Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

A. Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja

Menurut Fathoni 2006:101, ada 5 sistem kerja yang merupakan faktor penyebab suatu kecelakaan adalah karena: a. Tempat yang tidak baik. b. Alat atau mesin-mesin yang tidak punya sistem pengamanan yang tidak sempurna. c. Pembuatan alat atau mesin yang tidak aman, tempat kerja dan proses kerja. d. Kerusakan tempat kerja pabrikkantor, bahan-bahan atau kondisi kerja yang kurang tepat. e. Kondisi kebersihan yang kurang baik, kemacetan dan pengaturan pembuangan kotoran yang kurang lancar, fasilitas penyimpanan yang kurang baik, dan tempat kerja yang sangat kotor. f. Kondisi penerangan yang kurang mendukung gelap atau silau. g. Saluran udara atau pembuangan asap yang kurang baik dan kondisi ruangan yang sangat pengap. h. Fasilitas pengamanan pakaian atau peralatan lainnya yang kurang mendukung terhadap pengamanan kerja. Dalam pembahasan mengenai faktor penerapan keselamatan dan kesehatan kerja, penulis memaparkan mengenai hasil pengujian dan pemeriksaan kesehatan pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau yaitu: Universitas Sumatera Utara

1. Kebisingan

Menurut Suma’mur 2009:116, kebisingan adalah bunyi atau suara yang keberadaannya tidak dikehendaki. Umumnya berasal dari mesin kerja, genset serta berbagai peralatan yang bergerak dan kontrak dengan logam, kompresor dan sebagainya. Satuan kebisingan adalah decibel A dBA. Hasil Pengukuran Kebisingan : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia, NAB kebisingan ditetapkan sebesar 85 dBA. Pengukuran kebisingan pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau dilakukan pada 14 empat belas titik, 3 tiga titik yang diukur 65,9 dBA masih dibawah Nilai Ambang Batas kebisingan, yaitu masih dibawah 85 dBA. Dan selebihnya 11 sebelas titik yang diukur melebihi Nilai Ambang Batas kebisingan, dengan nilai berkisar antara 85 dBA sampai dengan 104,7 dBA.

2. Iklim Kerja

Penggunaan teknologi, mesin, peralatan dalam proses produksi dapat menimbulkan suatu lingkungan kerja mempunyai iklimcuaca kerja tertentu, seperti lingkungan kerja panas atau lingkungan kerja dingin. Tempat kerja yang memiliki iklim panas misalnya bagian pengeringanpemanasan, tempat kerja dengan pentilasi udara yang kurang baik. Universitas Sumatera Utara Indeks Suhu Basah dan Bola Wet Bulb Globe Temperature Index yang selanjutnya disingkat ISBB adalah parameter untuk menilai tingkat iklim kerja yang merupakan hasil perhitungan antara suhu udara kering, suhu basah alami dan suhu bola. Nilai Ambang Batas iklim kerja menggunakan parameter ISBB Indeks Suhu Basah dan Bola. Hasil Pengukuran Iklim Kerja : Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia, iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB yang diperkenankan yaitu: Tabel 3.1. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia untuk iklim kerja Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB . Pengaruran waktu kerja setiap jam ISBB ℃ Beban Kerja Ringan Sedang Berat 75 - 100 31,0 28,0 - 50 - 75 31,0 29,0 27,5 25 - 50 32,0 30,0 29,0 0 - 25 32,2 31,1 30,5 Sumber: Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 Pengukuran Iklim Kerja pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau yang dilakukan pada 10 sepuluh titik berkisar antara 21,4 ℃ sampai dengan 26,9℃ , dan pada pengaturan waktu kerja setiap jam, beban kerja pabrik termasuk dalam Universitas Sumatera Utara kategori beban kerja ringan. Dimana Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB dalam kategori beban kerja ringan yaitu mencapai 31 ℃. Hal ini berarti Pengukuran Iklim Kerja pada Pabrik masih dibawah Nilai Ambang Batas yang ditentukan oleh Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011.

3. Penerangan

Kegunaan pencahayaan di tempat kerja adalah agar dapat melihat dengan mudah objek kerja sehingga pekerjaan yang bersifat visual dan membutuhkan ketelitian tinggi dapat dilakukan dengan mudah, dapat memberikan lingkungan kerja yang aman dan menjagamempertahankan efisiensi kerja. Pencahayaan yang baik akan mengurangi kekeliruanresiko kecelakaan. Pencahayaan yang kurang memadai dapat menyebabkan kelelahan mata, kelelahan mental, keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala, bahkan kerusakan organ mata. Satuan intensitas penerangan yaitu Lux. Hasil Pengukuran Penerangan Hasil pengukuran intensitas pengukuran intensitas penerangan pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau dilakukan pada 13 tiga belas titik berkisar antara 98 sampai dengan 894 Lux. Sesuai Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat- syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam Tempat Kerja, dari pengukuran tersebut 11 sebelas titik yang diukur sudah memenuhi syarat. Dan selebihnya 2 dua diantaranya belum memenuhi syarat. Universitas Sumatera Utara

4. Getaran

Getaran mekanis dibedakan menjadi 2 dua yaitu getaran seluruh badan whole body vibration dan getaran alat-lengan tool-hand vibration. Maka dari itu ada 3 tiga tingkat efek dari getaran mekanis yaitu: a. Gangguan kenikmatan, pengaruh getarannya hanya terbatas pada terganggunya nikmat kerja. b. Terganggunya tugas yang terjadi bersamaan dengan cepatnya kelelahan. c. Bahaya terhadap kesehatan. Hasil Pengukuran Getaran Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Getaran yaitu: Tabel 3.2. Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Getaran. Jumlah waktu pemaparan per hari kerja Nilai percepatan pada frekuensi dominan Meter per detik kuadrat mdet 2 Gravitasi 4 jam dan kurang dari 8 jam 4 0,40 2 jam dan kurang dari 4 jam 6 0,61 1 jam dan kurang dari 2 jam 8 0,81 Kurang dari 1 jam 12 1,22 Sumber: Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Universitas Sumatera Utara No. PER 13MENX2011 Hasil pengukuran getaran pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau dilakukan pada 5 lima titik berkisar antara 0,527 mdet 2 sampai dengan 3,572 mdet 2 dan jumlah waktu pemaparan per jam hari kerjanya yaitu 4 jam, atau kurang dari 8 jam. Hal ini berarti semua titik masih di bawah Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Getaran sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13MENX2011 yang ditetapkan sebesar 4 mdet 2 untuk 4 jam kerja dan kurang dari 8 jam kerja.

5. Debu dan Gas

Menurut Suma’mur 2009:184, debu adalah partikel zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis. Seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, dan lain-lain dari benda. Baik organis maupun anorganis misalnya, batu, kayu, logam, batu bara, butir-butir zat dan sebagainya. Logam-logam yang mengalami korosif oleh gas pencemar adalah baja, aluminium, tembaga, seng maupun besi. Korosif yaitu kerusakan logam akibat reaksi antara suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Selain unsur zat pencemar juga dapat terjadi pada bahan-bahan bangunan, bahan-bahan tekstil dan bahan-bahan karet. Universitas Sumatera Utara Hasil Pengukuran Kadar Debu Lingkungan Kerja Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri untuk pengukuran maksimal kadar debu di lingkungan kerja rata-rata 8 jam per hari yaitu: Tabel 3.3. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri untuk pengukuran maksimal kadar debu di lingkungan kerja. No. Jenis Debu Konsentrasi Maksimal 1. Debu total 0,15 mgm 3 2. Asbes bebas 5 seratml udara dengan panjang serat 5μ mikron Sumber: Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405MENKESSKXI2002 Hasil pengukuran kadar debu lingkungan kerja pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau dilakukan pada 3 tiga titik berkisar antara 0,498 mgm 3 sampai dengan 3,55 mgm 3 . Hal ini tidak sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 405MENKESSKXI2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Hasil Pengukuran Kadar Gas Lingkungan Kerja Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405MENKESSKXI2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Universitas Sumatera Utara Perkantoran dan Industri untuk pengukuran maksimal kadar gas di lingkungan kerja rata-rata 8 jam per hari yaitu : Tabel 3.4. Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri untuk pengukuran maksimal kadar gas di lingkungan kerja. No. Parameter Konsentrasi Maksimal mgm 3 Ppm 1. Asam Sulfida H 2 S 1 - 2. Amonia NH 3 17 25 3. Karbon monoksida CO 29 25 4. Nitrogen Dioksida NO 2 5,60 3,0 5. Sulfur Dioksida SO 2 5,2 2 Sumber: Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1405MENKESSKXI2002 Hasil pengukuran kadar gas pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau Dilakukan pada 2 dua titik dengan menggunakan parameter Karbon Monoksida CO, Sulfur Dioksida SO 2 , Oksida Nitrogen NO 2 . Hal ini tidak sesuai dengan standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 405MENKESSKXI2002 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, dikarenakan hanya menggunakan 3 tiga parameter saja tidak 5 lima parameter.

6. Audiometri

Universitas Sumatera Utara Audiometri adalah alat yang digunakan untuk mengukur fungsi pendengaran seseorang sehingga dapat diketahui adanya gangguan fungsi pendengaran. Hasil Pemeriksaan Audiometri Hasil pemeriksaan audiometri pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau terhadap 10 sepuluh orang tenaga kerja didapatkan 6 enam orang mengalami penurunan daya dengar

7. Spirometri

Untuk mengetahui kondisi fungsi paru seorang tenaga kerja digunakan spirometer untuk mengukur beberapa parameter yang digunakan untuk mendiagnosa adanya gangguan fungsi paru. Hasil Pemeriksaan Spirometri Hasil pemeriksaan spirometri pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau terhadap 10 sepuluh tenaga kerja didapatkan 1 satu orang ristriksi sedang.

8. Virus Mata dan Buta Warna

Mata mempunyai peranan sangat penting pada pekerjaan. Fungsi mata yang terpenting adalah ketajaman penglihatan, kepekaan terhadap kontras dan persepsi warna. Untuk memenuhi ketiga fungsi tersebut maka kemampuan penyesuaian mata terhadap fungsinya perlu berada dalam keadaan yang tepat sesuai dengan Universitas Sumatera Utara kepekaan. Ketajaman penglihatan ialah ukuran ketajaman yang membedakan atau menghilangkan perincian, perbandingan antara ukuran bagian terkecil yang sedang diamati dengan jarak obyek tersebut dari mata. Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya umur. Universitas Sumatera Utara Hasil Pemeriksaan Virus Mata dan Buta Warna Hasil pemeriksaan virus mata dan buta warna Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau terhadap 10 sepuluh tenaga kerja didapatkan 2 dua orang tenaga kerja mengalami penurunan penglihatan. B . Data Kecelakaan Kerja Menurut Suma’mur 2009:81, kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Untuk dapat melakukan pencegahan terhadap kecelakaan adalah menetapkan sumber potensi penyebab utama terjadinya kecelakaan. Berikut ini data kecelakaan kerja yang terjadi pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau dari tahun 2011-2013 : Universitas Sumatera Utara Tabel 3.5. Data Kecelakaan Kerja Pada Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau tahun 2011-2013 KETERANGAN TAHUN JUMLAH KORBAN 2011 2012 2013 Nihil 9 Nihil AKIBAT MATI - - - CACAT TETAP - 2 - SEMENTARA TAK MAMPU KERJA - 1 - CEDERA RINGAN - 6 - Sumber: Pabrik Kelapa Sawit Sei Silau PT. Perkebunan Nusantara III Persero.

C. Penggunaan Alat Pelindung Diri