Pelaksanaan pendidikan akhlak siswa kelas IV Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Nurul Amal Pondok Cabe Ilir Tangerang Selatan

PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NURUL AMAL
PONDOK CABE ILIR TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh :

SRI RATNAWATI
NIM : 1810011000067

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBINGAN


PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) NURUL AMAL
PONDOK CABE ILIR TANGERANG SELATAN

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam
(S.Pd.I)

Oleh:
SRI RATNAWATI
NIM: 801011000497/1810011000067

Dosen Pembimbing:

Drs. Abdul Haris, M.Ag
NIP: 196609011995031001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Sri Ratnawati

Nim

: 1810011000067

Jurusan

: Pendidikan Agama Islam


Alamat

: Jl. Kayu Manis Raya N0. 45 Rt.01/02 Kelurahan
Pondok Cabe Udik Tangerang Selatan 15418

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar Islam Terpadi (SDIT) Nurul Amal Pondok Cabe Ilir
Tangerang Selatan adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama

: Drs. Abdul Haris, M.Ag

NIP

: 196609011995031001

DosenJurusan


: Pendidikan Agama Islam

Demikian surat pernyataan ini penulis buat dengan sesungguhnya dan penulis siap
menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.

Jakarta, 9 Desember 2014
Yang Menyatakan,

Sri Ratnawati

ABSTRAK

Judul : "Strategi Pendidikan Akhlak Siswa Kelas IV SDIT Nurul Amal"
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Strategi Pendidikan Akhlak Siswa
kelas IV di SDIT Nurul Amal.
Penelitian ini adalah kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analisis.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SDIT Nurul Amal tahun pelajaran
201312014 sebanyak 40 siswa yang terdiri dari kelas IV.A dan kelas IV. B.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa strategi pendidikan akhlak
siswa sudah optimal. Hal ini terlaksana karena proses pendidikan akhlak yang
dilakukan oleh guru selalu melihat situasi dan kondisi pendidikan yang ada,
dengan berbagai macam strategilmetode seperti ceramah, diskusi, Tanya jawab,
bermain peran dan kuis. Sehingga siswa sudah bersikap jujur, amanah/tanggung
jawab, memaafkan, dan demokrasi. Terlihat dari akhlak siswa dalam kehidupan
sehari-hari baik di sekolah, rumah, dan masyarakat, dapat dikatakan sudah baik.
Hal itu didasarkan pada hasil observasi yang didapat dengan hasil angket dan
wawancara.
Pelaksanaan Strategi Pendidikan Akhlak di SDIT Nurul Amal sudah cukup
berjalan dengan baik, karena guru dengan siswanya ada interaksi (hubungan)
timbal balik yang baik sehingga akan sangat memungkinkan bila pelaksanaan
strategi pendidikan akhlak tersebut dapat berhasil. Guru berperan sebagai
pendidik yang memberikan ilmu baik secara teori maupun praktek pada siswanya,
dan siswanya dengan tekun mengikuti kegiatan belajar yang sudah ditetapkan
dari sekolah terutama tentang akhlak yang harus siswa miliki.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah
kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.
Skripsi yang berjudul “Strategi Pendidikan Akhlak Siswa Kelas IV SDIT Nurul
Amal” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga dan
pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis
miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang
tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Selama proses penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat doa, bantuan,
motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis
menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Nurlena Rifai, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bahrissalim, MA. Ketuajurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap
dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada
penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau
berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
3. Drs. Abdul Haris, M.Ag Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan
dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya
memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam
proses mengerjakan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

iv

4. Munawaroh S.Ag. Kepala sekolah SDIT Nurul Amal yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
yang beliau pimpin.
5. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha SDIT Nurul Amal yang telah
membantu penulis melaksanakan penelitian ini.
6. Siswa-siswi SDIT Nurul Amal khususnya kelas IV yang telah bersedia
menjadi subjek dalam penelitian ini.
7. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

8. Suami yang selalu penulis cintai, terima kasih atas doa, waktu dan
dukungannya selama ini.
9. Anak

tersayang

yang

selalu

memberi

keceriaan

yang

mampu

menghilangkan kejenuhan.
10. Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2010 kelas C. Terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan
motivasinya.
11. Teman-teman ngajar yang selalu membantu dan mengerti baik suka
maupun duka.
12. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan serta
perhatian yang luar biasa.
Tiada daya dan kekuatan melainkan milik Allah semata, segala
kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini,
mohon dimaafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.

Jakarta, 21 April 2014
Penulis

Sri Ratnawati

v

DAFTAR ISI


LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ..............................................................................................

i

KATA PENGANTAR .............................................................................

ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................

iv

DAFTAR TABEL ...................................................................................

viii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .........................................................

1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan, Perumusan Masalah ....

7

C. Tujuan dan kegunaan Penelitian……………………………….

8

D. Sistematika penilisan ...............................................................

9

BAB II. KAJIAN TEORI
A. Strategi ...................................................................................

10

1.

Pengertian Strategi ..........................................................

10

2.

Metode, Tekhnik, Pendekatan...........................................

11

B. Pendidikan Akhlak .................................................................

15

1.

Pengertian Pendidikan ......................................................

15

2.

Tujuan dan Fungi Pendidikan............................................

18

3.

Pengertian Akhlak ...........................................................

20

4.

Ruang Lingkup dan Sumber Akhlak .................................

22

5.

Karakteristik Akhlak……………………………………...

26

C. Peran Pendidikan dalam Mengatasi Krisis Akhlak .................

26

D. Strategi Pendidikan Akhlak dan Pelaksanaan Pendidikan
Akhak ...................................................................................

29

1.

Stratgi Pendidikan Akhlak………………………………… 29

2.

Pelaksanaan Pendidikan Akhak…………………………… 33
vi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................

36

B. Latar Penelitian.................................................................

36

C. Metode Penelitian ..............................................................

36

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................

36

E.

39

Analisa Data ......................................................................

BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SDIT Nurul Amal Pondok Cabe Ilir ......

41

1.

Sejarah Berdirinya SDIT Nurul Amal .........................

41

2.

Visi dan Misi SDIT Nurul Amal ..................................

42

3.

Data Guru dan Karyawan SDIT Nurul Amal ...............

44

4.

Data siswa SDIT Nurul Amal ………………………..

45

5.

Sarana dan Prasarana SDIT Nurul Amal ......................

45

B. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................

46

1. Pembahasan Hasil Penelitian........................................

46

2. Deskripsi Hasil Angket Siswa dan Interprestasi data...

47

3. Deskripsi Hasil Angket ……………………………… . 60
4. Pembahasan Hasil Wawancara……………………….

61

BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................

63

B. Saran ................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Struktur organisasi SDIT Nurul Amal ...............................
2. Tabel 2 Data guru dan karyawan SDIT Nurul Amal ......................
3. Tabel 3 Data siswa SDIT Nurul Amal tahun ajaran 2013/2014 ......
4. Tabel 4 Sarana dan prasarana ........................................................
5. Tabel 5 kegiatan ekstra kurikurer...................................................
6. Tabel 6 Setiap saya menemukan suatu barang diberikan kepada
guru...............................................................................................
7. Tabel 7 Setiap menemukan barang di lingkungan sekolah guru
mengumumkannya ........................................................................
8. Tabel 8 Setiap ada pemasukan dan pengeluaran uang kas dicatat
oleh bendahara kelas .....................................................................
9. Tabel 9 Setiap melaksanakan ujian saya menyontek ......................
10. Tabel 10 Setiap pelaksanaan ujian saya membawa Hp .................. .
11. Tabel 11 Setiap bertugas piket saya melaksanakannya secara
teratur………………………………………………………………
12. Tabel 12 Setiap bertugas piket saya menyuruh teman untuk
melaksanakannya………………………………………………….
13. Tabel 13 Setiap ada tugas sekolah saya mengerjakan dengan baik
dan rapi…………………………………………………………….
14. Tabel 14 Setiap hari saya datang di sekolah sebelum bel masuk
dibunyikan…………… .................................................................
15. Tabel 15 Setiap ada masalah di kelas saya mengajukan usul untuk
pemecahan masalahnya .................................................................
16. Tabel 16 Dalam setiap pergaulan saya berbahasa dengan baik dan
benar……………….. ....................................................................
17. Tabel 17 Setiap hari saya berprilaku yang baik dengan teman........
18. Tabel 18 Bila ada teman yang melakukan kesalahan saya maafkan
19. Tabel 19 Kepada siswa kelas bawah saya memanggil dengan
sebutan adik ..................................................................................

viii

20. Tabel 20 Kepada siswa kelas atas saya memanggil dengan
sebutan kakak…………………….. ...............................................
21. Tabel 21 Kepada orang tua saya berbahasa dengan baik dan
lembut……………………………………………………………..
22. Tabel 22Sebelum berangkat kesekolah saya berpamitan dengan
orang tua……………………………. ............................................
23. Tabel 23 Setiap mengambil keputusan kelas melalui musyawarah
bersama…………….. ....................................................................
24. Tabel 24 Keputusan yang sudah diambil dilaksanakan bersamasama……………….. .....................................................................
25. Tabel 25 Guru hanya memberikan perhatian kepada siswa yang
pintar……… .................................................................................
26. Tabel 26 Nilai rapot pendidikan akhlak siswa ................................
27. Tabel 27 Analisis item untuk skor angket ......................................

ix

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang sangat
penting, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Sebab
runtuh tangguhnya, hancur lestainya, sengsara atau sejahtera suatu bangsa
tergantung pada bagaimana akhlaknya. Apabila akhlak mereka terpuji, maka
akan tangguhlah bangsa tersebut, akan tetapi apabila akhlaknya tercela, maka
akan runtuhlah mereka.1
Gejala

kemerosotan

akhlak

dewasa

ini

sudah

benar-benar

mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong-menolong dan kasih
sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan saling
menjegal dan saling merugikan. Banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat,
menipu, mengambil hak

orang lain sesuka hati, dan perbuatan-perbuatan

maksiat lainnya.2
Kemerosotan akhlak yang lebih menghawatirkan lagi, karena bukan
hanya menimpa kalangan orang dewasa dalam berbagai jabatan,kedudukan dan
profesinya, melainkan juga telah menimpa kepada para pelajar tunas-tunas
muda yang diharapkan dapat melanjutkan perjuangan membela kebenaran,
keadilan, dan perdamaian masa depan.
Belakangan ini kita banyak mendengar keluhan orang tua, ahli didik
dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidanng agama dan sosial,
“berkenaan dengan ulah perilaku remaja yang sukar dikendalikan, nakal, keras
kepala, berbuat keonaran, maksiat, tawuran, mabuk-mabukan, pesta obat-obat
terlarang, bergaya hidup seperti hippies, bahkan sudah melakukan pembajakan,
pemerkosaan, pembunuhan dan tingkah laku penyimpanagn lainnya”.3
1

Asep Umar Ismail, dkk, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW) UIN 2005),

cet.1,h. 23
2

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Prenada Media 2003), h. 189
Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di
Indonesia, (Jakarta: Prenada Media Group, 2003), h. 118
3

1

2

Pada hakikatnya, bebagai bencana yang menimpa masyarakat,
kezhaliman antar manusia, dan dominasi negara maju merupakan dampak
negatif dari sistem pendidikan manusia yang hingga saat ini masih dianggap
acuan.
Dalam perkembangan zaman dan teknologi yang sangat maju pesat
banyak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat merusak keimanan. Ini
terjadi oleh akhlak manusia yang rendah. Oleh karena itu, peran dan tugas guru
dihadapkan pada tantangan yang besar dan kompleks akibat pengaruh negatif
dari perkembangan zaman serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
misalnya orang akan dengan mudah berkomunikasi dengan apa pun yang baik
atau yang buruk karena ada alat telekomunikasi yang baik atau yang buruk
dapat dilihat melalui pesawat televisi, internet, faximile yang dapat
mempengaruhi kepribadiaan dan akhlak anak .
Akhak pada tiap-tiap pribadi, merupakan ikatan yang kuat yang
senantiasa mengikat antara yang satu dengan yang lain. Bila ikatan itu telah
rusak, maka

rusak

pulalah hubungan mereka.

Akibatnya

hubungan

kemasyarakatan akan tidak harmonis. Apabila ikatan sosialnya sudah putus,
maka kekuatan itu akan hilang dan musuh islam telah memahami kelemahan
ini, karena itu musuh islam berusaha merusak akhak kaum muslimin beserta
tata

kehidupan

social

dan

individualnya

dengan

segala

tipu

daya

kecerdikannya. Adapun yang mereka cabut dari akar-akar akhlak antara lain
nilai-nilai kejujuran, amanah, dan iffah (harga diri).
Proses pembentukan tingkah laku atau kepribadian ini hendaklah
dimulai dari masa kanak-kanak, yang dimulai dari masa menyusui hingga anak
berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif
bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosialisasi anak.
Didalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa anak yang menjadi dasar
keselamatan mental dan moralnya. Pada saat ini, orang tua harus memberikan
perhatian ekstra terhadap pendidikanan anak dan mempersiapkannya untuk
menjadi insan yang handal, berguna bagi dirinya, masyarakat, agama dan
negara.

3

Akhlak merupakan satu-satunya aspek yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun masyarakat, karena
bagaimanapun pandainya seorang anak didik dan tingginya tingkat intelegensi
anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak yang baik, budi pekerti yang luhur,
maka kelak tidak akan mencerminkan kepribadian yang baik.
“Tingkah laku yang menyimpang yang ditujukan sebagian generasi
muda yang merupakan harapan masa depan, sekalipun jumlahnya relatif rendah
dari jumlah pelajar secara keseluruhan, tetapi sangat disayangkan dan telah
mencoreng dunia pendidikan dewasa ini”.4 Para pelajar yang seharusnya
menunjukkan akhlak yang baik sebagai hasil didikan itu, justru malah
menunjukkan tingkah laku yang buruk. Hal ini patut kita renungkan bersama,
Ada apa dengan pendidikan kita sekarang ini?, dan bagaimana mengatasi hal
ini?. Untuk itu diperlukan iman yang kuat dan teguh dalam beragama, agar
dapat menghindari segala macam problema.
Dengan membina akhak maka akan memberikan sumbangan yang besar
bagi masa depan bangsa yang lebih baik. Sebaliknya jika kita membiarkan anak
didik terjerumus dalam perbuatan yang tersesat, berarti kita membiarkan
bangsa dan negara ini terjerumus kejurang kehancuran. Pendidikan akhlak anak
didik sangat berguna bagi anak didik yang bersangkutan. Untuk itu pendidikan
dan pembinaan akhlak seseorang itu butuh proses atau dilakukan secara
bertahap sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan, agar dapat menjadi
insan yang berakhlak mulia.
Di lingkungan keluarga, orang tua berkewajiban untuk menjaga,
mendidik, memelihara, membimbing serta mengarahkan dengan sungguhsungguh dari tingkkah laku atau kepribadiaan anak sesuai dengann syariat
Islam yang berdasarkan atas tuntuan atau aturan yang telah ditentukan didalam
Al-Qur’an dan hadits. Tugas ini merupakan tanggung jawab masing-masing
orang tua yang harus dilaksanakan.

4

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam Di
Indonesia, (Jakata: Prenada Media, 2003),h. 190

4

Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih
kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah
maupun batiniyah, dunia dan akhiat. Namun cita-cita demikian tidak mungkin
tercapai jika manusia itu

sendiri tidak berusaha keras meningkatkan

kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses pendidikan. Proses adalah
suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk
mencapai tujuan atau cita-cita yang diharapkan oleh setiap pendidik dalam
proes pembinaan dan peningkatan moralitas dan keilmuan dimasa yang akan
datang.
Dengan bekal pendidikan akhlak, orang dapat mengetahui batas mana
yang baik dan batas mana yang buruk. Juga dapat menempatkan sesuatu sesuai
dengan tempatnya. Orang yang berakhlak memperoleh irsyad, taufik, dan
hidayah sehingga dapat bahagia di dunia dan akhirat.
Walaupun demikian, untuk mendapatkan kebahagiaan, kesejahteraan
dan ridho Allah tidak mudah. Manusia harus memilih mana yang baik dan
mana yang buruk. Membedakan keduanya berarti dapat menilai. Apabila orang
dapat berpegang pada kebaikan dan membuang keburukan, inilah jalan
kelurusan.
Kesempurnaan akhlak manusia dapat dicapai melalui dua jalan.
Pertama, melalui karunia Allah yang menciptakan manusia dengan fitrahnya
yang sempurna, akhlak yang baik, nafsu syahwat yang tunduk kepada akal dan
agama. Manusia tersebut dapat memeroleh ilmu tanpa belajar dan terdidik
tanpa melalui proses pendidikan. Manusia yang tergolong ke dalam kelompok
ini adalah para nabi dan rosul Allah. Kedua akhlak melalui cara berjuang
secara sungguh-sungguh dan latihan yaitu membiasakan diri melalui akhlakakhlak mulia. Ini yang dapat diperoleh oleh manusia biasa dengan belajar dan
katagori ini disebut dengan pendidikan akhlak.
“Pendidikan akhlak sangat dibutuhkan dan diperlukan di zaman
sekarang ini. Karena kebudayaan yang baik dari suatu bangsa tidak menjamin

5

memiliki akhlak dan perilaku yang baik bagi bangsa tersebut”.5 Pendidikan
akhlak diharapkan dapat membantu dan memperbaiki akhlak suatu bangsa
terutama bagi kaum muda. Selain itu juga dapat menambah pengetahuan.
Dapat dikatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik
dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang
terdapat dalam diri manusia. “Jika program pendidikan dan pembinaan akhlak
itu dirancang dengan baik, sistematika dan sungguh-sungguh, maka akan
menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya”.6 Di sinilah
letak peran lembaga pendidikan.
Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan hidup dan
kehidupan manusia. Sehingga bisa dikatakan bahwa tanpa pendidikan,
seseorang tidak akan mampu memahami bahkan menjalani hidup agar
berkembang dan sejalan dengan aspirasi ( cita-cita) untuk maju, dan sejahtera.
Untuk memajukan kehidupan manusia, maka pendidikan menjadi sarana utama
yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisiten berdasarkan berbagai
pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan
hidup manusia itu sendiri.
Pendidikan akhlak merupakan pengendali tingkah laku dan sikap dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu peran orang tua dan guru agama di
sekolah sangatlah penting agar akhlakkul karimah tertanam dalam diri anak.
Namun pada sekolah-sekolah yang note bene pelajaran agamanya memiliki
presentase yang sangat kecil, kurang berperan dalam menciptakan situasi yang
kondusif dalam meningkatkan keyakinan serta amalan-amalan agama.
Peran guru amat penting dalam membina akhlak siswa serta
mengarahkan dan mengendalikan perilaku mereka agar tidak menyimpang dari
ketentuan agama. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk menumbuhkan
sikap mental, perilaku dan kepribadian yang dapat membina, membimbing
serta memberikan contoh bagi anak didiknya, bagaimana berbuat, bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.
5

Fadlil Yani Ainusysyam, Pendidikan Akhlak,(Jakarta:Prangasa), h.19
Abuddinata, Akhlak Tasawuf, 1, (Jakarta: Rajawali pers,2012), cet 11, h 158.

6

6

Di sekolah guru bertanggung jawab terutama terhadap perkembangan
seluruh potensi siswa, akan tetapi seringkali menganggap bahwa tugas
utamanya hanyalah memenuhi pendidikan otak murid-muridnya. Padahal tidak
demikian, ajaran islam memerintahkan bahwa guru tidaklah hanya mengajar,
tetapi juga mendidik. Ia harus menjadi teladan bagi murid-muridnya dalam
segala mata pelajaran serta dapat menanamkan rasa keimanan dan akhlak
sesuai dengan ajaran Islam.
Kehadiran Nabi Muhammad SAW di muka bumi adalah untuk
memperbaiki akhlak manusia sebagaimana disabdakan dalam sebuah hadist
riwayat Abu Hurairah dan Anas ibn Malik. Dikeluarkan Bukhari dalam Adabul
Mufrad, Ibn Sa’ad dalam Thabaqat, Hakim, Ahmad, Ibn Asakir dalam Tarikh
Baqdad, Baihaqi dan Dailami. Diriwayatkan Anas ibn Malik yang dikeluarkan
oleh Malik.

“Bahwasannya aku diutus Allah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak
(budi pekerti).”7(HR. Anas ibn Malik)
Pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai “usaha sungguh-sungguh
dalam membentuk anak dengan menggunakan sarana pendidikan dan
pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguhsungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi
bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan
sendirinya”.8
Pendidikan akhlak merupakan bagian penting dalam pembinaan
kepribadian dan moral bangsa. Akhlak itu sendiri tidak bisa terpisahkan dari
ajaran Islam namun dalam pelaksanaan pendidikannya harus diarahkan untuk
membina budi pekerti yang luhur dan membina moral bangsa.
Dalam

melaksanakan

pendidikan

akhlak

tugas

guru

adalah

membimbing siswa untuk memiliki kemampuan pemahaman, sikap dan
Moh Rifa’I, 300 Hadits Bekal Da’wah dan Pembina Pribadi Muslim, (Semarang:
Wicaksana, 1980)
8
Abuddinata, Akhlak Tasawuf, 1, (Jakarta: Rajawali pers,2012), cet 11, h 158.
7

7

keterampilan dalam berprilaku sebagai manusia yang berakhlak mulia. Untuk
itu guru harus memahami karakter setiap siswa, berusaha meningkatkan
kemampuan, dan mengantarkan mereka dalam berprilaku sesuai dengan
prinsip-prinsip akhlak mulia.
Dapat dipahami bahwa untuk menghilangkan, mengatasi kebobrokan
akhlak tidak lain dengan memberikan pendidikan sedini mungkin khususnya
pendidikan akhlak. Seperti pelaksanaan pendidikan di SDIT Nurul Amal yang
memiliki ciri khusus dalam membentuk sikap dan prilaku anak didik. Dari
pendidikan keagamaan yang diterapkan setiap hari, mulai dari bertadarus AlQur’an, membaca doa-doa harian, bacaan sholat, bahkan melaksanakan sholat
sunat dhuha, selain itu pendidikan akhlak yang menjadi bimbingan setiap hari
dapat dilihat dari buku pengendali akhlak yang dipegang oleh masing-masing
siswa/siswi. Dalam buku itu tercatat kegiatan siswa/siswi mulai dari bangun
tidur, sampai di sekolah, dan pulang sekolah. Di sekolah anak didik juga
diajarkan cara-cara bersikap dan berprilaku secara benar, dan sopan.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pendidikan
akhlak, maka penulis tertarik untuk menelaah strategi pendidikan yang
diajarkan di sekolah dalam perannya membina akhlak siswa melalui penelitian
yang berjudul “STRATEGI PENDIDIKAN AKHLAK SISWA KELAS IV
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU ( SDIT ) NURUL AMAL PONDOK
CABE TANGERANG SELATAN’’

B. Masalah Penelitian
1. Identifikasi masalah
Perilaku siswa tidak terbentuk dengan sendirinya, tapi melalui proses
panjang serta korelasi dengan banyak faktor yang berpengaruh pada
kepribadiaan itu sendiri di antaranya: interaksi dengan lingkungan, pemahaman
tehadap agama, pengaruh pendidikan orang tua, pengaruh pergaulan sebaya,
yang semua itu menunjukan faktor-faktor yang membentuk akhlak siswa, maka
masalah-masalah yang terkait dengan hal tersebut dapat diidentifikasi sebagai
berikut:

8

a. Kurangnya perhatian guru terhadap pembentukan akhlak siswa
b. Kurangnya perhatian keluarga terhadap pembentukan akhlak anak
c. Kurangnya keteladanan akhlak yang baik dari keluarga, guru, dan
masyarakat
d. Pelaksanaan pendidikan Agama Islam hanya menekankan aspek
pengetahuan dan praktek ibadah.

2. Pembatasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang dibahas, maka dalam
penelitian ini penulis memberikan batasan dalam dua permasalahan saja,
yaitu:
a. Strategi pendidikan yang dimaksud adalah pendekatan, metode, dan
tekhnik yang digunakan untuk mendidik di SDIT NURUL AMAL
b. Akhlak yang dimaksud adalah akhlak kepada sesama yang meliputi,
jujur, amanah/tanggung jawab, memaafkan/cinta damai, adil/demokrasi.

3. Perumusan masalah
Berdasarkan masalah di atas, supaya tidak terjadi perbedaan interpretasi
dan pemahaman, maka masalah ini dirumuskan sebagai berikut:
a. Bagaimana akhlak siswa di SDIT NURUL AMAL
b. Bagaimana strategi pendidikan akhlak siswa di SDIT NURUL AMAL

C. Tujuan dan kegunaan penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, dalam setiap penelitian
memiliki tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan penelitian ini adalah
a. Mengetahui akhlak siswa di SDIT Nurul Amal
b. Mengetahui strategi pendidikan akhlak siswa di SDIT Nurul Amal.

2. Kegunaan Penelitian

9

a. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari informasi tentang strategi
pendidikan akhlak siswa di SDIT Nurul Amal.
b. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui pendidikan akhlak serta peran
guru dalam membina akhlak siswa.
c. Untuk mengetahui kendala-kendala atau hambatan–hambatan dalam
pelaksanaan pendidikan akhlak di sekolah terebut.
d. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna
melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam lagi.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
ditentuan.1

Dalam

dunia

pendidikan,

strategi

diartikan

sebagai

“perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu”2. Ada dua hal yang patut kita
cermati dari pengertian ini. Pertama, strategi merupakan rencana tindakan
(rangkaian kegatan) termasuk penggunaan metode dan manfaat berbagai
sumber daya/kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu
strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai
pada tindaan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
Artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian
tujuan.
Kemp sebagaimana dikutip oleh Wina Sanjaya menjelaskan bahwa
strategi adalah “suatu kegitan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efesien”.3 Senada dengan pendapat di atas, Dick and Carey sebagaimana
dikutip oleh Wina Sanjaya juga menyebutkan bahwa strategi itu adalah
“suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara
bersama-sama untuk menimbulkan hasil belajar pada siswa”.4
Strategi pendidikan pada hakekatnya adalah “pengetahuan atau seni
mendaya gunakan semua faktor atau kekuatan untuk mengamankan
sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui perencanaan dan
1

Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Strategi Beljar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
2010), Cet. 4, h. 5
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,(
Jakarta: Kencana, 2010), cet. 7, h, 126
3
Ibid
4
Ibid

10

11

pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan situasi dan kondisi
lapangan yang ada”.5
Termasuk pula perhitungan tentang habatan-hambatannya baik
berupa fisik mupun yang bersifat nonfisik ( seperti mental spiritual dan
moral baik dari subjek maupun lingkungan sekitar). Strategi pendidikan
dapat diartikan “sebagai kebijakan dan metode umum pelaksanaan proses
pendidikan”.6
Dalam proses pendidikan, diperlukan perhitungan tentang kondisi
dan situasi di mana proses tersebut berlangsung dalam jangka panjang.
Dengan perhitungan tersebut tujuan yang hendak dicapai menjadi terarah
karena segala sesuatunya direncanakan secara matang7.
Hal itu dapat terlaksana dengan efesien dan efektif apabila guru
mempunyai wawasan kependidikan yang mantap serta menguasai berbagai
strategi belajar mengajar. “Penguasaan berbagai strategi belajar mengajar
akan memberi peluang untuk memilih variasi kegiatan belajar mengajar
yang bermakna, dalam kegiatan belajar mengajar akan sangat bermanfaat
bukan hanya dalam pencapaian siswa di sekolah, tetapi juga bermanfaat
untuk membentuk dan memperkuat kebiasaan belajar terus menerus sesuai
dengan asas pendidikan seumur hidup”.8
Itulah sebabnya pendidikan memerlukan strategi yang mantap
dalam melaksanakan proses pendidikan dengan melihat situasi dan kondisi
yang ada. Juga bagaimana agar dalam poses tersebut tidak ditemui
hambatan serta gangguan baik internal maupun eksternal

yang

menyangkut kelembagaan atau lingkungan sekitarnya.9
Dalam proses pendidikan dipergunakan istilah metode, teknik dan
pendekatan. Semuannya mempunyai pengertian yang berbeda.

5
6

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 1, h, 39
Ibid.

8

Umar Tirtarahardja, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. 2, h.

9

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 1, h, 39

174

12

a. Metode
Metode

adalah

”jalan

yang

harus

dimulai

untuk

mencapai

tujuan”.10Strategi yang baik adalah bila dapat melahirkan metode yang
baik pula.Berikut beberapa metode yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pendidikan.
1). Metode Ceramah
Metode ceramah dapat diartikan “sebagai cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada
sekelompok siswa”11. Metode ceramah merupakan metode yang
sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru atau instruktur.Hal
ini selain disebabkan oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga
adanya faktor kebiasaan baik dari guru maupun siswa. Guru biasanya
belum merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran
tidak melakukan ceramah.
“Demikian juga dengan siswa, mereka akan belajar manakala ada
guru yang memberikan materi pembelajaran melalui ceramah,
sehingga ada guru yang berceramah berarti ada proses belajar dan
tidak ada guru berarti tidak belajar”.12
2). Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah “metode penyajian pelajaran dengan
memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu
proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekadar tiruan”.13
3). Metode Diskusi
Metode diskusi adalah “metode pembelajaran yang menghadapkan
siswa pada suatu permsalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah

10

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakrta: Bumi Aksara, 2003), Cet. 1, h,.39
Ibid, 40
12
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses pendidikan, (Jakarta:
Kencana 2006), Cet. 7, h. 148
13
Ibid, h. 152.
11

13

dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan”.14
4). Metode simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura- pura atau
berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat
diartikan “cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan
situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau
keterampilan tertentu”.15
b. Teknik
Teknik adalah” cara mengerjakan sesuatu”.16
c. Pendekatan
Pendekatan adalah “suatu proses untuk mengidentifikasi kebutuhan,
menyeleksi masalah, menemukan persyaratan untuk memilih alternatif
pemecahan masalah, mendapatkan metode-metode dan alat-alat serta
mengimplementasikannya, untuk kemudian dievaluasi”.17 Ada beberapa
pendekatan yang terkait dengan proses pelaksanaan pendidikan, berikut
akan dijelaskan berbagai pendekatan yang dimaksud.
1). Pendekatan filosofis
Berdasarkan pendekatan filosofis, “ilmu pendidikan dapat diartikan
sebagai studi tentang proses kependidikaan yang didasari oleh nilainilai ajaran islam yang bersumber pada kitab suci Alquran dan sunah
Nabi Muhammad”.18
2). Pendekatan Sistem ( System Approach)
Pendidikan sebagai disiplin ilmu dapat dianalisis dari segi sistematis
atau pendekatan sistem. Dalam konteks ini, ”pendidikan dipandang
sebagai proses yang terdiri dari sub-sub sistem atau komponen-

14

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses pendidikan,
(Jakarta: Kencana 2006), Cet. 7, h. 148
15

Ibid, h.. 159.
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara 2003), Cet. 1, h. 39.
17
Ibid, h. 83
18
Ibid, h. 86
16

14

komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan”.19
3). Pendekatan Pedagogis Dan Psikologis
Pendekatan ini menuntun kita untuk berpandangan bahwa manusia
adalah “makhluk Tuhan yang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan rohaniah dan jasmaniah yang memerlukan bimbingan
dan pengarahan melalui proses kependidikan”.20
Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa dan pertumbuhan
jasmani dalam pengertian bahwa pendidikan tidak dapat dipisahkan
dari pengertian psikoogis.Karena pekerjaan mendidik atau mengajar
manusia didasarkan atas tahap-tahap perkembangan atau pertumbuhan
psikologis.Di mana psikologi telah banyak melakukan studi secara
khusus dari aspek-aspek kemampuan belajar manusia.
4). Pendekatan Keagamaan (Spiritual)
Pendekatan ini memandang “bahwa ajaran islam yang bersumberkan
kitab suci Alquran dan sunah Nabi menjad sumber inspirasi dan
motivasi pendidikan”.21
Secara prinsipil, alah SWT telah memberi petunjuk bagaimana agar
manusia yang diciptakan sebagai makhluk yang memiliki struktur
psikis dan fisik yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk–
makhluk lainnya.
5). Pendekatan Historis
Analisis ilmu pendidikan dilihat dari latar belakang historis, “berarti
menempatkan sasaran analisis pada fakta-fakta sejarah”.22

19

Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara 2003), Cet. 1, h. 90
Ibid, h. 103
21
Ibid, h. 113
22
Ibid, h. 119
20

15

B. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan bagi umat manusia di muka bumi termasuk bangsa
Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang
hayat, tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup
berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan
bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan
menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten
berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu
sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah
makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang
sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriyah maupun batiniah,
duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika
manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuaannya
seoptimal mungkin melalui proses pendidikan, karena proses pendidikan
adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang
matang untuk mencapai tujuan dan cita-cita tersebut.
Untuk membahas pengertian pendidikan akhlak, maka harus
mengerti terlebih dahulu apa sebenarnya yang disebut dengan pendidikan itu
sendiri. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari
kata dasar “didik” yang berarti memelihara dan memberi latihan ( anjuran,
tuntunan dan pimpinan ) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran, kata
bendanya “pendidikan” yang berarti “proses mengubah sikap dan tingkah
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran, pelatihan, proses, pembuatan dan cara
mendidik”.23
Menurut UU RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa “pedidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
23

Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 2

16

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadiaan, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara”.24
Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan
adalah “segala pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang
berlangsung sepanjang hayat dan berpengaruh positif bagi perkembangan
individu”.25 Contoh: seorang anak tertarik dengan menyala api yang
membara, ia memegangnya, merasakan panas, dan berdasarkan pengalaman
itu akhirnya ia selalu hati-hati apabilamenghadapi atau menggunakan api.
Para siswa dan paraguru sedang terlibat dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Ketika terjadi bencana alam tsunami, seseorang menyadari dosadosa yang telah diperbuatnya, segera bertaubat pada Allah

swt dan

berupaya untuk tidak berbuat dosa lagi.
Dari contoh di atas dapat dipahami bahwa pendidikan berlangsung
dalam konteks hubungan manusia yang bersifat multi dimensi, baik dalam
hubungan manusia dengan manusia dan budayanya, dengan alam, bahkan
dengan Tuhannya. Dalam hubungan yang bersifat multi dimensi itu
pendidikan berlangsung melalui berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk
tindakan, dan berbagai peristiwa, baik yang pada awalnya disengaja untuk
pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk pendidikan.
Marimba menyatakan bahwa” pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.26
Pendidikan menurut pandangan para ahli, pendidikan diartikan
sesuai dengan corak pandangan aliran masing-masing ahli. Di bawah ini
24

Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 3
25
Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Isam
2009), Cet 1, h. 27
26
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), Cet. 9, h. 24

17

akan dikemukakan beberapa pendapat

pendidikan di antaranya sebagai

berikut:
Rupert S. Lorge, pendidikan dalam prakteknya identik dengan
penyekolahan (Schooling), yaitupengajar formal di bawah kondisi-kondisi
yang terkontrol, dalam arti pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang
menjadi siswa pada suatu madrasah atau mahasiswa suatu perguruan tinggi
(lembaga pendidikan formal), pendidikan dilakukan dalam bentuk
pengajaran yang terprogram dan bersifat formal, pendidikan berlangsung di
sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja
dalam konteks kurikulum sekolah yang bersangkutan.27
Menurut M.J.Langeveld, “pendidikan baru terjadi ketika anak telah
mengenal kewibawaan”.28 Adapun anak mengenal kewibawaan adalah
kemampuan anak dalam memahami bahasa. Dengan demikian batas bawah
pendidikan atau saat pendidikan dapat mulai berlangsung yakni ketika anak
mengenal kewibawaan. Sedang batas atas pendidikan atau saat akhir
pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah tercapai,

yaitu

kedewasaan.
Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan usaha membimbing,
mengarahkan potensi peserta didik yang berupa kemampuan dasar dan
kehidupan kepribadiaannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial
agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Walaupun pendidikan telah
diartikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan yang banyak
dipengaruhi oleh pandangan dunianya masing-masing, namun pada
dasarnya semua pandangan yang berbeda itu bertemu dalam satu pandangan
bahwa pendidikan merupakan suatu proses persiapan generasi muda untuk
menjalankankehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif
dan efesien.
Berpijak dari panduan pendapat di atas dapat dipahami bahwa
pendidikan merupakan proses atau usaha yang dilakukan dengan sadar,
seksama dan dengan pembiasaan melalui bimbingan, latihan dan sebagainya

27

Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Isam
2009), Cet 1, h. 28
28
Ibid, h. 30

18

yang semuanya bertujuan untuk membentuk kepribadiaan peserta didik
menuju kedewasaan.
Jadi pendidikan adalah usaha atau iktiar manusia dewasa secara
sengaja untuk membantu dan mengarahkanfitrah peserta didik serta
berusaha menumbuhkannya sampai pada batas maksimal sesuai dengan
tujuan yang dicita-citakan.
Dari beberapa definisi tokoh pendidikan di atas, dapat penulis
simpulkan bahwa pendidikan dapat dipahami sebagai sebuah proses
bimbingan, latihan, pembinaan yang dilakukan oleh orang-orang yang
bertanggung jawab dalam masalah pendidikan yaitu orang tua, masyarakat
dan pemerintah dalam menumbuh kembangkan potensi-potensi yang ada
pada peserta didik secara maksimal dengan cara mengalihkan pengetahuan,
pengamalan dan kacakapan serta keterampilan ke peserta didik sehingga
mereka bisa bertanggung jawab dan menjadi pribadi yang mandiri dan
dalam jangka panjang diharapkan peranannya dalam membangun peradaban
kearah yang lebih baik dan maju.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan
Pendidikan

menekankan

tujuannya

“kepada

segi-segi

ilmu

pengetahuan dan keterampilan yang dengannya seseorang diperkirakan akan
hidup lebih puas dan lebih berhasil serta dapat menjadi anggota masyarakat
yang produktif, segi-segi lainnya dari kehidupan manusia, seperti nilai,
norma, akhlak dan rohaniah tidak mendapat porsi yang wajar”. 29Selanjutnya
jika seseorang sudah puas dan berhasil dalam hidupnya serta dapat menjadi
anggota masyarakat yang baik, maka tujuan pendidikan sudah tercapai.
Pendidikan mempunyai fungsi sosial dan fungsi individual, dalam
fungsi sosialnya, pendidikan bertugas menolong setiap individu agar dapat
menjadi anggota masyarakat yang lebih berhasil dengan cara mengajarkan
kepadanya sejumlah pengalaman masa lalu dan pengalaman masa kini,
29

Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 5

19

dalam fungsi individualnya, pendidikan bertugas membina individu agar
dapat menikmati kehidupan yang lebih memuaskan dan lebih berhasil
dengan cara mempersiapan individu tersebut untuk menangani pengalamanpengalaman baru dengan baik.30
Pendidikan diupayakan dengan berawal dari manusia apa adanya
(aktualitas) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang ada
padanya (potensialitas), dan diarakan menuju terwujudnya manusia yang
seharusnya/dicita-citakan (idealitas). “Tujuan pendidikan itu tiada lain
adalah manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT., berakhlak
mulia, sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya,
mampu

memenuhi

berbagai

kebutuhannya

secara

wajar,

mampu

mengendalikan hawa nafsunya, berkepribadian, bermasyarakat, dan
berbudaya”.31 Implikasinya, pendidikan harus berfungsi untuk mewujudkan
(mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada manusia dalam konteks
dimensi keberagamaan, moralitas, individualitas/personalitas, sosialitas, dan
kebudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi. Dengan kata lain,
“pendidikan berfungsi untuk memanusiakan manusia”.32
“Pendidikan diarahkan menuju terwujudnya manusia ideal, sebab itu
pendidikan bersifat normatif”.33 Implikasinya, sesuatu tindakan dapat
digolongkan ke dalam upaya pendidikan apabila tindakan itu diarahkan
menuju terwujudnya manusia ideal. Selain itu, materi dan cara-cara
pendidikannya pun perlu dipilh atas dasar asumsi tentang hakikat manusia
dan tujuan pendidikan yang diturunkan dari padanya.
Dalam upaya pembinaan individu dan pendidikan masyarakat, islam
sangat memperioritaskan segi-segi akhlak dalam pengertiannya yang luas,
seperti benar dalam ucapan dan tindakan, penuh rasa tanggung jawab

30

Armai Arief, dan Sholehuddin, Perencanaan Sistem Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
PT. Wahana Kardofa), Cet. 1, h. 5
31

Tatang syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Isam
2009), Cet 1, h. 33
32
Ibid
33
Ibid

20

(amanah), menepati janji, toleransi, pemaaf, penyantun dan lain-lain.
“Akhlak dalam islam dibina atas dasar prinsip mengambil yang utama dan
mencapakkan yang buruk”34
3. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang
merupakan jamak dari kata khalaqa yang berarti tabi’at atau budi
pekerti.35Secara kebahasaan perkataan akhlak dalam bahasa Indonesia
berasal dari kosa kata bahasa Arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak
dari perkataan khilqun atau khuluqun yang “berarti perangai, kelakuan,
watak, kebiasaan, perkataan akhlak mengacu kepada sifat-sifat manusia
secara universal, laki-laki maupun perempuan, yang baik maupun yang
buruk”.36 Ada perempuan yang berakhak baik dan ada perempuan yang
berakhlak buruk. Hal yang sama berlaku pada laki-laki, ada laki-laki yang
berakhlak baik dan ada juga laki-laki yang berakhlak buruk. “Pengertian
Akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa arab, yang berarti perangai,
tabi’at, sopan dan santun agama”.37
Menurut etimologi seperti yang dikutip oleh Rachmat Djatnika, kata
akhlak berasal dari bahasa arab ( ‫) اخاق‬, bentuk jamak dari mufradatnya
khuluq ( ‫) خلق‬, yang berarti “budi pekerti”. Sinonimnya adalah etika dan
moral. Etika berasal dari bahasa latin, etos yang berarti “kebiasaan”. Moral
berasal dari bahasa latin, “mores” juga berarti “kebiasaannya”.38
Kata akhlak adalah “bentuk jama’ (plural) dari khulq yang berarti
budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat. Kata tersebut memiliki akar
kata yang sama dengan kata khalqun (kejadian), khaliq (pencipta), dan

34

Abdullah Nashih Ulwan, Pesan Untuk Pemuda Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1993), cet. 5, h. 110
35
A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab – Indonesia Terlengkap, (Surabaya:
Pustaka Progresif, 2002), cet. XXVh. 364.
36
Asep Umar Ismail, Wiwit St. Sajarah, dan sururin, Tasawuf, (Jakarta: Pusat Studi
Wanita 2005), Cet. 1, h.1
37
Moh. Ardani, Akhlak Taswuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), cet. 2, h. 25
38
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islami, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), h. 26

21

makhluq (yang diciptakan). Pengertian akhlak terkait erat dengan hubungan
baik antara Khalik dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk”.39
Menurut Ibn Qayyim al-jauziah seperti yang dikutip oleh Asep Umar
Ismal dkk, “akhlak adalah irisan dari pemahaman seseorang akan sesuatu
(al-fahmu) kemudian ia dengan sukarela akan menjalankannya (al-ikhlas),
selanjutnya dengan rutin menjalankannya (al-„amal), rutinitas yang diwarnai
oleh perasaan sukarela dan dukungan pemahaman/pengetahuan yang
akhirnya yang akan melahirkan akhlak, oleh karena akhlak terinternalisasi
dalam diri seseorang melalui pembiasaan, akhlak merupakan nilai dan
pemikiran yang mengakar dalam jiwa dan tampak dalam bentuk tindakan
yang tetap, natural, dan refleks.40
Menurut Dr. M. Abdullah Daraz seperti yang dikutip oleh Abd
Rachman Assegaf, “perbuatan-perbuatan manusi