Dari sudut teori politik, terdapat paham participatory democratie yang berpendapat bahwa manusia pada hakekatnya mampu
menyelaraskan kepentingan pribadi dengan kepentingan sosial. Penyelarasan kedua macam kepentingan tersebut dapat terwujud jika
proses pengambilan keputusan menyediakan kesempatan seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mengungkapkan kepentingan dan
pandangan mereka sehingga perbedaan kepentingan dapat dijembatani J. H. Rapar, 2001 : 217. Musyawarah merupakan salah satu cara
untuk mencapai keselarasan dua macam kepentingan yang dimaksud dalam paham participatory democratie tersebut.
b. Mekanisme Musyawarah
Musyawarah dalam pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum dilakukan dalam rangka memperoleh kesepakatan
mengenai pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum di lokasi yang telah ditetapkan, serta untuk memperoleh kesepakatan
mengenai bentuk dan besarnya ganti rugi. Pasal 9 Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 memuat
ketentuan bahwa : 1
Musyawarah dilakukan secara langsung antara pemegang hak atas tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda lain yang
berkaitan dengan tanah bersama panitia pengadaan tanah, dan instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang memerlukan
tanah.
2 Dalam hal jumlah pemegang hak atas tanah tidak
memungkinkan terselenggaranya musyawarah secara efektif, maka musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilaksanakan oleh panitia pengadaan tanah dan instansi Pemerintah atau Pemerintah Daerah yang memerlukan tanah
dengan wakil-wakil yang ditunjuk di antara dan oleh para pemegang hak atas tanah, yang sekaligus bertindak selaku
kuasa mereka.
3 Penunjukan wakil atau kuasa dari pemegang hak sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 harus dilakukan secara tertulis, bermaterai cukup yang diketahui oleh Kepala DesaLurah atau
surat penunjukankuasa yang dibuat dihadapan pejabat yang berwenang.
4 Musyawarah sebagaimana dimaksud ayat 1 dan 2 dipimpin
oleh ketua panitia pengadaan tanah. Musyawarah dalam penentuan ganti rugi dilakukan dalam
pengertian musyawarah kualitatif, maksudnya bahwa yang diutamakan adalah dialog secara langsung dengan pemegang hak atas tanah.
Apabila pemegang hak atas tanah tidak berkesempatan hadir maka dimungkinkan adanya wakil atau kuasa untuk menggantikan para
pemegang hak atas tanah untuk hadir dalam musyawarah I Dewa Gede, 2007: 42.
Pasal 34 Peraturan Ka.BPN Nomor 3 Tahun 2007 memuat ketentuan
bahwa musyawarah
rencana pembangunan
untuk kepentingan umum dianggap telah mencapai kesepakatan apabila
paling sedikit 75 tujuh puluh lima persen dari luas tanah yang diperlukan untuk pembangunan telah diperoleh dan jumlah pemilik
telah menyetujui bentuk danatau besarnya ganti rugi.
c. Jangka Waktu Musyawarah