Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa Smp Negeri 3 Tangerang Selatan

PENGARUH PELAKSANAAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA
SMP NEGERI 3 TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

M. Irfan Luthfi Rangkuti
NIM: 1112011000019

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016/1438 H

ABSTRAK

M. Irfan Luthfi Rangkuti (1112011000019).

Pengaruh

Pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 3
Tangerang Selatan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan pendidikan
agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan, mengetahui pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di SMP
Negeri 3 Tangerang Selatan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif riset
lapangan (field research), dan desain penelitian ini adalah statistik deskriptif
analisis uji korelasi. teknik pengambilan sampel dengan cara simple random
sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,
wawancara, dan angket. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 30
siswa yang merupakan hasil 19% dari jumlah populasi yang ada sebanyak 486
dibagi menjadi tiga yang menjadi sampel peneliti pada penelitian ini yaitu siswasiswi dikelas 8.5 8.7, dan 8.9, sehingga masing-masing sampel tiap kelas
sebanyak 10 orang. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan data dan analisa

data secara statistik deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakan distribusi
frekuensi, serta menggunakan teknik korelasi yaitu dengan product moment. Hasil
yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa
SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
Hasil penelitian ini bahwa nilai r hitung sebesar 0,409 termasuk kategori yang
sedang/cukup (nilai r hitung pada rentang 0,40-0,70), r tabel 0,361, dengan KD
sebesar 16,64%. Karena r hitung > r tabel dengan demikian Ha diterima dan Ho
ditolak. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak pada
siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. Dan ini berarti kontribusi yang diberikan
sebesar 16,64%.
Dengan demikian pelaksanaan pendidikan agama Islam sangat berpengaruh
dalam pembentukan akhlak siswa, karena pendidikan agama Islam merupakan
unsur terpenting yang berpengaruh terhadap pengaturan seluruh sendi-sendi
kehidupan. Sehingga dengan agama seseorang dapat mengontrol diri dari perilaku
yang tercela.

i


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan
lancar. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam dan
junjungan Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya
yang senantiasa mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman.
Proposal ini merupakan sebagai rangkaian untuk memenuhi persyaratan
mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Jurusan Pendidikan Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis mengakui dan menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
pada kesempurnaan, baik dari segi isi, susunan kalimat dan sistematika
penulisannya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan selanjutnya agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan
yang terdahulu. Penulis berharap semoga laporan penelitian yang sekiranya jauh
dari sempurna ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi ini tentunya penulis
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan
baik moril maupun materil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.

ii

2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.A selaku ketua jurusan Pendidikan Agama
Islam.
3. Marhamah Saleh, Lc. M.A selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agama
Islam.
4. Tanenji, S.Ag. M.A selaku dosen pembimbing akademik yang selalu
memberikan motivasi, dukungan, bimbingan kepada penulis untuk
menyelesaikan studi tepat waktu.
5. Muhammad Zuhdi, M.Ed, Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang
selalu memberikan bimbingan, arahan, serta teliti dalam mengoreksi dan
membimbing penulis dalam membuat skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen di jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan ilmu-ilmu baik ilmu kependidikan maupun ilmu tentang
keislaman selama penulis mengikuti studi dari semester I (satu) hingga
semester VIII (delapan).
7. Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Tangerang Selatan berserta guru
pendidikan agama Islam SMP Negeri 3 Tangerang Selatan yang telah
bersedia menerima dan membantu saya penulis dalam melakukan
penelitian dan penyelesaian skripsi ini.
8. Segenap pengelola perpustakaan, baik Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis dalam
mencari data-data serta buku referensi yang penulis butuhkan selama
penyusunan skripsi ini.
9. Kedua orang tua, ayahanda Drs. H. Faisal Rangkuti dan Ibunda Dra.
Rahlina Muskar Nasution, M.Hum, Ph.D, yang telah memberikan doa,
bimbingan, arahan, motivasi, serta curahan kasih sayang yang tiada tara.
Begitu juga dengan dukungan moril dan materil yang tiada ternilai
harganya untuk keberhasilan dan kesuksesan penulis.
10. Abang Fakhrizal Mukhtar Rangkuti dan kakak Rafiqa Ulfah Rangkuti
yang selalu ada dan bersedia memberikan motivasi kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.


iii

11. Teman-teman program studi Pendidikan Agama Islam angkatan 2012,
terkhusus PAI A angkatan 2012 yang bersama-sama berjuang menuntut
ilmu di jurusan Pendidikan Agama Islam serta yang telah memberikan
motivasi, dukungan, maupun bantuan kepada penulis.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, 21 Oktober 2016

Penulis

iv

DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

ii

DAFTAR ISI

v

DAFTAR TABEL

viii

BAB I PENDAHULUAN


1

A. Latar Belakang

1

B. Identifikasi Masalah

6

C. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

7

D. Tujuan Penelitian

7

E. Manfaat Penelitian


8

BAB II KAJIAN TEORI

9

A. Pendidikan Agama Islam

9

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

9

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

11

a. Al-Qur’an


12

b. Al-Hadits

14

c. Ijtihad

15

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

15

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam

16

v


5. Materi Pendidikan Agama Islam Di SMP

16

6. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Di SMP

18

B. Pembentukan Akhlak

19

1. Pengertian Akhlak

19

2. Ruang Lingkup Akhlak

21

3. Sumber Akhlak

22

4. Induk Sifat Mulia

23

a. Akhlak Mulia

23

b. Akhlak Tercela

24

5. Macam-macam Akhlak

25

6. Faktor Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

31

7. Tujuan Akhlak

31

8. Metode Pembentukan Akhlak

32

C. Hasil Penelitian Relevan

33

D. Kerangka Berfikir

36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

38

A. Tempat dan Waktu Penelitian

38

B. Metode dan Desain Penelitian

38

C. Populasi dan Sampling

38

D. Teknik Pengumpulan Data

40

E. Teknik Pengolahan Data Dan Analisis Data

42

1. Teknik Pengolahan Data

42

2. Analisa Data

43

a. Deskriptif

43

b. Uji Korelasi

44

F. Hipotesa Statistik

47

BAB IV HASIL PENELITIAN

48

A. Profil Sekolah

48

1. Data Singkat Sekolah

48

vi

2. Guru Pendidikan Agama Islam

49

3. Data Jumlah Siswa

49

4. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Di Kelas VIII

49

5. Kegiatan Keagamaan Di Sekolah

51

B. Deskripsi Data

51

C. Uji Korelasi Data

95

D. Pembahasan Hasil Penelitian

99

BAB V PENUTUP

103

A. Kesimpulan

103

B. Saran

105
106

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Intrument angket Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama
Islam (Variabel X) dan Pembentukan Akhlak Siswa (Variabel Y)

40

Tabel 2 Skor Item Alternatif Jawaban Responden

42

Tabel 3 Kriteria Perhitungan Persentase Angket

43

Tabel 4 Interpretasi Analisa Data Berdasarkan Korelasi Product Moment

44

Tabel 5 Guru Pendidikan Agama Islam

48

Tabel 6 Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2015-2016

48

Tabel 7 Termotivasi Untuk Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan Sebaik
Mungkin

51

Tabel 8 Memperhatikan Guru Saat Menyampaikan Materi Pendidikan Agama
Islam di Kelas

52

Tabel 9 Guru Masuk Kelas Tepat Waktu

53

Tabel 10 Metode yang Digunakan Guru Dapat Menambah Ketertarikan Terhadap
Materi Pendidikan Agama Islam

54

Tabel 11 Setelah Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Takut Melakukan
Perbuatan Tercela

56

Tabel 12 Selama Proses Belajar Mengajar Berlangsung Guru Pendidikan Agama
Islam Berperilaku Sopan Santun

57

Tabel 13 Kepahaman Siswa Terhadap Materi Pendidikan Agama Islam yang
Disampaikan Oleh Guru Di Sekolah

58

Tabel 14 Setelah Belajar Pendidikan Agama Islam Perilaku Siswa Menjadi Lebih
Baik

59

Tabel 15 Guru Tidak Hanya Menggunakan Buku Pelajaran Sebagai Sumber
Belajar

60

Tabel 16 Senang Mempelajari Pendidikan Agama Islam di Sekolah

61

Tabel 17 Pendidikan Agama Islam Membantu Memahami Perilaku Terpuji dan
Tercela

62

Tabel 18 Guru Bersikap Adil Terhadap Siswa-Siswinya di Sekolah

viii

63

Tabel 19 Pendidikan Agama Islam Mengajarkan Untuk Berbakti Kepada Orang
Tua
64
Tabel 20 Pendidikan Agama Islam Tidak Sulit di Pahami dan di Pelajari

65

Tabel 21 Pendidikan Agama Islam Merupakan Pelajaran yang Penting

67

Tabel 22 Pendidikan Agama Islam Mengajarkan Untuk Menghormati, Patuh, dan
Berkata Sopan Santun Kepada Guru

68

Tabel 23 Guru Memotivasi Siswa-Siswi Untuk Berakhlak Mulia

69

Tabel 24 Jenuh Mempelajari Materi Pendidikan Agama Islam Di Sekolah

69

Tabel 25 Materi Pendidikan Agama Islam yang Disampaikan Guru Bisa
Membentuk Kepribadian

71

Tabel 26 Setelah Belajar Pendidikan Agama Islam Dapat Menghargai Orang
Lain

72

Tabel 27 Sholat Lima Waktu Setiap Hari

73

Tabel 28 Berkata Jujur Kepada Siapa Saja

74

Tabel 29 Patuh terhadap orang tua

75

Tabel 30 Menghormati Guru di Sekolah

76

Tabel 31 Membantu Teman yang Sedang Mengalami Kesulitan/Musibah

77

Tabel 32 Melalaikan Perintah Orang Tua

78

Tabel 33 Berbohong Kepada Guru

79

Tabel 34 Mengambil Barang Teman Tanpa Izin

80

Tabel 35 Mengejek Teman Dengan Perkataan Tidak Baik di Sekolah
Maupun di Luar Sekolah

81

Tabel 36 Merasa Gelisah Ketika Meninggalkan Sholat

82

Tabel 37 Rendah Hati Saat Mendapatkan Prestasi di Sekolah

84

Tabel 38 Berbicara Lemah Lembut Kepada Orang Tua

85

Tabel 39 Mengikuti Perintah Guru di Sekolah

86

Tabel 40 Menjaga Amanah Orang Lain

87

Tabel 41 Membuang Sampah Pada Tempatnya

87

Tabel 42 Membanggakan Diri di Hadapan Teman-teman Ketika
Mendapatkan Prestasi di Sekolah
Tabel 43 Sholat Dhuha Setiap Hari

89
90

ix

Tabel 44 Menabung Uang Jajan Setiap Hari

91

Tabel 45 Bersikap Sopan Santun Kepada Orang Tua

92

Tabel 46 Membaca Al-Qur’an Setiap Hari

93

Tabel 47 Perhitungan Angka Indeks Korelasi Antara Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam (X) dan Pembentukan Akhlak Siswa (Y)
Tabel 48 Interpretasi Koefisien Korelasi

94
96

x

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia,
karena manusia dilahirkan tidak mengetahui sesuatu apapun. Pendidikan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Pendidikan menyangkut pengembangan keseluruhan potensi yang
dimiliki manusia. Pendidikan bukan hanya mendidik siswa agar tahu, tetapi
yang sangat penting lagi bagaimana menjadi manusia yang manusiawi.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2005 menyatakan bahwa:
Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia
Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan pancasila dan UndangUndang Negara Republik Indonesia tahun 1945. 1
Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar
dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. 2
Oleh karena itu, pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Dengan pendidikan manusia dapat menduduki tempat
yang terpuji di dunia. Karena pendidikan merupakan suatu proses yang dapat
mempengaruhi kejiwaan seseorang.

1

Undang-undang RI No 14 tentang Guru dan Dosen, (Yogyakarta: Cemerlang Publisher, 2007),
Cet. I, h. 5
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2007), h. 2

1

2

Sesuai dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional di atas, maka di indonesia dilaksanakan pendidikan
agama yang dimulai dari tingkat pendidikan dasar, menengah, dan perguruan
tinggi.
Pendidikan agama merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup
seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh manusia dalam rangka
meningkatkan penghayatan dan pengamalan agama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam Islam, pendidikan agama merupakan hal yang terpenting
ditanamkan dalam diri anak didik, karena melalui pendidikan agama, bukan
hanya pengetahuan dan pengembangan potensi anak didik yang akan
terbentuk secara keseluruhan akan tetapi mulai dari pengetahuan agama,
latihan-latihan sehari-hari, sikap keberagamaannya dan perilaku (akhlak)
yang sesuai dengan ajaran agama baik yang menyangkut hubungan manusia
dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain, serta manusia dengan dirinya
sendiri.
Pendidikan agama Islam yang diajarkan di sekolah menengah terdiri dari
beberapa aspek seperti aqidah yaitu yang berhubungan dengan keyakinan
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian adanya materi yang mengandung
ibadah yaitu tentang tata cara beribadah kepada Allah SWT, demikian pula
dengan materi pelajaran yang berhubungan dengan tingkah laku manusia
kepada Allah SWT, manusia, dan lingkungan yang tercermin dalam materi
akhlak.
Pendidikan agama Islam hendaknya harus ditanamkan dalam pribadi
anak sejak ia lahir bahkan sejak dalam kandungan dan kemudian hendaklah
dilanjutkan pembinaan pendidikan itu di sekolah, mulai dari taman kanakkanak sampai dengan perguruan tinggi, karena setiap anak yang lahir belum
mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk. Disamping itu, juga belum
diketahui

batasan-batasan

dan

ketentuan

akhlak

yang

berlaku

di

lingkungannya. Tanpa adanya pemahaman akhlak yang dibiasakan dari kecil,
maka anak-anak tidak akan mengenal akhlak tersebut dengan baik. Sebab

3

pendidikan pada masa kanak-kanak merupakan dasar yang menentukan untuk
pendidikan selanjutnya.
Hal tersebut diperkuat oleh Heri Gunawan bahwa, “Pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah, pendidikan agama Islam mutlak harus
diberikan, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan kepribadian,
pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam, dan mengamalkannya
dalam kehidupannya.” 3
Dengan demikian, pendidikan agama Islam sebagai mata pelajaran di
sekolah umum

maupun swasta mempunyai peranan penting dalam

menanamkan rasa takwa kepada Allah SWT yang pada akhirnya dapat
menimbulkan rasa keagamaan yang kuat dan melahirkan perbuatan yang baik
sesuai dengan ajaran agama yang diyakini, tentunya juga dengan
melaksanakan ibadah secara sempurna sebagai bekal di akhirat.
Hal senada dikemukakan pula oleh Mahmud Yunus bahwa, “Pendidikan
agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling mulia, karena
pendidikan agama menjamin untuk memerhatikan akhlak anak-anak dan
mengangkat mereka ke derajat yang tinggi dan berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya.”

4

Sehubungan dengan ini salah satu materi pelajaran yang

diajarkan dalam pendidikan agama Islam di sekolah adalah mengenai akhlak.
Agama islam tidak pernah mengajarkan kepada kita untuk sekedar
mempelajari teori tentang akhlak tanpa mengaplikasikannya dalam praktik di
kehidupan sehari-hari. Sehingga agama Islam menuntut umatnya untuk
mempraktikkan akhlak tersebut.

5

Persoalan pendidikan akhlak di dalam

agama Islam mendapat porsi yang sangat besar, karena masalah akhlak
merupakan masalah penting bagi ajaran agama Islam dan bagi kehidupan
umatnya.

3

Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. I, h. 17
4
Mamud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983), h.
7
5
Ali Badul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), Cet. I, h. 59

4

Akhlak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, akhlak
yang baik akan membedakan antara manusia dan hewan. Manusia berakhlak
mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkan
tekanan syahwat hawa nafsu, berpegang teguh kepada sendi-sendi keutamaan.
Itu semua sudah tertuang dalam akhlak Rasulullah SAW. Oleh karenanya
dalam kehidupan sehari-hari Rasul menjadi panduan beretika. Sebagaimana
yang tertuang dalam firman Allah SWT sebagai berikut:

            
    
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:
21) 6
Pendidikan akhlak ini sangat diperlukan terutama bagi generasi muda
yang masih remaja, yaitu antara 12 tahun sampai dengan 17 tahun yang dalam
pertumbuhannya lebih

mudah dipengaruhi

lingkungan.

Sebagaimana

dikatakan oleh Zakiah Daradjat,“Masa remaja adalah masa yang penuh
dengan kegoncongan jiwa, masa berada dalam peralihan atau di atas jembatan
goyang yang menghubungkan masa kanak-kanak yang penuh dengan
kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri”. 7
Akhir-akhir ini kita banyak melihat dan mendengar keluhan-keluhan
orang tua, ahli pendidik dan orang-orang yang berkecimpung dalam bidang
agama, sosial dan pendidikan, tentang anak-anak terutama yang sedang
berumur belasan tahun dan mulai remaja, banyak yang sukar dikendalikan,
nakal, keras kepala, berbuat keonaran, maksiat dan hal-hal yang menggangu
ketentraman umum. Dari beberapa pengamatan sebagian generasi muda atau

6

Depag RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010), h.
420
7
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), Cet. XVII, h. 85

5

remaja yang masih berada di sekolah menengah sering melakukan hal-hal
yang tidak terpuji, seperti melawan para orang tua atau guru, berkelahi,
“bully” antar sesama teman, berpakaian yang kurang sopan, tidak disiplin,
berbicara yang tidak baik, tidak menghargai orang lain, tawuran, pergaulan
bebas, pencurian, narkoba dan lainnya. Mereka saat ini tidak lagi menjunjung
norma-norma kesopanan dan budi pekerti. Mereka tumbuh dalam pengaruh
budaya asing yang sarat dengan kebebasan dan tanpa memperdulikan arti
pentingnya ajaran agama. Hal ini dibuktikan oleh data kasus-kasus yang
diperoleh lembaga sosial di Indonesia, kenakalan remaja setiap tahun
menunjukkan peningkatan yang cukup meningkat.
Data yang dirilis oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) pada
tanggal 17 Juli 2016, menunjukkan bahwa dari hasil pengumpulan data
sepanjang dari tahun 2014-2015, tercatat kasus kejahatan atau kenakalan anak
sebagai pelaku meningkat dibanding antara tahun 2014-2015. Pada 2014,
terdapat 67 kasus anak sebagai pelaku bullying di sekolah. Angka itu
mengalami kenaikan pada 2015 sebanyak 93 kasus. Kasus anak sebagai
pelaku tawuran di sekolah pada 2014 tercatat sebanyak 46 kasus dan di 2015
meningkat menjadi 126 kasus, kasus anak sebagai pengguna Napza pada
tahun 2014 tercatat sebanyak 63 kasus dan di 2015 meningkat menjadi 74
kasus,

kasus

anak

sebagai

pelaku

kekerasan

fisik

(penganiayaan,

pengeroyokan, perkelahian, dan sebagainya) pada tahun 2014 sebanyak 105
kasus, sementara pada tahun 2015 sebanyak 81 kasus, kasus anak sebagai
pelaku

kekerasan

seksual

(pemerkosaan,

pencabulan,

sodomi,

dan

sebagainya) pada tahun 2014 tercatat sebanyak 561 kasus sementara tahun
2015 sebanyak 157 kasus, kasus anak sebagai pelaku pembunuhan pada tahun
2014 sebanyak 66 kasus, sementara pada tahun 2015 sebanyak 36 kasus,
kasus anak sebagai pelaku pembunuhan pada tahun 2014 sebanyak 47 kasus,
sementara pada tahun 2015 sebanyak 81 kasus. 8

8

http://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data/data-kasus-per-tahun/rincian-data-kasus-berdasarkanklaster-perlindungan-anak-2011-2016, dilihat, 8/9/2016, 10.00 PM

6

Berdasarkan pengamatan peneliti, peneliti masih menemukan beberapa
bentuk krisis akhlak, di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan. diantaranya siswa
yang mengejek antar teman, melakukan kekerasan, bullying, kurangnya
berperilaku dan berbicara sopan kepada orang lain, kurangnya kedisiplinan,
kurangnya akhlak kepada Allah, berbohong, melalaikan perintah orang tua,
kurangnya kepedulian akan lingkungan disekolah, dan melakukan akhlak
tercela

yang

lainnya,

meskipun

tidak

sampai

kepada

taraf

yang

mengkhawatirkan, namun jika hal tersebut dibiarkan maka akan merugikan
bagi siswa tersebut.
Maka dari permasalahan-permasalahan yang timbul di atas, pembelajaran
pendidikan agama Islam kiranya sangat diperlukan dalam pembentukan
akhlak yang dilakukan di dalam kelas untuk dapat diaplikasikan. Sehingga
dampak yang diajarkan pada siswa tidak hanya pada aspek kognitif saja, akan
tetapi sampai pada aspek afeksi sebagai penerapan atas nilai-nilai yang akan
memberikan arah pada aplikasi dan realisasi dan kognisi. Hal ini diperlukan
untuk menampilkan pribadi yang utuh sebagai seorang pelajar yang baik dan
terhindar dari tindakan-tindakan amoral dan asosial yang dapat merugikan
diri sendiri dan masyarakat.
Didasarkan atas keprihatinan terhadap krisis akhlak pada siswa yang
akhir-akhir ini mengkhawatirkan, maka salah satu langkah untuk mengatasi
krisis akhlak pada siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan, perlu diadakan
penelitian, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Dalam
Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
mengidentifikasikan

beberapa

masalah

yang

berhubungan

pengaruh

pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa di
antaranya:

7

1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 3 Tangerang
Selatan.
2. Peran guru pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak
siswa di SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
3. Peran sekolah dalam membentuk akhlak siswa.
4. Rendahnya pengamalan siswa terhadap ajaran agama Islam.
5. Akhlak siswa terhadap Allah, orang tua, guru, orang lain, sesama, dan
lingkungan di sekolah.
6. Faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak siswa.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar pembahasan hasil penelitian ini tidak terlalu luas dan dapat lebih
terarah oleh peneliti, maka penulis membatasi masalah pada masalah studi
kasus pengaruh pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam pembentukan
akhlak siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan dikelas VIII, karena kelas
VIII dari tingkat kognitif bukan hanya mengerti dan memahami saja, akan
tetapi sudah bisa menerapkan dan menganalisis materi-materi pendidikan
agama Islam yang dipelajari di sekolah, serta fase pertengahan dari segi
emosi dan jiwanya yang sudah mulai sampai ditingkat kedewasaan.
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut: “Bagaimana Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam Dalam Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 3
Tangerang Selatan ?”

D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang peneliti lakukan adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan mata pelajaran pendidikan
agama Islam dalam membentuk akhlak siswa di SMP Negeri 3
Tangerang Selatan.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengajaran pendidikan agama Islam di
SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.

8

E. Manfaat Penelitian
1. Untuk Peneliti:
a. Untuk menambah wawasan keilmuan tentang pelaksanaan pendidikan
agama Islam dalam pembentukan akhlak siswa.
b. Bagi para peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi guna
melakukan penelitian pada masalah serupa yang lebih mendalam lagi.
2. Untuk Guru dan Sekolah:
a. Penelitian ini bermanfaat untuk sekolah, agar dapat dijadikan sebagai
bahan informasi tentang betapa pentingnya pelaksanaan mata pelajaran
pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa.
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi,
rujukan dan informasi bagi guru dalam meningkatkan pembinaan dan
pengetahuan akhlak bagi siswa SMP Negeri 3 Tangerang Selatan.
c. Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan efektifitas kerja para
guru sebagai pendidik.

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam Permendikbud No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013
Sekolah Menengah Pertama, bahwa Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan keterampilan serta
membentuk sikap, dan kepribadian peserta didik dalam mengamalkan
ajaran agama Islam. Selain itu Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan
yang berlandaskan akidah yang berisi tentang keesaan Allah SWT sebagai
sumber utama nilai-nilai kehidupan bagi manusia dan alam semesta. 1
Berdasarkan hasil rumusan Seminar Pendidikan agama Islam seIndonesia tahun 1960 di Cipayung Bogor menyatakan, “Pendidikan agama
Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani
menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,
mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.” 2
Secara terminologi pendidikan agama Islam adalah merupakan usaha
sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan
segala potensi yang dianugerahkan Allah kepadanya agar mampu
mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi
dalam pengabdiannya kepada Allah. 3
Pendidikan agama Islam adalah usaha yang diarahkan kepada
pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam atau suatu
upaya dengan ajaran Islam, memikir, memutuskan dan berbuat

1

Permendikbud No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama, h. 1
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, 2012), Cet. VI, h. 15
3
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: PT Gemawindu
Pancaperkasa, 2000), h. 2
2

9

10

berdasarkan nilai-nilai Islam, serta bertanggung jawab sesuai dengan nilainilai Islam. 4
Menurut Nur Uhbiyati, “Pendidikan agama Islam ialah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
oleh hamba Allah.” 5
Menurut Ahmad Marimba, “Pendidikan Agama Islam adalah
bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam
menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
Kepribadian utama adalah kepribadian muslim.” 6
Dari pengertian tersebut sangat jelas bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu proses edukatif yang mengarahkan pada pembentukan akhlak
atau kepribadian secara utuh dan menyeluruh menyangkut aspek jasmani
dan rohani. 7
Menurut M Arifin, “Pendidikan Agama Islam adalah suatu sistem
kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan
para hamba Allah. Sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi
seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.” 8
Menurut Zakiah Daradjat,“Pendidikan agama Islam adalah pendidikan
melalui ajaran-ajaran Islam yang berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar setelah pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam sebagai suatu pandangan hidup di dunia
dan di akhirat.” 9
Dari beberapa pengertian tersebut yang dikemukakan oleh para tokoh
diatas, dapat diambil pengertian Pendidikan Agama Islam adalah suatu
proses usaha untuk membimbing, mengajar, mengasuh anak didik untuk
4

Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi
Agama Islam, 1984), h. 150
5
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1997), Cet. II, h. 13
6
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1981),
Cet. V, h. 23
7
Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014), Cet. I, h. 9
8
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. VI, h. 8
9
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam¸ (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), Cet. X, h. 86

11

mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran Islam, serta mengembangkan
kepribadian anak didik agar selalu berbuat atau bertingkah laku sesuai
dengan ajaran Islam yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta
menjadikan ajaran agama sebagai pedoman hidupnya untuk meraih
keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Sebagai aktivitas yang bergerak dalam proses pembinaan kepribadian
muslim, maka pendidikan agama Islam memerlukan asas atau dasar yang
dijadikan landasan kerja. Dalam konteks ini, dasar yang menjadi acuan
pendidikan agama Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran
dan kekuatan yang dapat menghantarkan siswa kearah pencapaian
pendidikan. Oleh karena itu dasar yang terpenting dari pendidikan agma
Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW. 10
Menurut Zuhairini dkk, “Dasar pendidikan agama Islam adalah Dasardasar yang bersumber dari ajaran Islam yang tertera dalam Al-Quran dan
hadits. Menurut ajaran agama Islam, bahwa pelaksanaan pendidikan
agama Islam merupakan perintah dari Allah dan merupakan ibadah
kepada-Nya.” 11
Sama halnya dengan pendapat Ahmad D. Marimba bahwa dasar
pendidikan agama Islam adalah Firman Tuhan dan Sunnah Rasulullah
SAW. Al- Quran adalah sumber kebenaran dalam Islam. Kebenarannya
tidak dapat diragukan lagi. Sedangkan Sunnah Rasulullah SAW adalah
perilaku, ajaran-ajaran, dan perkenan-perkenan Rasulullah sebagai
pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an. Ini pun
tidak dapat diragukan lagi. 12
Begitu juga menurut pendapat Ramayulis, “Prinsip menjadikan alQur’an dan Sunnah sebagai dasar pendidikan agama Islam bukan hanya
dipandang sebagai kebenaran keyakinan semata. 13
10

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Pendekatan Historis dan Praktis), (Jakarta: Ciputat
Pers, 2002), Cet. I, h. 34
11
Zuhairini, op.cit, h. 23
12
Ahmad D. Marimba, op.cit, h. 41
13
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), Cet. X, h. 194

12

Menurut Zakiah Daradjat, “Landasan pendidikan agama Islam itu
terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang dapat
dikembangkan dengan ijtihad, maslahah mursalah, istihsan, qiyas, dan
sebagainya.” 14
Menurut Ahmad Syar’i, “Dasar pendidikan Islam mutlak, final dan
permanen yaitu al-Qur’an dan hadits dengan berbagai fungsinya antara
lain sebagai rujukan final, fundamen, sumber kekuatan dan keteguhan,
landasan kerja, sumber peraturan dan sumber kebenaran penyelenggaraan
pendidikan agama Islam.”

15

Oleh karena itu dasar-dasar atau landasan

yang digunakan pendidikan agama Islam adalah:

a. Al-Qur’an
Sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis dari Abdul Wahhab
Khallaf bahwa al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturunkan melalui
Malaikat Jibril kepada hati Nabi Muhamad SAW dengan lafadz Bahasa
Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah SAW atas
kerasulannya dan menjadi pedoman bagi umat manusia sebagai
petunjuk dan sebagai ibadah bagi yang membacanya. 16
Menurut Manna Khalil Al-Qattan, “Al-Qur’an adalah kalam atau
firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
pembacaannya merupakan suatu ibadah.” 17
Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan
aqidah, syari’ah dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar
principal mengenai persoalan-persoalan tersebut. Hal ini dikarenakan
agama Islam merupakan jalan hidup yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan akhirat kelak. Ia mempunyai sendi utama
yang esensial yang berfungsi untuk memberi petunjuk yang sebaik-

14

Zakiah Daradjat, op.cit., h. 19
Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet. II, h. 23
16
Ramayulis, op.cit., h. 188
17
Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, Terj. dari Mabahis fi Ulumil Qur’an oleh Mannna
Khalil Al-Qattan, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 1996), Cet. III, h . 17
15

13

baiknya. 18 Sebagaimana dijelaskan Allah SWT di dalam al-Quran yang
berbunyi:

         
ð

“Kitab (al-qur’an)ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 2) 19
Sedangkan menurut Abuddin Nata, Dasar pendidikan agama
Islam adalah berdasarkan konsepsi ajaran tauhid. Dengan dasar ini
maka orientasi pendidikan agama Islam diarahkan pada upaya
mensucikan diri dan memberi penerangan jiwa, sehingga tiap diri
manusia mampu meningkatkan dirinya dan tingkatan iman ketingkat
ikhlas melandasi seluruh bentuk kerja kemanusiaannya (amal
shaleh). 20
Umat Islam sebagai umat yang dianugerahkan Allah suatu kitab
suci al-Qur’an, yang lengkap dengan segala petunjuk yang meliputi
seluruh aspek kehidupannya dan bersifat universal, tentu dasar
pendidikan mereka adalah bersumber kepada filsafat hidup yang
berdasarkan kepada al-Qur’an.21 Maka al-Qur’an adalah sumber
kebenaran dalam Islam yang kebenarannya tidak dapat diragukan lagi.
Dari uraian di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang menjadi
dasar atau landasan pendidikan agama Islam adalah al-Qur’an yaitu
firman Allah SWT yang disampaikan melalui malaikat jibril kepada
Nabi Muhammad SAW dan kitab suci ini menjadi sumber hukum yang
utama dan berlaku untuk sepanjang masa dalam lingkungan umat Islam.

b. Al-Hadits (Sunnah)
Dasar kedua pendidikan agama Islam adalah As-Sunnah. Jumhur
Muhadditsin mengartikan Sunnah ialah sesuatu yang disandarkan
18

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, jilid I, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2009),
Cet. III, h. 45
19
Depag RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010),
h. 2
20
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 2003), h. 229
21
Ramayulis, loc. cit., h. 188

14

kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan,
pernyataan atau ketetapan (taqrir) dan sebagainya. 22
Alasan hadis dijadikan sebagai dasar pendidikan agama Islam,
karena seluruh umat Islam telah menerima pemahaman bahwa hadis
Rasulullak SAW dijadikan sebagai pedoman hidup yang kedua setelah
al-Qur’an. 23
Nabi mengajarkan dan mempraktikkan sikap dan amal baik kepada
istri dan sahabatnya dan seterusnya mereka mempraktekkan pula seperti
yang dipraktekkan Nabi dan mengajarkan pula kepada orang lain.
Perkataan atau pebuatan dan ketetapan Nabi inilah yang disebut hadits
atau sunnah. 24
Sunnah adalah amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah dalam
proses perubahan sikap hidup sehari-hari menjadi sumber utama
pendidikan agama Islam karena Allah SWT menjadikan Nabi
Muhammad sebagai suri tauladan bagi umatnya.
Kalau al-Qur’an dan As-Sunnah dijadikan dasar, maka pendidikan
agama Islam merupakan wujud bangunan yang kokoh dan berakar kuat
yang kemudian akan mewarnai corak ke-Islaman dalam berbagai aspek
kehidupan. Hal ini menunjukkan al-Qur’an dan Sunnah menjadi
inspirasi (ilham) dalam segala gerak dan usaha.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dasar pendidikan agama Islam
adalah identik dengan ajaran agama Islam itu sendiri, keduanya berasal
dari sumber yang sama yaitu al-Qur’an dan al-Hadits.

c. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan
menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam

22

Fatchur Rahman, Ikhtishar Mushthalahu’l-Hadits, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1974), Cet. I, h.

20
23

Fatchur Rahman, op.cit., h. 15
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam: Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam, jilid I,
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 167
24

15

untuk menetapkan/menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam
hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh al-Qur’an dan
Sunnah. 25
Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan
termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada al-Qur’an
dan Sunnah. Namun demikian, ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah
yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi alQur’an dan Sunnah. 26

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha
kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk
tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Menurut Mahmud Yunus, “Tujuan pendidikan agama Islam adalah
mendidik anak-anak, pemuda-pemudi supaya menjadi seorang muslim
sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga
menjadi individu yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi
kepada Allah, berbakti kepada bangsa dan sesama umat manusia.” 27
Sedangkan menurut al-Ghazali, tujuan akhir dari pendidikan agama
Islam itu ada dua yaitu:
a. Mencapai kesempurnaan manusia untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT dengan sedekat-dekatnya.
b. Mencapai kesempurnaan manusia untuk meraih kebahagiaan di
dunia dan akhirat.
Menurut Zakiah Daradjat, “Tujuan pendidikan Islam yaitu kepribadian
seseorang yang membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa
insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan

25

Zakiah Daradjat, op.cit., h. 21
Ibid., h. 21
27
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT Hidakarya Agung, 1983),
h. 13
26

16

berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah
SWT.” 28
Di dalam kurikulum 2013 tujuan akhir dari mata pelajaran pendidikan
agama Islam adalah terbentuknya peserta didik yang memiliki akhlak yang
mulia, yang merupakan misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW di
dunia.

29

Jadi tujuan pendidikan agama Islam tidak terlepas dari tujuan

hidup manusia dalam Islam, yakni untuk menciptakan pribadi-pribadi
sebagai hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya dengan
mendekatkan diri kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan kebahagiaan
di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah di dalam al-Qur’an:

      
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56) 30
Dari berbagai pendapat diatas, dapat penulis simpulkan bahwa tujuan
pendidikan agama Islam adalah membentuk manusia seutuhnya, yang
berilmu pengetahuan luas yang mampu memenuhi kebutuhan jasmani dan
rohani, yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT sehingga
mendapatkan kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

4. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Adapun fungsi pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari
khususnya bagi peserta didik yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
28

Pengembangan,
Penyaluran,
Perbaikan,
Pencegahan,
Penyesuaian,
Sumber nilai,

Zakiah Daradjat, op.cit., h. 29
Permendikbud No 58 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah, h. 6
30
Depag RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010),
h. 523
29

17

g. Pengajaran. 31

5. Materi Pendidikan Agama Islam Tingkat SMP
Materi pendidikan agama Islam di tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dikelompokkan menjadi sub bidang studi atau mata
pelajaran, diantaranya yaitu:
a. Al-Qur’an
Untuk SMP materi pelajaran al-Qur’an dan hadits membahas
masalah pemahaman ayat-ayat al-Qur’an tentang Q.S. Al- Mujadilah
(58): 11 dan Q.S. Ar-Rahman (55): 33 serta hadits terkait tentang
menuntut ilmu. Q.S. An-Nisa (4): 8 dan hadis terkait tentang empati
terhadap sesama. Q.S. An-Nisa (4) : 146, Q.S. Al-Baqarah (2): 153, dan
Q.S. Ali Imran (3): 134 serta hadis terkait tentang ikhlas, sabar, dan
pemaaf. Q.S. Al-Anfal (8): 27 dan hadis terkait tentang amanah. Q.S.
Al-Ahqaf (46): 13 dan hadis terkait tentang istiqamah. Q.S. Al-Furqan
(25): 63 dan Q.S. Al Isra’(17) : 27 serta hadits terkait Q.S. An Nahl
(16):114 serta hadits terkait Q.S. Al-Maidah (5): 90–91 dan 32 serta
hadits terkait. Q.S. Az-Zumar (39): 53; Q.S. An-Najm (53):39-42; dan
Q.S. Ali Imran (3): 159 serta hadits terkait tentang optimis, ikhtiar, dan
tawakal serta hadits terkait. Q.S. Al-Hujurat (49): 13 tentang toleransi
dan menghargai perbedaan dan haditst terkait. Q.S. Ali Imran (3): 77
dan Q.S. Al-Ahzab (33): 70 serta hadits terkait tentang perilaku jujur
dalam kehidupan sehari-hari. Q.S. Al- Isra (17): 23 dan Q.S. Luqman
(31): 14 dan hadits terkait tentang perilaku hormat dan taat kepada
orang tua dan guru. Q.S. Al- Baqarah (2): 83 dan hadits terkait tentang
tata krama, sopan-santun, dan rasa malu. 32
b. Akidah
Untuk SMP materi pelajaran akidah membahas tentang Allah SWT.
Asmaul Husna (Al-’Alim, al- Khabir, as-Sami’, dan al-Bashir), Iman
31

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, h.25-26
Permendikbud Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, h. 10-15
32

18

Kepada Malaikat Allah SWT, Iman Kepada Kitab-kitab Allah, Iman
Kepada Rasul Allah SWT, Iman Kepada Hari Akhir, dan Iman Kepada
Qadha dan Qadar. 33
c. Akhlak
Untuk SMP materi pelajaran akhlak membahas amanah,
istiqomah, rendah hati, hemat, gemar beramal, berbaik sangka, sabar,
ikhlas, pemaaf, jujur,

optimis, ikhtiar dan tawakal, toleransi,

menghargai perbedaan, tata krama, sopan santun dan rasa malu,
hormat dan patuh kepada orang tua dan guru, serta empati. 34
d. Fiqih
Untuk SMP materi pelajaran fiqih membahas tentang hadas kecil
dan hadas besar serta mandi wajib, wudhu dan tayamum, shalat wajib,
shalat sunnah, shalat berjamaah, shalat munfarid, shalat jum’at, shalat
jamak qashar, sujud syukur, sujud sahwi,sujud tilawah, qurban dan
aqiqah, haji dan umrah, puasa, serta makanan halal dan haram. 35
e. Sejarah Peradaban Islam
Untuk SMP materi pelajaran sejarah peradaban Islam membahas
tentang sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW periode Mekah
dan

Madinah,

khulafaurrasyidin,

sejarah

pertumbuhan

ilmu

pengetahuan sampai masa Umayah dan masa Abbasiyah, sejarah
perkembangan Islam di Nusantara. 36

6. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam Di SMP
Secara garis besar ruang lingkup pendidikan agama Islam itu terdiri
dari bidang akidah, ibadah, dan akhlak. Adapun bidang lainnya dapat
diberikan setelah anak dapat memahami dan mengaplikasikan ketiga
bidang pokok diatas. 37 Dalam kaitan tersebut dapat dipahami bahwa ruang
33

Ibid.
Ibid.
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), h. 23
34

19

lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara:
a.
b.
c.
d.

Hubungan manusia dengan Allah
Hubungan manusia sesama manusia
Hubungan manusia dengan dirinya
Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. 38

B. Pembentukan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Pengertian akhlak dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yang
berarti perangai, tabiat, watak dasar kebiasaan, sopan dan santun agama.
Secara linguistic (kebahasaan) kata akhlak merupakan isim jamid atau isim
ghair mustaq. Kata akhlak adalah jamak dari kata ٌ‫ ُ ﺧ ْﻠ ﻖ‬atau ْ‫ ُ ﺧ ﻠُ ﻖ‬yang
artinya sudah disebutkan diatas. Kata ْ‫ أَ ﺧْ ﻠَ ﻖ‬atau ٌ‫ ُ ﺧ ْﻠ ﻖ‬keduanya dijumpai
pemakaiannya di dalam al-Qur’an maupun hadits sebagai berikut: 39

    
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. Al-Qalam: 4) 40

     
“(agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang
dahulu.” (Q.S. Asy-Syu’ara: 137) 41
Perlu dijelaskan pengertian akhlak menurut istilah yang diberikan para
ahli di bidangnya seperti Ibnu Maskawih sebagai pakar bidang akhlak
terkemuka dalam kitabnya Tahdzibul Akhlaq yang dikutip oleh Moh.
38

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h.

23
39

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: CV Karya Mulia: 2001), cet 1, h. 25
Depag RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010),
h. 564
41
Depag RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit Diponegoro, 2010),
h. 373
40

20

Ardani bahwa, “Akhlak adalah sikap yang tertanam dalam jiwa yang
mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan (lagi).” 42
Sementara akhlak menurut Al-Ghazali yang dikutip oleh Moh. Ardani
mempunyai tiga dimensi:
a. Dimensi Diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah
b. Dimensi Sosial, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaulannya
dengan sesamanya.
c. Dimensi metafisis, yakni aqidah dan pegangan dasarnya. 43
Moh. Ardani juga mengutip definisi akhlak menurut Al-Ghazali,
Akhlak adalah Suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya
lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu
kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir
perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia
disebut akhlak yang baik. Dan jika yang lahir darinya perbuatan tercela,
maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk. 44
Sebagaimana menurut Ahmad Amin yang dikutip oleh Zainuddin AR
di dalam bukunya mengatakan, “Orang mengetahui bahwa yang disebut
akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.” 45
Sehingga menurut Ahmad Amin, kehendak ialah ketentuan dari
beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedang kebiasaan
merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah
melakukannya. Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini
mempunyai kekuatan, dan gabungan dari dua kekuatan itu
menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang
bernama Akhlak. 46
Jelaslah bahwa sumber penggerak akhlak yang dapat menimbulkan
perbuatan adalah jiwa. Jiwa yang tidak bersih akan menimbulkan
perbuatan tercela dan tidak baik. Jika diperhatikan dengan seksama tampak

42

Moh. Ardani, op.cit., h. 27
Ibid, h. 28
44
Ibid., h. 28-29
45
Zahruddin AR & Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2004), h. 4
46
Ibid., h. 5
43

21

bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak
bertentangan, melainkan saling melengkapi.
Sementara ilmu akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara
baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan dan
perbuatan manusia lahir dan batin. Ilmu akhlak juga ilmu pengetahuan
yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk, ilmu yang
mengajarkan manusia dan menyatakan tujuan mereka yang terakhir dari
seluruh usaha pekerjaan mereka. 47
Jadi penulis dapat menarik kesimpulan bahwa akhlak adalah suatu
sifat maupun perbuatan yang tertanam kuat dan meresap di dalam jiwa
manusia yang menimbulkan berbagai macam tingkah laku baik perbuatan
maupun ucapan tanpa memerlukan pemikiran dengan berfikir terlebih
dahulu dan tanpa paksaan karena sudah terbiasa sehingga menjadi
kepribadiannya. Maka akhlak adalah cerminan hati. Oleh karena itu akhlak
yang baik bukan terletak pada segi perbuatan zhahir semata, melainkan
lebih pada dorongan hati nurani yang ikhlas dan spontan.

2. Ruang Lingkup Akhlak
Akhlak dalam Islam cakupannya sangat luas, karena akhlak bukanlah
sekedar perilaku manusia yang bersifat bawaan lahir, tetapi merupakan
salah satu dari kehidupan manusia yang mencakup aqidah, akhlak, dan
syariah, karena itu akhlak dalam Islam meliputi Ethos, Ethis, Moral,
Estetika.
a. Ethos yaitu pandangan hidup yang mengatur hubungan seseorang
dengan khaliknya serta kelengkapan uluhiyah dan ubudiyah seperti
pada para Rasul Allah dan kitab Allah.
b. Ethis, yaitu sesuatu yang sesuai dengan perilaku yang disepakati
secara umum yang mengatur hubungan seseorang dengan sesamanya
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Moral, yaitu baik buruknya perbuatan dan kelakukan yang mengatur
hubungan seseorang dengan sesamanya yang menyangkut
kehormatan pribadi.
47

Zahruddin AR, op.cit., h. 41-42

22

d. Estetika, yaitu keindahan yang mendorong seseorang untuk
meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebih indah
menuju kesempurnaan. 48
Jadi secara garis besar ruang lingkup akhlak meliputi cara berhubungan
manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan lingkungannya.

3. Sumber Akhlak
Pengertian akhlak didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat
dalam Hadits. Sumber tersebut merupakan batas-batas dalam tindakan
sehari-hari bagi manusia ada yang menjelaskan arti baik dan buruk.
Memberi informasi kepada umat, apa yang semestinya harus diperbuat dan
bagaiman harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui,
apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.
Akhlak Islam karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan
kepada kepercayaan kepada All