Pengaruh pendidikan agama islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SDIT Yasir Cipondoh Kota Tangerang

(1)

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Siti Nurjanah NIM : 1810011000052

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Kata Kunci: Guru Pendidikan Agama Islam, Akhlak Siswa

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Peran guru pendidikan agama Islam sangat penting dan baik buruknya pendidikan tergantung bagaimana seorang guru pendidikan agama Islam memanifestasikan dan mengaplikasikan sumbangsihnya kedalam lembaga formal maupun lembaga non formal. Ujung tombak dari segala aktivitas pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, karena guru lebih memiliki wewenang dan tanggung jawab lebih dalam pendidikan, memegang andil besar dalam membentuk karakter siswa, mengembangkan potensi atau kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa. Lebih-lebih guru agama Islam lebih banyak tuntutan sebagai figur yang paripurna.

Berdasarkan pernyataan di atas, penulis merasa tertarik mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di SDIT YASIR Kota Tangerang”.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pendidikan agama Islam, pelaksanan pembinaan akhlak siswa di SDIT YASIR Kota Tangerang, untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru pendidikan agama Islam di SDIT YASIR Kota Tangerang, dalam melaksanakan pendidikan agama Islam dan pembinaan akhlak siswa, serta mengetahui usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembinaan akhlak siswa di SDIT YASIR Kota Tangerang.

Dari hasil penelitian penulis menemukan bahwa pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dan pelaksanaan pembinaan akhlak siswa sudah cukup baik, terbukti sudah mengikuti prosedur-prosedur yang dipergunakan dalam melangsungkan proses belajar mengajar dan mengenai akhlak yang dimiliki oleh siswa banyak variabel kearah yang baik. Korelasi antara pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa adalah sebesar 0,491 yang berarti korelasi positif antara pendidikan agama Islam (x) dengan akhlak (y), dan pengaruh pendidikan agama Islam terhadap akhlak siswa adalah sebesar 24,10% yang artinya pendidikan agama Islam telah memberikan pengaruh terhadap akhlak siswa sebesar 24,10% dan 75,9% adalah faktor lain. Dari apa yang telah disampaikan atau ditulis dalam skripsi ini, maka hal itu dapat dijadikan sebagai masukan atau tambahan agar skripsi ini terus berkembang dan tidak berhenti sampai disini.


(6)

ii

Solawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut yang selalu teguh dijalan-Nya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M. Ag dan Ibu Marhamah Saleh, Lc,

MA selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam, Staft Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh Staft Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Bapak Khalimi, Dr. MA selaku Dosen Pembimbing, yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah yang telah banyak memberikan bekal ilmu kepada penulis sejak berada di bangku kuliah

5. Bapak Syahroni. SE selaku Kepala sekolah SDIT YASIR Cipondoh Kota

Tangerang

6. Kedua orang tua tercinta, A. Dasuki dan Marhati (Alm) yang telah

membesarkan dan mendidik serta memberikan kasih sayang yang tak terhingga dan yang selalu memberikan motivasi serta dukungan baik moril maupun materil kepada penulis

7. Terima kasih kepada suami dan anak saya yang telah membantu dan

mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini

8. Teman-teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi, terima kasih atas


(7)

iii

semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitu juga dalam penulisan skripsi ini, yang tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi penyempurnaan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap semoga dengan rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.

Jakarta, Maret 2014


(8)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ……… 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritik ……... 8

1. Pendidikan Agama Islam ... 8

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 8

b. Dasar-dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam.. 10

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 16

2. Hakikat Akhlak ... 18

a. Pengertian Akhlak ... 18

b. Sumber dan Macam-macam Akhlak ... 21

c. Iman Kepada Malaikat ………... 26

3. Hakikat Anak Didik ... 27

a. Pengertian Anak Didik ... 27

b. Dasar-dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan ... 28

4. Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Akhlak ... 34

5. Evaluasi Hasil Belajar ……….. 34

a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar ………... 34

b. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar ……… 35

B. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berfikir ... 38

D. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 39

B. Variabel Penelitian ... 39


(9)

v

A. Gambaran Umum SD IT Yasir ……… 47

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya ……… 47

2. Visi dan Misi SD IT Yasir ……… 47

3. Struktur Kurikulum dan Muatan KTSP ……… 48

4. Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi ……… 49

5. Jumlah Siswa SD IT Yasir ………. 50

6. Sarana dan Prasarana ………... 50

B. Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir ………. 51

1. Proses dan Tujuan Pembelajaran PAI ……… 51

2. Materi PAI, Profil Guru, dan Perilaku Siswa …………. 51

3. Usaha-usaha sekolah dalam membentuk akhlak siswa… 52 4. Pengaruh PAI terhadap akhlak siswa SD IT Yasir ……. 53

C. Analisa Data ………. 54

1. Deskripsi Data ……… 54

2. Uji Hipotesis ………... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……… 71

B. Saran-saran ……… 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN


(10)

vi

2. Matrik populasi dan sampel ... 42

3. Struktur kurikulum sekolah ... 49

4. Data tenaga pengajar SDIT Yasir ... 49

5. Data siswa SDIT Yasir ... 50

6. Responden mendirikan sholat lima waktu wajib ... 54

7. Memohon ampun jika terlanjur berbuat dosa ... 55

8. Siswa yang berpuasa pada bulan ramadhan ... 55

9. Siswa yang menerima dengan tabah jika orang tua mereka Meninggal dunia ... 56

10. Akhlak siswa setelah buang air kecil atau besar disiram Sampai bersih ... 56

11. Orang yang berbuat baik akan disenangi orang ... 57

12. Siswa memperhatikan ketika guru menerangkan ... 57

13. Prosentase siswa melaksanakan perintah orang tua dengan Ikhlas ... 58

14. Prosentase siswa menghormati antar umat beragama ... 58

15. Sampah yang berserakan sebaiknya dibersihkan tanpa intruksi Guru ... 59

16. Berpuasa di bulan ramadhan ... 59

17. Suka memberi jika ada teman yang kesulitan ... 60

18. Membaca Al-Qur’an sehabis sholat ... 60

19. Membuang sampah pada tempatnya ... 61

20. Menjenguk teman sakit ... 61

21. Membantu orang tua di rumah ... 62

22. Memberi bila ada pengemis yang datang ... 62

23. Pamit kepada orang tua bila berangkat ke sekolah ... 63

24. Mengucapkan hamdalah saat mendapat nikmat dari Allah SWT ... 63


(11)

(12)

viii 2. Data Guru SDIT YASIR

3. Pedoman pengumpulan data 4. Pedoman angket


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. Pendidikan adalah pengalaman-pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal dan non formal, dan informal di sekolah, dan di luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi pertimbanagan kemampuan-kemampuan individu, agar di kemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat.1

Pendidikan sebagai sebuah bentuk kegiatan manusia dalam kehidupannya juga menempatkan tujuan sebagai sesuatu yang hendak dicapai, baik tujuan yang dirumuskan itu bersifat abstrak sampai rumusan-rumusan yang dibentuk secara khusus untuk memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi. Begitu juga dikarenakan pendidikan merupakan bimbingan terhadap perkembangan manusia menuju ke arah cita-cita tertentu, maka yang merupakan masalah pokok bagi pendidikan adalah memilih arah atau tujuan yang akan dicapai.

Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan Islam, baik sebagai system maupun institusinya, merupakan warisan budaya

1

Redja Mudiyaharjo, Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Penddidikan pada Umumnya dan Pendididkan di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2002), Cet ke-2, h. 11


(14)

bangsa, yang berdaulat berakar pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional.2

Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipungkiri, bahkan semua itu merupakan hak semua warga Negara, Berkenaan dengan ini, di dalam UUD'45 Pasal 31 ayat (1) secara tegas disebutkan bahwa; "Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran". Tujuan pendidikan nasional dinyatakan dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional suatu bangsa menggambarkan manusia yang baik menurut pandangan hidup yang dianut oleh bangsa itu, dan tujuan pendidikan sesuatu bangsa mungkin tidak akan sama dengan bangsa lainnya, karena pandangan hidup mereka biasanya tidak akan sama. Tetapi pada dasarnya pendidikan setiap bangsa tentu sama, yaitu semua menginginkan terwujudnya manusia yang baik yaitu manusia yang sehat, kuat serta mempunyai ketrampilan, pikirannya cerdas serta pandai, dan hatinya berkembang dengan sempurna.

Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan secara sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar anak didik menjadi dewasa, dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Dengan demikian pendidikan berarti, segala usaha orang dewasa

2

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005) Cet. ke-4, h. 174


(15)

dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembanagan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.3

Dalam firman Allah SWT mengatakan:

Artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl : 78)4

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu dikirimlah anak ke sekolah. Dengan demikian, sebenarnya pendidikan di sekolah adalah bagian dari pendidikan dalam keluarga yang sekaligus merupakan lanjutan dari pendidikan keluarga. Dengan masuknya anak kesekolah, maka terbentuklah hubungan antara rumah dan sekolah karena antara kedua lingkungan itu terdapat objek dan tujuan yang sama, yakni mendidik anak-anak.5 Dapat dimengerti betapa pentingnya kerjasama antara hubungan lingkungan itu. Kerjasama itu hanya tercapai, apabila kedua belah pihak saling mengenal. Contohnya guru dengan orang tua murid.

Agama sebagai dasar pijakan umat manusia memiliki peran yang sangat besar dalam proses kehidupan manusia. Agama telah mengatur pola hidup

3

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta; Kalam Mulia, Cet ke-4 2004), h. 1 4

At-Thayyib, Al-Qur’an Transliterasi per Kata dan Terjemah per Kata, (Bekasi: Cipta

Bagus Segara, 2011), h. 275 5

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta; Bumi Aksara, 1992), Cet ke-2 h. 76


(16)

manusia baik dalam hubungannya dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan sesama manusia. Agama selalu mengajarkan yang terbaik dan tidak pernah menyesatkan penganutnya.

Untuk itu sebagai benteng pertahanan diri anak didik dalam menghadapi berbagai tantangan di atas, kiranya untuk menanamkan pendidikan agama yang kuat dalam diri anak, sehingga dengan pendidikan agama ini, pola hidup anak akan terkontrol oleh rambu-rambu yang telah digariskan agama dan dapat menyelematkan anak agar tidak terjerumus dalam jurang keterbelakangan mental.

Pendidikan agama merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa dan bernegara.

Menurut Drs. Ahmad D Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah Kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.6

Pendidikan Islam sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek-aspek kerohanian dan jasmaninya juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu pematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bila mana berlangsung melalui proses demi proses kearah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya.7

Dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang

6

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), Cet. ke-2, h. 9 7

H. M Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) Cet ke-1, h. 10


(17)

sempurna. Agar anak mempunyai akhlak yang mulia, anak didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan anak didik.

Dalam sejarah perkembangan Islam, pada periode permulaan dakwah Nabi Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapai selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah.

Pada skripsi ini, penulis akan mengungkap “Pengaruh pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak anak didik di SDIT YASIR Cipondoh Kota Tangerang.

Judul tersebut penulis pilih atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

1. Pendidikan agama Islam adalah menanamkan akhlak mulia di dalam jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan jiwa.

2. Akhlak merupakan misi yang dibawa nabi Muhammad saw diutus ke dunia. 3. Penulis ingin mengetahui bagaimana pengaruh pendidikan agama Islam

terhadap akhlak anak didik di SDIT YASIR Cipondoh Kota Tangerang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi berbagai masalah terkait dengan pengaruh Pendidikan Agama Islam yaitu:

1. Pendidikan Agama Islam pada SD IT Yasir melalui kurikulum KTSP di sekolahnya

2. Di era globalisasi ini banyak sekali akhlak siswa yang buruk, namun di SD IT Yasir Akhlak siswa terhadap guru sangat baik.


(18)

3. Seringkali terjadi perselisihan Antara teman karena sedikitnya pengetahuan akhlak mereka, akan tetapi Akhlak siswa SD IT Yasir terhadap sesama teman sangat baik

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang terkait dengan pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap akhlak, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut:

1. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah materi pelajaran yang berkenaan dengan aspek akidah (keimanan), keislaman (syari’ah), dan ihsan (akhlak).

2. Akhlak yang dimaksud disini ialah tingkah laku keseharian siswa pada tatanan kesopanan dan budi pekerti yang luhur.

3. Proses Pendidikan Agama Islam yang diterapkan pada SD IT Yasir

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir? 2. Bagaimana akhlak siswa di SD IT Yasir?

3. Bagaimana Pendidikan Agama Islam berpengaruh terhadap akhlak siswa SD IT Yasir?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mendapatkan informasi mengenai pengajaran Pendidikan Agama Islam di SD IT Yasir

b. Mengetahui kualitas akhlak anak-anak yang belajar di SD IT Yasir c. Mengetahui pengaruh Pendidikan Agama Islam siswa SD IT Yasir


(19)

2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pendidik yang berkewajiban meningkatkan dan mengaktifkan dalam memberikan pendidikan agama islam ataupun pendidikan moral kepada siswa. Dan penelitian ini sebagai salah satu syarat menyelesaikan program strata satu (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, UIN Jakarta.


(20)

BAB II

KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoritik

1. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas pengertian pendidikan Agama Islam, penulis akan terlebih dahulu mengemukakan arti pendidikan pada umumnya. Istilah pendidikan berasal dari kata didik dengan memberinya awalan "pe" dan akhiran "kan" mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah, yang berarti pendidikan.1 Ahmad D. Marimba mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.2

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.3

Dari semua definisi itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana yang

1

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, h. 1 2

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-maarif, 1981), cet ke-5, h. 19

3

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet ke-4 h. 4


(21)

dilaksanakan oleh orang dewasa yang memiliki ilmu dan keterampilan kepada anak didik, demi terciptanya insan kamil.

Pendidikan yang dimaksud dalam pembahasan ini adalah pendidikan agama Islam. Adapun kata Islam dalam istilah pendidikan Islam menunjukkan sikap pendidikan tertentu yaitu pendidikan yang memiliki warna-warna Islam. Untuk memperoleh gambaran yang mengenai pendidikan agama Islam, berikut ini beberapa defenisi mengenai pendidikan Agama Islam.

Menurut hasil seminar pendidikan agama Islam se Indonesia tanggal 7-11 Mei 1960 di Cipayung Bogor menyatakan: Pendidikan agama Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.4

Sedangkan menurut Ahmad Marimba, pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.5

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Agama Islam adalah: pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat kelak.6

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah suatu proses bimbingan jasmani dan rohani yang berlandaskan ajaran Islam dan dilakukan dengan kesadaran

4

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. ke-2, h. 11

5

Ahmad D.Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, h. 23 6


(22)

untuk mengembangkan potensi anak menuju perkembangan yang maksimal, sehingga terbentuk kepribadian yang memiliki nilai-nilai Islam.

b. Dasar-Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar atau fundamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.

Fungsinya ialah menjamin sehingga "bangunan" pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha-usah yang terlingkup di dalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber keyakinan: Agar jalan menuju tujuan dapat tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh-pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam ialah Firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW.7 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi al-Qur'an dan haditslah yang menjadi fundamen.

Dasar-dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

1. Dasar Religius

Menurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam al-Qur'an maupun alhadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.8

7

Ahmad D. Marimba, Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-Maarif, 1981), Cet ke-5, h. 41

8

Zuhairini, Drs. Abdul Ghofir, Drs. Slamet As. Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama


(23)

2. Dasar Yuridis Formal

Menurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan Yuridis Formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, di sekolah-sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia. 3. Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari falsafah Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama adalah ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, atau tegasnya harus beragama.

4. Dasar Konsitusional/Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konsitusioanl adalah dasar UUD tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: a) Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Maha Esa

Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya.

Bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama, dalam pengertian manusia yang hidup di bumi Indonesia adalah orang-orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam.

5. Dasar Operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah-sekolah di Indonesia.

Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1978 dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN,"


(24)

yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah-sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas-universitas negeri.

Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hukum serta peraturan perundang-undangan yang ada.

6. Dasar Psikologis

Yang dimaksud dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.9

Semua manusia yang hidup di dunia ini selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Dari uraian di atas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan.

Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial dan moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan di akhirat kelak.

9

Abdul majid, S.Ag, Dian Andayani, Spd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-1, h.133


(25)

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembanagan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.

Pendidikan agama Islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002)10

Menurut Zakiah Daradjat Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi "insan kamil" dengan pola taqwa. Insan kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allah SWT.11

Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak-anak, pemuda-pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulia, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup di atas kakinya sendiri, mengabdi

10

Abdul majid, S.Ag, Dian Andayani, Spd. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) Cet. Ke-1, h. 135

11

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992) Cet ke-2, h. 29


(26)

kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesama umat manusia.12

Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.13

Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.14

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.

Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 4 macam, yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan kamil dengan pola

12

H. Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1983), h. 13

13

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , h. 71-72 14

Muhammad Athiyyah al-Abrasy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan islam , terjemahan Bustami Abdul Ghani dan Djohar Bahry, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1987 ), cet ke-5, h. 1


(27)

takwa kepada Allah harus tergambar dalam pribadi sesorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah-tingkah tersebut.

2. Tujuan Akhir

Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan kahir akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

3. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksioanl Khusus (TIU dan TIK).

4. Tujuan Operasional

Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksioanal ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.


(28)

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan social. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi anak-anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) diakhirat kelak.

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengamalan nilai-nilai Islami yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat peserta didik memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan Islam adalah sebagai berikut: 1. Perbuatan mendidik itu sendiri


(29)

Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah yang lain yaitu sikap atau tindakan menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada anak didik menuju kepada tujuan pendidikan Islam.

2. Anak didik

Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita-citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari segala kegiatan pendidikan Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak didik menjadi manusia dewasa yang bertakwa kepada Allah dan kepribadian muslim.

4. Pendidik

Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.

5. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan-bahan, pengalaman-pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik.

6. Metode Pendidikan Islam

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode di sini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik.


(30)

7. Evaluasi Pendidikan

Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidika Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.

8. Alat-alat Pendidikan Islam

Yaitu alat-alat yang dapat digunakan selama melaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut lebih berhasil. 9. Lingkungan

Yaitu keadaan-keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala asapek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.

2. Hakikat Akhlak a. Pengertian Akhlak

Pengertian Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "Khuluqun" (قلخ) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalkun" (قلخ) yang berarti kejadian, serta erat hubungan " Khaliq" yang berarti Pencipta dan "Makhluk" yang berarti yang diciptakan.15

Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dapat dijumpai di dalam al- Qur'an, sebagai berikut:

15

Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1


(31)

Artinya :

Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.. (Q.S. Al-Qalam, 68:4).16

Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut: 1. Ibn Miskawaih

Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.17

2. Imam Al-Ghazali

Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.18

3. Prof. Dr. Ahmad Amin

Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.

Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari

16

Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 960

17

Zahruddin AR, h. 4 18


(32)

kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.19

Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.

Jika dikaitkan dengan kata Islami, maka akan berbentuk akhlak Islami, secara sederhana akhlak Islami diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran Islam atau akhlak yang bersifat Islami. Kata Islam yang berada di belakang kata akhlak dalam menempati posisi sifat. Dengan demikian akhlak Islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging dan sebenarnya berdasarkan pada ajaran Islam. Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak Islami juga bersifat universal.

Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam menjabarkan akhlak universal diperlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang terkandung dalam ajaran etika dan moral. Menghormati kedua orang tua misalnya adalah akhlak yang bersifat mutlak dan universal. Sedangkan bagaimana bentuk dan cara menghormati oarng tua itu dapat dimanifestasikan oleh hasil pemikiran manusia.

Jadi, akhlak islam bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental, serta tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Dengan demikian akhlak Islami itu jauh lebih sempurna dibandingkan dengan akhlak lainnya. Jika akhlak lainnya hanya berbicara tentang hubungan dengan manusia, maka akhlak Islami berbicara pula

19


(33)

tentang cara berhubungan dengan binatang, tumbuh-tumbuhan, air, udara dan lain sebagainya. Dengan cara demikian, masing-masing makhluk merasakan fungsi dan eksistensinya di dunia ini.

b. Sumber dan Macam-macam Akhlak 1) Sumber Akhlak

Persoalan "akhlak" didalam Islam banyak dibicarakan dan dimuat dalam Al-Hadits sumber tersebut merupakan batasan-batasan dalam tindakan sehari-hari bagi manusia ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Memberi informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuat dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.

Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan Islam, yakni bertititk tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kemudian agar disampaikan kepada umatnya.

Akhlak Islam, karena merupakan sistem akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaan kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan

demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah Al-Qur'an dan al-Hadits yang merupakan sumber utama dari agama

itu sendiri.20

Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalam membentuk kepribadian. Begitu juga sahabat-sahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada al-Qur'an dan as-Sunah dalam kesehariannya.

20


(34)

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisa' : 59]

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut sistem moral atau akhlak yang agamis (Islam) dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni al-Qur'an dan al-Hadits.

2) Macam-macam Akhlak

a) Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-karimah atau akhlak yang mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Akhlak Terhadap Allah

Akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji


(35)

demikian Agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkau hakekatnya.

2. Akhlak terhadap Diri Sendiri

Akhlak yang baik terhadap diri sendiri dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus dipertanggung jawabkan dengan sebaik-baiknya. Contohnya: Menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbuatan yang tercela.

3. Akhlak terhadap sesama manusia

Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong-menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, Karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasaan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.21

Jadi, manusia menyaksikan dan menyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bisa dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan hatinya. Sebaiknya dalam kehidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan santun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dan dipelihara dari hal-hal yang dapat mengotori dan merusaknya. Karena manusia adalah makhluk sosial maka ia perlu

21


(36)

menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.

b) Akhlak Al-Mazmumah

Akhlak Al-mazmumah (akhlak yang tercela) adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, di antaranya:

1. Berbohong

Ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

2. Takabur (sombong)

Ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

3. Dengki

Ialah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain.

4. Bakhil atau kikir

Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk orang lain.

Sebagaimana diuraikan di atas maka akhlak dalam wujud pengamalannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak yang tercela. Jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak yang terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya dan melahirkan perbuatan-perbuatan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.


(37)

3) Tujuan Akhlak

Tujuan dari pendidikan akhlak dalam Islam adalah untuk membentuk manusia yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci. Dengan kata lain pendidikan akhlak bertujuan untuk melahirkan manusia yang memiliki keutamaan (al-fadhilah). Berdasarkan tujuan ini, maka setiap saat, keadaan, pelajaran, aktifitas, merupakan sarana pendidikan akhlak. Dan setiap pendidik harus memelihara akhlak dan memperhatikan akhlak di atas segala-galanya.22

Barmawie Umary dalam bukunya materi akhlak menyebutkan bahwa tujuan berakhlak adalah hubungan umat Islam dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.23

Sedangkan Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, tujuan akhlak adalah menciptakan kebahagian dunia dan akhirat, kesempurnaan bagi individu dan menciptakan kebahagian, kemajuan, kekuataan dan keteguhan bagi masyarakat.24

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan akhlak pada prinsipnya adalah untuk mencapai kebahagian dan keharmonisan dalam berhubungan dengan Allah SWT, di samping berhubungan dengan sesama makhluk dan juga alam sekitar, hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang tinggi dan sempurna serta lebih dari makhluk lainnya.

Pendidikan agama berkaitan erat dengan pendidikan akhlak, tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa pendidikan akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama. Sebab yang baik adalah yang dianggap baik oleh

22

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 115 23

Barnawie Umary, Materi Akhlak, (Solo: CV Ramadhani, 1988). h 2 24

Omar M. M.Al-Toumy Al-syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Bulan Bintang, 1979), Cet ke-2, h.346


(38)

agama dan yang buruk adalah apa yang dianggap buruk oleh agama. Sehingga nilai-nilai akhlak, keutamaan akhlak dalam masyarakat Islam adalah akhlak dan keutamaan yang diajarkan oleh agama.

c. Iman Kepada Malaikat

Allah SWT menciptakan dua macam makhluk, yaitu makhluk yang nyata atau kelihatan dan makhluk gaib atau tidak kelihatan. Makhluk yang nyata terdiri manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang. Makhluk gaib terdiri atas malaikat, jin, dan setan.

Malaikat merupakan makhluk gaib yang paling taat kepada Allah SWT. Malaikat diciptakan dari nur (cahaya). Malaikat disebut makhluk gaib karena malaikat tidak dapat dilihat oleh mata. Malaikat bukan laki-laki dan bukan perempuan. Malaikat juga tidak makan dan minum. Malaikat mempunyai akal, tetapi tidak mempunyai nafsu. Oleh karena itu, malaikat selalu taat kepada Allah SWT.

Malaikat merupakan makhluk yang sangat taat dan patuh kepada Allah SWT. Malaikat selalu menjalankan perintah Allah dan tidak pernah melanggar larangan-Nya. Itulah sebabnya malaikat disebut makhluk yang paling suci.25 Sebagai umat muslim, kita harus beriman kepada malaikat. Kita juga harus meneladani ketaatan dan kepatuhan malaikat kepada Allah SWT. Kita harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah An-Nahl :50 sebagai berikut 26:

25

Suparno, Hikmah Pendidikan Agama Islam, , (Bogor: Yudistira, 2009) Cet ke-1, h. 65 26

Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 371


(39)

Artinya :

“Mereka takut kepada Tuhan yang (berkuasa) diatas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)

Malaikat-malaikat Allah SWT mempunyai nama. Nama-nama malaikat tercantum di dalam Al-Qur’an dan Hadist. Nama-nama malaikat yang tercantum dalam Al-Qur’an dan hadist ada sepuluh. Jumlah malaikat sebenarnya banyak sekali, tetapi yang tahu pasti jumlahnya hanya Allah SWT.

Nama sepuluh malaikat yang wajib diketahui yaitu sebagai berikut:27 1. Malaikat Jibril 6. Malaikat Nakir

2. Malaikat Mikail 7. Malaikat Raqib 3. Malaikat Izrail 8. Malaikat Atid 4. Malaikat Israfil 9. Malaikat Malik 5. Malaikat Munkar 10. Malaikat Ridwan

3. Hakikat Anak Didik a. Pengertian Anak Didik

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak (pribadi yang belum dewasa) yang di serahkan kepada tanggung jawab pendidik.28

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta didik merupakan sinonim (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru (belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yang sedang belajar, baik

27

Suparno, Hikmah Pendidikan Agama Islam, , (Bogor: Yudistira, 2009) Cet ke-1, h. 666 28

Sutari Imam Barnadib, Pengantar Ilmu Pendidikan, Sistematis, (Yogyakarta: FIP IKIP, 1986, h. 120


(40)

pada lembaga pendidikan secara formal maupun lembaga pendidikan non formal.29

Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif.

b. Dasar-Dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan

Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Rasulullah saw bersabda:

Artinya:

Tiadalah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang me-Yahudikannya atau me-Nasranikannya atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan dengan sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tidak berhidung dan bertelinga? Kemudian Abi Hurairah berkata,"Apabila kau mau bacalah lazimilah fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia di atas fitrah-Nya. Tiada penggantian terhadap ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam)." (HR.Muslim)

29

Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, Fauzan MA, Pendidikan Dalam Perspektif Hadits, h. 248


(41)

Prof. DR. H. Ramayulis mengartikan fitrah dalam arti etimologi berarti alkhilqah, al-ibda', al-ja'l (penciptaan). Arti ini disamping dipergunakan untuk maksud penciptaan alam semesta juga pada penciptaan manusia. Dengan makna etimologi ini, maka hakekat manusia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan.30

Sedangkan, Allah SWT. berfirman:

Artinya:

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (QS.An-Nahl/16:78)31

Dari hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusan mendapatkan pendidikan itu jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek-aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :

a. Aspek Paedagogis.

Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya, mereka dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan, setaraf dengan kemampuan yang dimilikinya.

30

H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2004) Cet ke-4, h. 278 31

Al-Qur'an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra Semarang, 1989), h. 413


(42)

Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang selanjutnya apabila potensi tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi manusia secara fisik dan mental akan memadai.

b. Aspek Sosiologi dan Kultural

Menurut ahli sosiologi pada prisipnya, manusia adalah homosocius, yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar atau memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki rasa tanggung jawab sosial yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbal balik dan saling pengaruh mempengaruhi antara anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.

Dengan demikian manusia dikatakan sebagai makhluk sosial berarti pula manusia itu adalah makhluk yang berkebudayaan, baik moral maupun material. Di antara instink manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia perlu melakukan pemindahan dan penyaluran serta pengoperan kebudayaannya kepada generasi yang akan menggantikannya di kemudian hari.

c. Aspek Tauhid

Aspek tauhid ini adalah aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia itu adalah makhluk yang berketuhanan yang menurut istilah ahli disebut homo divinous (makhluk yang percaya adanya Tuhan) atau disebut juga homo religios (makhluk yang beragama). Adapun kemampuan dasar yang menyebabkan manusia menjadi makhluk yang berketuhanan dan beragama adalah karena di dalam jiwa manusia terdapat instink religios atau garizah Diniyah (instink percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa melalui proses pendidikan instink religios atau garizah Diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat


(43)

berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan kedua instink tersebut.32 Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1) Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi

tanggung jawab pendidik.

2) Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

3) Sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial, intelegensi, emosi, kemampuan bicara, perbedaan individual dan sebagainya.

Dengan demikian anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa ia memiliki kekurangan kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya sangat terbatas dibanding dengan kemampuan pendidiknya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi dengan pendidiknya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu jadi interaksi kedewasaan dan kebelumdewasaan.

Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing anak didik adalah kebutuhan mereka. Ramayulis sebagaimana mengutip pendapat Al-Qussy membagi kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok, yaitu:

a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, miinum dan sebagainya

b. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohaniah.

Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada enam macam yaitu:

1) Kebutuhan kasih sayang 2) Kebutuhan akan rasa aman

32

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet ke-2, h. 86-89


(44)

3) Kebutuhan akan rasa harga diri 4) Kebutuhan akan rasa bebas 5) Kebutuhan akan sukses

6) Kebutuhan akan sesuatu kekuatan

Selanjutnya Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 1) Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas, perlindungan,

seksual, kesehatan dan lain-lain.

2) Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar, menghubungkan diri dengan dunia yang lebih luas, mengaktualisasikan dirinya sendiri dan lain-lain.

3) Kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, seperti istirahat, rekreasi, butuh supaya setiap potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap usaha dapat sukses.

4) Kebutuhan sosial, seperti supaya dapat diterima oleh teman-temannya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang lebih tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru-gurunya dan pemimpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.

5) Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama.33

Dari kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan agama. Agama dibutuhkan manusia karena memerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorangpun yang tidak membutuhkan agama.

Faktor anak didik menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Nomor 20 Tahun 2003, BAB V Pasal 12 bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan

33


(45)

oleh pendidik yang seagama.34 Mencakup pengertian peserta didik. yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani dan rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian-bagiannya. Dalam segi rohaniah anak mempunyai bakat-bakat yang harus dikembangkan seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai-nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kasih sayang dan lain-lain, maka pendidikan Islamlah yang harus membimbing, menuntun, serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak didik dalam berbagai bidang tersebut.

4. Pengaruh Pendidikan Agama Terhadap Akhlak

Dalam Pendidikan Agama Islam. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, prilaku dan sebagainya.

Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya dengan tingkat keimanan.

Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latihan-latihan akhlak pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan ke arah kehidupan praktis. Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat memberi peranan positif dalam

34


(46)

perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat diyakini secara mutlak.

Dalam hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pengendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdasarkan emosi. Jika ajaran agama sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupannya sehari-hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan keinginannya yang timbul.

5. Evaluasi Hasil Belajar

a. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Hasil Belajar

Dari pengertian evaluasi kita dapat mengetahui bahwa evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan pengukuran hasil belajar.35 Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat menengahi tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, di mana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau symbol. Apabila tujuan utama kegiatan evaluasi hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditujukan untuk berbagi keperluan.

Hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut :

a) Untuk diagnostic dan pengembangan b) Untuk seleksi

c) Untuk kenaikan kelas d) Untuk penemuan

35


(47)

b. Sasaran Evaluasi Hasil Belajar

Sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni : ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.36

Tujuan ranah kognitif berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi, serta pengembangan keterampilan intelektual.37 Taksonomi atau penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom, mengemukakan adanya 6 (enam) kelas tingkat yakni :

1. Pengetahuan, merupakan tingkat terendah tujuan ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah, dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2. Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif

berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya. 3. Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan

generalisasi atau abstraksi lainnya yang sesuai dalam situasi konkret dan situasi baru.

4. Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke bagian-bagian yang menjadi unsur pokok.

5. Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk satu maksud atau tujuan tertentu.

Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian, sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi38 Kratwohl, Bloom, dan Masia mengemukakan taksonomi tujuan ranah afektif sebagai berikut:

36

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 201 37

Jarolimek, dan Foster, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet ke-3, h. 202 38


(48)

1. Menerima, merupakan tingkat terendah tujuan ranah afektif berupa perhatian terhadap stimulasi secara pasif yang meningkat secara lebih aktif.

2. Merespon, merupakan kesempatan untuk menanggapi stimulant dan merasa terikat serta secara aktif memperhatikan.

3. Menilai, merupakan kemampuan menilai gejala atau kegiatan sehingga dengan sengaja merespon lebih lanjut untuk mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi.

4. Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu system nilai bagi dirinya berdasarkan nilai-nilai yang dipercaya.

5. Karakteristik, merupakan kemampuan untuk mengkonseptualisasikan masing-masing nilai pada waktu merespon, dengan jalan mengidentifikasi karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.

Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan koordinasi saraf dan koordinasi badan.39 Kibler, Barket, dan Miles (1970) mengemukakan taksonomi ranah tujuan psikomotorik sebagai berikut: 1. Gerakan tubuh yang mencolok, merupakan kemampuan gerakan tubuh

yang menekankan kepada kekuatan, kecepatan, dan ketepatan tubuh yang mencolok.

2. Ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, merupakan keterampilan yang berhubungan dengan urutan atau pola dari gerakan yang dikoordinasikan, biasanya berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan.

3. Perangkat komunikasi nonverbal, merupakan kemampuan mengadakan komunikasi tanpa kata.

4. Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan yang berhubungan dengan komunikasi secara lisan.

39


(49)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Karya ilmiah yang relevan dengan tema pengaruh Pendidikan Agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa telah banyak dilakukan. Namun demikian, tiap karya ilmiah dengan tempat dan waktu yang berbeda, meniscayakan perbedaan-perbedaan kesimpulan yang didapat oleh peneliti masing-masing. Oleh karenanya, meskipun sama temanya, penelitian ini bukan merupakan pengulangan terhadap hasil-hasil penelitian karya ilmiah lainnya. Di antara karya ilmiah yang relevan adalah:

Skripsi Nur Fitrianah dari Jurusan PAI FITK UIN Syarif Hidayatullah dengan tema Pengaruh Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan Akhlak Siswa (Studi Kasus di SMP Negeri 16 Kota Tangerang). Karya Ilmiah tersebut berkesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa. Semakin baik proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam disampaikan guru, maka akhlak siswa pun akan semakin baik.

Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian skripsi ini bukan merupakan pembahasan yang serupa dengan karya ilmiah lain. Karena peneliti meneliti pada pengaruh akhlak terhadap pembentukan akhlak siswa.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat memahami dengan jelas betapa pentingnya pendidikan bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan begitu semua bisa tercerahkan serta bisa memberi pencerahan kepada generasi penerus sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena pendidikan tidak hanya menciptakan generasi yang cerdas secara intelektual saja, tapi juga generasi yang mempunyai akhlakul karimah serta santun dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Quran terhadap anak-anak agar terbentuk kepribadian muslim yang sempurna. Sedangkan lembaga adalah tempat berlangsungnya proses


(50)

bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan al-Qur'an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkepribadian muslim. Pendidikan dasar bertujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada anak didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warganegara dan umat manusia serta mempersiapkan anak didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

SDIT YASIR Cipondoh Kota Tangerang sebagai salah insitusi yang menyelenggarakan pendidikan dasar diharapkan dapat memberikan motivasi bagi anak-anak didiknya untuk menjadi bagian dari Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya dalam pembentukan kepribadian muslim yang sempurna.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan pertanyaa sebagai berikut : Apakah siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama, mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang memperoleh nilai rendah.

Berdasarkan pertanyaan diatas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:

Ho : terdapat pengaruh yang signifikan Pendidikan Agama Islam dengan akhlak siswa.


(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodologi kuantitatif yaitu dengan cara uji korelasi karena langkah penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menginterprestasikan hasil data yang didapat pada waktu dilapangan.

B.Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variable. Pertama pengaruh Pendidikan Agama Islam sebagai variable bebas (variable x) yang diambil dari hasil belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam yang terdapat pada buku raport siswa. Kedua akhlak siswa sebagai variable terikat atau variabel y.

Tabel 1 Variabel Penelitian

Variabel Dimensi Indikator Butir Soal

Proses Pendidikan Agama Islam

Materi Pendidikan Agama Islam Berdasarkan (nilai raport Pendidikan Agama Islam siswa)

-


(52)

Akhlak 1. Akhlak siswa terhadap Allah SWT dan RasulNya 1.1.Pembiasaan melaksanakan shalat lima waktu tepat waktu agar disiplin dalam belajar 1.2.Membiasakan membaca Al-Qur’an 1.3.Membiasakan melaksanakan puasa bulan Ramadhan agar membina kejujuran 1.4.Meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT

1 - 20

2. Akhlak siswa terhadap orang tua dan guru

1.1.Berprilaku santun pada sesama dan hormat pada orang yang lebih tua 1.2.Menunjukan cara

berterima kasih dan hormat kepada orang tua, guru, dan teman 1.3.Membiasakan

berbicara dengan baik, kasih sayang, terhadap orang tua, guru, dan teman 3. Akhlak terhadap

diri sendiri dan manusia

3.1.Selalu menjaga hidup toleransi agar bisa bekerja sama dengan pihak lain dalam melaksanakan kebaikan sosial 3.2.Menjadi siswa

yang ulet sabar dan pekerja keras


(53)

4.Akhlak siswa terhadap lingkungan

4.1 Agar selalu hidup bersih

C.Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan wilayah secara umum yang terdiri atas obyek atau subyek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diambil kesimpulannya.1

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas I, VI di SDIT YASIR.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dimiliki untuk dijadikan contoh, teknik pengambilan sampel yang dipergunakan adalah teknik random sampling (sampel acak sederhana) yaitu bertujuan mengambil sampel anggota polpulasi yang dilakukan secara acak karena beberapa pertimbangan sehingga tidak mengambil sampel yang besar atau jauh.2 Sampel ini diambil bertujuan untuk mengetahui kebiasaan sehari-hari siswa dalam menerapkan ajaran agama Islam didalam kehidupan.

Sampel penelitian yang digunakan adalah siswa SD IT Yasir yang berjumlah 30 anak dari 180 siswa apabila dipersentasekan sekitar 16%. Teknik pengambilan sample yang digunakan adalah random sample (pengambilan sampel secara acak), karena merupakan rumpun-rumpun yang merupakan kelompok individu-individu yang tersedia sebagai unit-unit dalam populasi.

1

Sugiono, Metodologi Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D, (Bandung, Pt. Alfabet, 2008) 2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rieke Cipta, 2002), cet-12, h.117


(54)

Tabel. 2

Matrik Populasi dan Sampel

No Kelas Populasi Sampel

1 IV 30 30

Jumlah 30 30

D.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis yaitu dengan cara :

1. Wawancara

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan kepala sekolah untuk mendapatkan data tentang gambaran sekolah yang diteliti.

2. Angket

Yaitu dengan cara menyebarkan angket berisi daftar pertanyaan dan pertanyaan tersebut harus di isi siswa untuk mendapatkan skor akhlak siswa. Angket ini disampaikan pada siswa-siswi SD IT Yasir. Adapun kontruksi angketnya adalah sebagai berikut :

a. Pertanyaan terstruktur

Pada bagian angket ini, subyek diminta untuk mengisi variabel control yang berupa pertanyaan mengenai identitas subyek, kelas, jenis kelamin, asal sekolah

b. Pertanyaan Utama

Pada bagian yang dimaksud adalah angket yang terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang menghendaki pendapat atau penelitian siswa guna menjaring data kemampuan dan kebiasaan responden dalam berakhlak. Pertanyaan tersebut terdiri dari 20 item pertanyaan dengan alternative jawaban yang tersedia, yaitu sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.


(55)

1) Item sikap, yaitu item-item yang mengidentifikasikan bahwa “sikap

yang seperti itu adalah saya”. Item sikap ini terdiri dari 10

pertanyaan dengan nomor 1-10.

2) Item perilaku, yaitu item-item yang mengidentifikasikan bahwa hal

yang demikian adalah “perilaku yang saya lakukan”. Item perilaku

terdiri dari 10 pertanyaan dengan nomor item 11-20.

Perskoran terhadap item-item posisi dilakukan dengan cara memberi skor sebagai berikut:

1. Jawaban option SS skor nilai 5 2. Jawaban option S skor nilai 4 3. Jawaban option R skor nilai 3 4. Jawaban option TS skor nilai 2 5. Jawaban option STS skor nilai 1

E. Teknik Analisa Data

Teknik yang penulis pergunakan dalam menganalisa data penelitian ini

adalah teknik korelasi product moment atau lengkapnya “Product of the moment correlation” Yaitu dengan menggunakan rumus :

rxy = hasil korelasi

x = jumlah skor dalam distribusi x y = jumlah skor dalam distribusi y

xy = jumlah produk-produk pasangan skor x dan y x2 = jumlah kwadat dalam distribusi x

y2 = jumlah kwadat dalam distribusi y N = jumlah data

{N∑x2–(∑x)2} {N∑y2–(∑y)2} rxy = N∑xy –(∑x) (∑y)


(56)

Dalam teknis penulisan ini penulis menghadapi dua macam variabel, yaitu variabel x dan y, variabel x adalah data nilai bidang studi Agama Islam yang terdapat pada raport siswa dan variabel y adalah data nilai akhlak siswa.

Adapun langkah-langkah yang penulis tempuh dalam perhitungan product moment adalah :

1. Menyiapkan table kerja atau table perhitungannya, yang terdiri dari 6 kolom Kolom 1 = subjek

Kolom 2 = skor variabel x (data hasil belajar siswa bidang studi agama islam)

Kolom 5 = hasil pengkuadratan skor variabel x yaitu y Kolom 6 = hasil pengkuadratan y yaitu y

Mencari angka korelasinya, dengan menggunakan rumus :

2. Memberikan interprestasi terhadap rxy dan menarik kesimpulan

Setelah diketahui “r” (r hasil perhitungan) kemudian penulis

menginterprestasikan hasil perhitungan tersebut, yaitu Ho diterima jika

harga “r” (r hasil perhitungan) kurang dari harga table, sebaliknya jika harga “r” lebih dari satu atau sama dengan harga table, maka Ho ditolak dan Ha diterima, untuk mengetahui tingkat korelasi dari “r” (r hasil perhitungan)

Antara kedua variabel tersebut, maka kita konsultasikan dengan kriteria “r” product moment.

Adapun maksudnya adalah

0,90 sampai 1,00 korelasi sangat tinggi 0,70 sampai 0,90 korelasi tinggi

0,40 sampai 0,70 korelasi sedang / cukup 0,20 sampai 0,40 korelasi rendah

0,00 sampai 0,20 korelasi sangat rendah {N∑x2–(∑x)2} {N∑y2–(∑y)2} rxy = N∑xy –(∑x) (∑y)


(57)

Korelasi Antara variabel dapat terjadi dua macam yaitu korelasi yang sifatnya satu arah dan korelasi yang sifatnya berlawanan arah.

Korelasi satu arah (searah) disebut korelasi positif, sedangkan korelasi yang berlawanan arah disebut korelasi negative. Kedua korelasi tersebut jika diilusikan dalam bagan akan berbentuk sebagai berikut :

Keterangan :

a. Pada korelasi positif jika variabel x mengalami kenaikan atau kemajuan maka akan diikuti oleh variabel y, begitu juga sebaliknya, jika variabel x mengalami penurunan maka akan diikuti oleh variabel y b. Pada korelasi negative arahnya berlawanan maka variabel y akan

mengalami penurunan, dan begitu juga sebaliknya.

Interprestasi menggunakan table nilai “r” product moment (rt), dengan terlebih

dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degres of freedom (df) yang rumusnya adalah :

df = N-nr

Keterangan :

df = derajat bebas

N = banyak responden yang diteliti

Nr = banayaknya variabel yang dikorelasikan3

Setelah hasil dicocokan dengan table koefisien korelasi “r” product

moment untuk berbagai df, baik pada taraf siginifikan 1% ataupun pada taraf siginifikan 5%.

3

Anas sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2005), h. 180-193

Korelasi Positif Korelasi Negatif

var var var var var var var var X y x y X y x y


(58)

Selanjutnya untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y penulis menggunakan rumus sebagai berikut :

KD = r2 x 100%

Keterangan :

KD = kontribusi variabel X terhadap Y

R = koefisien korelasi Antara variabel X dan Y

Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku


(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.Gambaran Umum SD IT Yasir

1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya

SD IT Yasir didirikan pada tahun 1990 oleh Yayasan Ibnu Rusy dengan status swasta, atas pertimbangan-pertimbangan dibawah berikut ini:

1) Penduduk di sekitar lingkungan sudah sangat padat penduduk sedangkan sekolah masih sedikit

2) Kebutuhan masyarakat sangat mendesak akan dunia pendidikan

3) Untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945

4) Undang-undang Dasar yang menyatakan bahwa, patut menyelenggarakan pendidikan tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

Sumber data: Hasil wawancara dengan kepala sekolah dan arsip SD IT Yasir

2. Visi dan Misi SD IT Yasir a. Visi

Mewujudkan manusia yang beriman, bertaqwa, berilmu, berteknologi dan berakhlakul karimah dalam menghadapi persaingan di era globalisasi

b. Misi

1) Meningkatkan kualitas keislaman umat Islam

2) Menggali dan mengembangkan sumber daya instansi bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi untuk mencapai pembangunan nasional

3) Menggali dan mengembangkan kreatifitas insani bangsa yang mengarah pada kemajuan teknologi


(60)

c.Tujuan

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan pada tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Yasir sebagai berikut:

1) Dapat mengamalkan ajaran agama Islam hasil pembelajaran dan kegiatan pembiasaan

2) Meraih prestasi akademik maupun non akademik pada semua bidang ilmu pengetahuan di tingkat kecamatan dan tingkat nasional

3) Menguasai life skill (kecakapan hidup) sebagai bekal di masa mendatang

4) Menjadi sekolah pelopor dan penggerak serta diminati masyarakat 5) Mengenal, mencintai, dan menghargai bangsa Indonesia dan

kebudayaannya.

3. Struktur Kurikulum dan Muatan KTSP

Struktur kurikulum SD IT Yasir berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Kurikulum SD IT Yasir memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri

2) Substansi mata pelajaran Sains dan IPS merupakan “Sains Terpadu”

dan “IPS Terpadu”

3) Pembelajaran pada kelas 1 s/d III dilakukan dengan pendekatan tematik. Sedangkan pada kelas IV s/d VI melalui pendekatan mata pelajaran 4) Alokasi waktu satu jam pelajaran adalah 35 menit

5) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 36 minggu


(61)

Tabel. 3

Struktur Kurikulum Sekolah

Komponen Kelas

I II III IV, V, VI

A.Mata Pelajaran TEMATIK

1. Pendidikan Agama 4

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 8

4. Matematika 8

5. Sains 6

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 4

7. Seni Budaya dan Keterampilan 2

8. Penjasorkes 4

B. Muatan Lokal

a. Bahasa Inggris TEMATIK 4

b. BTQ (Baca Tulis Qur’an 4

c. TIK/Komputer 2

d. Budi pekerti 2

C. Pengembangan Diri

a. Karate TEMATIK

b. Olahraga c. Marawis d. Pramuka e. Ilmiah

Jumlah 42 42 42 50

4. Tenaga Pengajar dan Tenaga Administrasi SD IT Yasir

Agar lebih jelasnya jumlah untuk tenaga pengajar dan tenaga administrasi dapat dilihat pada table berikut:

Tabel. 4

Data tenaga pengajar SD IT Yasir

NO NAMA PENDIDIKAN

TERAKHIR TUGAS MENGAJAR

1 Abd. Somad, S.Hum S1

2 Ahmad Fikri, S.Kom S1 3 Dina Fitriah, S.Pd.I S1

4 Dulatif, S.Pd S1

5 Endang, S, S.Pd.SD S1 6 Fiska Febriyani, S.Pd S1 7 Hasan Basri, S.Hum S1 8 Hj. Else Lestari, S.Pd S1 9 Kamilatul Atiyah, S.Pd.I S1


(1)

Lampiran V

DOKUMENTASI KEGIATAN SEKOLAH

Gambar pada pembinaan keagamaan dalam bentuk sholat berjama’ah


(2)

Gambar pada saat peneliti memperkenalkan diri didalam kelas


(3)

(4)

(5)

(6)