ANDI MAJID
1110054100027

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M


ABSTRAK

Andi Majid
1110054100027
Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita (Kajian
Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)
Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh
keterbasan intelejensi/cacat
pikiran sehingga
untuk
meniti
tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus. Layanan
rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental,
perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri
dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi
yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai
pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti Dengan menerapkan metode

layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat
berkembang secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan
meningkat.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana metode
layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Bagaimana pencapaian tujuan
dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong-Bogor? Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskripstif yakni menjelaskan dan
menuturkan data yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur
bertahap dan observasi langsung. Pemilihan informan dengan menggunakan
purposive sampling yakni dengan sampel bertujuan. Penulis mengambil informan
sebanyak 20 orang dengan sesuai tujuan penelitian.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian metode
rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu
dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara
pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita cukup baik

namun belum mencapai optimal, total keberhasilan dari keseluruhan aspek
tunagrahita ringan dan sedang mecapai 63%. Hal ini bisa dikatakan belum
mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai
70%, itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran
dalam aspek mental psikologis dan vokasional.

i

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam,
Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh
keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir
zaman. Amin.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita
dalam peningkatan keberfungsian sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing
penyusunan skripsi ini, diantaranya:

1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu
Dekan.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan
Bapak Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS selaku Dosen pembimbing skripsi ini,
yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan
perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.

ii

4. Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik,
membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di
Jurusan Kesejahteraan Sosial.
5. Pimpinan dan staf perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian
Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam
penyelesaian studi pustaka.
6. Bapak Cecep Sutriaman, S.Sos.MPS.Sp selaku Kepala Panti Sosial Bina

Grahita (PSBG), Ibu Dra. Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Dra. Lisdiana, Msi selaku Kepala Seksi Pegawai Program dan Advokasi
Sosial, dan seluruh pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) yang tidak bisa
disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi rasa terimakasih penulis
serta anak-anak penerima manfaat di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG),
Ciungwanara yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Adin (Alm) dan Ibunda
A.Andayani, Spd serta selaku wali ayahanda Arif Ampriawan, yang senantiasa
memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, doa dan kasih sayang
yang tak pernah henti.
8. Adikku tersayang Afifah Ampriyani yang memberikan semangat, bantuan dan
hiburan yang bermanfaat sehingga penulis termotivasi untuk menyeselesaikan
skripsi ini.

iii

9. Keluarga Besar Bapak H. Muhtar Idris yang selalu memberikan motivasi dan
kemudahan dalam bantuan baik secara moril dan material dalam kelancaran
skripsi ini.

10. Nur Hikmah yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini
dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat, canda gurau
dan doa-doa untuk sukses bersama.
11. Kawan-kawan seperjuangan www.BASKOM.org (Bryan Petet, Habib Ndut,
Soleh Zamet dan Eza Oye). Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai
cita-cita bersama, dan selalu memberikan pelajaran terbaik disaat bersama.
12. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial yang sudah mau bertukar pikiran
dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya
tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas
kebersamaan dan kekompakkannya.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan
kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT
memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin.

Jakarta, 9 Desember 2014

ANDI MAJID

iv


DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1-6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6-7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................9
D. Tinjauan Pustaka ....................................................................10
E. Metode Penelitian ....................................................................12
F. Sistematika Penulisan .............................................................18

BAB II


KAJIAN TEORITIS
A. Tunagrahita ..............................................................................20
1. Pengertian Tunagrahita .........................................................20
2. Klasifikasi Tunagrahita .........................................................22
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita ....................................24
B. Rehabilitasi ...............................................................................25
1. Pengertian Rehabilitasi ..........................................................25
2. Metode Rehabilitasi ..............................................................26
3. Jenis Rehabilitasi ............................................................ 30-32
4. Perangkat Rehabilitasi..................................................... 32-34
C. Keberfungsian Sosial ...............................................................34

v

BAB III

PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran


Umum

Lokasi

Penelitian

PSBG

Ciungwanara Bogor.................................................................37
B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan
Fasilitas, Klien dan Dana Penyelenggaraan Panti ................38
C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di
PSBG Ciungwanara Bogor .....................................................47

BAB IV

TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial ........................................51
1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas,
Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita

(PSBG) Ciungwanara ............................................................52
2. Proses Rehabilitasi Sosial .....................................................57
B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita ....................67
1. Hasil Rehabilitasi Sosial ......................................................81
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial .................................................................85
a. Faktor Pendukung ..........................................................85
b. Faktor Penghambat ........................................................86

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................88
B. Saran ........................................................................................89

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi


DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial .........................................2
2. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan .................................................................16
3. Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian ..................................................................17
4. Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ...........................44
5. Tabel 3.2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ...............................44
6. Tabel 3.3 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tenaga Profesi .........................45
7. Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial .......................................62
8. Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara .....63
9. Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 ..........68
10. Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita
Tahun 2014 ........................................................................................................79

vii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi
2. Surat Izin Penelitian Skripsi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor
3. Surat Keterangan mengadakan penelitian di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
4. Jadwal Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, dan Keterampilan di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
5. Absensi Penerima Manfaat
6. Rekapitulasi Indikator Keberhasilan Penerima Manfaat
7. Persyaratan Pendaftaran Calon Penerima Manfaat
8. Pedoman Wawancara
9. Identitas Informan
10. Tabel Observasi Penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor

viii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus
masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan
apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang
berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak
Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan
intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1
Menurut Sensus Nasional Biro Pusat Statistik Tahun 2006, dari
222.192.572 penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah
penyandang cacat, 601.947 anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia
sekolah (5-18tahun). Sedangkan populasi ADTG (Anak Dengan Tuna Grahita)
menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan kecacatan
lainnya. Sementara itu, data Sekolah Luar Biasa Tahun 2006/2007 jumlah
peserta didik penyandang cacat yang mengenyam pendidikan baru mencapai
27,35% atau 87.801 anak. Dari jumlah itu, populasi ADTG menrmpati paling
besar yaitu 66.610 anak dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya.

1

Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 9.

1

2

Sekitar 57% dari jumlah itu adalah ADTG ringan dan sedang.2
Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,
disablitas menurut usia yakni sebagai berikut3:
Tabel 1.1
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Usia
thn
86110

7632

4410

17482

7432

36956

Tubuh

32990

18384

129272

83233

263879

Mental retardasi

30460

31821

120737

30015

213033

Gangguan jiwa

2257

5105

44514

13246

65122

19438

9935

47944

24991

102308

PMKS
Netra
Rungu wicara

Fisik mental

Total
142860

Dari perkembangan data di atas, terdapat perbedaan yang cukup
signifikan bagi penyandang tunagrahita dari tahun sebelumnya yaitu mencapai
66.610, kemudian pada tahun 2012 penyandang tunagrahita termasuk paling
tinggi ke-2 diantara penyandang yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya
pemberian program rehabilitasi sosial guna mengembalikan kembali
keberfungian sosial mereka dalam masyarakat.
Undang-Undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang
cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan,
hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada
Pasal 6 ayat 5-6, dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak
memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan

2

http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahitaperlu-pendekatan-khusus.html (dikutip pada tanggal 23 Januari 2014)
3
Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012

3

sosial; dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan,
dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.4
Ketetapan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1997 itu sangat berarti
bagi anak tunagrahita, karena memberi landasan yang kuat bahwa tunagrahita
mempunyai hak yang sama untuk peningkatan kesejahteraan sosial di segala
aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka terwujudnya kesamaan
kedudukan, hak, kewajiban, dan peran.
Melihat dari Undang-Undang di atas, untuk mengembalikan fungsi
penyandang masalah kecacatan mental/psikotik diperlukan pendekatan secara
medis maupun sosial. Penanganan secara medis menjadi kewenangan
Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa) baik pemerintah
maupun swasta dan untuk memulihkan fungsi sosialnya, peran Kementerian
Sosial menjadi tumpuan untuk melakukan rehabilitasi.
Pemerintah dalam hal ini menyediakan tempat khusus bagi tunagrahita.
Tempat khusus ini salah satunya dikenal dengan Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor, yang merupakan salah satu unit teknis
Kementerian Sosial yang berfungsi memberikan pelayanan sosial untuk
penyandang tunagrahita dalam menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk
rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan plato
terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut
4

Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997

4

meluas penggunaannya di berbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang
berkutat dibidang kriminologi saja, tetapi juga pada bidang-bidang medis,
sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan
optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat
untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik.
Rehabilitasi mempertemukan keahlian dari tenaga profesional, seperti dokter,
psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.5
Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami
kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai
kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan
vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis
perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting
untuk diteliti bagaimana metode layanan rehabilitasi guna mengetahui sejauh
mana efektivitas dan efisiensi dari metode yang efektif agar dapat
meningkatkan keberfungsian sosial tunagrahita secara optimal.
Dalam praktiknya terdapat tiga metode layanan rehabilitasi sosial yaitu
metode secara pribadi, metode secara kelompok, dan metode layanan yang
diberikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian khususnya bagi
penyandang tunagrahita, karena tunagrahita menghadapi masalah dalam
keberfungsian sosial, maka perlu adanya penentuan metode yang sesuai bagi
penyandang tunagrahita. Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi
yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang

5

Philip Bean, Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmu
sosial Ed1 get7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 913-914.

5

secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat.
Terdapat dua jenis layanan program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), yang pertama Program
Pelayanan Pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan,
orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi
(Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran,
bimbingan lanjut, terminasi. Kedua Pelayanan Penunjang, meliputi:
pendataan, sosialisasi program, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga
(RSBK), Program Pelayanan Jarak Jauh (PPJJ), Pembinaan Persatuan Orang
Tua (POT), pengembangan SDM.6
Program pembinaan merupakan bagian yang integral dalam rangkaian
proses pelayanan sosial dan tidak dapat dianggap sebagai modalitas treatment
yang berdiri sendiri. Hal ini berkaitan dengan pemahaman umum bahwa
setelah klien menjalani program rehabilitasi primer di panti rehabilitasi,
mereka masih memerlukan perawatan atau bimbingan lanjutan agar proses
reintegrasi ke masyarakat dapat berlangsung lancar. Pada kenyataannya
treatment tidak berhenti di dalam panti rehabilitasi melainkan terus berlanjut
sampai klien kembali ke masyarakat, mampu mengembangkan gaya hidup
yang sehat dan menjadi manusia yang produktif (BNN,2008).7
Oleh sebab itu Program Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara itu sendiri adalah bertujuan untuk memulihkan
kemauan,

kemampuan

dan

harga

diri

tunagrahita

sehingga

dapat

melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat bergaul dan
6

Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti
Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor.
7
Widodo Nurdi, Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial, h. 214.

6

mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, mencegah
tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap
tuna grahita, dan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang keadaan, permasalahan dan kebutuhan tuna grahita sehingga
masyarakat sadar dan mendukung usaha rehabilitasi tuna grahita.
Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan
oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara dengan mengetahui
metode layanan Rehabilitasi Sosial yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita dalam melaksanakan kegiatankegiatan untuk memenuhi hak-hak dasar penyandang tunagrahita.
Oleh sebab itu perlu adanya metode layanan rehabilitasi yang
komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat
dan

pelaksana

rehabilitasi,

untuk

memaksimalkan

daya

kerja,

kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di
tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan latar
belakang

diatas

maka

penulis

memiliki

judul

“PENINGKATAN

KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA (Kajian
Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) mempunyai beberapa layanan program yaitu program

7

pelayanan pokok dan program pelayanan penunjang. Namun karena
layanan rehabilitasi sosial yang lebih pokok terdapat dalam kegiatan di
dalam panti, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti pada salah satu metode pelayanan pokok meliputi: pendekatan awal,
penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana
intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan
keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi yang
dilakukan di dalam panti dalam kurun waktu lima bulan, dari bulan Mei
sampai dengan bulan September 2014.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas maka terlihat
bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi:
a. Metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
b. Berdasarkan permasalahan di atas (a), terlihat dengan nyata bahwa hal
ini berkesinambungan pada hasil peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
3. Identifikasi Masalah
Untuk menyusun metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita

diperlukan

data-data

tentang

kemampuan

tunagrahita,

bimbingan yang telah diberikan, dan faktor pendukung serta faktor
penghambatnya. Terdapat beberapa macam identifikasi masalah yang
timbul, yaitu:
a. Bagaimana kondisi penyelenggaraan, sarana prasarana rehabilitasi

8

sosial?
b. Bagaimana proses rehabilitasi sosial yang diselenggarakan melalui
panti?
c. Seperti apakah bimbingan yang diberikan bagi penyandang tunagrahita
dalam panti?
d. Bagaimana kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di
panti?
e. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan keberfungsian
sosial tunagrahita dalam panti?
f. Faktor-faktor apa saja yang menghambat peningkatan keberfungsian
sosial tunagrahita dalam panti?
g. Bagaimana model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial
yang efektif dalam panti yang dilakukan oleh panti?
h. Bagaimana pencapaian tujuan dari program layanan Rehabilitasi Sosial
terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
intelektual tunagrahita di panti?
Oleh karenanya, untuk membatasi masalah sebagaimana dimaksud,
maka permasalahan pokok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita
dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, CibinongBogor?
b. Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap
peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor?

9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara

umum

Penelitian

ini

bertujuan

untuk

mengetahui

pelaksanaan model program rehabilitasi sosial dalam meningkatkan
keberfungsian sosial bagi penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:
a. Untuk mengetahui metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong-Bogor.
b. Untuk mengetahui hasil dari metode layanan Rehabilitasi Sosial
terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
intelektual tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan
kebijakan di bidang Program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang
tunagrahita.
2) Dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang model
dan metode peningkatan keberfungsian sosial penyandang
tunagrahita.
b. Manfaat Akademis

1) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan

10

bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.

2) Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program
pelayanan masyarakat melalui lembaga dan ilmu kesejahteraan
sosial.

3) Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara
langsung dalam penelitian lapangan melalui penelitian ilmiah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain:
Nama

: Rian Rusdiyanto

NIM

: 104054002094

Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul

: Pemberdayaaan Penyandang Cacat Tunagrahita Oleh Yayasan
Wahana Bina Karya Penyandang Cacat di Kelurahan Lebak Bulus
Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan
Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan Tunagrahita yang

dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Bina Karya. Yang menjadi pembeda
dengan skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni skripsi diatas
menggunakan variabel konsep pemberdayaan yang diberikaan oleh Yayasan
Wahana Bina Karya dalam lingkungan kelurahan, sedangkan skripsi penulis
yaitu penulis mengangkat program rehabilitasi sosial yang ada dalam
lingkungan panti sosial. Persamaanya yakni skripsi tersebut dan skripsi
penulis menggunakan subjek yang sama yaitu penyandang tunagrahita.

11

Nama

: B.Mujiani dan Setyo Sumarno

Jurnal

: Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol.11 No.2 2012

Judul

: Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang
Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally
Retardation.
Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

menggunakan fokus atau kajian pada penyandang tunagrahita. Sedangkan
perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam memberikan
cakupan layanan yang dijalankan oleh lembaga, yaitu dengan program layanan
dalam panti dengan menempatkan penerima manfaat ke dalam asrama untuk
mengikuti program-program yang diberikan oleh lembaga.
Nama

: Mulia Astuti

Jurnal

: Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol.18 No.01
2013

Judul

: Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina
Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat’ Bekasi
Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama

menggunakan kajian pada pemberian program rehabilitasi sosial. Sedangkan
perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam objek sasaran
yang diberikan, yaitu jurnal di atas menempatkan penyandang tuna netra
sebagai penerima program rehabilitasi sosial, sedangkan penulis menempatkan
penyandang tunagrahita sebagai penerima program rehabilitasi sosial.

12

E. Metode Penelitian
Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk
menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi
sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah
dapat diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan penelitian yang
dapat dilakukan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang informasinya atau datadatanya berbentuk angka (scoring) dan diolah dengan statistik.8
Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu upaya untuk memahami makna
yang terkandung dalam program ini. Hal ini selaras dengan pandangan
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis
atau lisan dari orang-orang yang diamati.9
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian
secara mendalam untuk mengetahui makna dari sesuatu secara jelas dari
kondisi sebenarnya.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif.
8

Poerwandari, E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:
Perfecta, 2005) h.23
9
Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2007), h.4.

13

Data tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang
melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa
kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka
untuk menetapkan rencana yang akan datang.10
3. Metode Penetapan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor, dengan pertimbangan untuk mengetahui upaya
penanganan permasalahan sosial rehabilitasi sosial tunagrahita yang
dilaksanakan di wilayah pemerintahan daerah, khususnya di wilayah
Cibinong Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Terdapat dua metode dalam menetapkan lokasi, yaitu:
a. Random, penetapan lokasi secara acak.
b. Purposive, penetapan lokasi secara sengaja atau mempunyai tujuan dan
alasan tertentu.
Untuk penelitian ini penulis memilih menentuan lokasi secara
purposive dengan alasan agar lebih mudah mengenal lokasi penelitian,
lebih mudah menjangkau lokasi penelitian guna mendapatkan data yang
lebih rinci dan akurat.

10

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2006), cet. 12, h.25.

14

4. Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua macam data yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh pada saat penelitian itu
berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun dalam materi
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelitian
kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan
dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet, brosur, serta
catatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya
seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya.11 Dalam penelitian ini diperoleh informasi pelakasanaan
observasi atau pengamatan secara langsung pada program rehabilitasi
sosial, yang dilakukan oleh pengelola panti, penerima manfaat,
fasilitas, proses rehabilitasi dan keberfungsian sosial tunagrahita
melalui pencatatan apa yang terlihat, didengar dan diraba kemudian
penulis tuangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang
dibutuhkan. Dalam hal ini penulis mengamati langsung kegiatan
tunagrahita dan pegawai yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)

11

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.

15

Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
b. Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara tanya jawab
serta secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelola
perusahaan.12 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
wawancara bertahap, yakni wawancara yang dilakukan secara bertahap
dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan informan.
Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari
objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka.
Sistem “datang dan pergi” dalam wawancara ini mempunyai keandalan
dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya
karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar
informan untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan
serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.13
c. Studi Pustaka, studi kepustakaan yang dilakukan guna mendapatkan
teori yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial
dalam program rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita.
6. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan informan
menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta informasi
sesuai dengan fokus penelitian.
Untuk memilih sample (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat
dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, apabila
dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi
12

Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan
Pemuda, 2003) h.51
13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h.110.

16

informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru,
proses pengumpulan informasi sudah selesai.
Tabel 1.2
Tabel Pemilihan Informan
Informan
Klien (Penerima

Informasi yang
dicari
Manfaat Program

Manfaat)

Metode
Wawancara

Jumlah

Alasan

10 orang

Sebagai objek

Rehabilitasi yang

(5 ringan)

penerima manfaat

diberikan oleh

(5 sedang)

program

Lembaga

rehabilitasi

Kepala Seksi

Model pelaksanaan

Wawancara

5 orang

Sebagai penentu

Rehabilitasi Sosial

Program Rehabilitasi

kebijakan

dan Pegawai

Sosial dan

pelaksanaan

Rehabilitasi Sosial

peningkatan

program

keberfungsian sosial

rehabilitasi dan
beberapa disiplin
ilmu Profesional

Pendamping Asrama

Mengetahui

Wawancara

5 orang

Sebagai pihak

dan Warga Sekitar

keberhasilan

netral dan

program dan

sebagai

menguji kebenaran

pihak ke 3

data pihak panti

7. Analisa Data
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data
adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini
bisa menjadi acuan untuk melihat karateristik data yang kita peroleh.14
Ciri dari analisis ini adalah menitik beratkan pada observasi dan
suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti hanya bertindak sebagai
14

Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. 2005, h.25

17

pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan
mencatatnya dalam buku observasinya.15
Secara singkat, hasil penelitian diolah dan disajikan dengan cara
melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai
data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut
disimpulkan.
8. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2014 dan selesai
sampai bulan Agustus 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam melaksanakan proses penelitian, sebagai berikut:
Tabel 1.3
Tebel Kegiatan Penelitian
BULAN
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
2014
2014
2014
2014
2014
2014
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

N
O

KEGIATAN

1

Penelitian
Pendahuluan
Pengumpulan
Data
Pengumpulan data
dan analisis data
Penulisan dan
penyelesaian Bab I
Penulisan dan
penyelesaian Bab II
Penulisan dan
penyelesaian Bab
III
Penulisan dan
penyelesaian Bab
IV
Penulisan dan
penyelesaian Bab V

2
3
4
5
6

7

8

15

Ibid., h.25

18

9. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta
bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan.
Keabsahan data yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber
yakni menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber
memperoleh data.16 Penulis menggunakan observasi dan membaca arsiparsip sekolah untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dari
wawancara
10. Teknis Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada
pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Develoopment and Assurance) UIN Syarif
Hidayatuullah Jakarta tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penelitian ini, maka
sistematika penulisannya ialah sebagai berikut:
BAB I

: Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan

16

Ibid., h. 219

19

manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II

: Berisikan landasan teoritis mengenai pokok pembahasan meliputi
pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, faktor-faktor
penyebab tunagrahita, pengertian rehabilitasi sosial, metode
rehabilitasi,

jenis

rehabilitasi,

perangkat

rehabilitasi,

keberfungsian sosial.
BAB III

: Memberikan gambaran umum tentang profil lembaga dan sejarah
perkembangan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

BAB IV

: Bab ini merupakan inti penelitian, dijelaskan secara rinci
mengenai bagaimana metode pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi
penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

BAB V

: Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
mengenai metode pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi
penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).

BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita yang berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita
berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai
oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1
Ada beberapa deskripsi tentang konsep dan pengertian tunagrahita
dari beberapa ahli, antara lain2:
1. Cacat mental merupakan suatu keadaan dari perkembangan mental
yang tidak lengkap, yang menyebabkan individu kurang dapat
menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang normal, sehingga
memerlukan pengawasan maupun bantuan khusus. (Tredgold,Hutt,
1976).
2. Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya
kendala (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia,
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO, 1992,
Lumban Tobing, 1997).
1

Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 9.
2
Mulia Astuti, Rehabilitasi sosial Tunagrahita Melalui Panti Sosial Bina Grahita
(Jakarta: P3KS Press, 2010), h.10.

20

21

3. Cacat

mental

retardasi

adalah

seseorang

yang

mengalami

penyimpangan / kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada
mental intelektual, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan, atau masa
bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis
maupun faktor fungsional. (Depsos, 1999).
Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa
referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan,
febleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah
tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki
kecerdasan mental di bawah normal.
Seorang dikategorikan

berkelainan mental

subnormal

atau

tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian
rendahnya

(di

bawah

normal),

sehingga

untuk

meniti

tugas

perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata, 1979).
Kecerdasan yang dimiliki seseorang, di samping menggambarkan
kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara
terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara
efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berpikir secara
abstrak.
Edgar Doll berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika: (1)
secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3)
kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)

22

kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Sedangkan menurut The
American Association on Mental Defeciency (AAMD), seseorang
dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah
rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase
perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).3
2. Klasifikasi Tunagrahita
Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensi,
yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan
intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet
dan Skala Weschlee (WISC).
a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50-75)
Anak tunagrahita ringan disebut juga debil atau moron. Mereka
masih dapat berfungsi secara individu seperti membaca, menulis dan
berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik,
anak terbelakang mental ringan pada saatnya dapat memperoleh
penghasilan untuk dirinya sendiri.
Akan tetapi anak tunagrahita ringan perlu mendapat bimbingan
dalam melakukan penyesuaian sosial secara independent. Seperti
contoh ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat
merencanakan masa depan, dan bahkan sering melakukan kesalahan.
Namun pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami
gangguan secara fisik.
Kesimpulannya, anak tunagrahita ringan mampu dididik untuk
bisa melakukan kegiatan pribadinya seperti bidang akademis, sosial

3

Ibid., h.88-89

23

dan pekerjaan.
b. Anak tunagrahita sedang (IQ 30-50)
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Mereka sangat
sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar
menulis, membaca dan berhitung. Tetapi mereka masih dapat dididik
untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan minum,
mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Namun dalam
kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan terus
menerus.
Kesimpulannya, anak tunagrahita sedang hanya dapat dilatih
untutk mengurusi dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari (daily
living), serta bisa melakukan fungsi sosial kemasyarakatan sesuai
kemampuannya.
c. Anak tunagrahita berat (0-25)
Anak tunagrahita berat sering disebut idiot, adalah anak
tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak
mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus
kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Dengan kata
lain, anak tunagrahita berat selalu membutuhkan pereawatan
sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup
tanpa bantuan orang lain (totally dependent).
Kesimpulannya, anak tunagrahita berat akan selalu memerlukan
bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.

24

Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang
hidupnnya.
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita
Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang
menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)
dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).
Kirk berpendapat bahwa ketunagrahitaan karena faktor endogen,
yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen
(Hereditary transmission of psycho-biological insufficiency). Sedangkan
faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari
perkembangan normal.
Dari

sisi

pertumbuhan

dan

perkembangan,

penyebab

ketunagrahitaaan menurut Devenport dapat dirinci melalui jenjang berikut:
(1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan
atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) Kelainan atau
keturunan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) Kelainan atau keturunan
yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau keturunan yang timbul dari
luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin,
dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.4
Dari penyebab di atas diketahui bahwa ketidakmampuan anak
tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak

4

Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 91.

25

normal karena keterbatasan fungsi kognitif dan kesetiaan ingatan anak
tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak
heran jika ada instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita tidak
melalui

proses

kognitif,

akibatnya

proses

pemanggilan

kembali

pengalaman atau peristiwa yang lalu, sering mengalami kesulitan.

B. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial Bab 1
Pasal 1 ayat 8, Rehabilitasi sosial adalah:
“Proses

refungsionalisasi

dan

pengembangan

untuk

memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat”
Tujuan rehabilitasi sosial dijelaskan dalam UU No.11 Tahun 2009
Bab III Pasal 7 ayat 1:
“Rehabilitasi

sosial

dimaksudkan

untuk

memulihkan

dan

mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar”
Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,
perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal
pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang
berguna dan memiliki tempat di masyarakat.5
Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas, 2002)., h.940.
5

26

1.

Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta
tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya.

2.

Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.

2. Metode Rehabilitasi
Metode yang digunakan dalam pemberian layanan rehabilitasi
sosial dan vokasional penyandang cacat antara lain adalah6:
1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Sosial Case Work)
a. Pengertian
Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses
pelayanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada
penyandang

cacat

secara

perseorangan

yang

mengalami

permasalahan psikososial yang mengganggu peranan sosialnya.
b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang
diberikan
1) Intervensi Krisis.
2) Terapi Perilaku (Behavior Therapy).
3) Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment).
4) Terapi Bermain (Play Therapy).
5) Terapi Realitas (Reality Therapy).
6) Konseling.
7) Kunjungan Rumah (Home Visit).
6

Haryati Roebyantho, dkk, Penelitian Pola Multi Layanan Pada Panti Sosial
Penyandang Cacat, h.13.

27

c. Aplikasi pelayanan individual:
1) Diterapkan pada penyandang cacat yang mempunyai masalah
yang bersifat pribadi.
2) Dilakukan

dengan

berbicara

dari

hati

ke

hati,

dapat

mendengarkan cerita penerima manfaat dengan sepenuh hati.
3) Dilakukan

secara

berulang-ulang

dalam

rangka

untuk

mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
4) Diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penyandang
cacat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk
penanganan masalah.
5) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
6) Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan sehingga dapat
mengetahui perkembangan penanganan permasalahan penerima
manfaat.
2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Sosial Group Work)
a. Pengertian
Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan
profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu
penyandang cacat mengatasi permasalahan psikososialnya dengan
memanfaatkan proses dan interaksi kelompok.
b. Jenis pelayanan yang diberikan:
Pelayanan

(terapi)

yang diberikan

melalui

pendekatan

kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah psikososial

28

yang dialami penyandang cacat. Terdapat 9 (sembilan) tipe
kelompok dalam Group Work:
1) Kelompok Percakapan Sosial (Sosial Conversation).
2) Kelompok Rekreasi (Recreation Group).
3) Kelompok Rekreasi dan Keterampilan

(Recreation & Skill

Group).
4) Kelompok Pendidikan (Educational Group).
5) Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan
(Problem Solving and Decission Making Group).
6) Kelompok Bantu Diri (Self-Help Group).
7) Kelompok Sosialisasi (Sosialization Group).
8) Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group).
9) Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group).
c. Aplikasi Pelayanan:
1) Membentuk kelompok penyandang cacat (5-10 orang) sebagai
media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional.
2) Kegiatan yang dilakukan harus bersifat kreatif dan berorientasi
pada pemecahan permasalahan dan kebutuhan penyandang cacat.
3) Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan yang sama
dalam mengungkap permasalahan yang dialami.
4) Diterapkan untuk mengembang