Analisis penerapan penghitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada PT. Hikerta Pratama

(1)

ANALISIS PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEMOTONGAN,

PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21 PADA PT. HIKERTA PRATAMA

(Studi Kasus Pada PT. Hikerta Pratama)

Oleh :

Ahmad Najiyullah

106082002520

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

iii

Hari ini Senin Tanggal Tiga Belas Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah

dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ahmad Najiyullah NIM: 106082002520 dengan judul Skripsi “ANALISIS Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Hikerta Pratama”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, Maka

skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi

Prof. Azzam Jasin., MBA Fitri Damayanti., SE., M.Si Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Abdul Hamid Cebba., AK., MBA Afif Sulfa, SE., AK., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(3)

i

ANALISIS PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PADA PT. HIKERTA PRATAMA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ahmad Najiyullah NIM : 106082002520

Dibawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Azzam Jasin., MBA Fitri Damayanti, SE., MSi

NIP. NIP.19810731200604 2003

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

iii

Hari ini Senin Tanggal Tiga Belas Desember Tahun Dua Ribu Sepuluh telah

dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ahmad Najiyullah NIM: 106082002520 dengan judul Skripsi “ANALISIS Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan wajib Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. Hikerta Pratama”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, Maka

skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 15 Desember 2010

Tim Penguji Skripsi

Prof. Azzam Jasin., MBA Fitri Damayanti., SE., M.Si Ketua Seketaris

Drs. Abdul Hamid Cebba., AK., MBA Afif Sulfa., SE., AK., M.Si Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(5)

KEMENTRIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

Telp : (62-21) 7493318, 7496006, 74715705, Fax (62-21) 7496006, 74715705 Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia Website : www.uinjkt.ac.id email : feis@uinjkt.ac.id / uinjkt@indo.net.id

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama Mahasiswa : Ahmad Najiyullah

NIM : 106082002520

Jurusan : Akuntansi

Dengan ini menyatakan skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis saya sendiri serta bukan merupakan plagiat maupun saduran dari hasil karya atau penelitian orang lain.

Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat maka skripsi ini dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul di kemudian hari menjadi tanggung jawab saya,

Jakarta, 15 Desember 2010


(6)

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim…

Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta Salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga dan para sahabat beliau yang telah menjadi jalan bagi umatnya dalam menempuh keselamatan dan kebahagiaan dengan ilmu pengetahuan yang benar.

Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Meskipun demikian, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa keberhasilan yang diperolah adalah berkat bantuan dan dukungan dari semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Ayahanda H. Yahya dan Ibunda Hj. Aisyah serta kakak dan adik yang penulis sangat cintai. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang, doa, dorongan, semangat, pengorbanan, perhatian dan dukungan yang kalian berikan kepadaku. Semoga karyaku ini bisa membanggakan kalian.

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Afif Sulfa, SE.,Ak.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta. 4. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi


(7)

ix

5. Bapak Prof. Azzam Jasim MBA. selaku dosen pembimbing I, yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Fitri Damayanti, SE.,Ak., selaku dosen pembimbing II, yang begitu sabar dalam memberikan penjelasan, bimbingan, pengarahan dan dorongannya kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

7. Bapak Afif Sulfa SE.,Ak.,M.Si, Ibu Erika Amelia.,SE.M.Si dan Ibu Rini SE.,Ak.,M.Si selaku penguji komprehensif. Terima kasih telah memberikan ilmu kepada penulis.

8. Seluruh dosen yang berada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya dosen jurusan akuntansi yang memiliki peran yang sangat besar bagi saya dalam proses perkuliahan.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuannya kepada penulis.

10. Teman-teman akun A, B, C, D dan E terima kasih atas doa, dukungan, perhatian dan persahabatan kalian dari semester 1 sampai sekarang.

11. Kepada pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam masa perkuliahan dan proses penyelesaian skripsi ini. Wassalam.

Jakarta, 15 Desember 2010 Penulis


(8)

ANALISIS PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEMOTONGAN,

PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21 PADA PT. HIKERTA PRATAMA

(Studi Kasus Pada PT. Hikerta Pratama)

Oleh :

Ahmad Najiyullah

106082002520

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(9)

ii

Hari ini Jumat Dua Puluh Dua Oktober Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilakukan

Ujian Komprehensif atas nama Ahmad Najiyullah NIM: 106082002520 dengan judul Skripsi: “ANALISIS PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. HIKERTA PRATAMA”. Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka

skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 22 Oktober 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Rini, SE., Ak., M.Si Erika Amelia, SE., M.Si Penguji II Penguji III

Afif Sulfa, SE.,AK.,M.Si Penguji I


(10)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Perpajakan ... 10

1. Definisi Pajak ... 10

2. Fungsi Pajak ... 11

3. Sistem Pemungutan Pajak ... 12


(11)

xi

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 12

2. Pemotong Pajak Penghasilan ... 13

3. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 15

4. Tidak Termasuk Objek Pajak ... 16

5. Objek Penghasilan Pasal 21 ... 16

6. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 19

7. Pengurangan Yang Diperbolehkan ... 19

8. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) ... 20

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 20

10.Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 21

11.Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak ... 24

12.Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilannya- Yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 28

13.Hak Dari Wajib Pajak yang Penghasilannya- Dipotong PPh Pasal 21 ... 29

C.Surat Pemberitahuan ( SPT ) ... 30

1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) ... 30

2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) ... 30

3. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) ... 31

4. Lampiran Surat Pemberitahuan (SPT) ... 31

5. Batas Waktu Surat Pemberitahuan (SPT) ... 32

6. Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 32


(12)

xii

Dengan Surat Pemberitahuan (SPT) ... 33

D. Surat Setoran Pajak ... 34

1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP) ... 34

2. Fungsi Surat Setoran Pajak (SSP) ... 34

3. Tempat Pembayaran dan Penyetoran Pajak ... 34

4. Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak ... 34

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 37

B. Metode Penelitian ... 37

C. Metode Pengumpulan Data ... 38

D. Metode Analisa ... 39

E. Operasi Variabel Penelitian ... 40

BAB IV PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ... 42

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 42

2. Visi, Misi Perusahaan ... 43

3. Lini Produk ... 43

4. Struktur Organisasi ... 45

5. Pembagian Kerja ... 46

B. Hasil dan Pembahasan ... 50

1. Unsur-unsur Penghasilan dan Pengurangan ... 50


(13)

xiii

Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21

Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap Menurut

Undang-undang No. 36 Tahun 2008 ... 53

3. Analisis Penerapan Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Antara PT. Hikerta Pratama Dengan Praturan Perpajakan ... 60

4. Analisis Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Tarif Pasal 17 Undang-undang No. 17 Tahun 2000 ... 5

1.2 Tarif Pasal 17 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 ... 6

2.1 Tarif Pasal 17 Undang-undang No. 36 Tahun 2008 ... 19

2.2 Penghitungan PPh PPh Pasal 21 atas Pengjhasilan yang- Diterima Tenaga Ahli yang Melakukan Pekerjaan Bebas ... 23

2.3 Tinjauan Terdahulu ... 35

4.1 Penghasilan Tidak Kena Pajak ... 52


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Surat Keterangan Riset ... 75

2. Daftar Gaji Karyawan Tetap ... 76

3. Daftar Upah Tenaga Harian Lepas ... 80

4. Penghitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap

Menurut PT. Hikerta Pratama ... 82

5. Penghitungan PPh Pasal 21 Upah Tenaga Harian-

Lepas Menurut PT. Hikerta Pratama ... 86

6. Penghitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Menurut

Penulis Dengan Mengacu Pada Undang-undang

Pajak Penghasilan No. 36 Tahun2008... 88 7. Penghitungan PPh Pasal 21 Upah Tenaga Harian Lepas

Menurut Penulis Dengan Mengacu Pada Undang-undang


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan tatanan kehidupan bangsa Indonesia yang bergulir cepat

sejak runtuhnya rezim kekuasaan orde baru adalah proses perubahan dalam

segala bidang, cita–cita untuk mewujudkan negara yang maju memacu

perubahan–perubahan yang mendasar diberbagai sektor dan tahapan.

Peraturan perpajakan selalu disempurnakan sejalan dengan

perkembangan ekonomi dan sosial. Perubahan selalu dibuat untuk menyesuaikan kondisi yang ada, karena itu peraturan perpajakan selalu

mengalami perubahan dari waktu ke waktu Salah satu adalah terhadap UU

Pajak Penghasilan.

Perubahan diatas merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk

lebih memberikan keadilan dan meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak

serta agar lebih dapat diciptakan kepastian hukum. Oleh karena itu,

Pemerintah mengeluarkan Undang–undang Pajak Penghasilan No. 7 Tahun

1983, dan Undang – undang Pajak Penghasilan No. 10 Tahun 1994 dan

sebagaimana telah diubah dengan Undang – undang Pajak Penghasilan No.


(17)

2 Perubahan Undang–undang Pajak Penghasilan tersebut, dilakukan

dengan tetap berpegang teguh pada prinsip – prinsip perpajakan yang dianut

secara universal, yaitu keadilan, kemudahan/efisiensi administrasi dan

produktifitas penerimaan negara serta tetap mempertahankan self assessment

system.

Sistem pemungutan pajak dengan self assessment system, yaitu sistem

pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang, dalam self assessment system

wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan

sendiri pajak yang terutang menurut Undang–undang pada suatu masa pajak,

sedangkan fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi.

Hal ini berarti bahwa wajib pajak bertanggung jawab atas kewajiban

pajak menurut Peraturan Undang – undang mulai dari saat pendaftaran

sebagai wajib pajak untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

menghitung, menyetorkan pajak yang terutang dan melaporkannya ke Kantor

Pelayanan Pajak (KPP)

Kepercayaan yang diberikan oleh pemerintah dalam self assessment

system, mewajibkan kepada wajib pajak untuk memliki kemampuan dalam

memahami dan menerapkan peraturan perpajakan yang sedang berlaku,

mengikuti informasi terhadap peraturan perpajakan yang sedang berkembang, mempunyai kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan pentingnya


(18)

3 Banyaknya upaya perubahan untuk memperbaiki peraturan perpajakan,

namun kenyataannya dalam pelaksanaan masih banyak wajib pajak yang

kurang mengerti dan memahami dalam penerapan pajak penghasilan Pasal 21

dalam hal penghitungan, pelaporan dan penyetoran kewajiban perpajakannya.

Selain ketentuan Peraturan Undang – undang Perpajakan diatas, dasar

hukum yang dipakai dalam penghitungan, pemotongan, pelaporan dan

penyetoran PPh Pasal 21 adalah Peraturan Direktorat Jendral Pajak No.

PER-31/PJ./2009.

Begitu banyak peraturan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah, namun dalam pelaksanaannya seringkali terjadi pelanggaran yang tidak sesuai

dengan dasar hukum pajak. Adapun jenis penyimpangan yang sering terjadi

adalah banyaknya wajib pajak yang tidak membayar kewajibannya secara

penuh. Hal tersebut akibat adanya pemalsuan dokumentasi atau proses

penahapan yang dilakukan tidak sesuai prosedur. Dengan adanya perubahan

Undang–undang Perpajakan tersebut diharapkan wajib pajak juga dapat

memenuhi kewajiban perpajakannya secara lebih baik.

Terdapat beberapa penelitian terhadap pajak penghasilan Penelitian

sebelumnya dilakukan oleh Fitri Damayanti (2004) pada PT.Unitra

Adhiwijaya. Ia menyimpulkan bahwa perusahaan tersebut belum menerapkan

penghitungan terhadap pajak penghasilan Pasal 21 sesuai dengan Undang – undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000. Didalam penelitiannya ia


(19)

4 Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) yang mana terdapat kenaikan jumlah

PTKP yang diberlakukan Tahun 2005 sesuai dengan Keputusan Mentri

Keuangan No.564/KMK.3/2004 tentang penyesuaian besarnya Penghasilan

Tidak Kena Pajak ( PTKP ) yaitu :

1. Rp 2.880.000,00 untuk diri wajib pajak orang pribadi, disesuaikan

menjadi sebesar Rp 12.000.000,00

2. Rp 1.440.000,00 tambahan untuk wajib pajak yang kawin disesuaikan

menjadi sebesar Rp 1.200.000,00

3. Rp 2.880.000,00 tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami disesuaikan menjadi sebesar Rp

12.000.000,00

4. Rp 1.440.000,00 tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan

keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang

menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap

keluarga, disesuaikan menjadi sebesar Rp 1.200.000,00

Selanjutnya Mohamad Arif Hidayat (2006) pada Rumah Sakit

Bhineka Bakti Husada. Ia menyimpulkan bahwa Perusahaan tersebut belum

menerapkan penghitungan terhadap pajak penghasilan Pasal 21 sesuai dengan

Undang – undang Perpajakan Nomor 17 Tahun 2000. Dimana dalam

penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 ada beberapa kekeliruan yang mengakibatkan ketidaksesuaian antara jumlah penghitungan PPh Pasal 21


(20)

5 terutang menurut Peneliti dengan mengacu kepada Undang – udang Pajak

Penghasilan No.17 Tahun 2000.

Adapun perbedaan antara peneliti sebelumnya dengan penulis,

Peneliti sebelumnya melakukan Riset terhadap Pajak Penghasilan mengacu

kepada Undang – undang No. 17 Tahun 2000, Sedangkan Penulis melakukan

Riset terhadap Pajak Penghasilan mengacu kepada Undang – undang yang

terbaru yaitu Undang – undang No. 36 Tahun 2008 yang akan diberlakukan 1

Januari Tahun 2009.

Dalam penelitian ini untuk menghitung Pajak Penghasilan yaitu

dengan mengalikan tarif PPh dengan Penghasilan kena Pajak (PKP).

Sedangkan tarif PPh dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Untuk Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun 2005 s.d. 2008

Tabel 1.1

Tarif Pasal 17, Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak

Sampai dengan Rp 25.000.000,00 5%

Diatas Rp 25.000.000,00 s.d. Rp

50.000.000,00 10%

Diatas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp

100.000.000,00 15%

Diatas Rp 100.000.000,00 s.d. Rp

200.000.000,00 25%


(21)

6 2. Wajib Pajak Orang Pribadi Mulai Tahun 2009

Tabel 1.2

Tarif Pasal 17, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008

Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak

Sampai dengan Rp 50.000.000,00 5%

Diatas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp

250.000.000,00 15%

Diatas Rp.250.000.000,00 s.d. Rp

500.000.000,00 25%

Diatas Rp 500.000.000,00 30%

Untuk menghitung penghasilan kena pajak orang pribadi adalah

jumlah penghasilan bersih dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).

Sedangkan PTKP sebagai berikut :

1. PTKP Tahun 2005 s.d. 2008

a. Rp 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri

wajib pajak orang pribadi

b. Rp 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk

wajib pajak yang kawin

c. Rp 13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan

suami dengan syarat : Istri sebagai karyawati yang memperoleh

penghasilan yang telah dipotong PPh 21, dan pekerjaan istri tidak ada

hubungan dengan usaha dan pekerjaan bebas suami

d. Rp 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk


(22)

7 keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga

2. PTKP Mulai Tahun 2009

a. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu

rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi.

b. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan

untuk wajib Pajak yang kawin.

c. Rp 15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu

rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung

dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat

(1) dan

d. Rp 1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan

untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan

sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Besarnya penghasilan neto pegawai tetap ditentukan berdasar

penghasilan bruto dikurangi dengan biaya jabatan.

1. Biaya Jabatan Tahun 2006 s.d. 2008

Biaya Jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan

memelihara penghasilan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, dengan jumlah maksimum yang


(23)

8 enam ribu rupiah) setahun atau Rp 108.000,00 (seratus delapan ribu rupiah)

sebulan

2. Biaya Jabatan Mulai Tahun 2009

Besarnya Biaya Jabatan mulai 1 Januari 2009 telah berubah.

Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-250/PMK. 03/2008. Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari

penghasilan bruto untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi

pegawai tetap ditetapkan sebesar 5% dari Penghasilan Bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 setahun atau Rp 500.000,00 sebulan.

Berdasarkan apa yang telah penulis uraikan diatas maka penulis

memutuskan mengajukan skripsi dengan konsentrasi perpajakan khususnya

pajak atas penghasilan orang pribadi dalam negeri pada suatu perusahaan.

Adapun judul yang diajukan oleh penulis yaitu “Analisis Penerapan Penghitungan, Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Berdasarkan Undang – undang Nomor 36 Tahun 2008 Pada PT. Hikerta Pratama.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah:

apakah PT. Hikerta Pratama dalam menetapkan kewajiban atas pajak

penghasilan Pasal 21 telah sesuai dengan Undang–undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.


(24)

9 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk

mengetahui apakah pelaksanaan penghitungan, pemotongan, penyetoran

dan pelaporan pajak penghasilan Pasal 21 oleh PT. Hikerta Pratama sesuai

dengan Undang–undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 sebagai

mana telah diubah terakhir dengan Undang–undang No. 36 Tahun 2008.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Peneliti

Berharap dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

mengikuti perkuliahan dan menjadi pengetahuan apabila nanti terjun

secara langsung kelapangan. Serta merupakan persyaratan guna

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

b. Bagi Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi masukan dan menjadi bahan evaluasi

berkenaan dengan penerapan penghitungan dan pelaporan pajak selanjutnya, khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21.

c. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat menambah wawasan mengenai aspek–aspek

perpajakan, khususnya dalam hal penghitungan dan pelaporan pajak


(25)

35

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian Judul Perbedaan Persamaan Alat Analisis Hasil

Arja Sadjiarto ( 2006 )

Variasi Penghitungan dan

Penyetoran Pajak penghasilan Pasal 21

Variasi dan KEP-545/PJ/2000. PER-15/PJ/2006. UU No. 17 Tahun 2000. Biaya jabatan

Tarif pajak PTKP

Penghitungan dan Penyetoran pajak Penghasilan Pasal 21

Metode kualitatif dengan pendekatan study kasus

Dalam melakukan

penghitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap untuk menghindari lebih bayar pada SPT Tahuunan dengan cara menerapkan system kumulatif.

Amber

Lumbantoruan ( 2002 )

Pengaruh Kebijakan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Penghasilan Badan pada PDAM Bayumas

Pajak Penghasilan Badan Pada PDAM. UU No.17 Tahun 2000, Biaya jabatan, Tarif pajak, PTKP, Pajak Penghasilan Pasal 21 Metode penelitian arsip dan Analisis statistic deskriptif, Statistic inferensial parametik

Menyatakan kebijakan pajak penghasilan pasal 21 dalam bentuk tunjangan pajak lebih menguntungkan bagi

perusahaan dari pada subsidi pajak.


(26)

36

Lanjutan Tabel 2.3

Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian Judul Perbedaan Persamaan Alat Analisis Hasil

Yunita Christy ( 2003 )

Hubungan Keakuratan

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Antara fiskus dan Wajib Pajak pada RS Immanuel

Hubungan Keakuratan. Fiskus dan Wajib Pajak pada RS Immanuel. UU No. 17 Tahun 2000. Biaya jabatan, Tarif pajak, PTKP Penghitungan PPh Pasal 21 Metode Deskriftif analitis

Jumlah pajak penghasilan Pasal 21 yang dihitung Rumah Sakit Imanuel per bulan sama dengan jumlah pajak penghasilan pasal 21 yang dihitung oleh fiskus berdasarkan undang- undang perpajakan No.17 Tahun 2000.

Yuwono (2007 )

Analisis Pelaksanaan Penghitungan dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. XYZ

( Produksi Biskuit)

Penerapan Pemotongan, Penyetoran.

UU No.17 Tahun 2000, KEP-No.564/KMK.3/2004, Biaya jabatan, Tarif PTKP Penghitungan dan Pelaporan pajak Penghasilan Pasal 21

Metode Deskriptif kualitatif

Dalam penghitungan dan pelaporan pajak penghasilan terdapat ketidak kesesuaian antara peneliti dengan perusahaan dalam hal penghitungan penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)


(27)

(28)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi objek pajak penelitian ini adalah PT. Hikerta

Pratama penelitian ini dibatasi hanya pada masalah bagaimana cara pelaksanaan

penghitungan, pemotongan, pelaporan dan penyetoran pajak penghasilan Pasal

21 terhadap pegawai tetap dan tenaga lepas harian yang berkerja pada

perusahaan tersebut.

B.

Metodologi Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus yang

bersifat deskriptif untuk tujuan analisis. Untuk penghitungan penulis mengambil

108 sampel SPT form 1721 A Tahunan secara random dimana penghitungannya

didasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Adapun sampel yang

diambil berdasarkan pertimbangan terhadap pegawai tetap dan tenaga harian

lepas yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

1.

Pegawai tetap yang penghasilan neto-nya melebihi PTKP

2.

Pegawai tetap yang berkerja mulai awal tahun hingga akhir tahun

3.

Pegawai tetap yang bekerja mulai awal tahun dan berhenti pada pertengahan

tahun


(29)

38

4.

Tenaga harian lepas yang dibayarkan secara bulanan

C.

Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian deskriptif ini penulis melakukan penelitian untuk

memperoleh data-data yang diperlukan dengan metode:

1.

Penelitian Kepustakaan (

Library Research

)

Penelitian Kepustakaan yaitu usaha yang dilakukan oleh penulis untuk

memperoleh data-data sekunder yang diperlukan dengan cara membaca,

mempelajari, menelaah dan menganalisis sumber kepustakaan yang relavan

seperti buku, Undang-undang peraturan perpajakan, serta diklat-diklat kuliah

yang berkaitan dengan pembahasan skripsi sebagai dasar perbandingan antara

teori yang relavan dengan peraktik yang terjadi dalam operasi perusahaan.

2.

Penelitian Lapangan (

field Research

)

Penelitian Lapangan yaitu usaha yang dilakukan penulis dalam rangka

memperoleh data primer dan skunder berupa wawancara (

interview

) dengan

pihak-pihak yang dapat memberikan informasi mengenai penelitian ini seperti

dengan pihak humas, personalia, akuntansi dan bagian perpajakan.

3.

Dokumentasi (

Documentation

)

Dokumentasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah atas

dokumen -dokumen yang terkait dalam hal penghitungan dan pelaporan pajak

penghasilan Pasal 21 pada PT. Hikerta Pratama. Dokumen ini berupa Surat


(30)

39

Pemberitahunan (SPT) PT. Tahunan beserta Surat Setoran Pajak (SSP) nya,

profil Perusahaan, daftar gaji karyawan, serta dokumen-dokumen yang terkait.

D.

Metode Analisa

Dalam skripsi ini metode analisa data yang penulis terapkan adalah metode

deskriftif kuantitatif dan metode deskriftif kualitatif. Data-data yang telah penulis

kumpulkan dari penelitian lansung maupun literatur akan dijabarkan melalui

analisa guna memperoleh jawaban atas rumusan yang ada. Analisis yang

digunakan dalam menjabarkan penelitian ini adalah:

1.

Analisis Kualitatif, yaitu analisis dengan cara mempelajari dan menguji

apakah ketentuan Undang-undang Perpajakan yang berlaku telah ditetapkan

oleh perusahaan dalam penghitungan, pemotongan, penyetoran dan pelaporan

pajak penghasilan Pasal 21 telah sesuai dengan Undang - undang Perpajakan

yang berlaku.

2.

Analisis kuantitatif, yaitu analisis atas penelitian dengan cara penghitungan

angka- angka. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang nyata

mengenai penghitungan dan pemotongan pajak penghasilan Pasal 21

diperusahaan dengan cara memperoleh data – data mengenai gaji, tunjangan

serta iuran yang berlaku diperusahaan kemudian mengujinya dengan

penghitungan pajak penghasilan Pasal 21 yang berlaku.


(31)

40

E.

Operasi Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengindentifikasi variabel-variabel yang

digunakan dalam membahas masalah tersebut:

1.

Penghasilan Bruto

Penghasilan Bruto yaitu penghasilan yang diterima oleh karyawan berupa

gaji, tunjangan-tunjangan dan lain-lain.

2.

Biaya Jabatan

Biaya jabatan yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

penghasilan yang besarnya 5% dari penghasilan bruto sebesar- besarnya Rp

6.000.000,00 (enam juta rupiah ) setahun atau Rp 500.000,00 ( lima ratus ribu

rupiah) sebulan.

3.

Penghasilan Neto

Penghasilan Neto yaitu penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan.

4.

Penghasilan Tidak Kena Pajak

Penghasilan Tidak Kena Pajak yaitu: jumlah pengurangan terhadap

penghasilan neto yang besarnya ditentukan oleh Undang – undang Perpajakan

dan Peraturan Dirjen Pajak.

5.

Penghasilan Kena Pajak

Penghasilan Kena Pajak yaitu dasar penghitungan pajak terutang yang

diperoleh dari jumlah penghasilan neto dikurangi PTKP.


(32)

41

6.

Pajak Terutang

Pajak Terutang yaitu pajak yang harus dibayar pada suatu masa pajak,

besarnya pajak terutang dihitung dari jumlah PKP yang diperoleh lalu

dikalikan dengan tarif pajak Pasal 17 Undang – undang Nomor 36 Tahun

2008.


(33)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar – Dasar Perpajakan 1. Pengertian Pajak

Dalam membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan

batasan tentang pajak, diantara pengertian pajak yang dikemukakan oleh

Prof. Dr. Rocmat Soemitro, dan Mardiasmo (2009:1):

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – undang (yang dapat dipaksakan ) dengan tiada mendapat jasa timbal balik ( kontraprestasi ) yang lansung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Prof. Dr. P.J.A. Andriani,Guru Besar Hukum Pajak

Universitas Amsterdam, yang telah di terjemahkan oleh R.Santoso

Brotidihatjo, dalam bukunya, “Pengantar Ilmu Hukum Pajak” (Waluyo

dan Wirawan B.Ilyas 2009:4)

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut peraturan–peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran–pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara harus menyelenggarakan pemerintahan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa cara–cara yang


(34)

11 a. Iuran rakyat, dalam perundang–undangan pajak negara kita ditugaskan

bahwa pajak merupakan perwujudan keikutsertaan warga negara

dalam pembangunan nasional.

b. Kepada Kas Negara, UU KUP menegaskan bahwa pajak harus dibayar

ke kas negara atau badan keuangan yang ditujukan secara resmi oleh pemerintah (UU KUP Pasal 10).

c. Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaan yang

sifatnya dapat dipaksakan.

d. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditujukan adanya Kontraprestasi

individual oleh pemerintah.

e. Digunakan untuk pengeluaran–pengeluaran negara yang bila

pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public

investment.

2. Fungsi Pajak Ada 2 Fungsi Pajak :

a. Fungsi Budgeter (Penerimaan)

Pajak sebagai sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai

pengeluaran–pengeluarannya.

b. Fungsi Regulerent (Mengatur)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan


(35)

12 3. Sistem Pemungutan Pajak

a. Official Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada

pemerintah untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak. Dalam official assessment system wajib pajak bersifat pasif dan utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak

oleh fiskus.

b. Self Assessment System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Dalam Self

Assessment System wajib pajak bersifat aktif, mulai dari menghitung,

menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang sedangkan

fiskus tidak ikut campur, hanya mengawasi.

c. With Holding System

Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak

ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

B. Pajak Penghasilan Pasal 21

1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21

Pajak penghasilan Pasal 21 merupakan pajak yang dipotong oleh

pihak lain atas penghasilan berupa gaji, upah, honorium, tunjangan dan


(36)

13 dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh

wajib pajak orang pribadi dalam negeri.

Dasar pengenaan pajak penghasilan Pasal 21 adalah Undang-

undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 sebagai mana telah diubah

terakhir dengan Undang–undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008.

2. Pemotongan pajak PPh Pasal 21

Pemotongan pajak PPh Pasal 21 diantaranya adalah :

a. Pemberi kerja yang terdiri dari orang pribadi dan badan, baik

merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, bentuk usaha tetap, yang membayar gaji, upah, honorium, tunjangan, dan

pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan sehubungan

dengan perkerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan

pegawai.

b. Bendaharawan pemerintah termasuk bendaharawan pada pemerintah

pusat, pemerintah daerah, instansi atau lembaga pemerintah,

lembaga-lembaga negara lainnya dan kedutaan besar RI di luar negeri

yang membayar gaji, upah, honorium, tunjangan, dan pembayaran lain

dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa

dan kegiatan.

c. Dana pensiun, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, tenaga kerja, dan badan–badan lain yang membayar uang pensiun dan Tabungan Hari


(37)

14 d. Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap, yang membayar

honorium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

kegiatan, jasa, termasuk jasa tanaga ahli dengan status wajib pajak

dalam negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk

dan atas nama persekutuannya.

e. Perusahaan, Badan dan Bentuk Usaha Tetap, yang membayar

honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan

dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status wajib pajak luar negeri.

f. Yayasan ( termasuk yayasan dibidang kesejahteraan, rumah sakit,

pendidikan kesenian, olah raga , kebudayaan), lembaga, kepanitiaan,

asosiasi, perkumpulan, organisasi masa, organisasi sosial politik dan

organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidang kegiatan

sebagai pembayaran gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan

nama apapun sehubungan dengan perkerjaan, jasa, kegiatan yang

dilakukan oleh orang pribadi.

g. Perusahaan, Badan, dan Bentuk Usaha Tetap, yang membayarkan

honorarium atau imbalan lain kepada perserta didik, pelatihan, dan

pemanggangan.

h. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi

termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi serta

lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar


(38)

15 wajib pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu

kegiatan.

3. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Waluyo dan Wirawan B. Ilyas (2009:14) penerimaan

penghasilan yang dipotong pajak penghasilan Pasal 21 yaitu:

a. Pegawai adalah setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan

berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun

tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan

negeri atau Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah.

b. Penerima uang pensiun adalah orang pribadi atau ahli warisnya yang

menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan

dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima

Tabungan Hari Tua.

c. Penerima honorarium adalah orang pribadi yang menerima atau

memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan

yang dilakukan.

d. Penerima upah adalah orang pribadi yang menerima upah harian, upah

mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

e. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan dari pemotong pajak.


(39)

16 4. Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Dalam Pasal 8 Keputusan Direktorat Jendral Pajak No. KEP

31/PJ/2009, yang tidak termasuk objek pajak penghasilan Pasal 21, yaitu:

a. Pembayaran asuransi dari perusahaan asuransi kesehatan, asuransi

kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa. b. Penerima dalam betuk natura dan kenikmatan kecuali yang diberikan

oleh bukan wajib pajak.

c. Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Mentri Keuangan serta Iuran Tabungan

Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua (THT) kepada badan penyelenggara

jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja.

d. Kenikmatan berupa pajak yang ditanggung oleh pemberi kerja.

e. Zakat yang diterima oleh Pribadi yang berhak dari badan atau lembaga

amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah.

f. Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l

Undang-undang Pajak Penghasilan.

5. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21

Dalam Pasal 3 Peraturan Direktorat Jendral Pajak No. PER-

31/PJ/2009, yang menjadi objek pajak penghasilan adalah:

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium

anggota dewan komisariat atau anggota dewan pengawas) premi


(40)

17 tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan kemahalan, tunjangan

jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak,

tunjangan pensiun, tunjangan pendidikan anak, beasiswa, premi

asuransi yang dibayar pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya

dengan nama apapun.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa

jasa produksi, tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya,

tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.

d. Uang tebusan pensiun, uang pesangon, uang Tabungan Hari Tua atau

Jaminan Hari Tua, dan pembayaran lain sejenis.

e. Honorarium, uang saku, hadiah, atau penghargaan dengan nama dan

dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai

imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang

dilakukan oleh wajib pajak dalam negeri, terdiri dari : 1) Tenaga ahli

2) Pemain musik, pembawa acara, pelawak,bintang film,bintang

sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,

dan seniman lainnya.

3) Olahragawan


(41)

18 5) Pengarang, peneliti, dan penerjamaah.

6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer, dan

sistem aplikasinya, telekomunikasi, elekronika, fotografi, ekonomi

dan sosial.

7) Agen iklan.

8) Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada

suatu kepanitiaan, peserta sidang atau rapat, dan tenaga lepas

lainnya dalam segala bidang kegiatan.

9) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan.

10)Peserta perlombaan.

11)Petugas penjaga barang dagangan.

12)Petugas dinas luar asuransi.

13)Peserta pendidikan dan pelatihan

14)Distributor perusahaan multilevel marketing atau dierect selling

dan kegiatan sejenis lainnya.

f. Gaji, gaji kehormatan, tunjangan–tunjangan lain yang terkait dengan gaji yang diterima oleh pejabat negara dan PNS.

g. Uang pensiun dan tunjangan–tunjangan lain yang sifatnya terkait

dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan termasuk janda atau duda dan atau anak–anaknya.

h. Penerima dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama


(42)

19 6. Tarif Pajak Penghasilan

Tabel 2.1.

Tarif Pasal 17, Undang–undang Nomor 36 Tahun 2008 Lapisan Penghasilan kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan RP

50.000.000,00

5 %

Diatas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 250.000.000,00

15 %

Diatas Rp 250.000.000,00 s.d. Rp 500.000.000,00

25 %

Diatas Rp 500.000.000,00 30 % Sumber : Undang-undang Perpajakan No.36 Tahun 2008

7. Pengurangan yang diperbolehkan:

Dalam Pasal 1 Keputusan Jendral Pajak No. KEP – 250/PJ/2009,

yang menjadi pengurangan pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:

a. Besarnya biaya jabatan yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto

untuk penghitungan pemotongan Pajak Penghasilan bagi pegawai

tetap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3) Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36

Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan

bruto, setinggi-tingginya Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) setahun atau Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) sebulan.

b. Besarnya biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan


(43)

20 pensiunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 ditetapkan sebesar 5% (lima persen)

dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp 2.400.000,00 (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun atau Rp 200.000,00 (dua ratus ribu

rupiah) sebulan.

8.Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Nomor pokok wajib pajak adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang

dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya.

Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 yang tidak

memiliki NPWP, dikenakan pemotong PPh Pasal 21 dengan tarif lebih

tinggi 20% dari pada tarif yang diterapkan terhadap wajib pajak yang

memiliki NPWP. Artinya jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong adalah

sebesar 120% dari jumlah yang seharusnya dipotong dalam hal yang

bersangkutan memiliki NPWP.

9. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari seorang


(44)

21 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Atas besarnya PTKP dalam

Undang – undang Perpajakan Nomor 36 Tahun 2008 dan Peraturan

Direktorat Jendral Pajak No. PER-31/PJ./2009 sebagai berikut:

a. Rp. 15.840.000,00. (Lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu

rupiah) untuk diri wajib orang pribadi.

b. Rp. 1.320.000,00. (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)

tambahan untuk wajib pajak yang sudah menikah.

c. Rp. 15.840.000,00. (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung

dengan suami.

d. Rp. 1.320.000,00. (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah)

tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan anggota keluarga

dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi

tanggungan sepenuhnya. Paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

10.Cara Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21

a. Contoh Penghitungan PPh 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap

Hasan bekerja pada Perusahaan PT ABC dengan memperoleh gaji

sebulan Rp. 2.000.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp.


(45)

22 Perhitungan PPh Pasal 21

Gaji sebulan Rp. 2.000.000,00.

Pengurangan Biaya Jabatan :

5% X Rp. 2.000.000,00. Rp. 100.000,00.

Iuran Pensiun : Rp. 50.000,00. Rp. 150.000,00 Penghasilan neto sebulan Rp. 1.850.000,00 Penghasilan neto setahun

12 X Rp. 1.850.000,00. Rp. 22.200.000,00 PTKP setahun

Untuk WP sendiri Rp.15.840.000,00. Tambahan WP kawin Rp. 1.320.000,00.

Tambahan 1 anak Rp. 1.320.000,00. Rp. 18.480.000,00 Penghasilan Kena Pajak Setahun Rp. 3.720.000,00. PPh Pasal 21 Terutang :

5% X Rp. 3.720.000,00 = Rp. 186.000,00 PPh Pasal 21 Sebulan :

Rp. 102.000.000,00. : 12 = Rp. 15.500,00

b. Penghitungan Pemotongan PPh 21 Atas Penghasilan yang Diterima Peserta Kegiatan

Taufiq adalah seorang pemain bulu tangkis professional yang

bertempat tinggal di Indonesia, ia menjuarai turnamen Indonesia

terbuka dan memperoleh hadiah sebesar Rp. 200.000.000,00.

PPh terutang atas hadiah turnamen Indonesia terbuka tersebut adalah:

5% Rp 50.000,000,00. = Rp. 2.500,000,00.

15% Rp.150.000,000,00. = Rp. 22,500.000,00. Rp. 25.000,000,00.

c. Ir. Garda Suganda, adalah seorang arsitek, pada bulan Maret 2009

menerima fee sebesar Rp 100.000.000,00 dari PT. Selaras Propertindo

sebagai imbalan pemberian jasa yang dilakukannya. Pada bulan Juli


(46)

23 Penghitungan PPh Pasal 21 yang terutang dan harus dipotong atas

penghasilan Ir. Garda Suganda adalah sbb :

Table 2.2

Penghitungan Pemotong PPh Pasal 21 Atas Penghasilan Yang Diterima Tenaga Ahli yang Melakukan Pekerjaan Bebas

Bulan Penghasilan bruto (Rupiah) Dasar Pemotongan PPH Pasal 21

(Rupiah) Dasar Pemotongan PPH Pasal 21 kumulatif (Rupiah) Tariff Pasal 17 ayat 1 huru a UUD PPh PPH Pasal 21 Terutang

(1) (2) (3)=50%x(2) (4) (5) (6)=(3)x(5)

Maret 100.000.000 50.000.000 50.000.000 5% 2.500.000

Juli 50.000.000 25.000.000 75.000.000 15% 3.750.000

Jumlah 150.000.000 75.000.000 6.250.000

Sumber : Perpajakan edisi revisi 2009

Penjelasan Penghitungan:

Pada bulan Maret 2009, jumlah kumulatif 50% dari penghasilan

bruto yang dibayarkan kepada Ir. Garda Suganda sebesar Rp

50.000.000,00 (belum lebih dari 50 juta), sehingga atas penghasilan yang

dibayarkan kepada Ir. Garda Suganda harus dipotong PPh Pasal 21 sebesar

5% dari 50% Jumlah penghasilan bruto yang diterima. Sementara itu, Pada bulan Juli 2009, jumlah kumulatif 50% dari penghasilan bruto yang

dibayarkan kepada Ir. Garda Suganda telah melebihi Rp 50.000.000,00

sehingga tarif yang berlaku adalah 15% dari 50% Jumlah penghasilan bruto.


(47)

24 11. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak

Berdasarkan Peraturan Direktorat Jendral Pajak

No.Kep-31/PJ/2009. Hak dan kewajiban pemotong pajak penghasilan pasal 21

adalah sebagai berikut :

a. Setiap pemotong pajak wajib mendaftarkan diri kekantor pelayanan

pajak atau kantor penyuluhan pajak setempat.

b. Pemotong pajak mengambil sendii formulir–formulir yang diperlukan

dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada kantor

pelayanan pajak atau kantor penyuluhan setempat.

c. Pemotongan pajak wajib mengundang, memotong, dan menyetorkan

PPh Pasal 21 yang terutang untuk setiap bulan takwim.

d. Penyetor pajak dilakukan dengan menggunakan surat setoran pajak

(SSP) kekantor pos atau Bank Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah, atau bank–bank lain yang ditunjuk oleh dirjen

Anggaran, selambat- lambatnya tanggal 10 bulan takwim berikutnya.

e. Pemotong pajak wajib melaporkan penyetoran tersebut sekalipun nihil

dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke kantor

pelayanan pajak atau kantor penyuluhan pajak setempat,

selambat–lambatnya pada Tanggal 20 takwim.

f. Apabila dalam satu bulan takwim terjadi kelebihan penyetoran PPh Pasal 21, maka kelebihan tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh

Pasal 21 yang terutang pada bulan berikutnya dalam tahun takwim


(48)

25 g. Pemotong pajak wajib memberikan Bukti pemotongan PPh Pasal 21

baik diminta maupun tidak pada saat diberlakukannya pemotongan

pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima

uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang

pesangon, dan penerima dana pensiun.

h. Pemotongan pajak wajib memberikan bukti pemotong PPh pasal 21

Tahun kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan,

dengan menggunakan formulir yang ditentukan oleh Dirjen Pajak dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir.

i. Apabila pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian

tahun takwim, maka bukti pemotongan diberikan oleh pemberi kerja

selambat–lambatnya 1 (satu) bulan setelah pegawai yang

bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.

j. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir, pemotong

pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21 yang

terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan menurut tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang – undang No. 17

Tahun 2000 tentang pajak Penghasilan sebagai mana telah diubah

terakhir dengan Undang – undang No. 36 Tahun 2008.

k. Jumlah penghasilan yang menjadi dasar penghitungan PPh Pasal 21 di

dasarkan pada kewajiban pajak subjektif yang melekat pada pegawai

tetap yang bersangkutan dan untuk pegawai tetap yang berkewajiban


(49)

26 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (5) Undang–undang

No.17 Tahun 2000 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang–undang No. 36 Tahun 2008

penghitungannya sebagai berikut :

1) Dalam hal pegawai tetap adalah wajib pajak dalam negeri dan mulai atau berhenti bekerja dalam tahun berjalan, penghitungan

PPh Pasal 21 didasarkan pada jumlah penghasilan yang sebenarnya

diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak yang bersangkutan dan tidak disetahunkan

2) Dalam tahun pegawai tetap adalah wajib pajak dalam negeri yang

merupakan pendatang dari luar negeri, yang mulai bekerja di

Indonesia dalam tahun berjalan, penghitungan PPh pasal 21

didasarkan pada jumlah penghasilan yang sebenarnya diperoleh

dalam bagian tahun pajak yang bersangkutan yang disetahunkan

l. Apabila jumlah pajak yang terutang lebih besar dari jumlah pajak

yang telah dipotong, kekurangannya dipotongkan dari pembayaran gaji pegawai yang bersangkutan untuk bulan pada waktu dilakukannya

penghitungan kembali

m.Apabila jumlah pajak terutang lebih rendah dari jumlah pajak yang telah dipotong, kelebihannya dipenghitungkan dengan pajak yang

terutang atas gaji untuk bulan pada waktu dilakukan penghitungan


(50)

27 n. Setiap pemotong pajak wajib mengisi, menandatangani dan

menyampaikan SPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan

Pajak tempat pemotongan pajak terdaftar atau kantor penyuluhan

pajak setempat.

o. Surat Pemberitahuan Tahun PPh Pasal 21 harus disampaikan selambat–lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya.

p. Pemotong pajak dapat mengajukan permohonan untuk

memperpanjang jangka waktu.

q. Permohonan diajukan secara tertulis selambat- lambatnya tanggal 31

Maret tahun takwim berikutnya dengan menggunakan formulir yang

ditentukan oleh Dirjen pajak disertai surat pernyataan mengenai

penghitungan sementara PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti

pelunasan kekurangan pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk

takwim yang bersangkutan.

r. Surat Pemberitahunan Tahun PPh Pasal 21 harus dilampiri dengan

lampiran-lampiran yang ditentukan dalam petunjuk pengisian SPT Tahunan PPh pasal 21 untuk tahun pajak yang bersangkutan.

s. Apabila terdapat pegawai berkembang asing, maka SPT Tahunan PPh

Pasal 21 yang bersangkutan harus dilampiri foto copy surat izin bekerja yang dikeluarkan oleh Dapartemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi atau Instansi yang berwenang.

t. Dalam hal jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu tahun


(51)

28 kekurangannya harus disetor sebelum penyampaian SPT Tahunan PPh

Pasal 21 selambat-lambatnya tanggal 25 Maret tahun takwim

berikutnya.

u. Dalam hal jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam satu tahun

takwim lebih kecil dari PPh Pasal 21 yang telah disetor, kelebihan tersebut dipenghitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terutang untuk

bulan pada waktu dilakukannya penghitungan tahunan, dan jika masih

ada sisa kelebihan, maka diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

v. Dalam hal pemotong pajak adalah badan, SPT Tahunan PPh Pasal 21

harus di tandatangani oleh pengurus atau direksi.

w.Dalam hal SPT Tahunan PPh Pasal 21 ditandatangani dan di isi oleh

orang lain selain yang dimaksud dalam Ayat (1), harus dilampiri

dengan surat kuasa khusus.

12. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21

Kewajiban dari wajib pajak yang penghasilannya dipotong pajak penghasilan Pasal 21 adalah:

a. Pada saat seorang mulai bekerja atau mulai pensiun, untuk

mendapatkan pengurangan PTKP, penerimaan penghasilan harus menyerahkan surat peryataan kepada pemotong pajak yang

menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun


(52)

29 b. Penerimaan penghasilan berkewajiban untuk menyerahkan bukti

pemotongan PPh Pasal 21 kepada:

1) Pemotong pajak kantor cabang baru dalam hal yang bersangkutan

dipindah tugaskan.

2) Pemotong pajak tempat bekerja yang baru dalam hal yang bersangkutan pindah kerja.

3) Pemotong pajak dana pensiun dalam hal yang bersangkutan mulai

menerima pensiun dalam tahun berjalan.

13. Hak Dari Wajib Pajak Yang Penghasilannya Dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:

a. Wajib pajak mempunyai hak untuk mengajukan keberatan atas suatu

ketetapan pajak dengan mengajukan keberatan secara tertulis kepada

Direktur Jendral Pajak paling lambat 3 bulan sejak tanggal surat

ketetapan, dan atas keberatan tersebut Direktur Jendral pajak akan

memberikan keputusan paling lama dalam jangka waktu 12 (dua

belas) bulan sejak surat keberatan diterima.

b. Wajib pajak mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan

kerahasiaan atas segala suatu informasi yang telah disampaikannya

kepada Direktorat Jendral Pajak dalam rangka menjalankan ketentuan perpajakan. Disamping itu pihak lain yang melakukan tugas dibidang

perpajakan juga dilarang mengungkapkan kerahasiaan wajib pajak,


(53)

30 ditunjuk oleh Direktur Jendral Pajak untuk membantu pelaksanaan

Undang-undang Perpajakan. Kerahasiaan wajib pajak antara lain:

Surat Pemberitahuan, Laporan Keuangan, dan dokumen lainnya yang

dilaporkan oleh wajib pajak, data dari pihak ketiga yang bersifat

rahasia, dokumen atau rahasia wajib pajak lainnya sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.

C. Surat Pemberitahuan (SPT)

1. Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT)

Pasal 1, angka 10 Undang – undang No.16 Tahun 2009 tentang tata cara umum dan tata cara perpajakan menyebutkan bahwa pengertian Surat

Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan peraturan perundang – undangan perpajakan

2. Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Fungsi SPT bagi wajib pajak penghasilan yaitu:

1) Sarana melaporkan dan mempertanggukan jawaban penghitungan

pajak yang sebenarnya terutang.

2) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah

dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan atau pemungutan

pihak lain dalam satu tahun pajak atau bagian tahun pajak.

3) Melaporkan pembayaran dan pemotongan atau pemungutan pribadi atau badan lain dari satu masa pajak, sesuai peraturan


(54)

31 b. Fungsi SPT bagi pengusaha Kena Pajak yaitu:

1) Sarana melaporkan dan mempertanggungkan jawaban

penghitungkan jumlah pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan

atas barang mewah yang sebenarnya terutang.

2) Melaporkan perkreditan pajak masukan terhadap pajak keluaran. 3) Melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah

dilaksanakan dan atau melalui pihak lain dalam satu masa pajak,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undagan yang berlaku.

c. Fungsi SPT bagi pemungutan atau pemotongan pajak yaitu:

1) Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungkan

jawaban pajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkan.

3. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Jenis-jenis Surat Pemberitahuan ada dua macam yaitu:

a. Surat Pemberitahuan Masa adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk memberitahukan pajak yang terutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu saat.

b. Surat Pemberitahuan Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak

digunakan untuk memberitahukan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

4. Lampiran Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Pengisian Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan oleh wajib pajak


(55)

32 keuangan berupa neraca dan penghitungan rugi laba serta

keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitungkan besarnya

penghasilan kena pajak.

b. Bagi wajib pajak yang menggunakan norma penghitungan, dalam

SPT-nya harus dilampiri atau dilengkapi penghitungan dan pembayaran pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak.

5. Batas Waktu Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Untuk Surat Pemberitahuan Masa, selambat-selambatnya dua puluh hari setelah akhir masa pajak.

b. Untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, selambat -lambatnya Tiga bulan

setelah akhir tahun pajak.

6. Pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT)

Apabila diketahui terdapat kesalahan pada SPT wajib pajak dapat

melakukan pembetulan SPT atas kemauan sendiri dengan menyampaikan

pernyataan tertulis dalam jangka waktu dua tahun saat terutang pajak atau

saat berakhirnya masa pajak dengan syarat Dirjen Pajak belum melakukan pemeriksaan pajak. Dalam hal ini wajib pajak dikenakan sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2 % sebulan atas jumlah pajak yang

kurang bayar, dihitung sejak saat penyampaian SPT berakhir sampai tanggal pembayaran karena pembetulan SPT tersebut.


(56)

33 7. Sanksi Administrasi dan Sanksi Pidana Sehubungan Dengan Surat

Pemberitahuan (SPT)

Kepada wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan yang telah

ditetapkan dalam UU sehubungan dengan SPT dikenakan sanksi

administrasi dana dan sanksi pidana yaitu:

a. Wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT dikenakan sanksi

administrasi berupa untuk SPT Masa Rp. 50.000,00 dan untuk SPT

Tahunan sebesar Rp. 100.000,00 ( Pasal 7 UU KUP ).

b. Pasal 38 UU No. 16 Tahun 2009 menyatakan apabila wajib pajak tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPT tetapi isinya tidak

benar atau tidak lengkap dalam melampiri keterangan karena kealpaan

wajib pajak sehingga dapat menimbulkan kerugian dalam pendapatan

negara, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan

atau denda setinggi -tingginya 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak

atau kurang bayar.

c. Pasal 29 UU No. 16 Tahun 2009 menyatakan apabila dengan sengaja

wajib pajak tidak menyampaikan SPT dan atau keterangan dan isinya

tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapat menimbulkan kerugian

pada pendapatan negara diancam dengan hukuman penjara paling

lama 6 tahun dan denda setinggi- tingginya 4 kali jumlah pajak yang terutang yang tidak atau kurang bayar.


(57)

34 D. Surat Setoran Pajak (SSP)

1. Pengertian Surat Setoran Pajak (SSP)

Surat setoran pajak (SSP) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan

untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang ke kas

Negara atau ketempat pembayaran lain yang telah ditetapkan oleh Menteri

Keuangan.

2. Fungsi Setoran Pajak (SSP) adalah:

a. Sebagai sarana untuk membayar pajak b. Sebagai bukti dan laporan pembayaran pajak

3. Tempat pembayaran dan penyetoran pajak adalah :

a. Bank-bank yang ditunjuk oleh Direktorat Jendral Pajak

b. Kantor Pos dan Giro

4. Batas Waktu Pembayaran dan Penyetoran Pajak

a. Pembayaran masa untuk PPh Pasal 21 selambat-lambatnya tanggal 10

bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pembayaran

kekurangan pajak terutang berdasarkan SPT Tahunan harus dibayar

sembat-lambatnya 25 bulan ketiga setelah tahun pajak berakhir sebelum SPT itu disampaikan ke kantor pelayanan pajak, berakhir

sebelum SPT itu disampaikan kekantor pelayanan pajak, SKP,

SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan dan putusan banding yang menyebabkan jumlah pajak yang

harus dibayarkan bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1


(58)

42

BAB IV

PEMBAHASAN

A.

Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

1.

Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Hikerta Pratama didirikan pada Tahun 1992 atas pembiayaannya

melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dengan kegiatanya sebagai

perusahaan manufacturing dengan memproduksi barang – barang penyaring.

Pada Tahun 1995 PT. Hikerta Pratama berkerja sama dengan PT. Duta

Nichirindo, kini statusnya menjadi perusahaan joint venture atau perusahaan

gabungan.

Kegiatan dagang dimulai pada Tahun 1993, saat ini PT. Hikerta

Pratama hanya memproduksi komponen bahan penyaring selanjutnya,

sejumlah mesin dan peralatan tambahan dipasang dalam pabrik, dan hasilnya

pada Tahun 1995 PT. Hikerta Pratama telah meluaskan lini produknya dengan

memproduksi jenis penyaring spin-on ( Spin-on Filter ) dan merakit suku

cadang yang kemudian dimanufactur menjadi barang jadi.

Didukung dengan teknologi dan keahlian dari PT. Duta Nichirindo

yang maju dan telah berpengalaman selama 60 Tahun dalam membuat bahan


(59)

43

penyaring di Jepang, maka PT. Hikerta Pratama sanggup memberikan kepada

para pelanggannya produk – produk dengan mutu standar yang tinggi.

2.

Visi PT. Hikerta Pratama

Visi dari PT. Hikerta Pratama adalah menjadi salah satu perusahaan

terdepan penghasilan suku cadang manufacturing yang berfokus pada produk

filtrasi yang besar dalam kapasitas.

Misi PT. Hikerta Pratama

untuk dapat memberikan Produk dengan kualitas prima sehingga dapat

memfasilitasi para konsumsi dalam menjalankan bisnisnya dengan lebih

efektif & efisien.

3.

Lini Produk

PT. Hikerta Pratama membagi produknya manjadi 2 (dua) bagian yaitu :

a.

Produk Filtrasi : Filter oksigen, filter pelumas, filter bahan baker, dan

hidrolik.

b.

Komponen pengepresan logam

Produk PT. Hikerta Pratama banyak digunakan untuk keperluan

kendaraan ( Mobil dan Motor), peralatan berat, peralatan tangan, mesin

pembangkit dan mesin – mesin untuk keperluan industry. Produk PT. Hikerta

Pratama merupakan original equitment manufaqcturing ( OEM ) atau


(60)

44

peralatan orisinil dan original, equipment for service (OES) atau peralatan

untuk reparasi yang dipasarkan kedalam pasar – pasar domestic dan luar

negeri, sebagian kecil dijual untuk pesanan khusus.

Untuk penjualan dipasar dalam negeri diajukan pada pasar otomotif

dan peralatan berat juga untuk counter penjual suku cadang resmi. Sedangkan

untuk pasar luar negeri PT. Hiketa Pratama melakukan ekspor produk filter ke

Jepang dan Negara-negara bagian Asia Tenggara lainnya seperti Singapura,

Taiwan, Cina.

PT. Hikerta Pratama juga membuat produk atas dasar spesifikasi

teknis orientasi pelanggan yang meliputi pengembangan pada divisi branding

( Merek ) dan Packaging ( Pembukusan ). Atas dasar produk besar – besaran

tersebut pelanggan dijamin mendapatkan kepuasan dengan memakai produk –

produk PT. Hikerta Pratama.


(61)

(62)

46

4.

Pembagian kerja

Pembagian kerja pada PT. Hikerta Pratama adalah sebagai berikut :

a.

Presiden Direktur

Presiden direktur mengarahkan dan memberikan saran kepada perusahaan

atas masalah yang penting serta bersama wakil direktur dan direktur

bertanggung jawab terhadap para pemegang saham

1)

Membuat strategi dan kebijakan perusahaan

2)

Pengembangan bisnis dan financial perusahaan

3)

Konsisten dalam komitmen untuk memajukan system manajemen

4)

Memberikan sumber daya yang baik sebagai hasil produk yang

ditawarkan kepada pelanggan

5)

Melaksanakan evaluasi secara komprehensif

b.

Wakil Presiden Direktur

Mendukung dan bertanggung jawab terhadap presiden direktur untuk

melaksanakan strategi dan kebijakan perusahaan dengan penekanan

terhadap pemasaran perusahaan dengan tanggung jawab fungsional

1)

Menjaga dan mengembangkan hubungan bisnis dengan seluruh


(1)

89

PENULIS

PENGHITUNGAN PPh 21 KARYAWAN TETAP TAHUN 2009

(Sesuai Dengan UU No. 36 Tahun 2008 )

No Nama Status Gaji Lembur Tunjangan Tunjangan Tunjangan Tunjangan Bruto Biaya Neto PTKP PKP PPh 21

Setahun Hadir Makan Transport Jabatan Setahun Jabatan Setahun Setahun

21 Dede K/1 20.000.000 104.000 2.000.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 31.344.000 1.567.200 29.776.800 18.480.000 11.296.800 564.840 22 Basuki K/1 25.000.000 156.000 2.500.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 35.696.000 1.784.800 33.911.200 18.480.000 15.431.200 771.560 23 Tatang K/1 19.000.000 162.500 1.900.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 29.102.500 1.455.125 27.647.375 18.480.000 9.167.375 458.369 24 Doni K/0 48.000.000 169.000 4.800.000 3.120.000 3.120.000 4.800.000 64.009.000 3.200.450 60.808.550 17.160.000 43.648.550 2.182.428 25 Slamet K/3 43.200.000 149.500 4.320.000 3.120.000 3.120.000 4.800.000 58.709.500 2.935.475 55.774.025 21.120.000 34.654.025 1.732.701 26 Jeki w K/0 33.600.000 130.000 3.360.000 3.120.000 3.120.000 3.600.000 46.930.000 2.346.500 44.583.500 17.160.000 27.423.500 1.371.175 27 Aji K/2 15.565.000 117.000 1.556.500 3.120.000 3.120.000 1.800.000 25.278.500 1.263.925 24.014.575 19.800.000 4.214.575 210.729 28 Firman K/3 30.000.000 117.000 3.000.000 3.120.000 3.120.000 6.000.000 45.357.000 2.267.850 43.089.150 21.120.000 21.969.150 1.098.458 29 Umam K/2 13.461.000 97.500 1.346.100 3.120.000 3.120.000 1.800.000 22.944.600 1.147.230 21.797.370 19.800.000 1.997.370 99.869 30 Sandi K/0 19.456.902 97.500 1.945.690 3.120.000 3.120.000 2.400.000 30.140.092 1.507.005 28.633.087 17.160.000 11.473.087 573.654 31 Fery K/2 20.631.880 123.500 2.063.188 3.120.000 3.120.000 2.400.000 31.458.568 1.572.928 29.885.640 19.800.000 10.085.640 504.282 32 Toto m K/0 10.838.839 130.000 1.083.883 3.120.000 3.120.000 1.800.000 20.092.722 1.004.636 19.088.086 17.160.000 1.928.086 96.404 33 Sunarja K/0 19.039.189 104.000 1.903.918 3.120.000 3.120.000 2.400.000 29.687.107 1.484.355 28.202.752 17.160.000 11.042.752 552.138 34 Sodik K/0 17.118.343 117.000 1.711.834 3.120.000 3.120.000 2.400.000 27.587.177 1.379.359 26.207.818 17.160.000 9.047.818 452.391 35 Deden K/0 25.000.000 130.000 2.500.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 36.270.000 1.813.500 34.456.500 17.160.000 17.296.500 864.825 36 Iman K/1 17.650.000 130.000 1.765.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 28.185.000 1.409.250 26.775.750 18.480.000 8.295.750 414.788 37 Karma K/2 13.561.603 130.000 1.356.160 3.120.000 3.120.000 1.800.000 23.087.763 1.154.388 21.933.375 19.800.000 2.133.375 106.669 38 Rival K/0 22.072.827 130.000 2.207.282 3.120.000 3.120.000 2.400.000 33.050.109 1.652.505 31.397.604 17.160.000 14.237.604 711.880 39 Yanto K/0 13.332.500 97.500 1.333.250 3.120.000 3.120.000 1.800.000 22.803.250 1.140.163 21.663.088 17.160.000 4.503.088 225.154 40 Iwan K/3 29.560.000 104.000 2.956.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 41.260.000 2.063.000 39.197.000 21.120.000 18.077.000 903.850


(2)

90

PENGHITUNGAN PPh 21 KARYAWAN TETAP TAHUN 2009

(Sesuai Dengan UU No. 36 Tahun 2008 )

No Nama Status Gaji Lembur Tunjangan Tunjangan Tunjangan Tunjangan Bruto Biaya Neto PTKP PKP PPh 21

Setahun Hadir Makan Transport Jabatan Setahun Jabatan Setahun Setahun

41 Ricky K/2 22.580.000 136.500 2.258.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 34.214.500 1.710.725 32.503.775 19.800.000 12.703.775 635.189 42 Wawan K/1 17.666.440 143.000 1.766.644 3.120.000 3.120.000 2.400.000 28.216.084 1.410.804 26.805.280 18.480.000 8.325.280 416.264 43 Dian K/1 15.880.000 162.500 1.588.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 25.670.500 1.283.525 24.386.975 18.480.000 5.906.975 295.349 44 Rina K/3 15.950.000 182.000 1.595.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 25.767.000 1.288.350 24.478.650 21.120.000 3.358.650 167.933 45 Titin K/3 31.200.000 162.500 3.120.000 3.120.000 3.120.000 3.600.000 44.322.500 2.216.125 42.106.375 21.120.000 20.986.375 1.049.319 46 Yayah K/1 35.000.000 136.500 3.500.000 3.120.000 3.120.000 3.600.000 48.476.500 2.423.825 46.052.675 18.480.000 27.572.675 1.378.634 47 Yuli K/2 18.239.682 130.000 1.823.968 3.120.000 3.120.000 2.400.000 28.833.650 1.441.683 27.391.968 19.800.000 7.591.968 379.598 48 Edward K/1 19.200.000 130.000 1.920.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 30.490.000 1.524.500 28.965.500 18.480.000 10.485.500 524.275 49 Leni K/2 22.906.881 123.500 2.290.688 3.120.000 3.120.000 2.400.000 33.961.069 1.698.053 32.263.016 19.800.000 12.463.016 623.151 50 Ayu K/3 15.497.545 97.500 1.549.754 3.120.000 3.120.000 1.800.000 25.184.799 1.259.240 23.925.559 21.120.000 2.805.559 140.278 51 Nani K/2 20.000.000 97.500 2.000.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 31.337.500 1.566.875 29.770.625 19.800.000 9.970.625 498.531 52 Mimi K/1 17.960.540 97.500 1.796.054 3.120.000 3.120.000 2.400.000 28.494.094 1.424.705 27.069.389 18.480.000 8.589.389 429.469 53 Fery K/1 35.000.000 97.500 3.500.000 3.120.000 3.120.000 3.600.000 48.437.500 2.421.875 46.015.625 18.480.000 27.535.625 1.376.781 54 Suhendi K/3 29.800.000 97.500 2.980.000 3.120.000 3.120.000 3.600.000 42.717.500 2.135.875 40.581.625 21.120.000 19.461.625 973.081 55 Rian K/3 24.000.000 130.000 2.400.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 35.770.000 1.788.500 33.981.500 21.120.000 14.220.000 711.000 56 Oman K/3 15.000.000 110.500 1.500.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 24.650.500 1.232.525 23.417.975 21.120.000 3.452.700 172.635 57 Saiful K/1 22.540.900 156.000 2.254.090 3.120.000 3.120.000 2.400.000 33.590.990 1.679.550 31.911.441 18.480.000 15.061.641 753.082 58 Bakrie K/1 18.900.000 162.500 1.890.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 29.592.500 1.479.625 28.112.875 18.480.000 11.331.000 566.550 59 Soleh K/3 30.000.000 149.500 3.000.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 42.389.500 2.119.475 40.270.025 21.120.000 20.712.300 1.035.615 60 Pendi K/2 32.060.000 136.500 3.206.000 3.120.000 3.120.000 3.600.000 45.242.500 2.262.125 42.980.375 19.800.000 24.606.800 1.230.340


(3)

91

PENULIS

PENGHITUNGAN PPh 21 KARYAWAN TETAP TAHUN 2009

(Sesuai Dengan UU No. 36 Tahun 2008 )

No Nama Status Setahun Gaji Lembur Tunjangan Hadir Tunjangan Makan Tunjangan Transport Tujnjangan Jabatan Setahun Bruto Jabatan Biaya Setahun Neto PTKP PKP Terutang PPh 21

61 Maman K/1 16.780.000 136.500 1.678.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 27.234.500 1.361.725 25.872.775 18.480.000 8.819.200 440.960 62 Rizki K/1 13.490.200 104.000 1.349.020 3.120.000 3.120.000 1.800.000 22.983.220 1.149.161 21.834.059 18.480.000 4.440.859 222.043 63 Budi K/1 31.000.000 143.000 3.100.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 43.483.000 2.174.150 41.308.850 18.480.000 24.323.200 1.216.160 64 Deni.k K/2 23.345.895 143.000 2.334.589 3.120.000 3.120.000 2.400.000 34.463.484 1.723.174 32.740.310 19.800.000 14.434.660 721.733 65 Devi K/0 20.477.551 156.000 2.047.755 3.120.000 3.120.000 2.400.000 31.321.306 1.566.065 29.755.241 17.160.000 14.225.441 711.272 66 Iman K/0 19.000.000 97.500 1.900.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 29.037.500 1.451.875 27.585.625 17.160.000 11.444.500 572.225 67 Zami K/3 28.225.945 97.500 2.822.594 3.120.000 3.120.000 2.400.000 39.786.039 1.989.302 37.796.737 21.120.000 17.695.612 884.781 68 Lukman K/1 16.907.089 97.500 1.690.708 3.120.000 3.120.000 1.800.000 26.735.297 1.336.765 25.398.532 18.480.000 7.937.407 396.870 69 Ade K/2 22.334.166 175.500 2.233.416 3.120.000 3.120.000 2.400.000 33.383.082 1.669.154 31.713.928 19.800.000 13.747.903 687.395 70 Pandi K/3 30.000.000 188.500 3.000.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 42.428.500 2.121.425 40.307.075 21.120.000 21.156.900 1.057.845 71 Danu K/1 15.000.000 175.500 1.500.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 24.715.500 1.235.775 23.479.725 17.160.000 8.153.700 407.685 72 Jaelani K/1 12.796.700 136.500 1.279.670 3.120.000 3.120.000 1.800.000 22.252.870 1.112.644 21.140.227 18.480.000 4.086.652 204.333 73 Maya K/2 13.704.705 97.500 1.370.470 3.120.000 3.120.000 1.800.000 23.212.675 1.160.634 22.052.041 19.800.000 3.270.916 163.546 74 Usman K/0 12.000.000 97.500 1.200.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 21.337.500 1.066.875 20.270.625 17.160.000 4.129.500 206.475 75 Lucki Tk/0 15.000.000 117.000 1.500.000 3.120.000 3.120.000 1.800.000 24.657.000 1.232.850 23.424.150 15.840.000 8.806.800 440.340 76 Salim K/1 15.000.000 130.000 1.500.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 25.270.000 1.263.500 24.006.500 18.480.000 6.885.000 344.250 77 Asep K/1 11.385.000 149.500 1.138.500 3.120.000 3.120.000 1.800.000 20.713.000 1.035.650 19.677.350 18.480.000 2.759.625 137.981 78 Aris Tk/0 15.600.000 136.500 1.560.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 26.536.500 1.326.825 25.209.675 15.840.000 10.796.100 539.805 79 Azis K/0 13.200.000 156.000 1.320.000 3.120.000 3.120.000 3.000.000 23.916.000 1.195.800 22.720.200 17.160.000 7.190.400 359.520 80 Parto Tk/0 11.400.000 97.500 1.140.000 3.120.000 3.120.000 2.400.000 21.277.500 1.063.875 20.213.625 15.840.000 5.392.500 269.625


(4)

92

PENULIS

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 TENAGA HARIAN LEPAS TAHUN 2009

( Sesuai Dengan UU No. 36 Tahun 2008 )

No Nama Status Upah Sebulan

Upah Setahun

Tunjangan Makan

Neto

Setahun PTKP PKP

PPh Pasal 21 Setahun

PPh Pasal 21 Sebulan 1 Bintang K/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 17,160,000 3,120,000 156,000 13,000 2 Kamelia K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 3 Cika K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 4 Yuyun K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 5 Eli K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 6 Indah K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 7 Indar TK/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 15,840,000 4,440,000 222,000 18,500 8 Padilah K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 9 Tuti.t K/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 17,160,000 3,120,000 156,000 13,000 10 Erna Tk/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 15,840,000 4,440,000 222,000 18,500 11 Putra K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 12 Fitri K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 13 Hesti K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 14 Lisna K/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 17,160,000 3,120,000 156,000 13,000


(5)

93

PENULIS

PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 TENAGA HARIAN LEPAS TAHUN 2009

( Sesuai Dengan UU No. 36 Tahun 2008 )

No Nama Status Upah

Sebulan

Upah Setahun

Tunjangan Makan

Neto

Setahun PTKP PKP

PPh Pasal 21 Setahun

PPh Pasal 21 Sebulan 15 Linda K/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 17,160,000 3,120,000 156,000 13,000 16 Weny K/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 17,160,000 3,120,000 156,000 13,000 17 Zahro K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 18 Fuji K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 19 Lala K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 18,480,000 1,800,000 90,000 7,500 20 Karmila K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 21 Egi.m K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 22 Himelda TK/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 15,840,000 4,440,000 222,000 18,500 23 Taufan TK/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 15,840,000 4,440,000 222,000 18,500 24 Enda K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 25 Hakim K/1 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 15,840,000 4,440,000 222,000 18,500 26 Reza K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000 27 Aan k TK/0 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 15,840,000 4,440,000 222,000 18,500 28 Imam K/2 1,560,000 18,720,000 1,560,000 20,280,000 19,800,000 480,000 24,000 2,000


(6)

45

STRUKTUR ORGANISASI PT. HIKERTA PRATAMA

Gambar 4.1 Board of director President Director Vice President Director

Director

General Manager

advisor

Ppc Chief

EDP Chief

Press Part chief

Production Manager

Filter Chief

Technical Manager

Maintenance Chief

QA/QC Chief

Prod.Eng Chief

Engineering Chief

Procerement Mgr Finance dan

Adm.Mgr

Purchasing Chief

Warehouse chief

Pga chief

Accounting chief Finance/CC

Chief

Marketing Mgr