golongan sesquiterpen alkohol, terkandung pada nilam sebesar 22,62 mampu memberikan perlindungan pada kulit hingga 100 selama 280 menit terhadap
nyamuk Aedes aegypti Gokulakrishnan et al., 2013. Efektivitas penolak nyamuk dari minyak atsiri nilam dapat dijadikan pengganti DEET pada produk-produk
repelan di pasaran. Minyak atsiri nilam agar nyaman digunakan pada kulit maka pada penelitian ini diformulasikan menjadi bentuk sediaan krim tipe MA.
Pembuatan sediaan krim tipe MA dari minyak atsiri menggunakan basis vanishing cream
karena dapat memberikan hasil yang lembut, mudah tercuci, dan tidak meninggalkan bekas pada kulit setelah penggunaan krim Voigt, 1994; Idson
dan Lazarus, 1990. Permasalahan dari pembuatan krim adalah adanya fase minyak dan fase air
yang tidak bisa bercampur menyebabkan krim tidak stabil Voigt, 1994. Sifat fisik dan stabilitas krim dapat dipengaruhi oleh penambahan salah satu fase seperti
penambahan konsentrasi minyak atsiri dalam sediaan krim Depkes RI, 1979. Minyak atsiri terdispersi dalam basis krim yang selanjutnya basis tersebut akan
membawa minyak atsiri untuk kontak dengan kulit. Semakin banyak kandungan minyak pada sediaan krim menyebabkan konsistensi bahan pembawanya encer
sehingga mempengaruhi kecepatan pelepasan bahan aktif dari basis, sedangkan apabila konsistensi sediaan krim tinggi maka krim sulit untuk digunakan.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi minyak atsiri terhadap sifat fisik
dan aktivitas anti nyamuk krim tipe MA dari minyak atsiri nilam serta mendapatkan sediaan krim yang stabil dengan konsentrasi minyak atsiri nilam
yang optimum.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi minyak atsiri nilam dalam sediaan krim tipe MA terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypti ?
2. Bagaimana pengaruh peningkatan konsentrasi minyak atsiri nilam terhadap
sifat fisik dan stabilitas fisik krim tipe MA ?
3. Berapa konsentrasi minyak atsiri nilam yang menghasilkan sediaan krim
repelan tipe MA dengan stabilitas fisik dan aktivitas terhadap nyamuk Aedes aegypti
paling baik?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi minyak atsiri nilam dalam
sediaan krim tipe MA terhadap aktivitas nyamuk Aedes aegypty. 2.
Mengetahui pengaruh peningkatan konsentrasi minyak atsiri nilam terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim tipe MA.
3. Mengetahui konsentrasi minyak atsiri nilam yang dapat menghasilkan sediaan
krim repelan tipe MA dengan sifat fisik dan aktivitas terhadap nyamuk Aedes aegypti
paling baik.
D. Tinjauan Pustaka
Nyamuk Aedes aegypti merupakan serangga dari ordo diptera yang banyak tersebar di daerah tropis dan subtropis. Nyamuk Aedes aegypti suka berada dalam
rumah atau tempat tinggal manusia. Perkembangbiakan spesies ini pada air bersih seperti bak mandi dan genangan air hujan. Nyamuk Aedes aegypti merupakan
vektor utama penyakit demam berdarah dengue DBD karena nyamuk ini bertugas untuk membawa virus dengue yang jika ditransmisikan pada orang akan
menyebabkan penyakit DBD. Virus dengue atau DEN merupakan virus yang mengandung RNA untai tunggal dengan 4 serotipe utama yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotype ini tersebar luas di Indonesia dan memiliki angka kejadian penyakit yang tinggi Nathan et al., 2009 dan Kemenkes RI,
2010. Pencegahan penyakit DBD bisa diperoleh dari penggunaan bahan alam seperti tanaman nilam Pogostemon cablin B. karena memiliki potensi sebagai
penolak nyamuk. Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat menghasilkan minyak
atsiri dengan bau yang wangi, sehingga minyak atsiri nilam sering digunakan pada
produk-produk kosmetik, aromaterapi, dan sebagai bahan fiksatif pembuatan parfum Ramya, 2012. Selain pemanfaatan nilam dari aromanya minyak atsiri
nilam dapat juga digunakan untuk antifungi, antibakteri, dan anti nyamuk Gokulakrishnan, 2013. Minyak atsiri nilam didapatkan dari penyulingan air dan
uap water and steam destilation menggunakan alat ketel Gokulakrishnan et al., 2013. Ketel stainless diisi dengan air namun tidak sampai menyentuh saringan
pada ketel. Bahan baku nilam diletakkan di atas saringan ketel. Air dipanaskan hingga mendidih, uap air akan menarik minyak yang terkandung pada nilam dan
keluar melalui kondensor dalam bentuk cairan minyak tercampur air. Minyak dan air dipisahkan dengan corong pisah dan diambil bagian minyaknya, disimpan pada
wadah yang tertutup dan terlindung dari cahaya Guenther, 1987.
Tabel. 1 Standar mutu minyak nilam
Karakteristik Syarat Warna
Kuning muda sampai coklat tua Bobot jenis 25˚25˚C 0,950
– 0,975
Indeks bias 1,507 – 1,515
Kandungan minyak atsiri nilam terbesar yang telah dianalisis menggunakan GC-MS adalah
α-guaiene 15,44 ; -patchoulene 12,88 ; α- bulnesen
19,49 ; - patchoulene 11,72,; patchouli alcohol 22,62, sedangkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam minyak nilam dengan
prosentase kecil adalah α-pinen,
-caryophyllene , dan
α-curcumen Gokulakrishnan et al., 2013 dan Chen et al., 2013.
Gambar 1. Struktur kimia kandungan Pogostemon cablin B.
Komponen yang paling dominan dari minyak atsiri nilam adalah patchouli alcohol
yang berperan penting dalam aktivitas minyak nilam Chakrapani, 2013.
Patchouli alkohol termasuk dalam seskuiterpen alkohol dimana jenis metabolit ini memiliki aktivitas repelan yang baik Nerio et al., 2010. Menurut penelitian
Gokulakrishnan 2013 Patchouli alkohol mampu memberikan penolakan 100 selama 280 menit terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Repelan merupakan zat yang dapat digunakan untuk menolak serangga agar tidak menempel pada permukaan kulit. Aplikasi penggunaan repelan yaitu
dengan mengoleskan atau menyemprotkan sediaan repelan pada kulit sehingga tubuh dapat terhindar dari gigitan nyamuk Patel et al., 2012. Efek repelan
ditimbulkan dari aroma minyak atsiri yang akan mengganggu olfaktori nyamuk sehingga nyamuk enggan menempel pada kulit Maia dan Moore, 2011.
Efektifitas repelan baik apabila mampu memberikan perlindungan terhadap gigitan nyamuk 2 jam. Untuk meningkatkan aktivitas dan memperpanjang
durasi efektifitas repelan maka repelan lebih baik diformulasikan dalam bentuk sediaan farmasi seperti krim Nerio et al., 2010; Phasomkusolsil et al., 2010.
Krim merupakan salah satu sediaan setengah padat berbentuk cairan kental yang digunakan pada produk kosmetik. Krim terdiri dari fase air dan fase minyak
dengan komposisi tertentu sesuai jenis krimnya Ansel, 2008. Agar fase air dan fase minyak dapat tercampur baik, maka dibutuhkan emulgator atau zat
pengemulsi. Zat pengemulsi yang digunakan pada krim disesuaikan dengan jenis krim yang akan dibuat Depkes RI, 1979. Terdapat dua jenis krim yaitu krim tipe
AM dan krim tipe MA. Krim tipe AM memiliki komponen fase minyak lebih besar daripada air sehingga menghasilkan krim yang berminyak dan sulit dicuci
dengan air Martin, 1993. Krim tipe MA atau vanishing cream mengandung prosentase air dan asam
stearat lebih besar, sehingga sediaan krim mudah menyebar dengan rata, praktis dalam penggunaan, dan lebih mudah dibersihkan Ansel, 2008. Pada penelitian
ini dipilih krim tipe MA. Asam stearat digunakan sebagai emulgator atau zat pengemulsi pada sediaan krim tipe MA. Emulgator pada krim berfungsi untuk
mencampurkan fase minyak dan fase air sehingga akan menurunkan tegangan permukaan fase minyak dan fase air. Asam stearat tidak bersifat toksik dan tidak
mengiritasi kulit. Kelebihannya adalah dapat meningkatkan kualitas dan
konsistensi sediaan semi solid sehingga dihasilkan krim yang lembut dan berkilau Idson dan Lazarus, 1990. Penggunaan asam stearat untuk sediaan krim adalah 1-
20 Allen, 2009. Stearil alkohol sebagai stiffening agent, digunakan untuk meningkatkan
stabilitas dengan cara meningkatkan viskositas Guest, 2009. Bahan tambahan lain yang digunakan adalah setil alkohol yang digunakan sebagai zat pengemulsi
dan pelunak krim apabila krim terlalu keras akibat penambahan stearil alcohol. Konsentrasi setil alkohol sebagai zat pengemulsi adalah 2-5 Unvala, 2009.
Gliserin dalam formula digunakan sebagai humektan atau pelembab krim. Humektan digunakan untuk mencegah kekeringan pada krim dengan mengikat air
sehingga mampu mempertahankan kandungan air di kulit. Konsentrasi gliserin yang digunakan sebagai humektan adalah 30. Alvarez-Nunez dan Medina,
2009. Trietanolamin digunakan sebagai agen basa dan konsentrasi penggunaan adalah 5 untuk sediaan semisolid. TEA mudah larut dalam pelarut air
Goskonda, 2009. Metil paraben digunakan sebagai preservatif antimikroba pada sediaan semi solid penggunaannya untuk sediaan topical adalah 0,02-0,3
Haley, 2009.
E. Landasan Teori