Penentuan Bilangan Asam Dan Bobot Jenis Serta Kelarutan Dalam Etanol Dari Minyak Nilam (Pogostemon Cablin B.)

(1)

PENENTUAN BILANGAN ASAM DAN BOBOT JENIS SERTA

KELARUTAN DALAM ETANOLDARIMINYAK

NILAM(Pogostemon cablin B.)

TUGAS AKHIR

OLEH:

AVIA HILDANI

NIM 122410087

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu. Tugas akhirditujukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar AhliMadyaAnalis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas akhir ini adalah: “PENENTUAN BILANGAN ASAM DAN BOBOT JENIS SERTA KELARUTAN DALAM ETANOL DARI MINYAK NILAM (Pogostemon cablin B.)”.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan, semangat dan motivasi yang penulis terima dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt.selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc.,Apt.selaku koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt. yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.

5. Bapak Drs., Saiful Bahri, MS., Apt. selaku Penasehat Akademik beserta seluruh Staf program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas


(4)

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Ir. Novira Dwi Shanty Artsiwi selaku kepala UPT. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) Medan yang telah memberikan fasilitas kepada penulis untuk melaksanakan praktik kerja lapangan.

7. Ibu Dra. Lisni Ritonga selaku Penyelia Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan Penyegar UPT. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) Medan yang telah memberi fasilitas dan membantu penulis dalam melaksanakan praktik kerja lapangan.

8. Ibu Darwati selaku Penyelia Laboratorium Minyak Nabati dan Rempah-rempah UPT. BPSMB (Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang) yang telah memberi fasilitas dan membantu penulis dalam melaksanakan praktik kerja lapangan.

Ayahanda Subur Dahari dan Ibunda Suriati yang telah banyak memberikan dorongan moral maupun materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan tepat waktu.

Penulis menyadari penulisan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2015 Penulis,

Avia Hildani 122410087


(5)

ABSTRAK

Minyak atsiri disebut juga minyak eteris atau minyak terbang yang banyak digunakan sebagai bahan pengharum, pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangi dan obat-obatan.Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth), karena kadar minyak (>2%) dan kualitas minyaknya (Patchouli alcohol> 30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%). Manfaat minyak nilam yang paling utama yaitu sebagai pengikat wangi pada parfum, sebagai antibiotik dan penawar racun.Pengujian ini bertujuan untukmengetahui standard mutu dari minyak nilamsesuai dengan SNI 06-2385-2006.

Sampel yang digunakan berasal dari C.V sari jaya Jln. Bandung ujung Medan. Pengujian dilakukan untuk menentukan mutu dari minyak nilam dengan menggunakan beberapa parameter yaitu penentuan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol. Pada uji bilangan asam digunakan alat buret dan erlenmeyer, sedangkan uji bobot jenis digunakan piknometer dan uji kelarutan dalam etanol digunakan gelas ukur yang dilakukan di UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB).

Hasil rata-rata dari pengujian bilangan asam diperoleh3, 7555, bobot jenis diperoleh0,9606 dan kelarutan dalam etanol diperoleh dengan perbandingan 1:7. Menurut Badan Standart Nasional hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan. Nilai untuk bilangan asam maksimal 8, bobot jenis (0,950-0,975) dan kelarutan dalam etanol maksimal 1:10.

Kata kunci : minyak nilam,bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol


(6)

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tanaman Nilam ... 4

2.1.1 Morfologi tanaman nilam ... 4

2.1.2 Jenis–jenis tanaman nilam ... 5

2.1.2 Ekologi tanaman nilam ... 6

2.2 Minyak Atsiri ... 11

2.2.1 Pengertian minyak atsiri ... 11

2.2.2 Penggolongan minyak atsiri ... 12

2.2.3 Penyulingan minyak atsiri ... 12

2.3 Minyak Nilam ... 15


(7)

2.2.5 Parameter mutu minyak nilam ... 18

2.3.2.1 Bobot jenis ... 18

2.3.2.2 Bilangan asam ... 19

2.3.2.3 Bilangan ester ... 19

2.3.2.4 Kelarutan dalam etanol ... 20

2.3 Parameter syarat mutu minyak nilam ... 21

BAB III METODOLOGI ... 22

3.1 Tempat Pengujian ... 22

3.2 Sampel ... 22

3.3 Alat ... 22

3.3.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 22

3.3.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 22

3.3.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 22

3.4 Bahan ... 23

3.4.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23

3.4.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23

3.4.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23

3.5 Prosedur ... 23

3.5.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 23

3.5.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 24


(8)

3.5.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol

sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 24

3.6 Perhitungan ... 25

3.6.1 Penentuan bilangan asam minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 25

3.6.2 Penentuan bobot jenis minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 25

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1.Hasil ... 26

4.2.Pembahasan ... 26

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

5.1. Kesimpulan ... 28

5.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA ... 29


(9)

Lampiran Halaman 1. Gambar alat dan bahanpengujian pada minyak nilam ... 31 2. Tabel data pengujian ... 35 3. Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 ... 37


(10)

Tabel Halaman 2.1 Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006 .. 21


(11)

ABSTRAK

Minyak atsiri disebut juga minyak eteris atau minyak terbang yang banyak digunakan sebagai bahan pengharum, pewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangi dan obat-obatan.Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth), karena kadar minyak (>2%) dan kualitas minyaknya (Patchouli alcohol> 30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%). Manfaat minyak nilam yang paling utama yaitu sebagai pengikat wangi pada parfum, sebagai antibiotik dan penawar racun.Pengujian ini bertujuan untukmengetahui standard mutu dari minyak nilamsesuai dengan SNI 06-2385-2006.

Sampel yang digunakan berasal dari C.V sari jaya Jln. Bandung ujung Medan. Pengujian dilakukan untuk menentukan mutu dari minyak nilam dengan menggunakan beberapa parameter yaitu penentuan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol. Pada uji bilangan asam digunakan alat buret dan erlenmeyer, sedangkan uji bobot jenis digunakan piknometer dan uji kelarutan dalam etanol digunakan gelas ukur yang dilakukan di UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB).

Hasil rata-rata dari pengujian bilangan asam diperoleh3, 7555, bobot jenis diperoleh0,9606 dan kelarutan dalam etanol diperoleh dengan perbandingan 1:7. Menurut Badan Standart Nasional hasil yang diperoleh memenuhi persyaratan. Nilai untuk bilangan asam maksimal 8, bobot jenis (0,950-0,975) dan kelarutan dalam etanol maksimal 1:10.

Kata kunci : minyak nilam,bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol


(12)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Berbicara mengenai minyak atsiri, kita tidak lepas dari membahas masalah bau dan aroma, karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum diminati adalah sebagai pengharum, baik itu sebagai parfum untuk tubuh, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah tangga lainnya. Beberapa jenis minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau yang lebih populer dengan istilah aroma terapi (Agusta, 20002).

Tumbuhan dari minyak atsiri memiliki aroma yang berbeda dengan minyak atsiri dari tumbuhan lainnya, bahkan kebanyakan minyak atsiri memiliki aroma yang sangat spesifik, dikarenakan minyak atsiri memiliki komponen kimia yang berbeda-beda. Komposisi atau kandungan masing-masing komponen kimia adalah hal yang paling mendasar dalam menentukan aroma, kegunaan, kualitas dan mutu dari suatu minyak atsiri (Agusta, 20002).

Bagian jaringan tanaman yang menghasilkan minyak atsiri berasal dari akar, batang, kulit, daun, bunga, buah dan biji. Sifat minyak atsiri yang paling menonjol antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya, dan umumnya larut dalam pelarut organik. Dari sekitar 80 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar dunia, ternyata 40 jenis lainnya dapat diproduksi di Indonesia (Halimah, 2010). Namun kenyataannya, sampai pada tahun 1993,


(13)

barulah tercatat sekitar14 jenis minyak atsiri di Indonesia cukup nyata peranannya sebagai komoditasekspor dunia (Lutony, dkk, 2002).

Minyak atsiri disebut juga minyak eterisatau minyak terbang yang banyak diperlukan dalamkehidupan sehari-hari. Minyak atsiri banyakdigunakan sebagai bahan pengharum ataupewangi pada makanan, sabun, pasta gigi, wangi-wangian, dan obat-obatan yang sebagian besar diambil dari berbagai jenis tanaman penghasilminyak atsiri, salah satunya minyak nilam(Pogostemon cablin Benth)(Sariadi, 2012).

Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang tiap tahun memasok sekitar 75% kebutuhan dunia. Jumlah minyak atsiri tersebut, 60% diproduksi di Nanggroe Aceh Darussalam dan sisanya berasal dari Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Tengah. Republik Rakyat Cina merupakan produsen minyak nilam terbesar kedua setelah Indonesia. Negara-negara lain yang memproduksi minyak nilam adalah Brazil, Malaysia, India, dan Taiwan. Hampir seluruh produksi minyak nilam Indonesia diekspor terutama ke Amerika Serikat, negara-negara Eropa Barat, dan Jepang(Hayani, 2005).

Minyak nilam di pasar international dikenal dengan nama patchouli oil, karena dalam minyak nilam terdapat kandungan bahan kimia yang sangat penting, yaitu patchouli alkohol atau disingkat PA. Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena kadar minyak (>2%) dan kualitas minyaknya (PA >30%) lebih tinggi dari pada nilam Jawa (kadar minyak < 2%) (Nuryani, dkk, 2005). Bahan kimia lain yang terdapat dalam minyak nilam yaitu benzaldehyde, cardinene, cinnamic aldehyde dan eugenol (Subroto, 2007).


(14)

1.2 Tujuan

Tujuan dari tugas akhir inisebagai berikut :

1. Memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli Madya Analis Farmasi dan Makanan Program Diploma III Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui apakah minyak nilamyang diuji memenuhi persyaratan SNI (Standard Nasional Indonesia) melalui parameter pengujian bilangan asam, bobot jenis dankelarutan dalam etanol.

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari pengujian bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol dari minyak nilam adalah menambah wawasan penulis dalam ilmu pengetahuan minyak atsiri nilam dan megetahui cara menentukan mutu minyak atsiri nilam sesuai dengan SNI (Standard Nasional Indonesia).


(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Nilam

2.1.1 Morfologi tanaman nilam

Morfologi tanaman nilam antara lain: (Nuryani, dkk, 2005). Famili : Labiateae

Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Lamiales

Spesies : Pogostemon cablin Benth

Tanaman nilam merupakan tumbuhan daerah tropis. Tanaman ini merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekiar 0,3-1,3 meter. Di alam bebas tumbuhnya menggeliat-geliat tidak teratur dan cenderung mengarah kedatangnya sinar matahari, namun di kebun pertanaman nilam tumbuhnya dapat tegak ke atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (Firmanto, 2009). Ciri-ciri tanaman nilam yaitu berakar serabut, berbatang lunak dan berbuku-buku, buku batangnya menggembung dan berair, warna batangnya hijau kecokelatan. Daun nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar ke tengah, meruncing ke ujung dan tepinya bergerigi. Tulang daunnya bercabang-cabang ke segala penjuru. Bila daun nilam diremas-remas akan berbau harum, oleh karena itu masyarakat desa sering menggunakannya untuk mandi dan mencuci pakaian sebagai pengganti sabun dan sekaligus untuk memberikan bau wangi. Daun nilam merupakan bagian dari tanaman nilam yang


(16)

berharga, karenadaun nilam yang baik berasal dari daunnya. Tanaman nilam tidak selalu berbunga, tergantung pada jenisnnya. Nilam yang berbunga, berwarna putih dan tersusun di tangkai. Jenis nilam yang berbunga ini menjadi indikator bahwa nilam tersebut tidak layak dikembangkan, karena kadar minyaknya rendah dan komposisi minyaknya juga jelek (Firmanto, 2009).

2.1.2 Jenis–jenis tanaman nilam

Jenis-jenis tanaman nilam antara lain :

a. Pogostemon cablin Benth

Pogostemon cablin Benthdisebut juga denganPogostemon patchouli atau

Pogostemon mentha. Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis

tanaman ini termasuk famili Labiate, yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Diantara jenis nilam, yang diusahakan secara komersial adalah varietas Pogostemon cablin Benth yang sebenarnya berasal dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia dan Indonesia (Sudaryani, dkk, 1998).

Di Indonesia banyak ditemukan di Aceh dan Sumatera Utara. Nilam jenis ini jarang berbunga, oleh karena itu kandungan minyaknya tinggi yaitu 2,5-5%, disamping itu, minyak nilam memiliki sifat-sifat yang diinginkan dalam perdagangan (Nuryani, dkk, 2005).

b. Pogostemon heyneanus

Pogostemon heyneanus sering juga dinamakan nilam jawa atau nilam

hutan. Jenis ini berasal dari India, banyak tumbuh liar di hutan pulau Jawa danpada umumnya berbunga, oleh karena itu kandungan minyaknya rendah yaitu


(17)

0,5-1,5%. Ciri-ciri spesifik yang dapat membedakan nilam Jawa dan nilam Aceh secara visual yaitu pada daunnya. Permukaan daun nilam Aceh halus, sedangkan nilam Jawa kasar. Tepi daun nilam Aceh bergerigi tumpul, pada nilam Jawa bergerigi runcing, ujung daun nilam Aceh runcing, nilam Jawa meruncing. Nilam jawa lebih toleran terhadap nematoda dan penyakit layu bakteri dibandingkan nilam Aceh (Nuryani, dkk, 2005).

c. Pogostemon hortensis

Pogostemon hortensis disebut juga nilam sabun, karena bisa digunakan

untuk mencuci pakaian. Jenis nilam ini hanya terdapat di daerah Banten. Bentuk

Pogostemon hortensismirip dengan nilam Jawa, tetapi tidak berbunga. Kandungan

minyaknya 0,5-1,5% dan komposisi minyak yang dihasilkan jelek, sehingga untuk jenis minyak nilam ini kurang mendapatkan pasaran dalam perdagangan (Sudaryani, dkk, 1998).

2.1.3 Ekologi tanaman nilam

Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti herba lainnya dan untuk memperoleh produksi yang tinggi, maka dalam pengelolaanya perlu memperhatikan beberapa hal. Pengelolaan ini bertujuan agar produksi yang dilakukan dapat berlangsung secara optimal dan menguntungkan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :

a. Tanah

Tanaman nilam dapat tumbuh dimana saja seperti di sawah, tegalan, pekarangan rumah, atau di hutan yang baru di buka, walaupun dapat tumbuh dimana saja, jika ditempatkan pada tempat yang baik dan cocok, hasilnya akan


(18)

baik pula. Tanaman nilam ini lebih cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik. Jenis tanah yang baik untuk ditumbuhi tanaman nilam adalah regosol, latosol, dan aluvial. Ciri-ciri tanah organik untuk tanaman nilam adalah tanah lempung berpasir atau lempung berdebu. Keasaman tanahnya (pH) antara 6-7, memiliki daya resapan tanah yang baik, dan tidak menyebabkan genangan air pada musim hujan (Subroto, 2007).

Cara mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dapat dilakukan dengan pemberian pupuk kandang yang sudah masak. Penggunaan pupuk kandang yang belum masak dapat menjadi sumber inokulum (biakan bakteri) yang mengakibatkan busuknya akar nilam (Nuryani, dkk, 2005).

Tanah yang teralalu asam, jika digunakan untuk menanam nilam, maka tanaman nilam yang tumbuh akan menjadi kerdil. Kekerdilan ini disebabkan oleh garam aluminium (Al) yang larut di dalamnya. Peningkatkan pH tanah, dapat dilakukan pengapuran, sekurang-kurangnya dua bulan sebelum tanam. Kebutuhan kapur sekitar 0,5-1 ton/hektare tergantung pada tingkat keasamannya. Akan tetapi, jika pH tanah terlalu basa, akan menyebabkan garam mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman sehingga bentuk daun nilam akan kurus kecil (Subroto, 2007).

Tanah yang kandungan airnya tinggi, perlu dilakukan sistem drainasi yang baik dan intensif. Tanah-tanah yang tergenang air atau permukaan air tanah yang terlalu dangkal, tanaman ini akan mudah terserang penyakit akar busuk yang disebabkan oleh cendawan phytoptora. Keadaan fisik tanah yang berat (tanah liat), tanah berpasir, dan berkapur kurang baik untuk pertumbuhan tanaman nilam.


(19)

Penggunaan tanah yang layak harus berdasarkan kepada potensi atau kemampuan sumberdaya lahan dan keadaan lingkungan atau iklimnya (Sudaryani, dkk, 1998). b. Cahaya matahari

Cara pertumbuhan dan produksi minyak nilam agar optimal, tanaman nilam memerlukan intensitas penyinaran berkisar antara 75-100%. Pada tempat-tempat yang agak terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih rendah dari pada tempat terbuka. Nilam yang ditanam di bawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah (Nuryani, dkk, 2005).

Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis, hal ini terjadi akibat terhambatnya translokasi hasil fotosintesis dari akar. Intensitas cahaya yang terlalu tinggi dapat menurunkan laju fotosintesis, hal ini disebabkan adanya fotooksidasi klorofil yang berlangsung cepat, sehingga merusak klorofil. Pada intensitas cahaya yang tinggi kelembaban udara berkurang, sehingga proses transpirasi berlangsung lebih cepat. Intensitas cahaya yang terlalu rendah akan membatasi fotosintesis dan menyebabkan cadangan makanan cenderung lebih banyak dipakai daripada disimpan (Haryanti, 2010).

Pencahayaan matahari dapat mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam. Lahan tanaman nilam yang tidak diberikan pelindung dari cahaya matahari akan menyebabkan daun nilam kecil, agak tebal dan berwarna merah kekuning-kuningan. Meskipun keadaan daunnya demikian, kadar minyak yang


(20)

dikandungnya lebih tinggi. Pengaruh pencahayaan matahari sebagaimana diuraikan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: (Subroto, 2007).

1. Cahaya matahari berperan sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis bagi setiap tanaman.

2. Jenis cahaya yang dibutuhkan adalah cahaya putih.

3. Penyerapan cahaya matahari tergantung dari jenis tanaman.

4. Tanaman nilam untuk produksi minyak lebih cocok ditempatkan pada cahaya matahari yang jatuh secara langsung karena dapat meningkatkan kadar minyaknya.

c. Ketinggian

Tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun pada dataran tinggi yang mempunyai ketinggian 2.200 meter diatas permukaan laut, tetapi umumnya akan tumbuh dengan baik pada ketinggian 10-400 meter di atas permukaan laut. Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi, tetapi kadar patchouli alkohol lebih rendah, sebaiknya pada dataran tinggi kadar minyak rendah dan kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi (Sudaryani, dkk, 1998).

d. Suhu

Secara teoritis, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama pada fase generatif. Akan tetapi, suhu yang terlalu tinggi, dapat merusak jaringan tanaman dan menggugurkan daun-daun tanaman. Nilam termasuk jenis tanaman tropis, oleh karena itutanaman nilam dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah tropis antara 100 lintang utara sampai 100 lintang selatan. Suhu yang paling cocok untuk pertumbuhan tanaman nilam adalah 240-280C (Subroto, 2007).


(21)

e. Curah hujan

Air dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana pengangkutan hara dalam tanaman, pertumbuhan sel, pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Sebagai sumber air, curah hujan yang dibutuhkan tanaman nilam relatif tinggi, yaitu sekitar 2300-3000 mm per tahun, dengan penyebaran merata sepanjang tahun (Subroto, 2007).

f. Kelembapan

Kelembapan juga dapat berpengaruh terhadap kehidupan suatu tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembapan tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman yang tumbuh di dataran yang rendah, pada umumnya membutuhkan kelembapan yang tidak terlalu tinggi untuk melangsungkan pertumbuhannya, sebaliknya jika tanaman itu tumbuh di dataran tinggi, pada umumnya membutuhkan kelembapan yang tinggi. Tanaman nilam agar dapat tumbuh dengan optimal membutuhkan kelembapan sekitar 60-70% (Subroto, 2007).

g. Angin

Angin dapat mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman, terutama pada fase pertumbuhan vegetatif. Jika pada fase pertumbuhan vegetatif terdapat angin kering yang berhembus dengan kencang, tumbuh-tumbuhan dapat tumbang, termasuk tanaman nilam, jadi nilam akan tumbuh dengan baik, pada daerah yang hembusan anginnya tidak terlalu kencang (Subroto, 2007).


(22)

2.2Minyak Atsiri

2.2.1 Pengertian minyak atsiri

Umumnya minyak atsiri merupakan pemberi bau yang khas, atau disebut minyak eteris, minyak menguap atau essential oil yaitu bahan aromatis alam yang berasal dari tumbuhan. Ciri minyak atsiri antara lain mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai tanaman penghasilnya dan bersifat larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri pada suhu kamar berbentuk cairan berwarna kuning-kecoklatan hingga kuning muda sampai kemerahan dan mempunyai densitas lebih kecil dari air (Sumarni, 2008).

Minyak eteris atau minyak atsiri adalah istilah yang digunakan untuk minyak yang mudah menguap dan diperoleh dari tanaman dengan cara penyulingan uap. Defenisi ini, dimaksudkan untuk membedakan minyak atau lemak dengan minyak atsiri yang berbeda tanaman penghasilnya. Dalam kelompok ini dicantumkan pula minyak yang mudah menguap dengan metode ekstraksi yaitu menggunakan penyulingan uap. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil dari sisa proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk, karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak tersebut disintesis dalam sel kelenjar pada jaringan tanaman dan ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin, misalnya minyak terpentin dari pohon pinus (Lutony, dkk, 2002).

Minyak atsiri terdiri dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta beberapa


(23)

persenyawaan kimia yang mengandung unsur nitrogen (N) dan belerang (S) (Bulan, 2004). Pada umumnya komponen kimia dari minyak atsiri terdiri dari campuran hidrogen dan turunannya yangmudah menguap dan diperoleh dari tanamandengan cara penyulingan uapmengandung oksigen disebut dengan terpen atau terpenoid.Terpen merupakan persenyawaan hidrogen tidak jenuh dan satuan terkecil dari molekulnya disebut isoprene (Guenther, 1987).

2.2.2 Penggolongan minyak atsiri

Minyak atsiri mengandung bermacam–macam komponen kimia yang berbeda, namun komponen tersebut dapat digolongkan kedalam 4 kelompok besar yang dominan dalam menentukan sifat minyak atsiri, yaitu: (Guenther, 1987). 1. Terpen, yang ada hubungan dengan isopren atau isopentena

2. Persenyawaan berantai lurus, tidak mengandung rantai cabang 3. Turunan benzen

4. Bermacam-macam persenyawaan lainnya

2.2.3 Penyulingan minyak atsiri

Ada tiga macam cara penyulingan yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak atsiri yaitu :

a. Penyulingan dengan air

Penyulingan dengan air (water destillation), ini merupakan cara yang paling sederhana karena sampel yang akan disuling dimasukkan kedalam drum, kemudian ditambahkan air dan dipanaskan, setelah itu uap yang terjadi dialirkan melalui kondensor dan minyak atsiri yang terbentuk ditampung dalam tempat penampung atau botol (Sudaryani, dkk, 1998).


(24)

Pada penyulingan ini, bahan berhubungan langsung dengan air yang

mendidih. Bahan yang disuling direbus dengan air yang ada di dalam ketel (tangki) penyulingan. Uap air akan menguap dengan membawa uap minyak atsiri yang dikandung oleh bahan yang disuling. Uap ini kemudian dialirkan melalui sebuah pipa yang berhubungan dengan kondensor (pendingin), sehingga uap berubah menjadi air kembali. Cairan campuran antara minyak dan air ditampung pada sebuah bak pemisah cairan. Pada bak pemisah inilah terjadi pemisahan antara air dan minyak, hal ini disebabkan karena perbedaan berat jenisnya. Pada penyulingan cara ini kurang tepat, karena bahan yang tersuling bercampur antara daun dan ranting-ranting yang menyebabkan bahan sulit bergerak dalam air mendidih. Keadaan ini menyebabkan penyulingan tidak sempurna, sehingga rendeman minyak yang dihasilkan menjadi rendah (Sudaryani, dkk, 1998).

b. Penyulingan dengan uap dan air

Prinsip penyulingan dengan cara ini adalah dengan menggunakan tekanan uap rendah. Pada cara ini bahan tidak berhubungan dengan air. Bahan diletakkan di atas piringan. Piringan dibuat dari plat atau seng yang diberi lubang (sepeti ayakan), dan terletak beberapa sentimeter di atas air di dalam ketel. Setelah air mendidih, uap air akan keluar melalui lubang-lubang piringan dan terus mengalir melalui sela-sela bahan. Bersama uap air ini akan ikut terbawa minyak atsiri yang terkandung dalam bahan. Uap air yang timbul disalurkan melalui pipa, dan selanjutnya masuk ke ketel pendingin. Dalam ketel pendingin ini uap air berkondensasi menjadi air dan minyak. Campuran antara minyak dan air ditampung pada bak pemisah cairan, karena perbedaan berat jenisnya air akan


(25)

terpisah dari minyak, yaitu turun ke bawah permukaan minyak, selanjutnya air dan minyak ini dipisahkan (Sudaryani, dkk, 1998).

Keuntungan penyulingan dengan uap dan air, yaitu: - Uap air selalu jernih, basah dan tidak terlalu panas.

- Bahan berhubungan dengan uap saja, tidak dengan air mendidih. Kelemahan penyulingan dengan uap dan air, yaitu:

- Tidak dapat menghasilkan minyak dengan cepat, karena tekanan uap yang dihasilkan relatif rendah.

- Untuk mendapat rendeman minyak yang tinggi, perlu waktu penyulingan yang panjang

c. Penyulingan dengan uap

Penyulingan dengan uap pada dasarnya hanya dengan mengalirkan uap yang bertekanan tinggi. Pada cara ini ketel perebus air dipisahkan dari ketel penyuling, yakni ketel yang berisi bahan. Uap air yang dihasilkan pada ketel perebus air, dialirkan pada sebuah pipa ke dalam ketel penyuling. Bahan yang disuling diletakkan di atas piringan yang berlubang-lubang di dalam ketel. Piringan boleh lebih dari satu dan disusun secara bertingkat. Cara untuk memudahkan bergeraknya uap air ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu harus disediakan ruang kosong antara bahan yang terletak pada piringan dibawahnya dengan piringan di atasnya, antara piringan yang terletak pada susunan yang paling bawah dan alas ketel harus ada ruang yang kosong sebagai tempat penampungan uap air yang dihasilkan oleh ketel perebus. Uap jernih yang dihasilkan (dengan tekanan lebih dari 1 atmosfir) di alirkan ke dalam ketel


(26)

penyulingan. Bersamaan dengan uap air ini, minyak atsiri akan ikut terbawa, selanjutnya pipa penyalur disalurkan melalui ketel ketiga yang berfungsi sebagai kondensor. Setelah mengalami proses kondensasi, campuran minyak dan air kemudian dicampur pada bak pemisah campuran, dengan adanya perbedaan berat jenisnya maka air dapat dipisahkan dari minyak. Penyulingan dengan cara ini akan menghasilkan minyak yang bermutu tinggi (Sudaryani, dkk, 1998).

2.3 Minyak Nilam

Nilam yang sering disebut juga Pogostemon patchouli pellet atau dilem wangi (Jawa), merupakan tanaman yang belum begitu dikenal secara meluas oleh masyarakat. Nilam banyak ditanam orang untuk diambil minyaknya dan merupakan salah satu dari beberapa jenis minyak yang digunakan dalam industri kosmetika dan banyak dicari konsumen di luar negeri (Sudaryani, dkk, 1998).

Tanaman nilam menghasilkanminyak nilam melalui proses penyulingan dan termasuk ke dalam salah satu jenis minyak atsiri yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memiliki sifat sebagai berikut: (Sudaryani, dkk, 1998).

1. Sukar menguap dibandingkan dengan minyak atsiri lainnya 2. Dapat larut dalam alkohol

3. Dapat dicampur dengan minyak eteris lainnya

Minyak nilam terdiri dari campuran persenyawaan terpen dengan alkohol-alkohol, aldehid dan ester-ester yang memberikan bau khas misalnya patchouli alkohol. Patchouli alkohol merupakan senyawa yang menentukan bau minyak nilam dan merupakan komponen yang terbesar, yang memberikan bau pada


(27)

minyak nilam adalah norpatchoulenol yang terdapat dalam jumlah sedikit. Patchouli alkohol merupakan seskuiterpen alkohol dapat diisolasi dari minyak nilam, tidak larut dalam air, larut dalam alkohol, eter atau pelarut organik yang lain, mempunyai titik didih 140oC pada tekanan 8 mHg. Kristal yang terbentuk mempunyai titik lebur 56oC. Patchouli alkohol mempunyai berat molekul 222,36 dengan rumus molekul C12H26O (Bulan, 2004).

Bau minyak nilam ini hampir sama dengan minyak cedar. Minyak cedar sering digunakan untuk memalsukan minyak nilam atau sering digunakan sebagai bahan pencampur minyak nilam, oleh karena itu untuk mengetahui asli atau tidaknya minyak nilam, dapat dilakukan dengan sederhana, yaitu dengan meneteskan minyak tersebut diatas kertas saring, setelah disimpan beberapa hari, akan tercium minyak cedar atau tidak (Subroto, 2007).

Dalam industri minyak nilam digunakan sebagai fiksasi yang belum dapat digantikan oleh minyak lain sampai saat ini. Minyak nilam terdiri dari komponen-komponen yang bertitik didih tinggi sehingga sangat baik dipakai sebagai zat pengikat dalam industri parfum dan dapat membentuk aroma yang harmonis. Zat pengikat adalah suatu persenyawaan yang mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi daripada zat pewangi sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat pengikat di dalam parfum dimaksudkan untuk mengikat aroma wangi dan mencegah penguapan zat pewangi yang terlalu cepat sehingga aroma wangi tidak cepat hilang atau lebih tahan lama (Subroto, 2007).


(28)

dilakukandengan uji laboratorium. Jika kelarutan atau tetapan fisika menunjukkan angka penurunan, maka minyak nilam tersebut tidak asli atau merupakan hasil pencampuran (Sudaryani, dkk, 1998).

2.3.1 Manfaat minyaknilam

Salah satu manfaat minyak nilam yang paling utama yaitu sebagai pengikat wangi pada parfum dan kosmetika. Aroma minyak nilam tergolong kedalam jenis aroma woodsy, yang merupakan minyak eksotik (exotic oil) untuk meningkatkan gairah dan semangat, serta bersifat meningkatkan sensualitas. Aroma minyak ini biasanya digunakan untuk mengharumkan kamar tidur yang dapat memberikan efek menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak. Nilam juga dapat berfungsi sebagai antibiotik dan antiradang karena dapat menghadang pertumbuhan jamur dan mikroba (Subroto, 2007).

Dalam pengobatan tradisional di India, yang lebih dikenal dengan ayurveda, minyak nilam digunakan untuk penawar racun apabila digigit ular atau serangga. Minyak nilam murni yang diteteskan pada kapas dan diusapkan pada bagian yang digigit ular kobra, dapat menetralkan racun/bisa ular sebagai pertolongan pertama (Subroto, 2007).

Tanaman nilam telah banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Akar dari tanaman ini digunakan untuk pencahar, bagian daun sebagai deodoran, obat luka, bawasir, disentri, penyakit empedu, ganguan haid dan obat peluruh haid. Semua bagian dari tumbuhan ini jugadapat dimanfaatkan sebagai obat sakit kepala, dan obat diare(Halimah, 2010).


(29)

Dalam hal psikoemosional, minyak nilam dapat digunakan untuk menanggulangi gangguan depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu, tidak bergairah dan dapat meredakan kemarahan. Beberapa tetes minyak nilam dalam air panas kemudian uapnya dihirup, dapat membantu menghilangkan stres. Selain itu minyak nilam atau daun nilam kering dapat dibakar dan berfungsi sebagai pengharum ruangan (Subroto, 2007).

Minyak nilam juga digunakan untuk perawatan kulit yang rusak. Minyak iniakan menghalangi terjadinya kulit keriput dan pecah-pecah. Aromanya berkhasiat untuk mengatasi kurang gairah pada pria dan frigid pada wanita (Agusta, 20001).

Penggunaan 1 gram minyak nilam yang dicampur dengan sampo herbal dapat mencegah timbulnya ketombe, merangsang pertumbuhan rambut, serta menjaga warna rambut agar tetap hitam, sehingga mencegah timbulnya uban. Campuran 10-15 tetes minyak nilam dalam 60 minyak pencampur dapat digunakan untuk pemijatan. Dalam perawatan pakaian, terutama yang terbuat dari wol dan sutra, beberapa tetes minyak nilam dapat mencegah ngengat, semut dan serangga lain yang hidup dalam lemari dan laci (Subroto, 2007).

2.3.2 Parameter mutu minyak nilam 2.3.2.1 Bobot jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama (Depkes RI, 1984).Bobot jenis merupakan salah satu kriteria yang penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Pada sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis sudah sering


(30)

dicantumkan dalam pustaka. Nilai bobot jenis minyak atsiri berkisar antara 0,696-1,188 pada 15 derajat. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan. Bentuk kerucut piknometer bervolume sekitar 10 ml, dilengkapi dengan sebuah termometer dan sebuah kapiler dengan gelas penutup (Guenther, 1987).

2.3.2.2 Bilangan asam

Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah miligram kaliumhidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terdapat dalam 1 gram zat (Depkes RI, 1984). Minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam bebas. Jumlah asam bebas biasanya dinyatakan sebagai bilangan asam, dan jarang dihitung dalam persen asam. Bilangan asam dari suatu minyak didefenisikan sebagai jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 gram minyak (Guenther, 1987).

Cara penentuan bilangan asam minyak nilam sangat sederhana, yaitu dengan cara minyak nilam ditimbang 4 ± 0,05 gram, dilarutkan dalam 5 ml etanol netral pada labu saponifikasi, ditambah 5 tetes larutan Fenolftaein sebagai indikator. Larutan tersebut dititrasi dengan KOH 0,1 N sampai warna merah muda (BSN, 2006).

2.3.2.3 Bilangan ester

Bilang ester adalah jumlah miligram kalium hidroksida yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram zat (Depkes RI, 1984).Cara penentuan bilangan ester minyak nilam terlebih dahulu dilakukan pengujian blanko, caranya labu penyabunan diisi dengan beberapa potong batu didih atau porselen, lalu


(31)

ditambahkan 5 ml etanol dan 25 ml larutan kalium hidroksida 0,5 N dalam alkohol, direfluks di atas penangas air mendidih selama 1 (satu) jam setelah larutan mendidih, diamkan larutan hingga menjadi dingin. Kondensor refluks dilepaskan dan ditambahkan 5 tetes larutan Fenolftaein dan kemudian dinetralkan dengan HCl 0,5 N (BSN, 2006).

Pada waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama, ditimbang contoh 4 gram ± 0,05 gram dan dimasukan ke dalam labu. Dididihkan dengan hati-hati ditambahkan 25 ml larutan KOH 0,5 dalam alkohol dan beberapa potong batu didih atau porselen kemudian dibiarkan larutan menjadi dingin. Kondensator refluks dilepaskan, ditambahkan 5 tetes larutan PP dan larutan dinetralkan dengan HCl 0,5 N seperti pada penentuan blanko (BSN, 2006).

2.3.2.4 Kelarutan dalam etanol

Kelarutan dalam etanol digunakan karena banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat diketahui dengan mudah menggunakan etanol pada berbagai tingkat konsentrasi. Kelarutan minyak tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang kaya akan terpen (Guenther, 1987).

Cara penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol yaitu ditempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml atau 25 ml, tambahkan etanol 90%, setetes demi setetes, kocoklah setelah setiap penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin pada suhu 20°C, bila larutan tersebut tidak bening, bandingkanlah kekeruhan yang terjadi


(32)

dengan kekeruhan larutan pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya, setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut (BSN, 2006).

3.4 Parameter syarat mutu minyak nilam

Tabel 2.1 Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Warna - Kuning muda–Coklat

kemerahan

2 Bobot jenis 250C/250C - 0,950-0,975

3 Indeks bias (nD20) - 1.507-1,517

4 Kelarutan dalam etanol 90%

pada suhu 200C ± 30C -

Larutan jernih atau opelesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10

5 Bilangan asam - Maks 8

6 Bilangan ester - Maks 20

7 Putaran optik - (-) 480 – (-) 650

8 Patchouli alkohol (C12H26O) Mg/k Min 30

9 Alpha copaene (C15H24) g Maks 0,5


(33)

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat Pengujian

Penentuan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan minyak nilam dalam etanol dilakukan di UPT. Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang bertempat di jalan STM No.17 Medan

3.2 Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak nilam yang berasal dariC.V sari jaya jln. Bandung ujung Medan.

3.3 Alat

3.3.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Alat yang digunakan pada penentuan bilangan asam minyak nilam adalah buret dengan skala terbagi dalam sepersepuluh mililiter, labu penyabunan berkapasitas 250 ml, dan neraca analitik.

3.3.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Alat yang digunakan pada penentuan bobot jenis minyak nilam adalah penangas air yang dilengkapi dengan thermostat, piknometer berkapasitas 25 ml dan timbangan analitik.

3.3.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Alat yang digunakan pada penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol adalah gelas ukur 50 ml dan gelas ukur tertutup 10 atau 25 ml.


(34)

3.4 Bahan

3.4.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385- 2006

Bahan yang digunakan pada penentuan bilangan asam minyak nilam adalah etanol 95%, kalium hidroksida (KOH) 0,1 N dalam etanol yang disatandarisasikan.

3.4.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385- 2006

Bahan yang digunakan pada penentuan bobot jenis minyak nilam adalah minyak nilam dan akuades.

3.4.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Bahan yang digunakan pada penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol adalah etanol 90%, dan larutan pembanding untuk kekeruhan yang baru saja dibuat dengan menambahkan 0,5 ml larutan perak nitrat 0,1 N ke dalam 50 ml larutan natrium khlorida 0,0002 N dan dikocok yang kemudian ditambahkan dengan satu tetes asam nitrat encer (25 %) dan amati setelah 5 menit, lindungi dari sinar matahari langsung.

3.5 Prosedur

3.5.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385- 2006

Prosedur kerja yang dilakukan pada penentuan bilangan asam minyaknilam, yaitu ditimbang 4g +0,05 g contoh minyak, larutkan dalam 5 ml etanol netral pada labu saponifikasi penyabunan, setelah itu ditambahkan 5 tetes larutan


(35)

hidroksida 0,1 N sampai warna merah muda.

3.5.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Prosedur kerja yang dilakukan pada penentuan bobot jenis minyak nilam, yaitu cuci dan bersihkan piknometer, kemudian bilas dengan etanol, keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara dingin dan sisipkan tutupnya, biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m), isi piknometer dengan air suling yang telah didihkan dan biarkan dan biarkan pada suhu 250C, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara, celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 250C ± 0,20C selama 30 menit, sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya, biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1), kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian

keringkan dengan arus udara kering.Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung udara, celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 250C ± 0,20C selama 30 menit, sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut, biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).

3.5.3 Penentuan kelarutan minyak nilam dalam etanol sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Prosedur kerja yang dilakukan pada penentuan kelarutan minyak nilamdalam etanol yaitu ditempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang berukuran 10 ml atau 25 ml, tambahkan etanol 90%, setetes demi setetes, kocoklah setelah setiap penambahan sampai diperoleh suatu


(36)

larutan yang sebening mungkin pada suhu 20°C, bila larutan tersebut tidak bening, bandingkanlah kekeruhan yang terjadi dengan kekeruhan larutan pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya, setelah minyak tersebut larut tambahkan etanol berlebih karena beberapa minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut.

3.6 Perhitungan

3.6.1 Penentuan bilangan asam pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Cara menghitung bilangan asam pada minyak nilam digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :56,1 = bobot setara KOH

v = larutan KOH yang diperlukan (ml) N = normalitas larutan KOH (N) m = massa contoh yang di uji

3.6.2 Penentuan bobot jenis pada minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Cara menghitung bobot jenis pada minyak nilam digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : m = massa,piknometer kosong,

m1 = massa,piknometer berisi air pada suhu 250 C (g),

m2 = massa,piknometer berisi contoh pada suhu 250C (g)

Bilangan Asam = 56,1 ����

Bobot jenis d25

25 =

m 2−m m 1−m


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil

Pada percobaan penetapan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol dari minyak nilam yang dilakukan secara duplo, diketahui bahwa nilai rata-rata minyak nilam yang diuji pada bilangan asam 3, 7555, bobot jenis0,9606 dan kelarutan dalam etanol dengan perbandingan 1:7. Contoh perhitungan hasil pengujian dapat dilihat di Lampiran 2.

4.2 Pembahasan

Minyak nilam yang diuji memenuhi persyaratan bilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol, karena berdasarkan SNI 06-2385-2006, syarat untuk bilangan asam maksimal 8, bobot jenis pada rentang 0,950-0,975 dan kelarutan dalam etanol dengan perbandingan 1:10 (BSN, 2006).

Bilangan asam adalah bilangan yang menunjukkan jumlah miligram kalium hidroksida yang diperlukan untuk menetralkan asam bebas yang terdapat dalam 1 gram zat (Depkes RI, 1984). Minyak atsiri mengandung sejumlah kecil asam bebas. Jumlah asam bebas biasanya dinyatakan sebagai bilangan asam, dan jarang dihitung dalam persen asam (Guenther, 1987).

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama (Depkes RI, 1984).Bobot jenis merupakan salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri. Dari seluruh sifat fisika-kimia, nilai bobot jenis sudah sering


(38)

dicantumkan dalam pustaka. Piknometer adalah alat penetapan bobot jenis yang praktis dan tepat digunakan, dilengkapi dengan sebuah termometer dan kapiler bertutup (Guenther, 1987).

Kelarutan dalam alkohol digunakan karena banyak minyak atsiri larut dalam alkohol dan jarang yang larut dalam air, maka kelarutannya dapat diketahui dengan mudah dengan menggunakan alkohol pada berbagai tingkat konsentrasi. Menurut kelarutan minyak, tergantung juga kepada kecepatan daya larut dan kualitas minyak. Biasanya minyak yang kaya akan komponen oxygenated lebih mudah larut dalam alkohol daripada yang kaya akan terpen (Guenther, 1987).


(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari pengujian yang dilakukan, hasil rata-rata bilangan asam yaitu 3, 7555, bobot jenis yaitu 0,9606dan kelarutan minyak nilam dalam etanol yaitu 1:7, maka dapat disimpulkan bahwa minyak nilam yang diuji memenuhi persyaratan sesuai dengan SNI 06-2385-2006.

5.2 Saran

- Sebaiknya dilakukan pengujian terhadap seluruh parameter minyak nilam, tidak hanyapengujianbilangan asam, bobot jenis dan kelarutan dalam etanol, tetapi juga parameter lainnya seperti indeks bias dan patchouli alcohol.

- Diharapkan dinas–dinasyang menangani pengujian minyak atsiri, melengkapi seluruh peralatan yang diperlukan pada saat pengujian dan dapat meggunakannya seoptimal mungkin agar hasil yang didapatkan akurat.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Agusta, A. (20001). Aromaterapi Cara Sehat Dengan Wewangian. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 58

Agusta, A. (20002). MinyakAtsiri Tumbuhan Tropika Indonesia. Bandung: ITB. Hal. 1-2.

Alam, P.N. (2007). Aplikasi Proses Pengkelatan Untuk Peningkatan Mutu Minyak Nilam Aceh. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. April: 6(2) : 63-66. BSN. (2006). Minyak Nilam(Pogostemon patchouli) SNI 06-2385-2006). Jakarta:

Badan Standarisasi Nasional. Hal. 1-8.

Bulan, R. (2004). Esterifikasi Patchouli Alkohol Hasil Isolasi dari Minyak Daun

Nilam (patchouli oil). USU Digital Library. Hal: 3.

Depkes RI. (1984). Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Departemeen Kesehatan RI. Hal. 767, 807 dan 810.

Firmanto, B. H. (2009). Budidaya Tanaman Industri Wewangian Nilam. Bandung: CV. Walatra. Hal. 5 dan13.

Guenther, E. (1987). Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta: Universitas Indonesia-Press. Hal. 552-575.

Halimah. D. P. P. (2010). Minyak Atsiri dari Tanaman Nilam (pogostemon

cablinbenth) Melalui Metode Fermentasi dan Hidrodistilasi Serta Uji

Bioaktivitasnya. Prosiding. KIMIA FMIPA–ITS.

Hariyanti, S. (2010). Respon Pertumbuhan Jumlah dan Luas Daun

Nilam(Pogostemon cablin Benth) pada Tingkat Naungan yang Berbeda.

Respon Pertumbuhan Jumlah. Hal. 20-26.

Irawan, B. (2010). Peningkatan Mutu Minyak Nilam Dengan Ekstraksi Dan Destilasi Pada Berbagai Komposisi Pelarut. ISSN. April: 1411-4216.

Lutony, T.L; Yeyet, R. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak Atsiri. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 1-2.

Muchtaridi.(2003).Penelitian Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Aromaterapi Dan Potensinya Sebagai Produk Sediaan Farmasi. J. Tek. Ind. April: 17(3): 80-88.


(41)

Nuryani, Y; Emmyzar dan Wiratno. (2005). Budidaya Tanaman Nilam. Sirkuler. April: 12 : 1-6.

Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 1dan 192.

Subroto, T. (2007). Budidaya dan Penyulingan Minyak Nilam. Bandung: PT. Pribumi Mekar. Hal. 1-5, 10,dan 11.

Sudaryani, Titik dan Endang, S. (1998). Budidaya dan Penyulingan Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal 1,2, 7-10, 30-35

Sumarni. (2008). Pengaruh Volume Air dan Berat Bahan Pada Penyulingan Minyak Atsiri.Jurnal Teknologi. April:1(1): 83-88.


(42)

LAMPIRAN

Lampiran I : Gambar alat dan bahan pengujian pada minyak nilam

Gambar 1. Daun nilam (Pogostemon Cablin Benth)

Gambar 2. Sampel minyak nilam


(43)

Gambar 4. Kelarutan minyak nilam dalam etanol

Gambar 5. Uji blanko pada pengujian bilangan asam


(44)

Gambar 7. Penangas air/water bath


(45)

Lampiran 2 : Tabel data pengujian

Tabel 1Hasil penentuan bilangan asam pada minyak nilam

Rumus :

Keterangan : 56,1 = bobot setara KOH

V = larutan yang diperlukan (ml) N = normalitas larutan KOH (N) m = massa contoh yang di uji g = berat sampel

BE = berat ekivalen

Dimana : g = 0,02 BE = 126 v = 3,9

Perhitungan :

Normalitas KOH = 0,02

126

1000

3,9

2

= 0,00015 x 256,41 x 2 = 0,0769 N

Hasil bilangan asam I = 56,1 � 3 ,7 � 0,0769

4,0262

Berat sampel Volume sampel Volume blanko m1= 4,0262 g V1 = 3,7 ml

3,9 ml m2= 4,0142 g V2 = 3,3 ml

Bilangan Asam =

56,1 ���� � Normalitas KOH = �

��

1000


(46)

=

15,9621

4,0262 = 3,9645

Hasil bilangan asam II = 56,1 � 3,5 � 0,0769

4,0142

=

14,2364

4,0142 = 3,5465

Hasil rata-rata bilangan asam

=

3,9645 + 3,5465

2 = 3, 7555

Tabel 2Hasil penentuan bobot jenis pada minyak nilam

Rumus :

Keterangan : m = massa, dalam gram, piknometer kosong,

m1 = massa, dalam gram, piknometer berisi air pada 250C,

m2 = massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada 250C

Perhitungan:

Hasil bobot jenis I = 54,7304−31,0779

55,7269−31,0779

= 23,6525

24,6490 = 0,9595

Hasil bobot jenis II = 55,1275−30,9414

56,0901−30,9414

Percobaan m m1 m2

I 31, 0779 g 55, 7269 g 54,7304 g II 30, 9414 g 56, 0901 g 55,1275 g

Bobot jenis

2525

=

�2−�


(47)

= 24,1816

25,1487 = 0,9617

Hasil rata-rata bobot jenis = 0,9595 + 0,9617

2 = 0,9606

Tabel 3 keseluruhan hasil dari minyak nilam

Bilangan asam Kelarutan dalam etanol

Bobot jenis

I II I II

3,9645 3,5465 0,9595 0,9617


(48)

Lampiran 3 : Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Tabel 4 : Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Warna - Kuning muda–Coklat

kemerahan

2 Bobot jenis 250C/250C - 0,950-0,975

3 Indeks bias (nD20) - 1.507-1,517

4 Kelarutan dalam etanol 90%

pada suhu 200C ± 30C -

Larutan jernih atau opelesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10

5 Bilangan asam - Maks 8

6 Bilangan ester - Maks 20

7 Putaran optik - (-) 480 – (-) 650

8 Patchouli alkohol (C12H26O) Mg/k Min 30

9 Alpha copaene (C15H24) g Maks 0,5


(1)

Gambar 4. Kelarutan minyak nilam dalam etanol

Gambar 5. Uji blanko pada pengujian bilangan asam


(2)

Gambar 7. Penangas air/water bath


(3)

Lampiran 2 : Tabel data pengujian

Tabel 1Hasil penentuan bilangan asam pada minyak nilam

Rumus :

Keterangan : 56,1 = bobot setara KOH

V = larutan yang diperlukan (ml) N = normalitas larutan KOH (N) m = massa contoh yang di uji g = berat sampel

BE = berat ekivalen Dimana : g = 0,02

BE = 126 v = 3,9 Perhitungan :

Normalitas KOH = 0,02 126

1000 3,9

2

= 0,00015 x 256,41 x 2 = 0,0769 N

Hasil bilangan asam I = 56,1 � 3 ,7 � 0,0769 4,0262

Berat sampel Volume sampel Volume blanko m1= 4,0262 g V1 = 3,7 ml

3,9 ml m2= 4,0142 g V2 = 3,3 ml

Bilangan Asam =

56,1 ����

Normalitas KOH = �

��

1000


(4)

=

15,9621

4,0262 = 3,9645

Hasil bilangan asam II = 56,1 � 3,5 � 0,0769 4,0142

=

14,2364

4,0142 = 3,5465

Hasil rata-rata bilangan asam

=

3,9645 + 3,5465

2 = 3, 7555

Tabel 2Hasil penentuan bobot jenis pada minyak nilam

Rumus :

Keterangan : m = massa, dalam gram, piknometer kosong,

m1 = massa, dalam gram, piknometer berisi air pada 250C,

m2 = massa, dalam gram, piknometer berisi contoh pada 250C

Perhitungan:

Hasil bobot jenis I = 54,7304−31,0779 55,7269−31,0779 = 23,6525

24,6490 = 0,9595

Hasil bobot jenis II = 55,1275−30,9414 56,0901−30,9414

Percobaan m m1 m2

I 31, 0779 g 55, 7269 g 54,7304 g II 30, 9414 g 56, 0901 g 55,1275 g

Bobot jenis

2525

=

�2−�


(5)

= 24,1816

25,1487 = 0,9617

Hasil rata-rata bobot jenis = 0,9595 + 0,9617

2 = 0,9606

Tabel 3 keseluruhan hasil dari minyak nilam Bilangan asam Kelarutan

dalam etanol

Bobot jenis

I II I II

3,9645 3,5465 0,9595 0,9617


(6)

Lampiran 3 : Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

Tabel 4 : Parameter syarat mutu minyak nilam sesuai dengan SNI 06-2385-2006

No Jenis Uji Satuan Persyaratan

1 Warna - Kuning muda–Coklat

kemerahan 2 Bobot jenis 250C/250C - 0,950-0,975

3 Indeks bias (nD20) - 1.507-1,517

4 Kelarutan dalam etanol 90%

pada suhu 200C ± 30C -

Larutan jernih atau opelesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10

5 Bilangan asam - Maks 8

6 Bilangan ester - Maks 20

7 Putaran optik - (-) 480 – (-) 650

8 Patchouli alkohol (C12H26O) Mg/k Min 30

9 Alpha copaene (C15H24) g Maks 0,5