B. Sifat mekanis papan partikel Modulus of elasticity MOE dan Modulus of Rupture MOR
Nilai Modulus of elasticity MOE dan Modulus of Rupture MOR disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Modulus of elasticity MOE dan Modulus of Rupture MOR
Keterangan: a, b, c,: Notasi uji lanjut Duncan Multiple Range Test DMRT
Berdasarkan Gambar 11, nilai Modulus of elasticity MOE papan partikel berkisar antara 4151,94 - 7384,11 kgcm
2
. Nilai Modulus of elasticity MOE tertinggi dicapaipada papan dengan perlakuan
80 20
, sedangkan nilai Modulus of elasticity MOE terendah diperoleh pada papan dengan perlakuan
70 30
. Perlakuan perendaman asam asetat dan acetic anhydride
100
dan
80 20
menghasilkan perbaikan terhadap parameter MOE dibandingkan dengan kontrol, namun
perlakuan
70 30
tidak menghasilkan perbaikan karena nilainya lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
5898,79 6949,83
7384,11 4151,94
55,98 61,29
60,09 39,64
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
2000 4000
6000 8000
10000 12000
14000 16000
18000 20000
Kontrol 1000
8020 7030
M o
R k
g
f cm
² M
o E
k g
f cm
²
Asam asetat Acetic anhydride
MOE MOR
c a
b c
a b
b b
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Gambar 11, tren data menunjukan bahwa nilai Modulus of elasticity MOE papan partikel yang dihasilkan rendah. Rendahnya nilai MOE
yang dihasilkan pada penelitian ini disebabkan olehgeometri partikel. Berdasarkan tinjauan geometri partikelnya, nilai slenderness ratio SR yaitu perbandingan
dimensi panjang dengan tebal partikel dan aspect ratio AR yaitu perbandingan dimensi panjang dengan lebar untuk serutan kayu durian pada penelitian ini
memiliki nilai masing-masing sebesar 16,38 dan 3,99. Nilai SR yang dihasilkan pada penelitian ini belum memenuhi nilai ideal untuk papan partikel berupa flake.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Maloney 1993 yang menyatakan bahwa nilai ideal SR untuk partikel berupa flake sebesar 150.Haygreen dan Bowyer 1996
menyatakan bahwa selain kerapatan, kadar perekat, geometri partikel merupakan ciri utama yang menentukan sifat MOE yang dihasilkan.
Fengel dan Wegener 1984 menyatakan bahwa suasana asam akan menghidrolisis polisakarida kayu termasuk didalamnya selulosa dan hemiselulosa.
Tingginya keasaman juga dapat menyerang komponen kayu tersebut, sehingga berkurangnya daya tahan kayu, kekuatan kayu, dan bertambahnya kerusakan kayu.
Pengempaan pada kondisi partikel yang asam dan tidak diiringi dengan penurunan suhu kempa menyebabkan penurunan kekuatan ikatan pada garis rekat.
Hasil sidik ragam anova untuk sifat mekanis papan partikel disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sidik ragam anova terhadap sifat mekanis papan partikel
Parameter F-Hitung
Probabilitas Keterangan
Modulus of elasticity MOE 34,119
0,000 Modulus of Rupture MOR
28,539 0,000
Internal Bond IB 19,161
0,001
Keterangan: = Berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil sidik ragam anova terhadap Modulus of elasticity MOE pada perlakuan perendaman serutan kayu durian dalam campuran larutan
asam asetat dan acetic anhydride berpengaruh nyata pada sifat mekanis papan partikel yang dihasilkan dengan selang kepercayaan 95.Hasil uji lanjut DMRT
Modulus of elasticity MOE menunjukkan bahwa ketiga perlakuan perendaman serutan kayu durian dalam campuran larutan asam asetat danacetic anhydride
berbeda nyata terhadap kontrol.Pada penelitian ini semua papan partikel tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai MOE min
20400kgcm
2
.Iswanto et al. 2008 menyatakan tekanan dan lamanya waktu kempa yang kurang optimal menyebabkan nilai MOE belum memenuhi standar.
Berdasarkan gambar 11, nilaiModulus of Rupture MOR berkisar antara 39,64 kgfcm
2
–61,29 kgfcm
2
.Nilai Modulus of Rupture MOR tertinggi dicapaipada papan dengan perlakuan
100
, sedangkan nilai Modulus of Rupture MOR terendah diperoleh pada papan dengan perlakuan
70 30
. Perlakuan perendaman dalam campuran larutan asam asetat dan acetic anhydride
100
dan
80 20
, menghasilkan perbaikan terhadap parameter MOR dibandingkan dengan kontrol, namun perlakuan
70 30
tidak menghasilkan perbaikan karena nilainya lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga karena terjadinya hidrolisis
selulosa akibat perlakuan asam menyebabkan terjadinya kecenderungan penurunan nilai MOE dan MOR.
Berdasarkan Gambar 11, tren data menunjukan bahwa rendahnya nilai MOR pada papan partikel yang dihasilkan diduga terjadi karena sebagian
komponen kimia serutan durian terdegradasi, seperti selulosa yang menyebabkan penurunan kekuatan papan. Sjostrom 1991 menyatakan bahwa asam dapat
Universitas Sumatera Utara
mendegradasi lignin dan menghidrolisis selulosa dan hemiselulosa. MOR atau keteguhan patah ditentukan dari beban maksimum yang mampu ditahan bahan per
satuan luas sampai bahan tersebut patah Bowyer et al. 2003. Hasil sidik ragam anova untuk sifat mekanis papan partikel disajikan
pada Tabel
6.Berdasarkan hasil sidik ragam anova menunjukkan bahwaperlakuan perendaman serutan kayu duriandalam campuran larutan asam
asetat dan acetic anhydride berpengaruh nyata terhadap Modulus of Rupture MOR padasifat mekanis papan partikel yang dihasilkan dengan selang
kepercayaan 95. Hasil uji lanjut DMRT untuk Modulus of Rupture MOR menunjukkan bahwa perlakuan perendaman serutan kayu durian dalam campuran
larutan asam asetat dan acetic anhydride
100 20
dan
80 20
tidak berbeda nyata terhadap kontrol, sedangkan pada perlakuanperendaman
70 30
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol.Pada penelitian ini semua papan partikel
tidak memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan nilai MOR min 82 kgfcm² JIS,2003, hal ini diduga disebabkan oleh kadar perekat yang diberikan
kecil sehingga nilai MOR yang dihasilkan juga rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Iskandar dan Supriadi 2013 yang menyatakan bahwa
makin tinggi kadar perekat, semakin tinggi nilai modulus patah karena semakin baik ikatan
antar partikel yang terjadi pada papan partikelyang dihasilkan. Pemilihan bahan perekat yang digunakan mempengaruhi hasil pengujian
darikekuatan MOE dan MOR papan partikel yang akan dibuat. pada penelitian ini perekat yang digunakan adalah perekat UF urea formaldehida yang memiliki
kekuatan yang relatif lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pernyataanPizzi 1983 yang berpendapat bahwa papan partikel yang menggunakan perekat urea
Universitas Sumatera Utara
formaldehida mempunyai kekuatan yang relatif rendah dibandingkan dengan perekat yang lain.
Internal Bond IB
Hasil pengujian internal bond IB disajikan pada gambar 12.
Gambar 12. Internal bond IBpapan partikel
Keterangan : a, b: Notasi uji lanjut Duncan Multiple Range Test DMRT
Berdasarkan Gambar 12, nilai IB papan berkisar antara 1,51– 4,41 kgfcm
2
dimana nilai IB terendah diperoleh padan papan partikel dengan perlakuanperendaman dalam campuran larutan asam asetat dan acetic anhydride
80 20
dan tertinggi terdapat pada papan kontrol. Rendahnya nilai IB pada papan yang diberi perlakuan perendaman disebabkan oleh perlakuan perendaman asam
asetat dan acetic anhydride yang menurunkan pH sehingga menyebabkan peningkatan keasaman dari serutan kayu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Iswanto et al. 2013 yang menyatakan bahwa rendahnya nilai IB dengan perlakuan asetilasi diduga karena perlakuan perendaman strand dalam asetat
4,41 3,90
2,13 1,51
0,00 0,50
1,00 1,50
2,00 2,50
3,00 3,50
4,00 4,50
5,00
Kontrol 1000
8020 7030
Int er
na l B
o nd
k g
c m
²
Asam asetat Acetic anhydride
b
a
b
a
Universitas Sumatera Utara
anhidrida akan menurunkan pH dari strand sehingga keasaman strand akan semakin meningkat.
Hasil sidik ragam anova untuk sifat mekanis papan partikel disajikan pada Tabel 6.Berdasarkan hasil sidik ragam anova terhadap Internal bond IB
menunjukan bahwa perlakuan perendaman serutan kayu durian dalam campuran larutan asam asetat dan acetic anhydriteberpengaruh nyata pada sifat mekanis
papan partikel dengan selang kepercayaan 95. Hasil ujiDuncan Multiple Range Test DMRTterhadap internal bond terhadap IB menunjukkan bahwa
perlakuan perendaman serutan kayu durian dalam larutan asam asetat dan acetic anhydride
80 20
dan
70 30
berbeda nyata pengaruhnya terhadap kontrol. Pada penelitian ini semua papan partikel yang dibuat telah memenuhi
standar JIS A 5908 – 2003 yang mensyaratkan nilai IB min 1,5kgfcm² JIS, 2003. Semakin tinggi kadar perekat yang diberikan maka semakin tinggi nilai
internal bond papan partikel yang di hasilkan. Hal ini disebabkan karena ikatan antar partikel pada papan partikel semakin baik. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya ikatan adhesi partikel bagasse – UF dan ikatan kohesi UF – UF yang semakin intensif Rowell et al. 1997 dalam Iskandar dan Sapridi, 2015.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam pencapaian keberhasilan proses perekatan adalah waktu pengempaan. Waktu kempa tergantung dari tipe
atau jenis perekat yang digunakan. Prinsip yang dipakai untuk menentukan lama waktu pengempaan adalah perilaku jenis perekat dan kondisi adonan perekat yang
dipakai sewaktu akan dikempa. Apabila suhu terlalu rendah, maka perekat menjadi kurang matang, namun apabila terlalu tinggi maka menyebabkan perekat
menjadi “over mature” terlalu matang sehingga perekat menjadi regas, hal ini
Universitas Sumatera Utara
lah yang dapat mengakibatkan peningkatan nilai internal bond IB. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widyorini et al. 2012 yang menyatakan bahwa peningkatan
suhu memperlihatkan adanya penurunan nilai kekuatan rekat internal, yang kemungkinan disebabkan oleh terlalu tingginya suhu yang dipakai.Kualitas
keteguhan rekat internal papan partikel dipengarui oleh pencampuran, pembentukan dan pengempaan yang baik Bowyer et al. 2003.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Perlakuan perendaman serutan kayu Durian Durio zibethinus dalam campuran larutan asam asetat dan acetic anhydridebelum memenuhi nilai
kerapatan yang ditargetkan yaitu 0,75 gcm³. Perlakuan perendaman menyebabkan penurunan nilai KA, PT dan DSA dari papan partikel yang dihasilkan. Hasil
pengujian sifat mekanis menunjukkan peningkatan nilai IB secara keseluruhan dengan memenuhi standar JIS A 5908 2003. Pengujian terhadap MOE dan MOR
belum memenuhi standar JIS A 5908 2003.
Saran
Diperlukan penelitian lanjutan pada perlakuan yang terbaik dengan suhu kempa yang diturunkan dan waktu penggempaanya yang ditingkatkan atau
suhunya ditingkatkan dan waktu pengempaanya diturunkan.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
Limbah Penggergajian
Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan, baik pada skala industri, pertambangan, rumah tangga,
dan sebagainyaSuharto, 2011. Berdasarkan wujudnya limbah di kelompokkan menjadi tiga, yaitu a limbah padat, merupakan jenis limbah yang berwujud padat,
seperti potongan kayu, sobekan kertas, kaca, plastik, logam,dan lain-lain; b limbah cair, merupakan jenis limbah yang berwujud cair, seperti sisa dari bahan
dari industri tekstil, sisa zat kimia dari pabrik, air dari industri pengolahan makanan, rembesan AC,dan lain-lain; dan c limbah gas, merupakan jenis limbah
yang berbentuk gas, seperti karbon dioksida CO
2
, karbon monoksida CO, HCl, NO
2
, SO
2
, dan lain-lain Yulipriyanto, 2010. Limbah industri penggergajian kayu adalah sisa atau bagian kayu yang
dianggap tidak bernilai ekonomis lagi dalam suatu proses tertentu, tetapi mungkin masih dapat dimanfaatkan pada proses yang berbeda. Seperti limbah-limbah pada
kegiatan penebangan, kulit kayu, serbuk gergaji, sebetan-sebetan kayu, sisa-sisa potongan kayu, cacat-cacat pengeringan dan sebagainya Wahyudi, 2013.
Menurut Purwanto et al, 1994 dalam Nuryawat et al, 2009 komposisi limbah kayu pada industri penggergajian meliputi serbuk gergaji 10,6, sabetan
25,9 dan potongan kecil 14,3 dengan total limbah sebesar 50,8 dari jumlah bahan baku yang digunakan.
Menurut Wahyudi 2013khusus di Indonesia jenis-jenis limbah yang dihasilkan oleh industri penggergajian atau pengolahan kayu secara umum dapat
dikelompokkan menjadi :
Universitas Sumatera Utara
a Kulit bark adalah limbah yang dihasilkan pada saat pengupasan kayu log,
sebelum memasuki mesin penggergaji utama breakdown saw. b
Sebetan offcutslab adalah limbah yang dihasilkan dari proses pelurusan aligment mesin gergaji utama dan gergaji ulang resaw untuk mendapatkan
ukuran sortimen yang dihasilkan. Limbah sebetan banyak dihasilkan dari proses pembelahan dan pemotongan samping.
c Serbuk sawdust adalah limbah yang dihasilkan dari bekas sayatan kerf
bilah gergaji, baik pada pembelahan dan pemotongan ujung dan samping. d
Tatal kayu shavingadalah jenis limbah yang dihasilkan dari proses penghalusan permukaan kayu gergajian.
e Potongan ujung cross cut adalah limbah dari sisa-sisa pemotongan ujung
sortimen kayu gergajian.
Papan Partikel
Papan partikel merupakan istilah umum untuk panel yang dibuat dari bahan berlignoselulosa biasanya kayu, terutama dalam bentuk partikel atau
serpihan, yang membedakan dengan serat, yang digabung dengan perekat sintetik atau perekat lain yang sesuai dan diikat bersama dalam panas dan tekanan pada
hot press dimana ikatan antar partikel diciptakan dengan penambahan perekat, dan bahan lain yang mungkin ditambahkan selama proses pembutan untuk
memperbaiki sifat-sifat yang diinginkan Maloney,1993. Haygreen dan Bowyer 1996, menyatakan bahwa papan
partikelmerupakan produk panil yang dihasilkan dengan memanfaatkan partikel- partikelkayu dan sekaligus mengikatnya dengan suatu perekat. Tipe-tipe papan
partikelyang jumlahnya cukup banyak sangat berbeda dalam hal ukuran dan
Universitas Sumatera Utara
bentukpartikel, jumlah perekat yang digunakan, dan kerapatan panil yangdihasilkan. Sifat-sifat dan kegunaan potensial papan berbeda dengan peubah-
peubah ini. Berdasarkan kerapatannya, Maloney, 1993 membagi papan partikel ke
dalam tiga golongan yaitu : a
Papan partikel berkerapatan rendah Low Density Particleboard, yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan kurang dari 0,59 gcm3
b Papan partikel berkerapatan sedang Medium Density Particleboard, yaitu
papan partikel yang mempunyai kerapatan antara 0,59-0,8 gcm3 c
Papan partikel berkerapatan tinggi High Density Particleboard, yaitu papan partikel yang mempunyai kerapatan lebih dari 0,8 gcm3.
Haygreen dan Bowyer 1996
,
menyatakan bahwa sifat bahan baku kayusangat berpengaruh terhadap sifat papan partikelnya. Sifat kayu tersebut
antaralain jenis dan kerapatan kayu, bentuk dan ukuran bahan baku kayu, penggunaankulit kayu, tipe, ukuran dan geometri partikel kayu, kadar air kayu,
dankandungan ekstraktifnya.
Kerapatan, kadar perekat, geometri partikel merupakan ciri utama yang menentukan sifat MOE yang dihasilkan.MOR atau
keteguhan patah ditentukan dari beban maksimum yang mampu ditahan bahan per satuan luas sampai bahan tersebut patah.
Serutan kayu dapat dimanfaatkan dan dikonversi menjadi papanpartikel karena memenuhi persyaratan sebagai bahan baku papan partikel.
Persyaratanpenting bahan baku untuk dapat digunakan dalam pembuatan papan partikel adalah lebihdisukai jenis pohon berkerapatan rendah sampai sedang
karena semakin mudah dikempa,kontak antara permukaan partikel semakin
Universitas Sumatera Utara
sempurna dan panel yang dibentuk semakin padat,sehingga kekuatannya semakin baik Haygreen dan Bowyer, 1996.
Menurut Maloney 1993, dibandingkan dengan kayu asalnya papanpartikel mempunyai beberapa kelebihan seperti:
a Papan partikel bebas dari mata kayu, pecah dan retak. b Ukuran dan kerapatan papan partikel dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
c Tebal dan kerapatannya seragam serta mudah dikerjakan. d Mempunyai sifat isotropis.
e Sifat dan kualitasnya dapat diatur. Persyaratan sifat fisis dan mekanis papan partikel yang harus dipenuhi
menurut Japanese Industrial Standard A 5908 : 2003 disajikan pada Tabel.1 Tabel 1 Standar Nilai JIS A 5908:2003 Papan Partikel
No Parameter sifat fisis dan mekanis
Standar 1.
Kerapatan gcm³ 0,4 – 0,9
2. Kadar air
5 – 13 3.
Daya serap air -
4. Pengembangan tebal
Maks 12 5.
Modulus of Rupture MOR kgcm² Min 82
6. Modulus of ElasticityMOE kgcm²
Min 20400 7.
Internal Bond kgcm² Min 1.5
Perlakuan perendaman
Perlakuan pendahuluan merupakan suatu usaha untuk memperbaiki sifat papan partikel melalui pemberian perlakuan tertentu sebelum diberi perlakuan
lebih lanjut. Perlakuan pendahuluan menyebabkan sifat papan partikel kayunya berubah, misalnya keasamannya berubah, zat ekstraktifnya berkurang, atau
partikel kayunya lebih stabil terhadap pengaruh air. Dengan adanya perubahan
Universitas Sumatera Utara
sifat partikel kayu tersebut, maka papan partikel yang dihasilkan memiliki sifat- sifat tertentu yang lebih baik Hadi, 1991.
Perlakuan perendamaan partikel bambu dengan perlakuan asam asetat menghasilkan papan berkadar air lebih rendah dibandingkan dengan papan tanpa
perlakuan perendaman. Perendaman partikel dalam asam asetat menyebabkan sebagian zat ekstraktif terlarut serta mendegradasi polisakarida amorf
hemiselulosa dan pati. Hal ini menyebabkan sifat higroskopis bambu menurun karena hemiselulosa dan pati merupakan polihidroksi. Penurunan sifat higroskopis
menyebabkan kapasitas pengikatan air rendah sehingga kadar air menurun Endriadila, 2014.
Perendaman asam asetat melarutkan zat ekstraktif dalam bambu terutama pati yang bersifat polihidroksi atau bersifat higroskopis. Akibat kehilangan zat
ekstraktif tersebut maka sifat higroskopis papan rendah, sehingga PT juga menjadi rendah. Selain itu, kelarutan zat ekstraktif menyebabakan perekat lebih mudah
masuk kedalam rongga partikel sehingga papan yang dihasilkan lebih padat Semakin tinggi konsentrasi larutan asam untuk perendaman partikel, PT papan
partikel semakin menurun. Hal ini sejalan dengan nilai DSA papan. Daya serap air yang rendah menyebabkan lebih sedikitnya pengembangan tebal papan partikel.
Pengembangan tebal ada hubungannya dengan absorbsi air, karena semakin banyak air yang diserap dan memasuki struktur serat maka semakin besar
perubahan dimensi yang dihasilkanMurtianah, 2014.
Asam asetat
C
2
H
4
O
2
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam
Universitas Sumatera Utara
lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H
+
dan CH
3
COO
-
. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam
asetat murni asam asetat glasial adalah cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16.7°C.Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti
polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam asetat dan kainEndriadila, 2014.
Atom hidrogen H pada gugus karboksil −COOH dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H
+
proton, sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai
pK
a
=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat CH
3
COO
−
. Sebuah larutan 1.0 M asam asetat kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah memiliki pH
sekitar 2.4 . Berikut akan ini adalah gambar dari reaksi asam asetat;
Gambar 1. Reaksi kimia asam asetat
Murtianah, 2014. Acetic anhydrideCH
3
CO
2
O
Acetic anhydrideCH
3
CO
2
O merupakan larutan aktif, tidak berwarna, serta memiliki bau yang tajam. Acetic anhydride merupakan suatu senyawa yang
memiliki kegunaan yang sangat bervariasi. Acetic anhydride digunakan dalam pembuatan cellulose asetate, serat asetat, obat-obatan, aspirin, dan berperan
sebagai pelarut dalam penyiapan senyawa organik Kurniawan, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Senyawa ini tidak berwarna, dan berbau cuka karena reaksinya dengan kelembapan di udara membentuk asam asetat. Penggunaan acetic anhydride pada
pembuatan hardboard dari sludge berfungsi untuk memekarkan selulosa sludge, sehingga serat sludge lebih mudah dibentuk dan disatukan. Pemekaran selulosa
sludge juga dapat mendorong terjadinya ikatan antar serat-serat sludge Sanjaya, 2001.
Acetic anhydridedapat meningkatkan ketahanan terhadap jamur, serangga, degradasi ultraviolet, stabilitas pada kondisi panas, stabilitas dimensi, kekakuan,
kekerasan, kesesuaian dengan bahan lain, dan penyerapan kelembaban. Proses terjadinya asetilisasi pada serat kayu dapat dilihat pada reaksi di bawah ini:
Wood-OH + CH3C=O-O-C=O-CH3
→ Wood-O-C=O-CH3 + CH3C=O-
OH Gambar 2. Proses terjadinya asetilasi pada serat kayu
Rowell, 1996. Pengaruh buruk dari acetic anhydrideadalah dapat menyebabkan iritasi.
Acetic anhydridebersifat korosif dan mengiritasi mata, kulit, pernafasan sehingga penggunaan acetic anhydridesangat dianjurkan untuk di tempat-tempat tertentu
yang jauh dari jangkauan. Proses pembuatan asetat selulosa, satu grup asetil dari setiap molekul acetic anhydridebereaksi dengan selulosa dan grup asetil lainnya
diubah menjadi asam asetat yang dapat didaur kembali untuk menghasilkan lebih banyak acetic anhydrideatau digunakan untuk menghasilkan asam asetat lainnya
Sanjaya, 2001. Wood-OH + CH3C=O-O-C=O-CH3
→ Wood-O-C=O-CH3 +
Universitas Sumatera Utara
Stabilitas dimensi
Sebagai salah satu produk komposit, papan partikel mempunyai kelemahan stabilitas dimensi yang rendah. Pengembangan tebal papan partikel
sekitar 10-25 dari kondisi kering ke basah melebihi pengembangan kayu utuhnya serta pengembangan liniernya sampai 0,35. Pengembangan panjang
dan tebal papan partikel ini sangat besar berpengaruh pada pemakaian terutama bila digunakan sebagai bahan bangunanan Haygreen dan Bowyer, 1996.
Penambahan partikel kayu mangium pada proses pembuatan papan partikel dari KBJ dapat memperbaiki kualitas papan partikel yang dihasilkan
terutama nilai MOE dan MOR papan. Semakin besar proporsi penambahan partikel kayu menyebabkan peningkatan nilai MOE dan MOR papan yang
dihasilkan. Perlakuan perendaman partikel kayu mangium dalam larutan asam asetat 1 menyebabkan penurunan sifat mekanis papan yang dihasilkan bila
dibandingkan dengan tanpa perendaman Iswanto et al, 2012.
Perekat Urea Formaldehida UF
Perekat urea formaldehida merupakan hasil reaksi antara urea dan formaldehida. Perekat ini dijual dalam bentuk cairan atau tepung yang berwarna
jernih sampai putih. Pengempaan dapat dilakukan secara dingin atau panas 110-120
C. Untuk urea formaldehida yang berbentuk tepung perlu dilarutkan dalam air dan di dalam campuran perekat biasanya diberikan bahan-bahan
tambahan atau ekstender. Pada saat ini perekat urea formaldehida paling umum digunakan dalam proses perekatan baik dalam pembuatan kayu lapis plywood,
maupun dalam pembutan papan partikel Sutigno, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Jenis urea formaldehyde UF dapat dikerjakan untuk proses perekatan panas ±100
C atau dingin ±30 C . Proses panas lebih umum digunakan pada
pemakian non structural seperti industri kayu lapis, proses dingin lebih sesuai untuk keperluan structural mengingat ketebalan atau dimensi elemen yang
direkatan. Penggunaan perekat jenis ini perlu control keasaman dan harus ditambahkan bahan pengisi filler agar mengisi pori bahan yang direkat namun
ketebalan garis perekatan harus dikontrol untuk tidak lebih dari 0,1 mm agar terhindar retak. Perekat UF juga mempunyai kelemahan terhadap air, suhu dan
kelemahan ekstrim sehingga lebih cocok digunakan untuk struktur terlindung, Prayitno, 1996.
Kelemahan utamanya adalah mudah terhidrolisis sehingga terjadi kerusakan pada ikatan hidrogennya oleh kelembaban atau basa serta asam kuat
khususnya pada suhu sedang sampai tinggi. Kelebihannya adalah sifat ketahanan yang baik terhadap air dingin, cukup tahan terhadap air panas tapi tidak tahan
terhadap air mendidih Pizzi, 1983.
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
A. Latar belakang